Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.
Migrain merupakan salah satu jenis nyeri kepala primer yang
diklasifikasikan oleh International Headache Society (IHS) dan merupakan
penyebab nyeri kepala primer akibat gangguan pembuluh darah yang
biasanya bersifat unilateral dan seringkali memiliki kualitas berdenyut,
seringkali berasosiasi dengan mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia. 2,3

Migren terjadi hampir pada 30 juta penduduk Amerika Serikat dan


75 % diantaranya adalah wanita. Migren dapat terjadi pada semua usia
tetapi biasanya muncul pada usia 10 – 40 tahun dan angka kejadiannya
menurun setelah usia 50 tahun. Migren tanpa aura lebih sering
dibandingkan migren yang disertai aura dengan persentasi 9 : 1

Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1 dari 6 orang


(16,54%) atau 45 juta orang menderita sakit kepala kronik dan 20 juta dari
45 juta tersebut merupakan wanita. 75 % dari jumlah di atas adalah tipe
tension headache yang berdampak pada menurunnya konsentrasi belajar
dan bekerja sebanyak 62,7 %.

Secara garis besar migrain di klasifikasikan menjadi dua oleh


International Headache Society (IHS), yaitu migren tanpa aura atau
common migraine dan migren dengan aura atau classic migraine. Yang
paling sering terjadi adalah migren tanpa aura yaitu sekitar 80% dari
semua pengidap migren.2

Penyebab terjadinya migraine masih belum diketahui secara pasti,


namun ada beberapa faktor atau pemicu yang dapat menyebabkan
terjadinya migraine. 3,4,5

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2
A. Anatomi Kepala

Kulit kepala menutupi cranium dan meluas dari linea nuchalis


superior pada os occipitale sampai margo supraorbitalis ossis frontalis. Ke
arah lateral kulit kepala meluas lewat fascia temporalis ke arcus
zygomaticus. Kulit kepala terdiri dari lima lapis jaringan yang terdiri atas
skin (kulit), connective tissue (jaringan ikat), aponeurosis epicranialis
(galea aponeurotica), loose connective tissue (jaringan ikat spons) dan
pericranium. Lapisan tersebut biasa disebut dengan scalp.1

Tengkorak membentuk rangka kepala dan muka, termasuk


mandibula. Kranium mempunyai dua bagian besar, yakni kalvaria (atap
tengkorak) yang sering disebut neurokranium dan selaput otak. Kalvaria
terbentuk dari bagian-bagian superior os frontal, parietal dan oksipital.
Tulang-tulang kalvaria terdiri atas lempeng tulang kortika dan diploe.
Lempeng-lempeng tulang kortika memberi kekuatan pada lengkung atap
kranium, sementara diploe berperan untuk meringankan berat kranium
dan memberi tempat untuk memproduksi sumsum darah. Kranium
membungkus dan melindungi otak. Kranium terdiri dari os frontal yang
membentuk dahi, langit-langit rongga nasal dan langit-langit rongga orbita;
os parietal yang membentuk sisi dan langit-langit kranium; os temporal
yang membentuk dasar dan bagian sisi dari kranium; os etmoid yang
merupakan struktur penyangga penting dari rongga nasal dan berperan
dalam pembentukan orbita mata dan os sfenoid yang membentuk dasar
anterior cranium.1

Pada aspek anterior tengkorak dapat dikenali os frontale, os


zygomaticum, orbita, nasal, maxilla dan mandibula, Aspek lateral
tengkorak terdiri dari os kranium dan os wajah. Os kranium tersebut
adalah fossa temporalis, linea temporalis superior, linea temporalis inferior
os parietal, arcus zygomaticus, titik pterion, processus mastoideus ossis
temporalis, meatus acusticus externus dan processus styloideus ossis

3
temporalis. Os wajah yakni mandibula terletak dua bagian: bagian
horisontal, yakni corpus mandibulae dan bagian vertikal, yakni ramus
mandibulae, Aspek posterior tengkorak (occiput) dibentuk oleh os
occipitale, os parietale dan os temporale. Protuberentia occipitalis externa
adalah benjolan yang mudah diraba di bidang median. Linea nuchalis
superior yang merupakan batas atas tengkuk, meluas ke lateral dari
protuberentia occipitalis externa tersebut; linea nuchalis inferior tidak
begitu jelas.1

Aspek superior dibentuk oleh os frontale di sebelah anterior, kedua


os parietale dextra dan sinistra dan os occ ipitale di sebelah posterior.
Sutura coronalis memisahkan os frontale dari os parietale; sutura sagitalis,
memisahkan kedua tulang ubun-ubun satu dari yang lain; dan sutura
lamboidea memisahkan os parietale dan os temporale dari os occipitale.
Titik bregma adalah titik temu antara sutura sagitalis dan sutura coronalis.
Titik vertex merupakan titik teratas pada tengkorak yang terletak pada
sutura sagitalis di dekat titik tengahnya. Titik lambda merujuk kepada titik
temu antara sutura lamboidea dan sutura sagitalis.. 1

4
Gambar Anatomi Os Cranium

B. Defenisi
1. Migrain
Migrain merupakan salah satu jenis nyeri kepala primer yang
diklasifikasikan oleh International Headache Society (IHS) dan merupakan
penyebab nyeri kepala primer akibat gangguan pembuluh darah yang
biasanya bersifat unilateral dan seringkali memiliki kualitas berdenyut,
seringkali berasosiasi dengan mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia. 2,3
Secara garis besar migraine di klasifikasikan menjadi dua oleh
International Headache Society (IHS) 1988, yaitu migren tanpa aura atau
common migraine dan migren dengan aura atau classic migraine.
Migrain dengan aura atau classic migraine diawali dengan adanya
deficit neurologi fokal atau gangguan fungsi saraf/aura, terutama visual
dan sensorik bebauan seperti melihat garis bergelombang, cahaya terang,
bintik gelap, diikuti nyeri kepala unilateral, mual dan kadang muntah
kejadian ini umumnya berurutan dan manifestasi nyeri biasanya tidak lebih
dari 60 menit.2,3,4

5
Migrain tanpa aura atau common migraine adalah Nyeri pada salah
satu bagian sisi kepala dan bersifat berdenyut dengan disertai mual,
fotofobi dan fonofobi, intensitas nyeri sedang sampai berat, nyeri
diperparah saat aktivitas dan berlangsung selama 4 sampai 72 jam. 2,3,4

C. Epidemiologi

Migren terjadi hampir pada 30 juta penduduk Amerika Serikat dan


75 % diantaranya adalah wanita. Migren dapat terjadi pada semua usia
tetapi biasanya muncul pada usia 10 – 40 tahun dan angka kejadiannya
menurun setelah usia 50 tahun. Migren tanpa aura lebih sering
4
dibandingkan migren yang disertai aura dengan persentasi 9 : 1.

Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1 dari 6 orang


(16,54%) atau 45 juta orang menderita sakit kepala kronik dan 20 juta dari
45 juta tersebut merupakan wanita. 75 % dari jumlah di atas adalah tipe
tension headache yang berdampak pada menurunnya konsentrasi belajar
dan bekerja sebanyak 62,7 %.

Onset migraine terjadi pada usia dibawah 30 tahun pada 80%


kasus dan menurun seiring bertambahnya usia. Risiko terjadinya migren
semakin besar pada orang yang memiliki riwayat keluarga penderita
migren. 4

Sekitar 75% sampai 80% pengidap migren memiliki anggota


4
keluarga dekat yang mengidap nyeri kepala.

6
Gambar 2. Prevalensi Migrain.

D.Klasifikasi

Gambar 3. Klasifikasi Migrain

7
Gambar 4. Klasifikasi Migrain

D. Etiologi

Penyebab terjadinya migraine masih belum diketahui secara pasti,


namun ada beberapa faktor atau pemicu yang dapat menyebabkan
terjadinya migraine. 3,4,5

1. Riwayat penyakit migren dalam keluarga. 70-80% penderita


migraine memiliki anggota keluarga dekat dengan riwayat migraine
juga.

2. Perubahan hormone (esterogen dan progesterone) pada wanita,


khususnya pada fase luteal siklus menstruasi.

3. Makanan yang bersifat vasodilator (anggur merah, natrium nitrat)


vasokonstriktor (keju, coklat) serta zat tambahan pada makanan.

4. Stres

8
5. Faktor fisik, tidur tidak teratur

6. Rangsang sensorik (cahaya silau dan bau menyengat)

7. Alkohol dan Merokok

E. Faktor Pencetus Migren

• Faktor psikologis:

• Stress, depresi.

• Faktor lingkungan:

Rokok

Bau menyengat

Perubahan cuaca

Cahaya atau suara.

• Faktor makanan:

Yang mengandung tiramin

Food additive : MSG, Aspartam

Coklat, kopi

• Obat-obatan

Simetidin

Kokain

9
Fluoksetin

Indometasin

Nikotin

Nifedipin.

• Faktor hormonal

Mens

Hamil, menopause.

• Gaya hidup

Kurang atau kebanyakan tidur

Terlambat makan. 3,4,5

F. Gejala Klinis

Secara keseluruhan manifestasi klinis pemderita migraine


bervariasi tiap individu. Terdapat 4 fase umum yang terjadi pada penderita
4
migraine. Tetapi tidak semuanya harus dialami oleh tiap individu.

1.Fase Prodormal.

Fase ini dialami sekitar 40-60% penderita migren. Gejalanya berupa


perubahan mood, irritable, depresi atau euphoria, perasaan lemah, tidur
berlebihan dan menginginkan jenis makanan tertentu. Gejala ini muncul
beberapa jam atau hari sebelum nyeri kepala.

10
2. Fase Aura

Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului atau


menyertai serangan migren. Fase ini muncul bertahap selama 5-20 menit.
Aura dapat berupa sensasi motoric, sensorik, visual atau gabungan
diantaranya. Aura visual 64% muncul pada pasien dan merupakan gejala
neurologis yang paling umum. Aura pada migren biasanya hilang
beberapa menit dan kemudian muncul nyeri kepala.

3. Fase Nyeri Kepala

Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral dan biasanya berawal


di daerah frontotemporalis dan ocular. Kemudian setelah 1-2 jam
menyebar secara difus kearah posterior. Serangan berlangsung selama 4-
72 jam pada orang dewasa dan pada anak-anak biasanya 1-48 jam.
Intensitas nyeri sedang sampai berat dan menggangu aktivitas sehari-hari.

4. Fase Postdormal atau Pemulihan

Pasien merasa lelah, irritable, konsentrasi menurun dan terjadi perubahan


4
mood. Pasien dapat tertidur dalam jangka waktu panjang.

G. Diagnosis
1. 1Migren tanpa aura (G.43.0)
Nyeri kepala (NK) bersifat familial, berulang dengan manifestasi
serangan selama 4 – 72 jam, karateristik NK unilateral, berdenyut,
intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik yang
rutin dan diikuti dengan nausea dan atau fotofobia dan fonofobia. 2,3,6

Kriteria Diagnostik Migrain Tanpa Aura

A. Pola serangan

 Minimal 5 serangan (B - D)

11
B.Durasi : 4 sampai 72 jam (bila tdk diobati)

C.Karateristik

 Unilateral
 Pulsating
 Intensitas : moderate or severe
 Diperberat : aktivitas fisik
D. Disertai :

 Photophobia dan phonophobia


 Nausea dan vomiting
E.Tidak berkaitan dengan penyakit lain

1.2 Migren dengan aura (G.43.1)

Nyeri kepala (NK) berulang yang didahului gejala neurologi fokal


yang reversibel 5- 20 menit dan berlangsung kurang dari 60 menit.
Gambaran NK menyerupai MTA biasanya timbul sesudah gejala aura

Kriteria Diagnostik Migren dengan Aura

A.Minimal 2 serangan seperti tersebut dalam B - C

B.Adanya aura minimal 1 (satu) tetapi tidak dijumpai kelemahan motorik

1.Gangguan visual yang reversibel

–Gejala positip : cahaya berkedip, bintik bintik atau garis garis

–Gejala negatip : hilangnya penglihatan

2.Gangguan sensoris yang reversibel

–Gejala positip : tertusuk jarum (pins and needles)

–Gejala negatip : rasa kebas

3.Gangguan berbicara disfasia yang reversibel

12
C. Minimal 2 (dua) dari dibawah ini :

1. Gejala visual homonim dan atau gejala sensoris unilateral

2. Minimal timbul satu macam aura secara gradual ≥ 5 menit bisa disertai
dengan atau jenis aura lainnya ≥ 5 menit

3. Setiap gejala berlangsung ≥ 5 menit dan ≤ 60 menit

4..Nyeri kepala dimulai bersamaan dengan aura atau sesudah aura


selama 60 menit.

D. Tidak berkaitan dengan penyakit lain.5,6

2. Familial Hemiplegik Migren (G.43.105)


Migren dengan aura termasuk kelemahan motorik dan paling tidak
ada satu keturunan pertama atau kedua dari keluarga menderita migren
dengan aura termasuk kelemahan motoric

Kriteria Diagnostik Familial Hemiplegik Migren

A.Minimal 2 serangan seperti tersebut dalam B - C

B.Adanya aura berupa kelemahan motorik yang reversibel disertai paling


sedikit satu di bawah ini

1.Gangguan visual yang reversibel

–Gejala positip : cahaya berkedip, bintik bintik atau garis- garis

–Gejala negatip : hilangnya penglihatan

2.Gangguan sensoris yang reversibel

–Gejala positip : tertusuk jarum (pins and needles)

–Gejala negatip : rasa kebas

13
3.Gangguan berbicara disfasia yang reversibel

C.Minimal 2(Dua) dari dibawah ini :

1. Paling tidak ada satu gejala aura yang timbul secara gradual ≥ 5 menit
dan aura yang lainnya ≥ 5 menit

2. Setiap gejala berlangsung ≥ 5 dan <24 jam

3. Nyeri kepala yang memenuhi kriteria B-D pada Migren tanpa aura
dimulai selama aura atau sesudah onset aura selama 60 menit

D.Paling tidak ada satu dari keluarga keturunan pertama atau kedua yang
menderita serangan yang memenuhi kriteria A-E.

E.Tidak berkaitan dengan penyakit lain.3,5,6

3. Migren Tipe Basiler (G.43.103)


Migren dengan aura yang berasal dari keterlibatan brainstem dan
atau keterlibatan kedua hemisfer secara simultan tetapi tidak dijumpai
kelemahan motorik.

Kriteria Diagnostik Migren Tipe Basiler

A.Minimal 2 serangan seperti tersebut dalam B - D

B.Dijumpainya paling tidak 2 serangan aura yang reversibel sempurna,


tanpa ada kelemahan motorik :

1. Disarthria

2. Vertigo

3. Tinnitus

14
4. Hyperacusis

5. Diplopia

7. Ataksia

8. Kesadaran menurun

C.Minimal 1 (satu) dari dibawah ini :

1. Paling tidak satu gejala aura yang timbul secara gradual ≥ 5 menit dan
aura yang lainnya ≥ 5 menit

2. Setiap gejala berlangsung ≥ 5 dan <60 menit

3. Nyeri kepala timbul pada waktu bersamaan dengan aura ataupun


sesudah onset aura dalam waktu 60 mnt

D. Tidak berkaitan dengan penyakit lain3,4

H. Komplikasi
 Migren kronis
 Status migrenous3,6
.

I. Penatalaksanaan

TUJUAN

 Membantu penyesuaian psikologik dan fisiologik


 Mencegah berlanjutnya dilatasi arteri ekstra kranial tanpa mengurangi
aliran darah ke otak.
 Mencegah vasokonstriksi arteri intrakranial
 Menghambat aksi mediator humoral : serotonin, histamin.

15
Terapi Non farmakologikal

1.Kontrol diet.

2.Terapi fisik

3.Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan ergotamin.

4.Behaviour Treatment. 12

Pengobatan Fisik 

1.Latihan postur dan posisi.

2.Massage, ultrasound, manual terapi, kompres panas/dingin.

3.Akupuntur TENS (transcutaneus electrical stimulation).

Obat anastesi ataupun bahan lain pada trigger point. 12

Pengobatan saat serangan

-Ergotamin 2 mg

-Antiemetik

- Analgetik / NSAIDs

- Triptans : sumatriptan.6

Profilaksis

1. Choice : betabloker, flunarizine, valproate, topiramate

2. Choice : naproxen, amitriptilin

3
3. Choice : magnesium, riboflavin, petasites.

Penanganan non farmakologis

16
- Terapi relaksasi

- Terapi perilaku termasuk biofeedback

- Acupuncture.3

J. Diagnosis Banding
 Tension Headache
 Cluster Headache
 TIA.3,6

K. Prognosis

Prognosis migren dapat sembuh sempurna dengan menghindari


faktor pencetus dan meminum obat yang teratur. Tetapi berdasarkan
penelitian dalam beberapa tahun terakhir risiko untuk menderita stroke
pada pasien riwayat migren meningkat. Sekitar 19% dari seluruh kasus
4
stroke terjadi pada orang dengan riwayat migraine.

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas
 Nama : Ny. A
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 46 Tahun
 Alamat : jl. Tande rante
 Pekerjaan : URT

17
 Pendidikan terakhir : SD
 Tanggal Pemeriksaan : 22/06/2019
 Ruangan : Poliklinik RSU Anutapura Palu

B. Anamnesis
 Keluhan Utama : Sakit Kepala
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien Perempuan umur 46 tahun masuk dengan keluhan sakit kepala
sebelah kiri kurang lebih 2 minggu , terasa seperti berdenyut, sakit kepala
sampai ke mata kiri, sakit kepala bertambah dengan aktivitas ( jalan) dan
pada saat pasien terkena panas matahari sakit kepala semakin
bertambah, pasien juga mengeluhkan sakit kepala saat terkena cahaya
ataupun sinar, selain itu pasien juga merasakan mual, muntah dan
kelelahan. Selama sakit, nafsu makan pasien baik, tidak ada demam,
batuk, sesak, nyeri ulu hati, dan tidak ada penurunan berat badan, BAB &
BAK lancar. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama yaitu sakit
kepala jika beraktivitas terus menerus. Tidak ada riwayat HT dan DM,
tidak ada riwayat minum obat selama sakit dan tidak ada riwayat minum
obat selama sakit.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat DM (-)

Riwayat HT (-)

Riwayat Jantung (-)


Riwayat HD (-)
 Kebiasaan (lifestyle) :
Riwayat merokok (-)

18
Riwayat minum alkhohol (-)
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien.

C. PEMERIKSAAN FISIS
 Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Gizi: Baik
 Tanda vital :
TD : 100/70 mmHg Pernapasan : 20 kali/menit
Nadi : 90 kali/menit Suhu : 36,70C

Thoraks

 Inspeksi : Bentuk dada kanan kiri simetris, retraksi dinding


dada (-) kakan (-) kiri.
 Palpasi : Krepitasi (-), Vocal Fremitus Ka=Ki
 Perkusi : Sonor dikedua lapangan paru
 Auskultasi : Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rh -/-
Jantung

 Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak


 Palpasi : Pulsasi ictus cordis tidak teraba
 Perkusi Batas jantung : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ S1 dan S2 murni regular, murmur (-), gallop (-).

Abdomen

 Inspeksi : Perut kesan cembung


 Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal

19
 Perkusi : Timpani (+)
 Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-)

Anggota gerak

 Atas : akral dingin (-/-) edema (-/-), tidak ada hambatan


gerak
 Bawah : akral dingin (-/-) edema (-/-),tidak ada hambatan
gerak

D. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
 GCS : E4M6V5
1. Kepala:

o Penonjolan: dalam batas normal


2. N. cranialis:

o N. Olfactorius (I): Normosmia


o N.Optikus (II):
 Ketajaman penglihatan: Normal
 Lapangan penglihatan: Normal
o N. Occulomotoris (N.III), N. Trochlearis (N.IV), N. Abducens (N.VI)
 Celah kelopak mata: DBN
 Ptosis: tidak ada
 Exopthalmus: tidak ada
 Pupil: ukuran: 2,5 mm/ bulat 2,5 mm/bulat
Isokor/anisokor: isokor isokor

Reflex cahaya langsung: +/+ +/+

Ref. cahaya tdk langsung: +/+ +/+

20
Reflex akomodasi: normal normal

 Gerakan bola mata:


Parese kearah - -
Nistagmus - -
o N. V (trigeminus):
 Sensibilitas: N.V1: normal normal
N.V2: normal normal

N.V3: normal normal

 Motorik: Inspeksi: normal


o N. VII:
 Motorik: M. Frontalis M. orbik.okuli M. orbik. Oris
Istirahat: simetris simetris simetris

Gerakan mimik: simetris simetris simetris

 Pengecap 2/3 lidah bagian depan: tidak dilakukan pemeriksaan


o N. VIII:
 Pendengaran: normal
 Tes rinne/weber: tidak dilakukan pemeriksaan
 Fungsi vestibularis: tidak dilakukan pemeriksaan
o N. IX/X: (Glossopharingeus/vagus):
 Posisi arkus pharinks: normal
 Reflex telan/muntah: DBN
 Pengecap 1/3 lidah bagian belakang: tidak dilakukan pemeriksaan
 Fonasi: tidak dilakukan pemeriksaan
 Takikardi/bradikardi: normal
o N. XI:
 Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan: Normal
 Angkat bahu:Normal
o N.XII:

21
 Deviasi lidah: tidak ada
 Fasciculasi: tidak ada
 Atrofi: tidak ada
 Tremor: tidak ada
 Ataxia: tidak ada
3. Leher:

 Tanda-tanda perangsangan selaput otak


 Kaku kuduk: Negatif
 Kernig’s sign: Negatif
 Arteri karotis:
 Palpasi: teraba
 Auskultasi: tidak ada bruit
 Kelenjar gondok: dalam batas normal
4. Abdomen:

 Reflex kulit dinding perut: +


5. Kolumna vertebralis: normal

Inspeksi : skoliosis(-) lordosis(-) kifosis(-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

Perkusi : nyeri ketuk (-)

6. Ekstremitas:

Superior Inferior

D S D S

22
 Motorik:
Pergerakan B B B B
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus otot N N N N
Bentuk otot N N N N
 Otot yang terganggu: tidak ada
 Reflex fisiologi
o Biceps ++ ++ ++ ++
o Triceps ++ ++ ++ ++
o Patella ++ ++ ++ ++
o Achiles ++ ++ ++ ++
 Klonus: Lutut: -/-
Kaki: -/-

 Reflex patologis:
Hoffman: -/-
Tromner: -/-
Babinski: -/-
Chaddock: -/-
Gordon: -/-
Schaefer: -/-
Oppenheim: -/-
 Sensibilitas:
 Ekstroseptif
Nyeri: normal
Suhu: Tidak dilakukan pemeriksaan
Rasa raba halus: DBN
 Propioseptif
Rasa sikap: normal

23
Rasa nyeri dalam: normal
 Fungsi Kortikal Luhur: baik
7. Pergerakan abnormal yang spontan: tidak ada

8. Gangguan koordinasi: tidak ada

9. Gangguan keseimbangan: tidak ada

10. Pemeriksaan fungsi luhur: baik

D. Hasil Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium

Tidak dilakukan pemeriksaan

E. RESUME

Pasien perempuan umur 46 tahun masuk dengan keluhan cefalgia


sebelah kiri kurang lebih 2 minggu , nyeri seperti pulsating, cefalgia
sampai ke mata kiri, cefalgia bertambah dengan aktivitas (jalan) dan juga
mengeluhkan fotofobia ataupun fonofobia. Pasien pernah mengalami
keluhan yang sama yaitu cefalgia jika beraktivitas terus menerus. Riwayat
febris (-), nausea (+) vomittus (+), fatique (+), BAB & BAK lancar. Riwayat
HT (-), riwayat DM (-) tidak ada riwayat minum obat selama sakit. Pada
pemeriksaan fisik di daptkan Tekanan darah 100/70 mmHg, pernapasan
20 kali/menit, nadi 90 kali/menit, dan suhu 36,7 0 C.

F. ANJURAN PEMERIKSAAN
 Kimia Darah : GDS, Profil lipid (Kolesterol, trigliserida, HDL, LDL)

G. DIAGNOSIS

24
 Diagnosis klinis : Cefalgia
 Diagnosis Topis : system trigemino vaskular
 Diagnosis Etiologi : Migrain tanpa aura

H. TERAPI
 NSAID: Ibuprofen 3 x 400mg
 Antiemetic: Domperidone 3x 10mg
 Antimigran: Ergotamine 2x 1mg

I. PROGNOSIS
 Qua ad vitam : Bonam
 Qua ad sonationem : Bonam

BAB IV

PEMBAHASAN

25
Pasien perempuan umur 46 tahun masuk rumah sakit dengan
keluhan sakit kepala sebelah kiri kurang lebih 2 minggu, sakit kepala
sampai kemata kiri, nyeri seperti berdenyut, sakit kepala bertambah
dengan aktivitas (jalan) dan pada saat pasien terkena panas matahari
sakit kepala semakin bertambah, pasien juga mengeluhkan sakit kepala
saat terkena cahaya/sinar selain itu pasien juga mengeluhkan nausea (+),
vomitus (+), fatique (+). Selama sakit nafsu makan pasien baik, febris (-).
BAB dan BAK lancar. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama yaitu
sakit kepala jika beraktivitas terus menerus. Pasien tidak memiliki riwayat
hipertensi dan DM, pasien juga tidak mempunyai riwayat minum obat
selama sakit.

Migrain merupakan salah satu jenis nyeri kepala primer yang


diklasifikasikan oleh International Headache Society (IHS) dan merupakan
penyebab nyeri kepala primer kedua setelah Tension Type Headache
(TTH). Migrain ditandai dengan nyeri kepala yang umumnya unilateral
dengan sifat nyeri yang berdenyut, dan lokasi nyeri umumnya di daerah
frontotemporal. Secara garis besar migrain di klasifikasikan menjadi dua
yaitu migren tanpa aura dan migren dengan aura.

Dari anamnesis didapatkan pasien sakit kepala seperti berdenyut,


lokasi unilateral, agravasi, bertambah jika terkena sinar matahari maupun
cahaya-cahaya dan sinar, selain itu pasien juga mengeluhkan mual dan
muntah ini merupakan beberapa dari kriteria diagnosis migrain tanpa aura.

Penatalaksanaan pada pasien ini ialah NSAID yaitu ibuprofen 3x


400 mg untuk mengurangi nyeri ataupun sakit kepala yang diderita oleh
pasien, selain NSAID pasien juga diberikan antiemetik untuk mengatasi
mual dan muntah yaitu dengan pemberian Domperidone 3x 10 mg dan
pemberian antimigrain yaitu ergotamin 2x 1mg.

26
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

27
1. Migrain merupakan nyeri kepala yang bersifat familial dengan
karakteristik serangan yang berulang-ulang, serta intensitas, frekuensi
dan lamanya sangat bervariasi. Nyeri kepala biasanya unilateral,
umumnya disertai anoreksia, mual dan muntah, dalam beberapa kasus
didahului / bersamaan dengan gangguan neurologik.
2. Secara garis besar migrain di klasifikasikan menjadi dua yaitu migren
tanpa aura dan migren dengan aura.
3. Migren tanpa aura bersifat familial, berulang dengan manifestasi
serangan selama 4 – 72 jam, karateristik NK unilateral, berdenyut,
intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik
yang rutin dan diikuti dengan nausea dan atau fotofobia dan fonofobia
4. Migren dengan aura nyeri kepala (NK) berulang yang didahului gejala
neurologi fokal yang reversibel 5- 20 menit dan berlangsung kurang dari
60 menit. Gambaran NK menyerupai MTA biasanya timbul sesudah
gejala aura,
5. Terdapat beberapa factor pencetus terjadinya migraine yaitu, psikologis
(stress, depresi), lingkungan (rokok, bau menyengat, perubahan cuaca,
cahaya atau sura), makanan (yang mengandung tiramin, MSG, coklat,
kopi), obat-obatan (simetidin, kokain, fluoksetin), factor hormone (mens,
hamil), gaya hidup (kurang atau kebanyakan tidur)
6. Untuk terapi migraine dengan menggunakan NSAID serta untuk
menghilangkan keluhan lainnya seperti mual muntah menggunakan
antiemetic.

B. Saran

Harapannya kedepan agar lebih banyak lagi penelitian –penelitian


tentang migraine yang mencari faktor-faktor yang berhubungan terjadinya
migraine.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Anatomidasarkepala,diaksesdihttp://digilib.unila.ac.id/19852/16/BA
B .pdf tanggal 21 juni 2019

29
2. Rianawati B, Munir B, Buku ajar neurologi, edisi pertama cetakan
2017, Fakultas kedokteran Universitas Brawijaya, Malang
3. GoysalY,https://www.google.com/med.unhas.ac.idkedokteranNyeri-
Kepala Migren-KlasterTTH.pdf, diakses tangaal 22 juni 2019.
4. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/viewFile/4151/4
524
5. Dalkara T, Moskowitz A, Neurological basic of migraine, this edition
first, for published 2017.
6. Munir B, Neurologi dasar edisi kedua, cetakan 2017, Fakultas
kedokteran Universitas Brawijaya, Malang

30

Anda mungkin juga menyukai