Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman ini energi listrik mulai menjadi suatu energi pokok bagi
kehidupan manusia karena sifatnya yang dapat diubah menjadi berbagai macam
energi seperti energi panas, energi gerak, yang bahkan bisa menjadi tenaga
mekanis ataupun kimia.

Energi listrik ini digunakan pada perangkat perangkat elektronik baik itu yang
ber-arus AC maupun DC, hal ini lah yang memicu adanya sambaran petir pada
gedung - gedung bertingkat yang menggunakan arus listrik yang sangat besar
setiap harinya, khususnya ketikan musim penghujan dengan curah hujan yang
ekstrim dan ketika badai petir datang.

Petir pada umumnya terjadi karena adanya muatan negatif yang terkumpul di
bagian bawah awan dan menyebabkan terinduksinya muatan positif diatas
permukaan tanah sehingga terbentuk medan listrik antara awan dan tanah.
Semakin besar beda potensial antara muatan pada awan dan permukaan bumi,
maka terjadi pelepasan muatan berupa petir.

Instalasi Penangkal Petir adalah sebuah jalur rangkaian kabel tembaga yang
difungsikan sebagai jalan atau aliran bagi petir menuju ke permukaan bumi atau
biasa disebut grounding, sehingga petir tidak akan merusak benda-benda yang
dilewatinya. 

Dari beberapa konsep diatas dapat diketahui bahwa instalasi penangkal petir
merupakan suatu konsep pengamanan suatu gedung atau bangunan, yang
dikhawatirkan jika suatu saat terkena sambaran petir maka sambaran tersebut
tidak akan merusak benda benda yang dilewatinya.
Instalasi penangkal petir serta pembumian (Grounding) tidak terlepas dari
adanya aturan aturan yang terkait dengan aspek-aspek Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang harus pula diperhatikan.

Oleh karena itu, penulis mencoba membuat makalah mengenai materi ini
selain tugas Mata Kuliah yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan, penulis
merasa bertanggung jawab dan harus mengetahui, hal-hal yang mendasar
menganai Keselamatan dan Kesehatan kerja terkait dalam pengerjaan Instalasi
penangkal petir dan grounding.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai
berikut :
1.2.1 Hal-hal apa saja yang termaksud dalam sistem penangkal petir dan
pembumian?
1.2.2 Bagaimanakah aspek K3 pada sistem penyalur petir dan pembumian?
1.2.3 Apa saja bahaya yang dapat terjadi jika gedung bertingkat tidak
memiliki sistem penangkal petir dalam konstruksinya?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dai pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Mengetahui hal hal yang termaksud dalam sistem penangkal petir dan
pembumian
1.3.2 Mengetahui aspek – aspek K3 pada sistem penyalur petir dan
pembumian
1.3.3 Mengetahui identifikasi bahaya yang dapat terjadi jika gedung
bertingkat tidak memiliki sistem penangkal petir dalam konstruksinya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Hakikat Petir
Menurut bahasa yang terlampir di dalam KBBI “petir merupakan
kilatan listrik di udara disertai dengan buyi gemuruh karena bertemunya awan
yang memiliki muatan listrik positif dan negatif”1.
Petir merupakan salah satu fenomena tegangan dan arus tinggi yang
terjadi dalam waktu amat singkat (impuls) yang bermula dari ionisasi hingga
loncatan muatan dari awan ke tanah atau sebaliknya.

”Syarat yang harus terpenuhi sehingga petir dapat terjadi yaitu adanya
panas matahari yang menguapkan air, terdapat partikel mengambang
di udara yang biasanya dari garam laut atau polutan industri, dan
kelembapan suatu daerah”2.

Petir memiliki manfaat bagi kehidupan manusia di muka bumi, karena


petir dapat menghantarkan nitrat yang bagus untuk tumbuhan, dan petir juga
dapat menghasilkan ozon yang dapat melindungi bumi dari hamparan
langsung sinar ultraviolet matahari.

2.2 Penangkal Petir


Untuk melindungi dan mengurangi dampak kerusakan akibat
sambaran petir, maka dipasang sistem pengaman berupa sistem penangkal
petir beserta pentanahannya. Pemasangan sistem tersebut didasari oleh
perhitungan resiko kerusakan akibat sambaran petir terhadap gedung.

1
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/internet
2
https://www.itb.ac.id/news/read/57093/home/mengenal-petir-dan-manfaatnya-bagi-kehidupan-di-
bumi
Sistem yang ada pada perangkat penangkal petir ini adalah grounding
sistem ini membantu untuk mengalirkan arus listrik yang terjadi akibat
sambaran petir dapat diarilkan kedalam tanah tanpa mengakibatkan kerusakan
besar atas apa yang telah dilewatinya.

1.2.1 Jenis Jenis Penangkal Petir


A. Penangkal Petir Konfensional
Sistem penangkal petir konvensional ini menggunakan metode
Faraday dan Franklin yaitu
menjelaskan sistem yang
memiliki konsep hampir sama,
yakni sistem penyalur arus
listrik yang menghubungkan
antara bagian atas bangunan
dan grounding, sedangkan
Gambar 1. Penangkal Petir Konvensional
sistem perlindungan yang di
hasilkan ujung penerima/splitzer adalah sama pada rentang 30 - 40 derajat.
Perbedaannya adalah sistem yang di kembangkan Faraday bahwa kabel
penghantar berada pada sisi luar bangunan dengan pertimbangan bahwa
kabel penghantar juga berfungsi sebagai material penerima sambaran
petir, yaitu berupa sangkar elektris atau biasa disebut dengan sangkar
faraday.

B. Penangkal Petir Radio Aktif


Penelitian terus berkembang
akan sebab terjadinya petir,
semua ilmuwan sepakat bahwa
terjadinya petir karena ada
muatan listrik di awan berasal
dari proses ionisasi, maka untuk
Gambar 2. Penangkal Petir Radio Aktif
menggagalkan proses ionisasi dilakukan dengan cara menggunakan zat
berradiasi seperti Radiun 226 dab Ameresium 241 karena kedua bahan ini
mampu menghamburkan ion radiasinya yang dapat menetralkan muatan
listrik awan.
Maka manfaat lain hamburan ion radiasi tersebut akan menambah
muatan pada ujung finial/splitzer, bila mana awan yang bermuatan besar
tidak mampu di netralkan zat radiasi kemudian menyambar maka akan
cenderung mengenai penangkal petir ini. Keberadaan penangkal petir jenis
ini telah dilarang pemakaiannya karena dianggap dapat mengganggu
kesehatan manusia

C. Penangkal Petir Elektrostatis


Penangkal Petir Elektrostatis Prinsip kerja penangkal petir elektrostatis
mengadopsi sebagian sistem penangkal petir radio aktif, yaitu menambah
muatan pada ujung finial/splitzer agar petir selalu melilih ujung ini untuk
di sambar. Perbedaan dengan sistem radio aktif adalah jumlah energi yang
dipakai. Untuk penangkal petir radio aktif muatan listrik dihasilkan dari
proses hamburan zat berradiasi sedangkan pada penangkal petir
elektrostatis energi listrik yang dihasilkan dari listrik awan yang
menginduksi permukaan bumi3.

Gambar 3 Penangkal Listrik Elektrostatis

3
https://pakarpetir.co.id/pasang-penangkal-petir-elektrostatis/
1.2.2 Grounding
Grounding adalah suatu skema atau tujuan untuk meniadakan beda
potensial yang diakibatkan dari adanya aliran listrik dengan cara
menyalurkannya kedalam tanah dengan menggunakan kabel sebagai
medianya atau yang biasa disebut dengan kabel grounding. Metode ini
digunakan dalam berbagai macam perangkat listrik statis (AC) seperti
penangkal petir, instalasi listrik, instalasi gardu listrik, dan lain sebagainya.

“Grounding atau Pentanahan adalah sistem pentanahan yang


terpasang pada suatu instalasi listrik yang bekerja untuk
meniadakan beda potensial dengan mengalirkan arus sisa dari
kebocoran tegangan atau arus dari sambaran petir ke bumi”4.

A. Fungsi Grounding
Konsep dari grounding ini sendiri adalah menetralkan arus listrik yang
berada diatas permukaan untuk diserap kedalam tanah. Itu berarti segala
beda potensial yang diakibatkan oleh listrik dapat diserap kedalam tanah
tanpa memberikan efek kerusakan atas apa yang ada di atas permukaan
tanah. Hal ini disebabkan karena tanah merupakan konduktor yang sangat
baik dan memenuhi aspek untuk meredam adanya beda potensial dari
sumber atau arus listrik.
Fungsi dari metode grounding ini adalah untuk memberikan
perlindungan kepada pengguna peralatan listrik jika terjadi kebocoran alus
listrik yang diakibatkan karena kurang bagusnya isolator dari suatu
perangkat listrik ataupun ketika terjadi induksi tegangan listrik yang dapat
menyebabkan kecelakaan dalam penggunaan peralatan listrik, dan metode
ini juga melindungi pengguna dari peralatan listrik dari arus listrik statis
dan melindungi dari tegangan tinggu khususnya petir.

4
https://infopromodiskon.com/news/detail/188/fungsi-grounding-pada-instalasi-listrik-dan-
elektronik.html
B. Standard Grounding
Idealnya suatu tanah yang dapat digunakan untuk sistem grounding
memiliki tahanan 0 ohm. Namun National Fire Protection Association
(NFPA) dan Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE)
merekomendasikan nilai tahanan tanah yaitu 5 ohm.

“Badan NEC menyatakan bahwa untuk meyakinkan impedansi


sistem ke tanah besarnya kurang dari 25 Ohm dan tercantum dalam
NEC 250.56”5.

Nilai tahanan tanah dalam sistem grounding harus memenuhi aspek


yaitu 5 ohm atau kurang. Tujuannya adalah untuk mendapatkan thanan
grounding yang serendah mungkin yang bisa dipertimbangkan baik secara
ekonomis maupun fisik.

2.3 Konstruksi Penangkal Petir


Dalam konstruksinya penangkal petir memiliki ujung yang lancip, ini
bertujuan sebagai objek pusat atau target yang akan tersambar oleh petir.
Dalam konstruksi penangkal petir, ujung lancip ini akan menimbulkan suatu
ruang anti petir atau yang bisa disebut sebagai ruang proteksi, hal ini lah yang
menyebabkan terjadianya proteksi ruang atas dimensi yang ada di dalamnya.

2.3.1 Ruang Gambar 4 .Konstruksi Penangkal Petir Proteksi

5
http://elektronika-dasar.web.id/nilai-resistansi-grounding-yang-baik/
Ruang Proteksi yang berada di dalam ruang lingkup penangkal petir
merupakan sebuah ruang atau dimensi yang mana ruang lingkup di dalamnya
akan terhindar dari sambaran petir hal ini disebabkan petir akan menyambar
ke objek yang lebih tinggi dari suatu objek lainnya ada dua jenis ruang
proteksi dalam penangkal petir yaitu ruang proteksi konvensional dan ruang
proteksi elektrogeometri.

Gambar 5. Ruang Proteksi

A. Ruang Proteksi Konvensional


Pada awalnya perancangan konstruksi penangkal listrik memiliki
ruang proteksi yang menyerupai kerucut yang memiliki jari jari, dan ujun
yang memiliki sudut sekitar 30 - 45 derajat. Sudut yang akan digunakan
akan berpengaruh terhadap luas dari ruang lingkup yang akan diperoleh,
semakin kecil sudut maka semakin besar ruang proteksi namun semakin
mahal biaya yang harus dikeluarkan.

Gambar 6. Ruang Proteksi Konvensional


B. Penangkal Penangkal Petir Model Elektrogeometri
Ruang proteksi menurut model elektrogeometri hampir sama dengan
ruang proteksi berdasarkan konsep lama, yaitu berbentuk ruang kerucut
juga. hanya saja bidang miring dari kerucut tersebut melengkung dengan
jari-jari tertentu,

Gambar 7. Ruang Proteksi Model Elektrogeometri

2.4 Mengaplikasikan Perangkat Proteksi Penangkal Petir


Pada masa ini semakin banyak
perangkat atau alat alat yang
menggunakan energi listrik sebagai
sumber tenaga baik itu peralatan rumah
tangga, transportasi, alat kerja, hingga
alat alat kontoran sejenisnya.
Hal ini lah yang dapat memicu
adanya kecelakaan akibat sambaran Gambar 8. Ilustrasi Muatan Positif dan
petir karena diatas permukaan tanah Negatif

banyak sekali material material yang menghasilkan ion - ion positif, meskipun
dibagian permukaan atas awan memiliki ion positif, namun di bawah
permukaan awan tersimpan bayak sekali ion negatif yang dapat membentuk
suatu petir.
2.4.1 Penangkal Petir pada Bangunan
Penggunaan penangkal petir pada suatu bangunan lebih cocok
menggunakan metode grounding dan Franklin meskipun metode ini
merupakan metode yang lama, namun keunggulan dari metode ini adalah
memiliki ruang proteksi yang berbentuk kerucut dan jari jari yang dapat
diukur melalui besar kecilnya sudut yang diinginkan dari perangkat penangkal
listrik ini begitu juga dengan gedung bertingkat.

Gambar 8. Penangkal Listrik Metode Franklin

2.4.2 Penangkal Petir Pada Transportasi


Penangkal petir pada media transportasi amat dibutuhkan selain dari
bahannya yang banyak menggunakan metal, baik transportasi air, darat dan
udara, aspek keselamatan pengendara sangat diperhatikan dalam
konstruksinya terutama transportasi udara dan transportasi air.
Penangkal petir untuk transportasi ini lebih cocok menggunakan
penangkal petir model elektromagnetik, karena luas jari - jari ruang proteksi
pelindung akan disesuaikan dari arus listrik yang diterima. Selain itu pada
pesawat memiliki alat penangkal petir yang banya untuk mengurangi resiko
terjadinya kecelakaan serius.

Gambar 9. Penangkal Petir Pada Pesawat

2.5 Bahaya dan Ancaman Sambaran Petir

Selain petir dapat menyambar sebuah bangunan yang telah di lengkapi


anti petir/penangkal petir konvensional maupun elektrostatis, petir juga dapat
menyambar melalui jaringan listrik PLN yang kabelnya terbentang di luar
dan terbuka. Umumnya jaringan listrik terbuka seperti ini masih di
pergunakan di beberapa negara termasuk Indonesia.

Hal ini tidak menutup kemungkinan akan adanya ancaman atau


bahaya yang lebih besar jika tidak memperhitungkan bahaya yang akan terjadi
akibat adanya induksi arus listrik.
2.5.1 Mekanisme Konduksi Petir
Mekanisme konduksi petir karena sambaran petir secara tidak
langsung dapat mengakibabkan kenaikan potensial pada perangkat
elektronik. Hal ini diakibatkan karena beberapa faktor yaitu:

A. Kopling Resistif
Ketika permukaan struktur bangunan terkena sambaran petir, arus
petir yang mengalir kedalam tanah membangkitkan tegangan yang bisa
mencapai ribuan volt diantara tegangan supply 220 V, jaringan data dan
pentanahan. Hal ini menyebabkan sebagian arus mengalir pada bagian
penghantar luar misalnya kabel yang terhubung dengan bangunan dan
terus menuju ke grounding.

B. Kopling Induktif
Arus petir mengalir dalam suatu penghantar akan menghasilkan medan
magnet. Medan magnet ini akan berhubungan dengan penghantar lainnya
sehingga menyebabkan terjadinya loop tegangan dengan nilai tegangan
yang cukup tinggi.

C. Kopling Kapasitif
Saluran petir dekat sambaran petir dapat menyebabkan medan
kapasitif yang tinggi pada peralatan penghantar seperti suatu kapasitor
yang sangat besar dengan udara sebagai dielektriknya. Melalui cara ini
terjadi kenaikan tegangan tinggi pada kabel meskipun struktur bangunan
tidak terkena sambaran langsung.
2.5.2 Bahaya Akibat Sambaran Petir

Pengamanan terhadap suatu bangunan atau objek dari sambaran petir pada


prinsipnya adalah sebagai penyedia sarana untuk menghantarkan
arus petir yang mengarah ke bangunan yang akan akan lindungi tanpa melalui
struktur bangunan yang bukan merupakan bagian dari sistem
proteksi petir atau instalasi penangkal petir, yang tentunya harus sesuai
dengan standart pemasangan instalasinya.

Ada 2 jenis kerusakan yang di sebabkan sambaran petir, yaitu :

1. Kerusakan Thermis, kerusakan yang menyebabkan timbulnya


kebakaran.
2. Kerusakan Mekanis, kerusakan yang menyebabkan struktur
bangunan retak, rusaknya peralatan elektronik bahkan
menyebabkan kematian.

A. Sambaran Petir Langsung Melalui Bangunan


Sambaran petir yang langsung mengenai struktur bangunan rumah,
kantor dan gedung, akan sangat membahayakan bangunan tersebut beserta
seluruh isinya karena dapat menimbulkan kebakaran, kerusakan perangkat
elektronik atau bahkan korban jiwa.

B. Sambaran Petir Melalui Jaringan Listrik


Bahaya sambaran petir  yang mengenai  sesuatu di luar area bangunan
tetapi berdampak pada jaringan listrik di dalam bangunan tersebut, hal ini
karena sistem jaringan distribusi listrik/PLN memakai kabel udara terbuka
dan letaknya sangat tinggi, bilamana ada petir yang menyambar pada
kabel terbuka ini maka arus petirakan tersalurkan ke pemakai langsung.
Cara penanganannya adalah dengan cara memasang
perangkat arrester6 sebagai pengaman tegangan lebih (over voltage).

Gambar 10. Sambaran Petir Melalui Jaringan Listrik

C. Sambaran Petir Melalui Jaringan Telekomunikasi


Bahaya sambaran petir jenis ini hampir serupa dengan yang ke-2 akan
tetapi berdampak pada perangkat telekomunikasi, misalnya telepon dan
Private Automatic Branch Exchange (PABX). Penanganannya dengan
cara pemasangan arrester khusus untuk jaringan PABX yang di
hubungkan dengan grounding. Bila bangunan yang akan di lindungi
mempunyai jaringan internet yang koneksinya melalui jaringan telepon
maka alat ini juga dapat melindungi jaringan internet tersebut.

2.5.3 Efek Sambaran Petir


A. Efek Listrik
Ketika arus petir melalui kabel penyalur (konduktor) menuju resistansi
elektroda bumi instalasi penangkal petir, akan menimbulkan tegangan
jatuh resistif, yang dapat dengan segera menaikan tegangan sistem
proteksi kesuatu nilai yang tinggi dibanding dengan tegangan bumi. Arus
petir ini juga menimbulkan gradien tegangan yang tinggi disekitar
elektroda bumi, yang sangat berbahaya bagi makluk hidup.

6
Arrester adalah suatu alat yang berfungsi untuk melindungi instalasi listrik, peralatan listrik, alat
elektronik saat terjadi lonjakan tegangan atau tegangan lebih (Over Voltage)
Dengan cara yang sama induktansi sistem proteksi harus pula
diperhatikan karena kecuraman muka gelombang pulsa petir. Dengan
demikian tegangan jatuh pada sistem proteksi petir adalah jumlah
aritmatik komponen tegangan resistif dan induktif

B. Efek Tegangan Tembus – Samping


Titik sambaran petir pada sistem proteksi petir bisa memiliki tegangan
yang lebih tinggi terhadap unsur logam didekatnya. Maka dari itu akan
dapat menimbulkan resiko tegangan tembus dari sistem proteksi
petir yang telah terpasang menuju struktur logam lain. Jika tegangan
tembus ini terjadi maka sebagian arus petir akan merambat melalui bagian
internal struktur logam seperti pipa besi dan kawat. Tegangan tembus ini
dapat menyebabkan resiko yang sangat berbahaya bagi isi dan kerangka
struktur bangunan yang akan dilindungi

C. Efek Termal
Dalam kaitannya dengan sistem proteksi petir, efek termal pelepasan
muatan petir adalah terbatas pada kenaikan temperatur konduktor yang
dilalui arus petir. Walaupun arusnya besar, waktunya adalah sangat
singkat dan pengaruhnya pada sistem proteksi petir biasanya diabaikan.
Pada umumnya luas penampang konduktor instalasi penangkal
petir dipilih terutama umtuk memenuhi persyaratan kualitas mekanis,
yang berarti sudah cukup besar untuk membatasi kenaikan temperatur 1
derajat celcius

D. Efek Mekanis
Apabila arus petir melalui kabel penyalur pararel (konduktor) yang
berdekatan atau pada konduktor dengan tekukan yang tajam akan
menimbulkan gaya mekanis yang cukup besar, oleh karena itu diperlukan
ikatan mekanis yang cukup kuat. Efek mekanis lain ditimbulkan
oleh sambaran petir yang disebabkan kenaikan temeratur udara yang tiba-
tiba mencapai 30.000 K dan menyebabkan ledakkan pemuaian udara
disekitar jalur muatan bergerak. Hal ini dikarenakan jika konduktifitas
logam diganti dengan konduktifitas busur api listrik, enegi yang timbul
akan meningkatkan sekitar ratusan kali dan energi ini dapat menimbulkan
kerusakan pada struktur bangunan yang dilindungi

E. Efek Kebakaran Karena Sambaran Langsung


Ada dua penyebab utama kebakaran bahan yang mudah terbakar
karena sambaran petir, pertama akibat sambaran langsung pada fasilitas
tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar. Bahan yang mudah
terbakar ini mungkin terpengaruh langsung oleh efek pemanasan
sambaran atau jalur sambaran petir. Kedua efek sekunder, penyebab
utama kebakaran minyak. Terdiri dari muatan terkurung, pulsa
elektrostatis dan elektromagnetik dan arus tanah

F. Efek Muatan Terjebak


Muatan statis ini di induksikan oleh badai awan sebagai kebalikan dari
proses pemuatan lain. Jika proses netralisasi muatan berakhir dan jalur
sambaran sudah netral kembali, muatan terjebak akan tertinggal pada
benda yang terisolir dari kontak langsung secara listrik dengan bumi, dan
pada bahan bukan konduktor seperti bahan yang mudah terbakar. Bahan
bukan konduktor tidak dapat memindahkan muatan dalam waktu singkat
ketika terdapat jalur sambaran

Anda mungkin juga menyukai