Anda di halaman 1dari 26

A.

MASALAH UTAMA
Waham
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian

Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien


yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat
diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran
klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).

Waham curiga adalah keyakinan seseorang atau sekelompok orang


berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Kelliat, 2009).

Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses


stimulus internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa
waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau
dibuktikandengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai
dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat
diubah dengan alasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan
berulang kali (Kusumawati, 2010).

Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan


berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan
menakutkan. Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia
dan psikotik lain. Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi
realita pada isi pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk
memenuhi kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan
dalam hidupnya. Misalnya : harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait
dengan perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat
mengoreksi dengan alasan atau logika (Kusumawati, 2010).

2. Klasifikasi Waham

Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut


Direja (2011) yaitu :

Jenis Waham Pengertian Perilaku klien


Waham kebesaran Keyakinan secara “Saya ini pejabat di
berlebihan bahawa kementrian semarang!”
dirinya memiliki “Saya punya perusahaan
kekuatan khusus atau paling besar lho “.
kelebihan yang berbeda
dengan orang lain,
diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
Waham agama Keyakinan terhadap suatu “ Saya adalah tuhan yang
agama secara berlebihan, bisa menguasai dan
diucapkan berulang-ulang mengendalikan semua
tetapi tidak sesuai dengan makhluk”.
kenyataan
Waham curiga Keyakinan seseorang “ Saya tahu mereka mau
atau sekelompok orang menghancurkan saya,
yang mau merugikan atau karena iri dengan
mencederai dirinya, kesuksesan saya”.
diucapkan berulang-ulang
tetapai tidak sesuai
dengan kenyataan.
Waham somatik. Keyakinan seseorang “ Saya menderita
bahwa tubuh atau kanker”. Padahal hasil
sebagian tubuhnya pemeriksaan lab tidak ada
terserang penyakit, sel kanker pada tubuhnya.
diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
Waham nihlistik. Keyakinan seseorang “ ini saya berada di alam
bahwa dirinya sudah kubur ya, semua yang ada
meninggal dunia, disini adalah roh-roh nya
diucapkan berulangulang
tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan

3. Faktor predisposisi
a. Aspek Biologi

Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana


abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurologis yang
maladaptif yang barumulai dipahami, ini termasuk hal-hal berikut :

1) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan


otak yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada
area frontal, temporal dan limbik paling berhubungan dengan
perilaku psikotik.
2) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil
penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini :
a) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan
b) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain.
c) Masalah-masalah pada sistem respon dopamin
Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan
anak yang diadopsi telah diupayakan untuk mengidentifikasikan
penyebab genetik pada skizofrenia.

Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan


secara terpisah mempunyai angka kejadian yang tinggi pada
skizofrenia dari pada pasangan saudara kandung yang tidak
identik penelitian genetik terakhir memfokuskan pada pemotongan
gen dalam keluarga dimana terdapat angka kejadian skizofrenia
yang tinggi.

b. Aspek Psikologi

Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik


yang maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori
psikologik terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab
gangguan ini sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya
(keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional).

c. Aspek Sosial budaya

Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan


skizofrenia dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai
penyebab utama gangguan.Seseorang yang merasa diasingkan dan
kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham (Direja, 2011).

4. Faktor Presipitasi
a. Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik
yang maladaptif termasuk:

1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur


proses informasi
2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.
b. Stres lingkungan

Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress


yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.

c. Pemicu gejala

Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering


menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa
terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan
dengan kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu (Direja,
2011).

d. Status Emosional

Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan


klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut,
khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi
dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
5. Tanda dan Gejala
a. Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
1) Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk,
dan pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme,
sirkumtansial).
2) Fungsi persepsi Depersonalisasi dan halusinasi.
3) Fungsi emosi

Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar,


afek tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen.

4) Fungsi motorik.

Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme,


stereotipik gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak
dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.

5) Fungsi sosial kesepian.


Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.
6) Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang
sering muncul adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP:
halusinasi.
b. Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu :

Tanda dan gejala pada klien dengan Waham Adalah :


Terbiasa menolak makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri,
Ekspresi wajah sedih dan ketakutan, gerakan tidak terkontrol,
mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai dengan
kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain,
mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiatan
keagamaan secara berlebihan.
C. POHON MASALAH

Resiko perilaku Kekerasan

Gangguan Presepsi sensori (Waham )

Harga diri rendah

Skema. 2 pohon masalah, (Fitria, 2009, dikutip Direja, 2011).

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Persepsi Sensori (Waham)
3. Harga Diri Rendah

E. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan Proses Pikir : Waham
2. Harga Diri Rendah
3. Resiko Perilaku Kekerasaan

F. Intervensi keperawatan
1. Perubahan proses pikir: waham
Tujuan umum :
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan
meningkat harga dirinya.
Tujuan khusus :
Klien dapat membina hubungan saling percaya 
Tindakan Keperawatan :

a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,


jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
1) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan :
a) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang realistis
2) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah
4) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
Tindakan :
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan 
Tindakan :
a) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien.
b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
2. Diagnosa : Resiko perilaku kekerasan
Tindakan Keperawatan pada pasien :
1) Tujuan keperawatan :
a) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
c) Pasien dapat menyebutkan akibat dariperilaku kekerasan yang
dilakukan
d) Pasien dapat mencegah/mengendalikan perilaku kekerasannya
2) Tindakan keperawatan :
a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan teknik
komunikasi terapeutik
b) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan sekarang
dan yang lalu
c) Diskusikan perasaan, tanda dan gejala yang dirasakan pasien jika
terjadi penyebab perilaku kekerasan
d) Diskusikan bersama pasien tentang perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat marah
e) Diskusikan bersama pasien akibat perilaku kekerasan yang
dilakukan
f) Diskusikan dengan pasien cara mengendalikan perilaku kekerasan
Tindakan Keperawatan pada keluarga :
1) Tujuan keperawatan :
Keluarga dapat merawat pasien dirumah
2) Tindakan keperawatan :
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan
(penyebab, tanda dan gejala, akibat dari perilaku tersebut)
c) Diskusikan bersama keluarga tentang kondisi pasien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat
d) Bantu latihan keluarga dalam merawat pasien perilaku kekerasan
3. Diagnosa : Harga diri rendah
Tindakan keperawatan pada pasien :
1) Tujuan keperawatan :
a) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
c) Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan
d) Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan
kemampuan
2) Tindakan keperawatan :
a) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien
b) Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan
c) Bantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
d) Latih kemampuan yang dipilih pasien
e) Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
dilatih.
Tindakan keperawatan pada keluarga :
1) Tujuan :
a) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan
yang dimiliki pasien
b) Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan yang masih dimiliki
pasien
c) Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih
d) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien
2) Tindakan keperawatan :
a) Diskusikan maslah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b) Jelaskan pada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami
pasien
c) Diskusi dengan keluarga mengenai kemampuan yang dimiliki
pasien dan puji pasien atas kemampuannya
d) Jelaskan cara merawat pasien harga diri rendah
e) Bantu keluarga untuk menyusun rencana kegiatan pasien dirumah

G. STRATEGI PELAKSANAAN
A. STRATEGI PELAKSANAAN
Dx.1: Waham
Pasien
SP 1p:
1. Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktekkan pemenuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi
2. Jangan membantah atau mendukung waham klien
3. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung
4. Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-harinya.
Orientasi :
“Assalamu’alaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas
pagi ini di ruang melati. Saya dinas dari pk 07.00-14.00 nanti, saya yang
akan merawat abang hari ini. Nama abang siapa, senangnya dipanggil
apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan
sekarang?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang, bang?”
Kerja :
“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi
sulit bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya semu nabi
sudah tidak ada lagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus
bang?”
“Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang bang B
rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak
punya hak untuk mengatur diri abang sendiri?”
“Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”
“Jadi ibu yng terlalu mengatur-atur abang, juga kakak dan adik abang
yang lain?”
“Kalau abaang sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus abang sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri.”
“Coba tuliskan rencana dan jadwal tersebut bang.”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar
rumah karena bosan kalau di rumah terus ya.”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bang B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“Apa saja tadi yang sudah kita bcarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadwal ini abang coba lakukan, setuju bang?”
“Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki?
Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
SP 2p :
1. Mengidentifikasi kemampuan positif pasien
2. Beri pujian pada penampilan klien yang dimiliki pada masa lalu dan saat
ini.
3. Tanyakan apa yang bisa dilakukan
4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya dengarkan sampai Wahamnya
tidak ada
Orientasi :
“Assalamu’alaikum bang B, bagaimana perasaaannya saat ini? Bagus!”
“Apakah abang B sudah mengingat-ngingat apa saja hobi dan kegemaran
abang?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang hobi bang B tersebut?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
20 menit tentang hal tersebut?”
Kerja :
“Apa saja hobby abang? Saya catat ya Bang, terus apa lagi?”
“Wah..rupanya bang B pandai main volly ya, tidak senua orang bisa
bermain volley seperti itu lho Bang.” (atau hal yang sesuai yang
diucapkan pasien)
“Bisa bang B ceitakan kepada saya kapan pertama kali belajar main
volley, siapa yang dulu mengajarkannya kepada bang B, dimana?”
“Bisa bang B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang
baik itu?”
“Wah..baik sekali permainannya.”
“Coba kita buat jadwal unuk kemampuan bang B ini ya, berapa kali
sehari/seminggu bang B mau bermain volley?”
“Apa yang bang B harapkan dari kemampuan bermain volley ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan bang B yang lain selain bermain
volley?”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi
dan kemampuan abang?”
“Setelah ini coba bang B lakukan volley sesuai dengan jadwal yang telah
kita buat ya ?”
“Besok kita ketemu lag, ya bang?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus bang B minum,
setuju?”
SP 3p: Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang belum terpenuhi.
1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari
2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan timbulnya waham.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dalam
memerlukan waktu dan tenaga.
5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
Sp 4 :
1. Klien dapat berhubungan dengan realitas
2. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, orang lain,
waktu, dan tempat)
3. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok: orientasi realitas.
4. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan oleh Klien.
Sp 5:
1. Klien dapat dukungan dari keluarga
2. Diskusikan dengan keluarga tentang
a. Gejala waham
b. Cara merawatnya
c. Lingkungan keluarga
d. Follow up dan obat
3. Anjurkan keluarga melaksanakannya dengan bantuan perawat.
Sp 6 : Cara Minum Obat yang Benar
1. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
2. Diskusikan denga klien dan keluarga tentang obat, dosis, efek samping dan
akibat penghentian
3. Diskusikan perasaan klien setelah minum obat
4. Berikan obat dengan prinsip 5 benar dan observasi setelah minum obat.
Orientasi :
“Assalamu’alaikum, bang B.”
“Bagaimana bang sudah coba dilakukan latihan volley nya? Bagus
sekali.”
“Sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang bang B minum?”
“Dimana kita mau berbicara? Dikamar makan?”
“Berapa lama bang B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?”
“Bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilakukan. Bagaimana mau seperti biasa, jam 10 dan di tempat yang
sama?” “Sampai besok bang.”
Kerja :
“Bang B berapa macam obat yang diminum atau jam berapa saja obat
diminum?”
“Bang B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
jadi tenang.”
“Obatnya ada 3 macam bang, yang warnanya oranye namanya CPZ,
gunanya agar tenang, yang putih namanya THP gunanya membuat rileks,
dan yang merah jambu namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur.
Semuanya diminum 3x sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7
malam.”
“Bila nanti setelah minum obat mulut bang B terasa kering, untuk
membantu mengatasinya abang bisa banyak minum dan menghisap-isap es
batu.”
“Sebelum minum obat ini bang B dan ibu mengecek dulu label di kotak
obat apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang
harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama
obatnya sudah benar.”
“Obat-obat ini karena diminum secara teratur dan kemungkinan besar
harus dimnum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya
Bang B tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum
berkonsultasi dengan dokter.”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan abang setelah kita bercakap-cakap tentang obat
yang Bang B minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadwal kgiatan abang. Jangan lupa minum
obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster ya.”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya bang!”
“Bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang
dilaksanakan, bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat
sama?””Sampai besok.”

SP 1 Keluarga : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga,


mengidentifikasi masalah, menjelaskan proses terjadinya masalah, dan obat
pasien
Orientasi :
“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu. Perkenalkan nama saya Ani, saya perawat
yang dinas di ruang melati pagi ini. Saya yang merawat Bang B selama
ini. Nama bapak dan ibu siapa, senang nya dipanggil apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah bang B
dan cara merawat B di rumah?”
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalu di ruang wawancara?”
“Berapa lama waktu Bapak/Ibu? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja :
“Pak, Bu apa masalah yang Bapak/Ibu rasakan dalam merawat bang B?
Apa yang sudah dilakukan di rumah? Dalam menghadapi sikap anak ibu
dan bapak yang selalu mengaku-ngaku sebagai seorang nabi tetapi
nyatanya bukan nabi merupakan salah satu gangguan proses berpikir.
Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali
anak Bapak/Ibu berkata bahwa ia seorang nabi, Bapak/Ibu dengan
mengatakn pertama: “Bapak/Ibu mengerti B merasa seorang nabi, tapi
sulit bagi Bapak/Ibu untuk mempercayainya karena setahu kami semua
nabi sudah meninggal.”
“Kedua: Bapak dan ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan
hal-hal baik.”
“Ketiga: hal hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh anggota keluarga
yang berinteraksi dengan B.”
“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang
diinginkan B, misalnya:
“Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan
kepada Bapak/Ibu. B kan punya kemampuan...........”(kemampuan yang
pernah dimiliki sang anak)
“Keempat: bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(jika anak mau
mencoba, berikan pujian)
“Pak, Bu, B perlu minum obat ini agar pikirnnya menjadi tenang, tidurnya
juga tenang. Obatnya ada 3 macam, yang warnanya oranye namanya
CPZ, gunanya agar tenang, yang putih namanya THP gunanya membuat
rileks, dan yang merah jambu namanya HLP gunanya agar pikiran jadi
teratur. Semuanya diminum secara teratur 3x sehari pada jam 7 pagi, jam
1 siang dan jam 7 malam dan jangan dihentikan sebelum berkonsultasi
dengan dokter karena dapat menyebabkan B kambuh kembali” (libatkan
keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat kepada klien). Bang B
sudah punya jadwal minm obat. Jika dia minum obat sesuai jamnya, maka
berikan pujian padanya.
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita bercakap-cakap tetang cara
merawat B di rumah?”
“Setelah ini coba Bapak/Ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi
setiap kali berkunjung ke rumah sakit.”
“Baiklah bagaimana kalau 2 hari lagi Bapak/Ibu datang kembali kesini
dan kita akan mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai
dengan pembicaran kita tadi.”
“Jam berapa Bapak/Ibu bisa kemari?””Baik saya tunggu, kita ketemu lagi
ditempat ini ya Bapak/Ibu.”
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien
Orientasi :
“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu, sesuai janji kita 2 hari yang lalu kita
sekarang ketemu lagi.”
“Bagaimana Bapak/Ibu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita
bicarakan2 hari yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya Pak, Bu?”
“Berapa lama Bapak/Ibu punya waktu?”

Kerja :
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku-ngaku sebagai nabi,
coba Bapak/Ibu praktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam
keadaan yang seperti ini.”
“Bagus, betul begitu caranya.”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada kemampuan
yang dimiliki B. Bagus.”
“Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan
positifnya sesuai jadwalnya?”
“Bagus sekali, ternyata Bapak/Ibu sudah mengerti cara merawat B.”
“Bagaimana kalau kita sekarang mencobanya langsung kepada B?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada B)
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berlatih cara merawat B?”
“Setelah ini coba Bapak/Ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap
Bapak/Ibu membesuk B.”
“Baiklah, bagaimana kalau 2 hari lagi Bapak/Ibu datang kembali kesini
dan kita akan mencoba lagi cara merawat B sampai Bapak/Ibu lancar
melakukannya?”
“Jam berapa Bapak/Ibu bisa kemari?””baik saya tunggu, kta bertemu lagi
ditempat ini lagi ya Bapak/Ibu.”
SP 3 Keluarga : Membuat perencanan pulang bersama Keluarga
Orientasi :
“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu, karena B sudah boleh pulang, maka kita
bicarakan jadwal B selama dirumah.”
“Bagaimana Bapak/Ibu, selama Bapak/Ibu besuk apakah terus dilatih
cara merawat B?”
“Nah, sekarang bagaimana kalau bicarakan jadwal d rumah? Mari
Bapak/Ibu duduk disini.”
“Berapa lama Bapak/Ibu punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum
Bapak/Ibu menyelesaikan admnistrasi di depan.”
Kerja :
“Bapak/Ibu, ini jadwal B selama di rumah sakit. Coba diperhatikan.
Apakah kira-kira dapat dilaksanakan di rumah? Jangan lupa
memperhatikan B, agar ia tetap menjalankannya di rumah, dan jangan
lupa memberi tanda M (mandiri), B (bantuan) atau T (tidak mau
melaksanakan).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh anak Bapak/Ibu selama di rumah. Kalau misalnya B
mengaku sebagai seorang nabi terus menerus dan tiak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku yang
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi, segera hubungi Suster E di
Puskesmas Indera Puri, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini
nomor telepon puskesmasnya: (0651)321xxx. Selanjutnya Suster E akan
membantu memantau perkembangan B selama di rumah.”
Terminasi :
“Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan? Bagaimana perasaan Bapak/Ibu?
Sudah siap melanjutkannya di rumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk Sr E di PKM Indera
Puri. Kalau ada apa-apa boleh juga menghubungi kami. Silahkan
menyelesaikan administrasi ke kantor depan.”
Dx 2 : Menarik Diri
Pasien :
Sp 1p :
1. Mengidentifikai penyebab isolasi sosial pasien
2. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Melatih pasien berkenalan dengan satu orang
5. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Sp 2p :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Sp 3p :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
Sp 1k :
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien isolasi social.
Sp 2k : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien.
Sp 3k : Menjelaskan perawatan lanjutan.
Dx 3 :Harga Diri Rendah
Pasien
Sp 1p :
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
4. kemampuan klien
5. Melatih pasien kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan
6. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Sp 2p :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih kegiatan kedua (atau selanjutnya) yang dipilih sesuai kemampuan
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
Sp 1k :
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialam
pasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien harga diri rendah
Sp 2k :
1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi
sosial
Sp 3k :
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum
obat (discharge planing)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih
bahasa oleh Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna. 2009.Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC.
NANDA. (2012). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-
2014. Philadelphia: NANDA International.
Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Videbeck, Sheila L. 2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R..2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
DiagnosaNANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi kesembilan.
Jakarta: EGC
file:///D:/MATAKULIAH%20SEMESTER%206/askep%20JIWA/jtptunimus-gdl-
aidatuzzuy-6728-2-babii.pdf
https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.co.id/2017/01/makalah-
keperawatan-jiwa-waham.html

Anda mungkin juga menyukai