MASALAH UTAMA
Waham
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
2. Klasifikasi Waham
3. Faktor predisposisi
a. Aspek Biologi
b. Aspek Psikologi
4. Faktor Presipitasi
a. Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik
yang maladaptif termasuk:
c. Pemicu gejala
d. Status Emosional
4) Fungsi motorik.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan Proses Pikir : Waham
2. Harga Diri Rendah
3. Resiko Perilaku Kekerasaan
F. Intervensi keperawatan
1. Perubahan proses pikir: waham
Tujuan umum :
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan
meningkat harga dirinya.
Tujuan khusus :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan Keperawatan :
G. STRATEGI PELAKSANAAN
A. STRATEGI PELAKSANAAN
Dx.1: Waham
Pasien
SP 1p:
1. Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktekkan pemenuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi
2. Jangan membantah atau mendukung waham klien
3. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung
4. Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-harinya.
Orientasi :
“Assalamu’alaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas
pagi ini di ruang melati. Saya dinas dari pk 07.00-14.00 nanti, saya yang
akan merawat abang hari ini. Nama abang siapa, senangnya dipanggil
apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan
sekarang?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang, bang?”
Kerja :
“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi
sulit bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya semu nabi
sudah tidak ada lagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus
bang?”
“Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang bang B
rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak
punya hak untuk mengatur diri abang sendiri?”
“Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”
“Jadi ibu yng terlalu mengatur-atur abang, juga kakak dan adik abang
yang lain?”
“Kalau abaang sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus abang sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri.”
“Coba tuliskan rencana dan jadwal tersebut bang.”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar
rumah karena bosan kalau di rumah terus ya.”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bang B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“Apa saja tadi yang sudah kita bcarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadwal ini abang coba lakukan, setuju bang?”
“Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki?
Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
SP 2p :
1. Mengidentifikasi kemampuan positif pasien
2. Beri pujian pada penampilan klien yang dimiliki pada masa lalu dan saat
ini.
3. Tanyakan apa yang bisa dilakukan
4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya dengarkan sampai Wahamnya
tidak ada
Orientasi :
“Assalamu’alaikum bang B, bagaimana perasaaannya saat ini? Bagus!”
“Apakah abang B sudah mengingat-ngingat apa saja hobi dan kegemaran
abang?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang hobi bang B tersebut?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
20 menit tentang hal tersebut?”
Kerja :
“Apa saja hobby abang? Saya catat ya Bang, terus apa lagi?”
“Wah..rupanya bang B pandai main volly ya, tidak senua orang bisa
bermain volley seperti itu lho Bang.” (atau hal yang sesuai yang
diucapkan pasien)
“Bisa bang B ceitakan kepada saya kapan pertama kali belajar main
volley, siapa yang dulu mengajarkannya kepada bang B, dimana?”
“Bisa bang B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang
baik itu?”
“Wah..baik sekali permainannya.”
“Coba kita buat jadwal unuk kemampuan bang B ini ya, berapa kali
sehari/seminggu bang B mau bermain volley?”
“Apa yang bang B harapkan dari kemampuan bermain volley ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan bang B yang lain selain bermain
volley?”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi
dan kemampuan abang?”
“Setelah ini coba bang B lakukan volley sesuai dengan jadwal yang telah
kita buat ya ?”
“Besok kita ketemu lag, ya bang?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus bang B minum,
setuju?”
SP 3p: Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang belum terpenuhi.
1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari
2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan timbulnya waham.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dalam
memerlukan waktu dan tenaga.
5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
Sp 4 :
1. Klien dapat berhubungan dengan realitas
2. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, orang lain,
waktu, dan tempat)
3. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok: orientasi realitas.
4. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan oleh Klien.
Sp 5:
1. Klien dapat dukungan dari keluarga
2. Diskusikan dengan keluarga tentang
a. Gejala waham
b. Cara merawatnya
c. Lingkungan keluarga
d. Follow up dan obat
3. Anjurkan keluarga melaksanakannya dengan bantuan perawat.
Sp 6 : Cara Minum Obat yang Benar
1. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
2. Diskusikan denga klien dan keluarga tentang obat, dosis, efek samping dan
akibat penghentian
3. Diskusikan perasaan klien setelah minum obat
4. Berikan obat dengan prinsip 5 benar dan observasi setelah minum obat.
Orientasi :
“Assalamu’alaikum, bang B.”
“Bagaimana bang sudah coba dilakukan latihan volley nya? Bagus
sekali.”
“Sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang bang B minum?”
“Dimana kita mau berbicara? Dikamar makan?”
“Berapa lama bang B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?”
“Bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilakukan. Bagaimana mau seperti biasa, jam 10 dan di tempat yang
sama?” “Sampai besok bang.”
Kerja :
“Bang B berapa macam obat yang diminum atau jam berapa saja obat
diminum?”
“Bang B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
jadi tenang.”
“Obatnya ada 3 macam bang, yang warnanya oranye namanya CPZ,
gunanya agar tenang, yang putih namanya THP gunanya membuat rileks,
dan yang merah jambu namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur.
Semuanya diminum 3x sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7
malam.”
“Bila nanti setelah minum obat mulut bang B terasa kering, untuk
membantu mengatasinya abang bisa banyak minum dan menghisap-isap es
batu.”
“Sebelum minum obat ini bang B dan ibu mengecek dulu label di kotak
obat apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang
harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama
obatnya sudah benar.”
“Obat-obat ini karena diminum secara teratur dan kemungkinan besar
harus dimnum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya
Bang B tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum
berkonsultasi dengan dokter.”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan abang setelah kita bercakap-cakap tentang obat
yang Bang B minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadwal kgiatan abang. Jangan lupa minum
obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster ya.”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya bang!”
“Bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang
dilaksanakan, bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat
sama?””Sampai besok.”
Kerja :
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku-ngaku sebagai nabi,
coba Bapak/Ibu praktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam
keadaan yang seperti ini.”
“Bagus, betul begitu caranya.”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada kemampuan
yang dimiliki B. Bagus.”
“Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan
positifnya sesuai jadwalnya?”
“Bagus sekali, ternyata Bapak/Ibu sudah mengerti cara merawat B.”
“Bagaimana kalau kita sekarang mencobanya langsung kepada B?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada B)
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berlatih cara merawat B?”
“Setelah ini coba Bapak/Ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap
Bapak/Ibu membesuk B.”
“Baiklah, bagaimana kalau 2 hari lagi Bapak/Ibu datang kembali kesini
dan kita akan mencoba lagi cara merawat B sampai Bapak/Ibu lancar
melakukannya?”
“Jam berapa Bapak/Ibu bisa kemari?””baik saya tunggu, kta bertemu lagi
ditempat ini lagi ya Bapak/Ibu.”
SP 3 Keluarga : Membuat perencanan pulang bersama Keluarga
Orientasi :
“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu, karena B sudah boleh pulang, maka kita
bicarakan jadwal B selama dirumah.”
“Bagaimana Bapak/Ibu, selama Bapak/Ibu besuk apakah terus dilatih
cara merawat B?”
“Nah, sekarang bagaimana kalau bicarakan jadwal d rumah? Mari
Bapak/Ibu duduk disini.”
“Berapa lama Bapak/Ibu punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum
Bapak/Ibu menyelesaikan admnistrasi di depan.”
Kerja :
“Bapak/Ibu, ini jadwal B selama di rumah sakit. Coba diperhatikan.
Apakah kira-kira dapat dilaksanakan di rumah? Jangan lupa
memperhatikan B, agar ia tetap menjalankannya di rumah, dan jangan
lupa memberi tanda M (mandiri), B (bantuan) atau T (tidak mau
melaksanakan).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh anak Bapak/Ibu selama di rumah. Kalau misalnya B
mengaku sebagai seorang nabi terus menerus dan tiak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku yang
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi, segera hubungi Suster E di
Puskesmas Indera Puri, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini
nomor telepon puskesmasnya: (0651)321xxx. Selanjutnya Suster E akan
membantu memantau perkembangan B selama di rumah.”
Terminasi :
“Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan? Bagaimana perasaan Bapak/Ibu?
Sudah siap melanjutkannya di rumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk Sr E di PKM Indera
Puri. Kalau ada apa-apa boleh juga menghubungi kami. Silahkan
menyelesaikan administrasi ke kantor depan.”
Dx 2 : Menarik Diri
Pasien :
Sp 1p :
1. Mengidentifikai penyebab isolasi sosial pasien
2. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Melatih pasien berkenalan dengan satu orang
5. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Sp 2p :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Sp 3p :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
Sp 1k :
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien isolasi social.
Sp 2k : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien.
Sp 3k : Menjelaskan perawatan lanjutan.
Dx 3 :Harga Diri Rendah
Pasien
Sp 1p :
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
4. kemampuan klien
5. Melatih pasien kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan
6. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Sp 2p :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih kegiatan kedua (atau selanjutnya) yang dipilih sesuai kemampuan
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
Sp 1k :
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialam
pasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien harga diri rendah
Sp 2k :
1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi
sosial
Sp 3k :
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum
obat (discharge planing)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih
bahasa oleh Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna. 2009.Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC.
NANDA. (2012). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-
2014. Philadelphia: NANDA International.
Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Videbeck, Sheila L. 2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R..2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
DiagnosaNANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi kesembilan.
Jakarta: EGC
file:///D:/MATAKULIAH%20SEMESTER%206/askep%20JIWA/jtptunimus-gdl-
aidatuzzuy-6728-2-babii.pdf
https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.co.id/2017/01/makalah-
keperawatan-jiwa-waham.html