JAWABAN 1. Sosialisasi merupakan suatu proses bagi seseorang untuk mempelajari kebutuhan maupun keperluan di dalam lingkungan sosial dan kultural yang ada di sekitarnya yang akan membawa mereka ke dunia sosial. Sosialisasi juga dapat dipahami sebagai proses belajar seorang individu yang kemudian dapat merubah tingkah laku dan pola pikirnya sehingga mampu menempatkan atau menyesuaikan dirinya untuk hidup di dalam masyarakat. Dalam proses sosialisasi yang dialami oleh peserta didik di sekolah, guru menjadi pelaku sosialisasi dan menjadi model bagi para peserta didik di sekolah. Dengan kata lain, guru menjadi ‘kiblat’ peserta didik untuk berperilaku dan guru dijadikan sebagai contoh yang baik untuk ditiru. Guru sebagai model harus mampu menujukkan hal-hal kebaikan apa yang seharusnya peserta didik lakukan dan miliki di dalam pribadi mereka, karena guru merupakan panutan para peserta didik maka apabila ia mencontohkan hal yang tidak baik maka peserta didik juga akan mencontoh perilaku tidak baik tersebut pula. Guru juga berperan sebagai pendidik di sekolah, menurut Ramayandi (2013: 2) pendidikan itu berperan penting dalam pembentukan kepribadian anak. Oleh karena itu peran guru yang merupakan pendidik di sekolah sangatlah penting karena kapasitas dan kualitas seseorang sebagai seorang pendidik mampu menentukan akan jadi seperti apakah seorang anak itu nanti. Selama di sekolah dan selama peserta didik menempuh pendidikan di sekolah, maka selama itu juga guru berperan sebagai model bagi para peserta didiknya. Karena guru merupakan orangtua bagi peserta didik, maka guru harus menjalankan perannya seumpama seperti orangtua mereka yang mendidik mereka dan memberikan contoh yang baik bagi mereka pula. Di sekolah guru juga berperan sebagai pengawas bagi para peserta didiknya, sehingga segala kegiatan yang dilakukan peserta didik selalu berada di bawah pengawasan guru. Menurut saya, ketika guru sedang mejalani perannya sebagai seorang ‘guru’ maka selama itulah ia menjadi model bagi para anak-anak, selama itu juga ia harus menunjukkan citra yang baik kepada anak-anak agar mereka mampu mengambil pelajaran yang baik dari citra tersebut. Guru memberikan sosialisasi melalui bagaimana cara ia bersikap, berperilaku di sekolah, mensosialisasikan segalanya ketika pembelajaran sedang berlangsung maupun ketika sedang tidak mengajar. Di mana pun dan kapan pun, asal itu tetap di sekolah, guru akan terus menjadi model dalam sosialisasi anak di sekolah. Apakah semua guru merupakan model bagi para peserta didik? Tentu saja setiap guru merupakan model, oleh karena itu mereka disebut dengan guru. Jika mereka bukan guru, mungkin mereka tidak harus menjadi model bagi peserta didik di sekolah karena menjadi model bukanlah kewajiban mereka untuk memberikan sosialisasi kepada para peserta didik. Setiap guru memiliki karakternya masing-masing dan bagaimana pun juga mereka harus bisa menujukkan citra yang dimiliki sebaik mungkin kepada para peserta didik. Setiap guru juga pasti akan melakukan sosialisasi kepada peserta didik, terutama ketika sedang melakukan proses pembelajaran di kelas, oleh karena itu setiap guru adalah model bagi para peserta didiknya. Ketika saya menjadi guru, meski sebutan guru tidak hanya berlaku di sekolah saja, namun sebutan guru dapat berlaku bagi siapa pun yang dengan baik, memiliki kualitas dan kapasitas, dan tentunya bertanggung jawab mampu melakukan sosialisasi terhadap orang lain, maka saya ingin menjadi seorang guru yang pertama kali mengajarkan tentang pendidikan karakter. Saya ingin membantu anak-anak untuk menumbuhkan pribadi yang baik dari dalam diri mereka, karena menuru saya perkembangan kepribadian lah yang harus di prioritaskan sebelum mengembangkan intelegensi secara akademik. Menurut saya, ketika seseorang memiliki kepribadian yang baik maka secara otomatis perkembangan intelegensinya juga akan berkembang dan meningkat dengan baik pula. Semua akan percuma ketika kita memiliki ‘otak’ namun tidak didukung dengan attitude yang baik, sedangkan orang dengan attitude yang baik maka akan lebih dihargai oleh lingkungan sosial dari pada mereka yang hanya bermodalkan ‘otak’ saja. Sosialisasi yang akan saya berikan bisa melalui ceramah maupun ketika saya berperan menjadi model bagi para peserta didik saya di sekolah, agar mereka secara langsung dapat melihat, memahami, dan mengalami langsung sosialisasi tersebut. 2. Selama 2 bulan menjalani hari-hari di rumah saja dan melakukan perkuliahan secara online akibat adanya pandemic covid-19, bagi saya sendiri, semua berjalan dengan sangat lancer karena di rumah saya difasilitasi alat-alat belajar online khususnya seperti laptop, smartphone, dan koneksi wifi yang lumayan cepat. Fasilitas-fasilitas yang saya dapatkan di rumah mampu menunjang perkuliahan jarak jauh secara online atau daring ini, tidak ada masalah yang signifikan, namun terkadang jika sedang mati listrik maka proses perkuliahan online saya akan terhambat karena tidak tersedianya aliran listrik dan koneksi wifi. Meninjau dari keefektivan pembelajaran online di rumah, bagi saya biasa- biasa saja karena tidak ada hal special yang menjadi hasil dari pembelajaran online ini. Yang sedikit meringankan adalah saya tidak perlu bersiap untuk kuliah 2 jam lebih awal sebelum berangkat ke kampus, karena saya memerlukan waktu 1 jam untuk menyiapkan diri dan 1 jam lagi durasi selama berangkat menuju kampus. Sedangkan selama karantina ini, saya dapat memanfaatkan waktu 2 jam tersebut untuk melakukan hal yang lain. Kuliah online di rumah menurut saya tidak terlalu efektif karena kebanyakan dari dosen lebih banyak memberikan tugas pada setiap pertemuan dari pada melakukan perkuliahan untuk memberikan materi-materi serta penjelasan terhadap materi tersebut. Selama perkuliahan online ini, hanya ada beberapa dosen yang benar-benar melakukan perkuliahan secara online (menjelaskan materi dan memberikan tugas) sehingga kami (para mahasiswa) dapat memahami dengan maksimal materi yang diajarkan tersebut. Kebanyakan dari dosen yang lain hanya memberikan tugas serta materi dalam bentuk file yang membuat kami harus memahami dan mencari sumber tambahan sendiri. Menurut saya akan tidak efektif apabila kuliah online hanya diiringi dengan tugas dan materi dalam bentuk file saja, menurut saya akan jadi jauh lebih efektif (meski tidak seefektif perkuliahan tatap muka di kelas) jika dosen memberkan penjelasan materi tersebut melalui aplikasi yang memfasilitasi penggunanya untuk melakukan video call seperti aplikasi zoom, google meet, whatsapp, skype, dan lain sebagainya. Yang saya harapkan dari perkuliahan online adalah kemudahan dalam memahami materi perkuliahan, karena saya pikir akan lebih mudah menjelaskan suatu materi dengan rinci dan jelas karena suasana dan kondisi rumah yang nyaman dan mendukung dan akan mudah bagi para mahasiswa untuk memahami penjelasan materi tersebut. Mengenai kesiapan dosen dan mahasiswa untuk melakukan perkuliahan secara online di kala pandemic covid-19 ini, tidak semuanya siap untuk melakukan kuliah online. Terutama bagi mereka yang tidak didukung dengan fasilitas yang memadai untuk melakukan kuliah online, seperti ketidakterjangkauan daerah rumah mereka kepada koneksi jaringan internet serta kemampuan dalam menggunakan aplikasi-aplikasi untuk kuliah online. Seperti yang kita semua tau bahwa banyak mahasiswa pendidikan sosiologi antropologi yang merupakan mahasiswa perantauan, ketika mereka harus pulang ke rumah mereka di kampung halaman sesuai dengan isntruksi dari pemerintah dan universitas, beberapa dari kampung mereka sulit untuk dijangkau jaringan koneksi internet. Kalau pun ada koneksi, maka jaringan koneksi internet juga akan sangat sulit untuk diakses (lemot), banyak dari teman-teman saya yang mengeluhkan hal ini ketika mereka melakukan perkuliahan secara online dari kampung mereka masing-masing. Salah satu teman saya bahkan ada yang tidak pulang kampung selama 2 bulan dan masih menetap di kosnya sendirian karena di kampungnya sangat sulit untuk mengakses koneksi jaringan internet. Oleh karena itu ia rela tidak menemui keluarganya di kampung demi bisa mengikuti perkuliahan secara online. Selain menyangkut masalah dari jaringan internet, masalah lainnya dalam melakukan perkuliahan online ada pada para mahasiswa yang tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan aplikasi kuliah online seperti zoom dan google meet. Ada juga yang beralasan tidak memiliki handphone yang memadai sehingga kerap beberapa kali ia tida bisa mengikuti kuliah online. Kuliah online mungkin efektif bagi beberapa orang yang memiliki fasilitas yang cukup, namun tidak sama bagi beberapa orang yang memiliki keterbatasan secara ekonomi dan tempat tinggal yang jauh di pelosok. Kesimpulannya adalah, kuliah online selama 2 bulan ini terlaksana tidak cukup efektif. Zaman akan terus berganti dan diiringi dengan inovasi dan modernisasi dalam bidang teknologi juga pendidikan. Maka dari itu harapan saya kedepannya untuk pendidikan adalah agar semua orang memiliki kemampuan untuk mengikuti perubahan zaman yang semakin maju agar dapat memudahkan mereka juga untuk mendapatkan pendidikan yang terus berkembang ini. Mungkin di masa depan nanti, pendidikan akan terlaksana dengan lebih canggih dengan menggunakan teknologi yang semakin canggih juga, oleh karena itu sumber daya manusianya juga harus canggih. Maksud dari SDM canggih ini adalah manusia mampu memahami, menggunakan, dan mengaplikasikan teknologi untuk keperluan belajar serta pendidikan. Selain itu, dilihat dari kondisi dan masalah yang masih ada sekarang ini, saya harap pendidikan terus dilakukan dan disebarluaskan secara merata bahkan sampai ke daerah terpelosok. Bukan hanya pendidikan, namun juga kemudahan akses terhadap teknologi serta koneksi jaringan internet. Sesuai dengan keputusan Nadiem Makarim tentang kebijakan baru dalam program meredeka belajar, saya harap semua orang mendapat hak nya untuk bebas dalam belajar dan mengembangkan kemampuan diri mereka, saya harap setiap sekolah mampu membuat standar kompetensi terbaik dan sesuai bagi para lulusan mereka, saya harap semua orang memiliki hak untuk menempuh pendidikan sampai ke perguruan tinggi tanpa harus terbebani karena masalah ekonomi ataupun keterbatasan fisik. Saya harap ke depannya semua orang menyadari pentingnya menempuh pendidikan agar bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa depan. Saya harap pendidikan di masa depan tidak melulu soal kepintaran akademik saja, namun wajib dibarengi dengan pendidikan karakter yang diberikan di sekolah maupun di luar sekolah. Semakin deras arus globalisasi, maka hanya pondasi karakter lah yang mampu menjadi tameng dari dampak- dampak negatifnya.