Jurnal 5
Jurnal 5
Alamat Korespondensi :
Eddy Arsyad
Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar,90245
HP: 081354657858
Email: edarsyad@gmail.com
Abstrak
Latar belakang penelitian ini karena peneliti adanya keterkaitan antara senam kegel dengan penurunan
kejadian inkontinensia urin. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab terjadinya stres
inkontinensia urine pada wanita primigravida dan untuk mengetahui hubungan antara stres
inkontinensia urine dengan senam Kegel pada wanita primigravida. Penelitian ini dilaksanakan di
beberapa Rumah Sakit pendidikan Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-UNHAS, antara lain: RS.
Wahidin Sudirohusodo, RSKDIA St. Fatimah, RS. Bayangkhara, RS. Haji, RS. Syech Yusuf Gowa
dan RS. Salewangang Maros selama periode September-Desember 2012. Dilakukan observasi
terhadap wanita primigravida yang melakukan senam Kegel dan yang tidak melakukan senam Kegel
yang kemudian di anamnesis dengan menggunakan alat pengukuran berupa kuisioner. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan desain cross sectional study. Sampel
penelitian yang memenuhi kriteria inklusi adalah 60 orang wanita primigravida dengan umur
kehamilan ≥ 32 minggu. Sampel terbagi menjadi 2 kelompok yaitu yang mengikuti senam Kegel
sebanyak 30 orang dan tidak mengikuti senam Kegel sebanyak 30 orang sebagai kontrol. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis statistik t Independen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
wanita primigravida yang mengikuti senam Kegel dan yang tidak mengikuti senam Kegel berbeda
secara statistik (P=0,000) dimana terjadi hubungan signifikan antara senam Kegel dengan penurunan
kejadian inkontinensia urine postpartum pada wanita primigravida.
Abstract
There is relationship beetween kegel’s exercises and urine incontinence at the primigravida women
incidence cases. This study aims to analyze the causes of stres urinary incontinence in women
primigravida and to determine the relationship between stres urinary incontinence in women with
Kegel exercises primigravida. This study was conducted in several education Hospital Department of
Obstetrics and Ginecologi FK-UNHAS, among others: RS. Wahidin Sudirohusodo, RSKDIA St.
Fatimah, RS Bayangkhara, Haji RS, RS RS Syech Joseph Gowa and Maros Salewangang during the
period from September to December 2012. Observations of women who perform Kegel exercises
primigravida and that does not do the Kegel exercises later in history by using measurement tools
such as questionnaires. The method used in this study was an observational cross-sectional study
design. Sample studies met the inclusion criteria were 60 primigravida women with gestational age ≥
32 weeks. Samples were divided into 2 groups: Kegel exercises are followed by 30 people, and do not
follow the Kegel exercises as many as 30 people as controls. Data were analyzed using independent t
statistical analysis. The results showed that women who followed the primigravida and Kegel
exercises Kegel exercises are not following statistically different (P = 0.000) where there is a
significant relationship between Kegel exercises with a reduced incidence of postpartum urinary
incontinence in women primigravida.
Desain penelitian
HASIL PENELITIAN
Telah dilakukan penelitian terhadap 60 ibu yang dirawat di kamar bersalin
dan rawat jalan di RS pendidikan dan jejaring Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar selama periode Maret sampai
September 2012. Penelitian ini melibatkan 60 orang subyek penelitian terdiri atas 30
orang ibu yang memenuhi kriteria inklusi sampel yang mengikuti senam Kegel dan
30 orang ibu yang tidak senam Kegel.
Karakteristik Subyek Penelitian
Pada tabel 1 diperoleh 30 orang ibu yang mengikuti senam Kegel dan 30
orang ibu yang tidak mengikuti senam Kegel. Dimana tidak ditemukan adanya
perbedaan umur, BBL, pekerjaan, penyulit, dan distribusi besar BBL yang bermakna
(p>0,05) antara kedua kelompok,kecuali tingkat pendidikan. Karena mereka yang
ikut senam kebanyakan berpendidikan tinggi (SMA/sarjana) yaitu sebesar 64,1%.
Distribusi stres inkontinensia urine pada kelompok
Pada table 2 diantara 60 orang ibu tersebut, 23 orang diantaranya mengalami
inkontinensia urine setelah melahirkan, 19 orang (63,3%) pada kelompok kontrol dan
4 orang (13,3%) pada kelompok senam Kegel. Hasil uji X2 menujukkan perbedaan
yang bermakna (p<0,05), dimana kelompok Senam Kegel lebih sedikit mengalami
inkontinensia urine.
Distribusi inkontinensia urine berdasarkan tingkat pendidikan
Pada tabel 3 distribusi ibu yang mengalami inkontinensia urine berdasarkan
tingkat pendidikan menujukkan bahwa mereka yang berpendidikan tinggi
(SMA/sarjana) lebih sedikit mengalami inkontinensia urine daripada mereka yang
berpendidikan rendah (SD/SMP). Hasil uji X2 menujukkan perbedaan yang
bermakna (p<0,05).
Distribusi inkontinensia urine berdasarkan tingkat pendidikan pada kelompok
senam Kegel dan kontrol.
Pada tabel 4 bila dilakukan stratifikasi tingkat pendidikan, kemudian
dilakukan analisis kontribusi Senam Kegel dengan terjadinya inkontinensia urine,
maka diperoleh bahwa kontribusi senam Kegel dalam mengurangi/memproteksi
terjadinya inkontinensia urine pada pascapersalinan tidak bermakna (P>0,05) pada
ibu-ibu dengan tingkat pendidikan rendah (SD/SMP), tetapi berkontribusi secara
nyata (p<0,05) pada ibu-ibu dengan tingkat pendidikan tinggi (SMA/Sarjana).
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini telah dilakukan penilaian kejadian stres inkontinensia
urine post partum dari wanita hamil primigravida yang mengikuti senam Kegel dan
tidak mengikuti senam Kegel selama hamil (umur kehamilan>35 minggu) setelah 1
minggu post partum dan membandingkan kedua kelompok sampel, apakah ada
perbedaan yang bermakna terhadap kejadian stres inkontinensia urine postpartum
pada masing-masing kelompok.
Didapatkan 60 ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi yang dibagi dalam
dua kelompok, masing-masing 30 sampel yang mengikuti senam Kegel dan 30
sampel sebagai kontrol (tidak mengikuti senam Kegel).Pada penilaian terhadap
karakteristik sampel pada kedua kelompok, ditemukan perbedaan umur, BBL,
pekerjaan, penyulit, dan distribusi besar BBL yang bermakna (p>0,05) antara kedua
kelompok. Dari data yang diperoleh bahwa wanita primigravida yang melahirkan
dengan BBL diatas 3000 gram, cenderung mengalami inkontinensia urine. Hal ini
sesuai dengan pendapat Cammu (2000), yang telah melakukan penelitian pada
wanita yang melahirkan bayi dengan berat badan>4000 gram akan mengalami risiko
peningkatan inkontinensia urine karena persalinan seperti ini memiliki tendensi
terjadinya peningkatan kerusakan saraf dasar panggul.
Kelainan struktur atau fungsi otot dasar panggul akan menyebabkan
timbulnya inkontinensia urine dan hal ini selalu dihubungkan dengan kerusakan
dasar panggul selama persalinan pervaginam (Herschorn, 2004). Inkontinensia yang
sering terjadi pada ibu postpartum adalah stres inkontinensia urine. Terjadinya
inkontinensia ini karena faktor sfingter (uretra) yang tidak mampu mempertahankan
tekanan intrauretra pada saat tekanan intravesika meningkat atau saat kandung
kemih terisi. Peningkatan tekanan intraabdominal dapat dipacu oleh batuk, bersin,
tertawa, berjalan, berdiri, atau mengangkat benda berat (Wayman, 2003). Penilaian
terhadap kejadian stres inkontinensia urine pada penelitian ini menunjukkan bahwa
kelompok yang melakukan senam Kegel lebih rendah (13,3%) dibandingkan dengan
kelompok kontrol (tidak melakukan senam Kegel) (63,3%). Dari hasil analisis data
juga diperoleh senam Kegel berpengaruh nyata terhadap kejadian stres inkontinensia
urine post partum pada wanita primigravida(p=000). Penelitian ini menunjukkan
bahwa senam Kegel selama kehamilan dapat menurunkan terjadinya kasus stres
inkontinensia urine post partum khususnya pada wanita primigravida. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bo (2004), bahwa kebanyakan kasus stres inkontinensia berespon
terhadap program latihan dasar panggul (Kegel Exercise) pada masing-masing
individu. Kegel Exercise sudah terbukti mampu mengatasi masalah inkontinensia
urine.
Penilaian terhadap kejadian kasus sress inkontinensia urine berdasarkan
tingkat pendidikan diperoleh data tertinggi yang mengalami sress inkontinensia urine
yaitu pada tingkat pendidikan SMP (66,7%) dan yang terendah pada tingkat
pendidikan SMA/Sarjana (74,4%) dimana hasil uji anova menunjukkan perbedaan
yang bermakna (p<0,05). Sedangkan berdasarkan stratifikasi tingkat pendidikan ,
dan analisis kontribusi Senam Kegel dengan terjadinya inkontinensia urine,dapat
diperoleh kontribusi senam Kegel dalam mengurangi/memproteksi terjadinya
inkontinensia urine pada pascapersalinan tidak bermakna (P>0,05) pada ibu-ibu
dengan tingkat pendidikan rendah (SD/SMP), tetapi berkontribusi secara nyata
(p<0,05) pada ibu-ibu dengan tingkat pendidikan tinggi (SMA/Sarjana). Hal ini
sesuai dengan pendapat Ulya dan Noor (2008), yang telah melakukan penelitian pada
35 orang sampel dengan tingkat pendidikan yang tidak sama dan mengatakan bahwa
pendidikan yang tinggi berpengaruh (p = 0,000 dan nilai r = 0,715) pada praktik
senam Kegel.
KESIMPULAN DAN SARAN
Senam Kegel berpengaruh nyata terhadap penurunan kejadian stres
inkontinensia urine post partum pada wanita primigravida(p=000). Kontribusi senam
Kegel dalam mengurangi/memproteksi terjadinya inkontinensia urine pada
pascapersalinan tidak bermakna (P>0,05) pada ibu-ibu dengan tingkat pendidikan
rendah (SD/SMP), tetapi berkontribusi secara nyata (p<0,05) pada ibu-ibu dengan
tingkat pendidikan tinggi (SMA/Sarjana). Saran agar unit pelayanan kesehatan
mengaktifkan senam Kegel sebagai bagian dari program antenatal care. Serta perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan variabel
penelitian lain untuk mengetahui pengaruh dari senam Kegel.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. (2004). The muscles of the pelvic floor. Clin Obstet Gynecol;36: 910-24.
Bo, K. (2004). Pelvic floor muscle exercise for the treatment of stres urinary
incontinence: an exercise physiology perspective. Int Urogynecol J;6:282-
91.
Freeman. (2004). Epidemiology of incontinence. In: Ostergard DR, Bent AE, editors.
Urogynecology and urodynamics: theory and practice. 4th ed. Baltimore:
Williams & Wilkins.p.67-73.
Herschorn, S. (2004). Female pelvic floor anatomy: the pelvic floor, supporting
structures, and pelvic organs. Rev Urol;6 Suppl 5:S2-10.
Holroyd-Leduc, J., and Straus, S.E. 2004. Management of urinary incontinence in
women: scientific review. JAMA 2004;291(8):986-95.
Junizaf. (2011). Buku Ajar Uroginekologi Indonesia. FK-UI.
Loetan F, Sand PK., and Bowen LW. 2006. The urinary tract in pregnancy. In:
Ostergard DR, Bent AE, editors. Urogynecology and urodynamics: theory
and practice. 4th ed. Baltimore: Williams & Wilkins;p.323-37.
Mary,C. Ann. 2011. Latihan selama kehamilan, senam hamil. Alih Bahasa: Yulianto
A. Colombus. Georgia.
Nygaard, I.E.(2004). Stess urinary incontinence. Obstet Gynecol. 104:607-20.
Purnomo. (2003). Dasar-dasar urologi. FK-Brawijaya. Malang.
Smith, C.M., Miller J.M., Mims B.L., DeLancey JOL, Ashton-Miller J.A., and
Antonakos C.L. 2009. Effect of pelvic muscle exercise on transient
incontinence during pregnancy and after birth. Obstet Gynecol;91:406-12.
Wyman, J.F. (2003). Treatment of urinary incontinence in men and older women.
AJN;103 Suppl. 3:26-35.
Tabel 1. Karakteristik sampel pada kedua kelompok
Kelompok
Variabel Senam Kegel Kontrol Independent test
(n=30) (n=30)
Umur (tahun); mean±SD 23,4 ± 3,9 22,3 ± 3,8 p=0,287
BBL (gram); mean±SD 2956,67 ± 2903,33 ± p=0,406
268,69 40,67
Pendidikan; n (%)
SD 2 (22,2%) 7 (77,8%) p=0,012
SMP 3 (25,0%) 9 (75,0%)
SMA/Sarjana 25 (64,1%) 14 (35,9%)
Pekerjaan; n (%)
Ibu RT 19 (48,7%) 20 (51,3%) p=1,000
Mahasiswa/Swasta/PNS 11 (52,4%) 10 (47,6%)
Penyulit; n (%)
Tidak ada 27 (47,4%) 30 (52,6%) p=0,237
Ada 3 (100,0%) 0 (0,0%)
Besarnya luaran; n (%)
BBL ≤3000 gram 19 (46,3%) 22 (53,7%) p=0,290
BBL >3000 gram 11 (57,9%) 8 (42,1%)