Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

MAKALAH
DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
“Kepemimpinan dalam kelompok masyarakat”

Oleh kelompok II :

MELIYANTI.M 217 101 025


SUMARNI 217 101 031
SRI RAHAYU 217 101 001
SAPRIL ULLAH 217 101 002
EVIYANTI 217 101 039
RAHMAD 217 101 014
SUHARLAN 217 101 020

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS LAKIDENDE
UNAAHA
2020
DAFTAR ISI
i
SAMPUL..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan.............................................................................................2

B. Identifikasi Dan Definisi “Pemimpin”.........................................................4

C. Fungsi-Fungsi “Pemimpin”..........................................................................6

D. Karakteristik Kepribadian “Pemimpin”.......................................................7

E. Tipe-Tipe Kepemimpinan............................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................12
B. Saran................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

ii
Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

kami juga mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat
kesehatan darinya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata DESENTRALISASI DAN
OTONOMI DAERAH “Kepemimpinan dalam kelompok masyarakat ”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Unaaha, 19 Juni 2020

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

iii
A. Latar Belakang

Kajian tentang kepemimpinan ini tetap menarik untuk didiskusikan karena persoalan
ini tidak lepas dari perjalanan kehidupan manusia. Bagi kaum muda, persoalan kepemimpinan
juga patut menjadi perhatian serius karena pemuda merupakan generasi penerus bangsa, dan
dipundaknya harapan kemajuan bangsa in digantungkan. Ini merupakan posisi strategis
pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Adhyaksa Dault menyatakan bahwa ibarat
mata rantai yang tergerai panjang, posisi generasi muda dalam masyarakat menempati posisi
mata rantai yang paling sentral dalam artian bahwa pemuda berperan sebagai pelestari budaya,
perjuanngan, pelopor, perintis pembaharuan melalui karsa, karya, dan dedikasi.

Bagi manusia secara umum,persolalan kepemimpinan juga menjadi sangat penting


karena diharapkan mampu mengatur pola sosialisasi dan interaksi diantara mereka dan yang
lebih pentinng lagi, manusia dapat berharap dengan kepemimpina agar mampu mengatur
kehidupannya dengan lebih baik. Kita bisa melihat jangankan manusia, makhluk-makhluk
lainpun memiliki kepemimpinan seperti binatang dan lain sebagainya. Pendek kata, ketika ada
suatu komunitas, maka diperlukan kepemimpinan bahkan dalam posisi dua orangpun tetap
dibutuhkan seorang pemimpin diantara mereka.

Dalam berbagai literature ditemukan berbagai definisi tentang kepemimpinan yang


dikemukakan oleh beberapa tokoh dan ahli. Setiap definisi tentu tidak lepas dari berbagai
kelemahan dan kebaikan masing-masing, akan tetapi yang perlu diketehui bahwa masing-
masing definisi tersebut memiliki latar belakang dana argumentasi serta berbijak pada latar
belakang dan bidang ilmu yang digeluti.

B. Rumusan Maasalah

1. Apa pengertian dari Kepemimpinan?

2. Bagaiaman Identifikasi Dan Definisi “Pemimpin”.?


3. Apa Fungsi-Fungsi “Pemimpin”.?

4. Bagaiaman Karakteristik Kepribadian “Pemimpin”.?

5. Apa-apa saja Tipe-Tipe Kepemimpinan?

BAB II

PEMBAHASAN

iv
A. Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan suatu konsep abstrak, akan tetapi hasilnya nyata,


kadangkala kepemimpinan mengarah kepada seni, akan tetapi sering pula berkaitan dengan
ilmu. Pada kenyataannya kepemimpinan merupak seni dan sekaligus ilmu. Pada kejian tentang
kepemimpinan ini, paling tidak ada tiga definisi, yaitu pemimpin, kepemimpinan, dan
memimpin. Pada dasarnya tiga istilah tersebut berasal dari kata dasar yang sama yaitu pimpin.
Akan tetapi ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda. Pemimpin adalah suatu peran
dalam system tertentu. Oleh karena itu, seseorang dalam peran normal belum tentu memiliki
keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Pemimpin juga pada
hakekatnya seoarang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain didalam
kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan itu tersendiri berarti kemampuan untuk
mengarahkan dan mepengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus
dilaksanakannya.

Istilah kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan keterampilan, kecakapan,


dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang. Oleh sebaba itu, kepemimpinan bisa dmiliki
oleh orang yang bukan pemimpin. Sementara itu, istilah pemimpin digunakan dalam konteks
hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya untuk memengaruhi
orang lain dengan berbagai cara.

Ordway Tead mengatakan bahwa “Leadership is the activity influencing people to


cooperate towards some goal which they come to find desirable”. Kepemimpinan adalah suatu
kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertenttu ynag
diinginkan. Singkatnya, dalam pengertian yang sederhana bahwa kepemimpinan adalah
mempengaruhi orang lain atau seni mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan.
Sejalan dengan definisi diatas, Sofyan bahri harahap mengatakan bahwa kepemimpinan
mempengaruhi orang lain yang dimaksudkan membentuk prilaku sesuai dengan kehendak
kita. Oleh karena itu, sebagai seorang leader biasanya mempengaruhi orang lain dengan gaya
dan keahliannya memimpin tanpa mengandalkan kekuasaan.

Dari definisi-definisi diatas maka dapat dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan


proses mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan hal-hal yang kita inginkan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini seorang pemimpin beruaha
semaksimal mungkin dengan berbagai upaya agar orang lain mengikuti apa yang
diinginkannya. Oleh karena itu, kemampuan mempengaruhi ini merupakan kemampuan
tersendiri bagi seorang pemimpin yang tidak dimiliki oleh orang lain. Bahkan kemampuan ini
harus dimiliki oleh seseorang jika mau menjadi seorang pemimpin.

Secara lebih rinci, Ralph m. stogdill seperti yang dikutip oleh anasom mengungkapkan
bahwa dalam member arti kepemimpinan ini, dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu :
v
 Kepemimpinan sebagai titik pusat proses kelompok

 Kepemimpinan adalah sebagai suatu bentuk kepribadian yang mepunyai pengaruh

 Kepemimpinan adalah seni untuk menciptakan kesesuaian paham atau kesepakatan

 Kepemimpinan adalah suatu pelaksanaan pengaruh

 Kepemimpinan dalam tindakan atau perilaku

 Kepemimpinan adalah suatu bentuk persuasi

 Kepemimpinan adalah suatu suatu hubungan kekuatan atau kekuasaan

 Kepemimpinan adalah sarana pencapaian tujuan

 Kepemimpinan adalah suatu hasil dari interaksi

 Kepemimpinan sebagai inisiasi (permulaan) dan struktur

Sedangkan Fillmore H.Sanford mengungkapkan bahwa suatu kepemimpinan yang


komprehensif harus meliputi tiga fakta, yaitu :

 Pemimpin dengan karakter psikologisnya

 Para pengikut dengan masalah, sikap, dan kebutuhannya

 Situasi kelompok yang mana pemimpin dan pengikut saling berinteraksi. Jelasnya,
bahwa kepemimpinan itu tidak selalu diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi

Sesuai dengan formasi kumpulan manusia tersebut, beberapa anggotanya terlihat


berperanan lebih aktif apabila dibandingkan dengan anggota lainnya, lebih disukai, lebih
didengar dengan rasa hormat, lebih berpengaruh terhadap yang lainnya. Hal ini merupakan
permulaan anggota-anggota kelompok ke dalam penggolongan para “pemimpin” dan para
pengikut. Jika kelompok tersebut berkembang dan makin stabil, akan makin terlihat batasan
hirarki “pemimpin”-pengikut.

B. Identifikasi Dan Definisi “Pemimpin”.

Dalam melakukan identifikasi “pemimpin” suatu kelompok, dapat menggunakan cara


sebagai berikut:

vi
 Bertanya kepada anggota-anggota kelompok, siapakah menurut mereka yang paling
berpengaruh di dalam mengarahkan kelompok.

 Bertanya kepada pengamat kelompok untuk menyebutkan anggota-anggota kelompok


yang terlihat berpengaruh terhadap anggota-anggota lainnya. Atau mencatat banyaknya
perbuatan-perbuatan yang mempunyai konotasi mempengaruhi anggota-anggota
kelompok.

Dari cara-cara di atas dapat diakui bahwa kriteria identifikasi “pemimpin” adalah
pengaruh individu terhadap individu lain. Jadi secara sederhana dapat didefinisikan bahwa
“pemimpin” adalah anggota kelompok yang dapat mempengaruhi aktivitas-aktivitas
kelompok.

Berdasarkan pada definisi tadi dapat diambil kesimpulan, bahwa:

 Setiap anggota kelompok, pada tingkatan tertentu adalah “pemimpin”. Hal ini dengan
mudah dapat dimengerti karena setiap anggota kelompok pada saat tertentu dituntut
untuk mempengaruhi aktivitas anggota-anggota lain di dalam kelompok.

 Perbuatan-perbuatan yang mencerminkan “kepemimpinan” merupakan kejadian yang


dapat digolongkan ke dalam ‘interpersonal-behaviour’, misalnya interaksi. Semua
interaksi bersifat dua arah dalam hal ini “pemimpin” mempengaruhi pengikut dan
sebaliknya pengikut mempengaruhi “pemimpin”. Menurut Haythorn, bahwa tingkah
laku “pemimpin” pada tingkatan tertentu merupakan fungsi sikap anggota-anggota
kelompok.

Perlu dibedakan antara “pemimpin” sebagai individu yang mempunyai sejumlah


pengaruh yang berarti dengan “pemimpin” formal dari suatu kelompok yang mungkin
mempunyai pengaruh yang sangat kecil. Disini dapat dikatakan bahwa tidak semua
“pemimpin” formal adalah “pemimpin” yang benar-benar “pemimpin”.

Struktur, situasi dan tugas-tugas kelompok, akan menentukan “kepemimpinan” yang


tumbuh dan berfungsi di dalam suatu kelompok. “Pemimpin” yang merupakan pusat posisi di
dalam kelompok memainkan peranan penting di dalam pencapaian tujuan kelompok, ideologi
kelompok, struktur kelompok dan di dalam pencapaian aktivitas-aktivitas yang disetujui oleh
anggota-anggota kelompok. Disini nampak adanya hubungan timbal-balik antara munculnya
“kepemimpinan” dan fungsi-fungsi yang terbentuk dengan struktur, situasi dan tugas-tugas
kelompok.

Pada umumnya pengaruh di dalam kelompok lebih diarahkan pada satu atau beberapa orang
saja, jarang yang diarahkan pada semua anggota kelompok. Secara alamiah perubahan

vii
konsentrasi “kepemimpinan” dapat beraneka ragam sesuai dengan pertumbuhan dan
berfungsinya kelompok.

Hierarkhi “kepemimpinan” berkembang di dalam kelompok yang tumbuh menjadi


besar dan kompleks karena tuntutan dan fungsi “pemimpin” kelompok serta pelengkap tujuan
kelompok meningkat. Pada tingkat tertinggi dari hierarkhi “kepemimpinan” dipegang oleh
“pemimpin” utama, satu tingkat lebih rendah dipegang oleh “pemimpin” kedua, satu tingkat
lebih rendah dipegang oleh “pemimpin” ketiga, dan seterusnya. Pada tingkat yang paling
rendah terdapat pengikut.

Di dalam hierarkhi “kepemimpinan” yang membentuk struktur kelompok ada


pendelegasian atau penyebaran “kepemimpinan”. Sering diduga bahwa “kepemimpinan” yang
hierarkhis adalah “kepemimpinan” yang mempunyai konsentrasi “kepemimpinan” di satu
tangan manusia. Dugaan seperti ini tidak benar ! Mengapa? —- Karena makin besar dan
makin kompleks suatu kelompok atau organisasi, makin dibutuhkan banyak “pemimpin”,
karena makin banyak memberikan kondisi untuk munculnya “pemimpin-pemimpin”.

“Kepemimpinan” akan muncul pula pada situasi dimana usaha-usaha pencapaian


tujuan kelompok mengalami hambatan atau pada saat kelompok menderita tekanan-tekanan
dari luar yang mengancam keselamatan kelompok. Situasi kelompok yang demikian menuntut
adanya pengertian yang dapat melangkahkan kelompok mencapai tujuannya atau mengatasi
bahaya yang dihadapinya. Pengertian tersebut dapat muncul pada individu di dalam kelompok
yang diterima oleh kelompok karena karakteristik pribadinya yang berani, terampil,
berpengetahuan, percaya diri sendiri dan karakteristik lainnya, sehingga diakui kelompok
sebagai seorang “pemimpin”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa situasi kelompok yang
mengalami krisis dapat mengarahkan munculnya “kepemimpinan”. Analisa historis terhadap
munculnya kediktatoran terbukti karena adanya situasi krisis yang menuntut perubahan-
perubahan segera di dalam pencapaian tujuan kelompok.

Apabila masalah dalam kelompok tersebut sangat rumit, fungsi “kepemimpinan”


didistribusikan diantara sejumlah anggota sehingga muncul “pemimpin-pemimpin” baru.
Dengan berkurangnya tugas yang dilakukan karena sebagian tugas didelegasikan kepada
anggota lain, maka “kepemimpinan” dapat dilaksanakan dengan lebih berkonsentrasi lagi.
Pembagian tugas yang mewujudkan tugas-tugas semudah mungkin sehingga setiap orang
dapat melaksanakan pekerjaannya merupakan kunci kesuksesan di dalam pencapaian tujuan
kelompok.

“Pemimpin-pemimpin” baru juga dapat muncul seandainya “pemimpin” formal


kelompok tersebut tidak menjalankan fungsinya sebagai seorang “pemimpin”. Namun
viii
Walaupun situasi dan kondisi kelompok memungkinkan munculnya “kepemimpinan”, tetapi
tidak ada anggota kelompok yang mempunyai potensi “pemimpin”, maka tidak akan muncul
seorang pemimpin pun di dalam kelompok tersebut. Jadi ….. Selain kesempatan, potensi
psikologis “pemimpin” dibutuhkan untuk muncul “kepemimpinan”. “Pemimpin” yang muncul
adalah “pemimpin-pemimpin” yang mempunyai keinginan-keinginan terutama keinginan
untuk meningkatkan kekuasaan, prestasi dan materi.

C. Fungsi-Fungsi “Pemimpin”.

Bagaimanapun alam dan situasi kelompok. semua “pemimpin” harus dapat


menjalankan fungsi-fungsi “pemimpin” sesuai dengan tujuan kelompok. Fungsi-fungsi
tersebut adalah:

1. “Pemimpin” sebagai orang yang menjalankan “kepemimpinan”nya.

Peranan “pemimpin” yang paling jelas di dalam setiap kelompok adalah sebagai
koordinator tertinggi di dalam mengelola aktivitas-aktivitas kelompok. “Pemimpin” dituntut
berperan langsung di dalam pemutusan kebijaksanaan atau penentuan tujuan-tujuan kelompok.
Namun…. “pemimpin” tidak diharuskan untuk melakukan sendiri semua aktivitas kelompok.

2. “Pemimpin” sebagai perencana.

3. “Pemimpin” sebagai pembuat kebijaksanaan.

4. “Pemimpin” sebagai seorang ahli.

5. “Pemimpin” sebagai wakil kelompok.

6. “Pemimpin” sebagai pengawas hubungan di dalam kelompok.

7. “Pemimpin” sebagai orang yang mampu memberikan hadiah dan hukuman (reward
and punishmant).

8. “Pemimpin” sebagai pelerai dan penengah.

9. “Pemimpin” sebagai contoh.

10. “Pemimpin” sebagai simbol kelompok.

11. “Pemimpin” sebagai pengganti tanggung jawab individu.

12. “Pemimpin” sebagai orang yang mempunyai ideologi.

13. “Pemimpin” sebagai tokoh ayah.

ix
14. “Pemimpin” sebagai orang yang selalu dipersalahkan.

Dari semua fungsi yang disebutkan tadi dapat dibagi menjadi dua golongan besar,
yaitu:

 Fungsi utama.

 Fungsi pelengkap.

Yang termasuk dalam fungsi utama adalah: fungsi sebagai orang yang menjalankan
“kepemimpinan”, sebagai perencana, sebagai pembuat keputusan, sebagai ahli, sebagai wakil
kelompok, sebagai pengawas hubungan dalam kelompok, sebagai orang yang mampu
memberikan hadiah dan hukuman, sebagai penengah dan pendamai.

Sedangkan fungsi pelengkap adalah: Fungsi sebagai model atau contoh, sebagai simbol
kelompok, sebagai pengganti tanggung jawab individu, sebagai orang yang mempunyai
ideologi, sebagai tokoh ayah, sebagai orang yang selalu dipersalahkan.

D. Karakteristik Kepribadian “Pemimpin”.

Pada umumnya seorang “pemimpin” memiliki intelegensi yang lebih tinggi


dibandingkan dengan intelegensi para pengikutnya. Disamping itu seorang “pemimpin” juga
memperlihatkan karakteristik penyesuaian diri yang lebih baik, lebih dominan, lebih
ekstrovert, lebih jantan, tidak konservatif dan lebih sensitif di dalam hubungan antar manusia
bila dibandingkan dengan anggota kelompok lainnya.

Karakteristik “pemimpin” akan berkembang apabila berperanan sebagai “pemimpin”,


artinya apabila bergumul dengan masalah-masalah yang menuntut usaha mengarahkan
kelompok. Dengan demikian pola “pemimpin” pada seseorang adalah hasil dari proses belajar.

Penampilan yang terus menerus dalam waktu yang cukup lama di dalam melakukan
suatu pekerjaan akan membentuk kepribadian tertentu. Misalnya seseorang yang bekerja
sebagai pedagang akan memperlihatkan kepribadian yang berbeda dengan kepribadian
seorang yang mempunyai pekerjaan sebagai guru atau pegawai negeri, dan seterusnya. Jadi
dapat dikatakan bahwa kantor atau pekerjaan dapat membentuk pribadi manusia. Demikian
pula dengan kedudukan “pemimpin” dengan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakannya
dapat mempengaruhi dan membentuk pribadi tertentu pada seorang “pemimpin”.

Mengenai sifat “kepemimpinan” ada dua pendapat. Pendapat pertama menyatakan


bahwa “kepemimpinan” itu bersifat umum, artinya seseorang yang menjadi “pemimpin” di
dalam suatu situasi akan menjadi “pemimpin” di dalam situasi-situasi lainnya. Pendapat
x
kedua, menyatakan bahwa “kepemimpinan” itu bersifat khusus, artinya seorang “pemimpin”
dari suatu kelompok dengan tugas dan karakteristik tertentu belum tentu dapat menjadi
“pemimpin” dari kelompok dengan tugas dan karakteristik yang lain. Perubahan tugas dan
karakteristik kelompok dapat menyebabkan timbulnya perubahan di dalam cara
memimpinnya.

Menurut Carter dan Nixon, ada tiga macam tugas dalam kelompok, yaitu:

 Tugas yang menuntut pemikiran.

 Tugas yang menuntut keahlian mekanis.

 Tugas yang ada kaitannya dengan keagamaan.

Dari ketiga macam tugas tadi dihitung korelasinya sehingga dihasilkan adanya dua
macam “kepemimpinan”, yaitu:

 “Kepemimpinan” Intelektual.

 “Kepemimpinan” mekanik (tehnik).

Di dalam studi lebih lanjut lagi, Carter menyimpulkan hanya ada dua macam tugas
yaitu tugas yang menuntut pemikiran dan tugas yang menuntut penggunaan obyek.

E. Tipe-Tipe Kepemimpinan

Tipe kepemimpinan dalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat dapat


digolongkan dalam lima tipe sebagai berikut :

1) Tipe otokratis.

Seorang pemimpin yang otokratis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai


berikut :

 Menganggap organisasi sebagai milik pribadi;

 Mengindentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;

 Mengangap bawahan sebagai alat semata-mata;

 Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat;

 Terlalu tergantung kepada kekuasaan formilnya;

xi
Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang
mengandung unsur pemaksaan dan punitif (bersifat menghukum).

2) Tipe militeristis.

Seorang pemimpin dengan tipe militeristis tidak berarti selalu seorang pemimpin dari
organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang
memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai berikut :

 Dalam menggerakan bawahannya lebih sering mepergunakan sistem perintah;

 Dalam menggerakan bawahan senang bergantung pada pangkat dan jabatannya;

 Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan;

 Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;

 Sukar menerima kritik dari bawahannya;

 Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

3) Tipe paternalistis.

Seorang pemimpin bertipe paternalistis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya


sebagai berikut :

 Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa;

 Bersikap terlalu melindungi (over protective);

 Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk ikut mengambil keputusan;

 Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif;

 Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya


kreasi dan fantasinya;

a. Sering bersikap maha tahu.

Seorang pemimpin yang kharismatis mempunyai daya penarik yang amat besar dan
oleh karena itu pada umumnya memiliki pengikut dalam jumlah besar, meskipun para
pengikut tersebut sering tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut
pemimpin tersebut.

xii
Sulit untuk mengetahui mengapa seseorang menjadi pemimpin yang kharismatis, karena dari
mana asalnya kharismanya memang sulit untuk ditelusuri. Sering disebutkan bahwa pemimpin
yang kharismatis diberkahi kekuatan gaib. Kekayaan, profil, kesehatan tidak dapat
dipergunakan sebagai kriteria untuk kharisma. Sebagai contoh : Gandhi bukanlah orang kaya
yang ataupun mememiliki wajah yang tampan.

5) Tipe demokratis.

Seorang pemimpin yang demokratis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya


sebagai berikut :

 Dalam proses penggerakan bawahan melalui kritik tolak dari pendapat bahwa manusia
adlah makhluk yang termulia;

 Selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan


dan tujuan pribadi dari para bawahannya;

 Senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya;

 Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan;

 Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk


berbuat kesalahan yang kemudian dibandingkan dan diperbaiki agar bawahan itu tidak
lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi tetap berani untuk berbuat kesalahan yang
lain;

 elalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari pada dia sendiri;

 Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai seorang pemimpin.

Variasi yang baik dari tipe-tipe kepemimpin ini adalah tipe kepemimpinan yang
demokratis sekaligus kharismatis.. Dengan demikian keberadaan pemimpin memiliki
legitimasi ganda karena dipilih dan menerpakan pola kepemimpinan yang demokratis
sekaligus memiliki kharisma di hadapan masyarakatnya.

Tetapi, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang dapat menerapkan berbagai macam tipe memimpin di atas sesuai dengan
kondisi dan situasi. Ada kalanya dia bertipe demokratis, tapi dalam kondisi dan situasi yang
menuntut dia harus tegas maka sah-sah saja apabila dia bertipe militeristis.

xiii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kajian tentang kepemimpinan ini tetap menarik untuk didiskusikan karena persoalan
ini tidak lepas dari perjalanan kehidupan manusia. Bagi kaum muda, persoalan kepemimpinan
xiv
juga patut menjadi perhatian serius karena pemuda merupakan generasi penerus bangsa, dan
dipundaknya harapan kemajuan bangsa in digantungkan. Ini merupakan posisi strategis
pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pembahasan ini menyatakan bahwa ibarat mata rantai yang tergerai panjang, posisi
generasi muda dalam masyarakat menempati posisi mata rantai yang paling sentral dalam
artian bahwa pemuda berperan sebagai pelestari budaya, perjuanngan, pelopor, perintis
pembaharuan melalui karsa, karya, dan dedikasi.

B. Saran

Demikianlah penulisan makalah ini, apabila masih terdapat kesalahan atau kekurangan
dalam pembahasan makalah ini, terutamanya penulis ucapkan mohon maaf yang sebesar-
besarnya dan juga penulis harapkan teguran yang sehat sekiranya dapat membangun dalam
perbaikan pembuatan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Burns, j. M. (1987). Leadership. Usa: harper colophon.

Gordon, t. Kepemimpinan yang efektif. Jakarta: rajawali.

xv
Kellerman, b. (1986). Political leadership ; a source book. Usa: university of pittsburg.

Mar’at. (1983). Pemimpin dan kepemimpinan. Jakarta: ghalia indonesia.

Millet, j. D. (1954). Management in the public service. New york – usa: hill book company.

xvi

Anda mungkin juga menyukai