Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

Memahami dan dapat menerapkan persiapan Pemeriksaan


Diagnostik dan Tindakan Khusus sebagai Hasil Kolaborasi

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan dasar

Dosen Pengampu: Ns.Grace Carol,M.Kep,Sp.Mat

Disusun oleh kelompok 12 :

1. Christine O.A.K.P NIM : P07220118072


2. Indah Nurul Kamilia NIM : P072201180
3. Karil Dhea Virginia Tandi NIM : P07220118090
4. Sakila Okta Dwi NIM : P072201181

TINGKAT 1/SEMESTER 2
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BALIKPAPAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENENTERIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang ‘“Memahami dan dapat
menerapkan persiapan Pemeriksaan Diagnostik dan Tindakan Khusus
sebagai Hasil Kolaborasi” ’ dengan baik meskipun banyak kurangan
didalamnya.
       Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun


yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan

Balikpapan,24 Januari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................i

Daftar isi................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. latar belakang.............................................................................4
B. rumusan masalah......................................................................4
C.  tujuan.........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Diagnostik dan Tindakan......................................5.


B. Prosedur Tindakan Khusus.......................................................13
C. Melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi.....18
D. Melakukan Prosedur Kperawatan diruang Isolasi....................,27
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……….....................................................................28
B. Saran.........................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sekarang ini, banyak penyakit yang bertambah dan merajale
la dalam kehidupan masyarakat. Akan tetapi, penyakit infeksi tetap
menjadi primadona penyakit yang paling sering menyerang
manusia. Penyakit infeksi yang ditimbul sering diakibatkan
mikroorganisme yang bersifat patoge. Dalam pemeriksaan penyakit
infeksi, biasanya dilakukan pemeriksaan fisik dan anamnese guna
menemukan etiologi penyakit. Cara lain dalam menegakkan diagno
sa guna menemukanmikroorganisme apa yang menjadi penyebab
suatu penyakit adalah dengan cara pemeriksaan spesimen.
Oleh karena itu, bagi orang yang berprofesi dalam bidang kesehata
n, misalnya dokter,Perawat, Bidan harus mengetahui
dan memahami betul cara pengambilan spesimen.
Sebagai mahasiswi, tentunya juga harus memahami betul cara pen
gelolaan penanganan spesime. Yang harus diperhatikan dalam hal
pengelolaan spesimen adalah cara Pengambilan spesimen.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud Pemeriksaan Diagnostik dan Tindakan?
2. Bagaimana Prosedur Tindakan Khusus?
3. Bagaimana Melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian
infeksi?
4. Bagaimana Melakukan Prosedur Kperawatan diruang Isolasi?

C. Tujuan
a. Mengetahui pengertianPemeriksaan Diagnostik dan Tindakan
b. Mengetahui Prosedur Tindakan Khusus
c. Mengetahui Melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian
infeksi
d. Mengetahui Melakukan Prosedur Kperawatan diruang Isolasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Diagnostik dan tindakan khusus


1. Pemeriksaan diagnostik
a. Pengertian Spesimen
Menurut kamus besar bahasa indonesia(KBBI) Spesimen  adalah
bagian dari kelompok atau bagian dari
keseluruhan. Spesimen merupakan sekumpulan dari satu bagian
atau lebih bahan yang diambil langsung dari sesuatu
b. .Jenis-jenis spesimen :
a.Spesimen Kultur darah
b.Spesimen saluran cerna
c.Spesimen saluran nafas
d.Spesimen luka
e.Spesimen urin
f.Spesimen genital
g.Spesimen cairan

c. Langkah prosedur pengambilan Spesimen

1. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan


untuk pengambilan sampel
2. Memastikan alat yang digunakan bersih atau steril
3. Memeriksa data pasien
4. Menjelaskan kepada pasien tentang prosedur dan
tujuan dilakukannya pengambilan sampel
5. Mempersiapkan pasien, baik dari kenyamanan
hingga posisi pasien
6. Melakukan tindakan sesuai prosedur pengambilan
sampel yang dibutuhkan
7. Lihat respon pasien
8. Merapikan alat yang sudah digunakan
9. Isi formulir
10. Bawa sampel ke laboratorium

 Pemeriksaan Spesimen Darah


1.) Pengertian
          Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan
dengan bahan atau spesimen darah beberapa
pemeriksaan berikut ini menggunakan spesimen darah,
antara lain: Albuminum, asam urat, gula darah,
hematocrit, haemoglobin, trombosit, kolestrol, dll.
2.)  Tempat pengambilan darah untuk berbagai macam
pemeriksaan laboratorium
          Pada pemeriksaan specimen darah, darah yang
diambil yaitu darah vena, kapiler, dan arteri.
1. Darah vena
Pemeriksaan darah vena biasanya diambil dari lipatan
siku tangan dan dilakukan untuk menentukan
tes diagnostik.Pada orang dewasa biasanya diambil dari
vena median cubiti.Pada bayi, dapat digunakan vena
jugularis superficialis atau sinus sagittalis
superior.Memberikan informasi sistem hematologi dan
sistem tubuh yang lain. Berupa CBC (Complete Blood
Count), elektrolit serum, dan kimia darah. Penusukan
vena kadang sulit, karena beberapa hal.Kulit pada orang
muda kadang sulit ditusuk karena tebal
dan kuat.Pada pasien lansia, vena cendrung ‘lari’ saat
ditusuk dengan jarum atau adanya penebalan dan
pengerasan vena oleh adanya
aterosklerosis.Pemeriksaan CBC digunakan tabung
EDTA.
Cara pengambilan darah vena:
a. Ikatkan torniquet pada lipatan siku atas, kemudian
tangan dikepal.
b. Tentukan vena yang akan diambil darahnya.
c. Aseptikkan tempat pengambilan dengan povidone
iodium 10%, biarkan mengering, lalu ulangi dengan
alkohol 70%.
d. Darah vena dipijat/dilonggarkan dengan tekanan
ibu jari/telunjuk.
e. Tusukkan jarum < 1,25 inch dengan posisi 15°
dengan lengan tangan.
f.Setelah tertusuk, jarum diturunkan ke posisi 30°
g. Bila menggunakan syringe, sedot darah perlahan
sampai pada volume darah yang dibutuhkan.
h. Bila menggunakan jarum tanpa spuit, biarkan
darah langsung mengalir ke media.(media transport/SPS
0,05%àmikrobiologi, antikoagulanàpatologi klinik, sediaan
hapus darahàparasitologi)
i.Pengeluaran darah/punksià1 cc/menit.
j.Lepaskan torniquet, kemudian tumpat daerah
pengambilan darah dengan kapas beralkohol 70%.
k. Tarik jarum perlahan-lahan, kemudian lengan
ditekuk/dilipat supaya darah berhenti mengalir.
2. Darah kapiler Digunakan pada pemeriksaan
glukosa darah atau saat pengambilan
vena gagal.Padaorang dewasa biasanya diambil pada
ujung jari tangan/ kaki atau daun telinga
bagian bawah.Pada tetesan pertama dibuang dengan
menggunakan kapas kering, agar tidak bercampur dengan
alcohol.Digunakan dalam pengambilan sampel darah
dengan volume yang sedikit, biasanya untuk screening
test.
Cara pengambilan darah kapiler:
a. Lakukan tindakan aseptik dengan povidone iodium
10%, biarkan sampai mengering, lalu ulangi dengan
alkohol 70%.
b. Sterilkan lanset dalam alkohol 95%
c. Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari
tusukkan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari
dan tidak boleh sejajar bila yang akan diambil
spesimennya.  Pada anak daun telinga tusukkan
pinggirnya dan jangan sampai sisinya mengeluarkan
darah.
d. Setelah penusukkan selesai, tempat tusukkan ditutup
dengan kapas beralkohol dan biarkan sampai darah tidak
keluar.
3. Daraharteri Dilakukan untuk pemeriksaan AGDA (Analisis
Gas Darah Arteri) dan elektrolit.AGDAdilakukan untuk
mengetahui status respirasi atau status asam basa
darah klien.Area yang diambil adalah arteri radialis,
brachialis atau femoralis.Berikan penekanan dan
waspadai adanya okulsi pada klien.Tanda okulsi arteri
adalah kesemutan pada tangan, tangan berwarna pucat
dan tidak adanya denyut perifer.
Karena digunakan dalam pemeriksaan AGDA,
prosedurnya adalah sebagai berikut:
a. Tentukan daerah yang akan diambil darahnya
b. Lakukan tindakan aseptik dengan povidone iodium 10%,
biarkan sampai mengering, lalu ulangi dengan alkohol
70%.
c. Siapkan syringe dengan spuit yang telah dilumuri
antikoagulan heparin.
d. Tusukkan jarum tegak lurus, darah akan mengalir ke
syringe.
e. Kemudian, jarum dibengkokkan dan ditusuk dalam lilin.
3.)  Bentuk Pemeriksaan Dengan Spesimen Darah
          Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan
dengan bahan atau spesimen darah. Beberapa
pemeriksaan berikut ini menggunakan spesimen darah,
antara lain:

 Serum glutamik piruvik transaminase (SGPT) atau alanin


amoniotransferase.
Pemeriksaan SGPT dilakukan untuk mendeteksi adanya
kerusakan hepatoseluler.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol
3. Hindari hemolysis
4. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz
Alimul Hidayat,2008:192)
 Albumin
Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi
kemampuan albumin yang disintesis oleh
hepar.Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan
adanya gangguan hepar seperti sirosis, luka bakar,
gangguan ginjal, atau kehilangan protein dalam jumlah
yang banyak.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz
Alimul Hidayat,2008:192)
 Asam Urat
Pemeriksaan asam urat dilakukan untuk mendeteksi
penyakit pada ginjal, anemia asam folat, luka bakar, dan
kehamilan.Terjadi peningkatan asam urat dapat
diindikasikan penyakit seperti leukemia, kanker, eklamsia
berat, gagal ginjal, malnutrisi, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-7 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz
Alimul Hidayat,2008:192)
 Bilirubin (total, direct, dan indirect)
Pemeriksaan bilirubin dilakukan untuk mendeteksi kadar
bilirubin. Pemeriksaan pada bilirubin direct, dilakukan
untuk mendeteksi adanya ikterik obstruktif oleh karena
batu atau neoplasma, hepatitis,
dan sirosis.Pada bilirubin indirect, pemeriksaan dapat
mendeteksi adanya anemia, malaria, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal.(Musrifatul Uliyah, A.Aziz
Alimul Hidayat,2008:192)
 Estrogen
Pemeriksaan estrogen dilakukan untuk mendeteksi
disfungsi ovarium, gejala menopause dan pasca
menopause, serta stres psikogenik. Berikan label nama
dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:193)
 Gas Darah Arteri (GDA)
Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk mendeteksi
gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan
oleh karena gangguan respiratorik atau gangguan
metabolik.
Cara:
1. Ambil darah ± 1-5 ml dari arteri, dengan spuit dan jarum
berisikan heparin.
2. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz
Alimul Hidayat,2008:193)
 Gula Darah Puasa
Pemeriksaan gula darah puasa dilakukan untuk
mendeteksi adanya diabetes atau reaksi hipoglikemik.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Puasakan makan dan minum 12 jam sebelum
pemeriksaan. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:193)
 Gula Darah Postprandial
          Pemeriksaan gula darah postprandial bertujuan
untuk mendeteksi adanya diabetes atau reaksi
hipoglikemik.Pemeriksaan dilakukan setelah makan.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena 2 jam setelah makan pagi
atau siang.
2. Masukkan ke dalam tabung atau botol. (Musrifatul Uliyah,
A.Aziz Alimul Hidayat,2008:193)
 Gonadotropin korionik manusia (Human Chorionic
Gonadotropin-HCG)
Pemeriksaan HCG dilakukan untuk mendeteksi adanya
kehamilan karena HCG adalah hormon yang diproduksi
oleh plasenta.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz
Alimul Hidayat,2008:193)
 Hematokrit
Pemeriksaan hematokrit dilakukan untuk mengukur
perbandingan (dalam persen) konsentrasi eritrosit dalam
darah. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya anemia,
kehilangan darah, gagal ginjal kronis, serta defisiensi
vitamin B dan C. Apabila terjadi peningkatan hematokrit
dapat diindikasikan adanya dehidrasi, asidosis, trauma,
pembedahan, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 7 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz
Alimul Hidayat,2008:193-194)
 Hemoglobin
Hemoglobin merupakan protein yang dikandung sel darah
merah yang mampu mengikat oksigen.Pemeriksaan
hemoglobin dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia
dan penyakit ginjal.Peningkatan hemoglobin dapat
menunjukkan indikasi adanya dehidrasi, penyakit paru-
paru obstruksi menahun, gagl jantung kongestif, dan lain-
lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz
Alimul Hidayat,2008:194)
 Trombosit
Trombosit merupakan sel yang membantu penggumpalan
darah jika terjadi pendarahan.Pemeriksaan trombosit
dilakukan untuk mendeteksi adanya trombositopenia yang
berhubungan dengan perdarahan, dan trombositosis yang
menyebabkan peningkatan pembekuan.
Cara:
1. Ambil darah ± 5 ml dari vena
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz
Alimul Hidayat,2008:194)
 Masa Tromboplastin parsial (Partial Tromboplastin Time-
PPT), masa tromboplastin parsial teraktivasi (Activation
Partial Tromboplastin Time-APTT)
Pemeriksaan PTT/APTT bertujuan untuk mendeteksi
variasi trombosit, memonitor terapi heparin, dan
mendeteksi defisiensi faktor pembekuan kecuali faktor VII
dan VIII.
Cara:
1. Ambil darah ± 7-10 ml dari vena.
2. Lakukan Pengambilan 1 jam sebelum pemberian dosis
heparin.
3. Masukkan pada tabung atau botol.
4. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz
Alimul Hidayat,2008:194)
5. Pemeriksaan lain yang menggunakan spesimen darah
antara lain pemeriksaan kadar elektrolit dalam darah,
masa protombin, progesteron, prolaktin, serum keratinin,
kortisol, kolesterol, T3, T4, dan lain-lain. (Musrifatul Uliyah,
A.Aziz Alimul Hidayat,2008:194)
4.)  Persiapan alat

 Lanset darah atau jarum khusus


 Kapas alcohol
 Kapas kering
 Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung
macam pemeriksaan
 Bengkok
 Hand scoon
 Perlak dan pengalas
5.)  Prosedur kerja

 Mendekatkan alat
 Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah
prosedur
 Memasang perlak dan pengalas
 Memakai hand scoon
 Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis
pemeriksaan
 Kulit dihapushamakan dengan kapas alcohol
 Bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol
 Merapikan alat
 Melepaskan hand scoon
6.)  Volume darah yang diambil:

 10-20 ml dewasa
 1-5 ml anak-anak
 1-3 ml bayi

e. Peran Perawat dalam Pengambilan Spesimen

Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan

profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan

yang berlandaskan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan bagi

individu, keluarga, dan masyarakat pada umumnya guna mengetahui

status kesehatannya. Dan setiap layanan keperawatan kepada klien

dilakukan dengan menggunakan metode proses keperawatan yang

mencakup tahapan pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi,

dan evaluasi. Penerapan dari proses keperawatan ini, merupakan


salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat dari seorang

perawat terhadap kliennya.

Perawat mempunyai kontribusi dalam pengkajian status

kesehatan klien dengan mengumpulkan specimen cairan tubuh.

Semuja klien rawat inap maupun yang berobat menjalani paling

sedikit satu kali pengumpulan specimen laboratorium. Pemeriksaan

laboratorium pada specimen seperti urine, feses, sputum, dan

draainase luka memberikan informasi tambahan yang penting untuk

mendiagnosis masalah kesehatan dan mengukur respons terhadap

terapi.

Perawat sering diberikan tanggung jawab untuk mengumpulkan

specimen. Tergantung pada jenis specimen dan ketrampilan yang

diperlukan. Menurut Kozier dan Erb (2009), tanggung jawab perawat

dalam pengumpulan specimen meliputi:

1. Berikan kenyamanan, provasi, dan keamanan bagi klien. Klien


mungkin merasa malu atau tidak nyaman saat pengambilan
specimen. Perawat haru menjaga privasi klien semaksimal mungkin
dan tidak boleh menghakimi dan sensitive terhadap kemungkinan
kepercayaan social budaya yang dapat mempengaruhi keinginan
klien untuk berpartisipasi dalam pengumpulan specimen.
2. Jelaskan tujuan pengumpulan specimen dan prosedur pengambilan
specimen. Klien mungkin cemas terhadap prosedur, terutama bila
dirasakan oleh klien sebagai gangguan atau klien takut terhadap hasil
pemeriksaan yang belum diketahuinya. Keterangan yang jelas akan
membuat klien mau diajak bekerja sama dalam pengumpulan
specimen. Dengan instruksi yang tepat, klien mampu mengumpulkan
specimen mereka sendiri.
3. Gunakan prosedur yang benar untuk mendapatkan specimen.
Pastikan klien mengikuti prosedur dengan benar. Teknik aseptic
digunakan dalam pengumpulan specimen untuk mencegah
kontaminasiyang dapat menyebabkan hasil tes tidak akurat. Prosedur
keperawatan atau petunjuk laboratorium tersedia bila perawat belum
terbiasa dengan prosedur tersebut.
4. Perhatikan informasi yang relevan pada slip permintaan laboratorium,
contohnya pengobatan yyang sedang digunakan oleh klien yang
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, sehingga hasil laboratorium
dapat akurat.
5. Bawa specimen ke laboratorium dengan segera. Specimen yang segar
akan memberikan hasil yang lebih akurat
6. Laporkan hasil pemeriksaan laboratorium yang abnormal pada tenaga
kesehatan yang bertugas

2. prosedur tindakan khusus

A. pengambilan sampel darah vena


1. persiapan alat

a. spuit dan jarum steril


b. kapas alcohol
c. perlak
d. vacuete (tabung untuk mengambil darah)
e. tourniquet
f. begkok
g. plester dan gunting
h. handscun
i. wing needle (untuk bayi/anak anak)

2. pengambilan darah Vena

a. cuci tangan
b. jelaskan pada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan
c. atur posisi pasien dan siapkan lingkungan
d. tentukan lokasi
e. ambil spuit sesuai kebutuhan sampel yang diinginkan
f. tentukan vena yang akan diambil darahnya
g. lakukan desinfektan dengan kapas alcohol
h. lakukan pengikatan dengan tourniquet pada bagian atas vena
yang akan dilakukan pengambilan darah (bila pengambilan
dilakukan oleh satu orang)
i. laukan penusukan pada vena dengan jarum suntik menghadap
ke atas dengan sudut 30-40 serajat menghadap kulit. Lanjutkan
dengan pengambilan darah
j. lepaskan tourniquet saat sedang mengambil darah
k. setelah didapatkan sampel lakukan penekanan pada area
penusukan selama 2-5 menit dan masukkan darah kedalam
tabung yang telah diberi koagulan (sesuai dengan jenis
pemeriksaan)
l. isi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dengan tepat
dan kirimkan ke laboratorium
m. cuci tangan
n. catat tanggal prosedur, jumlah dan jenis sampel serta respon
pasien.[CITATION don17 \l 1033 ]

B. pengambilan sampel feses


1. Indikasi pengambilan sampel

a.       Adanya diare dan konstipasi                         


b.      Adanya ikterus
c.       Adanya gangguan pencernaan                       
d.      Adanya lendir dalam tinja
e.       Kecurigaan penyakit gastrointestinal             
f.       Adanya darah dalam tinja

2.Syarat pengumpulan feces

a.  Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40


menit sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada
almari es.
b.   Pasien dilarang menelan  Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5
hari sebelum pemeriksaan.
c.   Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
d.  Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher
e.   Pasien konstipasi

3.Waktu 

Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan


sebaiknya
sebelum pemberian anti biotik. Feses yang diambil dalam keadaan
segar.

4. Alat-alat

1.      Sarung tangan
2.      Spatel steril
3.      Hand scoon bersih
4.      Vasseline
5.      Lidi kapas steril
6.      Pot tinja
7.      Bengkok
8.      Perlak pengalas
9.      Tissue
10.  Tempat bahan pemeriksaan
11.  Sampiran

5. Cara kerja
Prosedur pengambilan feses pada dewasa :
1.      Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
2.      Menyiapkan alat yang diperlukan
3.      Meminta ibu untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan
urine
4.      Cuci tangan dan pakai sarung tangan
5.      Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam
wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
6.      Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing  dan
adanya parasit pada sampel
7.      Buang alat dengan benar
8.      Cuci tangan
9.      Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
10.  Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak


mampu defekasi sendiri:
1.      Mendekatkan alat
2.      Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan
tindakan
3.      Mencuci tangan
4.      Memasang perlak pengalas dan sampiran
5.      Melepas pakaian bawah pasien
6.      Mengatur posisi dorsal recumbent
7.      Memakan hand scoon
8.      Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan
arah keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba
tinja
9.      Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan
ke dalam tempatnya.
10.  Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan
tissue.
11.  Melepas hand scoon
12.  Merapikan pasien
13.  Mencuci tangan

Prosedur pengambilan feses pada bayi :


1.      Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta persetujuan
tindakan yang akan dilakukan pada bayinya
2.      Menyiapkan alat yang diperlukan
3.      Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya,
hindari kontak dengan urine
4.      Cuci tangan dan pakai sarung tangan
5.      Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam
wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
6.      Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan
adanya parasit pada sampel
7.      Buang alat dengan benar
8.      Cuci tangan
9.      Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
10.  Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai.
[ CITATION nur13 \l 1033 ]

C. Pengambilan sampel urine

1. Wadah Spesimen

Wadah untuk menampung spesimen urine sebaiknya terbuat


dari bahan plastik, tidak mudah pecah, bermulut lebar, dapat
menampung 10-15 ml urine dan dapat ditutup dengan rapat.
Selain itu juga harus bersih, kering, tidak mengandung bahan
yang dapat mengubah komposisi zat-zat yang terdapat dalam
urine.

2. Prosedur Pengumpulan

Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri


(kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan). Sebelum
pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan
tentang tata cara pengambilan yang benar.

Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran tengah


(midstream), di mana aliran pertama urin dibuang dan aliran
urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah
disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine
habis. Aliran pertama urine berfungsi untuk menyiram sel-sel
dan mikroba dari luar uretra agar tidak mencemari spesimen
urine.

Sebelum dan sesudah pengumpulan urine, pasien harus


mencuci tangan dengan sabun sampai bersih dan
mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau
tissue. Pasien juga perlu membersihkan daerah genital
sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus
memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung
spesimen.

Pasien yang tidak bisa berkemih sendiri perlu dibantu orang


lain (mis. keluarga atau perawat). Orang-orang tersebut harus
diberitahu dulu mengenai cara pengumpulan sampel urine;
mereka harus mencuci tangannya sebelum dan sesudah
pengumpulan sampel; menampung urine midstream dengan
baik. Untuk pasien anak-anak mungkin perlu
dipengaruhi/dimaotivasi untuk mengeluarkan urine. Pada
pasien bayi dipasang kantung penampung urine pada genitalia.

Pada kondisi tertentu, urine kateter juga dapat digunakan.


Dalam keadaan khusus, misalnya pasien dalam keadaan koma
atau pasien gelisah, diperlukan kateterisasi kandung kemih
melalui uretra. Prosedur ini menyebabkan 1 - 2 % risiko infeksi
dan menimbulkan trauma uretra dan kandung kemih. Untuk
menampung urine dari kateter, lakukan desinfeksi pada bagian
selang kateter dengan menggunakan alkohol 70%. Aspirasi
urine dengan menggunakan spuit sebanyak 10 – 12 ml.
Masukkan urine ke dalam wadah dan tutup rapat. Segera kirim
sampel urine ke laboratorium.

Untuk mendapatkan informasi mengenai kadar analit dalam


urine biasanya diperlukan sampel urine 24 jam. Cara
pengumpulan urine 24 jam adalah :

a. Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang urin pagi


pertama. Catat tanggal dan waktunya. Semua urine yang
dikeluarkan pada periode selanjutnya ditampung.
b. Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih harus
dikosongkan terlebih dahulu untuk menghindari kehilangan
air seni dan kontaminasi feses pada sampel urin wanita.
c. Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu yang tercatat
pada wadah, pengumpulan urin dihentikan.
d. Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama periode
pengumpulan. [ CITATION lab11 \l 1033 ]

D. Pengambilan sampel dahak


1. Cara Pemeriksaan Sputum 

a.   Perlengkapan
1. Wadah specimen steril dengan penutup,
2. Sarung tangan disposable (bila membantu klien),
3. Disinfektan dan alat pengusap, atau sabun cair dan air,
4. Handuk kertas,
5. Label yang berisi lengkap,
6. Slip permintaan laboratorium yang terisi lengkap,
7. Obat kumur.

b.    Persiapan
Tentukan metode pengumpulan dan kumpulkan peralatan
yang sesuai.

c.   Pelaksanaan
1. Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan,
mengapa hal tersebut perlu dilakukan dan bagaimana
klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana
hasilnya akan digunakan untuk perawatan atau terapi
selanjutnya. Berikan informasi dan instruksi berikut
pada klien:
a) Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara sputum dan
saliva, dan cara mendapatkan      spesimen sputum,
b)   Jangan menyentuh bagaian dalam wadah
specimen,
c)   Untuk mengeluarkan sputumlangsung ke dalam
wadah sputum,
d)  Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena
sputum, bila memungkinkan,
e)  Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi
abdomen bila klien merasa nyeri                  saat batuk,
f) Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2
sendok the (5-10 ml) sputum cukup     analisis),
g)   Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian
infeksi lain yang sesuai.
    2. Berikan privasi klien.
    3. Berikan bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan specimen.
a) Bantu klien mengambil posisi berdiri atau duduk (mis., posisi
Fowler-tinggi atau- semi atau pada tepi tempat tidur atau kursi).
Posisi ini memungkinkan ventilasi dan  ekspansi paru yang
maksimum.
b) Minta klien untuk memegang bagian luar wadah sputum, atau,
untuk klien yang  tidak dapat melakukannya, pasang sarung tangan
dan pegang bagian luar wadah  tersebut untuk klien.
c) Minta klien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukan
sekresi. Inhalasi  yang dalam memberikan udara yang cukup untuk
mendorong sekresi keluar dari  jalan udara ke dalam faring.
d) Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan
sputum ke dalamnya,  pastikan sputum tidak kontak dengan bagian
luar wadah. Memasukan sputum ke  dalam wadah akan mencegah
penyebaran mikroorganisme ke tempat lain.
e) Bantu klien untuk mengulang batuksampai terkumpul jumlah
sputum yang cukup.
f) Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah.
Menutup wadah akan  mencegah penyebaran mikroorganisme
secara tidak sengaja ke tempat lain.
g) Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian luar
dengan  disinfektan. Beberapa institusi menganjurkan untuk
membersihkan seluruh bagian  luar  wadah dengan sabun cair dan
air dan kemudian mengeringkannya dengan  handuk kertas.
h) Lepas dan buang sraung tangan.
4. Pastikan klien merasa nyaman.
a) Bantu klien untuk membersihkan mulutnya dengan obat kumur,
bila dibutuhkan.
b) Bantu klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan
ekspansi paru secara  maksimal, bila diperlukan   
5. Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium.
a) Patikan informasi yang benar tertulis pada label dan slip
permintaan laboratorium.  Tempelkan label dan lampirkan
perimintaan laboratorium pada wadah spesimen.  Identifikasi
dan/atau informasi yang tidak akurat pada wadah spesimen dapat 
membuat kesalahan diagnosis atau terapi.
b) Atur agar specimen dikirim segera ke laboratorium atau di
dinginkan. Kultur  bakteri harus segera dimulai sebelum organisme
yang mengkontaminasi tumbuh dan  berkembang baik sehingga
memberikan hasil positif palsu.
 6. Dokumentasikan semua informasi yang relevan.
a. Dokumentasikan pengumpulan spesimen sputum pada catatan
klien.  Pendokumentasian meliputi jumlah, warna, konsistensi (kental,
lengket, atau encer),  adanya hemoptisis (darah pada sputum), bau
sputum, tibdakan yang perlu dilakukan  untuk mendapatkan sputum
(mis., drainase postural), jumlah sputum yang  dihasilkan secara
umum, adanya ketidaknyamanan yang dialami klie

Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara:

 a.      Aspirasi transtracheal (transtracheal aspirasi atau cuci


transtracheal).
Teknik untuk mengumpulkan sampel dari eksudat bronkial untuk
pemeriksaan  histologis dan mikrobiologi. Sebuah jarum dimasukkan
melalui kulit di atasnya trakea  dan melalui ligamentum krikotiroid.
Sebuah kateter dimasukkan ke dalam trakea  dan diteruskan ke
tingkat bifurkasi trakea. Indikasi :        
Injeksi Transtracheal dilakukan untuk memblokir saraf laring
berulang untuk  laringoskopi terjaga, serat optik dan  atau intubasi
retrograd. Penghapusan  tanggapan gag refleks atau hemodinamik
untuk laringoskopi atau bronkoskopi.  Digunakan untuk membantu
menghindari Valsava seperti tegang yang dapat  mengikuti yang lain
"terjaga" intubasi (pasien dibius dan ventilasi spontan).

 b.      Bronchial lavage (Bronchoalveolar lavage)    

 Bronchoalveolar lavage (BAL) merupakan prosedur medis dimana


bronkoskop  dilewatkan melalui mulut atau hidung ke paru-paru dan
cairan yang disemprotkan ke  bagian kecil dari paru-paru. Biasanya
dilakukan untuk mendiagnosa penyakit paru- paru. Secara khusus,
umumnya digunakan untuk mendiagnosa infeksi pada orang  dengan
masalah sistem kekebalan tubuh, pneumonia pada orang pada
ventilator,  beberapa jenis kanker paru-paru, dan jaringan parut pada
paru-paru (penyakit paru  interstitial). cara paling umum untuk sampel
komponen cairan lapisan epitel (ELF)  dan untuk menentukan
komposisi protein saluran udara paru, dan sering digunakan
dalam penelitian imunologi sebagai sarana sel sampling atau tingkat
patogen di  paru-paru. Contoh ini termasuk sel T dan tingkat populasi
virus influenza. 

 c. Lung biopsy       


 Biopsi paru adalah prosedur untuk mendapatkan sampel kecil
jaringan paru-paru  untuk pemeriksaan. Jaringan biasanya diperiksa
di bawah mikroskop, dan dapat  dikirim ke laboratorium mikrobiologi
untuk kultur. Pemeriksaan mikroskopis  dilakukan oleh ahli patologi.
Biopsi adalah pengambilan jaringan tubuh untuk  pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan jaringan tersebut bertujuan untuk 
mendeteksi adanya penyakit atau mencocokkan jaringan organ
sebelum melakukan  transplantasi organ. Resiko yang dapat
ditimpulkan oleh kesalahan proses biopsi adalah infeksi dan
pendarahan. Jaringan yang akan diambil untuk biopsi dapat  berasal
dari bagian tubuh manapun, di antaranya kulit, perut, ginjal, hati , dan
paru- paru.[ CITATION arm15 \l 1033 ]

B. Melaksanakan Tindakan Pencegahan dan


Pengendalian infeksi

SOP PENCEGAHAN INFEKSI

a. Aspek pencegahan dan pengendalian infeksi pada kala 1:


1. Batasi Vagina toucher / pemeriksaan dalam
2. Cuci tangan (sebelum dan sesudah) pemeriksaan dalam
3. Sarung tangan dan masker bekas pakai segera di lepaskan dan di
buang ke tempat sampah infeksius
4. Tindakan obstetri hanya dilakukan atas indikasi
b. Aspek pencegahan dan pengendalian infeksi pada kala II dan III :
1. Penolong mengunakan alat pelindung diri yang lengkap (Apron,
sarung tangan steril, kaca mata, masker, penutup kepala, pelindung
kaki (Sepatu bot)
2. Episiotomi hanya atas indikasi
3. Dalam pengkleman tali pusat : menerapkan prinsip steril
4. Periksa apakah plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap
5. Dalam penanganan bayi:
a) Setiap petugas kesehatan yang menangani bayi harus
menggunakan APD (Masker, Apron, Sarung tangan)
b) Jika diperlukan suction pada bayi pertahankan kesterilan
c) Jaga supaya tidak terjadi transmisi mikroorganisme dari petugas,
bayi dan lingkungan.
6. Jika terjadi ruptur atau robekan pada jalan lahir:

a) Bersihkan daerah perineum dari cairan/ darah

b) Buka sarung tangan kotor, buang ke tempat sampah infeksius

c) Pakai sarung tangan steril untuk melakukan jahitan episiotomy

d) Hati-hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka


tusuk secara tak sengaja.

e) Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit.


Jangan pernah meraba ujung atau memegang jarum jahit
dengan tangan.

c. Aspek pencegahan dan pengendalian infeksi pada kala IV dalam


persiapan

untuk menyusui:

1. Perhatikan hygiene ibu

2. Bersihkan area payudara dan areola mamae dengan air matang

3. Apabila kondisi bayi baik dilakukan rawat gabung

d. Cuci Tangan

1. Segera setelah tiba di tempat kerja

2. Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu dan


bayi baru lahir

3. Setelah kontak fisik langsung dengan ibu atau bayi baru lahir

4. Sebelum memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril

5. Setelah melepas sarung tangan (kontaminasi melalui lubang atau


robekan sarung tangan)

6. Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah


atau cairan tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput mukosa
(misalnya hidung, mulut, mata, vagina) meskipun saat itu sedang
menggunakan sarung tangan

7. Setelah ke kamar mandi

8. Sebelum pulang kerja

e. Memakai Sarung Tangan

1. Gunakan sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi untuk


prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan
dibawah kulit seperti persalinan, penjahitan vagina atau pengambilan
darah.

2. Gunakan sarung tangan periksa yang bersih untuk menangani darah


atau cairan tubuh.

3. Gunakan sarung tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci


peralatan, menangani sampah, juga membersihkan darah dan cairan
tubuh.

f. Menggunakan Teknik Aseptik

1. Penggunaan perlengkapan pelindung pribadi

2. Antisepsis

3. Menjaga tingkat sterilitas atau disinfeksi tingkat tinggi

g. Memproses alat bekas pakai

1. Dekontaminasi

Segera setelah digunakan, masukkan benda-benda yang


terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

2. Pencucian dan pembilasan

a) Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan.


b) Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi (hati-hati
bila memegang peratalan yang tajam, seperti gunting dan jarum
jahit).
c) Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau
karet, jangan dicuci secara bersamaan dengan peralatan dari
logam.
d) Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati
e) Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa
darah dan kotoran.
f) Buka engsel gunting dan klem.
g) Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan sudut
peralatan.
h) Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada
peralatan.
i) Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu)
dengan air dan sabun atau deterjen.
j) Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih.
k) Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.
l) Jika peralatan akan didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi
(misalkan dalam larutan klorin 0,5%) tempatkan peralatan
dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai
proses DTT. Alasan: Jika peralatan masih basah mungkin akan
mengencerkan larutan kimia dan membuat larutan menjadi
kurang efektif.
m) Peralatan yang akan didisinfeksi tingkat tinggi dengan dikukus
atau direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas
kering, tidak perlu dikeringkan dulu sebelum proses DTT atau
sterilisasi dimulai.
n) Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan
dengan air dan sabun dan kemudian bilas dengan seksama
menggunakan air bersih. Untuk mencuci kateter (termasuk
kateter penghisap lendir), ikuti tahap- tahap berikut:
a) Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan
rumah
tangga dari lateks pada kedua tangan
b) Lepaskan penutup wadah penampung lendir (untuk kateter
penghisap lendir).
c) Gunakan tabung suntik besar untuk mencuci bagian dalam
kateter
sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan sabun atau
deterjen.
d) Bilas kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih.
e) Letakan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering
sebelum dilakukan DTT.
Catatan: Kateter harus didisinfeksi tingkat tinggi secara kimia (lihat
dibawah). Kateter bisa rusak jika didisinfeksi tingkat tinggi
dengan direbus.
3. DTT dengan Cara Merebus

a) Gunakan panci dengan penutup yang rapat.

b) Ganti air setiap kali mendisinfeksi peralatan.

c) Rendam peralatan didalam air sehingga semuanya terendam dalam


air.

d) Mulai panaskan air.

e) Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih.

f) Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah


penghitungan waktu dimulai.

g) Rebus selama 20 menit.

h) Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus.

i) Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum


digunakan atau disimpan (jika peralatan dalam keadaan lembab
maka keadaan disinfeksi tingkat tinggi tidak terjaga).

j) Pada saat peralatan kering, gunakan segera atau simpan dalam


wadah disinfeksi tingkat tinggi dan berpenutup. Peralatan bisa
disimpan sampai satu minggu asalkan penutupnya tidak dibuka.
4. DTT Kimiawi

a) Persiapkan larutan klorin 0,5%

b) Letakkan peralatan dalam keadaan kering (sudah didekontaminasi


dan cuci-bilas) ke dalam wadah dan tuangkan desinfektan. Ingat:
jika peralatan basah sebelum direndam dalam larutan kimia maka
akan terjadi pengenceran larutan tersebut sehingga dapat
menurangi daya kerja atau efektifitasnya.

c) Pastikan peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia.

d) Rendam peralatan selama 20 menit.

e) Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan kimia di buku


khusus.

f) Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai


kering di wadah disinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup.

g) Setelah kering, peralatan dapat segera digunakan atau disimpan


dalam wadah disinfeksi tingkat tinggi berpenutup rapat

5. Penggunaan Peralatan Tajam Secara Aman

a) Letakkan benda-benda tajam diatas baki steril

b) Jangan menutup kembali, melengkungkan, mematahkan atau melepaskan


jarum yang akan dibuang.

c) Buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan
perekat jika sudah dua per tiga penuh. Jangan memindahkan benda-benda
tajam tersebut ke wadah lain. Wadah benda tajam yang sudah disegel tadi
harus dibakar di dalam insinerator.

h. Pengelolaan Sampah

Setelah selesai melakukan suatu tindakan (misalnya asuhan persalinan), dan


sebelum melepas sarung tangan, letakkan sampah terkontaminasi (kasa,
gulungan kapas, perban, dll) ke dalam tempat sampah tahan air/kantung
plastik sebelum dibuang. Hindarkan kontaminasi bagian luar kantung dengan
sampah yang terkontaminasi.

i. Mengatur Kebersihan dan Kerapian

1. Pastikan selalu tersedianya satu ember larutan pemutih (klorin 0,5%)


yang belum terpakai

2. Gunakan disinfektan yang sesuai untuk membersihkan peralatan


yang tidak bersentuhan dengan darah atau sekresi tubuh
(stetoskop,Pinnards, Doppler, termometer, inkubator) di antara
pemakaian, terutama sekali diantara ibu atau bayi yang berbeda.

3. Jika menggunakan oksigen, gunakan kanula nasal yang bersih, steril


atau DTT setiap kali akan digunakan. Mengusap kanula dengan
alkohol tidak mencegah terjadinya infeksi.

4. Segera bersihkan percikan darah. Tuangkan larutan klorin 0,5% pada


percikan tersebut kemudian seka dengan kain

5. Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam kereta dorong
atau lemari tertutup untuk mencegah kontaminasi dari debu.

6. Setiap selesai menggunakan tempat tidur, meja dan troli prosedur,


segera seka permukaan dan bagian-bagian peralatan tersebut
dengan kain yang dibasahi klorin 0,5% dan deterjen.

7. Setiap selesai menolong persalinan, seka celemek menggunakan


larutan klorin 0,5%.

8. Bersihkan lantai dengan lap kering, jangan disapu. Seka lantai,


dinding atau permukaan datar lain (setiap hari atau setelah
digunakan) dengan larutan klorin 0,5% dan deterjen.

9. Ikuti pedoman umum kebersihan dan kerapian.

10. Bersihkan dari atas ke bawah sehingga kotoran yang jatuh dapat
dihilangkan.

11. Selalu gunakan sarung tangan lateks atau sarung tangan rumah
tangga.
12. Seka dan gosok hingga bersih permukaan datar atau lantai setiap
setelah digunakan

13. Tempelkan petunjuk khusus kebersihan di unit tertentu pada area


yang mudah dilihat/ dibaca. Cantumkan secara rinci dan jelas
tentang apa dan seberapa sering pedoman kebersihan dilaksanakan
dan minta staf ikut bertanggung-jawab untuk mengatur kebersihan
dan kerapian. Buat daftar tilik prosedur rutin kebersihan dan kerapian.

14. Bersihkan sesering mungkin dinding, tirai kain, plastik atau logam
vertikal untuk mencegah penumpukan debu.

15. Jika dinding atau tirai terkena percikan darah, segera bersihkan
dengan larutan klorin 0,5%.

C. PROSEDUR KEPERAWATAN DIRUANG ISOLASI

1. PERSIAPAN SARANA
Baju operasi yang bersih, rapi (tidak sobek) dan
sesuai ukuran badan. Sepatu bot karet yang
bersih, rapi (tidak robek) dan sesuai ukuran kaki.
Sepasang sarung tangan DTT (Desinfeksi
tingkat tinggi) atau steril ukuran pergelangan
tangan dan sepasang sarung bersih ukuran
lengan yang sesuai dengan ukuran tangan.
Sebuah gaun luar dan apron DTT dan penutup
kepala yang bersih . masker N95 dan kaca mata
pelindung, lemari berkunci tempat menyimpan
pakaian dan barang pibadi.

2. Langkah awal saat masuk ke ruang perawatan


isolasi :
a. Lepaskan cincin,jam atau gelang
b. Lepaskan pakaian luar
c. Kenakan baju operasi sebagai lapisan
pertama pakaian
d. Lipat pakaian luar dan simpan dengan
barang pribadi dan hiasan di dalam lrmari
berkunci yang telah disediakan
3. Mencuci tangan
4. Kenakan sepasang sarung tangan sebatas
pergelangan tangan
5. Kenakan gaun luar/jas operasi
6. Kenakan sepasang sarung tangan sebatas
lengan
7. Kenakan masker
8. Kenakan masker bedah
9. Kenakan celemek plastic/apron
10. Kenakan penutup kepala
11. Kenakan alat pelindung mata (goggles/kaca
mata)
12. Kenakan sepatu boot karet.[ CITATION dit13 \l 1033 ]
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam


tindakan pengambilan specimen harus dilakukan sesuai
dengan prosedur yang sudah ditetapkan, dengan tujuan
tidak terganggunya kualitas sampel, atau tidak nyamannya
pasien.

B. SARAN

Diharapkan dengan adanya makalah ini kita semua dapat


mengetahui prosedur pengambilan specimen terhadap
pasien dan perawatan diruang isolasi.
DAFTAR PUSTAKA
balikpapan, l. k. (2011, 11). teknik pengumpulan sampel urine. Retrieved 01 27, 2019,
from www.labkesbalikpapan.co.id:
http://www.labkesbalikpapan.co.id/2011/11/teknik-pengumpulan-sampel-
urine.html

dini, n. (2013, 04). pengambilan sampel feses. Retrieved 01 27, 2019, from
kebidananfull.blogspot.com:
http://kebidananfull.blogspot.com/2013/04/pengambilan-sampel-feses.html

ice, d. (2017, 6 19). SOP Cara pengambilan darah Vena. Retrieved 01 27, 2019, from
bangsalsehat.blogspot.com: http://bangsalsehat.blogspot.com/2017/06/sop-
cara-pengambilan-darah-vena.html

putri, a. (2015, 05). pemeriksaan sputum . Retrieved 01 27, 2019, from


armiasaputri.blogspot.com:
http://armiasaputri.blogspot.com/2015/05/pemeriksaan-sputum.html

sintia, d. (2013, 03 14). makalah prosedur perawatan di ruang isolasi. Retrieved 01


28, 2019, from ditasintia.blogspot.com:
http://ditasintia.blogspot.com/2013/03/makalah-prosedur-perawatan-
ruang-isolasi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai