Anda di halaman 1dari 15

THEORY OF REASONED ACTION

Makalah
Untuk Memenuhi tugas matakuliah
Promosi Kesehatan
Yang dibina oleh Dr. Farida Halis DK, SKp, M.Pd

Oleh
Moh. Ma’arif Fith Thoriq P17210181007

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D3 KEPERAWATAN MALANG
September 2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku yang ditampilkan oleh setiap individu sangatlah beragam dan unik. Keberagaman
dan keunikan tersebut menarik perhatian para ahli untuk meneliti tentang perilaku manusia. Terdapat
banyak teori yang menjelaskan tentang determinan perilaku manusia. Dalam teori-teori tersebut para
ahli memaparkan pendapatnya tentang bagaimana suatu perilaku terbentuk dan faktor apa saja yang
mempengaruhi.
Skiner dalam Notoatmodjo (2010), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori Skiner ini
dikenal sebagai teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon). Namun dalam kenyataan, stimulus yang
diterima oleh organisme tidak selamanya mampu menghasilkan perilaku, ada beberapa faktor lain
yang berperan dalam munculnya perilaku, salah satunya adalah adanya niat untuk berperilaku
tertentu dari suatu individu. Niat itu sendiri juga tidak akan muncul tanpa adanya determinan yang
mempengaruhi. Teori ini dijelaskan oleh Atzen dalam teorinya yang dikenal dengan Theory Of
Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang Direncanakan ( Theory of Planned Behaviour ). Teori ini
menghubungkan keyakinan (beliefs), sikap (attitude), kehendak (intention)dan perilaku. Dalam
makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai teori tersebut untuk mengetahui bagaimana perilaku
muncul karena adanya niat dari orang tersebut

1.2    Rumusan Masalah
a. Apa itu Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang
Direncanakan (Theory of Planned Behaviour ) ?
b. Bagaimana aplikasi teori tersebut dalam kaitannya dengan perilaku kesehatan ?

1.3    Tujuan Penulisan
a. Mengetahui Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) /  Teori Perilaku Yang
Direncanakan (Theory of Planned Behaviour ) ?
b. Mengetahui bagaimana aplikasi teori tersebut dalam kaitannya dengan perilaku kesehatan ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Theory of Reasoned Action dan Theory of Planed Behavior


Theory Reasoned Action berasal dari suatu program penelitian yang dimulai pada tahun
1950-an dan berkaitan dengan prediksi dan pemahaman semua bentuk perilaku manusia dalam
konteks sosial (Ajzen & Fishbein, 1980). Teori itu didasarkan pada alasan bahwa manusia
merupakan pembuat keputusan yang rasional yang memanfaatkan informasi apapun yang tersedia
bagi mereka. (Bestable, 2002)
Teori ini yang awalnya dinamai Theory of Reasoned Action (TRA), dikembangkan di
tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan diperluas oleh Icek Ajzen dan Martin
Fishbein. Mulai tahun 1980 teori tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku manusia dan
untuk mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih mengena. Pada tahun 1988, hal lain
ditambahkan pada model reasoned action yang sudah ada tersebut dan kemudian dinamai
Theory of Planned Behavior (TPB), untuk mengatasi kekurangadekuatan yang ditemukan oleh
Ajzen dan Fishbein melalui penelitian-penelitian mereka dengan menggunakan TRA.
Icek Ajzen, Ph.D. adalah seorang profesor psikologi di University of Massachusetts. Ia
menerima gelar Ph.D. di bidang psikologi sosial dari University of Illinois dan selama beberapa
tahun menjadi Visiting Professor at Tel-Aviv University di Israel. Ia banyak menulis artikel, dan
bersama Dr. Martin Fishbein menulis berbagai paper, jurnal dan buku-buku mengenai Theory of
Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior. Ajzen dan Fishbein menulis buku
Understanding Attitude and Predicting Social Behavior yang telah banyak dipakai di kalangan
akademik dan di wilayah psikologi sosial, yang diterbitkan pada tahun 1980.
Martin Fishbein, Ph.D. adalah seorang professor pada Department of Psychology and
the Institute of Communication Research pada University of Illinois di Urbana. Ia seorang
konsultan pada the International Atomic Energy Agency, The Federal Trade Commission and
Warner Communications, Inc. Bersama dengan Dr. Ajzen, ia telah menulis buku Belief, Attitude,
Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Research pada tahun 1975. Ia juga telah
banyak menulis buku-buku teks, dan artikel-artikel. Ia mulai berfikir mengenai peran sikap dalam
mempengaruhi perilaku di awal 1960-an dan di awal 1970-an berkolaborasi dengan Dr. Ajzen
mengembangkan Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior.
2.2 Definisi Theory of Reasoned Action dan Theory of Planed Behavior
TRA (Theory Of Reasoned Action), adalah teori perilaku kesehatan yang menggunakan
pendekatan psikologi sosial untuk melihat determinan dari perilaku sehat yang dikembangkan
oleh Azen dan Fishbein menjelang tahun 1970-an. Menurut teori ini, kehendak atau niat
seseorang untuk menampilkan sesuatu perilaku tertentu berkaitan erat dengan tingkah laku
aktual itu sendiri. Ada dua asumsi pokok yang menjadi dasar teori ini yaitu:

 Bahwa perilaku ada dalam kendali si pelaku.

 Bahwa manusia adalah makhluk rasional.

Maka juga teori “Fesbein-Ajzen” menekankan pentingnya peranan dari “intention” atau
niat sebagai alasan atau faktor penentu perilaku. Selanjutnya niat ini ditentukan oleh :

a. Sikap

Penilaian yang menyeluruh terhadap perilaku atau tindakn yang akan diambil.

b. Norma Subjektif

Kepercayaan terhadap pendapat orang lain apakah menyetujui atau tidak menyetujui
tentang tindakan yang akan diambil tersebut.
c. Pengendalian Perilaku
Bagaimana persepsi terhadap konsekuensi atau akibat dari perilaku yang akan diambilnya
Contoh :
Menurut Notoatmodjo (2010),Perilaku ibu untuk mengimunisasikan anaknya di Posyandu,
didasari oleh “NIAT” atau “INTENTION” ibu sendiri.. Niat ibu sendiri ditentukan oleh :
a. Sikap ibu, yakni penilaian ibu tersebut terhadap untung ruginya tindakan yang akan
diambil untuk imunisasi anaknya.
b. Norma subjektif, yakni kepercayaan atau keyakinan ibu terhadap perilaku yang
akan diambil, lepas dari orang lain setuju atau tidak setuju.

Sedangkan Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan lebih


lanjut dari TRA. Ajzen (1988) menambahkan konstruk yang belum ada dalam TRA,
yaitu control perilaku yang dipersepsi (perceived behavioral control). Konstruk ini
ditambahkan dalam upaya memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam
rangka melakukan perilaku tertentu (Chau dan Hu, 2002).
Dengan kata lain, dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perilaku tidak hanya
ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata, tetapi Behavioral Belief Attitde
towards Behavior Intention to Behave Behavior Normative Belief Subjective Norms.
Theory of Reasoned Action (Fishbein & Ajzen, 1975) juga persepsi individu terhadap
kontrol yang dapat dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap kontrol
tersebut (control beliefs).

2.3 Bagan Konsep Theory of Reasoned Action dan Theory of Planed Behavior

Teori TRA dan TPB fokus pada faktor-faktor yang berkaitan dengan motivasi
individu sebagai penentu kemungkinan melakukan perilaku tertentu. Teori TRA
mencakup langkah-langkah dari sikap dan persepsi sosial normatif yang menentukan
niat/tujuan berperilaku. Niat/tujuan berperilaku selanjutnya mempengaruhi perilaku.
Teori TPB merupakan perluasan dari teori TRA. Teori TPB mencakup komponen
tambahan yang bersangkutan dengan kontrol yang dirasakan atas pelaksanaan
perilaku. Teori TRA, pertama dikenalkan pada tahun 1967, bersangkutan dengan
hubungan antara kepercayaan (perilaku dan normatif), sikap, niat, dan perilaku.
Fishbein (1967) mengembangkan teori
TRA melalui usaha memahami hubungan antara sikap dan perilaku
Definisi Komponen TRA dan TPB Berdasarkan Bagan

No Komponen Definisi
1 Tujuan/niat yang Predictor yang kuat dari perilaku yang
berhubungan dengan menunjukkan seberapa keras seseorang
perilaku mempunyai keinginan untuk mencoba, seberapa
besar usaha mereka untuk merencanakan, sehingga
menampilkan suatu tingkah laku.

2 Sikap terhadap perilaku Evaluasi keseluruhan perilaku.

3 Kepercayaan Individu Keyakinan/kepercayaan akan kinerja/performa


yang berhubungan perilaku kesehatan berhubungan dengan atribut
dengan (perilaku) atau hasil tertentu
kesehatan

4 Evaluasi yang Nilai yang melekat pada hasil perilaku atau atribut.
berhubungan dengan
hasil perilaku

5 Norma subjektif Kepercayaan/ Keyakinan tentang apakah


kebanyakan orang menyetujui atau menolak suatu
perilaku

6 Kepercayaan individu Keyakinan tentang apakah setiap acuan/refensi


yang berhubungan menyetujui atau menolak suatu perilaku
dengan norma

7 Motivasi untuk Motivasi untuk melakukan apa yang dipikirkan


mengikuti setiap rujukan/referensi.
8 Merasakan adanya Keseluruhan control/pengawasan yang dirasakan
pengawasan tehadap atas perilaku
sesuatu yang
berhubungan dengan
perilaku

9 Kontrol kepercayaan Keyakinan bahwa suatu perilaku dapat


dilaksanakan atau kepercayaan mengenai
kemampuan dalam mengendalikan perilaku

10 Merasakan kekuatan Persepsi mengenai kekuasaan yang dimiliki untuk


melakukan suatu perilaku dalam kondisi yang
mendukung dan kondisi yang menghambat

2.4 Aplikasi Theory of Reasoned Action Dalam Perilaku Kesehatan

Contoh aplikasi dari TRA adalah niat seorang ibu untuk mendaftarkan anaknya
imunisasi. Bagi sang ibu, imunisasi memberikan dampak yang positif yaitu mencegah
anak terinfeksi virus dan menambah kekebalan tubuh anak. Namun disisi lain terdapat
dampak negatif dari imunisasi yaitu anak akan merasa kesakitan dan tidak enak badan
karena demam. Maka ibu akan mempertimbangkan mana yang lebih penting diantara
keduanya. Apakah membiarkan anak menangis karena rasa tidak enak badan atau
mempertimbangkan dampak dari imunisasi terhadap kekebalan tubuh anak. Bidan desa
yang memberi informasi tentang pentingnya imunisasi kepada ibu akan berpengaruh
terhadap keyakinan ibu untuk segera mendaftarkan anaknya berimunisasi. Hal tersebut
terdapat kecenderungan positif untuk berperilaku. Keyakinan ibu memilih imunisasi
untuk kekebalan tubuh anak agar tidak mudah terserang penyakit merupakan perilaku
yang dijalankan dan dipertahankan.

Contoh aplikasi dari TPB menurut identifikasinya dalah :

1. Sikap : Seorang ibu yang akan mengimunisasikan anaknya karena


imunisasi akan menambah antibodi pada tubuh sang anak.
2. Norma subjektif : Seorang ibu yang akan mengimunisasikan anaknya karena

1
terpengaruh dari lingkungan terdekatnya, yaitu ibu-ibu lain yang mengimunisasikan
anaknya karena imunasi tersebut sangat penting untuk kekebalan tubuh anaknya.
3. Kendali perilaku : Seorang ibu yang selalu mengimunisasikan anaknya entah
imunisasi wajib atau tidak karena sudah terbukti bahwa imunasi dapat memperkuat
antibodi anak dan berkemungkinan tidak akan terserang penyakit yang telah
diimunisasikan tersebut.

2.5 Komponen – komponenm Theory of Reasoned Action (TRA):


1. Behaviour Belief , mengacu pada keyakinan seseorang terhadap perilaku tertentu,
disini seseorang akan mempertimbangkan untungatau rugi dari perilaku tersebut
(outcome of  the behavior), disampingitu juga dipertimbangkan pentingnya
konsekuensi – konsekuensiyang akan terjadi bagi individu bila ia melakukan perilaku
tersebut (evaluation regarding of the outcome)
2. Normative Belief , mencerminkan dampak keyakinan normatif, disini mencerminkan
dampak dari norma–norma subyektif dan norma sosial yang mengacu pada keyakinan
seseorang terhadap bagaimanadan apa yang dipikirkan orang–orang yang dianggap
penting oleh individu (referent persons) dan motivasi seseorang untuk mengikuti
perilaku tersebut.
3. Attitude towards the behaviour, sikap adalah fungsi dari kepercayaantentang
konsekuensi perilaku atau keyakinan normatif, persepsi terhadap konsekuensi suatu
perilaku dan penilaian terhadap perilakutersebut. Sikap juga berarti perasaan umum
yang menyatakankeberkenaan atau ketidakberkenaan seseorang terhadap suatu objek
yang mendorong tanggapannya. Faktor sikap merupakan point penentu perubahan
perilaku yang ditunjukkan oleh perubahan sikapseseorang dalam menghadapi sesuatu.
Perubahan sikap tersebutdapat berbentuk penerimaan ataupun sebaliknya, penolakan.
4. Importance Norms, norma–norma penting atau norma–norma yang berlaku di
masyarakat, adalah pengaruh faktor sosial budaya yang berlaku di masyarakat dimana
seseorang itu tinggal. Unsur – unsur sosial budaya yang dimaksud seperti “gengsi”
yang juga dapatmembawa seseorang untuk mengikuti atau meninggalkan sebuah
perilaku.
5. Subjective Norms, norma subjektif atau norma yang dianut seseorang(keluarga).
Dorongan anggota keluarga, termasuk kawan terdekat juga mempengaruhi agar
seseorang dapat menerima perilakutertentu, yang kemudian diikuti dengan saran,
nasehat dan motivasidari keluarga atau kawan. Kemampuan anggota keluarga atau
kawanterdekat mempengaruhi seorang individu untuk berperilaku sepertiyang mereka
harapkan diperoleh dari pengalaman, pengetahuan dan penilaian individu tersebut
terhadap perilaku tertentu dankeyakinannya melihat keberhasilan orang lain
berperilaku sepertiyang disarankan.
6. Behavioural Intention, niat ditentukan oleh sikap, norma pentingdalam masyarakat dan
norma subjektif. Komponen pertamamengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini
merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut (outcome of
behavior). Disamping itu juga dipertimbangkan pentingnyakonsekuensi-konsekuensi
yang akan terjadi bagi individu(evaluation regarding of the outcome). Komponen
keduamencerminkan dampak dari norma-norma subjektif dan norma sosialyang
mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana danapa yang dipikirkan
orang-orang yang dianggap penting dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran
tersebut.
7. Behaviour, perilaku adalah sebuah tindakan yang telah dipilihseseorang untuk
ditampilkan berdasarkan atas niat yang sudahterbentuk. Perilaku merupakan transisi
niat atau kehendak ke dalamaction/ tindakan.

2.6 Keuntungan dan Kelemahan Theory of Reasoned Action (TRA)


 Keuntungan Theory of Reasoned Action (TRA)
            Teori ini memberikan pegangan untuk menganalisis komponen perilaku dalam
item yangoperasional. Fokus sasaran adalah prediksi dan pengertian perilaku yang
dapat diamati secaralangsung dan berada dalam kendali seseorang, artinya perilaku
sasaran harus diseleksi dandiidentifikasi secara jelas. Tuntutan ini memerlukan
pertimbangan mengenai perbedaan tindakan (action), sasaran (target), konteks, dan
perbedaan waktu serta komponen model sendiri termasuk intensi, sikap, norma
subjektif, dan keyakinan.Konsep penting dalam TRA adalah fokus perhatian
(salience). Hal ini berarti, sebelummengembangkan intervensi yang efektif, pertama-
tama harus menentukan hasil dan kelompok referensi yang penting bagi perilaku
populasi. Dengan demikian, harus diketahui nilai dan normakelompok sosial yang
diselidiki (yang penting bukan budaya itu sendiri, tetapi cara budayamempengaruhi
sikap, kehendak, dan perilaku). Contohnya, terdapat nilai dan norma di masyarakat
bahwa diare bukan suatu penyakit, tetapi sebagai hal yang alami dari tumbuh
kembang anak. Haltersebut berarti masyarakat memandang diare bukan fokus
perhatian yang penting. Contoh lain,fokus perhatian perilaku seksual dan pencegahan
AIDS tidak akan sama antara kelompok homoseksual dan kelompok lain tentang
penggunaan kondom. Kelompok homoseksual percayakondom dapat mencegah
mereka terkena AIDS, tetapi bagi kelompok lain, pengguna kondom justru akan
menyebarluaskan perilaku seksual.
 Kelemahan Theory of Reasoned Action (TRA)
            Kelemahan TRA adalah bahwa kehendak dan perilaku hanya berkorelasi
sedang, kehendak tidak selau menuju pada perilaku itu sendiri, terdapat hambatan-
hambatan yang mencampuri ataumempengaruhi kehendak dan perilaku (Van Oost,
1991 dalam Smet, 1994). Selain itu, TRA tidak mempertimbangkan pengalaman
sebelumnya dengan perilaku dan mengabaikan akibat-akibat jelasdari variabel
eksternal (variabel demografi, gender, usia, dan keyakinan kesehatan) terhadap
pemenuhan kehendak perilaku.Meskipun demikian, kelebihan TRA dibandingkan
HBM adalah bahwa pengaruh TRA berhubungan dengan norma subjektif. Menurut
TRA, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama
sekali berbeda. Hal ini berarti keputusan seseorang untuk melakukan suatu tindakan
tidak dibatasi pertimbangan-pertimbangan kesehatan.
BAB III

CONTOH KASUS

Seorang anak laki-laki berusia 15 tahun mempunyai kebiasaan merokok. Ia merokok


secara diam-diam tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Ia biasanya merokok diluar
rumah. Pada suatu hari anak laki-laki ini merokok di tempat umum yang ramai. Tiba-tiba
orang-orang disekitarnya merasa resah dan tidak nyaman dengan asap rokok yang dihasilkan.
Ada beberapa orang yang menegur anak laki-laki tersebut dan memintanya untuk berhenti
merokok. Ada salah satu orang yang memberikan nasehat kepada anak tersebut mengenai
bahaya merokok baik pada perokoknya sendiri maupun orang lain yang menghirup asap
rokok. Anak laki-laki ini mulai berfikir dan bertanya-tanya apakah dia bisa menghentikan
merokok pada dirinya sendiri padahal ia sudah kecanduan rokok sejak usia 13 tahun.

Namun disisi lain ia juga berfikir bahwa ia merokok tanpa sepengetahuan kedua orang
tuanya, ia mulai berfikir bagaimana jika kedua orang tuanya mengetahui kalau ia merokok
sejak usia 13 tahun padahal ayahnya tidak merokok.

Sampai dirumah anak laki-laki ini mulai berfikir kembali tindakan apa yang harus ia
lakukan terkait kebiasaan merokok yang ia jalani selama ini dengan cara diam-diam ini. Dia
bingung antara harus menghentikan kebiasaan merokoknya atau tetap melanjutkan kebiasaan
merokok dengan sembunyi-sembunyi.
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Menurut teori tindakan beralasan (Theory Of Reasoned Action), minat-minat


merupakan suatu fungsi dari dua penentu dasar, yang satu berhubungan dengan faktor pribadi
dan yang lainnya berhubungan dengan pengaruh sosial. Penentu yang pertama yang
berrhubungan dengan factor pribadi adalah sikap terhadap perilaku (Attitude toward the
behavior)invidual..

Penentu yang kedua dari minat yang berhubungan dengan pengaruh sosial adalah
norma subyektif (Subjective Norm). Disebut dengan norma Subyektif karena berhubungan
dengan preskripsi normative persepsian, yaitu persepsi atau pandangan seseorang terhadap
tekanan sosial (kepercayaan-kepercayaan orang lain) yang akan mempengaruhi minat untuk
melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan.

Dari kasus diatas merupakan teori tindakan beralasan terfokus pada sikap dan normal
yang menyediakan sudut pandang baru dalam mengidentifikasi dan mengukur alasan
seseorang dalam melakukan sesuatu. Teori ini dinamakan teori tindakan alasan bertindak
karena menekankan pemahaman pada alasan yang ada, bukan pada kepercayaan apakah
tindakan yang dilakukan benar atau tidak benar. Teori tindakan beralasan memprediksi tujuan
tingkah laku bagaimana menyeimbangkan antara saat mana yang tepat untuk berhenti
memprediksi sikap dan tingkah laku.

Seperti pada kasus diatas dimana seorang anak yang berusia baru 15 tahun sudah
merokok sejak usianya masih 13 tahun dan dia merokok tanpa sepengatahuan orang tuanya
tetapi pada saat dia merokok ditempat umum banyak orang yang menegur, dari situ dia
menggunakan teori tindakan beralasan yaitu antara bagaimana dia harus bersikap untuk
menghentikan kebiasaan merokoknya yang tanpa sepengetahuan orang tuanya atau
bagaimana tingkah lakunya yang kecanduan akan merokok tersebut. Sikap ini adalah evaluasi
kepercayaan (belief)atau perasaan (affect)positif atau negative dari individual jika harus
melakukan perilaku tertentu yang dikehendaki. Dimana sikap evaluasi kepercayaan (belief)
ketika dia harus percaya pada dirinya bahwa merokok sangat merugikan dan menghancurkan
tubuhnya secara perlahan dan percaya bahwa dia bisa berhenti merokok. Dan perasaan
(affect) positif yaitu dia harus mempunyai perasaan takut dan menyesal jika orang tuanya
mengetahui bahwa dia sudah kecanduan merokok semenjak 13 tahun, harus menanamkan
kehidupan yang lebih sehat kedepannya tanpa rokok di saat usia masih sangat muda.
BAB V

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

1.   Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang


Direncanakan (Theory of Planned Behaviour) merupakan suatu teori yang
menjelaskan tentang perilaku manusia. Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar
bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala
informasi yang tersedia.
2. Teori yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour) merupakan bentuk
pengembangan dari Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action).
3. Teori yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour) / Teori Reasoned
Action (Theory Of Reasoned Action)  menjelaskan bahwa perilaku manusia terbentuk
karena adanya niat dan niat itu sendiri juga memiliki determinan.
4. Faktor pembeda antara kedua teori tersebut adalah pada determinan niat.
Dalam Theory Of Reasoned Action determinan niat terdiri atas dua hal, yaitu sikap
dan norma subjektif sedangkan dalam Theory of Planned Behaviour, Ajzen
menambahkan satu determinan lagi, yaitu control perilaku yang disadari.

3.2  Saran

Dalam menentukan sikap, ada baiknya jika kita lebih berhati-hati karena sikap akan
menentukan perilaku kita. Mempertimbangkan tentang pendapat orang lain dalam
menentukan perilaku memang perlu tapi keputusan untuk melakukan sebuah perilaku tertentu
tetap tergantung pada diri kita. Hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam
berperilaku adalah kontrol perilaku karena dengan begitu kita akan lebih mengetahui apakah
kita mampu untuk berperilaku sesuai dengan apa yang kita niatkan atau tidak. Kita juga akan
mengetahui halangan atau hambatan yang akan kita hadapi sebagai konsekuensi dari perilaku
yang akan kita lakukan.
Daftar Pustaka

 Machfoedz, Ircham dan Eko Suryani. 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi
Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya.

Shim, Terence A. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu.


Diterjemahkan oleh Revyani Sjahrial dan Dyah Anikasari. Jakarta : Erlangga.

Soekidjo, Notoatmodjo. 2005.  Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka


Cipta.

Kumala, Estidia. 2012. Diakses tanggal 4 November 2012. Dikutip dari


website:http://www.scribd.com/doc/82897774/laporan-observasi-FGDm

Anda mungkin juga menyukai