Anda di halaman 1dari 4

KARYA TULIS

PBB dan BPHTB Kota Semarang


Disusun Guna Untuk Menyelesaikan Tugas Puerkuliahan Perpajakan
Dosen Pengampu : Heri Purwono,SE,M.Si

Disusun Oleh :
1. Eza Ferdiansyah 18101011167
2. Zaky Tiffani Arifiyanto 18101011168
3. Serri Diyah Kusumawiduri 18101011179

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2019/2020
A. PBB Kota Semarang

Pemerintah Kota Semarang menurunkan besaran Pajak Bumi dan Bangunan


(PBB) 2018 hingga 40%. Langkah itu diambil menyusul banyaknya keluhan
masyarakat karena besaran PBB dinilai terlalu tinggi.

Terkait besaran PBB Kota Semarang tahun 2018, dia telah mengambil
keputusan untuk menurunkan nilainya hingga 40%. Bagi masyarakat yang telah
membayarkan PBB tahun 2018, maka Badan Pendapatan Daerah (Bapenda)
Kota Semarang diminta memberikan kompensasi atas kelebihan bayar tersebut.

"Kompensasi tersebut antara lain adalah dengan mengakumulasikan kelebihan


pembayaran PBB 2018 untuk pembayaran PBB di tahun berikutnya. Jadi setelah
kita turunkan nilai PBB 2018, untuk yang sudah membayar dengan nilai awal,
kelebihannya akan digunakan untuk membayar PBB di tahun berikutnya, jadi
tidak akan hilang."Secara teknis, Badap Pendapatan Daerah Kota Semarang
nantinya akan mencetak SPPT PBB 2018 baru dengan nilai yang telah dikoreksi.
Untuk itu dirinya meminta agar SPPT PBB 2018 lama yang belum sampai
kepada masyarakat agar tidak dilanjutkan pembagiannya. Dan untuk proses
pencetakan SPPT PBB 2018 yang baru tersebut, ditargetkan selesai dalam
waktu dua sampai tiga pekan.

Sementara itu, Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Semarang,


Yudi Mardiana, menyampaikan, keputusan menurunkan besaran PBB
berdasarkan aspirasi masyarakat. Namun demikian, Yudi meyakinkan jika target
pendapat daerah Kota Semarang tetap dapat diupayakan agar tercapai.

Contoh:

Misalnya sebuah rumah dengan bangunan 100 m2 berdiri di atas lahan 200 m2.
Dan jika berdasarkan NJOP (nilai jual obyek pajak) harga tanah Rp700 ribu per
m2 dan nilai bangunan Rp600 ribu per m2. Lantas berapa besaran PBB yang
harus dibayar oleh pemilik rumah tersebut?

* Harga tanah : 200 m2 x Rp. 700.000       =    Rp    140.000.000


* Harga Bangunan: 100 m2 x Rp600.000    =    Rp      60.000.000
———————- +
* NJOP sebagai dasar pengenaan PBB        =    Rp    200.000.000
* NJOP Tidak Kena Pajak                          =    Rp      12.000.000
* NJOP untuk penghitungan PBB                =    Rp    188.000.000
* NJKP (Nilai Jual Kena Pajak): 20% x Rp188.000.000
=    Rp      37.600.000
* Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang :
0,5% x Rp37.600.000                               =    Rp          188.000
* Faktor Pengurangan / Stimulus               =    Rp            15.000
——————-  –
PBB YANG HARUS DIBAYARKAN                   =    Rp          173.000
B. BPHTB Kota Semarang

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan atau disingkat BPHTB adalah
salah satu jenis pajak yang harus dibayarkan saat membeli
rumah maupun properti lainnya.

Dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas


Tanah dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor
20 Tahun 2000, pemberian Hak Pengelolaan merupakan objek pajak.

Dikenakannya Hak Pengelolaan sebagai objek pajak adalah karena penerima


Hak Pengelolaan memperoleh manfaat ekonomis dari tanah yang dikelolanya.

Namun mengingat pada umumnya Hak Pengelolaan diberikan kepada


Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah
Propinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, lembaga pemerintah lainnya, dan
Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas)
tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan, sehingga pengenaan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan karena pemberian Hak Pengelolaan
perlu diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Subyek pajak yang wajib dikenakan BPHTB adalah prang pribadi atau badan
yang memeroleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. Sesuai aturan, tarif pajak
yang ditetapkan sebesar 5%.

Pemerintah Kota Semarang terus menggenjot, target perolehan pajak Bea


Perolehan Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB). Pasalnya, Pemkot Semarang
menargetkan pendapatan BPHTB Rp333,5 miliar sampai 21 Juli mendatang.

Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Yudi Mardiana, mengatakan


hingga Jumat (22/6/2018) ini baru terealisasi sebesar Rp138 miliar. Dengan
adanya program baru akan mempermudah teman-teman PPAT menyampaikan
laporan sehingga mereka tidak enggan untuk berkomunikasi dengan hal itu,"
kata Hanik.

Meski tahun lalu pendapatan BPHTB sudah cukup baik, Hanik berharap tahun
2019 ini bisa menghasilkan pendapatan lebih banyak dengan program baru E-
BPHTB.

Terkait dengan kebijakan menaikan target, dia menjelaskan, adanya program


pendaftaran tanah sistematik lengkap (PTSL) dari presiden akan meningkatkan
aktivitas BPHTB.

Selain itu, banyaknya investor yang masuk ke Kota Semarang juga menjadi
pertimbangan menentukan target tersebut.

"Harapan kami tidak hanya transaksi yang dilakukan dari warga ke warga tapi
dari investor yang kemudian mereka melakukan hal-hal yang berhubungan
dengan pemanfaatan lahan.
Contoh :

Seseorang membeli sebuah rumah di Jakarta dengan luas tanah 200 m2 dan
luas bangunan 100 m2. Berdasarkan NJOP, harga tanah Rp700.000 per m2 dan
nilai bangunan Rp600.000 per m2. Berapa besaran BPHTB yang harus
dikeluarkan oleh pembeli rumah tersebut?

* Harga Tanah: 200 m2 x Rp700.000          =    Rp    140.000.000


* Harga Bangunan: 100 m2 x Rp600.000     =    Rp      60.000.000
——————– +
* Jumlah Harga Pembelian Rumah:             =    Rp    200.000.000
* Nilai Tidak Kena Pajak *)                         =    Rp      60.000.000
——————– –
* Nilai untuk penghitungan BPHTB               =    Rp    140.000.000
* BPHTB yang harus dibayar
5% : 5% x Rp140.000.000                     =    Rp       7.000.000

*) untuk wilayah Jakarta Rp60.000.000, Bogor Rp40.000.000, Tangerang


Rp30.000.000 dan sebagainya. Besaran ini dapat berubah sesuai peraturan
pemerintah setempat.

Anda mungkin juga menyukai