MAKALAH
DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
“Kepemimpinan dalam kelompok masyarakat”
Oleh kelompok II :
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kepemimpinan.............................................................................................2
C. Fungsi-Fungsi “Pemimpin”..........................................................................6
E. Tipe-Tipe Kepemimpinan............................................................................8
A. Kesimpulan.......................................................................................12
B. Saran................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
ii
Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
kami juga mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat
kesehatan darinya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata DESENTRALISASI DAN
OTONOMI DAERAH “Kepemimpinan dalam kelompok masyarakat ”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
iii
A. Latar Belakang
Kajian tentang kepemimpinan ini tetap menarik untuk didiskusikan karena persoalan
ini tidak lepas dari perjalanan kehidupan manusia. Bagi kaum muda, persoalan kepemimpinan
juga patut menjadi perhatian serius karena pemuda merupakan generasi penerus bangsa, dan
dipundaknya harapan kemajuan bangsa in digantungkan. Ini merupakan posisi strategis
pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Adhyaksa Dault menyatakan bahwa ibarat
mata rantai yang tergerai panjang, posisi generasi muda dalam masyarakat menempati posisi
mata rantai yang paling sentral dalam artian bahwa pemuda berperan sebagai pelestari budaya,
perjuanngan, pelopor, perintis pembaharuan melalui karsa, karya, dan dedikasi.
B. Rumusan Maasalah
BAB II
PEMBAHASAN
iv
A. Kepemimpinan
Secara lebih rinci, Ralph m. stogdill seperti yang dikutip oleh anasom mengungkapkan
bahwa dalam member arti kepemimpinan ini, dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu :
v
Kepemimpinan sebagai titik pusat proses kelompok
Situasi kelompok yang mana pemimpin dan pengikut saling berinteraksi. Jelasnya,
bahwa kepemimpinan itu tidak selalu diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi
vi
Bertanya kepada anggota-anggota kelompok, siapakah menurut mereka yang paling
berpengaruh di dalam mengarahkan kelompok.
Dari cara-cara di atas dapat diakui bahwa kriteria identifikasi “pemimpin” adalah
pengaruh individu terhadap individu lain. Jadi secara sederhana dapat didefinisikan bahwa
“pemimpin” adalah anggota kelompok yang dapat mempengaruhi aktivitas-aktivitas
kelompok.
Setiap anggota kelompok, pada tingkatan tertentu adalah “pemimpin”. Hal ini dengan
mudah dapat dimengerti karena setiap anggota kelompok pada saat tertentu dituntut
untuk mempengaruhi aktivitas anggota-anggota lain di dalam kelompok.
Pada umumnya pengaruh di dalam kelompok lebih diarahkan pada satu atau beberapa orang
saja, jarang yang diarahkan pada semua anggota kelompok. Secara alamiah perubahan
vii
konsentrasi “kepemimpinan” dapat beraneka ragam sesuai dengan pertumbuhan dan
berfungsinya kelompok.
C. Fungsi-Fungsi “Pemimpin”.
Peranan “pemimpin” yang paling jelas di dalam setiap kelompok adalah sebagai
koordinator tertinggi di dalam mengelola aktivitas-aktivitas kelompok. “Pemimpin” dituntut
berperan langsung di dalam pemutusan kebijaksanaan atau penentuan tujuan-tujuan kelompok.
Namun…. “pemimpin” tidak diharuskan untuk melakukan sendiri semua aktivitas kelompok.
7. “Pemimpin” sebagai orang yang mampu memberikan hadiah dan hukuman (reward
and punishmant).
ix
14. “Pemimpin” sebagai orang yang selalu dipersalahkan.
Dari semua fungsi yang disebutkan tadi dapat dibagi menjadi dua golongan besar,
yaitu:
Fungsi utama.
Fungsi pelengkap.
Yang termasuk dalam fungsi utama adalah: fungsi sebagai orang yang menjalankan
“kepemimpinan”, sebagai perencana, sebagai pembuat keputusan, sebagai ahli, sebagai wakil
kelompok, sebagai pengawas hubungan dalam kelompok, sebagai orang yang mampu
memberikan hadiah dan hukuman, sebagai penengah dan pendamai.
Sedangkan fungsi pelengkap adalah: Fungsi sebagai model atau contoh, sebagai simbol
kelompok, sebagai pengganti tanggung jawab individu, sebagai orang yang mempunyai
ideologi, sebagai tokoh ayah, sebagai orang yang selalu dipersalahkan.
Penampilan yang terus menerus dalam waktu yang cukup lama di dalam melakukan
suatu pekerjaan akan membentuk kepribadian tertentu. Misalnya seseorang yang bekerja
sebagai pedagang akan memperlihatkan kepribadian yang berbeda dengan kepribadian
seorang yang mempunyai pekerjaan sebagai guru atau pegawai negeri, dan seterusnya. Jadi
dapat dikatakan bahwa kantor atau pekerjaan dapat membentuk pribadi manusia. Demikian
pula dengan kedudukan “pemimpin” dengan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakannya
dapat mempengaruhi dan membentuk pribadi tertentu pada seorang “pemimpin”.
Menurut Carter dan Nixon, ada tiga macam tugas dalam kelompok, yaitu:
Dari ketiga macam tugas tadi dihitung korelasinya sehingga dihasilkan adanya dua
macam “kepemimpinan”, yaitu:
“Kepemimpinan” Intelektual.
Di dalam studi lebih lanjut lagi, Carter menyimpulkan hanya ada dua macam tugas
yaitu tugas yang menuntut pemikiran dan tugas yang menuntut penggunaan obyek.
E. Tipe-Tipe Kepemimpinan
1) Tipe otokratis.
xi
Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang
mengandung unsur pemaksaan dan punitif (bersifat menghukum).
2) Tipe militeristis.
Seorang pemimpin dengan tipe militeristis tidak berarti selalu seorang pemimpin dari
organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang
memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai berikut :
3) Tipe paternalistis.
Seorang pemimpin yang kharismatis mempunyai daya penarik yang amat besar dan
oleh karena itu pada umumnya memiliki pengikut dalam jumlah besar, meskipun para
pengikut tersebut sering tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut
pemimpin tersebut.
xii
Sulit untuk mengetahui mengapa seseorang menjadi pemimpin yang kharismatis, karena dari
mana asalnya kharismanya memang sulit untuk ditelusuri. Sering disebutkan bahwa pemimpin
yang kharismatis diberkahi kekuatan gaib. Kekayaan, profil, kesehatan tidak dapat
dipergunakan sebagai kriteria untuk kharisma. Sebagai contoh : Gandhi bukanlah orang kaya
yang ataupun mememiliki wajah yang tampan.
5) Tipe demokratis.
Dalam proses penggerakan bawahan melalui kritik tolak dari pendapat bahwa manusia
adlah makhluk yang termulia;
Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan;
elalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari pada dia sendiri;
Variasi yang baik dari tipe-tipe kepemimpin ini adalah tipe kepemimpinan yang
demokratis sekaligus kharismatis.. Dengan demikian keberadaan pemimpin memiliki
legitimasi ganda karena dipilih dan menerpakan pola kepemimpinan yang demokratis
sekaligus memiliki kharisma di hadapan masyarakatnya.
Tetapi, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang dapat menerapkan berbagai macam tipe memimpin di atas sesuai dengan
kondisi dan situasi. Ada kalanya dia bertipe demokratis, tapi dalam kondisi dan situasi yang
menuntut dia harus tegas maka sah-sah saja apabila dia bertipe militeristis.
xiii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kajian tentang kepemimpinan ini tetap menarik untuk didiskusikan karena persoalan
ini tidak lepas dari perjalanan kehidupan manusia. Bagi kaum muda, persoalan kepemimpinan
xiv
juga patut menjadi perhatian serius karena pemuda merupakan generasi penerus bangsa, dan
dipundaknya harapan kemajuan bangsa in digantungkan. Ini merupakan posisi strategis
pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pembahasan ini menyatakan bahwa ibarat mata rantai yang tergerai panjang, posisi
generasi muda dalam masyarakat menempati posisi mata rantai yang paling sentral dalam
artian bahwa pemuda berperan sebagai pelestari budaya, perjuanngan, pelopor, perintis
pembaharuan melalui karsa, karya, dan dedikasi.
B. Saran
Demikianlah penulisan makalah ini, apabila masih terdapat kesalahan atau kekurangan
dalam pembahasan makalah ini, terutamanya penulis ucapkan mohon maaf yang sebesar-
besarnya dan juga penulis harapkan teguran yang sehat sekiranya dapat membangun dalam
perbaikan pembuatan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
xv
Kellerman, b. (1986). Political leadership ; a source book. Usa: university of pittsburg.
Millet, j. D. (1954). Management in the public service. New york – usa: hill book company.
xvi