Anda di halaman 1dari 132

Sejarah Pembentukan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara

Sejarah Pembentukan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara - Pancasila adalah ideologi
dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan
śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa
dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila. Lima sendi utama
(Sila) penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum
pada paragraf ke 4 Preambule (Pembukaan) UUD1 945.
Pancasila Sebagai Sejarah

Pancasila sebagai Sejarah - Sejarah pembentukan pancasila erat kaitannya dengan


Perjuangan bersenjata bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, dalam hal ini Belanda
dan jepang.

Penjajahan Belanda usai pada 8 Maret 1942, Sejak itu Indonesia diduduki oleh Jepang.
Namun Jepang tidak lama melakukan pendudukan di Indonesia. Karena Sejak tahun 1944,
tentara Jepang mulai kesulitan dalam menghadapi tentara Sekutu.

Untuk mendapat simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam
melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada rakyat indonesia.
Janji ini diucapkan pada tanggal 7 September 1944 oleh Perdana Menteri Kaiso.

Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan
janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa
syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari
Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura)

Dalam maklumat tersebut juga dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas BPUPKI adalah menyelidiki dan
mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya diberikan kepada pemerintah Jepang untuk
dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.

Keanggotaan BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama
BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang
dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara untuk bangsa Indonesia setelah merdeka
nanti. Pada sidang pertama Ir. Soekarno dan Muhammad Yamin mengusulkan calon dasar
negara untuk Indonesia merdeka. 

Muhammad Yamin (29 Mei 1945)


Muhammad Yamin memberikan usul mengenai dasar negara secara lisan yang terdiri atas
lima hal, yaitu:
  1. Peri Kebangsaan
  2. Peri Kemanusiaan
  3. Peri Ketuhanan
  4. Peri Kerakyatan
  5. Kesejahteraan Rakyat

Selain itu Muhammad Yamin juga memberikan usul secara tertulis yang juga terdiri dari
lima hal, yaitu:
  1. Ketuhanan Yang Maha Esa
  2. Persatuan Indonesia
  3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
  4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /
Perwakilan
  5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Bung Karno (1 Juni 1945)


Pada Tanggal 1 Juni 1945 Bung Karno (Ir. Soekarno) di depan Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mengusulkan calon dasar negara yang
terdiri dari lima asas, oleh bung karno kelima asas tersebut diberi nama Pancasila, inilah
awal terbentuknya dasar negara Pancasila, yang kemudian pada tanggal tersebut dikenang
sebagai hari lahirnya Pancasila. 1 Juni menjadi tanggal yang sangat penting, karena di
situlah Pancasila telah lahir, dan inilah hari lahir dasar negara Indonesia. berikut kelima
asas yang diusulkan Bung Karno sebagai calon dasar negara:
  1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
  2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
  3. Mufakat atau Demokrasi
  4. Kesejahteraan Sosial
  5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kelima hal tersebut oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Kemudian Bung Karno
mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
  1. Sosio nasionalisme
  2. Sosio demokrasi
  3. Ketuhanan

Berikutnya tiga hal tersebut menurutnya juga bisa diperas lagi menjadi Ekasila yaitu
Gotong Royong.
Pancasila Sebagai Ideologi

Selesai sidang 1 BPUPKI, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk
membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul yang masuk dan
memeriksanya serta melaporkan dalam sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi
kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni
1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri dari 8 orang, yaitu:

 Mr. Muh. Yamin


 Ir. Soekarno
 K.H. Wachid Hasjim
 Ki Bagus Hadikusumo
 M. Sutardjo Kartohadikusumo
 R. Otto Iskandar Dinata
 Mr. A.A. Maramis
 Drs. Muh. Hatta

Kemudian Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan
para anggota BPUPKI yang berada (berasal) di Jakarta. Hasil yang dapat dicapai antara lain
adalah dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul / Perumus Dasar Negara,
yang terdiri atas sembilan orang, yaitu:

 Mr. Muh. Yamin


 Ir. Soekarno
 Mr. A.A. Maramis
 Drs. Muh. Hatta
 K.H. Wachid Hasyim
 Mr. Ahmad Subardjo
 Abikusno Tjokrosujoso
 Abdul Kahar Muzakkir
 H. Agus Salim

Panitia Kecil yang beranggotakan 9 orang ini pada tanggal tersebut juga melanjutkan
sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih
dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.

Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-14 juli 1945, Agenda sidang BPUPKI kali ini
membahas tentang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kewarganegaraan
Indonesia, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan negara,
serta pendidengajaran. Pada persidangan BPUPKI yang kedua ini, anggota BPUPKI dibagi-
bagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil yang terbentuk itu antara lain adalah:
Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai oleh Raden Abikusno Tjokrosoejoso),  Panitia
Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai oleh Ir. Soekarno) dan Panitia Ekonomi dan
Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta).

Kemudian Pada tanggal 9 Agustus dibentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan


Indonesia) yang menggantikan BPUPKI. Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah
tanpa syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan
tersebut dimanfaatkan oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah
proklamasi kemerdekaan PPKI menggelar sidang, dengan acara utama memilih Presiden
dan Wakil Presiden dan mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambulnya
(Pembukaannya).
Untuk pengesahan Pembukaan (Preambul), terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum
mengesahkan Preambul (pembukaan), Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa
pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada
utusan dari Indonesia bagian Timur yang menemuinya. 

Inti dari pertemuan tersebut adalah, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar
pada alinea keempat preambul, di belakang kata "ketuhanan" yang berbunyi "dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dihapus. Jika tidak maka
rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari Indonesia yang baru saja
diproklamasikan, hal tersebut karena mayoritas penduduk di indonesia bagian timur
beragama non-muslim.

Usul kemudian disampaikan oleh Muh. Hatta pada sidang pleno PPKI, khususnya kepada
para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada KH. Wakhid Hasyim, Ki Bagus
Hadikusumo dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta kemudian berusaha meyakinkan tokoh
Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa indonesia.

Setelah dilakukan Musyarah dan Mufakat serta Oleh karena pendekatan yang intens dan
demi persatuan dan kesatuan, akhirnya dihapuslah kata "dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" di belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan
"Yang Maha Esa".

Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara (Lengkap)


Arti dan Makna Lambang dan Simbol Negara - Garuda Pancasila merupakan Lambang negara
Indonesia, yang juga memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Meskipun Berbeda-beda tetapi
tetap satu Jika). Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda dengan kepala menghadap
ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), dan mempunyai perisai berbentuk seperti jantung
yang digantung menggunakan rantai pada leher Garuda, dan terdapat semboyan Bhinneka Tunggal
Ika yang bermakna "Meskipun Berbeda-beda tetapi tetap satu Jiwa" tertulis di atas pita yang
dicengkeram oleh Garuda. Sultan Hamid II lah yang merancang Lambang ini, namun kemudian
disempurnakan oleh Bung Karno, Setelah itu diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara
pertama kali pada tanggal 11-Februari-1950 dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat.
Ideologi Pancasila
Lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila penggunaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah
No. 43/1958.

Deskripsi dan arti filosofi Lambang Negara


Garuda

 Garuda Pancasila merupakan burung yang sudah dikenal melalui mitologi kuno di sejarah
Nusantara (Indonesia), yaitu tunggangan Dewa Wishnu yang berwujud seperti burung
elang rajawali. Garuda dipakai sebagai Simbol Negara untuk menggambarkan Negara
Indonesia merupakan bangsa yang kuat dan besar.
 Warna keemasan di burung Garuda mengambarkan kejayaan dan keagungan.
 Garuda memiliki sayap, paruh, cakar dan ekor yang melambangkan tenaga
dan kekuatan pembangunan.
 Jumlah bulu Garuda Pancasila mengambarkan hari / Tanggal proklamasi kemerdekaan
Bangsa Indonesia, yaitu tanggal 17-Agustus-1945, antara lain: Jumlah bulu pada masing-
masing sayap berjumlah 17, Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8, Jumlah bulu di bawah
perisai/pangkal ekor berjumlah 19, Jumlah bulu di leher berjumlah 45.

Perisai

 Perisai merupakan tameng yang telah lama dikenal dalam budaya dan peradaban
Nusantara sebagai senjata yang melambangkan  perlindungan, pertahanan dan
perjuangan diri untuk mencapai tujuan.
 Di tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang menggambarkan garis
khatulistiwa hal tersebut mencerminkan lokasi / Letak Indonesia, yaitu indonesia sebagai
negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa.
 Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila.
 Warna dasar pada ruang perisai merupakan warna bendera Indonesia (merah-putih). dan
pada bagian tengahnya memiliki warna dasar hitam.

Berikut adalah Pembagian dan penjelasan lambang pada ruang perisai:


Makna Sila Pertama Pancasila, Bintang Tunggal
Makna Sila 1, Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan Perisai hitam dengan sebuah
bintang emas berkepala lima (bersudut lima), bintang emas sendiri dapat diartikan sebagai sebuah
cahaya seperti layaknya Tuhan yang menjadi cahaya kerohanian bagi setiap manusia.
Makna Sila Kedua Pancasila, Rantai
Emas
Makna Sila 2, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan Rantai yang disusun atas gelang-
gelang kecil ini menandakan hubungan manusia satu sama lain yang saling membantu, gelang yang
persegi menggambarkan pria sedangkan gelang yang lingkaran menggambarkan wanita.
Makna Sila Ketiga Pancasila, Pohon
Beringin
Makna Sila 3, Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin (Ficus benjamina) di
bagian kiri atas perisai berlatar putih, Pohon beringin merupakan sebuah pohon Indonesia yang
berakar tunjang - sebuah akar tunggal panjang yang menunjang pohon yang besar ini dengan
tumbuh sangat dalam ke dalam tanah. Hal ini mencerminkan kesatuan dan persatuan Indonesia.
Pohon Beringin juga mempunyai banyak akar yang menggelantung dari ranting-rantingnya. ini
mencerminkan Indonesia sebagai negara kesatuan namun memiliki berbagai latar belakang budaya
yang berbeda-beda (bermacam-macam).
Makna Sila keempat Pancasila, Kepala Banteng
Makna Sila 4, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /
Perwakilan. yang disimbolkan dengan kepala banteng pada bagian kanan atas perisai berlatar
merah. Lembu liar atau Banteng merupakan binatang sosial yang suka berkumpul, sama halnya
dengan manusia dimana dalam pengambilan keputusan harus dilakukan secara musyawarah salah
satunya dengan cara berkumpul untuk mendiskusikan sesuatu.
Makna Sila kelima Pancasila, Padi Kapas
Makna Sila 5, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan padi dan kapas
di bagian kanan bawah perisai yang berlatar putih. kapas dan padi (mencerminkan pangan dan
sandang) merupakan kebutuhan pokok semua masyarakat Indonesia tanpa melihat status maupun
kedudukannya. ini mencerminkan persamaan sosial dimana tidak adanya kesenjangan sosial
anatara satu dan yang lainnya, tapi hal ini (persamaan sosial) bukan berarti bahwa Indonesia
memakai ideologi komunisme.

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Lengkap)

Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (biasah disingkat P4) atau Eka Prasetya
Pancakarsa merupakan sebuah panduan tentang pengamalan Pancasila dalam kehidupan
bernegara semasa Orde Baru.

Panduan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila dibentuk melalui Ketetapan


MPR no. II/MPR/1978. Ketetapan tersebut berisi tentang Eka Prasetya Pancakarsa yang
menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman
praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Saat ini produk hukum ini tidak berlaku lagi karena
Tap MPR no. II/MPR/1978 telah dicabut melalui Ketetapan MPR no XVIII/MPR/1998 dan
termasuk dalam kelompok Ketetapan MPR yang sudah bersifat final atau selesai
dilaksanakan menurut Ketetapan MPR no. I/MPR/2003

Berikut merupakan poin-poin dalam butir-butir pancasila. silakan Resapi dan hayati isinya.
isi butir butir pancasila:
Butir Pengalaman Sila Pertama Pancasila, Bintang Tunggal
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa (Ada 7 Butir Pengalaman)

 Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan YME, sesuai dengan agama
dan kepercayaannya sendiri-sendiri menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
 Bangsa Indonesia menyatakan ketakwaannya dan kepercayaannya terhadap Tuhan
YME.
 Mengembangkan sikap hormat dan menghormati serta bekerjasama antar pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan YME.
 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME kepada
orang lain.
 Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME merupakan masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan YME.
 Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan YME.
 Mengembangkan sikap yang saling menghormati dan menghargai kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

Butir Pengalaman Sila Kedua Pancasila, Rantai Emas


Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (Ada 10 Butir Pengalaman)

 Mengakui persamaan hak, persamaan derajat dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda bedakan keturunan, suku, agama, jenis kelamin, kepercayaan,
warna kulit, kedudukan sosial dan sebagainya.
 Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan YME.
 Mengembangkan sikap tepa selira dan saling tenggang rasa.
 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
 Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
 Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

Butir Pengalaman Sila Ketiga Pancasila, Pohon Beringin

Sila ketiga, Persatuan Indonesia (Ada 7 Butir Pengalaman)

 Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.


 Mampu menempatkan persatuan, kesatuan serta keselamatan
dan kepentingan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
 Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
 Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
 Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
 Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.

Butir Pengalaman Sila keempat Pancasila, Kepala Banteng


Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan (Ada 10 Butir Pengalaman)

 Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.


 Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
hak, kedudukan dan kewajiban yang sama.
 Mengunakan Musyawarah guna mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
 Mengutamakan musyawarah saat mengambil atau menentukan keputusan untuk
kepentingan bersama.
 Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
 Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
 Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab, selalu melaksanakan
dan menerima hasil keputusan musyawarah.
 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
 Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan YME, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran
dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

Butir Pengalaman Sila kelima Pancasila, Padi Kapas


Sila kelima. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Ada 11 Butir Pengalaman)

 Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.


 Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang memperlihatkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan ke gotongroyo ngan.
 Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang berkeadilan
sosial dan merata.
 Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
 Menghormati hak orang lain.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
 Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
 Suka bekerja keras.
 Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
 Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.

45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan Contoh


dan Penjelasan
Pancasila merupakan Dasar negara Republik Indosesia. Konsep dasar Pancasila ini terdapat pada
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Kata
Pancasila diambil dari bahasa Sansekerta, "Panca" memiliki arti lima dan "sila" berarti dasar, jadi
Pancasila memiliki arti lima dasar. Dalam hal ini yang dimaksud adalah lima dasar negara.
Sila-Sila dalam pancasila terdiri dari kalimat pernyataan. Bunyi kelima sila tersebut ialah sebagai
berikut.

1. Ketuhanan yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Agar pancasila lebih mudah dipahami dan diamalkan oleh masyarakat, maka pada tahun 1978
pemerintah menyusun 36 butir-butir Pancasila berdasarkan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang
Ekaprasetia Pancakarsa atau Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4).
Namun dalam perkembangannya ke 36 butir pedoman tersebut diperbaharui, tepatnya sejak tahun
2003 berdasarkan Tap MPR No. I/MPR/2003, 36 butir pedoman pengamalan Pancasila telah
diperbaharui menjadi 45 butir butir Pancasila. dimana ke 45 butir butir pancasila tersebut
merupakan penjabaran dari kelima sila dalam Pancasila.

 Sila pertama dijabarkan dalam 7 butir


 Sila kedua dijabarkan dalam 10 butir
 Sila ketiga dijabarkan dalam 7 butir
 Sila keempat dijabarkan dalam 10 butir
 Sila kelima dijabarkan dalam 11 butir

Untuk lebih jelasnya berikut isi 45 butir butir Pancasila yang baru sesuai dengan Tap MPR no.
I/MPR/2003.
45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila sesuai Tap MPR no. I/MPR/2003.
Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Lambang Sila 1 : Perisai hitam dengan sebuah bintang emas berkepala lima (bersudut
lima)
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.

 Contoh pengamalan : Mempunyai dan meyakini satu agama dengan menjalankan perintah
dan menjauhi larangan sesuai dengan norma agama yang dianut.

2. Manusia Indonesia percaya dan takwa pada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

 Contoh pengamalan : Menjalankan perintah dan menjauhi larangan sesuai dengan norma
agama yang dianut serta tidak menganggu penganut agama yang lain.

3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
 Contoh pengamalan : Menghormati dan mau bekerja sama meskipun dengan pemeluk
agama lain.

4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.

 Contoh pengamalan : Kita wajib hidup rukun meskipun beda agama karena kita satu bangsa
Indonesia.

5. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing.

 Contoh pengamalan : Saling menghormati ketika terdapat pemeluk agama lain yang sedang
melaksanakan ibadah.

6. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

 Contoh pengamalan : Setiap manusia bebas menganut agama yang sudah disahkan
pemerintah.

7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang
lain.

 Contoh pengamalan : Tidak memaksakan sebuah agama kepada orang lain karena itu
urusan dia dengan Tuhannya.

Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab


Lambang Sila 2 : Rantai Emas yang Disusun atas Gelang-Gelang
Kecil
8. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.

 Contoh pengamalan : Tidak boleh memperlakukan manusia secara sewenang - wenang /


kurang bermartabat karena semua manusia memiliki hak asasi yang sama

9. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, kedudukan sosial, jenis kelamin, warna
kulit dan sebagainya.

 Contoh pengamalan : Menghargai perbedaan yang ada, Karena kita harus menyadari bahwa
kita hidup memang berbeda-beda baik dari suku, ras, maupun agama, jadi perbedaan itu
memang ada.

10. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.


 Contoh pengamalan : Tidak boleh memperlakukan orang lain secara semena-mena
terutama dalam hal yang buruk dan merugikan orang lain

11. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

 Contoh pengamalan : Mau mengikuti kerja bakti dan berbaur dengan masyarakat yang lain

12. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

 Contoh pengamalan : Tidak boleh semena-mena terhadap sesama manusia agar bisa hidup
berdampingan dan rukun.

13. Berani membela kebenaran dan keadilan.

 Contoh pengamalan : Sebagai manusia kita wajib menjunjung suatu kebenaran, jangan yang
salah malah dibenarkan. Kita perlu hidup adil terhadap sesama manusia

14. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 

 Contoh pengamalan : Memberi bantuan kepada orang lain yang butuh pertolongan kita.

15. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

 Contoh pengamalan : Saling menghormati dan menghargai sesama manusia.

16. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain

 Contoh pengamalan : Manusia adalah mahkluk sosial. Sehingga manusia tidak dapat hidup
sendiri, perlu adanya saling membantu satu sama lain.

17. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

 Contoh pengamalan : Sebagai bangsa Indonesia ketika saudara kita tertimpa musibah kita
perlu membantunya karena mereka masih satu bangsa dengan kita

Sila ketiga: Persatuan Indonesia

Lambang Sila 3 : Pohon


Beringin
18. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

 Contoh pengamalan : Bila di negara kita ada suatu masalah kita harus fokus menyelesaikan
masalah tersebut untuk kepentingan bersama / untuk kepentingan negara bukan
memanfaatkannya untuk kepentingan kelompok / golongan / pribadi.
19. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

 Contoh pengamalan : Turut berjuang dan membela indonesia apabila negara Indonesia
terancam keamanannya.

20. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

 Contoh pengamalan : Tidak membeda bedakan antara suku, ras dan agama satu dengan
lainnya, karena kita semua sama-sama warga indonesia.

21. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

 Contoh pengamalan : Menjaga sumber daya dan kelestarian bumi yang ada di Indonesia

22. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

 Contoh pengamalan : Lebih memilih dan menggunakan produk dalam negeri dibanding
produk buatan dari luar.

23. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

 Contoh pengamalan : Menjunjung tinggi nilai persatuan bangsa tanpa memandang suku, ras
dan agama.

24. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.

 Contoh pengamalan : Turut mengampanyekan perdamaian dunia atau jika belum bisa, kita
bisa mulai dari yang terkecil seperti mematuhi peraturan yang sudah ada di lingkungan
kita.

Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaran /
perwakilan
Lambang Sila 4 : Kepala Banteng
25. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

 Contoh pengamalan : Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban sama memperoleh
pendidikan.
26. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

 Contoh pengamalan : Tidak boeh kita memaksakan kehendak sendiri terhadap orang lain
apalagi melakukan ancaman.

27. Mengutamakan musyawarah saat mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.


 Contoh pengamalan : Ketika ada perbedaan kita wajib mengutamakan aspek
bermusyawarah.

28. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

 Contoh pengamalan : Dalam bermusyawarah perlu tercapainya hasil yang telah disepakati
bersama dengan mendukung aspek kekeluargaan.

29. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

 Contoh pengamalan : Dalam bermusyawarah kita tidak boleh emosi karena kita wajib dalam
keadaan kepala dingin.

30. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai dalam melaksanakan


pemusyawaratan.

 Contoh pengamalan : Menyerahkan dan mempercayai secara penuh aspirasi kita terhadap


wakil - wakil terpilih untuk menjalankan tugasnya.

31. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.

 Contoh pengamalan : Kita perlu patuh, menerima dan hormat terhadap suatu keputusan
yang sudah disepakati dan mufakat.

32. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau
golongan.

 Contoh pengamalan : Di dalam bermusyawarah perlu mengutumakan kepetingan bersama


dibanding kepentingan pribadi

33. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.

 Contoh pengamalan : Dalam menerima sebuah keputusan kita perlu ikhlas dalam
menjalaninya.

34. Keputusan yang diambil harus bisa dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

 Contoh pengamalan : Dalam pengesahan keputusan seharusnya keputusan tersebut sesuai


dengan norma pada Tuhan Yang Maha Esa serta tetap mempertahankan martabat

Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


Lambang Sila 5 : Padi dan
Kapas
35. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan kegotongroyongan.

 Contoh pengamalan : Wajib hukumnya saling menghormati terhadap sesama manusia


untuk tercapainya sikap kekeluargaan.

36. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

 Contoh pengamalan : Adil terhadap teman yang butuh bantuan dan tidak membeda-
bedakannya.

37. Menghormati hak orang lain.

 Contoh pengamalan : Saling menghormati, baik, dan rukun terhadap sesama manusia.

38. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

 Contoh pengamalan : Dalam hidup memang antara hak dan kewajiban dibutuhkan akan
tetapi haruslah seimbang. Contohnya kita berhak memperoleh kenyamanan berkendara
tapi wajib hukumnya menaati aturan lalu lintas yang berlaku.

39. Suka bekerja keras.

 Contoh pengamalan : Hidup jangan banyak mengeluh, kita perlu kerja keras dan cerdas
untuk memenuhi kebutuhan keluarga apalagi kalau bisa memberi kepada orang yang
membutuhkan

40. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

 Contoh pengamalan : Memberi bantuan modal usaha tanpa bunga kepada tetangga sekitar
yang membutuhkan.

41. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.

 Contoh pengamalan : Jangan sampai dalam hidup kita membuat susah tetangga sekitar,
misal membangun pabrik industri tapi limbah dibuang sembarangan yang menjadikan rugi
tetangga sekitar kita.

42. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

 Contoh pengamalan : Bersikaplah hemat, lebih baik sisihkan uang anda untuk orang yang
lebih membutuhkan.

43. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.

 Contoh pengamalan : Bersifat sewajarnya terhadap sesama, misal jangan sampai anda
memberatkan orang lain apalagi sampai jatuhnya pemerasan
44. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan
sosial.

 Contoh pengamalan : Melakukan kegiatan kegiatan membangun seperti gotong royong,


kerja baiti, bela negara dan lain sebagainya.

45. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.

 Contoh pengamalan : Dalam hidup jangan mengklaim hak yang memang itu sudah
dipantenkan pemiliknya. Apabila memang mau digunakan untuk kepentingan kita ada
baiknya ijin terlebih dahulu.

Sekian artikel mengenai 45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila (Sila Ke-1 sampai Ke-5) dengan
Contoh dan Penjelasan. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk mengerjakan
tugas maupun untuk sekedar menambah pegetahuan seputar butir butir pancasila, butir butir
pancasila beserta contohnya, 45 butir pancasila dan pengamalan pancasila. Terimakasih atas
kunjungannya.

10 Fungsi dan Kedudukan Pancasila


Fungsi dan Kedudukan Pancasila - Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia.
Nama ini terdiri dari dua kata dari bahasa Sanskerta: "pañca" berarti lima dan "śīla" berarti prinsip
atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Fungsi dan Kedudukan Pancasila
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Pancasila memiliki banyak Kedudukan dan Fungsi bagi
bangsa Indonesia, Berikut Ini adalah beberapa kedudukan dan fungsi Pancasila Bagi Bangsa
Indonesia:

Fungsi dan Kedudukan Pancasila:


1. Pancasila Sebagai Dasar Negara bangsa Indonesia
Dasar negara merupakan fundamen atau Alas yang dijadikan pijakan serta dapat memberi
kekuatan kepada berdirinya suatu negara. Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu alas
atau landasan yaitu Pancasila. Pancasila pada fungsinya sebagai dasar negara, adalah sumber
kaidah hukum yang mengatur Bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya
yakni rakyat, pemerintah dan wilayah. Pancasila pada posisi seperti inilah yang merupakan dasar
pijakan penyelenggaraan negara serta seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Pancasila merupakan kristalisasi pengalaman hidup dalam sejarah bangsa indonesia yang telah
membentuk watak, sikap, prilaku, etika dan tata nilai norma yang telah melahirkan pandangan
hidup. Pandangan hidup sendiri adalah suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang
terdiri dari kesatuan rangkaian dari nilai-nilai luhur. Pandangan hidup berguna sebagai pedoman /
tuntunan untuk mengatur hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan Tuhan dan
hubungan manusia dengan lingkungan.
3. Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia
Ideoligi berasal dari kata “Idea” yang berarti konsep, gagasan, pengertian dasar, cita-cita dan logos
yang berarti ilmu jadi Ideologi dapat diartikan adalah Ilmu pengertian-pengertian dasar. Dengan
demikian Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dimana pada hakikatnya adalah suatu hasil
perenungan atau pemikiran Bangsa Indonesia. Pancasila di angkat atau di ambil dari nilai-nilai adat
istiadat yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia, dengan kata lain pancasila
merupakan bahan yang di angkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia.
4. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat indonesia, hal tersebut melalui
penjabaran instrumental sebagai acuan hidup yang merupakan cita-cita yang ingin digapai serta
sesuai dengan jiwa Indonesia serta karena pancasila lahir bersamaan dengan lahirnya Indonesia.
Menurut Von Savigny bahwa setiap bangsa punya jiwanya masing-masing yang disebut Volkgeist,
artinya Jiwa Rakyat atau Jiwa Bangsa. Pancasila sebagai jiwa Bangsa lahir bersamaan dengan
adanya Bangsa Indonesia yaitu pada jaman dahulu kala pada masa kejayaan nasional.
5. Pancasila merupakan Sumber dari segala sumber tertib hukum
Poin ini dapat diartikan bahwa segala peraturan perundang-undangan / hukum yang berlaku dan
dijalankan di Indonesia harus bersumber dari Pancasila atau tidak bertentangan (kontra) dengan
Pancasila. Karena segala kehidupan negara indonesia berdasarkan pancasila.
6. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
Pancasila sebagai kepribadian bangsa karena Pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa
Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun tingkah lakunya
sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain. dan Pancasila Merupakan wujud peran dalam
mencerminkan adanya kepribadian Negara Indonesia yang bisa mem bedakan dengan bangsa lain,
yaitu amal perbuatan, tingkah laku dan sikap mental bangsa Indonesia.
7. Pancasila sebagai Cita-cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia
Dalan Pancasila mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia yang menjadikan pancasila
sebagai patokan atau landasan pemersatu bangsa. dimana tujuan akhirnya yaitu untuk mencapai
masyarakat adil, makmur yang merata baik materiil maupun spiritual yang berdasarkan Pancasila.
8. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur
Karena saat berdirinya bangsa indonesia, Pancasila merupakan perjanjian luhur yang telah
disepakati oleh para pendiri bangsa untuk dilaksanakan, di lestarikan dan di pelihara. Artinya
Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai dasar negara tanggal 18-Agustus-1945 pada
sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia), PPKI ini merupakan wakil-wakil dari
seluruh rakyat Indonesia yang mengesahkan perjanjian luhur (Pancasila) tersebut.
9. Pancasila sebagai Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa Indonesia
Pancasila merupakan sarana yang ampuh untuk mempersatukan Bangsa Indonesia. Karena
Pancasila merupakan palsafah hidup dan kepribadian Bangsa Indonesia yang mengandung nilai-
nilai dan norma-norma yang oleh Bangsa Indonesia diyakini paling benar, bijaksana, adil dan tepat
bagi Bangsa Indonesia guna mempersatukan Rakyat Indonesia.
10. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional memiliki konsekuensi bahwa di dalam segala
aspek pembangunan nasional wajib berlandasakan pada hakikat nilai nilai dari sila sila yang ada
pada pancasila.

Sejarah Pembentukan (Lahirnya) UUD 1945 - Lengkap


Pada kesempatan kali ini kita akan berbagi artikel tengtang Sejarah Pembentukan atau Lahirnya
UUD 1945, untuk lebih jelasnya langsung saja kita simak artikel berikut ini - Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau sering kita disebut dengan UUD 1945 atau UUD '45,
merupakan hukum basic law (dasar tertulis), konstitusi pemerintahan Bangsa Indonesia.
Sejarah Lahirnya UUD 1945
UUD 1945 diresmikan menjadi undang-undang dasar negara oleh PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) pada 18-Agustus-1945. Namun Sejak 27 Desember 1949, di Indonesia
berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950.
Kemudian pada Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan
dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.
Pada periode 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali amendemen (perubahan), yang mengubah
susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. berikut Sejarah
Lahirnya UUD 1945 Negara Republik Indonesia secara lengkap berdasarkan pembagian /
periodesasi waktu terjadinya:

Sejarah Lahirnya UUD 1945 Negara Republik Indonesia


BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dibentuk pada tanggal 29
April 1945 badan ini merupakan badan yang merancang konstitusi 1945. Selama sesi pertama yang
berlangsung pada 28 Mei - 1 Juni 1945, Pada saat itu Bung Karno menyampaikan gagasan "Dasar
Negara", yang ia beri nama Pancasila.
Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9
orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah
dihapusnya kata "dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya"
kemudian naskah Piagam Jakarta dijadikan naskah Pembukaan UUD 1945 yang kemudian
diresmikan pada 18-Agustus-1945 oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Pengesahan UUD 1945 ditetapkan oleh KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) pada sidangnya
tanggal 29 Agustus 1945.
Kemudian Naskah rancangan UUD 1945 dibuat pada saat Sidang Ke-2 BPUPKI tanggal 10-17 Juli
1945. dan Tanggal 18-Agustus-1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia.
Periode Diberlakukannya UUD 1945 (18-Agustus-1945 sampai 27-Desember-1949)
Dalam Periode 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia saat
itu disibukkan oleh perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Kemudian pada Maklumat Wakil
Presiden Nomor X tanggal 16-Oktober-1945 mengatakan bahwa kekuasaan legislatif diserahkan
kepada KNIP, karena saat itu DPR dan MPR belum terbentuk. Selanjutnya Pada 14-November-1945
dibentuk Kabinet Semi Presidensial (Semi Parlementer) yang pertama, dimana peristiwa tersebut
adalah perubahan pertama dari sistem pemerintahan Indonesia terhadap UUD 1945.
Kabinet pada Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949 sering terjadi perubahan.
Kabinet RI yang pertama terdiri dari 4 menteri negara dan 12 menteri memimpin departemen.
Namun kabinet ini dipimpin oleh Bung Karno.
Kemudian Dalam kehidupan negara demokratis terbentuk banyak partai politik di Indonesia.
Sehingga dikeluarkan maklumat Pemerintah. kemudian kabinet berubah menjadi kabinet
parlementer. Perubahan kabinet ini dimaksud agar bangsa Indonesia mendapat dukungan dari
negara barat yang menganut paham demokrassi dan kabinet parlementer (Sultan Syahrir menjadi
Perdana Mentri I di Indonesia).
Periode Diberlakukanya Konstitusi RIS 1949 (27-Desember-1949 sampai 17-Agustus-1950)
Pada saat itu pemerintah Indonesia menganut sistem parlementer. Bentuk pemerintahan dan
bentuk negara yaitu federasi negara yang terdiri dari negara-negara yang masing-masing negara
mempunyai kedaulatan sendiri untuk mengelola urusan internal. Ini merupakan perubahan dari
tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan.

Periode Diberlakukanya UUDS 1950 (17-Agustus-1950 sampai 5-Juli-1959)


Pada periode UUDS 1950 diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang lebih dikenal
Demokrasi Liberal. Pada periode ini kabinet sering dilakukan pergantian, akibatnya pembangunan
tidak berjalan lancar, hal tersebut lantaran tiap partai lebih mengutamakan kepentingan golongan
atau partanyai. Setelah memberlakukan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal selama hampir 9
tahun, kemudian rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak
sesuai, hal tersebut karena tidak cocok dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945 yang sesungguhnya.

Perangko kembali ke UUD 1945


50sen
Periode Diberlakukanya  kembali UUD 1945 (5-Juli-1959 sampai 1966)
Karena situasi politik di Majelis Konstituante pada tahun 1959 yang panas dan banyak kepentingan
partai saling tarik ulur politik sehingga gagal menghasilkan sebuah konstitusi baru, kemudian pada
5-Juli-1959, Bung Karno mengeluarkan Keputusan Presiden yang satu itu memberlakukan kembali
UUD 1945 sebagai konstitusi, menggantikan Sementara UUDS 1950 yang berlaku pada saat itu.
Pada saat itu, ada berbagai penyimpangan 1945, termasuk:

 Presiden menunjuk Ketua dan Wakil Ketua DPR/MPR dan Mahkamah Agung serta Wakil
Ketua DPA sebagai Menteri Negara
 MPRS menetapkan Bung Karno menjadi presiden seumur hidup.

Periode UUD 1945 masa Orde Baru (11-Maret-1966 sampai 21-Mei-1998)


Selama Orde Baru (1966-1998), Pemerintah berjanji akan melaksanakan UUD 1945 dan Pancasila
secara konsekuen dan murni. Akibatnya Selama Orde Baru, UUD 1945 menjadi sangat “sakral”, di
antara melalui sejumlah aturan:

 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang referendum, yang merupakan implementasi


Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983.
 Keputusan No. IV / MPR / 1983 mengenai Referendum yang antara lain menyatakan bahwa
seandainya MPR berkeinginan mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus meminta
masukan dari rakyat dengan mengadakan referendum.
 Keputusan No. I / MPR / 1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan amandemen terhadapnya

Masa (21-Mei-1998 sampai 19-Oktober-1999)


Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan oleh B.J.Habibie
sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur (Sekarang Timor Leste) dari NKRI.
Periode Perubahan UUD 1945 (sampai Sekarang)
Salah satu permintaan Reformasi pada tahun 98 adalah adanya amendemen atau perubahan
terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan amandemen UUD 1945 antara lain karena pada
zaman Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (namun pada nyataannya tidak di tangan
rakyat), tetapi kekuasaan yang sangat besar malah ada pada Presiden, hal tersebut karena adanya
pasal-pasal yang terlalu "luwes" (yang dapat menimbulkan multitafsir), dan kenyataan rumusan
UUD 1945 mengenai semangat penyelenggara negara yang belum didukung cukup ketentuan
konstitusi.
Tujuan amandemen UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti kedaulatan
rakyat, tatanan negara, pembagian kekuasaan, HAM, eksistensi negara demokrasi dan negara
hukum, dll yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan aspirasi bangsa. Amandemen UUD
1945 mempunyai kesepakatan yaitu tidak merubah Pembukaan UUD 1945, dan tetap
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), juga memperjelas sistem
pemerintahan presidensial.
Dalam periode 1999-2002, terjadi 4 kali amendemen UUD 1945 yang ditetapkan dalam Sidang
Umum dan Sidang Tahunan MPR yaitu:

 Pada Sidang Umum MPR 1999, 14-21 Oktober 1999, Amandemen Pertama.
 Pada Sidang Tahunan MPR 2000, 7-18 Agustus 2000, Amandemen Kedua.
 Pada Sidang Tahunan MPR 2001, 1-9 November 2001, Amandemen Ketiga.
 Pada Sidang Tahunan MPR 2002, 1-11 Agustus 2002, Amandemen Keempat.

HASIL AMANDEMEN UUD 1945


Amandemen Pertama
Perubahan ini meliputi 9 pasal, 16 ayat yang Ditetapkan pada tanggal 19-Oktober-1999, yaitu:

 Pasal 7: Tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden


 Pasal 13 ayat 2 dan 3: Tentang Penempatan dan Pengangkatan Duta
 Pasal 5 ayat 1: Tentang Hak Presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR
 Pasal 14 ayat 1: Tentang Pemberian Grasi dan Rehabilitasi
 Pasal 15: Tentang Pemberian tanda jasa, gelar, serta kehormatan lain
 Pasal 9 ayat 1 dan 2: Tentang Sumpah Presiden dan Wakil Presiden
 Pasal 21: Tentang Hak DPR untuk mengajukan RUU
 Pasal 14 ayat 2: Tentang Pemberian abolisi dan amnesty
 Pasal 20 ayat 1-4: Tentang DPR
 Pasal 17 ayat 2 dan 3: Tentang Pengangkatan Menteri

Amandemen Kedua
Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang Ditetapkan tanggal 18-Agustus-2000, yaitu:

 Bab IX A: Tentang Wilayah Negara


 Bab VI: Tentang Pemerintahan Daerah
 Bab XA: Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
 Bab VII: Tentang Dewan Perwakilan Daerah (DPR)
 Bab XV: Tentang Bahasa, Bendera, Lagu Kebangsaan dan Lambang Negara
 Bab X: Tentang Penduduk dan Warga Negara
 Bab XII: Tentang Pertahanan dan Keamanan

Amandemen Ketiga
Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang Ditetapkan tanggal 9-November-2001, yaitu:

 Bab II: Tentang MPR
 Bab I: Tentang Bentuk dan Kedaulatan
 Bab VIII A: Tentang BPK (Badan Pemeriksa keuangan)
 Bab III: Tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara
 Bab VII A: Tentang DPR
 Bab V: Tentang Kementrian Negara 
 Bab VII B: Tentang Pemilihan Umum

Amandemen Keempat
Perubahan ini meliputi 19 pasal yang terdiri dari 31 butir ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan.
yang Ditetapkan pada tanggal 10-Agustus-2002. Pada Amandemen keempat ini ditetapkan bahwa:

UUD 1945 sebagaimana telah diubah merupakan UUD 1945 yang ditetapkan pada 18-Agustus-1945
dan diberlakukan kembali melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Perubahan tersebut diputuskan pada rapat Paripurna MPR RI ke-9 tanggal 18-Agustus-2000 pada
Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. pengubahan substansi pasal
16 serta penempatannya ke dalam Bab III tentang "Kekuasaan Pemerintahan Negara". dan Bab IV
tentang "Dewan Pertimbangan Agung" dihapus.

Naskah Undang-Undang Dasar 1945


Sebelum amandemen, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat
(16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang
terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta
Penjelasan.
Setelah dilakukan 4 kali amandemen, UUD 1945 memiliki 16 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan
Peralihan, serta 2 pasal Aturan Tambahan.

Toleransi Antar Umat Beragama (Lengkap)


Toleransi Antar Umat Beragama - Manusia merupakan makhluk individu sekaligus juga sebagai
makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia diwajibkan mampu berinteraksi dengan individu /
manusia lain dalam rangka memenuhi kebutuhan. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam
masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda
dengannya salah satunya adalah perbedaan kepercayaan / agama.
Toleransi Antar Umat Beragama
Dalam menjalani kehidupan sosial tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-gesekan yang akan dapat
terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan agama atau ras. Dalam rangka
menjaga persatuan dan kesatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling menghargai dan
menghormati, sehingga tidak terjadi gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian.
Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 telah disebutkan bahwa "Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya sendiri-sendiri dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya" Sehigga kita sebagai warga Negara sudah sewajarnya
saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi menjaga keutuhan
Negara dan menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama.

Arti dan Makna Toleransi


Toleransi berasal dari bahasa latin dari kata "Tolerare" yang berarti dengan sabar membiarkan
sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu perilaku atau sikap manusia yang tidak
menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghormati atau menghargai setiap tindakan yang
dilakukan orang lain.
Toleransi juga dapat dikatakan istilah pada konteks agama dan sosial budaya yang berarti sikap
dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap golongan-golongan yang berbeda atau
tidak dapat diterima oleh mayoritas pada suatu masyarakat. Misalnya toleransi beragama dimana
penganut Agama mayoritas dalam sebuah masyarakat mengizinkan keberadaan agama minoritas
lainnya. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang
beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang
beragama lain.
Istilah toleransi juga dapat digunakan dengan menggunakan definisi "golongan / Kelompok" yang
lebih luas, misalnya orientasi seksual, partai politik, dan lain-lain. Sampai sekarang masih banyak
kontroversi serta kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari kaum konservatif atau liberal. 
Pada sila pertama dalam Pancasila, disebutkan bahwa bertaqwa kepada tuhan menurut agama dan
kepercayaan masing-masing merupakan hal yang mutlak. Karena Semua agama menghargai
manusia oleh karena itu semua umat beragama juga harus saling menghargai. Sehingga terbina
kerukunan hidup anatar umat beragama.
Contoh Perwujutan Toleransi Beragama:
 Memahami setiap perbedaan.
 Sikap saling tolong menolong antar sesama umat yang tidak membedakan
suku, agama, budaya maupun ras.
 Rasa saling menghormati serta menghargai antar sesama umat manusia.

Contoh pelaksanaan Toleransi Beragama:

 Memperbaiki tempat-tempat umum 


 Kerja bakti membersihkan jalan desa
 Membantu korban kecelakaan lalu-lintas.
 Menolong orang yang terkena musibah atau bencana alam

Jadi, bentuk kerjasama ini harus kita praktekkan dalam kegiatan yang bersifat sosial
kemasyarakatan serta tidak menyinggung keyakinan pemeluk agama lain. melalui toleransi
diharapkan terwujud ketertiban, ketenangan dan keaktifan dalam menjalankan ibadah menurut
agama dan kepercayaan masing-masing..
Toleransi Umat Beragama di Indonesia
Pandangan ini muncul dilatarbelakangi oleh semakin meruncingnya hubungan antar umat
beragama di indonesia. Penyebab munculnya ketegangan antar umat beragama tersebut antara
lain:

 Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama pihak lain.
 Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam
kehidupan masyarakat.
 Sifat dari setiap agama, yang mengandung misi dakwah dan tugas dakwah.
 Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat.
 Para pemeluk agama tidak mampu mengontrol diri, sehingga tidak menghormati bahkan
memandang randah agama lain.
 Kecurigaan terhadap pihak lain, baik antar umat beragama, intern umat beragama,
atau antara umat beragama dengan pemerintah.

Pluralitas agama hanya dapat dicapai seandainya masing-masing kelompok bersikap lapang dada
satu sama lain. Sikap lapang dada dalam kehidupan beragama akan memiliki makna bagi kemajuan
dan kehidupan masyarakat plural, apabila ia diwujudkan dalam:

 Sikap saling mempercayai atas itikad baik golongan agama lain.


 Sikap saling menghormati hak orang lain yang menganut ajaran agamanya.
 Sikap saling menahan diri terhadap ajaran, keyakinan dan kebiasan kelompok agama lain
yang berbeda, yang mungkin berlawanan dengan ajaran, keyakinan dan kebiasaan sendiri.

Contoh Toleransi Umat Beragama dalam Kehidupan Nyata


Toleransi antarumat beragama antara pemeluk Agama Islam dan Kristen di Gereja Kristen Jawa
(GKJ) Joyodiningratan dan Masjid Al Hikmah, Serengan, Kota Solo, Jateng. yang tercipta sejak
dahulu.
"Dua bangunan tersebut berdampingan serta memiliki alamat yang sama, yaitu di Jalan Gatot
Subroto Nomor 222, Solo,"
Namun Perbedaan keyakinan tidak menyurutkan semangat pemeluk Kristen dan Islam setempat
untuk saling menjaga kerukunan, menghormati dan mengembangkan sikap toleransi. Bangunan
Masjid Al Hikmah didirikan pada tahun 1947 sedangkan GKJ Joyodingratan didirikan 10 tahun
sebelumnya atau sekitar 1937. namun Toleransi antarumat beragama telah tercipta sejak lama
disini.
Misalnya saat pelaksanaan Idul Fitri yang jatuh pada Minggu. Pengelola gereja langsung menelepon
pengurus masjid untuk menanyakan soal kepastian perayaan Idul Fitri. Kemudian pengurus gereja
merubah jadwal ibadah paginya pada Minggu menjadi siang hari, agar tidak mengganggu umat
Islam yang sedang menjalankan shalat Idul Fitri.
Contoh lainnya adalah pengurus masjid selalu membolehkan halaman Masjid untuk parkir
kendaraan bagi umat kristiani GKJ Joyoningratan saat ibadah Paskah maupun Natal.
hal tersebut merupakan contoh kecil toleransi antarumat beragama yang hingga saat ini terus
dipelihara. Baik pihak gereja maupun Pihak masjid, saling menghargai dan memberikan
kesempatan untuk menjalankan ibadah dengan khusyuk dan lancar bagi masih-masing
pemeluknya. seandainya terdapat oknum tertentu yang akan mengusik kerukunan antar umat
beragama di tempat tersebut, baik pihak masjid maupaun gereja akan bergabung untuk
mencegahnya.

Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Persatuan dan Kesatuan Bangsa - Bangsa Indonesia dikenal sebagai negara yang majemuk, ditandai
dengan banyaknya suku, etnis, budaya, agama, adat istiadat di dalamnya. Di sisi lain, Bangsa
Indonesia dikenal memiliki masyarakat multikultural, masyarakat yang anggotanya memiliki latar
belakang budaya (cultural background) beragam. Multikulturalitas dan Kemajemukan ini
menggambarkan banyaknya keragaman yang ada. Bila dikelola secara benar, keberagaman dapat
menghasilkan energi yang luar biasah besar. Namun sebaliknya bila tidak dikelola secara benar,
kemajemukan dan multikulturalitas dapat menghasilkan perpecahan. oleh karena itu Persatuan
dan Kesatuan adalah hal yang mutlak bagi bangsa indonesia.
Pancasila sebagai Pemersatu
Bangsa

Pengertian Persatuan dan Kesatuan


Persatuan dan kesatuan berasal dari kata "satu" yang memiliki arti utuh atau tidak terpecah-belah.
Kata Persatuan sendiri bisa diartikan sebagai perkumpulan dari berbagai komponen yang
membentuk menjadi satu. Sedangkan Kesatuan merupakan hasil perkumpulan tersebut yang telah
menjadi satu dan utuh. Sehingga kesatuan erat hubungannya dengan keutuhan. Dengan demikian
persatuan dan kesatuan memiliki makna "bersatunya berbagai macam corak yang beraneka ragam
menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi". Persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dapat
diartikan sebagai persatuan bangsa / negara yang menduduki wilayah Indonesia. Persatuan itu
didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.
Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, istilah "Persatuan Indonesia" merupakan faktor
kunci yaitu sebagai sumber motivasi, semangat dan penggerak perjuangan Indonesia. Hal tersebut
juga tercantum pada Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: "Dan perjuangan pergerakan Indonesia
tlah sampelah pada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa menghantarkan rakyat Indonesia
kdepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur".

Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sudah tampak saat proklamasi kemerdekaan bangsa
Indonesia yang juga merupakan awal dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
dalam Pasal 1 ayat 1 UUD. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa, "Negara
Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik". selanjutnya ditegaskan dalam
Sila ketiga Pancasila tentang tekad bangsa Indonesia mewujudkan persatuan tersebut.

Makna Persatuan dan Kesatuan


Di dalam persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia, terdapat 3 makna penting di dalamnya, yaitu:

 Menjalin rasa kekeluargaan, persahabatan dan sikap saling tolong menolong antar sesama


dan bersikap nasionalisme.
 Menjalin rasa kemanusiaan memiliki sikap saling toleransi serta keharmonisan untuk hidup
secara berdampingan.
 Rasa persatuan dan kesatuan menjalin rasa kebersamaan dan saling melengkapi satu sama
lain..

Prinsip Persatuan dan Kesatuan


Jika dikaji lebih jauh, dari arti dan makna persatuan dan kesatuan terdapat beberapa prinsip
persatuan dan kesatuan dari keberagaman di Indonesia yang juga harus kita hayati:
Prinsip Nasionalisme Indonesia
Kita harus mencintai bangsa Indonesia, namun hal tersebut bukan berarti kita harus mengagung-
agungkan bangsa kita sendiri. Kita tidak bisa memaksakan kehendak kita kepada negara lain
karena pandangan seperti itu akan mencelakakan sebuah bangsa. karena sikap tersebut
bertentangan dengan sila kedua "Kemanusiaan yang adil dan beradab".
Prinsip Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip ini mengharuskan kita mengakui bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari
berbagai agama, suku, adat istiadat dan bahasa yang majemuk. Hal itu mewajibkan kita untuk saling
menghargai dan bersatu sebagai bangsa Indonesia.
Prinsip Kebebasan yang Bertanggung jawab
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME. kita memiliki kebebasan dan tanggung jawab tertentu
terhadap diri kita sendiri, terhadap sesama manusia, dan tanggung jawab dalam hubungannya
dengan Tuhan YME.
Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi
Dengan semangat persatuan Indonesia, kita harus dapat mengisi kemerdekaan serta melanjutkan
pembangunan menuju masyarakat yang lebih sejahtera, adil dan makmur. Karena Persatuan
merupakan modal dasar pembangunan nasional.
Prinsip Wawasan Nusantara
Melalui wawasan nusantara, kedudukan masyarakat Indonesia diletakkan dalam kerangka
kesatuan politik, budaya, ekonomi, sosial serta pertahanan keamanan. Dengan wawasan ini,
manusia Indonesia merasa satu, sebangsa senasib sepenanggungan, dan setanah air, serta memiliki
satu tekad dalam mewujudkan cita-cita pembangunan nasional.

Tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling menonjol:


Perasaan senasib
Bangsa Indonesia memiliki sejarah yang panjang berada dalam masa penjajahan (pemerintahan
kolonial). Kondisi tersebut telah melahirkan rasa memiliki perasaan senasib untuk bebas dari
cekraman penjajah. Perasaan Senasib sepenanggungan ketika sama-sama merasakan penjajahan
menjadikan mereka bersatu untuk berjuang melawan penjajah tanpa memandang latar belakang
agama, suku, asal-usul etnis, bahasa maupun golongan.
Sumpah Pemuda
Kebulatan tekad untuk menciptakan Persatuan Indonesia kemudian tercermin di ikrar Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta yang diprakarsai oleh pemuda perintis
kemerdekaan yang berbunyi:

 Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Bertumpah darah Satu Tanah Air Indonesia.
 Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Berbangsa Satu Bangsa Indonesia.
 Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa Indonesia.

Sampai sekarang Sumpah Pemuda sering disebut sebagai pangkal tumpuan cita-cita menuju
Indonesia merdeka. walaupun pada kenyataanya persatuan berkali-kali mengalami gangguan dan
kerenggangan.

Kebangkitan Nasional
Kebangkitan Bangsa Indonesia untuk mencapai Indonesia merdeka yang sangat momunental
ditandai dengan lahirnya Budi Utomo pada 20 Mei 1908, Budi Utomo merupakan sebuah organisasi
pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo beserta para mahasiswa STOVIA. Organisasi ini bersifat
sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak bersifat politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal
gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Bangsa Indonesia walaupun pada saat itu
organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Setelah Organisasi Budi
Utomo lahir kemudian bermunculan organiasasi lain yang bertujuan mencapai Kemerdekaan
Indonesia. Organisasi tersebut adalah, Serikat Islam Tahun 1911, Muhammadiyah Tahun 1912,
Indiche Partij Tahun 1911, Perhimpunan Indonesia Tahun 1924, Partai Nasional Indonesia Tahun
1929, Partindo Tahun 1933 dan sebagainya. Integrasi pergerakan dalam mencapai cita-cita itu
pertama kali tampak dalam bentuk federasi seluruh organisasi politik / organisasi masyarakat yang
ada yaitu permufakatan perhimpunan-perhimpunan Politik Kemerdekaan Indonesia pada tahun
1927.
Proklamasi Kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 17 Agustus 1945 merupakan titik kulminasi
dari perjuangan bangsa Indonesia, ini berarti bahwa sejarah perjuangan bangsa Indonesia telah
mencapai puncaknya pada saat diproklamasikan. Puncak bukanlah akhir, oleh karena itu
perjuangan belum selesai karena itu kita sebagai generasi muda harus tetap berjuang untuk
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan di segala bidang kehidupan. Proklamasi memiliki
makna bahwa bangsa Indonesia telah berhasil melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan dan
sejak saat itu bangsa Indonesia bebas menentukan nasibnya sendiri tanpa campur dari negara lain.
Arti Penting Persatuan dan Kesatuan Bangsa adalah sebagai alat untuk mencapai cita-cita
proklamasi kemerdekaan yakni masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Karena Persatuan
sangatlah penting untuk mencapai kesejahteraan bagi sebuah negara. 

Pengertian dan Makna Bhinneka Tunggal Ika

Pengertian dan Makna Bhinneka Tunggal Ika


Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan (moto) yang dimiliki bangsa Indonesia. Frasa ini
berasal dari bahasa Jawa Kuno dan seringkali diartikan dengan kalimat "Berbeda-beda tetapi tetap
satu".
Jika Diterjemahkan per kata, kata bhinneka memiliki arti "beraneka ragam" atau "berbeda-beda".
Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" yang merupakan pembentuk kata "aneka"
dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu". Jadi Secara harfiah
Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu",
Pengertian dan Makna Bhinneka Tunggal Ika
Dimana kata Bhinneka Tunggal Ikan "Beraneka Satu Itu" bermakna meskipun berbeda-beda tetapi
pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ikan sering digunakan untuk menggambarkan persatuan dan
kesatuan Bangsa Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, suku, ras, bahasa daerah,
kepercayaan maupun agama.

Kalimat Bhinneka Tunggal Ikan sendiri merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuno yaitu
kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular sekitar abad ke-14 semasa kerajaan Majapahit.
Kakawin ini merupakan kakawin yang mengajarkan toleransi umat beragama yaitu mengajarkan
toleransi antara umat Buddha dengan umat Hindu Siwa.

Bhinneka Tunggal Ika dalam Konteks Indonesia


Bangsa Indonesia beruntung telah memiliki falsafah bhinneka tunggal ika sejak dahulu ketika
negara barat masih mulai memerhatikan tentang konsep keberagaman. Indonesia merupakan
negara yang sangat kaya akan keberagaman. Jika dilihat dari kondisi alam saja Indonesia sangat
kaya akan ragam flora dan fauna, yang tersebar dari ujung barat samapai ujung timur serta dari
ujung selatan ke utara di terdapat sekitar 17508 pulau. Bangsa ini juga didiami lebih dari 1000
suku yang menguasai sekitar 77 bahasa daerah dan menganut berbagai agama dan kepercayaan.
Keberagaman ini merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Atas dasar ini, para pendiri / proklamator
bangsa sepakat untuk menggusunug bhinneka tunggal ika sebagai semboyan Bangsa Indonesia.
Karena Bagi setiap masyarakat Indonesia, semboyan Bhineka Tunggal Ika dapat dijadikan sebagai
dasar guna melaksanakan perwujudan terhadap kerukuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Selayaknya, kita mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari, contohnya dengan cara menjalani
kehidupan dengan saling menghargai dan menghormati setiap individu / warga negara, terlepas
dari setiap perbedaan yang ada, tidak saling membedakan bahkan mencaci karena hal ini bisa
menimbulkan konflik dan menjadi sumber atau awal pemecah kesatuan bangsa.
Dengan Bhineka Tunggal Ika Rakyat Indonesia dilarang saling mendiskriminasi dengan
memandang perbedaan suku, bentuk wajah, warna kulit, agama, dan lain sebagainya. Karena
Semua rakyat indonesia perlu memiliki kesadaran bahwa Bangsa Indonesia terdiri dari banyak
keragaman. Oleh karenanya semua rakyat indonesia harus menanamkan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika dalam hati, serta menyingkirkan dan membuang sikap egois yang selalu
mengutamakan diri sendiri atau menomorsatukan asal daerahnya dan menganggap daerah lain
tidak lebih penting daripada daerahnya.

Pengertian dan Penerapan Patriotisme dan Nasionalisme


Pengertian dan Penerapan Patriotisme dan Nasionalisme - Bangsa Indonesia merupakan negara
yang memiliki sejarah yang panjang. Mulai dari zaman kerajaan, penjajahan sampai ke zaman
kemerdekaan. Tentunya tak mudah untuk mencapai kemerdekaan, Perjuangan yang kuatlah yang
dapat membawa bangsa indonesia mewujudkan cita citanya. Peran serta seluruh rakyat Indonesia
tak lepas dalam perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan. Karena Sifat Nasionalisme dan
Patriotisme Rakyat merupakan kunci penting untuk memperoleh kemerdekaan dan
mempersatukan seluruh elemen bangsa Indonesia.
Pengertian dan Penerapan Patriotisme dan
Nasionalisme

Pengertian Patriotisme
Patriotisme berasal dari kata "Patriot" dan "isme" dalam bahasa Indonesia yang berarti jiwa
kepahlawanan atau sifat kepahlawanan. serta kata "Patriotism" dalam bahasa Inggris yang berarti
sikap pantang menyerah, gagah berani, dan rela berkorban demi bangsanya. Patriotisme
merupakan sikap yang bersumber dari perasaan cinta tanah air, sehingga menimbulkan rasa rela
berkorban untuk bangsanya.

Terdapat dua bentuk Patriotisme:


Constructive Patriotisme (Patriotisme Konstruktif) keterikatan kepada bangsa atau negara dengan
tetap menjunjung tinggi toleran terhadap kritikan, sehingga bisa membawa perubahan positif bagi
kesejahteraan bersama.
Blind Patriotism (Patriotisme Buta) keterikatan kepada bangsa atau negara tanpa memperdulikan
toleran terhadap kritik, seperti dalam ungkapan: "benar atau salah, apapun yang dilakukan bangsa
harus didukung sepenuhnya". sehingga hal tersebut bisa membawa peperangan dan kehancuran
dunia.

Perwujudan sikap patriotisme dapat dilaksanakan pada:


Masa Damai (Pasca kemerdekaan) Sikap patriotisme pada masa damai dapat diwujudkan salah
satunya dengan cara: memajukan pendidikan, menegakkan hukum dan kebenaran, memberantas
kemiskinan dan kebodohan, memelihara persaudaraan maupun persatuan,
Masa Perang (Darurat) Sikap patriotism pada masa perang (darurat) dapat diwujudkan dengan
cara: ikut berperang secara fisik melawan penjajah, petugas logistik, menjadi petugas dapur umum,
menolong tentara (TNI) yang terluka, dsb.

Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme bersumber dari kata "nasional" dan "isme" yaitu paham kebangsaan yang memiliki
arti: semangat dan kesadaran cinta tanah air, memelihara kehormatan bangsa, mempunyai
kebanggaan sebagai penduduk bangsa, mempunyai rasa solidaritas kepada musibah dan kekurang
terhadap saudara sebangsa dan senegaranya.
Sedangkan Menurut Ensiklopedi Bahasa Indonesia: Nasionalisme merupakan sikap sosial dan
politik dari sekelompok bangsa yang memiliki kesamaan bahasa, wilayah, kebudayaan serta
kesamaan tujuan dan cita-cita dengan meletakkan kesetiaan yang tinggi terhadap kelompok
negaranya.

Terdapat Dua macam nasionalisme:


Nasionalisme dalam arti luas
Paham kebangsaan yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu terhadap bangsa dan tanah airn
nya dengan memandang bangsanya itu merupakan bagian dari bangsa lain di dunia. Nasionalisme
arti luas mengandung prinsip-prinsip: kebersamaan, persatuan, kesatuan, dan demokrasi.
Nasionalisme dalam arti sempit
Merupakan Paham kebangsaan yang sangat berlebihan (over) dengan menganggap bangsanya
sendiri lebih hebat dari bangsa lain. Paham ini biasa disebut dengan istilah "Chauvinisme". Istilah
tersebut pernah dianut di Jerman (pada masa Adolf Hitler), Jepang (pada masa Tenno Haika), Italia
(pada masa Bennito Mussolini).

Contoh bentuk nasionalisme:


Nasionalisme kewarganegaraan merupakan sejenis nasionalisme dimana negara mendapat
kebenaran politik dari penyertaan (partisipasi) aktif rakyatnya
Nasionalisme agama adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari
persamaan agama. Misalnya, di India Nasionalisme bersumber seperti yang diamalkan oleh
pengikut partai BJP bersumber dari agama Hindu. sedang di Irlandia semangat nasionalisme
bersumber dari persamaan agama mereka yaitu Katolik.
Nasionalisme etnis merupakan sejenis nasionalisme dmana negara mendapat kebenaran politik
dari etnis atau budaya asal sebuah masyarakat.
Nasionalisme kenegaraan adalah variasi nasionalisme kewarganegaraan, yang selalu digabungkan
dengan nasionalisme etnis.
Nasionalisme Budaya merupakan sejenis nasionalisme dimana negara mendapat kebenaran politik
dari budaya bersama dan tdak bersifat turun tmurun seperti ras, bahasa atau warna kulit.
Nasionalisme romantik (biasah disebut nasionalisme identitas atau nasionalisme organik)
merupakan nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik sebagai suatu yang
alamiah yang merupakan ekspresi dari sebuah ras atau bangsa.
Penerapan Nasionalisme dan Patriotisme

Penerapan Nasionalisme dan Patriotisme


dalam Kehidupan Berbangsa
Nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme dapat diterapkan dalam berbagai lingkungan kehidupan
yang cakupannya meliputi negara dan bangsa. Bentuk paling menonjol dari penerapan nilai-nilai
tersebut adalah berani berkorban untuk memajukan masyarakat, bangsa maupun negara.
Agar dapat menerapkan nilai patriotisme dan nasionalisme, seseorang harus mengutamakan
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Melihat begitu pentingnya patriotisme dan
nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak mengherankan jika kedua hal
tersebut perlu ditanamkan pada seluruh komponen bangsa.
Berikut beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menanamkan jiwa patriotisme dan
nasionalisme kepada semua elemen Bangsa (Indonesia):

 Memelihara semangat, disiplin, tekad, dan meningkatkan partisipasi aktif dalam


pelaksanaan pembangunan.
 Meningkatkan disiplin nasional dan tanggung jawab sosial dalam rangka menumbuhkan
sikap mental kesetiakawanan sosial, tepa selira, tenggang rasa, dan rasa tanggung jawab.
 Melakukan pendidikan politik dalam rangka meningkatkan kesadaran akan hak dan
kewajiban sebagai warga negara yang memiliki tanggung jawab.

Selain ketiga cara diatas, penerapan prinsip patriotisme dan nasionalisme dapat dilakukan dengan
cara Pewarisan dan Keteladanan.
Cara Pewarisan
Cara pewarisan dilakukan dengan mengadakan serangkaian kegiatan yang dapat menumbuh
kembangkan jiwa patriotisme  dan nasionalisme pada generasi muda. Kegiatan tersebut seperti
mengenal perjuangan tokoh-tokoh pahlawan, mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti
museum, dan tapak tilas perjuangan bangsa.
Sikap nasionalisme dan patriotisme hanya didapat pada orang yang meletakkan nasionalisme dan
patriotisme sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Sikap tersebut perlu ditanamkan sejak dini.
dan dapat diwujudkan di berbagai lingkungan, baik di sekolahan, lingkungan keluarga, masyarakat
maupun berbangsa dan bernegara.
Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan keluarga:

 mendengarkan nasihat orang tua.


 membantu orang tua.
 menghormati dan menghargai orang tua.
 menjaga nama baik keluarga.
Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan sekolah:

 menghormati guru;
 mengikuti upacara bendera dengan baik;
 menjaga keamanan lingkungan kelas.
 melaksanakan tata tertib sekolah;

Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan masyarakat, berbangsa, dan bernegara:

 menghargai lagu kebangsaan;


 bangga memiliki kebudayaan nasional;
 menghormati bendera kenegaraan;
 mencintai produksi dalam negeri;
 berani membela kebenaran dan keadilan.
 menjaga dan melestarikan benda-benda bersejarah;
 menghormati jasa para pahlawan;

Cara Keteladanan
Dalam hal ini generasi sebelumnya memberikan keteladanan (contoh) sikap hidup yang
mencerminkan patriotisme dan nasionalisme. Keteladanan dapat diberikan di berbagai aspek
lingkungan, seperti masyarakat, sekolah dan keluarga.

Keteladanan di lingkungan keluarga biasanya diberikan oleh ibu, ayah, atau anak yang lebih tua.
Contoh keteladanan di lingkungan keluarga:

 seorang kakak yang memberi teladan / contoh yang baik dalam hal kegiatan keagamaan.

Keteladanan di lingkungan sekolah biasanya diberikan oleh Senior kelas (Kakak Kelas), guru
maupun kepala sekolah. Contoh keteladanan di lingkungan.

 Turut serta secara aktif pada gerakan pramuka.

Keteladanan di lingkungan masyarakat biasanya diberikan oleh tokoh masyarakat. Contoh


keteladanan di lingkungan masyarakat.

 Turut serta secara aktif pada gerakan Karang Taruna.

Fungsi, Pengertian Serta 5 Asas Sistem Sosial Budaya Indonesia


Sistem Sosial Budaya Indonesia - Sistem sosial budaya Indonesia merupakan totalitas nilai, tata
laku dan tata sosial manusia Indonesia yang mampu mewujudkan pandangan falsafah dan hidup
negara (Pancasila) ke dalam segala elemen kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sistem Sosial Budaya
Indonesia
Asas Sistem Sosial dan Budaya Indonesia
Pada dasarnya, masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan telah lahir jauh sebelum lahirnya
masyarakat Indonesia. Peristiwa sumpah pemuda merupakan bukti jelas, Acara ini merupakan
konsensus nasional yang dapat membuat masyarakat Indonesia terintegrasi pada gagasan Bineka
Tunggal Ika.
Konsensus merupakan persetujuan atau perjanjian yang bersifat umum tentang aturan, nilai-nilai,
dan norma-norma dalam menentukan sejumlah upaya dan tujuan untuk mencapai peranan yang
harus dilakukan serta imbalan tertentu dalam suatu sistem sosial.

Model integrasi atau Model konsensus yang menekankan akan unsur norma dan legitimasi
memiliki landasan tentang masyarakat, yaitu sebagai berikut:

 Setiap unsur masyarakat memiliki fungsinya masing-masing dalam kehidupan masyarakat


tersebut sebagai suatu sistem keseluruhan
 Keberlangsungan masyarakat itu berasaskan pada kerja sama dan mufakat akan nilai-nilai
 Setiap masyarakat memiliki suatu struktur yang abadi dan mapan
 Unsur dalam masyarakat itu seimbang dan terintegrasi 

Apabila pernyataan tersebut dikaji mendalam, peristiwa Sumpah Pemuda dapat dikatakan
merupakan konsensus nasional yang mendapat perwujudannya di dalam sistem budaya Indonesia
yang didasarkan pada 5 asas penting, yaitu:
Asas persatuan dan kesatuan
Bangsa Indonesia terdiri adri beraneka ragam budaya, suku, adat istiadat daerah, bahasa, Agama
dan sebagainya yang telah membentuk Negara Republik Indonesia dan meletakkan persatuan dan
kesatuan sebagai asas sosial budayanya.
Asas kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha (Tuhan YME) Esa lah manusia dapat mencapai segalanya dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sebab pada akhirnya apa yang diperoleh manusia,
masyarakat, bangsa, dan Negara, bahkan kemerdekaan semua itu merupakan rahmat Tuhan YME.
Asas kedaulatan rakyat
Dalam menjalankan Kehidupan baik itu pribadi, keluarga, bermasyarakat, berbangsa atau
bernegara selalu mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam rangka
mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Asas merdeka
Kemerdekaan merupakan hak segala bangsa, karena itu kehidupan pribadi, masyarakat, dan
berbangsa yang bebas itu tetap harus mempunyai tanggung jawab dan kewajiban bermasyarakat,
bernegara dan berbangsa yang menghormati, menghargai dan menjunjung tinggi kemerdekaan
tersebut.
Asas adil dan makmur
Setiap warga dalam kehidupan harus memiliki kehidupan yang layak dan adil sehingga pendidikan,
pekerjaan, kesehatan, pakaian, pangan, perumahan serta kepercayaan terhadap Tuhan menjadi hak
yang dipertanggungjawabkan dalam bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara.
Unsur-unsur Sistem Sosial Budaya
Menurut Alvin L. Bertrand terdapat Sepuluh unsur sistem sosial, yaitu:

 Perasaan (sentiment)
 Norma Tujuan
 Tujuan
 Keyakinan (pengetahuan)
 Status dan peranan
 Tingkatan atau pangkat (rank) Status dan peranan
 Sanksi
 Tekanan ketegangaan (stress strain)
 Kekuasaan atau pengaruh (power) Sanksi
 Sarana atau fasilitas

Sedangkan Menurut Bronislaw Malinowski terdapat empat unsur sistem sosial, yaitu:

 Organisasi ekonomi
 Sistem norma sosial, yang memberikan kemungkinan kepada masyarakat untuk
bekerjasama serta menyesuaikan diri
 Organisasi politik
 Alat atau Lembaga Pendidikan (Keluarga)

Fungsi Sistem Sosial Budaya


Fungsi sistem Sosial Budaya adalah untuk mengatur, menata dan juga menetapkan tidakan serta
tingkah laku di masyarakat. Proses pembelajaran sistem ini dilakukan dengan pembudayaan atau
pelembagaan yang bertujuan agar dapat menyesuaikan diri (sikap dan pikiran) denngan norma
adat, dan peraturan yang hidup dan berlaku di lingkungan kebudayaannya.

Fungsi Sistem Sosial Budaya


Proses pembelajaran dilakukan sejak kecil dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan
seterusnya. Dimulai dari meniru apapun yang ada di lingkungan keluarga kemudian tindakan
(tingkah) tersebut akan menimbulkan dorongan untuk di implementasikan kedalam kepribadian
sehingga menjadi norma dan pola yang mengatur tindakan yang dibudayakan.

Pengertian, Fungsi, dan Tujuan NKRI (Lengkap)


Pengertian, Fungsi, dan Tujuan NKRI - Sebagai seorang warga negara yang cintai terhadap tanah
air, semestinya kita wajib mengetahui mengenai NKRI walaupun hanya secara sederhana (ringkas)
saja. Artikel dibawah ini akan menambah pengetahuan serta wawasan sobat mengenai Pengertian,
Fungsi, dan Tujuan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). di dunia ini ada banyak bentuk
kenegaraan antara lain: negara dominion, negara serikat, negara uni, negara protektorat, serta trust
dan mandat. Sedangkan bentuk negara yang dipakai oleh Indonesia ialah negara kesatuan dengan
bentuk republik. bentuk tersebut tercantum dalam UUD 1945 Pasal 1 Ayat 1.
Pengertian, Fungsi, dan Tujuan NKRI
Pengertian NKRI
Berdasarkan latar belakang terbentuknya Indonesia, bisa disimpulkan bahwa NKRI merupakan
suatu bentuk negara yang terdiri atas wilayah yang luas dan tersebar dengan bermacam adat, suku,
keyakinan serta budaya yang memiliki tujuan dasar menjadi bangsa yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Sedang Istilah Negara Kesatuan Republik Indonesia menutut UUD 1945 Pasal 1 (1) berbunyi
sebagai berikut: Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. Ketentuan ini
dijelaskan dalam pasal 18 UUD 1945 ayat (1) yang menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kota dan
kabupaten, yang tiap-tiap kota, kabupaten dan  provinsi itu mempunyai pemerintahan daerah yang
diatur dengan undang-undang.
Secara umum fungsi dan Tujuan negara ialah:

Fungsi negara

 Menegakkan keadilan melaui lembaga-lembaga peradilan yang sesuai dengan undang-


undang.
 Mengusahakan kemakmuran, kesejahteraan, serta keadilan bagi rakyatnya.
 Melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah hal-hal buruk
dalam masyarakat. Dalam kasus ini negara berperan sebagai stabilisator, yakni pihak yang
menstabilkan keadaan di masyarakat.
 Mempertahankan tegaknya kedaulatan negara serta mengantisipasi kemungkinan adanya
serangan yang dapat mengancam kelangsungan hidup negara.

Tujuan negara:

 Untuk mencapai kesejahteraan umum


 Untuk melaksanakan ketertiban umum
 Untuk memperluas kekuasaan.

Tujuan negara menurut Ahli:


Tujuan Negara Menurut ajaran Plato

 Tujuan Negara Yaitu mewujudkan kesusilaan manusia sebagai makhluk sosial dan individu.

Tujuan Negara Menurut Rousseau

 Tujuan negara ialah menciptakan persamaan dan kebebasan bagi warga negaranya.

Tujuan Negara Menurut Roger H. Soltau

 Tujuan Negara Yaitu memungkinkan rakyatnya berkembang dan mengembangkan daya


ciptanya sebebas mungkin.

Tujuan Negara Menurut Shan Yang dan Machiavelli


 Negara Bertujuan untuk memperluas kekuasaan sehingga rakyat wajib mau berkorban
untuk kejayaan negara.

Tujuan Negara Menurut Harold J. Laski

 Negara memiliki tujuan untuk menciptakan keadaan yang baik agar rakyatnya bisa
mencapai keinginan secara maksimal.

Tujuan Negara Menurut ajaran Negara Hukum

 Tujuan Negara ialah menyelenggarakan ketertiban hukum yang berlaku di negara tersebut.

Tujuan Negara Menurut ajaran Teokratis

 Tujuan Negara yaitu mencapai hidup yang tenteram dan aman dengan taat kepada Tuhan
YME.

Tujuan Negara Menurut ajaran Negara Polis

 Tujuan Negara yaitu mengatur ketertiban serta keamanan di dalam negara.

Tujuan Negara Menurut Agustinus dan Thomas Aquinas

 Tujuan Negara ialah mencapai kehidupan dan penghidupan yang aman dan tentram dengan
taat dan dibawah pimpinan Tuhan YME.

Tujuan Negara Menurut ajaran Negara Kesejahteraan

 Tujuan Negara ialah mewujudkan kesejahteraan umum.

Tujuan NKRI
Tujuan nasional Negara Indonesia sesuai dengan yang tertulis di pembukaan UUD 1945, yaitu:

 Memajukan kesejahteraan umum.


 Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
 Mencerdaskan kehidupan bangsa.

Fungsi NKRI
Berdasarkan tujuan  nasional Negara Indonesia, maka fungsi NKRI dapat disimpulkan sebagai
berikut:

 Fungsi membentuk kelembagaan Negara


 Fungsi membuat UUD
 Fungsi menentukan anggaran pendapatan dan belanja negara
 Fungsi membuat undang-undang dan peraturan-peraturan umum
 Fungsi pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan negara
 Fungsi pertimbangan
 Fungsi pemerintahan menyelenggarakan kemakmuran
 Fungsi kehakiman
 Fungsi perencanaan (kegiatan pembangunan Negara).
 Home » Kebangsaan » Keberagaman Bangsa Indonesia

Keberagaman Bangsa Indonesia


Indonesia merupakan negara kepulauan yang penuh dengan kekayaan serta keragaman budaya,
ras, suku bangsa, kepercayaan, agama, bahasa daerah, dan masih banyak lainnya. Meskipun penuh
dengan keragaman budaya, Indonesia tetap satu sesuai dengan semboyan nya, Bhineka Tunggal Ika
yang artinya "meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu jua". Keragaman budaya turut serta
didukung oleh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah wilayah-wilayahnya
oleh lautan. 
Keberagaman Bangsa
Indonesia

Pengertian Keragaman Indonesia


Keragaman merupakan suatu kondisi pada kehidupan masyarakat. Perbedaan seperti itu ada pada
suku bangsa, agama, ras, serta budaya. Keragaman yang ada di Indonesia adalah kekayaan dan
keindahan bangsa indonesia. Pemerintah harus bisa mendorong keberagaman tersebut menjadi
suatu kekuatan untuk bisa mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional menuju indonesia yang
lebih baik.

Faktor Penyebab keberagaman Bangsa Indonesia


Keberagaman bangsa Indonesia dapat dibentuk oleh banyaknya jumlah suku bangsa yang tinggal di
wilayah Indonesia dan tersebar di berbagai pulau dan wilayah di penjuru indonesia. Setiap suku
bangsa memiliki ciri khas dan karakteristik sendiri pada aspek sosial dan budaya. Menurut
penelitian badan statistik auat BPS, yang di lakukan tahun 2010, di Indonesia terdapat 1.128 suku
bangsa.

Keberagaman yang ada pada masyarakat, bisa saja menjadi tantangan hal itu disebabkan karena
orang yang mempunyai perbedaan pendapat bisa lepas kendali. Munculnya perasaan kedaerahan
serta kesukuan yang berlebihan dan dibarengi tindakan yang dapat merusak persatuan, hal
tersebut dapat mengancam keutuhan NKRI. Karean itu adanya usaha untuk dapat mewujudkan
kerukunan bisa dilakukan dengan menggunakan dialog dan kerjasama dengan prinsip kesetaraan,
kebersamaan, toleransidan juga saling menghormati satu sama lain.
Keberagaman masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah sebagai
berikut :

 Kondisi negara kepulauan


 Letak strategis wilayah Indonesia
 Perbedaan kondisi alam
 Penerimaan masyarakat terhadap perubahan
 Keadaan transportasi dan kumunikasi

Keberagaman Agama, Kepercayaan dan Ras di Indonesia


Keberagaman ini antara lain di pengaruhi oleh letak geografis indonesia yang terletak di jalur
perdagangan internasional, serta kekayaan alam yang melimpah maka perdagang asing datang ke
Indonesia. Selain melakukan kegiatan perdagangan, mereka juga menyebarkan ajaran agama dan
kepercayaan yang mereka yakni agama Budha dan Hindu masuk dibawa oleh bangsa India yang
telah lama berdagang dengan Indonesia, lalu menyusul para pedagang Gujarat yang menyebarkan
agama Islam. Kedatangan bangsa Eropa membawa agama katolik dan kristen, sedangkan pedagang
cina menyebarkan ajaran Kong Hu Chu. Berbagai agama diterima oleh bangsa Indonesia karena
sebelumnya masyarakat sudah mengenal kepercayaan sperti dinamisme maupun animisme. Juga
sifat keterbukaan masyarakat Indonesia terhadap budaya lain.
Keberagaman Ras dapat diartikan sebagai sekelompok besar manusia yang memiliki ciri-ciri fisik
yang sama. Manusia yang satu mempunyai perbedaan ras dengan manusia yang lainnya sebab
adanya perbedaan ciri-ciri fisik seperti bentuk rambut, warna kulit, bentuk badan, ukuran badan,
bentuk mata, warna mata, dan ciri fisik lainnya. Masyarakat indonesia memiliki keberagaman ras
disebabkan oleh kehadiran bangsa asing ke wilayah Indonesia. Beberapa ras yang ada di Indonesia
seperti ras malayan-mongoloid yang tersebar di wilayah sumatra, kalimantan, sulawesi, jawa, bali,.
Yang kedua adalah ras malanesoid yang tersebar di daerah Papua, NTT dan maluku. Ketiga ras
Kaukosoid yaitu orang India, timur Tengah, Australia, Eropa dan Amerika. Terakhir yaitu ras Asiatic
mongoloid seperti orang Tionghoa, korea dan jepang. Ras ini tinggal dan menyebar di seluruh
wilayah Indonesia, namun terkadang mendiami wilayah tertentu.

Keberagaman suku bangsa dan budaya Budaya


Budaya mempunyai sifat yang universal. Hal tersebut berarti ada berbagai sifat umum yang
melekat dan menyatu pada setiap budaya yang ada dan dihasilkan. Beberapa sifat universal budaya
tersebut di antaranya :

 Kebudayaan brdasar pada lambang


 Kebudayaan merupakan milik bangsa
 Kebudayaan dapat terintegrasi
 Kebudayaan selalu berubah
 Kebudayaan bisa disesuaikan
 Kebudayaan adalah hasil belajar
 Kebudayaan bersifat nisbi dan relatif

Pada suatu budaya juga terdapat suatu pola prilaku yang biasa disebut patterm of behavior yang
merupakan tat cara masyarakat.
Arti Penting Memahami Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia
Pernahkah anda bepergian ke pulau-pulau atau daerah-daerah lain di penjuru Indonesia? Coba
ceritakan pengalaman anda ketika berkunjung ke lain pulau atau ke lain daerah tempat tinggal
kalian.
Nah, dengan mengetahui pulau-pulau atau daerah-daerah di Indonesia kita dapat mengetahui
perbedaan secara kewilayahan dan perbedaan sosial budaya masyarakat Indonesia.
Keberagaman dalam Masyarakat
Indonesia
Aspek kewilayahan menjelaskan, bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau besar kecil di dalamnya. Satu pulau dengan pulau
yang lain dipisahkan oleh bentangan laut yang sangat luas. Kondisi wilayah yang demikian
menjadikan keterpisahan antara satu bagian wilayah negara dengan wilayah negara yang lain
dalam negara Indonesia. Selain itu juga terdapatnya jarak yang jauh antara pusat dengan daerah.
Terbawa oleh kondisi kewilayahan tersebut, perlu disadari oleh semua pihak bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia sesungguhnya rawan terjadinya perpecahan (disintegrasi).
Aspek sosial budaya menjelaskan, bahwa masyarakat Indonesia diwarnai oleh berbagai macam
perbedaan, baik perbedaan agama, suku, ras, bahasa dan kebudayaan. Kondisi sosial budaya yang
demikian menjadikan kehidupan bangsa Indonesia menyimpan potensi terjadinya konflik.
Kenyataan juga menunjukkan, bahwa dalam kehidupan bangsa Indonesia sering terjadi konflik
antar-kelompok masyarakat yang dilatarbelakangi oleh perbedaan-perbedaan tersebut. Sampai
saat ini, konflik-konflik yang terjadi tidak menimbulkan perpecahan dalam kehidupan bangsa ini.
Namun demikian kenyataan semacam itu perlu manjadikan perhatian semua pihak agar dapat
mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tetap terjaga.
dengan dua alasan tersebut, maka penting sekali memahami keberagaman yang ada di masyarakat
Indonesia yang ditujukan untuk mengusahakan dan mempertahankan persatuan dan kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tanpa memiliki kesadaran akan keberagaman yang ada,
bangsa Indonesia bisa saja terjerumus ke arah perpecahan.

Manfaat Keberagaman Budaya di Indonesia


Sumber pengetahuan bagi dunia
Budaya merupakan nilai-nilai yang dimiliki suatu masyarakat dan dilembagakan dalam suatu
bentuk artefak budaya yang dapat dinikmati oleh masyarakat dan generasi penerusnya. Dengan
artefak budaya kita akan mengenal nilai-nilai masyarakat di masa lalu. Hal ini sangat penting untuk
dijadikan sumber pengetahuan. Bagi budayawan mauoun sejarawan, artefak budaya sangatlah
penting dan harus dilestarikan. Karena suatu artefak budaya dari masa lalu bisa menjadi sumber
informasi berharga.
Identitas bangsa di mata internasional
Dengan kemajemukan budaya yang ada bisa menjadi identitas diri suatu bangsa. Kita tahu bahwa
bangsa australia adalah bangsa aborogin, hal itu merupakan salah satu identitas negara australian
di mata dunia. Kita tahu bahwa alat musik gitar akustik adalah ciri musik latin dari Amerika selatan.
Itu pun bisa menjadi ciri khas suatu bangsa. Oleh sebab itu, manfaat keberagaman budaya
Indonesia ini membuat indonesia memiliki banyak sekali artefak budaya yang bisa mengenalkan
negara kita kepada dunia internasional. Dengan keanekaragam budaya pula tentunya melahirkan
berbagai macam ide yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara.
Memupuk sikap toleransi
Masih banyak lagi manfaat yang dapat kita rasakan dari keberagaman budaya di Negara Kesatuan
Republik Indonesia ini. Dengan adanya multikulturalisme (ragam budaya), diharapkan
mempertebal sikap toleransi dan rasa tolong menolong serta nasionalisme kita.
Menumbuhkan sikap nasionalisme
Perbedaan budaya yang ada dapat menciptakan rasa cinta tanah air, karena keanekaragam budaya
merupaka suatu kekayaan yang dimiliki suatu bangsa. Tidak hanya hasil tambang, komoditi ekspor
yang mempengaruhi pendapatan negara. Faktor budaya juga menjadi daya tarik dan kekayaan yang
bisa dimiliki suatu bangsa. Budaya mengajarkan kita akan nilai-nilai leluhur bangsa yang memiliki
keunikan dan kegunaannya masing-masing.
Ketika kita memandang bahwa keanekaragaman budaya merupakan suatu kekayaan, maka dengan
sendirinya kita akan berusaha menjaga kekayaan kita tersebut. Sehingga sikap memiliki dan
menghargai kekayaan bangsa dapat muncul di dalam diri kita.
Alat pemersatu bangsa
Dengan memiliki berbagai bahasa daerah, tidak menyebabkan bangsa Indonesia terpecah belah
tetapi justru menambah kekayaan perbendaharaan bahasa. Karena keunikan ini merupakan
kekayaan yang mana tidak ada negara lain yang memiliki keanekaragaman budaya layaknya
Indonesia. Bhineka Tunggal Ika merupakan simbol pemersatu bangsa dan sangat menarik di mata
bagsa bangsa dunia.

Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di


Indonesia
Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia - Lembaga Negara
Indonesia adalah lembaga-lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UUD, UU, atau oleh
peraturan yang lebih rendah. Lembaga negara di tingkat pusat dapat dibedakan dalam empat
tingkatan kelembagaan yakni:

 Lembaga yang dibentuk berdasarkan UUD seperti Presiden, Wakil Presiden, DPR, MPR,
DPD, MA, MK, BPK, dan KY;
 Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden;
 Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri.
 Lembaga yang dibentuk berdasarkan UU seperti KPK, Kejaksaan Agung, PPATK, KPU, Bank
Indonesia, KPI, Ombudsman dll;

Lembaga pemerintah merupakan elemen penting dari sebuah negara. Selain menjadi alat untuk
menjalankan pemerintahan, Lembaga pemerintah juga merupakan cerminan sebuah negara. Dalam
menjalankan pemerintahan, Lembaga pemerintahan tersebut mempunyai Tugas, Wewenang,
Fungsi, Hak dan Kewajiban.
Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia
Kita sering tidak mengetahui Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah
di Indonesia akan tetapi jika kita ingin menjadi warga negara yang baik, alangkah baiknya jika kita
mengenal Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia ? Untuk
itu pada kesempatan kali ini kita akan memberikan informasi mengenai Tugas, Wewenang, Fungsi,
Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia. Antara Lain:

Presiden
Tugas Presiden :
 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
 Memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkatan udara, laut dan darat.
 menjalankan pemerintahannya sesuai dengan UUD dan UU.
 memastikan apakah jajaran pemerintahannya temasuk kepolisian dan kejaksaan telah
patuh kepada UUD dan UU yang berlaku.
 Mengajukan Rancangan Undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
 Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan terhadap RUU bersama DPR
serta mengesahkan RUU menjadi UU.
 Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam kegentingan yang
memaksa)
 Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA (Mahkamah Agung)
 Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR
 Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.
 Menyatakan perang serta membuat perjanjian dan perdamaian dengan negara lain sesuai
dengan persetujuan DPR
 Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan
pertimbangan DPR
 Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
 Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan UU
 Meresmikan anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) yang dipilih oleh DPR dan
memperhatikan pertimbangan DPD.
 Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR. 
 Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR
 Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, Mahkamah Agung dan
DPR
 Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan sudah
disetujui DPR 

Kewenangan dan Kekuasaan Presiden :

 Mengangkat duta dan konsul untuk negara lain dengan pertimbangan DPR.
 Menerima duta dari negara lain dengan pertimbangan DPR.
 Memberikan Amnesti dan Abolisi Rehabilitasi dengan pertimbangan dari DPR.
 Memberikan Grasi dan Rehabilitasi dengan pertimbangan dari MA (Mahkamah Agung).
 Menetapkan dan mengajukan anggota dari hakim konstintusi.
 Menetapkan calon Hakim Agung yang diusulkan oleh KY / Komisi Yudisial dengan
persetujuan DPR.
 Memegang kekuasaan tertinggi atas AU / Angkatan Udara, AD / Angkatan Darat dan AL /
Angkatan Laut.
 Menyatakan keadaan bahaya yang syarat-syaratnya ditetapkan oleh Undang-Undang
 Membuat perjanjian yang menyangkut hajat hidup orang banyak atau mempengaruhi beban
keuangan negara.
 Menyatakan perang dengan negara lain, damai dengan negara lain dan perjanjian dengan
negara lain dengan persetujuan DPR.
 Memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan dan sebagainya yang diatur oleh UU.

Tanggungjawab Presiden :
 Membangun sebuah suksesi dengan terus menjaga kontinuitas kekuasaan, dengan
memperhatikan konstitusi maupun landasan ideology pancasila.
 Didorong untuk memperkuat konstitusi yang menjadi kontrak sosial seluruh lapisan
masyarakat Indonesia. presiden dan kabinetnya bekerja keras untuk memberi kepastian
kepada masyarakat, bahwa pemerintahannya tunduk dibawah konstitusi UUD 1945 ( Hasil
Amandemen ).

Fungsi presiden sebagai kepala Negara :

 Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut. 
 Menyatakan kondisi bahaya, Ketentuan dan akibat kondisi bahaya ditetapkan dengan UU. 
 Dalam membuat perjanjian lainnya yang menimbulkan akibat luas dan mendasar bagi
kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan / atau mengharuskan
perubahan atau pembentukan UU harus dengan persetujuan DPR.
 Mengangkat Duta dan Konsul, Dalam mengangkat Duta, memperhatikan pertimbangan
DPR. 
 Memberi rehabilitasi dan grasi dengan memperhatikan pertimbangan MA. 
 Memberi abolisi dan amnesti dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
 Memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan Hukum. 
 Dalam hal lkhwal kegentingan memaksa, Presiden berhak menetapkan Peraturan
Pemerintah sebagai pengganti UU.
 Membahas Rancangan Undang-Undang untuk mendapatkan persetujuan bersama DPR. 
 Mengkonfirmasi Rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama DPR untuk
menjadi UU.
 Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
 Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan
persetujuan DPR.
 Membentuk dewan pertimbangan yang bertugas member nasehat dan pertimbangan
kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dengan Undang-Undang.
 Mengajukan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan
DPD.
 Menetapkan dan mengajukan anggota hakim konstitusi.
 Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang telah dipilih oleh DPR atas dasar
pertimbangan DPD.
 Menetapkan Calon Hakim Agung yang diusulkan Komisi Yudisial dan telah mendapat
persetujuan DPR untuk menjadi Hakim Agung.
 Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR. 

Hak dan Kewaiban Presiden :

 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD ( Pasal 4 ayat 1 )


 Pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri ( pasal 17 ayat 2 )
 Menetapkan peraturan pemerintahan ( Pasal 5 ayat 2 )
 Membuat perjanjian internasional lainnya, dengan persetujuan DPR ( pasal 11 ayat 2 ) 
 Memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL dan AU ( Pasal 10 )
 Memberi grasi dan rehabilitas dengan memperhatikan pertimbangan MA ( Pasal 14 ayat 1 ) 
 Menyatakan keadaan bahaya ( Pasal 12 ) Mengangkat duta dan konsul ( Pasal 13 ayat 1 ). 
 Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR ( Pasal 13 ayat 2 ) 
 Menerima penempatan duta Negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR ( Pasal
13 ayat 3 )
 Memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-
lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa ( Pasal 9 ayat 1 )
 Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR ( Pasal 14 ayat 2 ) 
 Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain dengan
persetujuan DPR ( Pasal 11 ayat 1 )
 Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dalam UU ( pasal
15 ) 
 Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan
pertimbangan kepada presiden ( Pasal 16 )
 Berhak mengajukan RUU kepada DPR ( Pasal 5 ayat 1 )

Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


Tugas dan wewenang MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat :

 Melantik presiden dan wakil presiden dalam sidang paripurna MPR


 Memilih dan melantik Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara
bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan Wakil Presiden yang
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang paket calon Presiden dan
Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum
sebelumnya sampai habis masajabatanya.
 Mengubah dan menetapkan UUD
 Memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi
untuk memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya setelah
Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan
untuk menyampaikan penjelasan dalam Sidang Paripurna Majelis;
 Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya;
 Memilih dan melantik Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi
kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatanya selambat-lambatnya dalam
waktu enam puluh hari;
 Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan MK untuk memberhentikan p-residen dan
wakilnya dalam masa jabatanya dan wakil presiden diberi kesempatan untuk
menyampaikan alasannya didalam siding

Fungsi Anggota MPR RI :

 Berfungsi untuk mengubah atau mengganti Presiden yang tidak adil dalam menjalankan
tugasnya.
 Berfungsi untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden yang baik, jujur, dan adil.

Hak-hak Anggota MPR RI :

 menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan


 mengajukan usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
 memilih dan dipilih
 Protokoler
 imunitas
 membela diri
 keuangan dan administratif.

Kewajiban Anggota MPR RI :

 melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati
peraturan perundang-undangan
 memegang teguh dan mengamalkan Pancasila
 mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan.
 melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.
 mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Tugas dan Wewenang DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) :

 Membahas dan memberikan atau tidak memberikan persetujuan terhadap Peraturan


Pernerintah Pengganti Undang-Undang
 Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap
pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pajak, pendidikan,
dan agama
 Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan undang-undang.
 Mengundang DPD pntuk melakukan pembahasan rancangan undang-undang yang diajukan
oleh DPR maupun oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada huruf c, pada awal
pembicaraan tingkat I
 Menerima dan membahas usulan Rancangan UndangUndang yang diajukan oleh DPD yang
berkaitan dengan bidang otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan,
pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi Iainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah
dan mengikut sertakan dalam pembahasannya dalam awal pembicaraan tingkat I
 Memperhatikan pertimbangan DPD atas Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara dan Rancangan Undang-Undà ng yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama dalam awal pembicaraan tingkat I
 Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama Presiden dengan
memperhatikan pertimbangan DPD
 Mengajukan, memberikan persetujuan, pertimbangan/konsultasi, dan pendapat
 Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan
negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
 Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat
Hak-Hak Anggota DPR RI :

 Mengajukan rancangan undang-undang


 Menyampaikan usul dan pendapat
 Memilih dan dipilih
 Mengajukan pertanyaan
 Membela diri
 Protokoler
 Imunitas
 Keuangan dan administrative

Kewajiban Anggota DPR RI :

 Melaksanakan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan mentaati
segala peraturan perundang-undangan
 Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah
 Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.
 Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat
 Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara kesatuan
Republik Indonesia
 Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat
 Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan
 Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah
pemilihannya
 Mentaati kode etik dan Peraturan Tata tertib DPR

Fungsi Anggota DPR RI :

 Legislasi
Fungsi legislasi dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku pemegang kekuasaan untuk
membentuk undang-undang.
 Pengawasan
Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
serta APBN.
 Anggaran
Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau tidak
memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan
oleh Presiden.

Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


Tugas DPD (Dewan Perwakilan Daerah):

 Dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
 dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN,
pajak, pendidikan, dan agama.
 ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang diajukan oleh
Presiden atau DPR.
 memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang APBN dan
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
 menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi
daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan undang-
undang APBN, pajak, pendidikan, dan agama kepada DPR sebagai bahan pertimbangan
untuk ditindaklanjuti. 
 ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan hal sebagaimana dimaksud dalam penjelasan diatas

Wewenang Dewan Perwakilan Daerah ( DPD ) :

 Memberikan pertimbangan kepada DPR mengenai pemilihan anggota BPK.


 Dapat mengajukan ke DPR RUU yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemerkaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan
daerah.
 Memberi pertimbangan kepada DPR atas RUU PABN dan RUU yang terkait dengan pajak,
pendidikan dan agama.
 Melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU yang terkait otonomi daerah, hubungan pusat
dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan
daerah serta menyampaikan hasil pengawasan kepada DPR.
 Menerima hasil pemeriksaan keuangan dari BPK.
 Ikut membahas RUU yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan daerah.

Hak-Hak Anggota DPD RI :

 Menyampaikan usul dan pendapat


 Memilih dan dipilih
 Membela diri
 Protokoler
 Imunitas
 Keuangan dan Administratif

Kewajiban Anggota DPD RI :

 Mengamalkan Pancasila
 Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dam menaati
segala peraturan perundang-undangan
 Menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya
 Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
 Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
 Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan
 Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat
 Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan
daerah
 Menaati kode etik dan peraturan tata tertib DPD
 Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah
pemilihannya

Komisi Yudisial (KY)


Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang berikut ini:

 menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.


 mengusulkan pengangkatan hakim agung;

Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta
memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan
diberhentikan oleh presiden atas persetujuan DPR. Anggota Komisi Yudisial terdiri atas seorang
ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan tujuh orang anggota. Masa
jabatan anggota Komisi Yudisial adalah 5 tahun.
Tugas Komisi Yudisial ( KY ) :

 Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung


 Mengusulkan calon hakim agung kepada DPR untuk mendapat kan persetujuan dan selanjut
nya ditetapkan sebagai hakim agung oleh presiden
 Menjaga dan menegakkan kehormatan, kleluhuran martabat, serta perilaku hakim.
 Mengajukan Calon Hakim Agung ke DPR
 Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung
 Melakukan seleksi terhadap Calon Hakim Agung
 Menetapkan calon Hakim Agung

Wewenang Komisi Yudisial ( KY ) :

 Memutuskan pengangkatan hakim agung


 Mempunyai wewenang lain dalam rangka menegakkan kehormatan,keluhuran,martabat
serta perilaku hukum.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


Tugas Badan Pemeriksaan Keuangan ( BPK ) :

 Memeriksa tanggungjawab tentang keuangan Negara. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan


kepada DPR
 Memeriksa tanggung jawab keuangan Negara apakah telah digunakan sesuai yang telah
disetujui DPR.
 Memeriksa tanggungjawab pemerintah tentang keuangan Negara
 Badan Pemeriksa Keuangan memeriksa semua pelaksanaan APBN
 Hasil pemeriksaan BPK diberitahukan kepada DPR
 Memeriksa semua pelaksanaan APBN
 Pelaksanaan pemerintah dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan UU

Wewenang Badan Pemeriksaan Keuangan ( BPK ) :

 Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang dan atau
unit organisasi yang mengelola keuangan negara.
 Meminta keterangan yang wajib diberikan oleh setiap orang, badan pemerintah atau badan
swasta sepanjang tidak bertentangan terhadap undang – undang.
 Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara dan kode etik pemeriksaan
 Menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian Negara
 Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan,
menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyajikan laporan pemeriksaan.

Mahkamah Konstitusi (MK)


Tugas Mahkamah Konstitusi ( MK ) :

 Wajib memberi keputusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai digaan
pelanggaran oleh Presiden dan Wakil Presiden Menurut UUD 1945.
 memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD
1945
 memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan
Umum.
 Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang keputusannya bersifat final
 untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Ungang Dasar,

Wewenang Mahkamah Konstitusi ( MK ) :

 Menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945


 Memutus perselisihan tentang hasil Pemilu
 Memutus pembubaran partai politik
 Memutus sengketa kewenangan antara lembaga-lembaga Negara, yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945

Kewajiban Mahkamah Konstitusi ( MK ) :


Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden diduga:

1. Telah melakukan pelanggaran hukum berupa


a) penyuapan
b) korupsi
c) penghianatan terhadap negara
d) atau tindak pidana lainnya
2. atau perbuatan tercela, dan/atau
3. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Hak Mahkamah Konstitusi ( MK ) :


 Kesatuan masyarakat hukum adat (untuk pengujian UU)
 Perorangan warga negara Indonesia (untuk pengujian UU)
 Pemerintah (untuk pembubaran partai politik)
 Peserta pemilihan umum, baik pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD, maupun
pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden (untuk perselisihan hasil pemilu)
 Badan hukum publik atau privat (untuk pengujian UU)
 Lembaga negara (untuk pengujian UU dan sengketa antar lembaga)

Fungsi Mahkamah Konstitusi ( MK ) :

 menjaga konstitusi guna tegaknya prinsip konstitusionalitas hukum.


 untuk menjamin tidak akan ada lagi produk hukum yang keluar dari koridor konstitusi
sehingga hak-hak konstitusional warga terjaga dan konstitusi itu sendiri terkawal
konstitusionalitasnya Untuk menguji apakah suatu undang-undang bertentangan atau tidak
dengan konstitusi.
 pengujian undang-undang itu tidak dapat lagi dihindari penerapannya dalam
ketatanegaraan Indonesia sebab UUD 1945 menegaskan bahwa anutan sistem bukan lagi
supremasi parlemen melainkan supremasi konstitusi.

Mahkamah Agung (MA)


Fungsi Anggota Mahkamah Agung ( MA ) :
Fungsi Peradilan

 Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, MA ialah pengadilan kasasi yang bertugas membina
keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi & peninjauan kembali guna
menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah Indonesia diterapkan
secara tepat, adil dan benar.
 Berkaitan dengan fungsi peradilan adalah hak uji materiil, yaitu wewenang menguji dan
menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-undang tentang hal
apakah suatu peraturan perlu ditinjau dari isinya (materinya) dan bertentangan dengan
peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor
14 Tahun 1985).
 Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang memeriksa
dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir.

Fungsi Mengatur

 Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam
Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan
atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan
(Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985)
 Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk
mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang

Fungsi Pengawasan
 Mahkamah Agung menjalankan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua
lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan
diselenggarakan dengan seksama dan wajar serta berpedoman pada azas peradilan
yang cepat, sederhana dan biaya rendah, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam
memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan
Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
 Mahkamah Agung melakukan pengawasan, kepada penegak pengadilan serta tingkah laku
para Hakim dan para pejabat pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas pokok kekuasaan, Kehakiman, yaitu dalam hal Memeriksa,
menerima, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya dan
menerima keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan serta
memberi teguran, peringatan serta petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi Kebebasan
Hakim (Pasal 32 Undang-Undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

Fungsi Administratif

 Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan


Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang
No.14 Tahun 1970 secara organisatoris, administrative dan finansial sampai saat ini masih
berada dibawah Departemen yang bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-
undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
 Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi
dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang
Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman).

Fungsi Nasehat

 Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada
pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25
Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan
Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung).
 Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam
rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14
Tahun 1985). 
 Mahkamah Agung memberikan nasihat dan pertimbangan dalam bidang hukum kepada
Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun
1985). 
 Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14
Ayat (1), Mahkamah Agung diberi kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada
Presiden selaku Kepala Negara.

Fungsi Lain-lain

 Selain tugas pokok untuk memeriksa, menerima dan mengadili serta menyelesaikan setiap
perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14
Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung juga
diserahi tugas serta kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.
Kekuasaan Mahkamah Agung ( MA ) :

1. memeriksa dan memutus


a) permohonan kasasi;
b) sengketa tentang kewenangan mengadili;
c) permohonan peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
2. memberikan pertimbangan dalam bidang hukum baik diminta maupun tidak, kepada
Lembaga Tinggi Negara.
3. menguji secara materiil hanya terhadap peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang.
4. memberikan nasehat hukum kepada Presiden selaku Kepala Negara untuk pemberian atau
penolakan grasi.
5. melaksanakan tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.

Hak Mahkamah Agung (MA) :

 Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangundangan di


bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang
diberikan oleh undang-undang;
 memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.
 mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi

Sistem Pemerintahan Indonesia (Lengkap Sejarah dan Penjelasan)


Sistem Pemerintahan Indonesia - Sistem Tata Negara / Sistem Pemerintahan memiliki tujuan untuk
menjaga kestabilan suatu negara. Di dunia ini terdapat beberapa macam sistem pemerintahan yang
masing-masing mempunyai kelebihan, kekurangan, karakteristik, serta perbedaan masing-masing.
Sehingga diterapkan sesuai dengan kondisi masing-masing negara, sistem ini dapat dibedakan
menjadi :

 Parlementer
 Presidensial
 Semipresidensial
 Komunis
 Liberal
 Demokrasi liberal

Sistem pemerintahan merupakan cara pemerintah dalam mengatur segala yang berhubungan
dengan pemerintahan. Secara luas sistem pemerintahan bisa diartikan sebagai sistem yang menjaga
kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum minoritas dan mayoritas, menjaga fondasi
pemerintahan, menjaga kekuatan politik, ekonomi, pertahanan, keamanan sehingga menjadi sistem
pemerintahan yang kontinu dan demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil
dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut.
Secara sempit, Sistem pemerintahan dapat diartikan sebagai sarana kelompok untuk menjalankan
roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah
adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari masyarakat.
Sehingga Sistem Pemerintahan bisa diartikan sebagai sebuah tatanan utuh yang terdiri dari
bermacam macam komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan serta memengaruhi
dalam mencapaian fungsi dan tujuan pemerintahan. Sistem ini bermanfaat untuk menjaga
kestabilan pemerintahan, pertahanan, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. 
Sistem Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum Diamandemen
Sebelum diamandemen, UUD 1945 mengatur kedudukan lembaga tertinggi dan lembaga tinggi
negara, serta hubungan antar lembaga-lembaga tersebut. Undang-Undang Dasar merupakan
hukum tertinggi, kemudian kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada MPR (Lembaga
Tertinggi). MPR mendistribusikan kekuasaannya (distribution of power) kepada 5 Lembaga Tinggi
yang sejajar kedudukannya, yaitu Presiden, Mahkamah Agung (MA), Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum Diamandemen

Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum diamandemen


tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang 7 kunci pokok sistem pemerintahan negara
indonesia, sebagai berikut:

 Sistem Konstitusional.
 Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
 Kekuasaan tertinggi negara ada di tangan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat).
 Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
 Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
 Presiden merupakan penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah MPR
(Majelis Permusyawaratan Rakyat)
 Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab
kepada DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).

Dari tujuh kunci pokok sistem pemerintahan diatas, sistem pemerintahan Indonesia menurut UUD
1945 menganut sistem pemerintahan Presidensial. Sistem pemerintahan Presidensial ini dijalankan
semasa pemerintahan Orde Baru.
Ciri dari sistem pemerintahan Presidensial kala itu ialah adanya kekuasaan yang sangat besar pada
lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945
tersebut dilakukan tanpa melibatkan persetujuan maupun pertimbangan DPR sebagai wakil rakyat.
Karena tidak adanya pengawasan dan persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan
cenderung mudah disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan yang besar pada
presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan
pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang solid dan kompak serta Sistem
pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Namun, dalam praktik perjalanan
sistem pemerintahan di Indonesia pada masa itu ternyata kekuasaan yang besar dalam diri
presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkan.
Memasuki masa Reformasi, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem pemerintahan
yang lebih baik (demokratis). Untuk itu, harus disusun pemerintahan yang berdasarkan pada
konstitusi (Pemerintah konstitusional). Pemerintah konstitusional memiliki ciri bahwa konstitusi
negara itu berisi :

 Jaminan terhadap hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.


 Adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif.

Sistem pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah Diamandemen


Salah satu tuntutan Reformasi 1998 ialah dilakukannya amandemen pada UUD 1945. Latar
belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan
tertinggi di tangan MPR (namun kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat
besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (yang dapat menimbulkan mulitafsir),
serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup
didukung ketentuan konstitusi.

Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu ialah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan
negara, HAM, kedaulatan rakyat, pembagian kekuasaan, eksistensi negara hukum dan negara
demokrasi, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa.
Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945,
tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structur) kesatuan atau selanjutnya lebih
dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem
pemerintahan presidensil.

Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945, dapat dijelaskan sebagai
berikut: Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dijalankan sepenuhnya berdasarkan UUD. UUD memberikan pembagian kekuasaan
(separation of power) kepada 6 lembaga negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden, Mahkamah Agung (MA), Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), Mahkamah Konstitusi (MK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).

Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah Diamandemen

Pada masa sekarang ini, bisa disebut sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi.
Sebelum diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen ke
4 tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945 dengan
beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju sistem pemerintahan yang baru.
Sistem pemerintahan yang baru ini diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya
Pemilu pada tahun 2004.

Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut:

 Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensial.


 Bentuk negara kesatuan yang memiliki prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara
terbagi menjadi beberapa provinsi.
 Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan dibawahnya.
 Presiden merupakan kepala negara yang sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Presiden
dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
 Parlemen terdiri dari dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Para anggota DPR dan DPD merupakan anggota MPR. DPR
mempunyai kekuasaan legislatif serta kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
 Kabinet / menteri diangkat oleh presiden serta bertanggung jawab langsung kepada
presiden.
Sistem pemerintahan ini juga mengambil elemen-elemen dari sistem pemerintahan parlementer
dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan yang ada pada sistem presidensial.
Beberapa variasi sistem pemerintahan presidensial di Indonesia ialah sebagai berikut :

 Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan


dari DPR.
 Parlemen mendapat kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang dan
hak anggaran (budget)
 Presiden sewaktu-waktu bisa diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi, DPR tetap
memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun tidak secara langsung.
 Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu persetujuan dan pertimbangan DPR.

Sistem Pemerintahan Indonesia Saat Ini (Setelah Diamandemen)


Berdasarkan Pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang berbunyi, "bahwa kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam
suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat".

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, yang berbunyi, "Negara Indonesia adalah negara kesatuan
yang berbentuk republik".

Dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, sedangkan bentuk
pemerintahannya ialah Republik. Selain bentuk pemerintahan republik dan bentuk negara
kesatuan, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus
kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, "Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang Undang Dasar". Dengan demikian,
sistem pemerintahan di Indonesia menganut Sistem Pemerintahan Presidensial.

Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial.
Namun dalam praktiknya banyak elemen elemen dari sistem pemerintahan parlementer yang
masuk ke dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Sehingga secara singkat bisa dikatakan bahwa
sistem pemerintahan yang berjalan di Indonesia ialah sistem pemerintahan yang merupakan
gabungan atau perpaduan antara sistem pemerintahan presidensial (mayoritas) dengan sistem
pemerintahan parlementer (minoritas). Apalagi bila dirunut dari sejarahnya, Indonesia mengalami
beberapa kali perubahan Periodisasi Sistem Pemerintahan, diantaranya :

 Tahun 1945-1949, Indonesia pernah menganut Sistem Pemerintahan Presidensial


 Tahun 1949-1950, Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer yang semu
 Tahun 1950-1959, Indonesia masih menganut sistem pemerintahan parlementer dengan
demokrasi liberal
 Tahun 1959-1966, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial secara
demokrasi terpimpin.
 Tahun 1966-1998 (Orde Baru), Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial

Terdapat perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal tersebut diperuntukan dalam
memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan baru ini antara lain adanya pemilihan
secara langsung, mekanisme check and balance, sistem bikameral dan pemberian kekuasaan yang
lebih besar pada parlemen untuk melakukan pengawasan serta fungsi anggaran.
Home » Kebangsaan » Lembaga Pemerintahan Kementrian dan Non Kementrian (Lengkap
Penjelasan)

Lembaga Pemerintahan Kementrian dan Non Kementrian (Lengkap


Penjelasan)
Lembaga Pemerintahan Kementrian dan Non Kementrian - Terdapat dua macam Lembaga
pemerintahan negara di bawah pimpinan Presiden, yaitu lembaga Kementerian yang dipimpin oleh
seorang Menteri dan Non Kementerian yang dipimpin oleh ketua atau kepala.

Lembaga Pemerintahan Kementrian


Kementrian merupakan lembaga Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan. Kementerian berkedudukan di Jakarta (ibukota negara) dan bertanggung jawab
langsung kepada presiden serta berada dibawah presiden.
Landasan hukum Kementerian di indonesia adalah Bab V Pasal 17 UUD 1945 yang menyebutkan
bahwa:

 Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.


 Menteri-menteri negara diangkat dan diperhentikan oleh Presiden.
 Setiap menteri membidangi urusan tertentu pada pemerintahan.
 Pembentukan, pengubahan, serta pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-
undang.

Selain itu Lembaga Pemerintahan kementerian juga diatur oleh Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun
2015 tentang Organisasi Kementerian Negara serta Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara.
Lembaga Pemerintahan Kementrian dan Non Kementrian
Berikut Nama Lembaga Kementerian di Indonesia (Masa pemerintahan Joko Widodo - Muhammad
Jusuf Kalla) beserta tugasnya:
Kementerian koordinator yang memiliki tugas sinkronisasi dan koordinasi urusan kementerian-
kementerian yang berada dalam kewenangannya, adalah sebagai berikut :

 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra)


 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian)
 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam)

Kementerian yang memiliki tugas menangani urusan pemerintahan dengan nomenklatur


kementeriannya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945), adalah sebagai
berikut :

 Kementerian Pertahanan (Kemenhan)


 Kementerian Luar Negeri (Kemlu)
 Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
Kementerian yang mempunyai tanggung jawab urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945), adalah sebagai berikut :

 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans)


 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kemen ESDM)
 Kementerian Agama (Kemenag)
 Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo)
 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham)
 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)
 Kementerian Kehutanan (Kemenhut)
 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
 Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
 Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
 Kementerian Perdagangan (Kemendag)
 Kementerian Perhubungan (Kemenhub)
 Kementerian Perindustrian (Kemenperin)
 Kementerian Pekerjaan Umum (Kemenpu)
 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdiknas)
 Kementerian Sosial (Kemensos)
 Kementerian Pertanian (Kementan)

Kementerian yang bertugas mengurusi urusan pemerintahan sebagai bentuk penajaman,


koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah, adalah sebagai berikut :

 Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg)


 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemenegpdt)
 Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora)
 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemeneg PP & PA)
 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB)
 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN)
 Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera)
 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM)
 Kementerian Lingkungan Hidup (Menlh)
 Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek)
 Kementerian Badan Usaha Milik Negara (Kemen BUMN)

Kementerian yang dibubarkan, adalah sebagai berikut :

 Kementerian Penerangan, dibentuk saat proklamasi kemerdekaan (Kabinet Presidensial)


dan dibubarkan pada Kabinet Persatuan Nasional hingga sekarang.
 Kementerian Sosial, dibentuk saat proklamasi kemerdekaan (Kabinet Presidensial), sempat
dibubarkan pada Kabinet Persatuan Nasional, dan dibentuk kembali pada Kabinet Gotong
Royong hingga sekarang.
 Kementerian Kemakmuran, dibentuk saat proklamasi kemerdekaan (Kabinet Presidensial)
dan dibubarkan pada Kabinet Natsir hingga sekarang.

Kementerian yang dipisahkan/digabungkan, adalah sebagai berikut :


 Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian Pekerjaan Umum pada Kabinet Kerja
(2014) digabung menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
 Kementerian Perdagangan serta Kementerian Perindustrian saat ini, sempat digabungkan
menjadi "Departemen Perindustrian dan Perdagangan" pada pertengahan perjalanan
Kabinet Pembangunan VI, yang kemudian dipisahkan kembali pada Kabinet Indonesia
Bersatu hingga sekarang. 

Lembaga Pemerintah Non Kementerian


Lembaga Pemerintah Nonkementerian disingkat (LPNK), dulu bernama Lembaga Pemerintah
Nondepartemen (LPND), LPNK merupakan lembaga negara yang dibentuk guna menjalankan tugas
pemerintahan tertentu dari presiden. Kepala LPNK berada di bawah serta bertanggung jawab
secara langsung kepada presiden melalui menteri atau pejabat setingkat menteri yang
mengoordinasikan nya.

LPNK sendiri merupakan lembaga negara di Indonesia yang dibentuk untuk melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang tertentu yang tidak dilaksanakan oleh kementerian / instansi, bersifat
strategis, nasional, lintas instansi / kementerian, lintas sektor dan lintas wilayah. Selain itu, LPNK
juga menunjang tugas yang dilakukan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Susunan Organisasi dan Tata Lembaga Pemerintahan Non Kementerian terdiri sebagai berikut :
Kepala
Sekretariat Utama
Deputi
Inspektorat Utama.

Berikut Nama-Nama Lembaga Non Kementerian di Indonesia:

 Lembaga Administrasi Negara


 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
 Lembaga Ketahanan Nasional
 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
 Lembaga Sandi Negara
 Badan Intelijen Negara
 Badan Kepagawaian Negara
 Badan Pengawas Tenaga Nuklir
 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
 Badan Koordinasi Pananaman Modal
 Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional
 Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
 Badan Pertanahan Nasional
 Badan Pengawasan Obat dan Makanan
 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
 Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
 Badan Nasional Penanggulangan Bencana
 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
 Badan Pusat Statistik
 Badan SAR Nasional
 Badan Narkotika Nasional
 Badan Standardisasi Nasional
 Badan Tenaga Nuklir Nasional
 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
 Arsip Nasional Republik Indonesia
 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di


Indonesia
Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia - Lembaga Negara
Indonesia adalah lembaga-lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UUD, UU, atau oleh
peraturan yang lebih rendah. Lembaga negara di tingkat pusat dapat dibedakan dalam empat
tingkatan kelembagaan yakni:

 Lembaga yang dibentuk berdasarkan UUD seperti Presiden, Wakil Presiden, DPR, MPR,
DPD, MA, MK, BPK, dan KY;
 Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden;
 Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri.
 Lembaga yang dibentuk berdasarkan UU seperti KPK, Kejaksaan Agung, PPATK, KPU, Bank
Indonesia, KPI, Ombudsman dll;

Lembaga pemerintah merupakan elemen penting dari sebuah negara. Selain menjadi alat untuk
menjalankan pemerintahan, Lembaga pemerintah juga merupakan cerminan sebuah negara. Dalam
menjalankan pemerintahan, Lembaga pemerintahan tersebut mempunyai Tugas, Wewenang,
Fungsi, Hak dan Kewajiban.
Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia
Kita sering tidak mengetahui Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah
di Indonesia akan tetapi jika kita ingin menjadi warga negara yang baik, alangkah baiknya jika kita
mengenal Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia ? Untuk
itu pada kesempatan kali ini kita akan memberikan informasi mengenai Tugas, Wewenang, Fungsi,
Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia. Antara Lain:

Presiden
Tugas Presiden :

 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD


 Memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkatan udara, laut dan darat.
 menjalankan pemerintahannya sesuai dengan UUD dan UU.
 memastikan apakah jajaran pemerintahannya temasuk kepolisian dan kejaksaan telah
patuh kepada UUD dan UU yang berlaku.
 Mengajukan Rancangan Undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
 Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan terhadap RUU bersama DPR
serta mengesahkan RUU menjadi UU.
 Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam kegentingan yang
memaksa)
 Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA (Mahkamah Agung)
 Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR
 Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.
 Menyatakan perang serta membuat perjanjian dan perdamaian dengan negara lain sesuai
dengan persetujuan DPR
 Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan
pertimbangan DPR
 Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
 Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan UU
 Meresmikan anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) yang dipilih oleh DPR dan
memperhatikan pertimbangan DPD.
 Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR. 
 Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR
 Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, Mahkamah Agung dan
DPR
 Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan sudah
disetujui DPR 

Kewenangan dan Kekuasaan Presiden :

 Mengangkat duta dan konsul untuk negara lain dengan pertimbangan DPR.
 Menerima duta dari negara lain dengan pertimbangan DPR.
 Memberikan Amnesti dan Abolisi Rehabilitasi dengan pertimbangan dari DPR.
 Memberikan Grasi dan Rehabilitasi dengan pertimbangan dari MA (Mahkamah Agung).
 Menetapkan dan mengajukan anggota dari hakim konstintusi.
 Menetapkan calon Hakim Agung yang diusulkan oleh KY / Komisi Yudisial dengan
persetujuan DPR.
 Memegang kekuasaan tertinggi atas AU / Angkatan Udara, AD / Angkatan Darat dan AL /
Angkatan Laut.
 Menyatakan keadaan bahaya yang syarat-syaratnya ditetapkan oleh Undang-Undang
 Membuat perjanjian yang menyangkut hajat hidup orang banyak atau mempengaruhi beban
keuangan negara.
 Menyatakan perang dengan negara lain, damai dengan negara lain dan perjanjian dengan
negara lain dengan persetujuan DPR.
 Memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan dan sebagainya yang diatur oleh UU.

Tanggungjawab Presiden :

 Membangun sebuah suksesi dengan terus menjaga kontinuitas kekuasaan, dengan


memperhatikan konstitusi maupun landasan ideology pancasila.
 Didorong untuk memperkuat konstitusi yang menjadi kontrak sosial seluruh lapisan
masyarakat Indonesia. presiden dan kabinetnya bekerja keras untuk memberi kepastian
kepada masyarakat, bahwa pemerintahannya tunduk dibawah konstitusi UUD 1945 ( Hasil
Amandemen ).

Fungsi presiden sebagai kepala Negara :

 Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut. 
 Menyatakan kondisi bahaya, Ketentuan dan akibat kondisi bahaya ditetapkan dengan UU. 
 Dalam membuat perjanjian lainnya yang menimbulkan akibat luas dan mendasar bagi
kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan / atau mengharuskan
perubahan atau pembentukan UU harus dengan persetujuan DPR.
 Mengangkat Duta dan Konsul, Dalam mengangkat Duta, memperhatikan pertimbangan
DPR. 
 Memberi rehabilitasi dan grasi dengan memperhatikan pertimbangan MA. 
 Memberi abolisi dan amnesti dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
 Memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan Hukum. 
 Dalam hal lkhwal kegentingan memaksa, Presiden berhak menetapkan Peraturan
Pemerintah sebagai pengganti UU.
 Membahas Rancangan Undang-Undang untuk mendapatkan persetujuan bersama DPR. 
 Mengkonfirmasi Rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama DPR untuk
menjadi UU.
 Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
 Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan
persetujuan DPR.
 Membentuk dewan pertimbangan yang bertugas member nasehat dan pertimbangan
kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dengan Undang-Undang.
 Mengajukan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan
DPD.
 Menetapkan dan mengajukan anggota hakim konstitusi.
 Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang telah dipilih oleh DPR atas dasar
pertimbangan DPD.
 Menetapkan Calon Hakim Agung yang diusulkan Komisi Yudisial dan telah mendapat
persetujuan DPR untuk menjadi Hakim Agung.
 Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR. 

Hak dan Kewaiban Presiden :

 Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD ( Pasal 4 ayat 1 )


 Pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri ( pasal 17 ayat 2 )
 Menetapkan peraturan pemerintahan ( Pasal 5 ayat 2 )
 Membuat perjanjian internasional lainnya, dengan persetujuan DPR ( pasal 11 ayat 2 ) 
 Memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL dan AU ( Pasal 10 )
 Memberi grasi dan rehabilitas dengan memperhatikan pertimbangan MA ( Pasal 14 ayat 1 ) 
 Menyatakan keadaan bahaya ( Pasal 12 ) Mengangkat duta dan konsul ( Pasal 13 ayat 1 ). 
 Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR ( Pasal 13 ayat 2 ) 
 Menerima penempatan duta Negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR ( Pasal
13 ayat 3 )
 Memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-
lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa ( Pasal 9 ayat 1 )
 Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR ( Pasal 14 ayat 2 ) 
 Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain dengan
persetujuan DPR ( Pasal 11 ayat 1 )
 Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dalam UU ( pasal
15 ) 
 Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan
pertimbangan kepada presiden ( Pasal 16 )

Berhak mengajukan RUU kepada DPR ( Pasal 5 ayat 1 )


Tugas, Wewenang, Fungsi, Hak dan Kewajiban Lembaga Pemerintah di Indonesia

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


Tugas dan wewenang MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat :

 Melantik presiden dan wakil presiden dalam sidang paripurna MPR


 Memilih dan melantik Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara
bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan Wakil Presiden yang
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang paket calon Presiden dan
Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum
sebelumnya sampai habis masajabatanya.
 Mengubah dan menetapkan UUD
 Memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi
untuk memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya setelah
Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan
untuk menyampaikan penjelasan dalam Sidang Paripurna Majelis;
 Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya;
 Memilih dan melantik Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi
kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatanya selambat-lambatnya dalam
waktu enam puluh hari;
 Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan MK untuk memberhentikan p-residen dan
wakilnya dalam masa jabatanya dan wakil presiden diberi kesempatan untuk
menyampaikan alasannya didalam siding

Fungsi Anggota MPR RI :

 Berfungsi untuk mengubah atau mengganti Presiden yang tidak adil dalam menjalankan
tugasnya.
 Berfungsi untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden yang baik, jujur, dan adil.

Hak-hak Anggota MPR RI :

 menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan


 mengajukan usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
 memilih dan dipilih
 Protokoler
 imunitas
 membela diri
 keuangan dan administratif.

Kewajiban Anggota MPR RI :

 melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati
peraturan perundang-undangan
 memegang teguh dan mengamalkan Pancasila
 mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan.
 melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.
 mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Tugas dan Wewenang DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) :

 Membahas dan memberikan atau tidak memberikan persetujuan terhadap Peraturan


Pernerintah Pengganti Undang-Undang
 Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap
pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pajak, pendidikan,
dan agama
 Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan undang-undang.
 Mengundang DPD pntuk melakukan pembahasan rancangan undang-undang yang diajukan
oleh DPR maupun oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada huruf c, pada awal
pembicaraan tingkat I
 Menerima dan membahas usulan Rancangan UndangUndang yang diajukan oleh DPD yang
berkaitan dengan bidang otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan,
pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi Iainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah
dan mengikut sertakan dalam pembahasannya dalam awal pembicaraan tingkat I
 Memperhatikan pertimbangan DPD atas Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara dan Rancangan Undang-Undà ng yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama dalam awal pembicaraan tingkat I
 Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama Presiden dengan
memperhatikan pertimbangan DPD
 Mengajukan, memberikan persetujuan, pertimbangan/konsultasi, dan pendapat
 Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan
negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
 Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat

Hak-Hak Anggota DPR RI :

 Mengajukan rancangan undang-undang


 Menyampaikan usul dan pendapat
 Memilih dan dipilih
 Mengajukan pertanyaan
 Membela diri
 Protokoler
 Imunitas
 Keuangan dan administrative

Kewajiban Anggota DPR RI :

 Melaksanakan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan mentaati
segala peraturan perundang-undangan
 Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah
 Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.
 Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat
 Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara kesatuan
Republik Indonesia
 Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat
 Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan
 Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah
pemilihannya
 Mentaati kode etik dan Peraturan Tata tertib DPR

Fungsi Anggota DPR RI :

 Legislasi
Fungsi legislasi dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku pemegang kekuasaan untuk
membentuk undang-undang.
 Pengawasan
Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
serta APBN.
 Anggaran
Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau tidak
memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan
oleh Presiden.

Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


Tugas DPD (Dewan Perwakilan Daerah):

 Dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
 dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN,
pajak, pendidikan, dan agama.
 ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang diajukan oleh
Presiden atau DPR.
 memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang APBN dan
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
 menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi
daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan undang-
undang APBN, pajak, pendidikan, dan agama kepada DPR sebagai bahan pertimbangan
untuk ditindaklanjuti. 
 ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan hal sebagaimana dimaksud dalam penjelasan diatas

Wewenang Dewan Perwakilan Daerah ( DPD ) :

 Memberikan pertimbangan kepada DPR mengenai pemilihan anggota BPK.


 Dapat mengajukan ke DPR RUU yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemerkaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan
daerah.
 Memberi pertimbangan kepada DPR atas RUU PABN dan RUU yang terkait dengan pajak,
pendidikan dan agama.
 Melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU yang terkait otonomi daerah, hubungan pusat
dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan
daerah serta menyampaikan hasil pengawasan kepada DPR.
 Menerima hasil pemeriksaan keuangan dari BPK.
 Ikut membahas RUU yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan daerah.

Hak-Hak Anggota DPD RI :

 Menyampaikan usul dan pendapat


 Memilih dan dipilih
 Membela diri
 Protokoler
 Imunitas
 Keuangan dan Administratif

Kewajiban Anggota DPD RI :

 Mengamalkan Pancasila
 Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dam menaati
segala peraturan perundang-undangan
 Menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya
 Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
 Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
 Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan
 Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat
 Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan
daerah
 Menaati kode etik dan peraturan tata tertib DPD
 Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah
pemilihannya

Komisi Yudisial (KY)


Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang berikut ini:

 menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.


 mengusulkan pengangkatan hakim agung;

Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta
memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan
diberhentikan oleh presiden atas persetujuan DPR. Anggota Komisi Yudisial terdiri atas seorang
ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan tujuh orang anggota. Masa
jabatan anggota Komisi Yudisial adalah 5 tahun.
Tugas Komisi Yudisial ( KY ) :

 Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung


 Mengusulkan calon hakim agung kepada DPR untuk mendapat kan persetujuan dan selanjut
nya ditetapkan sebagai hakim agung oleh presiden
 Menjaga dan menegakkan kehormatan, kleluhuran martabat, serta perilaku hakim.
 Mengajukan Calon Hakim Agung ke DPR
 Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung
 Melakukan seleksi terhadap Calon Hakim Agung
 Menetapkan calon Hakim Agung

Wewenang Komisi Yudisial ( KY ) :

 Memutuskan pengangkatan hakim agung


 Mempunyai wewenang lain dalam rangka menegakkan kehormatan,keluhuran,martabat
serta perilaku hukum.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


Tugas Badan Pemeriksaan Keuangan ( BPK ) :

 Memeriksa tanggungjawab tentang keuangan Negara. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan


kepada DPR
 Memeriksa tanggung jawab keuangan Negara apakah telah digunakan sesuai yang telah
disetujui DPR.
 Memeriksa tanggungjawab pemerintah tentang keuangan Negara
 Badan Pemeriksa Keuangan memeriksa semua pelaksanaan APBN
 Hasil pemeriksaan BPK diberitahukan kepada DPR
 Memeriksa semua pelaksanaan APBN
 Pelaksanaan pemerintah dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan UU

Wewenang Badan Pemeriksaan Keuangan ( BPK ) :


 Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang dan atau
unit organisasi yang mengelola keuangan negara.
 Meminta keterangan yang wajib diberikan oleh setiap orang, badan pemerintah atau badan
swasta sepanjang tidak bertentangan terhadap undang – undang.
 Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara dan kode etik pemeriksaan
 Menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian Negara
 Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan,
menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyajikan laporan pemeriksaan.

Mahkamah Konstitusi (MK)


Tugas Mahkamah Konstitusi ( MK ) :

 Wajib memberi keputusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai digaan
pelanggaran oleh Presiden dan Wakil Presiden Menurut UUD 1945.
 memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD
1945
 memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan
Umum.
 Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang keputusannya bersifat final
 untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Ungang Dasar,

Wewenang Mahkamah Konstitusi ( MK ) :

 Menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945


 Memutus perselisihan tentang hasil Pemilu
 Memutus pembubaran partai politik
 Memutus sengketa kewenangan antara lembaga-lembaga Negara, yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945

Kewajiban Mahkamah Konstitusi ( MK ) :


Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden diduga:

1. Telah melakukan pelanggaran hukum berupa


a) penyuapan
b) korupsi
c) penghianatan terhadap negara
d) atau tindak pidana lainnya
2. atau perbuatan tercela, dan/atau
3. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Hak Mahkamah Konstitusi ( MK ) :

 Kesatuan masyarakat hukum adat (untuk pengujian UU)


 Perorangan warga negara Indonesia (untuk pengujian UU)
 Pemerintah (untuk pembubaran partai politik)
 Peserta pemilihan umum, baik pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD, maupun
pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden (untuk perselisihan hasil pemilu)
 Badan hukum publik atau privat (untuk pengujian UU)
 Lembaga negara (untuk pengujian UU dan sengketa antar lembaga)

Fungsi Mahkamah Konstitusi ( MK ) :

 menjaga konstitusi guna tegaknya prinsip konstitusionalitas hukum.


 untuk menjamin tidak akan ada lagi produk hukum yang keluar dari koridor konstitusi
sehingga hak-hak konstitusional warga terjaga dan konstitusi itu sendiri terkawal
konstitusionalitasnya Untuk menguji apakah suatu undang-undang bertentangan atau tidak
dengan konstitusi.
 pengujian undang-undang itu tidak dapat lagi dihindari penerapannya dalam
ketatanegaraan Indonesia sebab UUD 1945 menegaskan bahwa anutan sistem bukan lagi
supremasi parlemen melainkan supremasi konstitusi.

Mahkamah Agung (MA)


Fungsi Anggota Mahkamah Agung ( MA ) :
Fungsi Peradilan

 Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, MA ialah pengadilan kasasi yang bertugas membina
keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi & peninjauan kembali guna
menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah Indonesia diterapkan
secara tepat, adil dan benar.
 Berkaitan dengan fungsi peradilan adalah hak uji materiil, yaitu wewenang menguji dan
menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-undang tentang hal
apakah suatu peraturan perlu ditinjau dari isinya (materinya) dan bertentangan dengan
peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor
14 Tahun 1985).
 Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang memeriksa
dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir.

Fungsi Mengatur

 Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam
Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan
atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan
(Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985)
 Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk
mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang

Fungsi Pengawasan

 Mahkamah Agung menjalankan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua


lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan
diselenggarakan dengan seksama dan wajar serta berpedoman pada azas peradilan
yang cepat, sederhana dan biaya rendah, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam
memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan
Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
 Mahkamah Agung melakukan pengawasan, kepada penegak pengadilan serta tingkah laku
para Hakim dan para pejabat pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas pokok kekuasaan, Kehakiman, yaitu dalam hal Memeriksa,
menerima, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya dan
menerima keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan serta
memberi teguran, peringatan serta petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi Kebebasan
Hakim (Pasal 32 Undang-Undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

Fungsi Administratif

 Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan


Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang
No.14 Tahun 1970 secara organisatoris, administrative dan finansial sampai saat ini masih
berada dibawah Departemen yang bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-
undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
 Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi
dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang
Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman).

Fungsi Nasehat

 Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada
pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25
Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan
Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung).
 Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam
rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14
Tahun 1985). 
 Mahkamah Agung memberikan nasihat dan pertimbangan dalam bidang hukum kepada
Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun
1985). 
 Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14
Ayat (1), Mahkamah Agung diberi kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada
Presiden selaku Kepala Negara.

Fungsi Lain-lain

 Selain tugas pokok untuk memeriksa, menerima dan mengadili serta menyelesaikan setiap
perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14
Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung juga
diserahi tugas serta kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.

Kekuasaan Mahkamah Agung ( MA ) :

1. memeriksa dan memutus


a) permohonan kasasi;
b) sengketa tentang kewenangan mengadili;
c) permohonan peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
2. memberikan pertimbangan dalam bidang hukum baik diminta maupun tidak, kepada
Lembaga Tinggi Negara.
3. menguji secara materiil hanya terhadap peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang.
4. memberikan nasehat hukum kepada Presiden selaku Kepala Negara untuk pemberian atau
penolakan grasi.
5. melaksanakan tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.

Hak Mahkamah Agung (MA) :

 Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangundangan di


bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang
diberikan oleh undang-undang;
 memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.
 mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi

Pengertian Eksekutif, Legislatif, Yudikatif Serta Fungsi dan kekuasaanya


Pengertian Eksekutif, Legislatif, Yudikatif Serta Fungsi dan kekuasaanya - Indonesia merupakan
sebuah negara yang terdiri dari beberapa lembaga kenegaraan sesuai dengan fungsionlitasnya
masing-masing. Dalam melaksanakan roda pemerintahan, Indonesia dijalankan oleh sejumlah
lembaga penting, salah satunya adalah Mahkamah Konstitusi (MK).
Dalam struktur kepemerintahan Indonesia kita mengenal yang namanya Eksekutif, Legislatif dan
Yudikatif. Kesemuanya merupakan unsur-unsur struktural terpenting dalam pemerintahan
Indonesia. Mungkin masih ada masyarakat yang sebenarnya belum sepenuhnya memahami
Pengertian dan Fungsi Eksekutif, Pengertian dan Fungsi Yudikatif serta Pengertian dan Fungsi
Legislatif.
Bagi Kalian yang belum begitu paham, melalui artikel ini kita akan mencoba menjelaskan kepada
Anda fungsi lembaga Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Berikut penjelasan ringkas yang akan kita
paparkan melalui kolom artikel ini terkait pengertian serta peran Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.

Pengertian Eksekutif
Eksekutif merupakan salah satu cabang pemerintahan yang memiliki kekuasaan dan
bertanggungjawab untuk menerapkan hukum. Figur paling senior dalam sebuah cabang eksekutif
disebut kepala pemerintahan. Eksekutif dapat merujuk kepada administrasi, dalam sistem
presidensiil (Seperti di Indonesia), atau sebagai pemerintah, dalam sistem parlementer.
Di Indonesia Yang masuk dalam lingkaran eksekutif adalah presiden, wakil presiden serta jajaran
kabinet dalam pemerintahan. Jajaran kabinet dalam sebuah pemerintahan dalam hal ini
pemerintahan Republik Indonesia adalah para menteri yang telah ditunjuk dan dilantik secara
resmi oleh presiden.
Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaaan untuk melaksanakan undang-undang atau disebut dengan
rule application function.

Pengertian Legislatif
Legislatif merupakan badan deliberatif pemerintah dengan kuasa membuat hukum. Legislatif
dikenal dengan beberapa nama, yaitu parlemen, DPR (indonesia), kongres, dan asembli nasional.
Dalam sistem Parlemen, legislatif adalah badan tertinggi dan menujuk eksekutif. Dalam Sistem
Presidensial, legislatif adalah cabang pemerintahan yang sama dan bebas dari eksekutif.
Di Indonesia Legislatif adalah sebuah lembaga kenegaraan di Indonesia yang dalam hal ini memiliki
tugas untuk membuat atau menciptakan produk undang-udang. Lembaga yang disebut sebagai
lembaga legislator adalah DPR.

Kekuasaan Legeslatif
Kekuasaan legelatif adalah kekuasaan membuat undang-undang atau disebut denga rule making
function.

Pengertian Yudikatif
Jika legislator adalah DPR, dan eksekutif adalah presiden, wakil presiden dan para menteri anggota
kabinet, maka yudikatif adalah lembaga yang memiliki tugas untuk mengawal serta memantau
jalannya perundang-udangan atau penegakan hukum di Indonesia, seperti Mahkamah Agung (MA),
dan Mahkamah Konstitusi (MK).

Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan yudikatif merupakan kekuasaan untuk mengadili atas pelanggaran undang-undang atau
disebut denga rule adjudication function.

Fungsi Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif


Dari uraian diatas, tentunya sudah dapat dipahami bahwa Fungsi eksekutif sebagai eksekutor atau
pelaksana, Fungsi legislatif adalah untuk membuat undang-undang sedangkan Fungsi dari yudikatif
adalah sebagai lembaga pengawal serta pemantau jalannya roda pemerintahan dengan menjadikan
hukum sebagai acuan.

Pengertian, Hubungan dan Pembagian Urusan Pemerintahan Pusat dan


Pemerintahan Daerah
Pengertian, Hubungan dan Pembagian Urusan Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah -
Indonesia merupakan negara kesatuan yang disebut dengan eenheidstaat, yaitu negara merdeka
dan berdaulat yang pemerintahannya diatur oleh pemerintah pusat. Dalam konstitusi Republik
Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam pasal 4 ayat
(1) dikatakan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar. sehingga dalam pasal ini apabila kita tafsirkan bahwa pemegang kekuasaan
tertinggi di negara indonesia adalah presiden.
Namun karena luasnya daerah-daerah di negara kita yang terbagi-bagi atas beberapa provinsi,
kabupaten serta kota maka daerah-daerah tersebut memiliki pemerintahan daerah dengan maksud
guna mempermudah kinerja pemerintah pusat terhadap daerahnya sehingga digunakanlah suatu
asas yang dinamakan asas otonomi sesuai dengan yang diatur dalam pasal 18 ayat (2) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Maka dari itu pemerintahan daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya , kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat, sehingga dalam hal ini menimbulkan suatu hubungan
wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah di daerah.

Pengertian Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah


Pemerintahan pusat adalah penyelenggara pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yakni Presiden dengan dibantu seorang Wakil Presiden dan oleh menteri-menteri negara. Dengan
kata lain, pemerintahan pusat adalah pemerintahan secara nasional yang berkedudukan di ibu kota
Negara Republik Indonesia.
Pemerintahan Daerah, Pengertian Pemerintah Daerah Bedasarkan UU No.32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah), berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia), seperti yang dimaksud pada UUD 1945. Penyelenggara Pemerintahan Daerah:
Walikota, Bupati, Gubernur dan perangkat daerah lainnya (kepala badan, kepala dinas, dan unit-
unit kerja lannya yang dikendalikan oleh Sekretariat Daerah).

Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang bersifat struktural dan
fungsional
Hubungan Struktural
Hubungan struktural adalah hubungan yang didasarkan pada tingkat dan jenjang dalam
pemerintahan. Pemerintah pusat merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di tingkat
nasional. pemerintah daerah merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di daerah masing
masing bersama DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, dalam sistem dan prinsip
NKRI. Secara struktural presiden merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam penyelenggara
urusan pemerintahan di tingkat nasional. kepala daerah merupakan penyelenggara urusan
pemerintahan di daerah masing masing sesuai dengan prinsip otonomi seluas luasnya.
Secara struktural hubungan pemerintah pusat dan daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 84 Tahun 2000. Berdasarkan ketentuan tersebut daerah diberi kesempatan untuk
membentuk lembaga-lembaga yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Untuk lebih jelasnya,
hubungan struktural tersebut dapat kalian lihat pada bagan berikut.
Hubungan Struktural Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan
Daerah
Dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia terdapat dua cara yang dapat menghubungkan
antara pemerintah pusat dan pemeritah daerah yaitu sentralisasi dan desentralisasi.

 Sentralisasi merupakan pengaturan kewenangan dari pemerintah daerah kepada


pemerintah pusat untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa
dan aspirasi dari masyarakatnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Desentralisasi sebenarnya merupakan istilah dalam keorganisasian yang secara
sederhana di definisikan sebagai pengaturan kewenangan. Di Indonesia sistem sentralisasi
pernah diterapkan pada zaman kemerdekaan sampai orde baru.
 Desentralisasi merupakan penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan
prakarsa dan aspirasi dari masyarakatnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Dengan adanya desentralisasi maka muncullah otonomi bagi suatu
pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya merupakan istilah dalam keorganisasian
yang secara sederhana di definisikan sebagai penyerahan kewenangan.

Pelimpahan wewenang dengan cara Dekonsentrasi dilakukan melalui pendelegasian wewenang


kepada perangkat yang berada di bawah hirarkinya di daerah sedangkan pelimpahan wewenang
dengan cara desentralisasi dilakukan melalui pendelegasian urusan kepada daerah otonom.
Terdapat tiga faktor yang menjadi dasar pembagian fungsi, urusan, tugas, dan wewenang antara
pemerintah pusat dan daerah.

 Fungsi yang sifatnya berskala nasional dan berkaitan dengan eksistensi negara sebagai
kesatuan politik diserahkan kepada pemerintah pusat.
 Fungsi yang menyangkut pelayanan masyarakat yang perlu disediakan secara beragam
untuk seluruh daerah dikelola oleh pemerintah pusat.
 Fungsi pelayanan yang bersifat lokal, melibatkan masyarakat luas dan tidak memerlukan
tingkat pelayanan yang standar, dikelola oleh pemerintah daerah yang disesuaikan dengan
kebutuhan serta kemampuan daerah masing-masing.
Hubungan Fungsional
Hubungan fungsional adalah hubungan yang didasarkan pada fungsi masing-masing pemerintahan
yang saling mempengaruhi dan saling bergantung antara satu dengan yang lain. Pada dasarnya
pemerintah pusat dan daerah memiliki hubungan kewenangan yang saling melengkapi satu sama
lain. Hubungan tersebut terletak pada visi, misi, tujuan, dan fungsinya masing-masing. Visi dan misi
kedua lembaga ini, baik di tingkat lokal maupun nasional adalah melindungi serta memberi ruang
kebebasan kepada daerah untuk mengolah dan mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan
kondisi dan kemampuan daerahnya.
Hubungan fugsional menyangkut atas pembagian tugas dan kewenangan yang harus dijalankan
oleh pemerintahan pusat dan daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik
(goog governance). Nah pembagian tugas dan wewenang baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah tercantum dalam UU Nomor 32 Tahun 2004.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi atas kriteria akuntabilitas, eksternalitas dan efisiensi
dengan memperhatikan keserasian hubungan antarsusunan pemerintahan. Urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, yang diselenggarakan berdasarkan kriteria di
atas terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.

 Kriteria ekesternalitas adalah pembagian urusan pemerintahan yang ditentukan


berdasarkan dampak akibat yang ditimbulkan. Dalam arti jika urusan pemerintahan
tersebut dalam penyelenggaraannya berdampak nasional maka itu menjadi urusan
Pemerintah, berdampak regional menjadi urusan Provinsi dan lokal menjadi urusan
Kabupaten/Kota.
 Kriteria akuntabilitas adalah penanggung jawab suatu urusan pemerintahan ditentukan
berdasarkan kedeketannya/yang menerima langsung dampak/akibat yang ditimbulkan. Hal
ini untuk menghindari klaim atas dampak/akibat tersebut, dan ini sejalan dengan semangat
demokrasi yaitu pertanggungjawaban Pemerintah kepada rakyatnya.
 Kriteria efisiensi yakni daya guna dan hasil guna yang diperoleh dalam arti jika urusan
pemerintahan tersebut akan berhasil guna jika ditangani/diurus Pemerintah maka itu
menjadi urusan pemerintah, demikian pula sebaliknya.

Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten atau kota
adalah urusan dalam skala provinsi. Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi
urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kekhasan, kondisi, serta potensi unggulan pada daerah tersebut.
Pemerintahan daerah saat menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan
pemerintah pusat dan dengan pemerintahan daerah lainnya. Hubungan tersebut meliputi
hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber
daya lainnya. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber
daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras. Hubungan wewenang, keuangan, pelayanan
umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya menimbulkan hubungan
administrasi dan kewilayahan antarsusunan pemerintahan.
Pembagian Urusan Pemerintahan
Ketika kita membahas urusan pemerintahan daerah dan pemerintahan pusat, peraturan yang dapat
menjadi pegangan bagi kita ialah Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang yang disahkan pada akhir masa Pemerintahan Pesiden SBY
Menurut UU no. 23 tahun 2014 Urusan pemerintahan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :

 Urusan pemerintahan konkuren


 Urusan pemerintahan absolut
 Urusan pemerintahan umum

Ketiga urusan diatas dibagi menjadi urusan yang menjadi domain Pemerintah pusat dan daerah.
Asas yang digunakan dalam pembagian urusan pemerintahan terdiri atas asas dekonsentrasi,
desentraslisasi, serta asas tugas pembantuan, berikut penjelasannya :

 Asas dekonsentrasi merupakan pelimpahan sebagian urusan Pemerintahan yang menjadi


kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat / bisa
juga kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, / kepada wali kota maupun bupati sebagai
penanggung jawab urusan pemerintahan umum.
 Asas desentralisasi merupakan penyerahan kewenangan dari pusat ke daerah, dan domain
dari desentralisasi sangat berkaitan dengan penyerahan kekuasaan dari sebelumnya
kekuasaan milik pusat menjadi milik daerah.
 Asas tugas pembantuan merupakan penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah
otonom untuk menjalankan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah kota atau
kabupaten untuk menjalankan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah provinsi.

Urusan pemerintahan konkuren. ialah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat
dan Daerah provinsi dan Daerah kota/kabupaten, urusan yang diserahkan kepada daerah menjadi
patokan pelaksana otonomi daerah. Pembagian tersebut mencangkup berbagai bidang, mulai dari
perdagangan, pertanian, perikanan, pertambangan dan lain sebagainya. Tapi prinsip utama dalam
pembagian urusan pemerintahan konkuren adalah harus didasarkan pada efisiensi, akuntabilitas,
eksternalitas serta harus berkepentingan nasional.
Pembagian urusan konkuren kemudian diperjelas dalam tatananan territorial atau wilayah, seperti
contohnya dalam lokasi, pusat berwenang pada lokasi lintasi Negara ataupun lintas daerah
provinsi, sedang provinsi berada pada lintas kabupaten/kota, sedang untuk tingkat
kabupaten/kota berada pada area dalam kabupaten atau kota.
Dalam UU no. 23 tahun 2014 pada lampiran matriks pembagian urusan pemerintahan konkuren,
jika kita masuk kedalam bidang dan sub bidang, maka pusat, daerah provinsi dan kabupaten/kota
memiliki porsi kewenangannya sendiri-sendiri. Misal dalam bidang pendidikan, lalu jika dipilih sub
bidang, manajemen pendidikan contohnya, kewenangan pusat saat penetapan standar pendidikan,
untuk provinsi berkewenanggan mengelola pedidikan menengah dan untuk kabupaten/kota
mengelola pendidikan dasar.
Jika kita lihat dalam bidang lain, misal perumahan, kesehatan dan lain sebagainya, memiliki pola
yang sama, ada porsi pusat dan daerah. Meski ada beberapa bagian, misal dalam pengawasan
kehutanan, pusat berwenang penuh dalam urusan itu, tidak melibatkan daerah.
Urusan pemerintahan absolut merupakan urusan pemerintahan yang menjadi sepenuhnya menjadi
kewenangan pusat. Definisi Pusat jika kita masuk bidang eksekutif adalah Pemerintah Pusat,
definisinya sendiri adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan
Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri. Cakupan urusan
pemerintahan absolut terdiri dari masalah bidang politik luar negeri, pertanahan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiskal serta agama.
Meski sepenuhnya berada ditangan pusat, urusan pemerintahan absolut bisa dilimpahkan kepada
instansi vertical yang ada di daerah berdasarkan asas dekonsentrasi . Instansi vertical sendiri
merupakan perangkat kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian yang mengurus
Urusan Pemerintahan yang tidak diserahkan kepada daerah otonom dalam wilayah tertentu dalam
rangka Dekonsentrasi, contoh instansi vertical di daerah ialah satuan kerja perangkat daerah atau
SKPD, seperti dinas dan badan daerah.
Urusan pemerintahan umum, merupakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Presiden sebagai kepala Pemerintah. Urusan tersebut meliputi kerukunan antar umatberagama,
pengembangan kehidupan demokrasi, pembinaan ketahanan nasional, koordinasi pelaksanaan
tugas antarinstansi pemerintahan yang ada diwilayah daerah provinsi dan kabupaten/kota,
penanganan konflik social, persatuan dan kesatuan bangsa, pembinaan kerukunan antar suku
ataupun intrasuku serta pelaksananan semua urusan pemerintahan yang bukan merupakan
kewenangan pemerintahan daerah.
Pelaksaan urusan pemerintahan umum merupakan gubernur dan bupati/walikota di daerahnya
masing-masing, dibantu oleh instansi vertical. Pertanggung jawabannya sendiri, gubernur
bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri dan walikota/bupati bertanggung jawab
kepada menteri melalui gubernur. Hal tersebut karena gubernur diposisikan sebagai wakil
pemerintah pusat.

Pengertian dan Macam-Macam Kebijakan Pemerintah (Lengkap)


Pengertian dan Macam-Macam Kebijakan Pemerintah - Istilah kebijakan atau kebijaksanaan yang
diterjemahkan dari kata policy memang biasanya dihubungkan dengan keputusan pemerintah,
karena pemerintahlah yang mempunyai kekuasaan (wewenang) untuk mengarahkan masyarakat,
dan bertanggung jawab melayani kepentingan umum.
Kebijakan dapat juga berarti sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis pelaksanaan
suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. oleh beberapa ahli maupun organisasi
kebijakan diartikan sebagai berikut ini:

 Friedrik (1963) Berpendapat Bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan yang diajukan
seseorang, group, dan pemerintah dalam lingkungan tertentu dengan mencantumkan
kendala-kendala yang dihadapi serta kesempatan yang memungkingkan pelaksanaan
usulan tersebut dalam upaya mencapai tujuan.
 Menurut PBB: Kebijakan adalah suatu deklarasi mengenai dasar pedoman (untuk)
bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivitas-aktivitas
tertentu atau suatu rencana.
 Anderson (1979) Berpendapat Bahwa kebijakan merupakan serangkaian tindakan yang
mempunyai tujuan tertentu yang mesti diikuti dan dilakukan oleh para pelakunya untuk
memecahkan suatu masalah (a purposive corse of problem or matter of concern).
 Lasswell (1970) Berpendapat Bahwa kebijakan adalah sebagai suatu program pencapaian
tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah (a projected program of goals values and
practices).
 Heclo (1977) Berpendapat Bahwa kebijakan merupakan cara bertindak yang sengaja
dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah-masalah.
 Amara Raksasa Taya (1976) Berpendapat Bahwa kebijakan ialah suatu taktik atau strategi
yang diarahkan untuk mencapai tujuan.
 Budiardjo (1988) Berpendapat Bahwa kebijakan adalah sekumpulan keputusan yang
diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan
cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
 Anderson Berpendapat Bahwa Kebijakan adalah suatu tindakan yang mempunyai tujuan
yang dilakukan seseorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk memecahkan suatu masalah.
 Carter V. Good (1959) Berpendapat Bahwa kebijakan merupakan sebuah pertimbangan
yang didasarkan atas suatu nilai dan beberapa penilaian terhadap faktor-faktor yang
bersifat situasional, untuk mengoperasikan perencanaan yang bersifat umum dan
memberikan bimbingan dalam pengambilan keputusan demi tercapainya tujuan.
 Indrafachrudi (1984) Berpendapat Bahwa kebijakan adalah suatu ketentuan pokok yang
menjadi dasar dan arah dalam melaksanakan kegiatan administrasi atau pengelolaan.
 Carl Friedrich Berpendapat Bahwa Kebijakan ialah sebuah tindakan yang mengarah pada
tujuan dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan
tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran
yang diinginkan.
 Eulau (1977) Berpendapat Bahwa kebijakan merupakan keputusan tetap, dicirikan oleh
tindakan yang bersinambung dan berulang-ulang pada mereka yang membuat dan
melaksanakan kebijakan.
 Menurut KBBI: Kebijakan merupakan rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dan
dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, serta cara bertindak (tetang
perintah, organisasi, dan lainnya).

Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses pembuatan keputusan-keputusan
penting pada organisasi, termasuk identifikasi berbagai alternatif seperti prioritas program
maupun pengeluaran, dan pemilihannya berdasarkan dampaknya. Kebijakan bisa juga diartikan
sebagai mekanisme politis, finansial, manajemen, atau administratif untuk mencapai suatu tujuan
eksplisit.
Kebijakan dapat berbentuk keputusan yang dipikirkan secara matang dan hati-hati oleh pengambil
keputusan puncak dan bukan kegiatan-kegiatan berulang yang rutin dan terprogram atau terkait
dengan aturan-aturan keputusan.
Jadi kebijakan merupakan seperangkat keputusan yang diambil oleh pelaku-pelaku politik dalam
rangka memilih tujuan dan bagaimana cara untuk mencapainya.
Kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atas dasar kebijakan yang bersifat luas. Menurut
Werf (1997) yang dimaksud dengan kebijakan adalah usaha mencapai tujuan tertentu dengan
sasaran tertentu dan dalam urutan tertentu. Sedangkan kebijakan pemerintah mempunyai
pengertian baku yaitu suatu keputusan yang dibuat secara sistematik oleh pemerintah dengan
maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut kepentingan umum
Dalam berbagai sistem politik, kebijakan publik diimplementasikan oleh badan-badan pemerintah
(melalui kebijakan pemerintah). Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-pekerjaan
pemerintah dan hari ke hari yang membawa dampak pada warganegaranya. Dalam literatur
administrasi. (Subarsono, 2005:87)
Untuk lebih memahami tentang kebijakan pemerintah, Berikut Definisi Pemerintah Menurut Para
Ahli:

Definisi Pemerintah Menurut Para Ahli:


 Thomas R. Dye mengatakan Kebijaksanaan pemerintah merupakan apa saja yang
ditetapkan oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Definisi Thomas R. Dye
itu didasarkan pada kenyataan, bahwa banyak sekali masalah-masalah yang harus
diatasinya, banyak sekali kainginan dan kehendak rakyat yang harus dipenuhinya.
(Soenarko, 2003:41)
 Dimock dalam bukunya yang berjudul Public Administration mengarahkan kebijaksanaan
pemerintah adalah perpaduan dan kristalisasi dan pada pendapat- pendapat dan keinginan-
keinginan banyak orang dan golongan-golongan dalam masyarakat. (Soenarko, 2003:43)
 Robert Eyestone mengatakan kebijaksanaan pemerintah adalah hubungan suatu lembaga
pemerintah terhadap lingkungannya. (Soenarko, 2003:42)
 Carl J. Friedrich mengatakan kebijakan pemerintah adalah suatu arah tindakan yang
diusulkan pada seseorang, golongan, atau Pemerintah dalam suatu lingkungan dengan
halangan-halangan dan kesempatan-kesempatannya, yang diharapkan dapat memenuhi
dan mengatasi halangan tersebut di dalam rangka mencapai suatu cita-cita atau
mewujudkan suatu kehendak serta suatu tujuan tertentu. (Soenarko, 2003:42)
 Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt mengatakan Kebijakan dapatlah diberi definisi sebagai
suatu keputusan yang siap dilaksanakan dengan ciri adanya kemantapan perilaku dan
berulangnya tindakan, baik oleh mereka yang membuatnya maupun oleh mereka yang
harus mematuhinya. (Soenarko, 2003:41)

Macam - macam kebijakan Pemerintahan di


Bidang Keuangan
Uang
Uang memiliki peranan penting dalam menetukan kegiatan ekonomi masyarakat suatu negara.
Sudah sejak lama para ahli ekonomi sepakat bahwa uang bisa berakibat baik bagi perekonomian,
tetapi uang kadang-kadang juga bisa berakibat buruk bagi perekonomian, dan para ahli ekonom
juga sepakat bahwa uang yang tersedia dalam perekonomian sangat besar pengaruhnya dalam
menentukan kesetabilan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Uang adalah benda yang disetujui oleh masyarakat umum sebagai alat pelantara tukar menukar
dalam perdagangan. Fungsi uang dalam perekonomian yaitu:
 sebagai alat pertukaran
 sebagai pengukur nilai
 sebagai perhitungan dan akuntansi
 sebagai penyimpan nilai
 sebagai instrumen term of payment

Motif orang mennyimpan uang adalah:

 motif transaksi
 motif berjaga-jaga
 motif spekulasi

Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga umum barang dan jasa secara terus menerus akibat
dari tidak ada keseimbangan arus barang dan arus uang.
Suatu negara yang mengalami inflasi memiliki ciri - ciri sebagai berikut :

1. harga barang pada umumnya dalam kondisi naik terus menerus


2. Arus barang relatif sedikit
3. Arus uang yang beredar melebihi kebutuhan
4. nilai uang (daya beli uang) menjadi turun

Pencegahan inflasi telah lama menjadi salah satu tujuan utama dari kebijaksanaan ekonomi makro
pemerintahan dan bank sentral dinegara manapun. Hal ini disebabkan inflasi dianggap sebagai
suatu yang tidak diinginkan dan inflasi memberi pengaruh yang tidak baik terhadap distribusi
pendapatan (masyarakat berpendapat rendah akan menderita), kegiatan pinjam meminjam
(pemberi pinjaman beruntung, peminjam merugi), spekulasi dan persaingan dalam perdagangan
internasional.

Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah ( Bank Sentral ) untuk
menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar. Sejak tahun 1945, kebijakan moneter hanya
digunakan sebagai kebijakan ekonomi untuk mencapai stabilitaas ekonomi jangka pendek. Adapun
kebijakan fiscal digunakan dalam pengendalian ekonomi jangka panjang. Namun pada saat ini
kebijakan moneter merupakan kebijakan utama yang dipergunakan untuk pengendalian ekonomi
jangka pendek dan jangka panjang.
Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat melakukan kebijakan uang
ketat dan kebijakan uang longgar.

1. Easy Money Policy, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk menambah
jumlah uang yang beredar dengan cara :
o Memberikan kredit longgar.
o Menurunkan tungkat suku bunga
o Menurunkan cadangan Kas
o Membeli surat-surat berharga
2. Tight Money Policy, yaitu kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah uang yang
beredar dengan cara :
o Membatasi pemberian kredit
o Menjual surat berharga
o Menaikan suku bunga
o Menaikan cadangan kas

Jadi cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi inflasi adalah melalui kebijakan uang kertas,
kebijakan fiscal, kebijakan produksi, kebijakan perdagangan internasional dan kebijakan harga.

Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal pada prinsipnya merupakan kebijakan yang mengatur tentang penerimaan dan
pengeluaran negara. Sumber-sumber penerimaan negara antara lain dari pajak, penerimaan bukan
pajak serta bantuan/pinjaman dan luar negeri.
Selain itu, pengeluaran dibagi menjadi dua kelompok besar yakni pengeluaran yang bersifat rutin
seperti membayar gaji pegawai, belanja barang serta pengeluaran yang bersifat pembangunan.
Dengan demikian, kebijakan fiskal merupakan kebijakan pengelolaan keuangan negara dan
terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam
APBN.

Sedangkan kebijakan atau kebijaksanaan


pemerintah mempunyai beberapa tingkatan
yaitu:
Kebijakan Nasional
Yaitu kebijakan Negara yang bersifat fundamental dan strategis untuk mencapai tujuan
nasional/Negara sesuai dengan amanat UUD 1945 GBHN. Kewenangan dalam pembuat
kebijaksanaan adalah MPR, dan presiden bersama-sama dengan DPR.
Bentuk kebijaksanaan nasional yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan dapat
berupa:

 UUD 1945
 Ketetapan MPR
 Undang-undang
 Peraturan pemerintah pengganti undang undang (Perpu) dibuat oleh presiden dalan hal
kepentingan memaksa setelah mendapat persetujuan DPR.

Kebijaksanaan Umum
Kebijaksanaan yang dilakukan oleh presiden yang bersifat nasional dan menyeluruh berupa
penggarisan ketentuan ketentuan yang bersifat garis besar dalam rangka pelaksanaan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan sebagai pelaksanaan UUD 1945, ketetapan MPR maupun undang
undang guna mencapai tujuan nasional.
Penetapan kebijaksanaan umum merupakan sepenuhnya kewenangan presiden, sedangkan bentuk
kebijaksanaan umum tersebut merupakan tertulis berupa peraturan perundang-undangan seperti
hal nya keputusan presiden (Kepres), peraturan pemerintah (PP) maupun Instruksi Presiden
(Inpres).
Sedangkan kebijaksanaan pelaksanaan dari kebijakan umum tersebut merupakan penjabaran dari
kebijakan umum serta strategi pelaksanaan dalam suatu bidang tugas umum pemerintahan dan
pembangunan dibidang tertentu. Penetapan kebijaksanaan pelaksanaan terletak pada para
pembantu presiden yaitu para menteri atau pejabat lain setingkat dengan menteri dan pimpinan
sesuai dengan kebijaksanaan pada tinkat atasnya serta perundang-undangan berupa peraturan,
keputusan atau instruksi pejabat tersebut (pejabat/menteri)

Strategi kebijakan
Merupakan salah satu kebijakan pelaksanaan yang secara hirarki dibuat setingkat menteri,
gubernur, walikota/bupati berupa surat keputusan yang mengatur tata laksana kerja dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan sumber daya manusia. Pengertian strategi merupakan
serangkaian sasaran organisasi yang kemudian mempengaruhi penentuan tindakan komprehensif
untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan atau alat dengan mana tujuan akan dicapai.

Otonomi Daerah (Lengkap Pengertian, Dasar Hukum, Pelaksanaan, Tujuan dan


Manfaat)
Otonomi Daerah - Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem otonomi daerah
dalam pelaksanaan pemerintahannya. Otonomi daerah merupakan bagian dari desentralisasi.
Dengan adanya otonomi daerah, daerah mempunyai hak serta kewajiban untuk mengatur
daerahnya sendiri tetapi masih tetap dikontrol oleh pemerintah pusat serta sesuai dengan undang-
undang.

Pengertian Otonomi Daerah


Secara etimologi (harfiah), otonomi daerah berasal dari 2 kata yaitu "otonom" dan "daerah". Kata
otonom dalam bahasa Yunani berasal dari kata "autos" yang berarti sendiri dan "namos" yang
berarti aturan. Sehingga otonom dapat diartikan sebagai mengatur sendiri atau memerintah
sendiri. Sedangkan daerah yaitu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah. Jadi, otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri
kepentingan suatu masyarakat atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus
daerahnya sendiri.
Otonomi Daerah (Lengkap Pengertian, Dasar Hukum, Pelaksanaan, Tujuan dan
Manfaat)
Secara umum, pengertian otonomi daerah yang biasa digunakan yaitu pengertian otonomi daerah
menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dalam UU tersebut berbunyi otonomi
daerah merupakan hak, wewenang, serta kewajiban daerah otonom guna mengurus dan mengatur
sendiri urusan pemerintahan serta kepentingan masyarakatnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Kamus Hukum dan Glosarium, otonomi daerah merupakan kewenangan untuk mengatur
serta mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi dari masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Menurut Encyclopedia of Social Scince, otonomi daerah merupakan hak sebuah organisasi sosial
untuk mencukupi diri sendiri dan kebebasan aktualnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban
daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pengertian Otonomi Daerah Menurut Para


Ahli
1. Menurut F. Sugeng Istianto: Otonomi Daerah adalah sebuah hak dan wewenang untuk
mengatur serta mengurus rumah tangga daerah.
2. Menurut Syarif Saleh: Otonomi Daerah merupakan hak yang mengatur serta memerintah
daerahnya sendiri dimana hak tersebut merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah
pusat.
3. Menurut Kansil: Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, serta kewajiban daerah untuk
mengatur serta mengurus daerahnya sendiri sesuai perundang-undangan yang masih
berlaku.
4. Menurut Widjaja: Otonomi Daerah merupakan salah satu bentuk desentralisasi
pemerintahan yang pada dasarnya ditujukan untuk memenuhi kepentingan bangsa dan
negara secara menyeluruh dengan upaya yang lebih baik dalam mendekatkan berbagai
tujuan penyelenggaraan pemerintahan agar terwujudnya cita-cita masyarakat yang adil dan
makmur.
5. Menurut Philip Mahwood: Otonomi Daerah merupakan hak dari masyarakat sipil untuk
mendapatkan kesempatan serta perlakuan yang sama, baik dalam hal mengekspresikan,
berusaha mempertahankan kepentingan mereka masing-masing dan ikut serta dalam
mengendalikan penyelenggaraan kinerja pemerintahan daerah.
6. Menurut Benyamin Hoesein: Otonomi Daerah merupakan pemerintahan oleh dan untuk
rakyat di bagian wilayah nasional Negara secara informal berada diluar pemerintah pusat.
7. Menurut Mariun: Otonomi Daerah merupakan kewenangan atau kebebasan yang dimiliki
pemerintah daerah agar memungkinkan mereka dalam membuat inisiatif sendiri untuk
mengatur dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki daerahnya.
8. Menurut Vincent Lemius: Otonomi Daerah adalah kebebasan/ kewenangan dalam membuat
keputusan politik serta administrasi yang sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

Dasar Hukum Pelaksanaan Otonomi Daerah


1. Undang Undang Dasar Tahun 1945 Amandemen ke-2 yang terdiri dari: Pasal 18 Ayat 1 - 7,
Pasal 18A ayat 1 dan 2 dan Pasal 18B ayat 1 dan 2.
2. Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
3. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 mengenai Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
4. Undang Undang No. 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah.
5. Undang Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Daerah dan Pusat.

Penerapan Otonomi Daerah


Penerapan (Pelaksanaan) otonomi daerah di Indonesia menjadi titik fokus penting dalam
memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah bisa disesuaikan oleh pemerintah
daerah dengan potensi dan ciri khas daerah masing-masing. Otonomi daerah mulai diberlakukan di
Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pada
tahun 2004, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 telah dianggap tidak sesuai lagi dengan
perkembangan keadaan, ketatanegaraan, serta tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah. Oleh
karena itu maka Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 digantikan dengan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sampai sekarang Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengalami banyak perubahan. Salah satunya yaitu
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Pelaksanaan Otonomi Daerah
Hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan
bahwa kemampuannya dalam mengatur serta melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah
masing-masing. Berkembang atau tidaknya suatu daerah tergantung dari kemampuan dan
kemauan untuk dapat melaksanakannya. Pemerintah daerah bisa bebas berekspresi dan berkreasi
dalam rangka membangun daerahnya sendiri, tentu saja harus sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

Tujuan Otonomi Daerah


1. Untuk meningkatkan pelayanan masyarakat yang semakin baik.
2. Keadilan Nasional.
3. Pemerataan wilayah daerah.
4. Mendorong pemberdayaan masyarakat.
5. Menjaga hubungan baik antara pusat dengan daerah, antar pusat, serta antar daerah dalam
rangka keutuhan NKRI.
6. Untuk mengembangkan kehidupan yang demokrasi.
7. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam menumbuhkan prakarsa dan
kreativitas.
8. Untuk mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Secara konseptual, tujuan otonomi daerah di Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yaitu
tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi.

1. Tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu upaya untuk mewujudkan
demokratisasi politik melalui partai politik dan DPRD.
2. Tujuan administratif dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu adanya pembagian urusan
pemerintahan antara pusat dengan daerah, termasuk pembaharuan manajemen birokrasi
pemerintahan di daerah, serta sumber keuangan.
3. Tujuan ekonomi dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu terwujudnya peningkatan indeks
pembangunan manusia sebagai sarana peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Adapun tujuan otonomi daerah menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 yaitu:

1. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah kekuasaannya.


2. Untuk meningkatkan Pelayanan umum di daerah kekuasaaannya.
3. Untuk meningkatkan daya saing daerah.

Manfaat Otonomi Daerah


Otonomi daerah memberikan manfaat yang cukup efektif bagi pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Otonomi daerah memberikan hak dan wewenang kepada suatu daerah dalam mengatur
urusannya sendiri. Sehingga dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat maupun
pemerintah itu sendiri. Selain itu, pemerintah juga bisa melaksanakan tugasnya dengan lebih
leluasa dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Prinsip Otonomi Daerah


1. Prinsip otonomi seluas-luasnya merupakan prinsip otonomi daerah dimana daerah
diberikan kewenangan dalam mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan yang
meliputi kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan terhadap bidang
politik luar negeri, moneter, keamanan, agama, peradilan, keamanan, serta fiskal nasional.
2. Prinsip otonomi nyata merupakan prinsip otonomi daerah dimana daerah diberikan
kewenangan dalam menangani urusan pemerintahan yang berdasarkan tugas, wewenang,
dan kewajiban yang secara nyata sudah ada dan dapat berpotensi untuk tumbuh, hidup dan
berkembang sesuai dengan potensi dan ciri khas daerah.
3. Prinsip otonomi yang bertanggung jawab merupakan prinsip otonomi yang dalam sistem
penyelenggaraannya harus sesuai dengan tujuan dan maksud dari pemberian otonomi,
yang bertujuan untuk memberdayakan daerahnya masing-masing dalam meningkatkan
kesejahteraan rakyat.

Asas Otonomi Daerah


Penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada asas umum penyelenggaraan negara yang
meliputi:

1. Asas kepastian hukum yaitu asas yang mementingkan landasan peraturan perundang-
undangan dan keadilan dalam penyelenggaraan suatu negara.
2. Asas tertip penyelenggara yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian serta
keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.
3. Asas kepentingan umum yaitu asas yang mengutamakan kesejahteraan umum dengan cara
aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4. Asas keterbukaan yaitu asas yang membuka diri atas hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, serta tidak diskriminatif mengenai penyelenggara negara
dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia
negara.
5. Asas proporsinalitas yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban.
6. Asas profesionalitas yaitu asas yang mengutamakan keadilan yang berlandaskan kode etik
dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Asas akuntabilitas yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
kegiatan penyelenggara negara harus bisa dipertanggungjawabkan kepada rakyat atau
masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi suatu negara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
8. Asas efisiensi dan efektifitas yaitu asas yang menjamin terselenggaranya kepada
masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan
bertanggung jawab.

Adapun tiga asas otonomi daerah yang meliputi:

1. Asas desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan dari pemerintah kepada


daerah otonom berdasarkan struktur NKRI.
2. Asas dekosentrasi yaitu pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada gubernur sebagai
wakil pemerintah dan atau perangkat pusat daerah.
3. Asas tugas pembantuan yaitu penugasan oleh pemerintah kepada daerah dan oleh daerah
kepada desa dalam melaksanakan tugas tertentu dengan disertai pembiayaan, sarana, dan
prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan
mempertanggungjawabkan kepada yang berwenang.

Sejarah Lengkap Kerajaan Mataram Kuno (Kerajaan Medang / Kerajaan


Mataram Hindu)
Kerajaan Mataram Kuno (Kerajaan Mataram Hindu atau Kerajaan medang periode jawa tengah)
merupakan kelanjutan dari kerajaan kalingga di jawa tengah sekitar abad ke 8 M, yang selanjutnya
pindah ke propinsi jawa timur pada abad 10. Penyebutan Mataram kuno atau mataram hindu
berguna untuk membedakan kerajaan ini dengan kerajaan mataram islam yang berdiri sekitar abad
ke 16. Kerajaan ini runtuh pada awal abad ke 11.

Penamaan
Pada umumnya, istilah Kerajaan Medang hanya lazim dipakai untuk menyebut periode Jawa Timur
saja, padahal berdasarkan prasasti-prasasti yang telah ditemukan, nama Medang sudah dikenal
sejak periode sebelumnya, yaitu periode Jawa Tengah. Sementara itu, nama yang lazim dipakai
untuk menyebut Kerajaan Medang periode Jawa Tengah adalah Kerajaan Mataram, yaitu merujuk
kepada salah daerah ibu kota kerajaan ini. Kadang untuk membedakannya dengan Kerajaan
Mataram Islam yang berdiri pada abad ke-16, Kerajaan Medang periode Jawa Tengah biasa pula
disebut dengan nama Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu.

Pusat Kerajaan
Bhumi Mataram adalah sebutan lama untuk Yogyakarta dan sekitarnya. Di daerah inilah untuk
pertama kalinya istana Kerajaan Medang diperkirakan berdiri (Rajya Medang i Bhumi Mataram).
Nama ini ditemukan dalam beberapa prasasti, misalnya prasasti Minto dan prasasti Anjuk ladang.
Istilah Mataram kemudian lazim dipakai untuk menyebut nama kerajaan secara keseluruhan,
meskipun tidak selamanya kerajaan ini berpusat di sana.
Sesungguhnya, pusat Kerajaan Medang pernah mengalami beberapa kali perpindahan, bahkan
sampai ke daerah Jawa Timur sekarang. Beberapa daerah yang pernah menjadi lokasi istana
Medang berdasarkan prasasti-prasasti yang sudah ditemukan antaralain:

 Medang i Bhumi Mataram (zaman Sanjaya)


 Medang i Mamrati (zaman Rakai Pikatan)
 Medang i Poh Pitu (zaman Dyah Balitung)
 Medang i Bhumi Mataram (zaman Dyah Wawa)
 Medang i Tamwlang (zaman Mpu Sindok)
 Medang i Watugaluh (zaman Mpu Sindok)
 Medang i Wwatan (zaman Dharmawangsa Teguh)

Menurut perkiraan, Mataram terletak di daerah Yogyakarta sekarang. Mamrati dan Poh Pitu
diperkirakan terletak di daerah Kedu. Sementara itu, Tamwlang sekarang disebut dengan nama
Tembelang, sedangkan Watugaluh sekarang disebut Megaluh. Keduanya terletak di daerah
Jombang. Istana terakhir, yaitu Wwatan, sekarang disebut dengan nama Wotan, yang terletak di
daerah Madiun.
Awal berdirinya kerajaan
Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan jelas bahwa raja
pertama Kerajaan Medang (Rahyang ta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu) adalah Rakai Mataram
Sang Ratu Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak
menyebut dengan jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain yang
memerintah pulau Jawa sebelum dirinya, bernama Sanna. Sepeninggal Sanna, negara menjadi
kacau. Sanjaya kemudian tampil menjadi raja, atas dukungan ibunya, yaitu Sannaha, saudara
perempuan Sanna.

Sanna, juga dikenal dengan nama "Sena" atau "Bratasenawa", merupakan raja Kerajaan Galuh yang
ketiga (709 - 716 M). Bratasenawa alias Sanna atau Sena digulingkan dari tahta Galuh oleh
Purbasora (saudara satu ibu Sanna) dalam tahun 716 M. Sena akhirnya melarikan diri ke Pakuan,
meminta perlindungan pada Raja Tarusbawa. Tarusbawa yang merupakan raja pertama Kerajaan
Sunda (setelah Tarumanegara pecah menjadi Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh) adalah sahabat
baik Sanna. Persahabatan ini pula yang mendorong Tarusbawa mengambil Sanjaya menjadi
menantunya. Sanjaya, anak Sannaha saudara perempuan Sanna, berniat menuntut balas terhadap
keluarga Purbasora. Untuk itu ia meminta bantuan Tarusbawa (mertuanya yangg merupakan
sahabat Sanna). Hasratnya dilaksanakan setelah menjadi Raja Sunda yang memerintah atas nama
istrinya. Akhirnya Sanjaya menjadi penguasa Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh dan Kerajaan
Kalingga (setelah Ratu Shima mangkat). Dalam tahun 732 M Sanjaya mewarisi tahta Kerajaan
Mataram dari orangtuanya. Sebelum ia meninggalkan kawasan Jawa Barat, ia mengatur pembagian
kekuasaan antara puteranya, Tamperan, dan Resi Guru Demunawan. Sunda dan Galuh menjadi
kekuasaan Tamperan, sedangkan Kerajaan Kuningan dan Galunggung diperintah oleh Resi Guru
Demunawan, putera bungsu Sempakwaja.
Dari prasasti Canggal, bisa diperoleh informasi jika Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan
berkembang sekitar abad ke-7 M dengan raja yang pertama adalah Sanjaya yang memiliki gelar
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Dinasti yang berkuasa


Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan
Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa
Isyana pada periode Jawa Timur.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Raja Sanjaya. Dinasti ini
menganut agama Hindu aliran Siwa. Berdasarkan pendapat van Naerssen, pada zaman
pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Raja Sanjaya pada tahun 770an), kekuasaan atas
Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana.
Sejak saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di tanah Jawa, bahkan berhasil pula menguasai Kerajaan
Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang keturunan Sanjaya
bernama Rakai Pikatan menikahi Pramodawardhani yang merupakan putri mahkota Wangsa
Sailendra. Berkat pernikahan itu ia bisa menjadi raja di Medang, dan memindahkan istana kerajaan
Medang  ke Mamrati. Hal tersebut dianggap sebagai awal Bangkitan kembali Wangsa Sanjaya.
Menurut teori Bosch, nama raja-raja Medang dalam Prasasti Mantyasih dianggap sebagai anggota
Wangsa Sanjaya secara keseluruhan. Sementara itu Slamet Muljana berpendapat bahwa daftar
tersebut adalah daftar raja-raja yang pernah berkuasa di Medang, dan bukan daftar silsilah
keturunan Sanjaya.
Contoh yang diajukan Slamet Muljana adalah Rakai Panangkaran yang diyakininya bukan putra
Sanjaya. Alasannya ialah, prasasti Kalasan tahun 778 memuji Rakai Panangkaran sebagai “permata
wangsa Sailendra” (Sailendrawangsatilaka). Dengan demikian pendapat ini menolak teori van
Naerssen tentang kekalahan Rakai Panangkaran oleh seorang raja Sailendra.
Menurut teori Slamet Muljana, raja-raja Medang versi Prasasti Mantyasih mulai dari Rakai
Panangkaran sampai dengan Rakai Garung adalah anggota Wangsa Sailendra. Sedangkan
kebangkitan Wangsa Sanjaya baru dimulai sejak Rakai Pikatan naik takhta menggantikan Rakai
Garung.
Istilah Rakai pada zaman Medang identik dengan Bhre pada zaman Majapahit, yang bermakna
“penguasa di”. Jadi, gelar Rakai Panangkaran sama artinya dengan “Penguasa di Panangkaran”.
Nama aslinya ditemukan dalam prasasti Kalasan, yaitu Dyah Pancapana.
Slamet M kemudian mengidentifikasi nama Rakai Panunggalan sampai dengan Rakai Garung
dengan nama raja-raja Wangsa Sailendra yang telah diketahui, misalnya Dharanindra atau
Samaratungga. yang selama ini cenderung dianggap bukan bagian dari daftar para raja versi
Prasasti Mantyasih.
Sementara itu pada dinasti ketiga yang berkuasa di Medang adalah Wangsa Isana yang baru muncul
pada ‘’periode Jawa Timur’’. Dinasti ini didirikan oleh Mpu Sindok yang membangun istana baru di
Tamwlang tahun 929an. Dalam prasastinya, Mpu Sindok menyebutkan bahwa kerajaannya
merupakan kelanjutan dari Kadatwan Rahyangta i Medang i Bhumi Mataram.
Raja-raja yang memimpin Kerajaan Medang
Daftar raja-raja Medang menutur teori Slamet Muljana adalah sebagai berikut:

 Sanjaya, (merupakan pendiri Kerajaan Medang)


 Rakai Panangkaran, (awal berkuasanya Wangsa Syailendra)
 Rakai Panunggalan alias Dharanindra
 Rakai Warak alias Samaragrawira
 Rakai Garung alias Samaratungga
 Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, (awal kebangkitan Wangsa Sanjaya)
 Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
 Rakai Watuhumalang
 Rakai Watukura Dyah Balitung
 Mpu Daksa
 Rakai Layang Dyah Tulodong
 Rakai Sumba Dyah Wawa
 Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
 Sri Lokapala (merupaka suami dari Sri Isanatunggawijaya)
 Makuthawangsawardhana
 Dharmawangsa Teguh, (berakhirnya Kerajaan Medang)

Pada daftar di atas hanya Sanjaya yang memakai gelar Sang Ratu, sedangkan raja sesudahnya
memakai gelar Sri Maharaja.
Struktur pemerintahan
Raja merupakan pemimpin tertinggi Kerajaan Medang. Sanjaya sebagai raja pertama memakai gelar
Ratu. Pada zaman itu istilah Ratu belum identik dengan kaum perempuan. Gelar ini setara dengan
Datu yang berarti "pemimpin". Keduanya merupakan gelar asli Indonesia. Ketika Rakai
Panangkaran dari Wangsa Sailendra berkuasa, gelar Ratu dihapusnya dan diganti dengan gelar Sri
Maharaja. Kasus yang sama terjadi pada Kerajaan Sriwijaya di mana raja-rajanya semula bergelar
Dapunta Hyang, dan setelah dikuasai Wangsa Sailendra juga berubah menjadi Sri Maharaja.

Pemakaian gelar Sri Maharaja di Kerajaan Medang tetap dilestarikan oleh Rakai Pikatan meskipun
Wangsa Sanjaya berkuasa kembali. Hal ini dapat dilihat dalam daftar raja-raja versi Prasasti
Mantyasih yang menyebutkan hanya Sanjaya yang bergelar Sang Ratu. Jabatan tertinggi sesudah
raja ialah Rakryan Mahamantri i Hino atau kadang ditulis Rakryan Mapatih Hino. Jabatan ini
dipegang oleh putra atau saudara raja yang memiliki peluang untuk naik takhta selanjutnya.
Misalnya, Mpu Sindok merupakan Mapatih Hino pada masa pemerintahan Dyah Wawa.
Jabatan Rakryan Mapatih Hino pada zaman ini berbeda dengan Rakryan Mapatih pada zaman
Majapahit. Patih zaman Majapahit setara dengan perdana menteri namun tidak berhak untuk naik
takhta. Jabatan sesudah Mahamantri i Hino secara berturut-turut adalah Mahamantri i Halu dan
Mahamantri i Sirikan. Pada zaman Majapahit jabatan-jabatan ini masih ada namun hanya sekadar
gelar kehormatan saja. Pada zaman Wangsa Isana berkuasa masih ditambah lagi dengan jabatan
Mahamantri Wka dan Mahamantri Bawang.
Jabatan tertinggi di Medang selanjutnya ialah Rakryan Kanuruhan sebagai pelaksana perintah raja.
Mungkin semacam perdana menteri pada zaman sekarang atau setara dengan Rakryan Mapatih
pada zaman Majapahit. Jabatan Rakryan Kanuruhan pada zaman Majapahit memang masih ada,
namun kiranya setara dengan menteri dalam negeri pada zaman sekarang.

Perkembangan Pemerintahan
Sebelum Sanjaya berkuasa di Mataram Kuno, di Jawa sudah berkuasa seorang raja bernama Sanna.
Menurut prasasti Canggal yang berangka tahun 732 M, diterangkan bahwa Raja Sanna telah
digantikan oleh Sanjaya. Raja Sanjaya adalah putra Sanaha, saudara perempuan dari Sanna.
Dalam Prasasti Sojomerto yang ditemukan di Desa Sojomerto, Kabupaten Batang, disebut nama
Dapunta Syailendra yang beragama Syiwa (Hindu). Diperkirakan Dapunta Syailendra berasal dari
Sriwijaya dan menurunkan Dinasti Syailendra yang berkuasa di Jawa bagian tengah. Dalam hal ini
Dapunta Syailendra diperkirakan yang menurunkan Sanna, sebagai raja di Jawa.
Sanjaya tampil memerintah Kerajaan Mataram Kuno pada tahun 717 - 780 M. Ia melanjutkan
kekuasaan Sanna. Sanjaya kemudian melakukan penaklukan terhadap raja-raja kecil bekas
bawahan Sanna yang melepaskan diri. Setelah itu, pada tahun 732 M Raja Sanjaya mendirikan
bangunan suci sebagai tempat pemujaan. Bangunan ini berupa lingga dan berada di atas Gunung
Wukir (Bukit Stirangga). Bangunan suci itu merupakan lambang keberhasilan Sanjaya dalam
menaklukkan raja-raja lain.
Raja Sanjaya bersikap arif, adil dalam memerintah, dan memiliki pengetahuan luas. Para pujangga
dan rakyat hormat kepada rajanya. Oleh karena itu, di bawah pemerintahan Raja Sanjaya, kerajaan
menjadi aman dan tenteram. Rakyat hidup makmur. Mata pencaharian penting adalah pertanian
dengan hasil utama padi. Sanjaya juga dikenal sebagai raja yang paham akan isi kitab-kitab suci.
Bangunan suci dibangun oleh Sanjaya untuk pemujaan lingga di atas Gunung Wukir, sebagai
lambang telah ditaklukkannya raja-raja kecil di sekitarnya yang dulu mengakui kemaharajaan
Sanna. 
Setelah Raja Sanjaya wafat, ia digantikan oleh putranya bernama Rakai Panangkaran. Panangkaran
mendukung adanya perkembangan agama Buddha. Dalam Prasasti Kalasan yang berangka tahun
778, Raja Panangkaran telah memberikan hadiah tanah dan memerintahkan membangun sebuah
candi untuk Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta agama Buddha. Tanah dan bangunan
tersebut terletak di Kalasan. Prasasti Kalasan juga menerangkan bahwa Raja Panangkaran disebut
dengan nama Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai Panangkaran. Raja Panangkaran
kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke arah timur.
Raja Panangkaran dikenal sebagai penakluk yang gagah berani bagi musuh-musuh kerajaan.
Daerahnya bertambah luas. Ia juga disebut sebagai permata dari Dinasti Syailendra. Agama Buddha
Mahayana waktu itu berkembang pesat. Ia juga memerintahkan didirikannya bangunan-bangunan
suci. Misalnya, Candi Kalasan dan arca Manjusri.
Setelah kekuasaan Penangkaran berakhir, timbul persoalan dalam keluarga Syailendra, karena
adanya perpecahan antara anggota keluarga yang sudah memeluk agama Buddha dengan keluarga
yang masih memeluk agama Hindu (Syiwa).Hal ini menimbulkan perpecahan di dalam
pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno. Satu pemerintahan dipimpin oleh tokoh-tokoh kerabat
istana yang menganut agama Hindu berkuasa di daerah Jawa bagian utara. Kemudian keluarga yang
terdiri atas tokoh-tokoh yang beragama Buddha berkuasa di daerah Jawa bagian selatan. Keluarga
Syailendra yang beragama Hindu meninggalkan bangunanbangunan candi di Jawa bagian utara.
Misalnya, candi-candi kompleks Pegunungan Dieng (Candi Dieng) dan kompleks Candi
Gedongsongo. Kompleks Candi Dieng memakai namanama tokoh wayang seperti Candi Bima,
Puntadewa, Arjuna, dan Semar.
Sementara yang beragama Buddha meninggalkan candi-candi seperti Candi Ngawen, Mendut,
Pawon dan Borobudur. Candi Borobudur diperkirakan mulai dibangun oleh Samaratungga pada
tahun 824 M. Pembangunan kemudian dilanjutkan pada zaman Pramudawardani dan Pikatan.
Perpecahan di dalam keluarga Syailendra tidak berlangsung lama. Keluarga itu akhirnya bersatu
kembali. Hal ini ditandai dengan perkawinan Rakai Pikatan dan keluarga yang beragama Hindu
dengan Pramudawardani, putri dari Samaratungga. Perkawinan itu terjadi pada tahun 832 M.
Setelah itu, Dinasti Syailendra bersatu kembali di bawah pemerintahan Raja Pikatan.
Setelah Samaratungga wafat, anaknya dengan Dewi Tara yang bernama Balaputradewa
menunjukkan sikap menentang terhadap Pikatan. Kemudian terjadi perang perebutan kekuasaan
antara Pikatan dengan Balaputradewa. Dalam perang ini Balaputradewa membuat benteng
pertahanan di perbukitan di sebelah selatan Prambanan. Benteng ini sekarang kira kenal dengan
Candi Boko. Dalam pertempuran, Balaputradewa terdesak dan melarikan diri ke Sumatra.
Balaputradewa kemudian menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Mataram Kuno daerahnya bertambah luas. Kehidupan agama berkembang pesat tahun
856 Rakai Pikatan turun takhta dan digantikan oleh Kayuwangi atau Dyah Lokapala. Kayuwangi
kemudian digantikan oleh Dyah Balitung. Raja Balitung merupakan raja yang terbesar. Ia
memerintah pada tahun 898 - 911 M dengan gelar Sri Maharaja Rakai Wafukura Dyah Balitung Sri
Dharmadya Mahasambu. Pada pemerintahan Balitung bidangbidang politik, pemerintahan,
ekonomi, agama, dan kebudayaan mengalami kemajuan. Ia telah membangun Candi Prambanan
sebagai candi yang anggun dan megah. Relief-reliefnya sangat indah.
Sesudah pemerintahan Balitung berakhir, Kerajaan Mataram mulai mengalami kemunduran. Raja
yang berkuasa setelah Balitung adalah Daksa, Tulodong, dan Wawa. Beberapa faktor yang
menyebabkan kemunduran Mataram Kuno antara lain adanya bencana alam dan ancaman dari
musuh yaitu Kerajaan Sriwijaya.

Konflik takhta periode Jawa Tengah


Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi putra Rakai Pikatan (sekitar 856 – 880–an), ditemukan
beberapa prasasti atas nama raja-raja lain, yaitu Maharaja Rakai Gurunwangi dan Maharaja Rakai
Limus Dyah Dewendra. Hal ini menunjukkan kalau pada saat itu Rakai Kayuwangi bukanlah satu-
satunya maharaja di Pulau Jawa. Sedangkan menurut prasasti Mantyasih, raja sesudah Rakai
Kayuwangi adalah Rakai Watuhumalang.
Dyah Balitung yang diduga merupakan menantu Rakai Watuhumalang berhasil mempersatukan
kembali kekuasaan seluruh Jawa, bahkan sampai Bali. Pemerintahan Balitung berakhir karena
terjadi kudeta yang dilancarkan oleh Mpu Daksa yang mengaku sebagai keturunan asli dari Sanjaya.
Ia sendiri kemudian digantikan oleh menantunya, bernama Dyah Tulodhong. Tidak diketahui
secara pasti alur terjadinya proses suksesi ini berjalan. Tulodhong akhirnya tersingkir oleh
pemberontakan Dyah Wawa yang sebelumnya memiliki jabatan sebagai pegawai pengadilan.
Permusuhan dengan Sriwijaya
Selain menguasai Medang, Wangsa Sailendra juga menguasai Kerajaan Sriwijaya di pulau Sumatra.
Hal ini ditandai dengan ditemukannya Prasasti Ligor tahun 775 yang menyebut nama Maharaja
Wisnu dari Wangsa Sailendra sebagai penguasa Sriwijaya. Hubungan senasib antara Jawa dan
Sumatra berubah menjadi permusuhan ketika Wangsa Sanjaya bangkit kembali memerintah
Medang. Menurut teori de Casparis, sekitar tahun 850, Rakai Pikatan dapat menyingkirkan anggota
Wangsa Sailendra bernama Balaputradewa.
Balaputradewa kemudian menjadi raja Sriwijaya di mana ia tetap menyimpan dendam terhadap
Rakai Pikatan yang telah menyingkirkannya. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang
menjadi permusuhan secara turun-temurun pada generasi berikutnya. Selain itu, Medang dan
Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara. Rasa
permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa Isana
berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang
menyerangnya. Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang
dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.

Peristiwa Mahapralaya
Mahapralaya adalah peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur berdasarkan berita dalam
prasasti Pucangan. Tahun terjadinya peristiwa tersebut tidak dapat dibaca dengan jelas sehingga
muncul dua versi pendapat. Sebagian sejarawan menyebut Kerajaan Medang runtuh pada tahun
1006, sedangkan yang lainnya menyebut tahun 1016. Raja terakhir Medang adalah Dharmawangsa
Teguh, cicit Mpu Sindok. Kronik Cina dari Dinasti Song mencatat telah beberapa kali
Dharmawangsa mengirim pasukan untuk menggempur ibu kota Sriwijaya sejak ia naik takhta
tahun 991. Permusuhan antara Jawa dan Sumatra semakin memanas saat itu.
Pada tahun 1006 (atau 1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan
putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan
sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas. Tiga tahun
kemudian, seorang pangeran berdarah campuran Jawa–Bali yang lolos dari Mahapralaya tampil
membangun kerajaan baru sebagai kelanjutan Kerajaan Medang. Pangeran itu bernama Airlangga
yang mengaku bahwa ibunya adalah keturunan Mpu Sindok. Kerajaan yang ia dirikan kemudian
lazim disebut dengan nama Kerajaan Kahuripan.

Peninggalan sejarah
Selain mempunyai peninggalan sejarah berupa prasasti yang tersebar di Jawa Tengah maupun Jawa
Timur, Kerajaan Medang (Mataran Kuno) juga membangun banyak candi, baik itu yang bercorak
Hindu atau Buddha. Temuan Wonoboyo berupa artifak emas yang ditemukan tahun 1990 di
Wonoboyo, Klaten,  menunjukkan kekayaan dan kehalusan seni budaya kerajaan Medang.
Candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan,
Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi
Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan Candi Borobudur.
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno dalam bentuk Prasasti:.

 Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778 M, ditulis
dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta.
 Prasasti Klurak ditemukan di desa Prambanan berangka tahun 782 M ditulis dalam huruf
Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan arca Manjusri oleh Raja
Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya
 Prasasti Canggal, prasasti ini di temukan di halaman Candi Guning Wukir di wilayah desa
Canggal mempunyai angka tahun 732 Masehi. ditulis dengan huruf pallawa dan berbahasa
Sansekerta. Prasati ini berisi tentang cerita pendirian Lingga (atau lambang Syiwa) di
wilayah desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya selain itu prasasti ini juga menceritakan
bahwa terdapat seorang raja yang memimpin pulau jawa sebelum dirinya yang bernama
Sanna yang kemudian digantikan oleh Sanjaya.
 Prasasti Mantyasih ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa tengah, berangka tahun 907 M yang
menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja
Mataram yang mendahului Bality yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai
Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai
Watuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah Balitung. Untuk itu prasasti Mantyasih/Kedu ini
juga disebut dengan prasasti Belitung.

Sejarah Lengkap Kerajaan Mataram Islam (Kesultanan Mataram)


Kesultanan Mataram (Kerajaan Mataram Islam) merupakan kerajaan Islam di tanah Jawa yang
berdiri pada abad ke-17. Kesultanan ini dipimpin oleh dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki
Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai keturunan penguasa Majapahit. Asal-usul kerajaan
Mataram Islam berawal dari suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang, berpusat di 'Bumi
Mentaok' yang diberikan untuk Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasa yang diberikannya.
Raja berdaulat pertama adalah Sutawijaya (Panembahan Senapati), ia adalah putra Ki Ageng
Pemanahan.
Kerajaan Mataram Islam pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan Madura.
Kerajaan ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya VOC, namun
ironisnya Kerajaan ini malah menerima bantuan VOC pada masa akhir menjelang keruntuhan.

Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian. Kerajaan ini meninggalkan beberapa


jejak sejarah yang dapat ditemui hingga kini, seperti kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem
persawahan di Jawa Barat (Pantura), penggunaan hanacaraka, serta beberapa batas administrasi
wilayah yang masih berlaku sampai sekarang.

Masa awal
Setelah Sutawijaya merebut wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya ia kemudian naik tahta dengan
gelar Panembahan Senopati. Pada masa itu wilayahnya hanya di sekitar Jawa Tengah, mewarisi
wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan Kesultanan Mataram berada di daerah Mentaok,
wilayah nya terletak kira-kira di selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang (timur Kota
Yogyakarta). Lokasi keraton pada masa awal terletak di Banguntapan, kemudian dipindah ke
Kotagede. Sesudah ia meninggal kekuasaan diteruskan oleh putranya, yaitu Mas Jolang yang setelah
naik tahta bergelar Prabu Hanyokrowati.
Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tidak berlangsung lama karena dia wafat karena kecelakaan
saat sedang berburu di hutan Krapyak. Setelah itu tahta pindah ke putra keempat Mas Jolang yang
bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro memiliki penyakit syaraf sehingga tahta
nya beralih dengan cepat ke putra sulung Mas Jolang yang bernama Mas Rangsang pada masa
pemerintahan Mas Rangsang, Kerajaan Mataram mengalami masa kejayaan.
Terpecahnya Mataram
Pada tahun 1647 Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered, tidak jauh dari Karta. Pada
saat itu, ia tidak lagi memakai gelar sultan, melainkan 'sunan' (berasal dari kata 'Susuhunan' atau
'Yang Dipertuan'). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak yang tidak puas dan
pemberontakan. Pernah terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa
Amangkurat untuk berkomplot dengan VOC. Pada tahun 1677 Amangkurat I meninggal di
Tegalarum ketika mengungsi sehingga ia dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II
(Amangkurat Amral), sangat tunduk pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak suka
dan pemberontakan terus terjadi. Pada tahun 1680 kraton dipindahkan lagi ke Kartasura. karena
kraton yang lama dianggap telah tercemar.
Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah Amangkurat III (tahun 1703-1708), Pakubuwana I
(tahun 1704-1719), Amangkurat IV (tahun 1719-1726), Pakubuwana II (tahun 1726-1749). VOC
tidak menyukai Amangkurat III karena ia tidak patuh(tunduk) kepada VOC sehingga VOC
menobatkan Pakubuwana I sebagai raja. Akibatnya Mataram memiliki dua orang raja dan hal
tersebut menyebabkan perpecahan internal di Kerajaan. Amangkurat III kemudian memberontak
dan menjadi ia sebagai "king in exile" hingga akhirnya tertangkap di Batavia dan dibuang ke Ceylon.
Kekacauan politik ini baru terselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah pembagian wilayah
Mataram menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Ngayogyakarta (Pada 13
Februari 1755). Pembagian wilayah ini tertuang dalam Perjanjian Giyanti. Berakhirlah era Mataram
sebagai satu kesatuan politik dan wilayah. Walaupun demikian sebagian masyarakat Jawa
beranggapan bahwa Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta merupakan 'ahli waris' dari
Mataram.

Peristiwa Penting

 Tahun 1558: Ki Ageng Pemanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan Pajang Adiwijaya
atas jasanya yang telah mengalahkan Arya Penangsang.
 Tahun 1577: Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di Pasargede atau Kotagede.
 Tahun 1584: Ki Ageng Pemanahan meninggal. Sultan Pajang mengangkat Sutawijaya, putra
Ki Ageng Pemanahan sebagai penguasa baru (raja) di Mataram, yang sebelumnya sebagai
putra angkat Sultan Pajang bergelar "Mas Ngabehi Loring Pasar". Ia mendapat gelar
"Senapati in Ngalaga" (karena masih dianggap sebagai Senapati Utama Pajang).
 Tahun 1587: Pasukan Kesultanan Pajang yang akan menyerbu Mataram porak-poranda
diterjang badai letusan Gunung Merapi. namun Sutawijaya dan pasukannya selamat.
 Tahun 1588: Mataram menjadi kerajaan dengan Sutawijaya sebagai Sultan, bergelar
'Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama' yang artinya Panglima Perang dan Ulama Pengatur
Kehidupan Beragama.
 Tahun 1601: Panembahan Senopati wafat dan digantikan putranya, Mas Jolang yang
bergelar Panembahan Hanyakrawati dan kemudian dikenal sebagai "Panembahan Seda ing
Krapyak" karena wafat saat berburu di hutan Krapyak.
 Tahun 1613: Mas Jolang wafat, kemudian digantikan oleh putranya Pangeran Aryo
Martoputro. Karena Pangeran Aryo sering sakit, kemudian digantikan oleh kakaknya Raden
Mas Rangsang.
 Tahun 1645: Sultan Agung wafat dan digantikan putranya Susuhunan Amangkurat I.
 Tahun 1645 - 1677: Pertentangan dan perpecahan dalam keluarga kerajaan Mataram, yang
dimanfaatkan oleh VOC.
 Tahun 1677: Trunajaya merangsek menuju Ibukota Pleret. Susuhunan Amangkurat I
meninggal. Putra Mahkota dilantik menjadi Susuhunan Amangkurat II di pengasingan.
Pangeran Puger yang diserahi tanggung jawab atas ibukota Pleret mulai memerintah
dengan gelar Susuhunan Ing Ngalaga.
 Tahun 1680: Susuhunan Amangkurat II memindahkan pusat pemerintahan (ibu kota) ke
Kartasura.
 Tahun 1681: Pangeran Puger diturunkan dari tahta Plered.
 Tahun 1703: Susuhunan Amangkurat III wafat. Putra mahkota diangkat menjadi Susuhunan
Amangkurat III.
 Tahun 1704: Atas pertolongan VOC Pangeran Puger ditahtakan sebagai Susuhunan Paku
Buwono I. Awal Perang Tahta I (1704-1708). Susuhunan Amangkurat III kemudian
membentuk pemerintahan pengasingan.
 Tahun 1708: Susuhunan Amangkurat III ditangkap dan dibuang ke Srilanka sampai
wafatnya pada 1734.
 Tahun 1719: Susuhunan Paku Buwono I meninggal kemudian digantikan putra mahkota
dengan gelar Susuhunan Amangkurat IV atau Prabu Mangkurat Jawa. Awal Perang Tahta
Jawa Kedua (1719-1723).
 Tahun 1726: Susuhunan Amangkurat IV meninggal kemudian digantikan Putra Mahkota
yang bergelar Susuhunan Paku Buwono II.
 Tahun 1742: Ibukota Kartasura dikuasai pemberontak. Susuhunan Paku Buwana II berada
dalam pengasingan.
 Tahun 1743: Dengan bantuan VOC Ibukota Kartasura berhasil direbut dari tangan
pemberontak dengan keadaan luluh lantak. Sebuah perjanjian yang sangat berat
(menggadaikan kedaulatan Mataram kepada VOC selama Mataran belum melunasi hutang
biaya perang) bagi Mataram dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai imbalan atas
pertolongan yang diberikan VOC.
 Tahun 1745: Susuhunan Paku Buwana II membangun ibukota baru di desa Sala di tepian
Bengawan Beton.
 Tahun 1746: Susuhunan Paku Buwana II secara resmi menempati ibukota baru yang
dinamai Surakarta. Konflik Istana menyebabkan saudara Susuhunan, P. Mangkubumi,
meninggalkan istana. Meletus Perang Tahta Jawa Ketiga yang berlangsung lebih dari 10
tahun (1746-1757) dan mencabik Kerajaan Mataram menjadi dua Kerajaan besar dan satu
kerajaan kecil.
 Tahun 1749: 11 Desember Paku Buwono II menandatangani penyerahan kedaulatan
Mataram kepada VOC. Namun secara de facto Mataram baru ditundukkan sepenuhnya pada
1830. 12 Desember Di Yogyakarta, P. Mangkubumi diproklamirkan sebagai Susuhunan
Paku Buwono oleh para pengikutnya. pada 15 Desember van Hohendorff mengumumkan
Putra Mahkota sebagai Susuhunan Paku Buwono III.
 Tahun 1752: Mangkubumi berhasil menggerakkan pemberontakan di daerah Pesisiran
(daerah pantura) mulai dari Banten sampai Madura. Perpecahan Mangkubumi-Raden Mas
Said.
 Tahun 1754: Nicolas Hartingh menyerukan gencatan senjata dan perdamaian. Pada tanggal
23 September, Nota Kesepahaman Hartingh-Mangkubumi. 4 November, Paku Buwana III
meratifikasi nota kesepahaman. Batavia walau keberatan tidak punya pilihan lain selain
meratifikasi nota yang sama.
 Tahun 1755: 13 Februari menjadi Puncak perpecahan, hal ini ditandai dengan Perjanjian
Giyanti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kesunanan Surakarta dan
Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan atas Kesultanan Yogyakarta dengan
gelar 'Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing-Ngalaga
Ngabdurakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah' atau dengan gelar Sri Sultan Hamengku
Buwono I.
 Tahun 1757: Perpecahan kembali melanda Kerajaan Mataram. sehingga muncul Perjanjian
Salatiga, perjanjian yang lebih lanjut membagi wilayah Kesultanan Mataram yang sudah
terpecah, ditandatangani pada 17 Maret 1757 di Kota Salatiga antara Sultan Hamengku
Buwono I, Sunan Paku Buwono III, Raden Mas Said dan VOC. Raden Mas Said kemudian
diangkat sebagai penguasa atas sebuah kepangeranan, Praja Mangkunegaran yang terlepas
dari Kesunanan Surakarta.
 Tahun 1788: wafat nya Susuhunan Paku Buwono III.
 Tahun 1792: wafat nya Sultan Hamengku Buwono I wafat.
 Tahun 1795: wafat nya KGPAA Mangku Nagara I wafat.
 Tahun 1799: dibubarkan nya VOC oleh benlanda
 Tahun 1813: Perpecahan kembali melanda Mataram. P. Nata Kusuma diangkat sebagai
penguasa atas sebuah kepangeranan, Kadipaten Paku Alaman yang terlepas dari Kesultanan
Yogyakarta dengan gelar "Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam".
 Tahun 1830: Akhir perang Diponegoro. Semua daerah kekuasaan Surakarta
dan Yogyakarta dirampas Belanda. Pada 27 September, Perjanjian Klaten menentukan tapal
yang tetap antara Surakarta dan Yogyakarta dan membagi secara permanen Kerajaan
Mataram ditandatangani oleh Sasradiningrat, Pepatih Dalem Surakarta, dan Danurejo,
Pepatih Dalem Yogyakarta. Mataram secara resmi dikuasai Belanda.

Peninggalan kerajaan mataram Islam:


Pasar Kotagede
Tata kota kerajaan Jawa biasanya menempatkan kraton, alun-alun dan pasar dalam poros selatan -
utara. Kitab Nagarakertagama yang ditulis pada masa Kerajaan Majapahit (abad ke-14)
menyebutkan bahwa pola ini sudah digunakan pada masa itu. Pasar tradisional yang sudah ada
sejak jaman Panembahan Senopati masih aktif hingga kini. Setiap pagi legi dalam kalender Jawa,
penjual, pembeli, dan barang dagangan tumpah ruah di pasar ini.
Masjid Agung Negara
Masjid ini dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.
Kompleks Makam Pendiri Kerajaan di Imogiri
Berjalan 100 meter ke arah selatan dari Pasar Kotagede, kita dapat menemukan kompleks makam
para pendiri kerajaan Mataram Islam yang dikelilingi tembok yang tinggi dan kokoh. Gapura ke
kompleks makam ini memiliki ciri arsitektur Hindu. Setiap gapura memiliki pintu kayu yang tebal
dan dihiasi ukiran yang indah. Beberapa abdi dalem berbusana adat Jawa menjaga kompleks ini 24
jam sehari.

Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)


Sejarah Kerajaan Majapahit - Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur,
berdiri antara tahun 1293 hingga 1500 Masehi. Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya
pada masa kekuasaan Raja Hayam Wuruk, yang berkuasa pada tahun 1350-1389. Kerajaan
Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap
sebagai salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia. Menurut Negarakertagama,
kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia
timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.

Bukti Adanya Kerajaan Majapahit


Tidak banyak bukti fisik dari Kerajaan Majapahit, dan sejarahnya tidak jelas. Sumber utama yang
digunakan oleh sejarawan merupakan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno dan Pararaton
('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi. Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis
pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Kakawin Nagarakretagama
pada tahun 2008 diakui sebagai bagian dalam Daftar Ingatan Dunia (Memory of the World
Programme) oleh UNESCO. kemudian Pararaton berisi cerita, terutama menceritakan Ken Arok
(pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai
terbentuknya Majapahit. Selain dua sumber diatas terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa
Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.
Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John N. Miksic
jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura bahkan Thailand yang
dibuktikan dengan corak bangunan, pengaruh kebudayaan, candi, seni dan patung. Bahkan ada
perguruan silat bernama Kali Majapahit yang berasal dari Filipina dengan anggotanya dari Asia dan
Amerika. Silat Kali Majapahit ini mengklaim berakar dari Kerajaan Majapahit kuno yang disebut
menguasai Singapura, Filipina, Selatan Thailand dan Malaysia.

Berdirinya Majapahit
Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini
menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang
bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari
yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan
merusak wajahnya dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan
ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.

Arca Harihara, Setengah Dewa Siwa dan Dewa Wisnu. Patung ini menggambarkan Raja Kertarajasa
(Raden Wijaya), raja pertama Majapahit
Ketika Singasari jatuh ke tangan Jayakatwang, Raden Wijaya (menantu Kertanegara) lari ke
Madura. Atas bantuan Arya Wiraraja, ia diterima kembali dengan baik oleh Jayakatwang dan diberi
sebidang tanah di Tarik (Mojokerto). 
Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas
saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu
Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang
membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada
Jayakatwang. Jawaban dari surat di atas disambut dengan senang hati. Raden Wijaya kemudian
diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit,
yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut.
Ketika tentara Kublai Khan menyerbu Singasari, Raden Wijaya berpura-pura membantu menyerang
Jayakatwang. Namun, setelah Jayakatwang dibunuh, Raden Wijaya berbalik menyerang tentara
Mongol dan berhasil mengusirnya. pasukan mongol secara kalang-kabut kalah dan mundur karena
mereka berada di negeri asing. Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk
menangkap angin muson agar dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan
lagi di pulau yang asing.
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit merupakan hari
penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang
bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa
Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa,
termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan
tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi,
Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam
Pararaton. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi
untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam
pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan
dipenjara, dan lalu dihukum mati. Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.
Putra dan penerus Wijaya merupakan Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala Gemet, yang
berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara,
seorang pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun
1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya
menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi
bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi
ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat
pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya untuk
melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan
Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan
Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia
diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

Kejayaan Majapahit
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389.
Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah
Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.
Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra,
semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik
(Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina. Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus
puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.
Namun, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut
tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu
sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja. Majapahit juga memiliki
hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan
mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.
Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan diplomasi dan
menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat
mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai permaisurinya. Pihak Sunda
menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta
keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan
dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa
kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan
tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan
perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh
rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam. Tradisi menyebutkan bahwa
sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk
membela kehormatan negaranya. Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung
Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan. Kisah
tersebut disinggung dalam Pararaton tetapi tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.

Kakawin Nagarakretagama yang disusun tahun 1365 menyebutkan budaya keraton yang
adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem
ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala
raksasa yang membentang dari Sumatera ke Papua, yang mencakup Semenanjung Malaya dan
Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai
kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya
mencakup wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi
luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka.
Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan
laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang. Meskipun penguasa Majapahit memperluas
kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian
utama Majapahit nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan
di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai
memasuki kawasan ini.

Jatuhnya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah.
Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat
konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk merupakan putri mahkota Kusumawardhani,
yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki
seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara
yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi
melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara
Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan
kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.
Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang
dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali
antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan
komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di
Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.
Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita,
yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia merupakan putri kedua Wikramawardhana
dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan
dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah
Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di
Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis
pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian
meninggal pada 1466 dan diganti oleh Singhawikramawardhana. kemudian tahun 1468 pangeran
Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan ia mengangkat dirinya sendiri
sebagai raja Majapahit.
Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad
ke-14, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah
kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam muncul, yaitu Kesultanan Malaka. Di bagian
kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan
Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan
melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan
Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan
Majapahit.
Setelah mengalami kekalahan dalam perebutan kekuasaan dengan Bhre Kertabumi,
Singhawikramawardhana mengasingkan diri ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan
Kediri) dan terus melanjutkan pemerintahannya di sana hingga digantikan oleh putranya
Ranawijaya pada tahun 1474. Tahun 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dengan cara
memanfaatkan ketidakpuasan umat Hindu maupun Budha atas kebijakan Bhre Kertabumi serta
mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun
waktu 1474 hingga 1498 dengan gelar Girindrawardhana hingga ia digulingkan oleh Patih Udara.
Akibat konflik dinasti ini, Majapahit menjadi lemah dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan Demak
yang didirikan oleh keturunan Bhre Wirabumi di pantai utara Jawa.
Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400
saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu
pemerintahan) hingga tahun 1518. Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala
yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit
dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah
“sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala
tersebut adalah gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana. Raden
Patah yang saat itu merupakan adipati Demak sebetulnya berupaya membantu ayahnya dengan
mengirim bala bantuan dipimpin oleh Sunan Ngudung, tapi mengalami kekalahan bahkan Sunan
Ngudung meninggal di tangan Raden Kusen adik Raden Patah yang memihak Ranawijaya hingga
para dewan wali menyarankan Raden Fatah untuk meneruskan pembangunan masjid Demak.
Hal ini diperkuat oleh prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan
Kertabhumi dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara
Ranawijaya dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi.
Sebenarnya perang ini sudah mulai mereda ketika Patih Udara melakukan kudeta ke
Girindrawardhana dan mengakui kekuasan Demak bahkan menikahi anak termuda Raden Patah,
tetapi peperangan berkecamuk kembali ketika Prabu Udara meminta bantuan Portugis. Sehingga
pada tahun 1518, Demak melakukan serangan ke Daha yang mengakhiri sejarah Majapahit dan ke
Malaka. Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke
pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari
Demak akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.
Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1518, kekuatan kerajaan Islam
pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit. Demak dibawah
pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan
Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena
ia merupakan putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.
Catatan sejarah Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa
telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati
Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M. Demak memastikan
posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah
Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa
hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di
Pajajaran di bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat
Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini masih
bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.

Perkembangan politik
Pemerintahan Kertarajasa
Untuk meredam kemungkinan terjadinya pemberontakan, Raden Wijaya (Kertarajasa) melakukan
langkah-langkah sebagai berikut.

 Mengawini empat putri Kertanegara dengan tujuan mencegah terjadinya perebutan


kekuasaan antaranggota keluarga raja. Putri sulung Kertanegara, Dyah Sri Tribhuaneswari,
dijadikan permaisuri dan putra dari pernikahan tersebut Jayanegara, dijadikan putra
mahkota. Putri bungsu Kertanegara, Dyah Dewi Gayatri dijadikan Rajapatni. Dari putri ini,
Kertarajasa memiliki dua putri, Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani diangkat
menjadi Bhre Kahuripan dan Rajadewi Maharajasa diangkat menjadi Bhre Daha. Adapun
kedua putri Kertanegara lainnya yang dinikahi Kertarajasa adalah Dyah Dewi
Narendraduhita dan Dyah Dewi Prajnaparamita. Dari kedua putri ini, Kertarajasa tidak
mempunyai putra.
 Memberikan kedudukan dan hadiah yang pantas kepada para pendukungnya, misalnya,
Lurah Kudadu memperoleh tanah di Surabaya dan Arya Wiraraja diberi kekuasaan atas
daerah Lumajang sampai Blambangan. Kepemimpinan Kertarajasa yang cukup bijaksana
menyebabkan kerajaan menjadi aman dan tenteram. Ia wafat pada tahun 1309 dan
dimakamkan di Sumping (Blitar) sebagai Syiwa dan di Antahpura (dalam kota Majapahit)
sebagai Buddha. Arca perwujudannya adalah Harikaya, yaitu Wisnu dan Syiwa
digambarkan dalam satu arca. Penggantinya adalah Jayanegara.

Pemerintahan Jayanegara
Masa pemerintahan Jayanegara dipenuhi pemberontakan akibat kepemim- pinannya kurang
berwibawa dan kurang bijaksana. Pemberontakan-pemberontakan itu sebagai berikut.

 Pemberontakan Ranggalawe pada tahun 1231. Pemberontakan ini dapat dipadamkan pada
tahun 1309.
 Pemberontakan Lembu Sora pada tahun 1311.
 Pemberontakan Juru Demung (1313) disusul Pemberontakan Gajah Biru.
 Pemberontakan Nambi pada tahun 1319. Nambi adalah Rakryan Patih Majapahit sendiri.
 Pemberontakan Kuti pada tahun 1319. Pemberontakan ini adalah yang paling besar dan
berbahaya. Kuti berhasil menduduki ibu kota kerajaan sehingga Jayanegara terpaksa
melarikan diri ke daerah Bedander. Jayanegara kemudian dilindungi oleh pasukan
Bhayangkari pimpinan Gajah Mada. Berkat kepemimpinan Gajah Mada, Pemberontakan
Kuti dapat dipadamkan. 

Namun, meskipun berbagai pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan, Jayanegara justru


meninggal akibat dibunuh oleh salah seorang tabibnya yang bernama Tanca. Ia lalu dimakamkan di
candi Singgapura di Kapopongan.

Pemerintahan Tribhuwanatunggadewi
Oleh karena Jayanegara tidak berputra, sementara Gayatri sebagai Rajapatni telah menjadi biksuni,
takhta Kerajaan Majapahit kemudian diserahkan kepada Tribhuwanatunggadewi
Jayawisnuwardhana (1328 – 1350) yang menjalankan pemerintahan dibantu oleh suaminya
(Kertawardhana). Masa pemerintahan Tribhuwanatunggadewi diwarnai permasalahan dalam
negeri, yakni meletusnya Pemberontakan Sadeng. Pemberontakan ini dapat dipadamkan oleh Gajah
Mada yang pada saat itu baru saja diangkat menjadi Patih Daha.
Pemerintahan Hayam Wuruk
Tribhuwanatunggadewi terpaksa turun takhta pada tahun 1350 sebab Rajapatni Dyah Dewi Gayatri
wafat. Penggantinya adalah putranya yang bernama Hayam Wuruk yang lahir pada tahun 1334.
Hayam Wuruk naik takhta pada usia 16 tahun dengan gelar Rajasanegara. Dalam menjalankan
pemerintahan, ia didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada.
Dalam kitab Negarakertagama disebutkan bahwa pada zaman Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit
mengalami masa kejayaan dan memiliki wilayah yang sangat luas. Luas kekuasaan Majapahit pada
saat itu hampir sama dengan luas negara Republik Indonesia sekarang. Namun, sepeninggal Gajah
Mada yang wafat pada tahun 1364, Hayam Wuruk tidak berhasil mendapatkan penggantinya yang
setara. Kerajaan Majapahit pun mulai mengalami kemunduran. Kondisi Majapahit berada di
ambang kehancuran ketika Hayam Wuruk juga wafat pada tahun 1389. Sepeninggalnya, Majapahit
sering dilanda perang saudara dan satu per satu daerah kekuasaan Majapahit pun melepaskan diri.
Seiring dengan itu, muncul kerajaan-kerajaan Islam di pesisir. Pada tahun 1526, Kerajaan Majapahit
runtuh setelah diserbu oleh pasukan Islam dari Demak di bawah pimpinan Raden Patah.

Kebudayaan
Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni
dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender
tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua
wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit
secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya;
wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk
langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati
otonomi luas. Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan
besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja
Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa,
maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat
mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi istana muslim saat itu.

Gapura Bajang Ratu, salah satu gerbang masuk di ibu kota


Majapahit.
"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam
lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan
dalam lukisan... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu
bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang
memandangnya".
Gambaran ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.
"..Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak,
merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa
mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan
perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan Agung dari China beberapa kali berperang
melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya."
Gambaran Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).
Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan
perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta
Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan
Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim Paus untuk menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada
1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga
mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai
Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan darat lewat
Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330.
Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama tempat yang ia
kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga di pulau ini
terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan
istana raja Jawa sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga
menyebutkan raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil
diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan di sini tak lain merupakan Majapahit yang
dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan Jayanegara.

Ekonomi
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Pajak dan denda
dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak abad ke-8
pada masa kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar
tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting
terjadi: keping uang dalam negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor
dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40
kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di Sidoarjo. Badan Pelestarian
Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era
Majapahit. Alasan penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catatan
sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa,
maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit agar dapat
digunakan dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak
dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.

Celengan zaman Majapahit


Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan dari
berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78
titik perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa). Prasasti
dari masa Majapahit menyebutkan berbagai macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari
pengrajin emas dan perak, hingga penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun
banyak di antara pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi
populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat
pada era Majapahit. Menurut catatan Wang Ta-Yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa
pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah
mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari
campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone,
biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa
istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata.
Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor.

 Faktor pertama; lembah sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas di dataran rendah Jawa
Timur utara sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun
berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah.
 Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali
berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan komoditas rempah-
rempah Maluku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati
Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.

Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah menarik banyak


pedagang asing, di antaranya pedagang dari Khmer, China, Siam dan India. Pajak khusus dikenakan
pada orang asing terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan melakukan pekerjaan selain
perdagangan internasional. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari
India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah
Majapahit di Jawa.

Uang Gobog Majapahit

Struktur pemerintahan
Dalam struktur pemerintahan di Majapahit, raja dianggap sebagai penjelmaan dewa dan memegang
kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan. Roda pemerintahan dijalankan raja dibantu oleh putra
raja, kerabat raja, dan beberapa pejabat pemerintah. Sebelum menduduki jabatan raja, putra
mahkota biasanya diberi kekuasaan sebagai raja muda (Rajakumara atau Yuwaraja). Contohnya,
sebelum dinobatkan menjadi raja, Hayam Wuruk lebih dahulu diangkat sebagai Rajakumara yang
berkedudukan di Jimna. dalam struktur pemerintahannya Majapahit memiliki struktur
pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.
Raja dibantu oleh dewan pertimbangan kerajaan atau Bhatara Saptaprabu. Tugas lembaga ini
adalah memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada raja. Anggota dewan ini merupakan para
sanak saudara raja. Untuk masalah-masalah keagamaan, raja dibantu oleh dewan yang disebut
Dharmadyaksa. Dharmadyaksa ri Kasainan bertugas menangani urusan agama Syiwa dan
Dharmadyaksa ri Kasogatan bertugas menangani urusan agama Buddha. Para pejabat keagamaan
ini dibantu oleh tujuh Dharma Upapati, yaitu Sang Panget i Tirwan, i Kandamulri, i Mangkuri, i
Paratan, i Jambi, i Kandangan Rase, dan i Kandangan Atuha. Selain sebagai pejabat keagamaan,
mereka juga merupakan kelompok cendekiawan.
Tiga lembaga pemerintahan tingkat atas di Majapahit sebagai berikut.

 Sapta Prabu, merupakan sebuah dewan kerajaan. Anggota dewan ini adalah keluarga raja
yang bertugas mengurusi soal keluarga raja, penggantian mahkota, dan urusan-urusan
negara yang berhubungan dengan kebijaksanaan negara.
 Dewan Menteri Besar, menerima perintah raja. Anggotanya berjumlah lima orang dan
dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada. Dewan ini bertugas mengepalai urusan tata negara
merangkap urusan angkatan perang dan kebijaksanaan.
 Dewan Menteri Kecil, melanjutkan perintah raja. Beranggotakan tiga orang dan bertugas
sebagai pelaksana kebijaksanaan raja.

Raja Majapahit juga dibantu oleh tiga mahamenteri, yakni i Hino, i Halu, dan i Sirikan. Biasanya
yang diangkat untuk menduduki jabatan ini adalah putra raja. Mahamenteri i Hino memiliki
kedudukan paling tinggi karena di samping memiliki hubungan erat dengan raja, ia juga dapat
mengeluarkan prasasti-prasasti. Para mahamenteri ini dibantu oleh para Rakryan Mantri atau
sekelompok pejabat tinggi kerajaan yang merupakan badan pelaksana pemerintahan. Badan ini
terdiri atas lima orang, yaitu Patih Amangkubumi, Rakyan Tumenggung, Rakryan Demung, Rakryan
Rangga, dan Rakryan Kanuruhan. Kelima pejabat ini disebut Sang Panca ri Wilwatikta atau Mantri
Amancanegara.

Aparat birokrasi
Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para
putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada
pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:

 Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja


 Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
 Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
 Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan

Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan
Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang
bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula
semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut
Bhattara Saptaprabhu.

Pembagian wilayah
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari, terdiri atas
beberapa kawasan tertentu di bagian timur maupun bagian tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh
uparaja yang biasah disebut Paduka Bhattara yang memiliki gelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini
merupakan gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat
raja. Tugas mereka adalah untuk mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan
upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.
Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di Majapahit, yang
dikelola oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit
dikenal sebagai berikut:

 Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja


 Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau
bangsawan)
 Watek: dikelola oleh wiyasa,
 Kuwu: dikelola oleh lurah,
 Wanua: dikelola oleh thani,
 Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.

Saat Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi saat pemerintahan Gajah Mada, beberapa
negara bagian di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sebagai hasilnya,
konsep teritorial yang lebih besar pun terbentuk:
Negara Agung, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit Lama selama
masa pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini adalah
ibukota kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan pemerintahannya.
Area ini meliputi setengah bagian timur Jawa, dengan semua provinsinya yang dikelola oleh para
Bhre (bangsawan), yang merupakan kerabat dekat raja.

Mancanegara, area yang melingkupi Negara Agung. Area ini secara langsung dipengaruhi oleh
kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut biasanya
memiliki penguasa atau raja pribumi, yang kemungkinan membentuk persekutuan atau menikah
dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya
di tempat-tempat ini dan mengatur kegiatan perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan
pajak, namun mereka menikmati otonomi internal yang cukup besar. Wilayah Mancanegara
termasuk di dalamnya seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura, Bali, dan juga Dharmasraya,
Pagaruyung, Lampung dan Palembang di Sumatra.
Nusantara, ialah area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni
dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup luas dan
kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting untuk menempatkan birokratnya atau
tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat mengancam ketuanan
Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi keras. Termasuk dalam area ini adalah kerajaan
kecil dan koloni di Maluku, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung
Malaya.
Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi Majapahit
juga mengenal lingkup keempat yang didefinisikan sebagai hubungan diplomatik luar negeri:
Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang sama". Hal itu
menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan sebagai
bawahan dalam kekuatan Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing adalah
Syangkayodhyapura (Ayutthaya di Thailand), Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si Thammarat),
Marutma, Rajapura dan Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja
(Kamboja), dan Yawana (Annam). Mitreka Satata dapat dianggap sebagai aliansi Majapahit, karena
kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam kategori ini meskipun
Majapahit telah melakukan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.
Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini kemudian diidentifikasi oleh
sejarahwan modern sebagai "mandala", yaitu kesatuan yang politik ditentukan oleh pusat atau inti
kekuasaannya daripada perbatasannya, dan dapat tersusun atas beberapa unit politik bawahan
tanpa integrasi administratif lebih lanjut. Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup
mandala Majapahit, yaitu wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya memiliki pemimpin asli
penguasa daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup luas. Wilayah-wilayah
bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan sistem
pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi lebih lanjut oleh kekuasaan pusat di ibu kota
Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam kerajaan-kerajaan sebelumnya,
seperti Sriwijaya dan Angkor, serta mandala-mandala tetangga Majapahit yang sezaman; Ayutthaya
dan Champa.

Raja-raja Majapahit

Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasari dan


Majapahit.

Para penguasa Majapahit adalah penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang dirintis oleh Sri
Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasa pada akhir abad ke-13. Berikut adalah daftar penguasa
Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana
(penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang
memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.

 Raden Wijaya (Gelar: Kertarajasa Jayawardhana) 1293 - 1309


 Kalagamet (Sri Jayanagara) 1309 - 1328
 Sri Gitarja (Tribhuwana Wijayatunggadewi) 1328 - 1350
 Hayam Wuruk (Sri Rajasanagara) 1350 - 1389
 Wikramawardhana 1389 - 1429
 Suhita (Dyah Ayu Kencana Wungu) 1429 - 1447
 Kertawijaya (Brawijaya I) 1447 - 1451
 Rajasawardhana (Brawijaya II) 1451 - 1453
 Purwawisesa atau Girishawardhana (Brawijaya III) 1456 - 1466
 Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa (Brawijaya IV) 1466 - 1468
 Bhre Kertabumi (Brawijaya V) 1468 - 1478
 Girindrawardhana (Brawijaya VI) 1478 - 1498 Patih Udara 1498 - 1518

Peninggalan Kerajaan Majapahit


Terakota wajah yang dipercaya sebagai potret Gajah Mada
Bidadari Majapahit, arca emas apsara gaya Majapahit menggambarkan zaman kerajaan Majapahit.
Patung penjaga gerbang abad ke-14 dari kuil Majapahit.
Tampilan model kapal Majapahit
Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit akhir.
Arca dewi Parwati sebagai perwujudan anumerta Tribhuwanottunggadewi, ratu Majapahit ibunda
Hayam Wuruk.
Candi Bajang Ratu
Candi Brahu
Candi Gentong
Candi Tikus
Candi Wringin Lawang
Situs Candi Kedaton

Sejarah Kerajaan Sriwijaya (Lengkap )


Sriwijaya (disebut juga Srivijaya; dalam bahasa Thailan: ศรีวช ั atau "Ṣ̄ rī wichạy") merupakan
ิ ย
kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di
Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung
Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya"
atau "gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan", maka nama Sriwijaya bermakna
"kemenangan yang gilang-gemilang".

Letak Kerajaan
Merupakan kerajaan yang berdiri di Sumatra pada abad ke-7. Pendirinya adalah Dapunta Hyang,
Sriwijaya memiliki sebutan Kerajaan Nasional I sebab pengaruh kekuasaannya mencakup hampir
seluruh Nusantara dan negara-negara di sekitarnya. Letaknya sangat strategis. Wilayahnya meliputi
tepian Sungai Musi di Sumatra Selatan sampai ke Selat Malaka (merupakan jalur perdagangan India
– Cina pada saat itu), Selat Sunda, Selat Bangka, Jambi, dan Semenanjung Malaka.

Candi Gumpung, candi Buddha di Muaro Jambi, Kerajaan Melayu yang ditaklukkan
Sriwijaya.

Reruntuhan Wat (Candi) Kaew yang berasal dari zaman Sriwijaya di Chaiya, Thailand
Selatan.

Catatan sejarah
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I
Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya pada tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.
Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti
Kedukan Bukit di Palembang.
Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa lalunya yang
terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang Indonesia modern yang
mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George Cœdès
mempublikasikan penemuannya dalam surat kabar berbahasa Belanda dan Indonesia. Coedès
menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap "San-fo-ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan
beberapa prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.
Selain berita-berita diatas tersebut, telah ditemukan oleh Balai Arkeologi Palembang sebuah
perahu kuno yang diperkirakan ada sejak masa awal atau proto Kerajaan Sriwijaya di Desa Sungai
Pasir, Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Sayang, kepala perahu
kuno itu sudah hilang dan sebagian papan perahu itu digunakan justru buat jembatan. Tercatat ada
17 keping perahu yang terdiri dari bagian lunas, 14 papan perahu yang terdiri dari bagian badan
dan bagian buritan untuk menempatkan kemudi. Perahu ini dibuat dengan teknik pasak kayu dan
papan ikat yang menggunakan tali ijuk. Cara ini sendiri dikenal dengan sebutan teknik tradisi Asia
Tenggara. Selain bangkai perahu, ditemukan juga sejumlah artefak-artefak lain yang berhubungan
dengan temuan perahu, seperti tembikar, keramik, dan alat kayu.

Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, dan kerajaan besar Nusantara selain Majapahit
di Jawa Timur. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi referensi oleh kaum nasionalis
untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelum kolonialisme
Belanda.
Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-li-fo-shih atau
San-fo-ts'i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sanskerta dan bahasa Pali, kerajaan Sriwijaya disebut
Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj dan Khmer menyebutnya Malayu.
Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan. Sementara dari
peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang adanya 3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan
berkaitan dengan Sriwijaya.
Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan berpendapat bahwa pusat
Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi
Sumatera Selatan sekarang), tepatnya di sekitar situs Karanganyar yang kini dijadikan Taman
Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Pendapat ini didasarkan dari foto udara tahun 1984 yang
menunjukkan bahwa situs Karanganyar menampilkan bentuk bangunan air, yaitu jaringan kanal,
parit, kolam serta pulau buatan yang disusun rapi yang dipastikan situs ini adalah buatan manusia.
Namun sebelumnya Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak pada kawasan
sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi (di provinsi Jambi sekarang),
Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola I, berdasarkan prasasti Tanjore,
Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Kedah sekarang).
1) Berita dari Cina
Dalam perjalanannya untuk menimba ilmu agama Buddha di India, I-Tsing pendeta dari Cina,
singgah di Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) selama enam bulan dan mempelajari paramasastra atau tata
bahasa Sanskerta. Kemudian, bersama guru Buddhis, Sakyakirti, ia menyalin kitab
Hastadandasastra ke dalam bahasa Cina. Kesimpulan I-Tsing mengenai Sriwijaya adalah negara ini
telah maju dalam bidang agama Buddha. Pelayarannya maju karena kapal-kapal India singgah di
sana dan ditutupnya Jalan Sutra oleh bangsa Han. Buddhisme di Sriwijaya dipengaruhi Tantraisme,
namun disiarkan pula aliran Buddha Mahayana. I-Tsing juga menyebutkan bahwa Sriwijaya telah
menaklukkan daerah Kedah di pantai barat Melayu pada tahun 682 – 685.
Berita Cina dari dinasti Tang menyebutkan bahwa Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) adalah kerajaan
Buddhis yang terletak di Laut Selatan. Adapun berita sumber dari dinasti Sung menyebutkan bahwa
utusan Cina sering datang ke San-fo-tsi. Diyakini bahwa yang disebut San-fo-tsi itu adalah Sriwijaya.
2) Berita dari Arab
Berita Arab menyebutkan adanya negara Zabag (Sriwijaya). Ibu Hordadheh mengatakan bahwa
Raja Zabag banyak menghasilkan emas. Setiap tahunnya emas yang dihasilkan seberat 206 kg.
Berita lain disebutkan oleh Alberuni. Ia mengatakan bahwa Zabag lebih dekat dengan Cina daripada
India. Negara ini terletak di daerah yang disebut Swarnadwipa (Pulau Emas) karena banyak
menghasilkan emas.
3) Berita dari India
Prasasti Leiden Besar yang ditemukan oleh raja-raja dari dinasti Cola menyebutkan adanya
pemberian tanah Anaimangalam kepada biara di Nagipatma. Biara tersebut dibuat oleh
Marawijayattunggawarman, keturunan keluarga Syailendra yang berkuasa di Sriwijaya dan Kataka.
Prasasti Nalanda menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa dari Nalanda, India, telah
membebaskan lima buah desa dari pajak. Sebagai imbalannya, kelima desa itu wajib membiayai
para mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan Nalanda. Hal ini
merupakan wujud penghargaan sebab Raja Sriwijaya saat itu, Balaputradewa, mendirikan vihara di
Nalanda. Selain itu, prasasti Nalanda juga menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa sebagai raja
terakhir dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa meminta kepada Raja Nalanda untuk mengakui
hak-haknya atas dinasti Syailendra.
4) Berita dari dalam negeri
Sumber-sumber sejarah dalam negeri mengenai Sriwijaya adalah prasasti- prasasti berhuruf
Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno:

 Prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 605 Saka (683 M) ditemukan di tepi Sungai Tatang,
dekat Palembang.
 Prasasti Talang Tuo berangka tahun 606 Saka (684 M) ditemukan di sebelah barat
Pelembang.
 Prasasti Kota Kapur berangka tahun 608 Saka (686 M) ditemukan di Bangka. Prasasti ini
menjadi bukti serangan Sriwijaya terhadap Tarumanegara yang membawa keruntuhan
kerajaan tersebut, terlihat dari bunyi: "Menghukum bumi Jawa yang tidak tunduk kepada
Sriwijaya."
 Prasasti Karang Berahi berangka tahun 608 Saka (686 M). Isi prasasti ini memperjelas
bahwa secara politik, Sriwijaya bukanlah negara kecil, melainkan memiliki wilayah yang
luas dan kekuasaannya yang besar. Prasasti ini juga memuat penaklukan Jambi.
 Prasasti Telaga Batu (tidak berangka tahun). Prasasti ini menyebutkan bahwa negara
Sriwijaya berbentuk kesatuan dan menegaskan kedudukan putra-putra raja: Yuwaraja
(putra mahkota), Pratiyuwaraja (putra mahkota kedua), dan Rajakumara (tidak berhak
menjadi raja).
 Prasasti Ligor berangkat tahun 697 Saka (775 M) ditemukan di Tanah Genting Kra. Prasasti
ini memuat kisah penaklukan Pulau Bangka dan Tanah Genting Kra (Melayu) oleh Sriwijaya
 Prasasti Palas Pasemah (tidak berangka tahun) ditemukan di Lampung berisi penaklukan
Sriwijaya terhadap Kerajaan Tulangbawang pada abad ke-7.
Prasasti Telaga Batu

Dari sumber-sumber sejarah tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, pendiri
Kerajaan Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanegara yang berkedudukan di Minangatwan.
Kedua, Raja Dapunta Hyang berusaha memperluas wilayah kekuasaannya dengan menaklukkan
wilayah di sekitar Jambi. Ketiga, Sriwijaya semula tidak berada di sekitar Pelembang, melainkan di
Minangatwan, yaitu daerah pertemuan antara Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri.
Setelah berhasil menaklukkan Palembang, barulah pusat kerajaan dipindah dari Minangatwan ke
Palembang.

Pembentukan dan pertumbuhan


Belum banyak bukti fisik mengenai kerajaan Sriwijaya yang ditemukan. Kerajaan ini menjadi pusat
perdagangan serta merupakan negara bahari. Beberapa ahli memperdebatkan kawasan yang
menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya, selain itu kemungkinan besar Sriwijaya biasah
memindahkan pusat pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibukota tetap diperintah
secara langsung oleh penguasa.
Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing, dari prasasti Kedukan
Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang.
Diketahui, Prasasti Kedukan Bukit adalah prasasti tertua yang ditulis dalam bahasa Melayu. Para
ahli berpendapat bahwa prasasti ini mengadaptasi ortografi India untuk menulis prasasti ini. Di
abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah
menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang berangka tahun
686 ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau
Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah
melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada
Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing
(Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Kemungkinan yang
dimaksud dengan Bhumi Jawa adalah Tarumanegara. Sriwijaya tumbuh dan berhasil
mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut
Jawa, dan Selat Karimata.
Ekspansi Sriwijaya ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan kerajaan ini mengendalikan dua
pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi-
candi Sriwijaya di Kamboja serta Thailand. Pada abad ke-7, pelabuhan Champa di sebelah timur
Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut,
Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Sriwijaya
meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri kemaharajaan
Khmer, memutuskan hubungan dengan Sriwijaya pada abad yang sama. Di akhir abad ke-8
beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holing berada di bawah kekuasaan
Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan
berkuasa di sana.
Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada periode 792
sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga tidak melakukan ekspansi
militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa
kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.

Agama
Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari
negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke
Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, I Tsing
melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat
pembelajaran agama Buddha. Selain berita diatas, terdapat berita yang dibawakan oleh I Tsing,
dinyatakan bahwa terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha pada Sakyakirti,
seorang pendeta terkenal di Sriwijaya.

Arca Buddha langgam Amarawati setinggi 2,77 meter, ditemukan di situs Bukit Seguntang,
Palembang, abad ke-7 sampai ke-8 M.
Terdapat lebih dari 1000 pandita Buddhis di Sriwijaya yang belajar serta mempraktikkan Dharma
dengan baik. Mereka menganalisa dan mempelajari semua topik ajaran sebagaimana yang ada di
India; vinaya dan ritual-ritual mereka tidaklah berbeda sama sekali [dengan yang ada di India].
Apabila seseorang pandita Tiongkok akan pergi ke Universitas Nalanda di India untuk mendengar
dan mempelajari naskah-naskah Dharma auutentik, ia sebaiknya tinggal di Sriwijaya dalam kurun
waktu 1 atau 2 tahun untuk mempraktikkan vinaya dan bahasa sansekerta dengan tepat.
Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir
kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Mahayana juga turut berkembang
di Sriwijaya. Menjelang akhir abad ke-10, Atiśa, seorang sarjana Buddha asal Benggala yang
berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di Tibet menyebutkan ditulis pada masa
pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa penguasa Sriwijaya nagara di Malayagiri di Suvarnadvipa.
Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India. Peranannya dalam agama Budha
dibuktikannya dengan membangun tempat pemujaan agama Budha di Ligor, Thailand. Raja-raja
Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-
7 hingga abad ke-9, sehingga secara langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu beserta
kebudayaannya di Nusantara.
Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat perdagangan di Asia
Tenggara, tentunya menarik minat para pedagang dan ulama muslim dari Timur Tengah, sehingga
beberapa kerajaan yang semula merupakan bagian dari Sriwijaya, kemudian tumbuh menjadi cikal-
bakal kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera kelak, disaat melemahnya pengaruh Sriwijaya.
"... banyak raja dan pemimpin yang berada di pulau-pulau pada Lautan Selatan percaya dan
mengagumi Buddha, dihati mereka telah tertanam perbuatan baik. Di dalam benteng kota Sriwijaya
dipenuhi lebih dari 1000 biksu Budha, yang belajar dengan tekun dan mengamalkannya dengan
baik.... Jika seorang biarawan Cina ingin pergi ke India untuk belajar Sabda, lebih baik ia tinggal
dulu di sini selama satu atau dua tahun untuk mendalami ilmunya sebelum dilanjutkan di India".

Budaya
Berdasarkan berbagai sumber sejarah, sebuah masyarakat yang kompleks dan kosmopolitan yang
sangat dipengaruhi alam pikiran Budha Wajrayana digambarkan bersemi di ibu kota Sriwijaya.
Beberapa prasasti Siddhayatra abad ke-7 seperti Prasasti Talang Tuo menggambarkan ritual Budha
untuk memberkati peristiwa penuh berkah yaitu peresmian taman Sriksetra, anugerah Maharaja
Sriwijaya untuk rakyatnya. Prasasti Telaga Batu menggambarkan kerumitan dan tingkatan jabatan
pejabat kerajaan, sementara Prasasti Kota Kapur menyebutkan keperkasaan balatentara Sriwijaya
atas Jawa. Semua prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno, leluhur bahasa Melayu dan
bahasa Indonesia modern. Sejak abad ke-7, bahasa Melayu kuno telah digunakan di Nusantara.
Ditandai dengan ditemukannya berbagai prasasti Sriwijaya dan beberapa prasasti berbahasa
Melayu Kuno di tempat lain, seperti yang ditemukan di pulau Jawa. Hubungan dagang yang
dilakukan berbagai suku bangsa Nusantara menjadi wahana penyebaran bahasa Melayu, karena
bahasa ini menjadi alat komunikasi bagi kaum pedagang. Sejak saat itu, bahasa Melayu menjadi
lingua franca dan digunakan secara meluas oleh banyak penutur di Kepulauan Nusantara.

Arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan, seni Sriwijaya sekitar abad ke-9
M.
Meskipun disebut memiliki kekuatan ekonomi dan keperkasaan militer, Sriwijaya hanya
meninggalkan sedikit tinggalan purbakala di jantung negerinya di Sumatera. Sangat berbeda
dengan episode Sriwijaya di Jawa Tengah saat kepemimpinan wangsa Syailendra yang banyak
membangun monumen besar; seperti Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Borobudur. Candi-candi
Budha yang berasal dari masa Sriwijaya di Sumatera antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara
Takus, dan Biaro Bahal. Akan tetapi tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu
andesit, candi di Sumatera terbuat dari bata merah.
Beberapa arca bersifat Budhisme, seperti berbagai arca Budha yang ditemukan di Bukit Seguntang,
Palembang, dan arca-arca Bodhisatwa Awalokiteswara dari Jambi, Bidor, Perak dan Chaiya, dan
arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan. Semua arca-arca ini menampilkan keanggunan dan
langgam yang sama yang disebut "Seni Sriwijaya" atau "Langgam/Gaya Sriwijaya" yang
memperlihatkan kemiripan — mungkin diilhami — oleh langgam Amarawati India dan langgam
Syailendra Jawa (sekitar abad ke-8 sampai ke-9).

Perdagangan
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok,
yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya
memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas,
dan timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini
telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia Tenggara.
Dengan berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan
restu, persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar China untuk dapat berdagang dengan Tiongkok,
Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasi urat nadi pelayaran
antara Tiongkok dan India.
Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya dengan selalu
mengawasi dan sering kali memerangi pelabuhan pesaing di negara jirannya. Keperluan untuk
menjaga monopoli perdagangan inilah yang mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer
untuk menaklukkan bandar pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan menyerap mereka ke
dalam mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di Jambi, Kota Kapur di pulau Bangka, Tarumanagara dan
pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di
semenanjung Melaya adalah beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam
lingkup pengaruh Sriwijaya. Disebutkan dalam catatan sejarah Champa adanya serangkaian
serbuan angkatan laut yang berasal dari Jawa terhadap beberapa pelabuhan di Champa dan
Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yang dimaksud adalah armada Sriwijaya, karena saat
itu wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian dari mandala Sriwijaya. Hal ini merupakan upaya
Sriwijaya untuk menjamin monopoli perdagangan laut di Asia Tenggara dengan menggempur
bandar pelabuhan pesaingnya. Sriwijaya juga pernah berjaya dalam hal perdagangan sedari tahun
670 hingga 1025 M.
Kejayaan bahari Sriwijaya terekam di relief Borobudur yaitu menggambarkan Kapal Borobudur,
kapal kayu bercadik ganda dan bertiang layar yang melayari lautan Nusantara sekitar abad ke-8
Masehi. Fungsi cadik ini adalah untuk menyeimbangkan dan menstabilkan perahu. Cadik tunggal
atau cadik ganda adalah ciri khas perahu bangsa Austronesia dan perahu bercadik inilah yang
membawa bangsa Austronesia berlayar di seantero Asia Tenggara, Oseania, dan Samudra Hindia.
Kapal layar bercadik yang diabadikan dalam relief Borobudur bisa jadi merupakan jenis kapal yang
digunakan armada Sailendra dan Sriwijaya dalam melakukan pelayaran antar pulaunya.
Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin perdagangan
dengan kawasan Arab. Kemungkinan utusan Maharaja Sri Indrawarman yang mengantarkan surat
kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz dari Bani Umayyah tahun 718, kembali ke Sriwijaya dengan
membawa hadiah Zanji (budak wanita berkulit hitam), dan kemudian dari kronik Tiongkok
disebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya Shih-li-t-'o-pa-mo (Sri Indrawarman) pada tahun 724
mengirimkan hadiah untuk kaisar Cina, berupa ts'engchi (bermaksud sama dengan Zanji dalam
bahasa Arab).
Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti Song,
perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, kerajaan Min dan kerajaan Nan
Han dengan negeri kayanya Guangdong. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan
dari perdagangan ini. Pada masa inilah diperkirakan rakyat Sriwijaya mulai mengenal buah
semangka (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum. & Nakai), yang masuk melalui perdagangan mereka.

Hubungan dengan wangsa Sailendra


Munculnya keterkaitan antara Sriwijaya dengan dinasti Sailendra dimulai karena adanya nama
Śailendravamśa pada beberapa prasasti di antaranya pada prasasti Kalasan di pulau Jawa, prasasti
Ligor di selatan Thailand, dan prasasti Nalanda di India. Sementara pada prasasti Sojomerto
dijumpai nama Dapunta Selendra. Karena prasasti Sojomerto ditulis dalam bahasa Melayu dn
bahasa Melayu umumnya digunakan pada prasasti-prasasti di Sumatera maka diduga wangsa
Sailendra berasal dari Sumatera, Walaupun asal usul bahasa melayu ini masih menunggu penelitian
sampai sekarang.

Candi Borobudur, pembangunannya diselesaikan pada masa


Samaratungga

Majumdar berpendapat dinasti Sailendra ini terdapat di Sriwijaya (Suwarnadwipa) dan Medang
(Jawa), keduanya berasal dari Kalinga di selatan India. Kemudian Moens menambahkan
kedatangan Dapunta Hyang ke Palembang, menyebabkan salah satu keluarga dalam dinasti ini
pindah ke Jawa. Sementara Poerbatjaraka berpendapat bahwa dinasti ini berasal dari Nusantara,
didasarkan atas Carita Parahiyangan kemudian dikaitkan dengan beberapa prasasti lain di Jawa
yang berbahasa Melayu Kuna di antaranya prasasti Sojomerto.

Model kapal Sriwijaya tahun 800-an Masehi yang terdapat pada candi
Borobudur.

Hubungan dengan kekuatan regional


Untuk memperkuat posisinya atas penguasaan kawasan Asia Tenggara, Sriwijaya menjalin
hubungan diplomasi dengan kekaisaran China, dan secara teratur mengantarkan utusan beserta
upeti. Sejarawan S.Q. Fatimi menyebutkan bahwa pada tahun 100 Hijriyah (718 M), seorang
maharaja Sriwijaya (diperkirakan adalah Sri Indrawarman) mengirimkan sepucuk surat kepada
Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Umayyah, yang berisi permintaan kepada khalifah
untuk mengirimkan ulama yang dapat menjelaskan ajaran dan hukum Islam kepadanya. Surat itu
dikutip dalam Al-'Iqd Al-Farid karya Ibnu Abdu Rabbih (sastrawan Kordoba, Spanyol), dan dengan
redaksi sedikit berbeda dalam Al-Nujum Az-Zahirah fi Muluk Misr wa Al-Qahirah karya Ibnu
Tagribirdi (sastrawan Kairo, Mesir).
" Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang isterinya pun adalah
cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang wilayah kekuasaannya
terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah wangi, pala, dan jeruk nipis,
yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil. Kepada Raja Arab yang tidak menyembah tuhan-
tuhan lain selain Allah. Aku telah mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai
tanda persahabatan. Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam
dan segala hukum-hukumnya kepadaku."
Surat Maharaja Sriwijaya kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Peristiwa ini membuktikan bahwa Sriwijaya telah menjalin hubungan diplomatik dengan dunia
Islam atau dunia Arab. Meskipun demikian surat ini bukanlah berarti bahwa raja Sriwijaya telah
memeluk agama Islam, melainkan hanya menunjukkan hasrat sang raja untuk mengenal dan
mempelajari berbagai hukum, budaya, dan adat-istiadat dari berbagai rekan perniagaan dan
peradaban yang dikenal Sriwijaya saat itu; yakni Tiongkok, India, dan Timur Tengah.
Pada masa awal, Kerajaan Khmer merupakan daerah jajahan Sriwijaya. Banyak sejarawan
mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani, Thailand Selatan, sebagai ibu kota kerajaan
tersebut. Pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom That yang bergaya Sriwijaya.
Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota yakni (Mueang) Chaiya, Thatong
(Kanchanadit), dan Khirirat Nikhom.
Seperti disebutkan sebelumnya, Sriwijaya di Sumatra meluaskan wilayah degan perpindahan
Wangsa Sailendra ke Jawa. Pada kurun waktu tertentu wangsa Sailendra sebagai anggota mandala
Sriwijaya berkuasa atas Sriwijaya dan Jawa. Maka Wangsa Sailendra berkuasa sekaligus atas
Sriwijaya dan Kerajaan Medang, yaitu Sumatera dan Jawa. Akan tetapi akibat pertikaian suksesi
singgasana Sailendra di Jawa antara Balaputradewa melawan Rakai Pikatan dan Pramodawardhani,
hubungan antara Sriwijaya dan Medang memburuk. Balaputradewa kembali ke Sriwijaya dan
akhirnya berkuasa di Sriwijaya, dan permusuhan ini diwariskan hingga beberapa generasi
berikutnya. Dalam prasasti Nalanda yang bertarikh 860 Balaputra menegaskan asal-usulnya
sebagai keturunan raja Sailendra di Jawa sekaligus cucu Sri Dharmasetu raja Sriwijaya. Dengan kata
lain ia mengadukan kepada raja Dewapaladewa, raja Pala di India, bahwa haknya menjadi raja Jawa
dirampas Rakai Pikatan. Persaingan antara Sriwijaya di Sumatera dan Medang di Jawa ini kian
memanas ketika raja Dharmawangsa Teguh menyerang Palembang pada tahun 990, tindakan yang
kemudian dibalas dengan penghancuran Medang pada tahun 1006 oleh Raja Wurawari ( sebagai
sekutu Sriwijaya di Jawa) atas dorongan Sriwijaya.
Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, pada prasasti Nalanda
berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputradewa mendedikasikan sebuah biara kepada
Universitas Nalanda. Relasi dengan Dinasti Chola di selatan India juga cukup baik. Dari prasasti
Leiden disebutkan raja Sriwijaya di Kataha Sri Mara-Vijayottunggawarman telah membangun
sebuah vihara yang dinamakan dengan Vihara Culamanivarmma, namun menjadi buruk setelah
Rajendra Chola I naik tahta yang melakukan penyerangan pada abad ke-11. Kemudian hubungan ini
kembali membaik pada masa Kulothunga Chola I, di mana raja Sriwijaya di Kadaram mengirimkan
utusan yang meminta dikeluarkannya pengumuman pembebasan cukai pada kawasan sekitar
Vihara Culamanivarmma tersebut. Namun pada masa ini Sriwijaya dianggap telah menjadi bagian
dari dinasti Chola. Kronik Tiongkok menyebutkan bahwa Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) sebagai
raja San-fo-ts'i, membantu perbaikan candi dekat Kanton pada tahun 1079. Pada masa dinasti Song
candi ini disebut dengan nama Tien Ching Kuan, dan pada masa dinasti Yuan disebut dengan nama
Yuan Miau Kwan

Masa kejayaan
Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim. Mengandalkan hegemoni pada kekuatan
armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan, menguasai dan membangun
beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-
kapal dagang, memungut cukai, serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya. Dari
catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir
seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya,
Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan
Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan
bea dan cukai atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengumpulkan kekayaannya dari jasa
pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India.

Arca emas Avalokiteçvara bergaya Malayu-Sriwijaya, ditemukan di Rantaukapastuo, Muarabulian,


Jambi, Indonesia.
Berdasarkan sumber catatan sejarah dari Arab, Sriwijaya disebut dengan nama Sribuza. Pada tahun
955 M, Al Masudi, seorang musafir (pengelana) sekaligus sejarawan Arab klasik menulis catatan
tentang Sriwijaya. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan besar yang
kaya raya, dengan tentara yang sangat banyak. Disebutkan kapal yang tercepat dalam waktu dua
tahun pun tidak cukup untuk mengelilingi seluruh pulau wilayahnya. Hasil bumi Sriwijaya adalah
kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kapulaga, gambir dan beberapa hasil bumi
lainya.
Catatan lain menuliskan bahwa Sriwijaya maju dalam bidang agraris. Ini disimpulkan dari seorang
ahli dari Bangsa Persia yang bernama Abu Zaid Hasan yang mendapat keterangan dari Sujaimana,
seorang pedagang Arab. Abu Zaid menulis bahwasanya Kerajaan Zabaj (Sriwijaya -sebutan
Sriwijaya oleh bangsa Arab pada masa itu-) memiliki tanah yang subur dan kekuasaaan yang luas
hingga ke seberang lautan. Sriwijaya menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara
sepanjang abad ke-10, akan tetapi pada akhir abad ini Kerajaan Medang di Jawa Timur tumbuh
menjadi kekuatan bahari baru dan mulai menantang dominasi Sriwijaya. Berita Tiongkok dari
Dinasti Song menyebut Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dengan nama San-fo-tsi, sedangkan Kerajaan
Medang di Jawa dengan nama Cho-po. Dikisahkan bahwa, San-fo-tsi dan Cho-po terlibat persaingan
untuk menguasai Asia Tenggara. Kedua negeri itu saling mengirim duta besar ke Tiongkok. Utusan
San-fo-tsi yang berangkat tahun 988 tertahan di pelabuhan Kanton ketika hendak pulang, karena
negerinya diserang oleh balatentara Jawa. Serangan dari Jawa ini diduga berlangsung sekitar tahun
990-an, yaitu antara tahun 988 dan 992 pada masa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa.
Pada musim semi tahun 992 duta Sriwijaya tersebut mencoba pulang namun kembali tertahan di
Champa karena negerinya belum aman. Ia meminta kaisar Song agar Tiongkok memberi
perlindungan kepada San-fo-tsi. Utusan Jawa juga tiba di Tiongkok tahun 992. Ia dikirim oleh
rajanya yang naik takhta tahun 991. Raja baru Jawa tersebut adalah Dharmawangsa Teguh.

Kerajaan Medang berhasil merebut Palembang pada tahun 992 untuk sementara waktu, namun
kemudian pasukan Medang berhasil dipukul mundur oleh pasukan Sriwijaya. Prasasti Hujung
Langit tahun 997 kembali menyebutkan adanya serangan Jawa terhadap Sumatera. Rangkaian
serangan dari Jawa ini pada akhirnya gagal karena Jawa tidak berhasil membangun pijakan di
Sumatera. Menguasai ibu kota di Palembang tidak cukup karena pada hakikatnya kekuasaan dan
kekuatan mandala Sriwijaya tersebar di beberapa bandar pelabuhan di kawasan Selat Malaka.
Maharaja Sriwijaya, Sri Cudamani Warmadewa, berhasil lolos keluar dari ibu kota dan berkeliling
menghimpun kekuatan dan bala bantuan dari sekutu dan raja-raja bawahannya untuk memukul
mundur tentara Jawa.
Sri Cudamani Warmadewa kembali memperlihatkan kecakapan diplomasinya, memenangi
dukungan Tiongkok dengan cara merebut hati Kaisarnya. Pada tahun 1003, ia mengirimkan utusan
ke Tiongkok dan mengabarkan bahwa di negerinya telah selesai dibangun sebuah candi Buddha
yang didedikasikan untuk mendoakan agar Kaisar Tiongkok panjang usia. Kaisar Tiongkok yang
berbesar hati dengan persembahan itu menamai candi itu cheng tien wan shou dan
menganugerahkan genta yang akan dipasang di candi itu. (Candi Bungsu, Terletak di Muara Takus).
Serangan dari Medang ini membuka mata Sriwijaya betapa berbahayanya ancaman Jawa, maka
Maharaja Sriwijaya pun menyusun siasat balasan dan berusaha menghancurkan Kerajaan Medang.
Sriwijaya disebut berperan dalam menghancurkan Kerajaan Medang di Jawa. Dalam prasasti
Pucangan disebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya, yaitu peristiwa hancurnya istana Medang di
Jawa Timur, di mana Haji Wurawari dari Lwaram yang merupakan raja bawahan Sriwijaya, pada
tahun 1006 atau 1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir
Dharmawangsa Teguh.
Masa Kemunduran
Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, yang merupakan raja dari dinasti Chola di India selatan,
mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Tanjore
bertarikh 1030, Kerajaan Chola telah menaklukan daerah-daerah yang sebelumnya menjadi koloni
Sriwijaya, dan berhasil menawan raja Sriwijaya yang berkuasa waktu itu Sangrama-
Vijayottunggawarman. Selama beberapa dekade berikutnya, seluruh kekuasaan Sriwijaya berada
dalam pengaruh dinasti Chola. Meskipun demikian Rajendra Chola tetap memberikan peluang
kepada raja yang ditaklukannya untuk tetap berkuasa dengan syarat tetap tunduk kepadanya.
Pengaruh invasi Rajendra Chola I, terhadap hegemoni Sriwijaya atas raja-raja bawahannya
melemah. Beberapa daerah taklukan melepaskan diri, sampai muncul Dharmasraya dan
Pagaruyung sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya
mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat. Pada tahun 1079
dan 1088, catatan Cina menunjukkan bahwa Sriwijaya mengirimkan duta besar pada Cina.
Khususnya pada tahun 1079, masing-masing duta besar tersebut mengunjungi Cina. Ini
menunjukkan bahwa ibu kota Sriwijaya selalu bergeser dari satu kota maupun kota lainnya selama
periode tersebut. Ekspedisi Chola mengubah jalur perdagangan dan melemahkan Palembang, yang
memungkinkan Jambi untuk mengambil kepemimpinan Sriwijaya pada abad ke-11.
Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178, Chou-Ju-Kua
menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua kerajaan yang sangat kuat dan kaya,
yakni San-fo-ts'i dan Cho-po (Jawa). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama
Budha dan Hindu, sedangkan rakyat San-fo-ts'i memeluk Budha. Namun, istilah San-fo-tsi terutama
pada tahun 1178 tidak lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan telah identik dengan Dharmasraya.
Dari daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut, ternyata adalah wilayah jajahan Kerajaan
Dharmasraya. Walaupun sumber Tiongkok tetap menyebut San-fo-tsi sebagai kerajaan yang berada
di kawasan Laut Cina Selatan. Hal ini karena dalam Pararaton telah disebutkan Malayu.
Secara garis besar Kerajaan Sriwijaya mundur sejak abad ke-10 disebabkan oleh faktor-faktor
berikut:

 Perubahan keadaan alam di sekitar Palembang. Sungai Musi, Ogan Komering, dan sejumlah
anak sungai lainnya membawa lumpur yang diendapkan di sekitar Palembang sehingga
posisinya menjauh dari laut dan perahu sulit merapat.
 Letak Palembang yang makin jauh dari laut menyebabkan daerah itu kurang strategis lagi
kedudukannya sebagai pusat perdagangan nasional maupun internasional. Sementara itu,
terbukanya Selat Berhala antara Pulau Bangka dan Kepulauan Singkep dapat
menyingkatkan jalur perdagangan internasional sehingga Jambi lebih strategis daripada
Palembang.
 Dalam bidang politik, Sriwijaya hanya memiliki angkatan laut yang diandalkan. Setelah
kekuasaan di Jawa Timur berkembang pada masa Airlangga, Sriwijaya terpaksa mengakui
Jawa Timur sebagai pemegang hegemoni di Indonesia bagian timur dan Sriwijaya di bagian
barat.
 Adanya serangan militer atas Sriwijaya. Serangan pertama dilakukan oleh Teguh
Dharmawangsa terhadap wilayah selatan Sriwijaya (992) hingga menyebabkan utusan
yang dikirim ke Cina tidak berani kembali. Serangan kedua dilakukan oleh Colamandala
atas Semenanjung Malaya pada tahun 1017 kemudian atas pusat Sriwijaya pada tahun 1023
– 1030. Dalam serangan ini, Raja Sriwijaya ditawan dan dibawa ke India. Ketika
Kertanegara bertakhta di Singasari juga ada usaha penyerangan terhadap Sriwijaya, namun
baru sebatas usaha mengurung Sriwijaya dengan pendudukan atas wilayah Melayu. Akhir
dari Kerajaan Sriwijaya adalah pendudukan oleh Majapahit dalam usaha menciptakan
kesatuan Nusantara (1377). 

Struktur pemerintahan
Masyarakat Sriwjaya sangat majemuk, dan mengenal stratatifikasi sosial. Pembentukan satu negara
kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, dapat dilacak dari beberapa prasasti
yang mengandung informasi penting tentang kadātuan, vanua, samaryyāda, mandala dan bhūmi.
Kadātuan dapat bermakna kawasan dātu, (tnah rumah) tempat tinggal bini hāji, tempat disimpan
mas dan hasil cukai (drawy) sebagai kawasan yang mesti dijaga. Kadātuan ini dikelilingi oleh
vanua, yang dapat dianggap sebagai kawasan kota dari Sriwijaya yang di dalamnya terdapat vihara
untuk tempat beribadah bagi masyarakatnya. Kadātuan dan vanua ini merupakan satu kawasan inti
bagi Sriwijaya itu sendiri. Menurut Casparis, samaryyāda merupakan kawasan yang berbatasan
dengan vanua, yang terhubung dengan jalan khusus (samaryyāda-patha) yang dapat bermaksud
kawasan pedalaman. Sedangkan mandala merupakan suatu kawasan otonom dari bhūmi yang
berada dalam pengaruh kekuasaan kadātuan Sriwijaya.
Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam lingkaran raja
terdapat secara berurutan yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua) dan
rājakumāra (pewaris berikutnya). Prasasti Telaga Batu banyak menyebutkan berbagai jabatan
dalam struktur pemerintahan kerajaan pada masa Sriwijaya. Menurut Prasasti Telaga Batu, selain
diceritakan kutukan raja Sriwijaya kepada siapa saja yang menentang raja, diceritakan pula
bermacam-macam jabatan dan pekerjaan yang ada pada zaman Sriwijaya. Adapun, jabatan dan
pekerjaan yang diceritakan tersebut adalah raja putra (putra raja yang keempat), bhupati (bupati),
senopati (komandan pasukan), dan dandanayaka (hakim). Kemudian terdapat juga Tuha an watak
wuruh (pengawas kelompok pekerja), Adyaksi nijawarna/wasikarana (pandai besi/ pembuat
senjata pisau), kayastha (juru tulis), sthapaka (pemahat), puwaham (nakhoda kapal), waniyaga
(peniaga), pratisra (pemimpin kelompok kerja), marsi haji (tukang cuci), dan hulun haji (budak
raja).
Menurut kronik Cina Hsin Tang-shu, Sriwijaya yang begitu luas dibagi menjadi dua. Seperti yang
diterangkan diatas, Dapunta Hyang punya dua orang anak yang diberi gelar putra mahkota, yakni
yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua). Maka dari itu, Ahmad Jelani
Halimi (profesor di Universiti Sains Malaysia) mengatakan bahwa untuk mencegah perpecahan di
antara anak-anaknya itulah, maka kemungkinan Kerajaan Sriwijaya dibagi menjadi dua.
Raja yang memerintah
Dari abad ke-7 sampai ke-13 Masehi, Kerajaan Sriwijaya pernah di pimpin oleh raja-raja di bawah
ini, yaitu:

 Dapunta Hyang Sri Jayanasa (671)


 Sri Indravarman Che-li-to-le-pa-mo (702)
 Rudra Vikraman Lieou-t’eng-wei-kong (728)
 Maharaja Wisnu Dharmmatunggadewa (760)
 Dharanindra Sanggramadhananjaya (775)
 Samaragrawira (782)
 Samaratungga (792)
 Balaputradewa (835)
 Sri Udayadityavarman Se-li-hou-ta-hia-li-tan (960)
 Hie-tche (Haji) (980)
 Sri CudamanivarmadevaSe-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian-hwa (988)
 Sri MaravijayottunggaSe-li-ma-la-pi (1008)
 Sumatrabhumi (1017)
 Sangramavijayottungga (1025)
 Rajendra Dewa KulottunggaTi-hua-ka-lo (1079)
 Rajendra II (1100)
 Rajendra III (1156)
 Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1183-1286)
 Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa (1286-1293)
 Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa (1347)

Warisan sejarah
Penemuan kemaharajaan Sriwijaya ini ditemukan pertama kali oleh Coedès pada tahun 1920-an
yang telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk kemaharajaan yang terdiri atas
persekutuan kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan berjaya pada masa lalu.
Pada abad ke-14 meskipun pengaruhnya telah memudar, wibawa dan gengsi Sriwijaya masih
digunakan sebagai sumber legitimasi politik. Sang Nila Utama yang mengaku sebagai keturunan
bangsawan Sriwijaya dari Bintan, bersama para pengikut dan tentaranya yang terdiri dari Orang
Laut, telah mendirikan Kerajaan Singapura di Tumasik. Menurut Sejarah Melayu dan catatan
sejarah China yang ditulis Wang Ta Yuan, disebutkan bahwa Kerajaan Siam sempat menyerang
kerajaan Singapura pada kurun tahun 1330 hingga 1340. Serangan Siam ini berhasil dipukul
mundur.

Warisan terpenting Sriwijaya mungkin adalah bahasanya. yang Selama berabad-abad, kekuatan
ekononomi dan keperkasaan militernya telah berperan besar atas tersebarluasnya penggunaan
Bahasa Melayu Kuno di Nusantara, setidaknya di kawasan pesisir. Bahasa ini menjadi bahasa kerja
atau bahasa yang berfungsi sebagai penghubung yang digunakan di berbagai bandar dan pasar di
kawasan Nusantara. Tersebar luasnya Bahasa Melayu Kuno ini mungkin yang telah membuka dan
memuluskan jalan bagi Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Malaysia, dan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa pemersatu Indonesia modern. Adapun Bahasa Melayu Kuno masih tetap digunakan
sampai pada abad ke-14 M.
Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan Sriwijaya sebagai sumber
kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau Indonesia. Kegemilangan Sriwijaya telah menjadi
sumber kebanggaan nasional dan identitas daerah, khususnya bagi penduduk kota Palembang.
Keluhuran Sriwijaya telah menjadi inspirasi seni budaya, seperti lagu dan tarian tradisional
Gending Sriwijaya. Hal yang sama juga berlaku bagi masyarakat selatan Thailand yang menciptakan
kembali tarian Sevichai yang berdasarkan pada keanggunan seni budaya Sriwijaya. Di Indonesia,
nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama nama dalam berbagai hal misal nama
jalan di berbagai kota, maupun nama universitas, nama perusahaan, dan nama di kemiliteran.
5 Macam Peninggalan Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kita Ketahui
Macam Peninggalan Bersejarah di Indonesia - Sebagian besar masyarakat telah mengetahui adanya
peninggalan bersejarah yang ada di Indonesia. Salah satunya yaitu Candi Borobudur yang terletak di
kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur sendiri telah ditetapkan sebagai salah satu Situs
Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991. Sampai sekarang masih banyak wisatawan yang
berkunjung ke Candi Borobudur baik yang berasal dalam negeri maupun luar negeri.
Indonesia memiliki banyak peninggalan bersejarah yang bernilai tinggi. Maka dari itu, kita wajib
menghargai dan melestarikannya agar terjaga kelestariannya. Selain itu, dengan adanya peninggalan
bersejarah di Indonesia, dapat membantu kita dalam mempelajari sejarah bangsa Indonesia. Mulai dari
fosil, prasasti, patung, bangunan, naskah kuno dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan macam-
macam peninggalan bersejarah di Indonesia. Terdapat 5 macam peninggalan sejarah di Indonesia,
diantaranya yaitu berupa tulisan, bangunan, benda-benda bersejarah, karya seni, dan adat istiadat. Untuk
lebih jelasnya, mari kita bahas satu per satu. Berikut 5 Macam Peninggalan Bersejarah Di Indonesia:

1. Tulisan
Peninggalan bersejarah di Indonesia berupa tulisan terbagi menjadi dua, yaitu Prasasti
dan naskah kuno:
Prasasti
Prasasti merupakan peninggalan sejarah yang berupa tulisan atau gambar pada batu. Sehingga prasasti
disebut juga sebagai batu tulis. Sebuah prasasti biasanya ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa
Sansekerta.

Prasasti Yupa merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia


Pada umumnya Prasati berisi informasi/ catatan mengenai peristiwa penting yang dialami oleh suatu
kerajaan atau seorang raja. Beberapa prasasti yang ada di Indonesia yaitu, anatar lain :

 Prasasti Yupa di Kalimantan Timur sekitar tahun 500 M peninggalan dari Kerajaan Kutai.
 Prasasti Telaga Batu di Palembang peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya.
 Prasasti Sriwijaya di Sumatera peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya.
 Prasasti Ciaruteun di Jawa Barat peninggalan kerajaan Taruma Negara.

Naskah Kuno
Naskah kuno yaitu dokumen-dokumen penting yang berisi informasi pada zaman dahulu. Naskah kuno
juga bisa berupa karya sastra seperti syair, hikayat, legenda dan kitab-kitab. Beberapa naskah kuno yang
ada di Indonesia yaitu, Antara lain :

 Kitab Sutasoma Karya Mpu Tantular dari kerajaan Majapahit.


 Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca dari kerajaan Majapahit.
 Kakawi Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa pada zaman kerajaan Airlangga, Kahuripan.
 Kitab Smaradahana karya Mpu Darmaja pada zaman Raja Kameswara I, Kediri.
 Kitab Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada jaman Raja Jaya Baya, Kediri.

Perlu diketahui Kakawi merupakan syair dalam bahasa Jawa Kuna dengan metrum yang berasal dari
India.

2. Bangunan
Bangunan bersejarah di Indonesia memiliki aset yang tak ternilai harganya. Peninggalan bersejarah di
Indonesia berupa bangunan memiliki 6 bentuk bangunan, diantaranya adalah sebagai berikut :

Candi
Candi merupakan bangunan kuno yang dibuat dari batu dan biasanya digunakan sebagai tempat
pemujaan/ beribadah bagi pemeluk agama Hindu dan Budha pada zaman dahulu. Candi merupakan
peninggalan kerajaan Hindu dan Budha. Fungsi bangunan candi yaitu untuk memuliakan raja yang telah
meninggal dunia. Beberapa candi yang ada di Indonesia yaitu, antara lain:

 Candi Borobudur : di Magelang, Jawa Tengah.


 Candi Padas : di Tampak Siring, Bali.
 Candi Kidal : di Malang, Jawa Timur.
 Candi Sewu : di Magelang, Jawa Tengah.
 Candi Prambanan : di Klaten, Jawa Tengah.
 Candi Tikus : di Mojokerto, Jawa Timur.

Benteng
Banteng merupakan bangunan yang difungsikan guna mempertahankan diri (bertahan) dari serangan
lawan. 

Benteng Duurstede merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia


Benteng-benteng yang ada di Indonesia sebagian besar berasal dari peninggalan Belanda, Portugis dan
Spanyol pada masa penjajahan. Beberapa benteng yang ada di Indonesia yaitu, antara lain:

 Benteng Inang Bale : di Aceh, Daerah Istimewa Aceh.


 Benteng Bonjol : di Bonjol Sumatra Barat.
 Benteng Duurstede : di Saparua, Maluku.
 Benteng Surason : di Banten, JawaBarat.
 Benteng Jagaraga : di Bali.
Masjid
Masjid adalah tempat ibadah bagi umat Islam. Dengan adanya peninggalan bersejarah berupa masjid
membuktikan bahwa pengaruh Islam di Indonesia sudah ada sejak zaman dahulu. Beberapa masjid yang
bersejarah di Indonesia antara lain Masjid Aceh, Masjid Agung Banten, Masjid Makam Sedangduwur
(Jawa Timur), Masjid Kudus, Masjid Demak, dan Masjid Jami Pontianak.

Monumen atau tugu


Monumen atau tugu merupakan bangunan yang sengaja dibuat untuk memperingati suatu peristiwa
dan penghormatan terhadap jasa perjuangan para pahlawan zaman dahulu. Beberapa monumen yang
ada di Indonesia antara lain Monumen Nasional (Tugu Monas) di Jakarta, Monumen Tugu Muda di
Semarang, Monumen Proklamasi di Jakarta, Monumen Palagan Ambarawa di Semarang, Monumen Pers
Nasional di Solo, Jawa Tengah.

Istana atau keraton

Istana atau keraton merupakan bangunan yang dijadikan sebagai tempat tinggal sang raja pada zaman
dahulu. Beberapa istana yang ada di Indonesia antara lain Keraton Mangkunegaran di Surakarta, Keraton
Paku Alam di Yogyakarta, Keraton Kasepuhan di Cirebon, Karaton Maimun di Medan, Istana Raja Goa
di Sulawesi Selatan, Istana Raja Khungkung di Bali.

Makam
Makam merupakan tempat untuk menguburkan orang-orang yang sudah meninggal terutama para raja/
tokoh-tokoh penting dalam sejarah.

Makam Pangeran Diponegoro merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia


Biasanya makam banyak dijadikan sumber sejarah dan peninggalan sejarah. Beberapa makam yang ada di
Indonesia yaitu, antara lain:

 Makam Raja-raja Surakarta dan Yogyakarta di Imogiri, Yogyakarta.


 Makam Pangeran Diponegoro di Makassar, Sulawesi Selatan.
 Makam RA. Kartini di Rembang, Jawa Tengah.
 Makam Ir. Soekarno Presiden RI Pertama di Blitar, Jawa Timur.
 Makam Sunan Kalijaga di Demak, Jawa Tengah.

3. Benda-benda Peninggalan bersejarah


Benda-benda Peninggalan bersejarah yang berupa benda atau barang antara lain adalah sebagai berikut :
Fosil
Fosil adalah bagian atau sisa dari mahkluk hidup (manusia, hewan atau tumbuhan) yang sudah membatu.
Beberapa fosil yang ada di Indonesia antara lain di Desa Trinil, (Mojokerto Jawa Timur), Sangiran
(Sragen, Jawa Tengah), dan lain sebagainya.

Artefak
Artefak adalah perkakas atau peralatan yang digunakan oleh manusia pada zaman dahulu. Artefak bisa
berupa alat pertanian, peralatan makan, peralatan memasak, senjata, serta perhiasan.

Arca
Arca merupakan peninggalan sejarah yang bercorak agama Hindhu-Buddha. Arca biasa dikenal oleh
masyarakat luas dengan istilah patung. Arca atau Patung biasanya terbuat dari batu, perunggu dan bahkan
emas. Bentuk-bentuk Arca atau Patung bermacam-macam, ada patung dewa, patung raja/ratu, patung
binatang dan lain-lain. Beberapa Arca yang ada di Indonesia Antara lain Arca Buddha Amarawati di
Sulawesi Selatan, Arca Roro Jonggrang di Candi Prambanan, Arca Airlangga di Belahan, Arca
Tribhuwana di Candi Arimbi, dll.

4. Karya Seni
Karya Seni adalah peninggalan bersejarah yang berasal dari nenek moyang kita yang kemudian menjadi
tradisi di masyarakat. Pada zaman dahulu nenek moyang kita banyak memiliki karya seni yang sampai
sekarang masih ada, antara lain :

Tarian tradisional
Tarian tradisional adalah tarian peninggalan zaman dahulu yang hingga saat ini masih ada dan sering ada
dipertunjukan. Beberapa contoh dari tarian tradisional di Indonesia antara lain Tari Gambyong dari Jawa
Tengah dan Tari Seudati dari Aceh.

Dongeng atau cerita rakyat


Dongeng atau cerita rakyat adalah cerita yang disampaikan secara turun-temurun dan tidak diketahui
pengarangnya. Cerita rakyat ini biasanya mengandung hikmah atau pelajaran yang dapat diambil oleh
masyarakat. Beberapa contoh dari cerita rakyat di Indonesia antara lain Malinkundang dari Sumatera
Barat dan Tangkuban Perahu dari Jawa Barat.

Lagu atau tembang daerah


Lagu atau tembang suatu daerah merupakan peninggalan sejarah yang masih dilestarikan. Beberapa
contoh dari lagu/ tembang di Indonesia antara lain Lagu Lir-ilir dari Jawa Tengah dan Lagu Gending
Sriwijaya dari Sumatera.

Seni pertunjukan
Dunia hiburan atau seni pertunjukan memang tidak akan pernah sirna di belahan bumi Indonesia. Hal ini
terbukti dari dahulu hingga sekarang masih banyak ditemui dunia hiburan atau pertunjukan yang bersifat
menghibur masyarakat. Perbedaan seni pertunjukan yang dahulu dengan yang sekarang salah satunya dari
media yang digunakan. Beberapa contoh dari seni pertunjukan di Indonesia antara lain Wayang Kulit dari
Jawa Tengah dan Yogyakarta, Ogoh-ogoh dari Bali dan Wayang Golek dari Jawa Barat.

5. Adat istiadat
Adat istiadat merupakan tradisi kepercayaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat secara turun-temurun.
Acara Adat Ngaben merupakan contoh Peninggalan Bersejarah di Indonesia
Contoh upacara adat istiadat Antara lain adalah : upacara adat pembakaran mayat (Ngaben) di Bali,
Sekaten di Solo dan Yogyakarta, upacara adat pernikahan dan sebagainya.

15 Tempat Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kamu Ketahui

1. Candi Borobudur (Magelang)


Borobudur merupakan sebuah candi Buddha yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi
kurang lebih 86 km di sebelah barat Surakarta, 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di
sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha
Mahayana sekitar tahun 800an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur juga
merupakan candi atau kuil Buddha serta monumen Buddha terbesar di dunia.

Dalam pembangunannya belum ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun
Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan
antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim
digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. maka Borobudur diperkirakan dibangun sekitar
tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, yang merupakan masa
puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, dimana masa itu dipengaruhi Kemaharajaan
Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 samapai 100 tahun dan
benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.

Hal yang unik dari candi borobudur adalah balok yang digunakan sebagai bahan utama konstruksi
bangunan terbuat dari abu vulkanik Gunung Merapi yang dibekukan. Balok-balok ini kemudian disusun
membentuk lebih dari 500 buah arca tanpa menggunakan semen sama sekali. Luar biasa bukan, Tak
hanya itu, candi ini juga penuh dengan pahatan relief yang menceritakan perjalanan hidup Sang Buddha.

2. Candi Prambanan (Yogyakarta)


Candi Loro Jonggrang atau Candi Prambanan merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia
yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama
Hindu yaitu Wishnu, Siwa dan Brahma. Menurut prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi Prambanan
adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna "Rumah Siwa"), dan memang di garbagriha (ruang
utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi
ini dewa Siwa lebih diutamakan.

Prambanan merupakan candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah dibangun di Jawa kuno,
pembangunan candi Hindu kerajaan ini diawali oleh Rakai Pikatan sebagai tandingan candi Buddha
Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak jauh dari Prambanan. Beberapa sejarawan lama
menduga bahwa pembangunan candi agung Hindu ini untuk menandai kembali berkuasanya keluarga
Sanjaya atas Jawa, hal ini terkait teori wangsa kembar berbeda keyakinan yang saling bersaing. yaitu
wangsa Sailendra penganut Buddha dan wangsa Sanjaya penganut Hindu. Pastinya, dengan dibangunnya
candi ini menandai bahwa Hinduisme aliran Siwa kembali mendapat dukungan keluarga kerajaan,
setelah sebelumnya wangsa Sailendra cenderung lebih mendukung Buddha aliran Mahayana. Hal ini
menandai bahwa kerajaan Medang beralih fokus dukungan keagamaanya, dari Buddha Mahayana ke
pemujaan terhadap Siwa.

Candi Prambanan sendiri pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan
secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu.
Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, Dalam prasasti Siwagrha tertulis bahwa saat
pembangunan candi Siwagrha berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk
memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir
dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan. Sejarawan menduga bahwa
aslinya aliran sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi
sehingga erosi sungai bisa mengancam konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan membuat
sodetan sungai baru yang memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding
barat di luar kompleks candi.

Candi Prambanan juga memiliki cerita rakyat yang melekat erat dengannya yaitu cerita Roro Jonggrang.
Dikisahkan bahwa candi induk yang ada merupakan wujud Roro Jonggrang yang dikutuk oleh Bandung
Bondowoso karena berusaha menggagalkan upaya Bondowoso membangun seribu candi untuknya.

3. Lawang Sewu (Semarang)


Lawang Sewu merupakan gedung gedung bersejarah di Indonesia yang berlokasi di Kota Semarang, Jawa
Tengah. Gedung ini, dahulu yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij
atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda.

Lawang Sewu dibangun pada 27 Februari 1904 dengan nama Het hoofdkantor van de Nederlands-
Indische Spoorweg Maatschappij (yang digunakan untuk Kantor Pusat NIS). pada mulanya kegiatan
administrasi perkantoran dilakukan di Stasiun Semarang Gudang (Samarang NIS), namun dengan
berkembangnya jalur jaringan kereta yang begitu pesat, mengakibatkan bertambahnya kebutuhan
personil teknis dan tenaga administrasi yang besar.

Pada akibatnya kantor NIS di stasiun Samarang NIS tidak lagi memadai. Berbagai solusi dilakukan NIS
antara lain menyewa beberapa bangunan milik perseorangan sebagai solusi sementara. Apalagi letak
stasiun Samarang NIS berada di dekat rawa sehingga urusan sanitasi dan kesehatan pun menjadi
pertimbangan penting. Maka, diusulkanlah alternatif lain: yaitu membangun kantor administrasi di
lokasi baru. kemudian dibangunlah Lawang Sewu di ujung Bodjongweg Semarang (sekarang Jalan
Pemuda).

4. Benteng Rotterdam (Makassar)


Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) atau Fort Rotterdam merupakan sebuah benteng peninggalan
Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi
Selatan, Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng
Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Pada mulanya benteng ini berbahan dasar tanah liat,
namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti
menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung
Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi
bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di laut maupun di darat. Begitu
pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di laut dan darat.

Biasanya masyarakat Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang
merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. dalam sejarahnya Kerajaan Gowa-Tallo
menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya menuntut Kerajaan Gowa untuk
menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng
Ujung Pandang kamudian diganti menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama
Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan
oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.

Saat ini, Benteng Rotterdam menjadi tempat wisata sejarah andalan kota Makassar. Di dalamnya
terdapat museum La Galigo yang berisi koleksi benda-benda peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo.
Menariknya lagi, di sini terdapat sebuah ruangan yang dipercaya sebagai tempat pengasingan Pangeran
Diponegoro di masa perjuangan dahulu.

5. Benteng Vredeburg (Yogyakarta)


Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengan lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian
Giyanti 13 Februari 1755 yang berrhasil menyelesaikan perseteruan antara Pangeran Mangkubumi
(Sultan Hamengku Buwono I kelak) dengan Susuhunan Pakubuwono III adalah merupakan hasil politik
Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri raja-raja Jawa waktu itu.

Melihat kemajuan yang sangat pesat terhadap kraton yang didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I,
rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul. Pihak Belanda mengusulkan kepada sultan agar
diizinkan membangun sebuah benteng di dekat kraton. Belanda dalih agar mereka dapat menjaga
keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi dibalik dalih tersebut niatan Belanda yang sesungguhnya
adalah untuk memudahkan dalam mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam kraton. Letak
benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang menghadap ke jalan
utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng
strategi, penyerangan, intimidasi serta blokade terhadap kraton. Dapat disimpulkan bahwa berdirinya
benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memiliki keinginan
untuk menentang Belanda.

Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap perjanjian
dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi kekuatan yang sulit dilawan oleh setiap pemimpin pribumi
pada masa kolonial Belanda. Dalam hal ini termasuk pula Sri Sultan Hamengku Buwono I. Oleh karena itu
permohonan izin Belanda untuk membangun benteng dikabulkan. Sebelum dibangun benteng pada
lokasinya yang sekarang (Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta), ditempat tersebut sebenarnya
Sultan HB I telah membangun sebuah benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur sangkar. Di
keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut seleka atau bastion. Oleh sultan keempat
sudut tersebut diberi nama Jayapurusa (sudut timur laut), Jayawisesa (sudut barat laut), Jayaprayitna
(sudut tenggara) dan Jayaprakosaningprang (sudut barat daya).

6. Taman Sari (Yogyakarta)


Taman Sari adalah situs bekas taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Taman sari
dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1758-1765. Awalnya, taman yang
mendapat sebutan "The Fragrant Garden" ini memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57
bangunan baik berupa kolam pemandian, gedung, jembatan gantung, danau buatan, pulau buatan,
kanal air serta lorong bawah air. Taman Sari yang digunakan secara efektif antara 1765-1812 ini pada
mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan.
Namun sekarang sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya
kompleks Kedhaton saja.

Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh
Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan menuju Imogiri. Sebagai
pimpinan proyek pembangunan Taman Sari dipilih Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya
pembangunan ditanggung oleh Tumenggung Prawirosentiko besrta seluruh rakyatnya. Di tengah
pembangunan pimpinan proyek diambil alih oleh Pangeran Notokusumo, setelah Mangundipuro
mengundurkan diri. Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan, namun bebrapa bangunan yang
ada mengindikasikan Taman Sari juga berperan sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang
oleh musuh.

7. Istana Maimun (Medan)


Istana Maimun bisa disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana
ini didominasi warna kuning yang merupakan warna kebesaran kerajaan Melayu, istana Maimun
merupakan salah satu ikon kota Medan, Sumatera Utara. Didesain oleh arsitek Italia dan dibangun oleh
Sultan Deli, Sultan Mahmud Al Rasyid. Pembangunan istana ini dimulai dari 26 Agustus 1888 dan selesai
pada 18 Mei 1891. Istana Maimun memiliki luas sebesar 2.772 m2 dan 30 ruangan. Istana Maimun
terdiri dari 2 lantai dan memiliki 3 bagian yaitu bangunan induk, bangunan sayap kiri dan bangunan
sayap kanan. Bangunan istana ini menghadap ke utara dan pada sisi depan terdapat bangunan Masjid
Al-Mashun atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Raya Medan.

Di istana ini juga terdapat meriam buntung yang memiliki legenda tersendiri. Orang Medan menyebut
meriam ini dengan sebutan Meriam Puntung. Kisah meriam puntung ini memiliki kaitan dengan Putri
Hijau. Diceritakan, di Kerajaan Timur Raya, hiduplah seorang putri yang cantik jelita, bernama Putri
Hijau. Ia disebut demikian, karena tubuhnya memancarkan warna hijau. sang putri mempunyai dua
orang saudara laki-laki, yaitu Mambang Khayali dan Mambang Yasid. Suatu ketika, datanglah Raja Aceh
meminang Putri Hijau, namun, pinangan ini ditolak oleh kedua saudaranya.

Raja Aceh menjadi marah, lalu menyerang Kerajaan Timur Raya. Raja Aceh berhasil mengalahkan
Mambang Yasid. Saat tentara Aceh hendak masuk istana menculik Putri Hijau, mendadak terjadi
keajaiban, Mambang Khayali tiba-tiba berubah menjadi meriam dan menembak membabi-buta tanpa
henti. Karena terus-menerus menembakkan peluru ke arah pasukan Aceh, maka meriam ini terpecah
dua. Bagian belakang terlempar ke Labuhan Deli sementara Bagian depannya ditemukan di daerah
Surbakti, di dataran tinggi Karo, dekat Kabanjahe, kemudian dipindahkan ke halaman Istana Maimun.

Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya karena usianya yang tua, namun juga desain
interiornya yang unik, memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu, dengan gaya Islam,
Spanyol, India dan Italia. Namun sayang, tempat wisata ini tidak bebas dari kawasan Pedagang kaki lima.

8. Asta Tinggi Sumenep (Madura)


Asta Tinggi adalah kawasan pemakaman khusus para Pembesar/Raja/Kerabat Raja yang teletak di
kawasan dataran tinggi bukit Kebon Agung Sumenep. Dalam Bahasa Madura, Asta Tinggi disebut juga
sebagai Asta Raja yang bermakna makam para Pangradja (pembesar kerajaan) yang merupakan
asta/makam para raja, anak keturunan beserta kerabat-kerabatnya yang dibangun sekitar tahun 1750M.
Kawasan Pemakaman ini direncanakan awalnya oleh Panembahan Somala dan dilanjutkan
pelaksanaanya oleh Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I dan Panembahan Natakusuma II

Asta tinggi sendiri menurut arti Etimologi adalah makam yang tinggi. Itu berdasar dari letak makam yang
berada di puncak bukit dan penamaan Asta Tinggi sebenarnya hanya untuk mempermudah penyebutan
saja. Di Asta Tinggi sendiri bukan hanya terdapat makam dari raja namun juga makam dari keluarga raja,
sentana, dan punggawa sejak abad XVI. Dari banyak sumber sejarah mengatakan bahwa Asta Tinggi
memiliki nilai kekeramatan yang tinggi. Meskipun dulu mempunyai mitos keangkeran dan daya mistis
yang tinggi sekarang hal tersebut seperti sudah lenyap karena sudah banyak orang yang berziarah.
Orang banyak berziarah kesini karena raja-raja sumenep juga dikenal karena kewaliannya karena perduli
terhadap perkembangan Islam di daerah Sumenep dan sekitarnya.

9. Masjid Agung Palembang


Sejarah Masjid Agung Palembang diawalawi Saat terjadi perang antara masyarakat Palembang dengan
Belanda di tahun 1659 M, kala itu sebuah masjid terbakar. Masjid tersebut merupakan masjid yang
dibangun oleh Sultan Palembang kala itu, Ki Gede Ing Suro, yang berlokasi di Keraton Kuto Gawang.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya di tahun 1738 M, Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo
membangun kembali masjid tepat di lokasi berdirinya masjid yang terbakar. Pembangunan masjid yang
baru memakan waktu cukup lama, hingga pada 26 Mei 1748 atau pada 28 Jumadil Awal 1151 tahun
hijriah, masjid tersebut baru diresmikan berdiri. Di awal pembangunannya, Masjid Agung Palembang
disebut oleh masyarakat Palembang dengan nama Masjid Sulton. Nama tersebut merujuk pada
pembangunan masjid yang diketuai dan dikelola secara langsung oleh Sultan Mahmud Badaruddin Jaya
Wikramo.

Sekarang Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I atau biasa disebut Masjid Agung Palembang
adalah sebuah masjid paling besar di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Masjid ini dipengaruhi oleh 3
arsitektur yakni Indonesia, China dan Eropa. Bentuk arsitektur Eropa terlihat dari pintu masuk di gedung
baru masjid yang besar dan tinggi. Sedangkan arsitektur China dilihat dari masjid utama yang atapnya
seperti kelenteng. Masjid ini dulunya adalah masjid terbesar di Indonesia selama beberapa tahun.
Bentuk masjid yang ada sekarang adalah hasil renovasi tahun 2000 dan selesai tahun 2003. Megawati
Soekarnoputri adalah orang yang meresmikan masjid raksasa Sumatera Selatan modern ini. 

10. Masjid Agung Demak


Masjid Agung Demak merupakan salah satu mesjid tertua yang ada di Indonesia. Masjid ini terletak di
Kampung Kauman, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Masjid Agung Demak dipercayai pernah menjadi
tempat berkumpulnya walisongo (para ulama yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa). Pendiri
masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak sekitar abad ke-
15 Masehi.

Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid yang karismatik ini dengan memberi gambar
serupa bulus. Ini merupakan candra sengkala memet, dengan arti Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang
bermakna tahun 1401 Saka. Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti
angka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Dari simbol ini
diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka. Masjid ini didirikan pada tanggal 1
Shofar.

Atap Masjid Agung Demak ditahan empat tiang kayu raksasa yang khusus dibuat empat wali di antara
Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya buatan Sunan
Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur laut merupakan sumbangan
Sunan Kalijaga.

11. Masjid Menara Kudus


Masjid Menara Kudus disebut juga dengan Masjid Al Manar ("Mesjid Menara") adalah masjid kuna yang
dibangun oleh Sunan Kudus sejak tahun 1549 Masehi (956 Hijriah). Lokasi saat ini berada di Desa
Kauman, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Ada keunikan dari masjid ini karena memiliki menara yang
serupa bangunan candi serta pola arsitektur yang memadukan konsep budaya Islam dengan budaya
Hindu-Buddhis sehingga menunjukkan terjadinya proses akulturasi dalam pengislaman Jawa.

Berdirinya Masjid Menara Kudus tidak terlepas dari peran Sunan Kudus sebagai penggagas dan
pendiri. Sebagaimana Walisongo yang lainnya, Sunan Kudus menggunakan pendekatan kultural (budaya)
dalam berdakwah. Ia mengadaptasi dan melakukan pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat yang
telah memiliki budaya mapan dalam pengaruh agama Hindu dan Buddha. Akulturasi budaya Hindu dan
Budha dalam dakwah Islam yang dilakukan Sunan Kudus terlihat jelas pada arsitektur dan konsep
bangunan Masjid Menara Kudus.

Masjid ini mulai didirikan pada tahun 956 H atau 1549 M. Hal ini didasarkan pada inskripsi berbahasa
Arab yang tertulis pada prasasti batu berukuran lebar 30 cm dan panjang 46 cm yang terletak pada
mihrab masjid. Peletakan batu pertama menggunakan batu dari Baitul Maqdis di Palestina, oleh karena
itu masjid ini kemudian dinamakan Masjid Al Aqsha.
12. Masjid Raya Baiturrahman (Aceh)
Masjid Raya Baiturrahman merupakan sebuah masjid Kesultanan Aceh yang dibangun oleh Sultan
Iskandar Muda Mahkota Alam pada tahun 1022 H/1612 M. Pada masa Kesultanan Aceh Darussalam,
Selain Masjidil Haram di kota suci Makkah, Masjid Raya Baiturrahman ini juga menjadi salah satu pusat
pembelajaran agama Islam yang dikunjungi oleh orang-orang yang ingin mempelajari Islam dari seluruh
penjuru dunia.

Pada tanggal 26 Maret 1873 Kerajaan Belanda mendeklarasikan perang kepada Kesultanan Aceh,
mereka mulai melepaskan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel Van Antwerpen. Pada 5
April 1873, Belanda mendarat di Pante Ceureumen di bawah pimpinan Johan Harmen Rudolf Kohler, dan
langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Kohler saat itu membawa 3.198 pasukan. Namun
peperangan pertama ini dimenangkan oleh pihak Kesultanan Aceh, di mana dalam peristiwa tersebut
Jenderal Johan Harmen Rudolf Kohler tewas akibat ditembak dengan menggunakan senapan oleh
pasukan perang Kesultanan Aceh yang kemudian diabadikan tempat tertembaknya pada sebuah
monumen kecil di bawah Pohon Kelumpang yang berada di dekat pintu masuk sebelah utara Masjid
Raya Baiturrahman.

Saat Kerajaan Belanda menyerang Kesultanan Aceh pada agresi tentara Belanda kedua pada Bulan
Shafar 1290 Hijriah atau 10 April 1873 Masehi, Masjid Raya Baiturrahman dibakar. Kemudian, pada
tahun 1877 Belanda membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman untuk menarik perhatian serta
meredam kemarahan Bangsa Aceh. Pada saat itu Kesultanan Aceh masih berada di bawah pemerintahan
Sultan Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat yang merupakan Sultan Aceh yang terakhir.

13. Masjid Agung Banten


Masjid Agung Banten adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai sejarah.
Setiap harinya masjid ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang tidak hanya dari Banten dan Jawa
Barat, tapi juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Masjid ini dikenali dari bentuk menaranya yang
sangat mirip dengan bentuk sebuah bangunan mercusuar, Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan
Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama dari Kesultanan Banten. Ia adalah putra pertama dari
Sunan Gunung Jati.

Salah satu keistimewaan Masjid Agung Banten adalah masjid ini dibangun oleh tiga orang arsitektur
yang berbeda sehingga mempunyai ciri khas tiap-tiap arsitektur yang membangunnya. Yang pertama
adalah Raden Sepat, arsitek Majapahit yang juga membangun beberapa masjid di nusantara. Yang kedua
adalah arsitektur dari Tiongkok yang bernama Cek Ban Su yang ikut ambil bagian dan memberikan
pengaruh kuat pada bentuk atap masjid yang bentuknya bersusun 5, mirip dengan pagoda Tiongkok
pada umumnya.

Arsitek ketiga adalah Hendrik Lucaz Cardeel yang merupakan arsitek dari Belanda yang kabur dari
Batavia. Ia ikut turut andil dalam membangun Tiyamah serta Menara Masjid di komplek Masjid Agung
Banten. Tiyamah adalah bangunan bertingkat bergaya Belanda kontemporer yang pada dahulu
digunakan untuk pertemuan penting, namun sekarang dialih fungsikan sebagai tempat museum benda
peninggalan.
14. Gereja Blenduk (Semarang)
Gereja Blenduk adalah Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat Belanda
yang tinggal di kota itu pada 1753, dengan bentuk heksagonal (persegi delapan). Gereja Blenduk
sesungguhnya bernama Gereja GPIB Immanuel, di Jl. Letjend. Suprapto 32. Kubahnya besar, dilapisi
perunggu, dan di dalamnya terdapat sebuah orgel Barok. Arsitektur di dalamnya dibuat berdasarkan
salib Yunani. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang
menambahkan kedua menara di depan gedung gereja ini. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat
setempat yang berarti kubah. Gereja ini hingga sekarang masih dipergunakan setiap hari Minggu. Di
sekitar gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa kolonial Belanda.

Gereja yang dibangun pada 1753 ini merupakan salah satu landmark di Kota Lama Semarang. Berbeda
dari bangunan lain di Kota Lama yang pada umumnya memagari jalan dan tidak menonjolkan bentuk,
gedung yang bergaya Neo-Klasik ini justru tampil kontras dan mudah dikenali.

15. Gereja Katedral (Jakarta)


Gereja Katedral merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang ada di Jakarta. Sebelum diresmikan
sebagai bangunan cagar budaya, Gereja Katedral mempunyai sejarah yang panjang dalam
pembangunannya. Pembangunan Gereja Katedral dimulai ketika Paus Pius VII mengangkat pastor
Nelissen sebagi prefek apostik Hindia Belanda pada 1807. Saat itulah dimulai penyebaran misi dan
pembangunan gereja katolik di kawasan nusantara, termasuk di Jakarta.

Gereja yang sekarang ini dirancang dan dimulai oleh Pastor Antonius Dijkmans dan peletakan batu
pertamanya dilakukan oleh Pro-vikaris, Carolus Wenneker. Pekerjaan ini kemudian dilanjutkan oleh
Cuypers-Hulswit ketika Dijkmans tidak bisa melanjutkannya, dan kemudian diresmikan dan diberkati
pada 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, S.J., Vikaris Apostolik Jakarta. Katedral yang
kita kenal sekarang sesungguhnya bukanlah gedung gereja yang asli di tempat itu, karena Katedral yang
asli diresmikan pada Februari 1810, namun pada 27 Juli 1826 gedung Gereja itu terbakar bersama 180
rumah penduduk di sekitarnya. Lalu pada tanggal 31 Mei 1890 dalam cuaca yang cerah, Gereja itu pun
sempat roboh.

Anda mungkin juga menyukai