Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL

PELATIHAN EARLY WARNING SCORING SYSTEM (EWS)


DI RUMAH SAKIT SUMBER KASIH

DIKLAT RUMAH SAKIT SUMBER KASIH CIREBON


2019
PROPOSAL
PELATIHAN EARLY WARNING SCORING SYSTEM (EWS)
DI RUMAH SAKIT SUMBER KASIH

A. Pendahuluan
Diperkirakan bahwa insiden cardiac arrest di dalam Rumah Sakit sekitar 1 -5 orang /
1000 pasien. Petugas kesehatan harus segera berespon terhadap cardiac arrest dalam hitungan
menit. Jika CPR tidak segera di implementasikan dalam 3 -4 menit, maka kerusakan otak
akan di mulai dan akan berakibat terjadinya kerusakan otak yang irreversible.
Perubahan pola pikir dari melakukan resusitasi dengan cepat menjadi mengedepankan
pengawasan dan penilaian dini terhadap kemungkinan resiko pasien dengan kejadian henti
jantung. Sehebat apapun kemampuan resusitasi dan fasilitas yang mendukungnya jika
dihadapkan dalam kondisi yang sudah lanjut tidak akan memperbaiki luaran klinik pasien
henti jantung.
Catatan nasional tahun 2014 Balitbangkes Kementerian kesehatan menyebutkan
stroke dan jantung koroner merupakan penyebeb kematian tertinggi di Indonesia. Tahun 2015
WHO menyebutkan penyakit jantung iskemia dan stroke merupakan penyebab kematian
terbanyak.
Tidak ada pasien yang henti jantung dengan tiba tiba, semua akan diawali dengan
adanya gejala dan perubahan fisiologisnya. Melakukan pengawasan yang tersistem dan
penilaian sedini mungkin dengan adanya tanda kegawatan dan adanya aktifasi kegawatan
akan memperbaiki outcome. Ada hubungan antara TRIAGE –EWS -RRS / CODE BLUE –
Mortalitas.
TRIAGE adalah Suatu teknik untuk menentukan dengan cara yang cepat, prioritas
pasien yang harus dilihat. EWS (Early Warning Scoring System) adalah sistem peringatan
dini dan pemicu terhadap kewaspadaan sampai pada intervensi kritis, sistem penilaian
kumulatif terhadap perubahan tanda vital, mendeteksi perburukan kondisi pasien yang
menjadi dasar aktifasi sistem kegawatan. Rapid Response System/RRS adalah Suatu sistem
yang merespon secara cepat dengan adanya aktifasi kegawat daruratan. Code blue adalah
Suatu sistem aktifasi terhadap pasien yang mengalami henti jantung.
Pentingnya Early Warning System Diterapkan di Rumah Sakit untuk mendeteksi
Perburukan kondisi pasien yang tidak diantisipasi dengan cermat dapat mengarah kepada
kondisi cardiac arrest (henti jantung) yang dapat menyebabkan kematian. Data menunjukkan
bahwa angka kejadian In-Hospital Cardiac Arrest (IHCA) di dunia masih tinggi. Angka
1
kejadian IHCA di Amerika Serikat setiap tahunnya mencapai 200.0200.000 kasus pada
pasien dewasa dan 6000 kasus pada pasien anak (Merchant et al., 2011). Hasil penelitian
yang lain juga menunjukkan rata-rata insiden cardiac arrest di ICU bervariasi antara 5.6 –
78.1 kasus per 1000 pasien yang dirawat di ICU (Efendijev et al., 2014).
Sementara itu angka keberhasilan hidup/survival dari kejadian IHCA masih relative
kecil walaupun pada beberapa dekade terakhir mengalami peningkatan. Data menunjukkan
sekitar setengah dari semua pasien dewasa dapat mencapai Return of Spontaneous
Circulation (ROSC) setelah mengalami IHCA dan hanya kurang dari seperempatnya yang
dapat bertahan hidup di rumah sakit (Chan, 2015; Girotra, 2012). Untuk menekan angka
mortalitas tersebut, maka diperlukan upaya komprehensif dan berkesinambungan mulai dari
upaya pengenalan dini (early warning system), pengaktifan code blue dan juga perawatan
pada pasien post cardiac arrest.
Dalam Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) tahun 2018, early warning
system masuk dalam Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP 3.1) yang menunjukkan bahwa
seluruh staf klinis dilatih untuk mendeteksi (mengenali) perubahan kondisi pasien memburuk
dan mampu melakukan tindakan. Dengan demikian, kriteria penilaian pada PAP 3.1 ini setiap
rumah sakit harus memiliki regulasi pelaksanaan EWS, bukti staf klinis dilatih menggunakan
EWS, bukti staf klinis mampu melaksanakan EWS, dan pencatatan hasil EWS. Ada kriteria
fisiologis yang dapat membantu tenaga kesehatan untuk mengenali sedini mungkin pasien
yang kondisinya mengalami perburukan.
Sebagian besar pasien yang mengalami cardiac arrest sebelumnya sudah
memperlihatkan tanda-tanda fisiologis di luar kisaran normal yang merupakan indikasi
keadaan pasien memburuk. Hal ini dapat diketahui dengan early warning system (EWS).
Penerapan early warning system (EWS) akan membuat tenaga kesehatan mampu
mengidentifikasi keadaan pasien memburuk sedini mungkin dan bila perlu mencari bantuan
pada sumber daya yang kompeten. Dengan demikian, hasil asuhan akan lebih baik Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS).
Staf klinis dilatih untuk mendeteksi (mengenali) perubahan kondisi pasien memburuk
dan mampu melakukan tindakan. Maksud dan Tujuan PAP 3.1 Staf yang tidak bekerja di
daerah pelayanan kritis/intensif mungkin tidak mempunyai pengetahuan dan pelatihan yang
cukup untuk melakukan asesmen serta mengetahui pasien yang akan masuk dalam kondisi
kritis. Padahal banyak pasien di luar daerah pelayanan kritis mengalami keadaan kritis selama
dirawat inap. Sering kali pasien memperlihatkan tanda bahaya dini (contoh, tanda-tanda vital

2
yang memburuk dan perubahan kecil status neurologisnya) sebelum mengalami penurunan
kondisi klinis yang meluas sehingga mengalami kejadian yang tidak diharapkan.
Ada kriteria fisiologis yang dapat membantu staf untuk mengenali sedini-dininya
pasien yang kondisinya memburuk. Sebagian besar pasien yang mengalami gagal jantung
atau gagal paru sebelumnya memperlihatkan tanda-tanda fisiologis di luar kisaran normal
yang merupakan indikasi keadaan pasien memburuk. Hal ini dapat diketahui dengan early
warning system (EWS).
Penerapan early warning system (EWS) membuat staf mampu mengidentifikasi
keadaan pasien memburuk sedini-dininya dan bila perlu mencari bantuan staf yang kompeten.
Dengan demikian, hasil asuhan akan lebih baik. Pelaksanaan early warning system (EWS)
dapat dilakukan menggunakan sistem skor. Semua staf dilatih untuk menggunakan early
warning system (EWS).

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti Inhouse Training Early Warning Scoring System (EWS) seluruh
staf Klinis memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam melakukan penilaian dengan
menggunakan lembar observasi EWS dan mampu melakukan skoring dengan
menggunakan EWS.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan Inhouse Training Early Warning Score, Tenaga Staf Klinis mampu:
a. Melakukan pengenalan awal kondisi patologi dari respiratory, cardiac dan
neurology pasien berdasarkan pendekatan ABCD serta perubahan status
hemodinamik atau vital sign pasien yang di definisikan oleh guidelines
international ( AHA ) untuk mengurangi angka dari cardiac arrest.

b. Untuk membentuk suatu tim yang terlatih lengkap dengan peralatan medis darurat
c. yang dapat digunakan dengan cepat.

d. Untuk memahami lembar penilaian/observasi EWS pada pasien dewasa,


Anak/Bayi dan Kebidanan.

e. Untuk merespon dengan cepat ketika nilai skoring EWS menununjukan suatu
kondisi kritis dari pasien sehingga bisa mengurangi/mencegah terjadinya cardiac
arrest.

3
C. MATERI PELATIHAN
1. Materi Inti
a. Early warning Score System (EWS)
a. Manajemen Airway and Breathing
b. Manajemen Circulation
c. Kewaspadaan Sepsis dan Anafilaktik
d. Komunikasi, Team Work dan Manajemen Perencanaan
e. Simulasi Kalkulasi EWS Pasien Dewasa, Anak dan Modifikasi Pada Pasien
Kebidanan
2. Materi Penunjang
a. BLC (Building learning Commitment)
b. Rencana tindak lanjut

D. STRUKTUR PROGRAM
Untuk mencapai tujuan pelatihan yang ditetapkan maka disusun materi sebagai berikut :
ALOKASI WAKTU
NO MATERI
T P PL JUMLAH
I MATERI INTI
1.Early warning Score System (EWS) 2 0 0 2
2.Manajemen Airway and Breathing 1 0 0 1
3.Manajemen Circulation 1 0 0 1
4.Kewaspadaan Sepsis dan Anafilaktik 1 0 0 1
5.Komunikasi, Team Work dan Manajemen 1 0 0 1
Perencanaan
6.Simulasi Kalkulasi EWS Pasien Dewasa, 2 0 0 2
Anak dan Modifikasi Pada Pasien
Kebidanan
Sub Total 8 0 0 8
MATERI PENUNJANG
II - Building Learning Commitment (BLC) 0 1 0 1
- Rencana Tindak Lanjut (RTL) 0 1 0 1
Sub Total 0 2 0 2
Jumlah total 8 2 0 10
Prosentase 80% 20% 0 100%

Keterangan : T = Teori; P = Penugasan; PL=Praktik Lab&Lapangan

4
E. PESERTA
1. Seluruh Kepala Ruangan , Ketua Tim dan perawat dan Bidan pelaksana di seluruh
Ruang perawatan RS Sumber Kasih
2. Peserta 50 orang, merupakan perwakilan dari setiap Ruang Perawatan
F. NARA SUMBER
1. Ns. Terry Melany., S.Kep.,Ners

G. BIAYA PELATIHAN
1. Biaya pelatihan Budget Diklat RS Sumber kasih 2019.

H. PELAKSANAAN
Pelatihan dilaksanakan jam 08.00-20.00 ( 10 jam) :
1. Metode Belajar
Metode belajar yang digunakan dalam pelatihan meliputi :
a. Ceramah dan tanya jawab sesuai materi yang sedang dipelajari
b. Diskusi
c. Simulasi/praktek keterampilan sesuai topik belajar.

3. Alat dan Bahan Belajar meliputi :


a. Laptop
b. Modul materi
c. LCD projector
d. Whiteboard
e. Spidol
f. File power point masing-masing Modul
g. Wireless Sound System
4. Aktivitas Belajar meliputi :
a. Ceramah materi oleh narasumber yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal
(30 % waktu yang disediakan )
b. Diskusi dan tanya jawab terkait materi (20 % waktu yang disediakan ) .
c. Simulasi latihan-latihan yang ada di setiap modul (50 % waktu yang
disediakan ).
5. Evaluasi Belajar meliputi :
5
a. Kemampuan kognitif dengan pre test dan post test
b. Kemampuan peragaan / simulasi dengan evaluasi kemampuan memperagakan
setiap latihan

I. Pelaporan
Pelaporan kegiatan pelatihan merupakan gambaran pelaksanaan seluruh proses pelatihan
sebagai pertanggung jawaban. Laporan disusun berdasarkan data-data dan informasi
seluruh proses pelatihan.

J. PENUTUP
Demikian proposal kami sampaikan untuk menjadi pertimbangan dan periksa adanya.

6
JADWAL
PELATIHAN EARLY WARNING SCORING SYSTEM (EWS)
DI RUMAH SAKIT SUMBER KASIH

Hari/tanggal Waktu Acara Pembicara


08.00 - 08.10 Pembukaan Panitia
Sambutan Direktur Panitia
Senin
08.10 - Pretest Panitia
28 Oktober 2019
08.20
08.20 - 10.20 Early warning Score System (EWS) Terry melany
10.20 - Rehat Kopi Panitia
10.35
10.35 -11.35 Manajemen Airway and Breathing Terry Melany
11.35 - 12.35 Manajemen Circulation Terry Melany
12.35 - 13.35 Ishoma Panitia
13.35 - 14.35 Kewaspadaan Sepsis dan Anafilaktik Terry Melany
14.35 – Komunikasi, Team Work dan Terry Melany
15.35 Manajemen Perencanaan
15.35 - 15.55 Rehat Kopi Panitia
15.55 -17.55 Simulasi Kalkulasi EWS Pasien Terry Melany
Dewasa, Anak dan Modifikasi Pada
Pasien Kebidanan
17.55 – Building Learning Commitment ( BLC) Terry Melany
18.55
18.55- 19.55 Rencana Tindak Lanjut (RTL) Terry Melany

19.55 – Post Test Panitia


20.05
20.05-20.15 Penutupan Panitia

Anda mungkin juga menyukai