Anda di halaman 1dari 7

Teori adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata

dinyatakan oleh Mc. Keachie dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah Uno, 2006:4).Sedangkan Hamzah
(2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang
ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu
sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat
diatas Teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep,
prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. [3][3]

Belajar merupakan kegiatan yang sering dilakukan setiap orang. Belajar dilakukan hampir setiap waktu,
kapan saja, dimana saja, dan sedang melakukan apa saja. Belajar juga merupakan aktivitas yang
dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau
pengalaman-pengalaman. Belajar dapat membawa perubahan pada si pelaku, baik perubahan
pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan.[4][4] Pengertian belajar sendiri adalah suatu perubahan
dalam tingkah laku dan penampilan sebagai hasil dari praktik dan pengalaman.

Jadi teori belajar adalah sebuah konsep yang abstrak yang membantu peserta didik untuk belajar.

di dalamnya terlibat banyak unsur yang saling terkait, yaitu guru, peserta didik, sarana, metode, strategi,
media dan lain-lain. Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 pasal 20 menjelaskan bahwa
dalam tugas keprofesionalan guru, guru berkewajiban salah satunya merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
Pembelajaran yang sukses senantiasa menuntut kreativitas guru melalui penciptaan lingkungan belajar
yang kondusif dan menantang rasa ingin tahu peserta didik sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung efektif. Berdasarkan Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran, kegiatan
pembelajaran menggunakan prinsip sebagai berikut: 1) peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu; 2)
peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar; 3). proses pembelajaran menggunakan pendekatan
ilmiah; 4). pembelajaran berbasis kompetensi; pembelajaran terpadu; 6). pembelajaran yang
menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi; 7). pembelajaran berbasis
keterampilan aplikatif; 8). peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-
skills dan soft-skills; 9). pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; 10). pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan
memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); 11).
pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; 12). pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; 13). pengakuan
atas perbedaan individual dan latar belakang budayapeserta didik; dan 14). suasana belajar
menyenangkan dan menantang.

Menurut Bruner dalam Degeng (1989) terdapat perbedaan antara teori pembelajaran dan teori belajar.
Teori pembelajaran adalah preskriptif, karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan
metode pembelajaran yang optimal, sedangkan dikatakan deskriptif karena tujuan utama teori belajar
adalah menjelaskan proses belajar. Menurut Nara dan Siregar (2014), teori pembelajaran
mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses-proses psikologis dalam diri
siswa, sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan proses-proses
psikologi dalam diri siswa atau mengungkapkan hubungan antara fenomena yang ada dalam diri siswa.
Tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar yang mengungkapkan hubungan antara
kegiatan siswa dengan proses-proses psikologi dalam diri siswa atau mengungkapkan hubungan antara
fenomena yang ada dalam diri siswa

Macam macam teori belajar

Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu bermunculan pula
berbagai teori tentang belajar. Di dalam masa perkembangan psikologi pendidikan ini muncullah
beberapa aliran psikologi pendidikan, diantaranya yaitu :

1. Teori Belajar Behaviorisme

Teori behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Menuru teori behavior, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Seseorang telah dianggap belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perubahan tingkah lakunya. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa
stimulus dan keluaran atau otput yang berupa respon.

Teori behavioristik dengan model dan hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.[5][5]

Berikut tokoh-tokoh teori behavioristik:

a. Edward L. Thordike

Menurut teori ini, belajar adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara stimulus dan respon.
Thorndike menekankan bahwa belajar terdiri atas pembentukan ikatan atau hubungan-hubungan antara
stimulus-respons yang terbentuk melalui pengulangan.[6][6] Teori ini dimunculkan sebagai hasil
eksperimen yang dilakukan oleh thorndike. Beliau melakukan percobaan pada seekor kucing muda.
Kucing itu dibiarkan kelaparan dalam kurungan yang pintunya berjeruji. Kurungan kucing itu diberi
beberapa tombol. Apabila salah satu tombolnya terpijit, pintu itu akan terbuka dengan sendirinya.
Sementara itu, di luar kurungan disediakan makanan yang diletakkan dalam sebuah piring. Kucing mulai
beraksi. Ia bergerak kesana kemari dan mencoba untuk keluar dari kurungan. Tidak beberapa lama
tanpa disengaja kucing tersebut menyentuh tombol pembuka pintu. Dengan girang, ia keluar dari
kurungan dan menuju tempat makanan tersebut.

2. Teori Kognitif

Psikologi kognitif lebih menekankan pendidikan sebagai proses internal mental manusia termasuk
bagaimana orang berfikir, merasakan, mengingat, dan belajar.[11][11] Tingkah laku manusia yang
tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mentalnya, seperti motivasi,
keyakinan, dan sebagainya. Psikolagi kognitif menyebutkan bahwa belajar adalah peristiwa mental,
bukan peristiwa perilaku fisik meskipun hal-hal yang bersifat behavioral kadang-kadang tampak kesat
mata dalam setiap peristiwa belajar manusia. Seseorang yang sedang belajar membaca dan menulis,
tentu menggunakan perangkat jasmaniah yaitu mulut dan tangan untuk mengucapkan kata dan
menggoreskan pena. Akan tetapi, menggerakkan mulut dan menggoreskan penayang dilakukan bukan
sekedar respons atau stimulus yang ada, melainkan yang terpenting karena dorongan mental yang
diatur oleh otaknya.

Kehadiran aliran psikologi kognitif, tampaknya menjadi pengikis aliran behaviorisme yang selalu
menekankan pada aspek perilaku lahir. Teori-teori yang dikemukakan oleh aliran behaviorisme kurang
memuaskan para psikolog modern dewasa ini.[12][12]

Berikut tokoh-tokoh teori kognitif:

a. Teori Gestalt

Teori ini dikenal juga dengan sebutan field theory atau insight full learning. Menurut teori gestalt,
manusia bukan sekedar makhluk reaksi yang berbuat atau bereaksi jika ada perangsang yang
memengaruhinya. Akan tetapi, manusia adalah individu yang merupakan bulatan fisik dan psikis.

Manusia menurut gestalt, adalah makhluk bebas. Ia bebas memilih cara untuk bereaksi dan menentukan
stimuli yang diterima atau stimuli yang ditolaknya. Dengan demikian, belajar menurut psikolagi gestalt
bukan sekedar proses asosiasi antara stimulus dan respons yang lama makin kuat tetapi karena adanya
latihan-latihan atau ulangan-ulangan. Akan tetapi belajar terjadi jika ada pengertian (insight). Pengertian
atau insight ini muncul setelah beberapa saat seseorang mencoba memahami suatu masalah yang
muncul kepadanya.[13][13]

Persepsi dan insight siswa sangat penting dalam teori gestalt. Salah satu sumbangan yang paling penting
dari teori gestalt adalah ide bahwa tugas-tugas sekolah harus cocok dengan pengalaman dan
pemahaman siswa, kegagalan sering terjadi karena: (1) tugas terlalu sulit bagi siswa untuk mencapai
insight, (2) keterangan-keterangan dari guru tidak terlalu jelas.[14][14]

3. Teori Humanistik

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri.
Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih
banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan
kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar
seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat
dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya)
dapat tercapai.[17][17]

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah
membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-
potensi yang ada dalam diri mereka. Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran
yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan
potensi dirinya.

Berikut tokoh-tokoh teori humanistik:

a. Carl Rogers

Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi
keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila
tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori
belajar humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.

Teori konstrutivistik adalah pembelajaran yang bersifat generatif yaitu dalam arti tindakan menciptakan
suatu makna dari apa yang dipelajari. Salah satu teori atau pandangan yang sangat familiar berkaitan
dengan teori belajar konstrutivistik adalah teori perkembangan mental Piaget. Piaget menegaskan
bahwa penekanan teori konstrutivistik yaitu proses menemukan pengetahuan yang dibangun dari
keadaan di lapangan. Pada dasarnya teori ini mencangkup tentang pembangunan pola pikir dalam diri
seseorang yang berhubungan dengan memori jangka (pendek, menengah, panjang).Konstruktivistik
merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali
pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman atau dengan kata lain teori ini
memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau
teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Dalam proses belajarnya
pun, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri,
untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek untuk aktif menciptakan
struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya
ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut
disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa
harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah.
Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.

TEORI BELAJAR SIBERNETIK

Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori-teori yang
sudah dibahas sebelumnya. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Proses belajar
memang penting dalam teori ini, namun yang lebih penting adalah system informasi yang diproses yang
akan dipelajari siswa. Asumsi lain adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala
situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem
informasi.Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2)
pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan
(8) umpan balik.

. TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL

Pembahasan pada teori ini diarahkan pada hal-hal seperti teori belajar Piagetin dan teori belajar
Vygotsky. Berikut ini pembahasan tentang kedua teori tersebut.

1. Teori Belajar Piagetin

Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu proses yang didasarkan
atas mekanisme biologis dalam bentuk perkembangan syaraf. Kegiatan belajar terjadi seturut dengan
pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang. Perolehan kecakapan intelektual akan
berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan ketahui pada
satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu fenomena baru sebagai pengalaman dan persoalan.

Teori Belajar Vygotsky

Pandangan yang mampu mengakomodasi teori revolusi-sosiokultural dalam teori belajar dan
pembelajaran dikemukakan oleh Lev Vygotsky. Ia mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus
dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk memahami pikiran seseorang bukan
dengan cara menelusuri apa yang ada di balik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal
usul tindakan sadarnya, dari interaksi social yang dilatari oleh sejarah hidupnya.

TEORI BELAJAR KECERDASAN GANDA


Kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang
dibutuhkan di dalam latar budaya tertentu. Seseorang dikatakan cerdas bila ia dapat memecahkan
masalah yang dihadapi dalam hidupnya dan mampu menghasilkan sesuatu yang berharga atau berguna
bagi dirinya maupun umat manusia. Howard Gardner memperkenalkan hasil penelitiannya yang
berkaitan dengan teori kecerdasan ganda, yaitu teorinya tentang menghilangkan anggapan yang ada
selama ini tentang kecerdasan manusia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada satupun
kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan, melainkan seluruh kecerdasan
yang ada. Semua kecerdasan tersebut bekerja sama sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu

TEORI BELAJAR SOSIAL

Dalam dasawarsa terakhir, penganut teori konstruktivisme memperluas fokus tradisionalnya pada
pembelajaran individual ke dimensi pembelajaran kolaboratif dan sosial. Konstruktivisme sosial bisa
dipandang sebagai perpaduan antara aspek-aspek dari karya Piaget dengan karya Bruner dan karya
Vyangotsky. Istilah Konstruktivisme komunal dikenalkan oleh Bryn Holmes di tahun 2001. Dalam model
ini, "siswa tidak hanya mengikuti pembelajaran seperti halnya air mengalir melalui saringan namun
membiarkan mereka membentuk dirinya." Dalam perkembangannya muncullah istilah Teori Belajar
Sosial dari para pakar pendidikan. Pijakan awal teori belajar sosial adalah bahwa manusia belajar
melalui pengamatannya terhadap perilaku orang lain. Pakar yang paling banyak melakukan riset
teori belajar sosial adalah Albert Bandura dan Bernard Weiner.

TEORI BELAJAR SOSIAL

Meskipun classical dan operant conditioning dalam hal-hal tertentu masih merupakan tipe penting
dari belajar, namun orang belajar tentang sebagian besar apa yang ia ketahui melalui observasi
(pengamatan). Belajar melalui pengamatan berbeda dari classical dan operant conditioning karena
tidak membutuhkan pengalaman personal langsung dengan stimuli, penguatan kembali, maupun
hukuman. Belajar melalui pengamatan secara sederhana melibatkan pengamatan perilaku orang
lain, yang disebut model, dan kemudian meniru perilaku model tersebut.

TEORI BELAJAR VAN HIELE

Dalam pembelajaran geometri terdapat teori belajar yang dikemukakan oleh van Hiele (1954) yang
menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak dalam geometri. van Hiele adalah seorang
guru bangsa Belanda yang mengadakan penelitiandalam pembelajaran geometri. Penelitian yang
dilakukan van Hiele melahirkan beberapa kesimpulan mengenai tahap-tahap perkembangan
kognitif anak dalam memahami geometri. van Hielemenyatakan bahwa terdapat 5 tahap
pemahaman geometri yaitu: pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan akurasi.

TEORI BELAJAR BERMAKNA

David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Ausubel memberi


penekanan pada proses belajar yang bermakna. Teori belajar Ausubel terkenal dengan
belajar bermakna dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Menurut Ausubel
belajar dapat dikalifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara
informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau
penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada
struktur kognitif yang telah ada, yang meliputi fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan
diingat oleh siswa.Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru
pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Dalam belajar bermakna informasi baru diasimilasikan pada subsume-subsume yang telah
ada. Ausubel membedakan antara belajar menerima dengan belajar menemukan. Pada
belajar menerima siswa hanya menerima, jadi tinggal menghapalkannya, sedangkan pada belajar
menemukan konsep ditemukan oleh siswa, jadi siswa tidak menerima pelajaran begitu
saja. Selain itu terdapat perbedaan antara belajar menghafal dengan belajar
bermakna, pada belajar menghapal siswa menghafalkan materi yang sudah diperolehnya,
sedangkan pada belajar bermakna materi yang telah diperoleh itu dikembangkannya
dengan keadaan lain sehingga belajarnya lebih dimengerti.

Anda mungkin juga menyukai