Anda di halaman 1dari 31

BAB I

SKENARIO 2

SESAK NAPAS

Bu Ida, datang diantar Suaminya ke praktek dokter Rudi, Bu Ida tampak pucat
dan ketakutan, ia mengeluh batuk darah sudah 3 minggu yang lalu, batuknya disertai
sesak dan nyeri di dada. Suaminya pun tampak takut karena sebelumnya istrinya tidak
pernah seperti ini.

1
BAB II

KATA KUNCI

1. Batuk darah
2. Sesak
3. Nyeri dada

2
BAB III

PROBLEM

1. Mengapa bu Ida bisa menderita batuk darah, serta keluhan lain seperti sesak dan nyeri di
dada ?
2. Apakah yang menyebabkan bu Ida batuk darah, sesak dan Nyeri dada ?
3. Apa yang dilakukan dr. Rudi seharusnya untuk menyembuhkan bu Ida ?

3
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Batasan

Makalah ini membahas tentang penyakit yang berhubungan dengan


kelainan saluran pernafasan atau paru-paru. Akibat adanya batuk darah, batuknya
disertai sesak dan nyeri di dada.

4.2 Anatomi/Histologis/Fisiologi/Patofisiologi/Patomekanisme

4.2.1 Anatomi

Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan.
Ventilasi membutuhkan gerakan dinding sangkar toraks dan dasarnya yaitu
diafragma. Bagian terluar paru-paru dikelilingi oleh membran halus, licin, yang
meluas membungkus dinding anterior toraks dan permukaan superior diafragma.
Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua bagian,
mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur toraks kecuali paru-
paru terletak antara kedua lapisan pleura. Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus.
Bronkus segmental membentuk percabangan menjadi bronkiolus yang tidak
mempunyai kartilago pada dindingnya, bronkus dan bronkiolus juga dilapisi oleh
sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh “rambut” pendek yang disebut silia.
Bronkiolus kemudian membentuk percabangan yaitu bronkiolus terminalis,
kemudian bronkus terminalis menjadi bronkus respiratori, dari bronkiolus

4
respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
kemudian alveoli. Penjelasan tentang anatomi paru-paru yang telah dipaparkan
diatas akan lebih jelas pada
gambar 2.2 .

Sumber : yurryelian.blogspot.com

4.2.2 Histologi

www.medicinesia.com

5
m

www.medicinesia.com myobacterium tuberculosis

4.2.3 Fisiologi

Menurut Price dan Wilson (2006) proses pernafasan dimana oksigen


dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan, dan karbondioksida
dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga proses. Terdiri dari
ventilasi, transportasi dan reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan
karbondioksida dengan darah.
a. Ventilasi
Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paru karena
terdapat perbedaan tekanan antara intrapulmonal (tekanan intraalveoli dan
tekanan intrapleura) dengan tekanan intrapulmonal lebih tinggi dari tekanan
atmosfir maka udara akan masuk menuju ke paru, disebut inspirasi. Bila tekanan
intapulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfir maka udara akan bergerak
keluar dari paru ke atmosfir disebut ekspirasi.
b. Transportasi oksigen
Tahap kedua dari proses pernafasan mencakup proses difusi di dalam
paru terjadi karena perbedaan konsentrasi gas yang terdapat di alveoli kapiler
paru, oksigen mempunyai konsentrasi yang tinggi di alveoli dibanding di kapiler
paru, sehingga oksigen akan berdifusi dari alveoli ke kapiler paru. Sebaliknya,
karbondioksida mempunyai konsentrasi yang tinggi di kapiler paru dibanding di
alveoli, sehingga karbondioksida akan berdifusi dari kapiler paru ke alveoli.
Pengangkutan oksigen dan karbondioksida oleh sistem peredaran darah, dari
paru ke jaringan dan sebaliknya, disebut transportasi dan pertukaran oksigen dan
karbondioksida darah. Pembuluh darah kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan

6
disebut difusi. Respirasi dalam adalah proses metabolik intrasel yang terjadi di
mitokondria, meliputi penggunaan oksigen dan produksi karbondioksida selama
pengambilan energi dari bahan-bahan nutrisi.
c. Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah.
Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir dari
respirasi, yaitu saat dimana metabolit dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan
karbondioksida terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan
dikeluarkan oleh paru-paru.

4.2.4 Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacerium tuberkulosis, sejenis


kuman batang dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um, sebagian
besar kuman terdiri atas lemak (lipid), peptidoglikan danarabinomannan. Lipid
inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadapasam sehingga disebut Bakteri
Tahan Asam (BTA), kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun
dalam keadaan dingin, hal ini karena kuman bersifat dormant, yaitu kuman
dapat aktif kembali dan menjadikan tuberkulosis ini aktif lagi. Sifat lain adalah
aerob, yaitu kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi oksigennya (Sudoyo,
2007).
Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui
udara. Individu terinfeksi, melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau
bernyanyi, melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100 μ) dan kecil ( 1-5 μ ).
Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil tertahandi udara dan
terhirup oleh individu yang rentan. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang
TB aktif, mempunyai resiko untuk tertular tuberkulosis, hal ini juga tergantung
pada banyaknya organisme yang terdapat di udara (Smeltzer dan Bare, 2002) .

4.2.5 Patofisiologi

Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana


mereka terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang,
korteks serebri), dan area paru-paru lainnya (lobus atas). Sistem imun tubuh
berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag)

7
menelan banyak bakteri; limfosit spesifiktuberkulosis menghancurkan basil-
basil dan jaringan normal sehingga mengakibatkan penumpukan eksudat dalam
alveoli menyebabkan bronkopneumonia (Smeltzer dan Bare, 2002).
Bronkopneumonia ini dapat sumbuh dengan sendirinya, sehingga tidak
meninggalkan sisa atau proses dapat berjalan terus dan menyebabkan nekrosis
yang relatif padat dan seperti keju disebut nekrosis kaseosa. Jaringan
granulomas menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut kolagenosa yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Bagian
sentral dari lesi primer paru disebut fokus Ghon. Kebanyakan infeksi TB paru,
kompleks ghon yang mengalami pengapuran ini tidak terlihat secara klinis atau
dengan radiografi. (Price dan Wilson, 2006).

4.3 Jenis- jenis penyakit yang berhubungan

 Tuberkulosis (TB)

 Pneumonia (radang paru-paru)

Salah satu jenis-jenis penyakit paru-paru yang berbahaya


adalah pneumonia Tuberkulosis atau disingkat TB merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi yang menyerang jaringan paru-paru. Penyebab
seseorang mengidap TB adalah bakteri mycobacterium tuberculosis. Sebagian
besar orang memiliki mikroba TB di dalam tubuhnya, tapi mikroba ini hanya
menyebabkan penyakit di beberapa orang saja, biasanya jika imunitas atau
kekebalan tubuh orang itu menurun.

atau disebut juga dengan radang paru-paru.Pneumonia dapat timbul di


berbagai daerah di paru-paru. Pneumonia lobar menyerang sebuah lobus atau
potongan besar paru-paru. Pneumonia lobar adalah bentuk pneumonia yang
mempengaruhi area yang luas dan terus-menerus dari lobus paru-paru..

 Efusi pleura

Cairan berlebih di dalam membran berlapis ganda yang mengelilingi


paru-paru disebut efusi pleura. Dua lapis membran yang melapisi paru-paru atau

8
pleura dilumasi oleh sedikit cairan yang memungkinkan paru-paru mengembang
dan berkontraksi dengan halus dalam dinding dada. Infeksi seperti pneumonia
dan tuberkulosis, gagal jantung, dan beberapa kanker dapat menimbulkan
pengumpulan cairan di antara pleura. Jumlahnya bisa mencapai tiga liter yang
menekan paru-paru.

 Pneumotoraks

Pneumotoraks adalah penyakit yang terdapat di selaput paru atau yang


disebut pleura. Pneumotoraks terjadi jika satu atau kedua membran pleura
tertembus dan udara masuk ke dalam rongga pleura menyebabkan paru-paru
mengempis. Membran pleura dipisahkan oleh lapisan cairan pleura sangat tipis
yang melumasi gerakan mereka. Keseimbangan tekanan antara dinding dada,
lapisan pleura, dan jaringan paru-paru memungkinkan paru-paru “terisap” ke
dalam dinding dada.

Pada pneumotoraks, udara masuk ke dalam rongga pleura.


Keseimbangan tekanan pun berubah dan paru-paru mengempis. Jika lebih
banyak udara yang masuk ke dalam rongga tapi tidak dapat keluar, tekanan di
sekitar paru-paru semakin tinggi yang dapat mengancam jiwa.

Pneumotoraks spontan dapat terjadi akibat pecahnya alveolus yang


membesar secara abnormal di permukaan paru-paru atau akibat kondisi paru-
paru, seperti asma. Penyebab lain adalah patah tulang rusuk dan luka dada.

 Emfisema

Emfisema adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik yang melibatkan


kerusakan pada kantung udara (alveoli) di paru-paru. Akibatnya, tubuh tidak
mendapatkan oksigen yang diperlukan. Emfisema membuat penderita sulit
bernafas. Penderita mengalami batuk kronis dan sesak napas. Penyebab paling
umum adalah merokok.

 Anemia
Anemia atau kurang darah adalah kondisi di mana jumlah sel darah
merah atau hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah

9
berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke
seluruh bagian tubuh. 

4.4 Gejala Klinis

Data Pasien

Nama :Ny. Ida

Umur :35 tahun

Anamnesa

Keluhan utama : Batuk Darah

Riwayat Penyakit Sekarang :

 Batuk darah sejak 3 minggu yang lalu


 Batuk di sertai dahak kadang kuning kadang putih
 1 bulan ini sering demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama
biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influensa dan bersifat hilang timbul
 Penurunan nafsu makan dan berat badan
 Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
 Perasaan tidak enak (malaise), lemah
 Dada terasa nyeri kalau batuknya disertai darah
 Nyeri dada tidak terlalu mengganggu
 Sudah pernah ke dokter, tetapi batuk tidak sembuh-sembuh bahkan batuk
kadang ada darahnya

Riwayat Penyakit Dahulu :

 Sebelumnya tidak pernah sakit seperti ini


 Sering terkena penyakit batuk pilek
 Tidak ada riwayat darah tinggi
 Tidak ada riwayat kencing manis
 Tidak ada riwayat penyakit liver
 Tidak punya asma

10
 Sebelumnya berobat karena batuk pilek ke dokter umum dan diberi obat
batuk sesak serta obat panas, tetapi tidak sembuh

Riwayat Keluarga :

 Orang tua dulu pernah sakit seperti ini tetapi sudah meninggal
 Keluarga yang lain tidak ada seperti ini

Riwayat Obat-Obatan :

 Biasanya kalau batuk diberi obat batuk dari puskesmas atau obat beli di
warung.

4.5 Pemeriksaan Fisik Penyakit

Tanda vital :

Tensi : 140 / 90 mmHg (normal : 120/80 mmHg)

Nadi : 100 x/menit (normal : 60-100 x/menit)

RR : 16 x/menit ( normal : 12-20 x/menit)

Suhu : 36°C (normal : 36,5-37°C)

Berat Badan : BMI = (BB) / [(TB) * (TB)]


BB = 45 kg dan TB = 165 cm, maka
BMI = (45) / [(1.65) * (1.65)] = 16.5 (dibawah normal)
Nilai normal BMI:
BMI < 18.5 = berat badan kurang (underweight)
BMI 18.5 - 24 = normal
BMI 25 - 29 = kelebihan berat badan (overweight)
BMI >30 = obesitas

Keadaan umum : Tampak lemah

Kesadaran : Compos Mentis

Kepala / leher : Anemis (-) /Ikterus (-) /Napas cuping hidung (-) /Sianosis (-)
Limfadenopati (-) / JVP Normal

11
Toraks : Jantung: S1-S2 normal, bising/murmur tidak ada

Paru :

Inspeksi : dalam batas normal

Palpasi : dalam batas normal

Perkusi : dalam batas normal

Auskultasi : dalam batas normal

Abdomen : Distensi(-) / hepar tidak teraba / lien tidak teraba /


meteorismus (-) / bising usus normal

Ekstremitas : Akral dingin

4.6 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

LED : meningkat
(Nilai normal dewasa pria <15 mm/jam pertama, wanita <20 mm/jam pertama)
Dahak : makroskopis = purulen , darah +

: mikroskopis = BTA +2

X-ray : gambaran TB paru aktif

12
BAB V
HIPOTESIS AWAL

Dengan melihat gejala pada pasien seperti batuk berdarah, penurunan nafsu
makan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu yang disertai dengan darah
dan pada pemeriksaan X-ray gambaran TB paru aktif, laboratorium LED (Laju Endap
Darah) meningkat. Dari gejala tersebut diduga merujuk pada suatu diagnosa TB paru.
Selain diagnose tersebut didapatkan diagnosa banding yang diantaranya: TB paru,
pneumonitis, infark paru, sembab paru. DD ini akan kami bahas lebih lanjut di bab
selanjutnya.

13
BAB VI

ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

6.1 Tuberculosis Paru

a. Definisi

Tuberkulosis atau disingkat TB merupakan penyakit yang disebabkan


oleh infeksi yang menyerang jaringan paru-paru. Penyebab seseorang mengidap
TB adalah bakteri mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar orang memiliki
mikroba TB di dalam tubuhnya, tapi mikroba ini hanya menyebabkan penyakit
di beberapa orang saja, biasanya jika imunitas atau kekebalan tubuh orang itu
menurun.

b. Gejala

Gejala – Gejala Klinis

1. Demam
2. Batuk
3. Sesak Nafas
4. Nyeri Dada
5. Maleise
6. Dispnea

Gejala Umum

1. Panas badan
2. Menggigil
3. Keringat Malam
4. Gangguan Menstruasi
5. Anoreksial
6. Lemah Badan

c. Diagnosis
a. Pemeriksaan Fisik TB paru

Kelainan pada pemeriksaan fisik tergantung luas dan kelainan


struktural paru. Pada lesi minimal, pemeriksaan fisik dapat normal atau dapat
ditemukan tanda konsolida si paru utamanya apeks paru. Tanda pemeriksaan

14
fisik paru tersebut dapat berupa : vocal fremitus meningkat, perkusi redup,
bunyi napas bronkovesikuler atau adanya ronkhi terutama di apeks paru.

b. Pemeriksaan vital Sign

a. Tensi : Hipertensi stage 1 (140/90 mmHg)


b. Nadi : 100x/menit
c. RR : 16x/menit
d. Suhu : 36°C normal / > 40 °C

c. Pemeriksaan Penunjang TB Paru

1. Pemeriksaan Bakteriologis

Pemeriksaan bakteriologis untuk menemukan kuman TB


mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan
untuk pemeriksaan bakteriologis ini dapat berasal dari dahak, cairan
pleura, bilasan bronkus, liquor cerebrospinal, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar, urin, faeces, dan jaringan biopsi.

2. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan rutin adalah foto toraks PA. Pemeriksaan atas


indikasi seperti foto apikolordotik, oblik, CT Scan. Tuberkulosis
memberikan gambaran bermacam-macam pada foto toraks. Gambaran
radiologis yang ditemukan dapat berupa:

• bayangan lesi di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah

• bayangan berawan atau berbercak

• Adanya kavitas tunggal atau ganda

• Bayangan bercak milier

• Bayangan efusi pleura, umumnya unilateral

• Destroyed lobe sampai destroyed lung

15
• Kalsifikasi

• Schwarte.

6.2 Pneumonitis
a. Definisi
Pneumonitis Hipersensitivitas (Alveolitis Alergika Ekstrinsik,
Pneumonitis Interstisial Alergika, Pneumokoniosis Debu Organik) adalah
suatu peradangan paru yang terjadi akibat reaksi alergi terhadap alergen
(bahan asing) yang terhirup. Alergen bisa berupa debu organik atau bahan
kimia (lebih jarang). Debu organik bisa berasal dari hewan, jamur atau
tumbuhan.

b. Gejala

Gejala klinis penyakit Peneumonitis yaitu :


 Demam
 Menggigil
 Batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang
disertai darah
 Sesak napas
 Nyeri dada
 Sianosis (kebiruan, terutama pada bibir)
 Lebih dari salah satu gejala tertekannya pernapasan (biasa
disebut dengan distress respirasi), di antaranya : napas cepat
(takipnea), batuk, pernapasan cuping hidung (ujung hidung
kembang kempis saat bernapas), retraksi dinding dada (pada
sela-sela iga dan ulu hati cekung ke dalam), dan terdapat
suara tambahan dalam bernapas

c. Diagnosis

a. Pemeriksaan Fisik Pneumonitis

1.Inspeksi

Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,


pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif
menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas.Batasan

16
takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau
lebih.Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase
inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak
jelas.

2. Palpasi

Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba
mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami
peningkatan atau tachycardia.

3. Perkusi

Suara redup pada sisi yang sakit.

4. Auskultasi

Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga


ke hidung / mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor.
Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi
halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan
bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura
(Mansjoer,2000).

b. Pemeriksaan vital Sign

a. Tensi : Hipertensi stage 1 (140-159/90-99 mmHg)


b. Nadi : 100x/menit
c. RR : Nafas Bunyi Mengi
d. Suhu : >38 (Panas)

b. Pemeriksaan Penunjang Pneumonitis

1. Pemeriksaan laboraturium

- Leukosit 18.000 – 40.000 / mm3

- Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri.

- LED meningkat(Nilai normal dewasa pria <15 mm/jam pertama, wanita


<20 mm/jam pertama)

17
2. X-foto dada

Terdapat bercak – bercak infiltrate yang tersebar (bronco pneumonia) atau


yang meliputi satu/sebagian besar lobus/lobule (Mansjoer,2000).

6.3 Efusi pleura


a. Definisi

Cairan berlebih di dalam membran berlapis ganda yang mengelilingi


paru-paru disebut efusi pleura. Dua lapis membran yang melapisi paru-
paru atau pleura dilumasi oleh sedikit cairan yang memungkinkan paru-
paru mengembang dan berkontraksi dengan halus dalam dinding dada.
Infeksi seperti pneumonia dan tuberkulosis, gagal jantung, dan beberapa
kanker dapat menimbulkan pengumpulan cairan di antara pleura.
Jumlahnya bisa mencapai tiga liter yang menekan paru-paru.

b. Gejala

a. Penekanan pada paru-paru


b. Nyeri dada (tidak terjadi pada semua pasien)
c. Kesulitan bernapas
d. Batuk dan demam dengan empiema (bila pneumonia telah menyebabkan
efusi)
e. Cegukan
f. Dispnea (sesak napas)

c. Diagnosis

a. Pemeriksaan Fisik Efusi Pleura

Pada pemeriksaan fisik didapatkan perkusi pekak, fremitus vokal


menurun atau asimetris bahkan menghilang, bising napas juga menurun
atau hilang.Gerakan pernapasan menurun atau asimetris, lenih rendah
terjadi pada sisi paru yang mengalami efusi pleura.Pemeriksaan fisik
sangat terbantu oleh pemeriksaan radiologi yang memperlihatkan jelas
frenikus kostalis yang menghilang dan gambaran batas cairan
melengkung.

18
b. Pemeriksaan penunjang Efusi Pleura

a.    Pemeriksaan Radiologis


Pemeriksaan radiologik mempunyai nilai yang tinggi dalam
menegakkan diagnosis efusi pleura, meskipun tidak berguna dalam
menentukan faktor penyebabnya. Pada foto toraks terlihat perselubungan
homogen dengan batas atas yang cekung atau datar, dan sudut
kostofrenikus yang tumpul; cairan dengan jumlah yang sedikit hanya
akan memberikan gambaran berupa penumpulan sudut kostofrenikus.
Cairan berjumlah kurang dari 100 ml tidak akan terlihat pada foto toraks
yang dibuat dengan teknik biasa. Bayangan homogen baru dapat terlihat
jelas apabila cairan efusi lebih dari 300 ml. Apabila cairan tidak tampak
pada foto postero-anterior (PA), maka dapat dibuat foto pada posisi
dekubitus lateral.

Di bawah ini beberapa pemeriksaan radiologis yang lazim dilakukan :


1) Rontgen dada : Rontgen dada biasanya merupakan langkah
pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang
hasilnya menunjukkan adanya cairan. Efusi pleura didiagnosis
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di konfirmasi
dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral
decubitus dapat diketahui adanya cairan dalam rongga pleura
sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan dengan posisi AP atau
PA paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml.
Pada foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan adanya
sudut costophreicus yang tidak tajam.
2) CT scan dada: CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru
dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses
paru atau tumor.

19
3) USG dada: USG bisa membantu menentukan lokasi dari
pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa
dilakukan pengeluaran cairan.
b.     Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui
dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh
melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang
dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh
pembiusan lokal).

c.     Analisa cairan pleura


Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus diketahui,
kemudian cairan pleura diambil dengan jarum, yaitu melalui
thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan efusi dilakukan pemeriksaan
seperti:
      Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH),
albumin, amylase, pH, dan glucose
      Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui
kemungkinan terjadi infeksi bakteri
      Pemeriksaan hitung sel
      Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan

d.    Biopsi
Diagnosis dari Pleuritis TB secara umum ditegakkan dengan
analisis cairan pleura dan biopsi pleura.Biopsi pleura parietal telah
menjadi tes diagnositik yang paling sensitif untuk Pleuritis
TB.Pemeriksaan histopatologis jaringan pleura menunjukkan peradangan
granulomatosa, nekrosis kaseosa, dan BTA positif.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
Biopsi pleura perlu dipikirkan setelah hasil pemeriksaan sitologik
ternyata negatif. Diagnosis keganasan dapat ditegakkan dengan biopsi
pleura tertutup pada 60% penderita. Beberapa penelitian menunjukkan

20
bahwa biopsi yang dilakukan berulang (dua sampai empat kali) dapat
meningkatkan diagnosis sebesar 24%. Biopsi pleura dapat dilakukan
dengan jarum.

6.4 Infark Paru


a. Definisi
Infark atau nekrosis iskemik lokal merupakan komplikasi PE yang
jarang terjadi karena paru memiliki suplai darah ganda. Infark paru biasanya 
dikaitkan dengan penyumbatan arteria lobaris atau lobularis ukuran sedang
dan insufisiensi aliran kolateral dari sirkulasi bronkus. sebenarnya infark dan
emboli merupakan 2 hal yang tak dapat dipisahkan. Infark paru merupakan
penyakit dengan gambaran emboli paru yang disertai gejala utama berupa
nyeri pleuritik dan hemoptisis. Infark selalu disebabkan oleh embolus, tetapi
embolus tidak selalu menyebabkan infark. infark lebih sering terjadi pada
orang tua dengan penyakit dasar yang berat seperti gagal jantung kronik

b. Gejala
Gejala dari infrak paru yaitu :
a. Nyeri pleuritik dan hemoptisis.
b. Batuk (timbul secara mendadak, bisa disertai dengan dahak
berdarah)
c. Sesak nafas yang timbul secara mendadak, baik ketika istirahat
maupun ketika sedang melakukan aktivitas
d. Nyeri dada (dirasakan dibawah tulang dada atau pada salah satu
sisi dada, sifatnya tajam atau menusuk)
e. Nyeri semakin memburuk jika penderita menarik nafas dalam,
batuk, makan atau membungkuk
f. Pernafasan cepat
g. Denyut jantung cepat (takikardia

c. Diagnosis
a. Pemeriksaan Fisik Infark Paru
Pada pemeriksaan fisik dicari gejalan/tanda lain di luar paru yang
dapat mendasari terjadinya batuk darah antara lain: jari tabuh, bising sistolik,
dan opening snap, pembesaran kelenjar limfe, ulserasi septum nasalis.
c. Pemeriksaan Penunjang Infark Paru

21
Foto toraks dalam posisiAP dan lateral hendaklah dibuat pada setiap
penderita hemoptisis masif. Gambaran opasitas dapat menunjukkan tempat
perdarahannya.

Gejala Klinik
DD Gejala Klinis Menurut Literature
Pasien
1.      Batuk berdarah 3 minggu disertai

dahak

2.      Sesak Nafas √

Tuberkulosis
3.      Demam √
Paru

4.      Nyeri Dada √

5.      Berat Badan turun √

Gejala Klinik
DD Gejala Klinis Menurut Literature
Pasien

1.      Sesak Nafas √

2.      Batuk – Batuk √


Pneumonitis
3.      Mengi -

4.      Batuk berdahak √

22
BAB VII

HIPOTESIS AKHIR

Berdasarkan anamnesa,pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang penyakit


pasien,dapat disimpulkan penyakit yang diderita pasien pada skenario ini adalah TB
Paru.

Pasien dapat didiagnosa mengidap penyakit TB Paru karena dapat dilihat dari
gejala yang ditimbulkan seperti batuk darah disertai dahak kadang kuning kadang putih
selama lebih dari 3 minggu, selama sebulan sering demam yag tidak terlalu tinggi yang

23
berlangsung lama biasanya malam hari dengan keringat malam, penurunan nafsu
makan, dada terasa nyeri kalau batuknya disertai darah.

Dengan dilaksanakannya pemeriksaan laboratorium LED meningkat,


pemeriksaan X-ray ditemukan gambaran TB Paru aktif.

Keluhan dan Gejala :


Tanda Vital :
 Batuk darah 3
minggu lalu Tensi : 140/90 mmHg
 Dahak kuning
Nadi : 100 x/menit
kadang putih
 Demam RR : 16 x/menit
 Nafsu makan dan
berat badan turun BAB VIII Suhu : 36˚ C
 Lemas dan lemah
MEKANISME DIAGNOSA Keadaan Umum : lemah
 Dada nyeri ketika
batuk darah Kesadaran : compos mentis

Riwayat Penyakit Dahulu : Kepala/leher :

 Sering batuk pilek  anemia (-)


 Tidak ada gangguan  ikterus (-)
darah tinggi, DM,  nafas cuping hidung (-)
liver, asma.  limfadenopati (-)
 JVP ( normal)
Riwayat Keluarga :
Toraks :
 Orang tua pernah
sakit seperti ini.  S1-S2 Normal
24
 Bising (-)
Riwayat Obat :

 Obat batuk
Diferential Diagnosis :

 TB Paru
 Pneumonitis
 Sembab Paru
 Infark Paru

BAB IX

STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH

9.1 Penatalaksanaan

A. Memperbaiki keadaan umum seperti nutrisi, keseimbangan cairan.


B. Strategi penatalaksanaan menurut DOTS WHO meliputi:
 Komitmen pemerintah dalam mengontrol TB.
 Deteksi kasus dengan pemeriksaan hapusan BTA sputum

25
 Kemoterapi standar jangka pendek (6-8 bulan) dengan pengawasan
minumobat.
 Kesinambungan ketersediaan obat anti tuberculosis
 Sistem pencatatan dan pelaporan standar.

9.2 Prinsip Tindakan Medis

A. OAT ( Obat Anti TB )

Jenis – Jenis obat TB :

1. Isoniasid ( H )
Dikenal dengan INH, bersifat baktresid.Dapat membunuh 90% populasi
kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.
2. Rifampisin ( R )
Bersifat baktresid.Dapat membunuh kuman yang tidak dapat dibunuh
oleh isoniasid.
3. Pirasinamid ( Z )
Bersifat baktresid. Dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam
4. Streptomisin ( S )
Bersifat baktresid.
5. Etambulol ( E )
Bersifat sebagai bakteriostatik.

Dengan rincian dosis sebagai berikut :

Dosis Harian Dosis 2x/Minggu Dosis 3x/Minggu


OBAT
(mg/kgbb/hari) (mg/kgbb/hari) (mg/kgbb/hari)

Isoniasid 5-15 (maks 300 mg) 15-40 (maks 900 mg) 15-40 (maks 900 mg)

Rifampisin 10-20 (maks 600 mg) 10-20 (maks 600 mg) 15-20 (maks 600 mg)

26
Pirasinamid 15-40 (maks 2 mg) 50-70 (maks 4 mg) 15-30 (maks 3 mg)

Streptomisin 15-40 (maks 1 mg) 25-40 (maks 1,5 mg) 25-40 (maks 1,5 mg)

Etambulol 15-25 (maks 2,5 mg) 50 (maks 2,5 mg) 15-25 (maks 1,5 mg)

Prinsip Pengobatan

Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman
dapat dibunuh.

Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu :

1. Tahap Intensif

Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk


mencegah terjadinya kekebalan obat.

2. Tahap Lanjutan

Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister


(dormant)sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

B. Kemoterapi

Aktivitas obat : ( bakterisid, bakteriostatik )

Faktor kuman : ( populasi kuman )

 Kel A : - Kuman yang tumbuhnya aktif dan cepat

- Mudah diatasi OK sensitif terhadap OAT

 Kel B : - Semi dormant

- Senang dalam suasana asam

- Kurang sensitif dengan OAT

27
 Kel C : - Semidormant tetapi dengan metabolisme sangat cepat
dansingkat dalam beberapa jam

- Hanya sensitif tehadap OAT tertentu

 Kel D : - Dormant, resisten / kebal tehadap OAT

- Dipengaruhi daya tahan tubuh

C. Pembedahan

Diperlukan beberapa indikasi bila akan melakukan pembedahan :

 Indikasi mutlak

- Telah diobati OAT adekuat BTA tetap (+), misal TB paru kasus gagal,
kronik, MDR

- Batuk darah masif tak dpt diatasi

- Empiema dgn fistula bronkopleura à konservatif gagal

 Indikasi relatif

- Batuk darah berulang BTA (–)

- Kerusakan satu paru/ lobus dengan keluhan

- Sisa kavitas yg menetap

BAB X

PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

10.1 Cara Penyampaian Prognosis Kepada Pasien / Keluarga Pasien

a. Memilih waktu dan kondisi yang tepat


b. Mengatur tempat dan suasana yang nyaman bagi pasien dan keluarga
sebelummenyampaikan prognosis
c. Mempelajari kembali prognosis
d. Meyakinkan diri saat berbicara agar pasien dan keluarganya bisa yakin
akankemampuan kita

28
e. Berbicara dengan bahasa yang dimengerti pasien
f. Memberikan juga solusi-solusi misalnya pengobatan dan terapi-terapi untuk
penyakit tersebut agar pasien tidak patah semangat
g. Mengingatkan pasien untuk berfikir positif, semangat dan terus berdoa

10.2 Tanda Untuk Merujuk Pasien

Diperlukan perlakuan medis khusus bagi para penderita TBC yang


mengalami komplikasi atau sedang berada dalam kondisi – kondisi tertentu. Di
uraikan sebagai berikut :

 Batuk darah
 Bronkiektasis
 Empiema
 Pneumotoraks
 TB ekstra pulmoner
 Sindroma obstruksi pasca TB (SOPT)
 Luluh paru (destroyed lobe / lung)
 Dalam kondisi hamil dan menyusui

10.3 Peran Pasien / Keluarga Untuk Penyembuhan

Pasien

a. Melakukan anjuran-anjuran dokter


b. Rutin konsul dalam jangka waktu yang dokter tentukan
c. Rutin meminum obat dalam jangka waktu yang dokter
tentukan
d. Tetap berpikiran positif dan berdoa

Keluarga

a. mengingatkan pasien bila pasien lupa melakukan tahapan-


tahapan yang dianjurkan dokter
b. mendampingi pasien dalam menjalani berbagai pengobatan
c. selalu memberi semangat kepada pasien

10.4 Pencegahan Penyakit

29
 Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TBC aktif.
 Cukup gizi, jangan telat makan
 Cukup istirahat, jika capai istirahat dulu
 Jangan Stres Fisik, capai berlebihan
 Jangan Stres Mental, berusahalah berpikir positip dan legowo (bisa menerima)
 Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat). Vaksin
ini secara rutin diberikan pada semua balita.
 Perlu diingat bahwa mereka yang sudah pernah terkena TBC dan diobati, dapat
kembali terkena penyakit yang sama jika tidak mencegahnya dan menjaga
kesehatan tubuhnya.ok
 Jangan merokok , baik merokok aktif maupun pasif

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-fitraisnae-6705-2-babii.pdf

http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/respirasi/tuberkulosis-dan-aspek-
imunopatologinya/

http://www.artikelkedokteran.com/1491/tbc-disertai-pneumothorax.html

http://penyakitpneumonia.com/

http://id.scribd.com/doc/201957596/Edema-Paru

30
http://medicastore.com/

http://health.kompas.com/

31

Anda mungkin juga menyukai