t53040 PDF
t53040 PDF
Metode: Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus.
Subyek penelitian adalah kepala Instalasi Farmasi, perawat bangsal, apoteker dan
tenaga teknis kefarmasian. Lokasi penelitian dilakukan di unit perawatan dan unit
farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Pengumpulan data
menggunakan metode wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD),
Dokumentasi, Pelatihan dan Observasi.
Kata Kunci: sistem pengelolaan obat, High alert medication, keselamatan pasien
ABSTRACT
Methods: This study is a qualitative research with designed case-study. The subjects of
this study are the head of pharmaceutical installation, ward nurses, pharmacists and
pharmacy technical personnel. The research was conducted in the care unit and
pharmacy units of PKU Muhammadiyah Hospital Unit II in Yogyakarta. While the data
collection was done by using in-depth interviews, Focus Group Discussion (FGD),
Documentation, Training and Observation Checklist.
Patient safety atau keselamatan pasien menjadi salah satu parameter akreditasi rumah
sakit yang tercantum pada UU No.44 Tahun 2009 yang menyebutkan dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib melakukan standar keselamatan pasein.
Dalam upaya peningkatkan mutu pelayanan pasien maka setiap rumah sakit harus melakukan
akreditasi dengan tujuannya adalah untuk menentukan apakah rumah sakit tersebut
memenuhi standar yang direncanakan untuk memperbaiki keselamatan dan mutu pelayanan12.
Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut
adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk
memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Rumah sakit secara
kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat
yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit. Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu8.
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi,
mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat. Pada pelaksanaanya Apoteker
bertanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat, dan
keamanannya. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan
administrasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian. Pengelolaan Sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin,
terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali
biaya9.
Jenis dan rancangan penelitian ini adalah kualitatif dengan rancangan penelitian studi
kasus. penelitian studi kasus karena penelitian studi kasus berusaha menggambarkan kehidupan dan
tindakan-tindakan manusia secara khusus pada lokasi tertentu dengan kasus tertentu. Kajian
mendalam tentang peristiwa, lingkungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan mengungkapkan
atau memahami sesuatu hal 1.
Subjek yang dipilih adalah yang mengetahui permasalahan dengan jelas, dapat
dipercaya untuk dapat menjadi sumber data yang baik serta mampu mengemukakan pendapat
secara baik dan benar. Subyek penelitian ini yaitu kepala Instalasi Farmasi, perawat bangsal,
apoteker dan petugas pelayanan Farmasi.
Tahapan dalam penelitian ini meliputi tahap diagnosing, plaining, action dan
evaluating. Tahap diagnosing yaitu Pada tahap diagnosing, Peneliti melakukan observasi dan
wawancara mendalam pada penanggung jawab pelayanan farmasi tentang pengelolaan obat
HAM di instalasi farmasi dengan menggunakan ceklist yang di turunkan dari Standar
Akreditasi Rumah Sakit SKP 3. Proses observasi dan wawancara dilakukan secara langsung
untuk melihat apa-apa saja hambatan dan kendala yang timbul dalam kesiapan rumah sakit
menghadapi proses Akreditasi.
Pada tahap planing ini, peneliti membuat group interview dengan petugas apoteker
dan perawat bangsal untuk menyusun konsep dan rencana perbaikan dalam pengelolaan obat
high alert medication sesuai dengan Standar SKP 3.
Tahap evaluasi dilakukan kurang lebih 1 bulan setelah dilakukan tindakan penelitian.
Peneliti melakukan evaluasi dengan cara observasi langsung ke instalasi farmasi dengan
menggunakan ceklist standar akreditasi. Tujuan dilakukanya evaluasi adalah untuk melihat
sejauh mana perubahan dan perkembangan pengelolaan obat high alert medication di intalasi
farmasi pada saat distribusi dan penyimpanan, serta pemberian dan penggunaan obat HAM
apakah sudah sesui dengan Standar Akreditasi Rumah Sakit.
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain:
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan).
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan
memberikan lembar persetujuan yang diberikan sebelum penelitian dilakukan.
2. Anonymity (Tanpa Nama).
Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan lainnya.
3. Confidentiality (Kerahasiaan).
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok data yang akan dilaporkan pada hasil riset6.
HASIL
Hasil observasi pre intervensi pengelolaan obat HAM di RS PKU Muhammadiyah II dapat
dilihat dari tabel berikut :
Unit Pelayanan
No Pertanyaan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Unit pelayanan memiliki kebijakan atau panduan
Obat High Alert Medication (HAM) ? − − - − − − − − 0
Jumlah 33
1. Rumah sakit saat ini belum mempunyai kebijakan ataupun panduan yang mengatur khusus
tentang pengelolaan obat HAM,
2. setiap unit yang ada di Rumah Sakit saat ini belum ada satupun yang memiliki Daftar obat
HAM, Baik berupa poster maupun buku panduan obat HAM.
3. belum ada area khusus penyimpanan obat HAM baik itu elektrolit konsentrat maupun obat
HAM lain. Sistem pelabelan obat HAM baru sebatas di unit pelayanan Farmasi.
5. Belum ada monitoring khusus baik dari pihak farmasi maupun dari kepala ruang terkait
tentang ketersediaan dan kualitas obat HAM yang ada di unit perawatan.
6. Tidak ada areap khusus obat HAM seperti elektrolit konsentrat, obat HAM dapat di akses
dengan mudah dan tidak terkunci.
7. Belum ada SPO yang mengatur penanganan obat HAM di rumah sakit.
8. Elektrolit konsentrat hanya boleh di simpah di unit emergency seperti : IGD, IBS dan ICU.
9. Unit pelayanan telah memiliki SPO pemberian obat dengan benar dan telah diterapkan.
10. Rumah sakit belum memiliki program khusus dalam melakukan inspeksi secara berkala
terhadap tempat penyimpanan obat di unit pelayanan.
Hasil observasi post intervensi pengelolaan obat HAM di RS PKU Muhammadiyah II dapat
dilihat dari tabel berikut :
Tabel 2. Persentase Skor Post Intervensi Pengelolaan Obat HAM
Unit Pelayanan
No Pertanyaan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Unit pelayanan memiliki kebijakan atau
panduan Obat High Alert Medication (HAM) √ √ √ √ √ √ √ √ 8
?
2 Tersedia daftar obat High Alert Medication
(HAM) di unit Pelayanan dan informasinya √ √ √ √ √ √ √ √ 8
(buku atau poster) ?
3 Daftar obat HAM ditempelkan atau
ditempatkan di unit pelayanan ? √ √ √ √ √ √ √ √ 8
1. Rumah sakit PKU Muhammadiyah saat ini telah memiliki kebijakan dan panduan obat
HAM dan telah disosialisasikan dalam bentuk pelatihan kepada seluruh kariawan RS.
2. Rumah sakit PKU Muhammadiyah saat ini telah memiliki daftar obat High Alert
Medication (HAM) dan telah di sosialisasikan kepada petugas RS melalui pelatihan.
3. Daftar obat HAM dalam bentuk poster telah ditempelkan di ruang persiapan obat seluruh
unit pelayanan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit II.
4. Sistem penyimpanan obat HAM di unit pelayanan telah dilakukan, obat dengan kategori
HAM di simpan tersendiri dan telah diberi label High Alert.
5. Sistem pelabelan di Rumah Sakit PKU II sedang dalam proses perbaikan, untuk unit
farmasi sistem pelabelan obat HAM telah dilakukan baik itu elektrolit konsentrat maupun
obat HAM lainya. Sedangkan untuk Sistem pelabelan di unit pelayanan lain baru
dilakukan pada kotak Emergency Kit masing-masing bangsal.
6. Sistem pelabelan pada obat kategori LASA baru berjalan di unit Farmasi.
7. Sistem monitoring ketersediaan dan kualitas obat HAM di unit perawatan mulai berjalan,
sedangkan monitoring dari unit Farmasi belum ada.
9. Sudah ada SPO tentang pengelolaan dan penanganan elektrolit konsentrat dan telah di
sosialisasikan kepada petugas.
10. Elektrolit konsentrat hanya di simpan di unit emergency seperti IGD, IBS dan ICU.
11. Unit pelayanan telah memiliki SPO pemberian obat dengan benar dan telah diterapkan.
12. Rumah sakit belum memiliki program khusus dalam melakukan inspeksi secara berkala
terhadap tempat penyimpanan obat di unit pelayanan.
PEMBAHASAN
Apakah RS PKU II saat Sudah ada kebijakan, Belum ada Sosialisasi dan
ini telah memiliki belum ada sosialisasi sosialisasi maupun pelatihan obat
kebijakan dan pelatihan tentang HAM
mensosisalisasikan obat HAM
tentang pengelolaan 0bat
HAM
Bagaimana pengelolaan sistem yang berjalan Sistem Sistem yang
obat HAM di RS PKU II baru pelabelan dan penyimpanan dan berjalan baru
saat ini penyimpanan di unit pelabelan obat pelabelan dan
faramasi HAM baru di unit penyimpanan di
farmasi, unit unit farmasi
perawatan lain
belum
Apakah RS PKU II saat Belum berupa poster
Belum ada Sosialisasi
ini telah memiliki daftar masih dalam bentuk
sosialisasi daftar daftar obat
obat HAM buku panduan obat HAM RS PKU HAM
II
Bagaimana sistem Sistem ditribusi Sistem distribusi Sistem ODD
distribusi obat HAM di individual obat berdasarakan lebih aman
RS PKU II saat ini prescribing resep dokter
Apakah saat ini sudah Pemberian obat Obat yang diberikan Obat diberikan
sudah ditetapkan metode HAM sesui dengan ke pasien sesuai sesui dengan
khusus untuk distribusi resep dokter dengaan resep resep
obat HAM di RS. dokter
Bagaimana sistem obat HAM di simpan Di bangsal obat Sistem
penyimpanan obat HAM dalam tempat HAM disimpan penyimpanan
di RS PKU II tersendiri dan tidak tercampur dengan belum berjalan
tercampur dengan obat lain menyeluruh
obat lain
Bagaimana sistem Sistem pelabelan Masih ditemukan Sistem
pelabelan obat HAM di baru diterapkan di obat kategori HAM pelabelan
RS PKU II unit farmasi tidak diberi label belum
menyeluruh
Bagaimana pengetahuan Belum ada Masih ada petugas Pengetahuan
petugas kesehatan sosialisasi dan kesehatan yang petugas tentang
tentang obat HAM pelatihan khusus tidak menegrti apa obat HAM
tentang obat HAM itu obat HAM kurang
Dari hasil identifikasi masalah diatas maka dapat disimpulkan bahwa problem dalam
pengelolaan obat HAM di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II adalah :
2. Kebijakan dan prosedur penanganan obat HAM sudah disusun, akan tetapi belum
adanya upaya sosialisasi tentang kebijakan dan prosedur pengelolaan obat HAM
pada petugas kesehatan yang ada di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II.
3. Pembuatan stiker obat HAM, LASA dan Poster obat HAM serta
mensosialisasikanya di setiap unit perawatan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II.
Rencana tindakan merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan
dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk merumuskan rencana
tindakan dilakukan group interview dengan melakukan rapat koordinasi antara Tim patient
safety (KPRS) dengan penanggung jawab farmasi. Berdasarkan group interview disepakati
rencana tindakan dalam pengelolaan obat High Alert Medication di RS PKU Muhammadiyah
Unit II ini meliputi :
a. Memasang poster dan edukasi kepada petugas unit pelayanan tentang daftar obat High
Alert Medication (HAM). Pemasangan daftar obat HAM dilakukan di seluruh unit
pelayanan Rumah Sakit PKU II. Selain pemasangan poster peneliti juga memberikan
sosisalisai dalam bentuk informasi kepada petugas unit pelayanan tentang daftar obat
HAM yang terbaru saat ini. Dari hasil kegiatan ini diharapkan ketika petugas menemui
obat-obat kategori HAM agar lebih teliti ketika memberikanya.
b. Memasang stiker dan mengedukasi petugas farmasi tentang stiker HAM dan LASA.
Pemasangan dan penempelan stiker obat HAM dan LASA dilakukan dalam dua tahap.
Tahap pertama pemasangan dilakukan di ruang Farmasi yang didampingi oleh petugas
dari manajemen pengelolaan obat. Pada tahap ini Peneliti menempel dan
mensosialisasikan kepada petugas apotik dalam pemasangan stiker obat HAM dan LASA
dimana wadah obat yang telah di tempel stiker HAM atau LASA maka diharapkan obat
yang ada didalam wadah tersebut agar ditempelakan stiker juga.
Tahap kedua pemasangan stiker obat HAM dilakukan di unit atau bangsal perawatan,
pemasangan stiker dilakukan pada kotak emergency yang ada di setiap bangsal perawatan
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Obat-obat yang masuk dalam kategori
obat HAM yang ada didalam kotak emergency kit di tempelkan stiker high alert dengan
harapan petugas agar lebih berhati-hati dan teliti dalam menggunkan obat tersebut.
sebelum dilakukan intervensi baru mencapai skor 27,5% dari Standar Akreditasi
KARS versi 2012 dengan identifikasi masalah pengelolaan obat HAM adalah sebagai
berikut :
obat HAM
2. Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan group interview antara tim keselamatan
pasien rumah sakit dengan Kepala Instalasi Farmasi disepakati intervensi untuk
b. Mensosialisasikan dengan memberian label pada obat HAM dan LASA baik di
setelah dilakukan intervensi mencapai skor 69% dari Standar Akreditasi KARS versi
2012. Dengan demikian terdapat peningkatan skor dalam pengelolaan obat HAM
yaitu sebesar 41,5% terhadap mutu pengelolaan obat HAM sesuai Standar Akreditasi
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691 Tahun 2011, Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, 8 Agustus 2011, Jakarta.
10. Simamora, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ketiga. STIE YKPN :
Yogyakarta.
11. Sugiono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf dan Kualitatif.
Alfabeta : Bandung.
12. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009, Tentang Rumah Sakit, 28 Oktober 2009,
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072, Jakarta.