Makalah
Untuk Memenuhi tugas matakuliah
Promosi Kesehatan
Yang dibina oleh Dr. Farida Halis DK, SKp, M.Pd
Oleh
Moh. Ma’arif Fith Thoriq P17210181007
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang
Direncanakan (Theory of Planned Behaviour ) ?
b. Bagaimana aplikasi teori tersebut dalam kaitannya dengan perilaku kesehatan ?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Mengetahui Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang
Direncanakan (Theory of Planned Behaviour ) ?
b. Mengetahui bagaimana aplikasi teori tersebut dalam kaitannya dengan perilaku kesehatan ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Maka juga teori “Fesbein-Ajzen” menekankan pentingnya peranan dari “intention” atau
niat sebagai alasan atau faktor penentu perilaku. Selanjutnya niat ini ditentukan oleh :
a. Sikap
Penilaian yang menyeluruh terhadap perilaku atau tindakn yang akan diambil.
b. Norma Subjektif
Kepercayaan terhadap pendapat orang lain apakah menyetujui atau tidak menyetujui
tentang tindakan yang akan diambil tersebut.
c. Pengendalian Perilaku
Bagaimana persepsi terhadap konsekuensi atau akibat dari perilaku yang akan diambilnya
Contoh :
Menurut Notoatmodjo (2010),Perilaku ibu untuk mengimunisasikan anaknya di Posyandu,
didasari oleh “NIAT” atau “INTENTION” ibu sendiri.. Niat ibu sendiri ditentukan oleh :
a. Sikap ibu, yakni penilaian ibu tersebut terhadap untung ruginya tindakan yang akan
diambil untuk imunisasi anaknya.
b. Norma subjektif, yakni kepercayaan atau keyakinan ibu terhadap perilaku yang
akan diambil, lepas dari orang lain setuju atau tidak setuju.
2.3 Bagan Konsep Theory of Reasoned Action dan Theory of Planed Behavior
Teori TRA dan TPB fokus pada faktor-faktor yang berkaitan dengan motivasi
individu sebagai penentu kemungkinan melakukan perilaku tertentu. Teori TRA
mencakup langkah-langkah dari sikap dan persepsi sosial normatif yang menentukan
niat/tujuan berperilaku. Niat/tujuan berperilaku selanjutnya mempengaruhi perilaku.
Teori TPB merupakan perluasan dari teori TRA. Teori TPB mencakup komponen
tambahan yang bersangkutan dengan kontrol yang dirasakan atas pelaksanaan
perilaku. Teori TRA, pertama dikenalkan pada tahun 1967, bersangkutan dengan
hubungan antara kepercayaan (perilaku dan normatif), sikap, niat, dan perilaku.
Fishbein (1967) mengembangkan teori
TRA melalui usaha memahami hubungan antara sikap dan perilaku
Definisi Komponen TRA dan TPB Berdasarkan Bagan
No Komponen Definisi
1 Tujuan/niat yang Predictor yang kuat dari perilaku yang
berhubungan dengan menunjukkan seberapa keras seseorang
perilaku mempunyai keinginan untuk mencoba, seberapa
besar usaha mereka untuk merencanakan, sehingga
menampilkan suatu tingkah laku.
4 Evaluasi yang Nilai yang melekat pada hasil perilaku atau atribut.
berhubungan dengan
hasil perilaku
Contoh aplikasi dari TRA adalah niat seorang ibu untuk mendaftarkan anaknya
imunisasi. Bagi sang ibu, imunisasi memberikan dampak yang positif yaitu mencegah
anak terinfeksi virus dan menambah kekebalan tubuh anak. Namun disisi lain terdapat
dampak negatif dari imunisasi yaitu anak akan merasa kesakitan dan tidak enak badan
karena demam. Maka ibu akan mempertimbangkan mana yang lebih penting diantara
keduanya. Apakah membiarkan anak menangis karena rasa tidak enak badan atau
mempertimbangkan dampak dari imunisasi terhadap kekebalan tubuh anak. Bidan desa
yang memberi informasi tentang pentingnya imunisasi kepada ibu akan berpengaruh
terhadap keyakinan ibu untuk segera mendaftarkan anaknya berimunisasi. Hal tersebut
terdapat kecenderungan positif untuk berperilaku. Keyakinan ibu memilih imunisasi
untuk kekebalan tubuh anak agar tidak mudah terserang penyakit merupakan perilaku
yang dijalankan dan dipertahankan.
1
terpengaruh dari lingkungan terdekatnya, yaitu ibu-ibu lain yang mengimunisasikan
anaknya karena imunasi tersebut sangat penting untuk kekebalan tubuh anaknya.
3. Kendali perilaku : Seorang ibu yang selalu mengimunisasikan anaknya entah
imunisasi wajib atau tidak karena sudah terbukti bahwa imunasi dapat memperkuat
antibodi anak dan berkemungkinan tidak akan terserang penyakit yang telah
diimunisasikan tersebut.
CONTOH KASUS
Namun disisi lain ia juga berfikir bahwa ia merokok tanpa sepengetahuan kedua orang
tuanya, ia mulai berfikir bagaimana jika kedua orang tuanya mengetahui kalau ia merokok
sejak usia 13 tahun padahal ayahnya tidak merokok.
Sampai dirumah anak laki-laki ini mulai berfikir kembali tindakan apa yang harus ia
lakukan terkait kebiasaan merokok yang ia jalani selama ini dengan cara diam-diam ini. Dia
bingung antara harus menghentikan kebiasaan merokoknya atau tetap melanjutkan kebiasaan
merokok dengan sembunyi-sembunyi.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Penentu yang kedua dari minat yang berhubungan dengan pengaruh sosial adalah
norma subyektif (Subjective Norm). Disebut dengan norma Subyektif karena berhubungan
dengan preskripsi normative persepsian, yaitu persepsi atau pandangan seseorang terhadap
tekanan sosial (kepercayaan-kepercayaan orang lain) yang akan mempengaruhi minat untuk
melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan.
Dari kasus diatas merupakan teori tindakan beralasan terfokus pada sikap dan normal
yang menyediakan sudut pandang baru dalam mengidentifikasi dan mengukur alasan
seseorang dalam melakukan sesuatu. Teori ini dinamakan teori tindakan alasan bertindak
karena menekankan pemahaman pada alasan yang ada, bukan pada kepercayaan apakah
tindakan yang dilakukan benar atau tidak benar. Teori tindakan beralasan memprediksi tujuan
tingkah laku bagaimana menyeimbangkan antara saat mana yang tepat untuk berhenti
memprediksi sikap dan tingkah laku.
Seperti pada kasus diatas dimana seorang anak yang berusia baru 15 tahun sudah
merokok sejak usianya masih 13 tahun dan dia merokok tanpa sepengatahuan orang tuanya
tetapi pada saat dia merokok ditempat umum banyak orang yang menegur, dari situ dia
menggunakan teori tindakan beralasan yaitu antara bagaimana dia harus bersikap untuk
menghentikan kebiasaan merokoknya yang tanpa sepengetahuan orang tuanya atau
bagaimana tingkah lakunya yang kecanduan akan merokok tersebut. Sikap ini adalah evaluasi
kepercayaan (belief)atau perasaan (affect)positif atau negative dari individual jika harus
melakukan perilaku tertentu yang dikehendaki. Dimana sikap evaluasi kepercayaan (belief)
ketika dia harus percaya pada dirinya bahwa merokok sangat merugikan dan menghancurkan
tubuhnya secara perlahan dan percaya bahwa dia bisa berhenti merokok. Dan perasaan
(affect) positif yaitu dia harus mempunyai perasaan takut dan menyesal jika orang tuanya
mengetahui bahwa dia sudah kecanduan merokok semenjak 13 tahun, harus menanamkan
kehidupan yang lebih sehat kedepannya tanpa rokok di saat usia masih sangat muda.
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dalam menentukan sikap, ada baiknya jika kita lebih berhati-hati karena sikap akan
menentukan perilaku kita. Mempertimbangkan tentang pendapat orang lain dalam
menentukan perilaku memang perlu tapi keputusan untuk melakukan sebuah perilaku tertentu
tetap tergantung pada diri kita. Hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam
berperilaku adalah kontrol perilaku karena dengan begitu kita akan lebih mengetahui apakah
kita mampu untuk berperilaku sesuai dengan apa yang kita niatkan atau tidak. Kita juga akan
mengetahui halangan atau hambatan yang akan kita hadapi sebagai konsekuensi dari perilaku
yang akan kita lakukan.
Daftar Pustaka
Machfoedz, Ircham dan Eko Suryani. 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi
Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya.