KEPERAWATAN MATERNITAS
Oleh Kelompok 1:
BANJARBARU
2020
PERAWATAN BAYI DALAM INKUBATOR
2. Persiapan Pasien :
a. Perkenalan diri kepada ibu pasien
b. Identifikasi kepada ibu pasien
c. Menjelaskan tujuan kepada ibu pasien.
d. Menjelaskan langkah dan prosedur kerja kepada ibu pasien
3. Persiapan perawat :
a. Cuci tangan
b. Menggunakan hand scrub
c. Memakai sarung tangan bersih
4. Prosedur Kerja
a. Pastikan perawat yang terlibat dalam perawatan ini mampu menggunakan
inkubator dengan benar
Rasional : menghindari terjadinya kesalahan
b. Tentukan suhu yang tepat untuk inkubator berdasarkan usia dan berat badan
bayi
Rasional : untuk mengetahui suhu bayi sebelum di incubator
c. Menyesuaikan suhu inkubator untuk mempertahankan lingkungan suhu
netral (NTE). Inkubator memerlukan pasokan listrik yang tidak terputus.
Hangatkan inkubator sampai suhu yang diinginkan sebelum meletakkan
bayi di dalamnya.
d. Perhatikan lokasi inkubator di ruang bayi. Inkubator harus jauh dari jendela
yang tidak bisa ditutup rapat.
e. Bersihkan kasur dan tutupi dengan lembaran seprai bersih.
f. Pastikan bahwa reservoir air inkubator kosong; bakteri yang berbahaya
dapat berkembang dalam air dan menginfeksi bayi. Membiarkan reservoir
kering tidak akan mempengaruhi fungsi inkubator.
g. Lepaskan pakaian bayi
h. Letakkan hanya satu bayi dalam tiap inkubator.
i. Tutup kap secepat mungkin setelah meletakkan bayi di dalamnya, dan
pertahankan jendela inkubator tetap tertutup setiap saat guna
mempertahankan kehangatan inkubator.
j. Periksa suhu inkubator setiap jam selama delapan jam pertama, dan
kemudian setiap tiga jam
k. Ukur suhu bayi setiap jam selama delapan jam pertama, dan kemudian
setiap tiga jam
l. Suhu neonatus harus dipantau secara berkala, setiap 4 jam atau sesuai
instruksi dokter.
Rasional : untuk mempertahankan suhu tubuh 36,5 – 37,5°C.
m. Jika suhu bayi kurang dan 36,5 °C atau lebih dan 37,5 °C, sesuaikan suhu
inkubator berdasarkan suhu tersebut.
n. Lubang jendela inkubator sedapat mungkin harus digunakan saat melakukan
perawatan neonatus, dan tidak dengan membuka pintu inkubator yang lebih
besar.
o. Berikan bayi kepada ibu segera setelah bayi tidak lagi membutuhkan
perawatan khusus dan prosedur serta terapi yang sering.
5. Tahap Terminasi :
a. Berikan bayi kepada ibunya
b. Jelaskan bahwa perawatan bayi dalam inkubator sudah selesai
c. Sampaikan pada ibu bahwa suhu tubuh bayi sudah normal yaitu 37,5oC
d. Tanyakan apakah ibu ada yang belum paham atau ada yang ingin di
tanyakan
e. Ijin untuk kembali ke ruang jaga perawa
Suhu Inkubator
A. Pengertian
Nesting berasal dari kata nest yang berarti sarang. Filosofi ini diambil dari
sangkar burung yang dipersiapkan induk burung bagi anak-anaknya yang baru
lahir, ini dimaksudkan agar anak burung tersebut tidak jatuh dan induk mudah
mengawasinya sehingga posisi anak burung tetap tidak berubah (Bayuningsih,
2011).
C. Manfaat
2. Pronasi
Indikasi :
a. Bayi prematur dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS)
b. Memperbaiki serapan Air Susu Ibu (ASI) melalui OGT
Langkah :
3. Quarter prone/semiprone
Indikasi :
a. Bayi prematur dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS)
b. Memperbaiki serapan ASI melalui OGT
Langkah :
a. Siapkan linen/ kain panel sebanyak 2 buah
b. Gulung masing-masing kedua kain menjadi kecil
c. Hangatkan kedua tangan sebelum menyentuh tubuh bayi
d. Letakan kain 1 yang sudah di gulung pada bagian satu sisi bayi
e. Posiskan bayi miring kanan atau kiri (sesuaikan kebutuhan bayi)
f. Posisikan sisi Bagian kepala diatas gulungan kain, secara berbarengan
posisikan tangan dan kaki kanan atau kiri seperti memeluk guling namun
posisi hampir seperti prone (tengkurap) Perhatikan tangan bayi fleksi dan
sedekat mungkin dengan mulut dan kaki sedekat mungkin dekat dengan
perut
g. Berikan kain ke 2 yang sudah digulung melingkari bagian kaki dengan
membentuk “U”
4. Lateral
Indikasi :
a. Bayi dengan Gastroesofageal reflux (GER) (dianjurkan lateral kanan)
b. Alternatif posisi dari posisi pronasi pada bayi prematur dengan oksigen-
dependen (RDS)
Langkah :
Pelaksanaan
Evaluasi
Setelah melakukan tindakan yang dapat membuat stress pada bayi, bayi
yang terpasang nest tersebut tampak tenang tidak rewel, dan nyaman didalam
nest tersebut.
Kesimpulan
A. Definisi
Fototerapi merupakan terapi dengan menggunakan sinar yang dapat dilihat
untuk pengobatan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir. Keefektifan suatu
fototerapi ditentukan oleh intensitas sinar. Adapun faktor yang mempengaruhi
intensitas sinar ini adalah jenis sinar, panjang gelombang sinar, jarak sinar ke
pasien yang disinari, luas permukaan tubuh yang terpapar dengan sinar serta
penggunaan media pemantulan sinar.
Bayi dengan ikterus perlu diamati apakah fisiologis atau akan berkembang
menjadi ikterus patologis. Anamnesis kehamilan dan kelahiran sangat
membantu pengamatan klinik dan dapat menjadi petunjuk untuk melakukan
pemeriksaan yang tepat. Early feeding yaitu pemberian makanan dini pada bayi
dapat mengurangi terjadinya ikterus fisiologik pada bayi.
Sistem fototerapi mampu menghantarkan sinar melalui bolam lampu
fluorcent, lampu quartz, halogen, emisi dioda lampu dan matres optik fiber.
Keberhasilan pelaksanaan fototerapi tergantung dari efektifitas dan minimnya
komplikasi yang terjadi (Stokowski, 2006 dalam Shinta, 2015).
B. Tujuan
Fototerapi merupakan terapi pilihan pertama yang dilakukan terhapa bayi
baru lahir dengan hiperbilirubinemia (Kumar et al, 2010 dalam Shinta, 2015).
Fototerapi merupakan penatalaksanaan hiperbilirubinemia yang bertujuan
untuk menurunkan konsentrasi bilirubin dalam sirkulasi atau mencegah
peningkatan kadar bilirubin.
D. Indikasi Fototerapi
Fototerapi direkomendasikan apabila :
1. Kadar bilirubin total 5-8 mg/dl pada bayi dengan berat badan <1500 gram.
2. Kadar 8-12 mg/dl pada bayi dengan berat badan 1500-1999 gram.
3. Kadar 11-14mg/dl pada bayi dengan berat badan 2000-2499 gram.(wong et
al., 2009).
F. Evektivitas Fototerapi
1. Jenis Cahaya
Cahaya biru (fluoresens biru) dengan spektrum 460-490 nm merupakan
cahaya yang paling efektif dalam fototerapi karena dapat menembus
jaringan dan diabsorbsi oleh bilirubin (bilirubin menyerap lebih kuar pada
cahaya biru dengan spektrum 460 nm ini).
2. Saluran energi atau imadiance sumber cahaya
Imadiance diukur dengan radiometer atau spektroradiometer dalam satuan
watt/cm¬¬2 atau µ watt/cm¬¬2nm. Sebagai contoh, sumber cahaya (tipe
konvensional atau standar) yang diletakkan ±20 cm diatas bayi dapat
menghantarkan spektrum imadiance, berkisar 8-10 µ watt/cm¬¬2 nm pada
panjang gelombang cahaya 430-490 nm.Adapun cahaya flourenens biru
dapat menghantarkan spektrum imadiance berkisar 30-40 µ watt/cm¬¬2nm.
American academy of pediatriks mendefinisikan intensif fototerapi sebagai
fototerapi dengan spektrum imadiance berkisar 30-40 µ watt/cm¬¬2 nm
yang dapat menjangkau permukaan tubuh bayi dengan lebih luas. (Maisels
& McDonagh, 2008).
3. Jarak antara bayi dengan sumber cahaya dan luasnya area kulit yang
terpajan
Jarak antara bayi dengan sumber cahaya tidak boleh kurang dari 45 cm.
Penelitian terkontrol menyebutkan bahwa semakin luas daerah kulit yang
terpajan, semakin besar reduksi kadar bilirubin total. (Wong et al., 2009).
Efektivitas fototerapi tergantung pada kualitas cahaya yang dipancarkan
lampu (panjang gelombang), intensitas cahaya (iridasi), luas permukaan
tubuh, ketebalan kulit dan pigmentasi, lama paparan cahaya, kadar
bilirubuin total saat awal fototerapi (Sakundarno,2008).
G. Perawatan Bayi Dengan Fototerapi
1. Pasang penutup mata dan pastikan terpasang dengan baik
2. Baringkan bayi tanpa pakaian, kecuali popok/ bilibottom
3. Ubah posisi bayi setiap 3 jam
4. Ketika fototerapi dimulai, periksa kadar bilirubin setiap 24 jam
5. Pantau subuh tubuh bayi
6. Observasi status hidrasi bayi, pantau intake dan output cairan
7. Edukasi dan motivasi orangtua / keluarga bayi
8. Dokumentasikan nama bayi, no RM, tanggal dan jam dimulai dan
selesainya fototerapi, jumlah jam pemakaian alat fototerapi dalam lembar
dkomentasi pemakaian alat.
9. Dokumentasikan pula tanggal dan jam penggunaan fototerapi, tampilan
klinis bayi, dan tindakan lainnya yang dilakukanterkait fototerapi dalam
lembar dokumentasi perawatan bayi
I. Durasi Fototerapi
Lamanya durasi fototerapi selah satunya ditentukan oleh nilai total serum
bilirubin saat mulai fototerapi dan fototerapi dihentikan jika nilai total serum
bilirubin mencapai nilai kurang dari 12 mg/dl (Moeslihchan et al, 2004 dalam
Rahmah et al, 2013).
Saran
Shinta P, Tina. 2015. Pengaruh Perubahan Posisi Tidur Pada Bayi Baru Lahir
Hiperbilirubinemia Dengan Total Fototerapi Terhadap Kadar Bilirubin Total