Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Asesmen pasien sebagai langkah untuk mengidentifikasi sejauh mena kebutuhan


pasien akan pelayanan kesehatan, keputusan jenis pelayanan yang pling tepat untuk
pasien, bidang spesialisasi yang paling tepat, penggunaan pemeriksaaan penunjang
diagnostic yang paling tepat sampai penanganan perawatan, gizi, psikologis dan aspek lain
dalam penanganan pasien berdasarkan asesmen.
1. Asesmen awal
Merupakan suatu proses identifikasi kondisi dan kebutuhan pasien untuk
memulai proses asuhan yang terencana dan terintegrasi. Proses asesmen awal
memberikan informasi perihal pemahaman asuhan yang dinginkan oleh pasien,
pemilihan asuhan yang paling baik untuk pasien, diangnosa awal dan pemahaman
respon pasien terhadap asuhan sebelumnya. Isi minimal asesmen awal antara lain:
status fisik, psiko-sosial-spritual, ekonomi, riwayat kesehatan pasien, riwayat alergi,
asesmen nyeri, resiko jatuh, asesmen fungsional, resiko nutritional, kebutuhan
edukasi, perencanaan pemulangan pasien (discharge planning)
2. Asesmen ulang
Merupakan suatu proses pelayanan pasien secara terintregrasi pada interval
tertentu untuk menilai kemajuan signifikan kondisi pasien untuk memenuhi kebutuhan
dan rencana pelayanan sesuai kebijakan dan prosedur. Asesmen ulang
menggunakan cara asesmen yang sama dengan asesmen awal untuk menilai kondisi
terbaru dari pasien ditambahkan dengan beberapa pemeriksaan yang mendukung.
Sebagai contoh, pasien yang pada asesmen awal yang mempunyai keluhan, nyeri,
pasca perawatan harus dievaluasi kembali asesmen nyerinya. Interval waktu
asesmen lanjutan tergntung kondisi pasien. Misalnya pada psien gawat, asesmen
lanjutan yang bertujuan melihat respon terapi dilakukan dalam hitungan menit
sedangkan asesmen lain dapat dalam hitungan hari (missal melihat respon dari
pemberian obat saluran akar)
3. Asesmen tambahan
Asesmen yang diperlukan untuk melengkapi asesmen awal dan asesmen
ulang khususnya bagi populasi tertentu dengan memperhatikan kebutuhan dan
kondisi pasien dalam kerangka cultural.
BAB II
RUANG LINGKUP

RSUD menentukan isi, jumalh dan jenis asesmen awal pada disiplin medis dan
keperawatan yang meliputi pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, asesmen pasien dari
aspek biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual yang dilakukan pada unit rawat jalan,
unit rawat inap, dan unit gawat darurat. Isi minimal asesmen awala antara lain:
1. Status fisik
2. Psiko-sosial-spiritual
3. Ekonomi
4. Riwayat kesehatan pasien
5. Riwayat alergi
6. Asesmen nyeri
7. Resiko jatuh
8. Asesmen fungsional
9. Resikon nutritional
10. Kebutuhan edukasi
11. Perencanaan pemulangan pasien (discharget planning)
BAB III
KEBIJAKAN

A. KEBIJAKAN UMUM
1. Isi, jumlah dan jenis dari asesmen awal dalam disiplin medis dan keperawatan
terdiri dari tiga proses utama yaitu:
a. Pengumpulan informasi dan data mengenai status fisik, psikologis, social,
spiritual, ekonomi, asesmen nyeri, resiko jatuh, asesmen fungsional, resiko
nutritional, kebutuhan edukasi, perencanaan pemulangan pasien (discharge
planning) dan riwayat alegi serta riwayat kesehatan pasien
b. Analisa data dan informasi termasuk hasil tes laboratorium dan pencitraan
diagnostic (Imaging diagnostic) untuk mengidentifikasi kebutuhan perawatan
kesehatan pasien
c. Pengembanhgan rencana perawatan untuk memenuhi kebutuhan psien yang
telah diidentifikasi.
2. Asesmen pasien terdiri dari asesmen awal, asesmen ulang dan asesmen tambahan
untuk menentukan kebutuhan pasien.
3. Ahli kesehatan yang melakukan asesmen memenuhi kualifikasi yang ditetapkan
oleh RSUD. dalam melaksanakan asesmen awal, asesmen ulang dan asesmen
tambahan. Yang termasuk ahli kesehatan adalah dokter umum, dokter spesialis dan
para medis
4. Semua pasien yang diasesmen ulang berdasar interfal tertentu sesuai kondisi dan
pengobatan yang diterimanya untuk mengetahui respon pasien terhadap
pengobatannya interfal dapat ditetapkan dalam ukuran hari sesuai dengan kondisi
pasien
5. Semua hasil asesmen harus diinformasikan kepada pasien dan atau kelurga pasien
6. Semua ahasil asesmen harus dianalisi dan diintegrasikan serta didokumentasikan
dalam rekam medis RSUD.

B. KEBIJAKA KHUSUS
1. Untuk pasien populasi tertentu dilakukan asesmen tambahan dengan melakukan
asesmen keperawatan individual khusus resiko jatuh untuk:
a. Anak-anak
b. Dewasa
c. Geriatric
2. Asesmen awal keperawatan lengkap untuk rawat jalan dilakukan hanya saat
pertama kali pasien dating, untuk perawatan pada pertemuan berikutnya dilakukan
lanjutan perawatan yang dituliskan pada CPPT.
3. Asesemen awal keperawatan lengkap gawat darurat, umum ataupun gigi dan mulut
disetiap saat pasien dating
4. Asesmen awal keperawatan lengkap rawat inap dilakukan pertama kali pasien
dating untuk melengkapi hasil asesmen awal keperawatan rawat jalan atau gawat
darurat. Selanjutnya dialkukan asesmen lanjutan dan asesmen ulang metode IAR
dan dituliskan pada CPPT
5. Asesmen awal medis lengkap dilakukan pada unit rawat jalan saat pertama kali
pasien dating kemudian asesmen lanjutan dan asesmen ulang. Pada kunjungan
berikutnya dilakukan asesmen ulang medis lengkap untuk pasien dengan penyakit
akut (setelah satu bulan) dan pasien dengan penyakit kronis (setela 3 bulan).
6. Asesmen awal medis lengkap rawat inap dilakukan jika asesmen awal rawat jalan
belum dilakukan jika sudah diteruskan dengan asesmen lanjutan dan asesmen
ulang.
7. Asesmen awal medis lengkap gawat darurat dilakukan setiap kali pasien datang
dengan menggunankan triase dental untuk pasien dengan keluhan gigi dan mulut,
dan triase umum untukmpasien dengan keluhan lain. Asesmen ulang dilakukan
untuk memantau perkembangan pasien selama ada di unit gawat darurat kurang
dari 24 jam.
BAB IV
TATA LAKSANA

A. ASESMEN KEPERAWATAN UNIT RAWAT JALAN, UNIT RAWAT INAP DAN UNIT
GAWAT DARURAT MELIPUTI:
1. Melakukan “five momen”, cuci tangan
2. Memperkenalkan diri pada pasien
3. Mengidentifikasi pasien dilanjutankan dengan anamneses secara umum mengenai
keluhan utama pasien, menanyakan kondisi yang menyangkut psikologi budaya/
ekonomi (status pernikahan, riwat kebiasaan, hambatan fisik keyakinan dan nilai-
nilai pribadi pasien, bahasa yang digunakan, ekonomi).
4. Asesmen nyeri berdasarkan keluhan utama pasien menggunakan bahasa awam,
memeriksa status fungsional, pemeriksaan fisik, menanyakan golongan darah,
riwayat penyakit, riwayat alergi.
5. Asesmen resiko jatuh yang dibedakan usia, anak-anak, dewasa dan geriatric
6. Melakukan pengisian CPPT keperawatan dengan metode IAR
1. Mengumpulkan data dan informasi (huruf I) pada SOAP adalah S-Subjektif dan
O-Objektif
2. Analisis data dan informasi (huruf A) untuk melakukan analisis terhadap
informas yang menghasilkan diagnosis, masalah, dan kondisi, untuk
mengidentifikasi kebutuhan pasien. Pada SOAP adalah A-Asesmen
3. Membuat rencana (huruf R), yaitu menyusun solusi untuk mengatasi/
memperbaiki kelainan kesehatan sesuai butir B. pelaksanana R adalah untuk
memenuhi kebutuhan pasien yang telah teridentifikasi. Pada SOAP ada P-Plann
8. Asesmen awal dilakukan secara lengkap pada unit rawat jalan, rawat inap termasuk
gawat darurat
9. Asesmen ulang diteruskan pada unit gawat darurat setelah pasien dipindahkan ke
unit rawat inap atau diteruskan ke unit rawat jalan
10 Asesmen ulang dilakukan pada semua unit perawatan sesuai kondisi pasien pada
asesmen awal

B. ASESMEN MEDIS RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP MELIPUTI:


1. Melakukan “five moment” cara mencuci tangan;
2. Mengidentifikasi kembali pasien;
3. Anamnesis dengan cara autoanamnesis / alloanamnesis mengenai keluhan utama,
riwayat penyakit dahulu dan pengobatannya, riwayat penyakit dalam keluarga,
riwayat pekerjaan, riwayat sosial ekonomi dan kebiasaan;
4. Asesmen nyeri

5. Anamnesis mengenai penyakit sistemik;

6. Hasil pemeriksaan penunjang, masalah medis dan keperawatan, diagnosis serta


rencana tindakan yang akan dilakukan;
7. Semua hasil temuan dari hasil asesmen apabila ada observasi klinis, konsultasi,
dan hasil pengobatan, didokumentasikan pada rekam medis, dicantumkan tanggal
dan waktu pemeriksaan serta ditandatangani oleh dokter pemeriksa;
8. Melakukan pengisian CPPT (catatan perkembangan pasien terintegrasi) bagian
medis dengan metode IAR ;
a. Mengumpulkan data dan informasi (huruf I) pada SOAP adalah S–Subyektif dan
O-Obyektif;
b. Analisis data dan informasi (huruf A) , yaitu melakukan analisis terhadap
informasi yang menghasilkan diagnosis, masalah, dan kondisi, untuk
mengidentifikasi kebutuhan pasien. Pada SOAP adalah A-Asesmen
c. Membuat Rencana (huruf R), yaitu menyusun solusi untuk
mengatasi/memperbaiki kelainan kesehatan sesuai butir b . Pelaksanaan R
adalah untuk memenuhi kebutuhan pasien yang telah teridentifikasi. Pada
SOAP adalah P-Plan;
9. Asesmen awal dilakukan secara lengkap saat pasien pertama kali datang termasuk
pada unit rawat jalan;
10. Pada unit rawat jalan dan rawat inap dilakukan assesmen lanjutan untuk
mendukung diagnosis dan mengevaluasi hasil perawatan;
11. Asesmen lanjutan pada unit gawat darurat dilakukan setelah pasien dipindahkan ke
unit rawat inap atau di teruskan ke unit rawat jalan;
12. Asesmen ulang dilakukan pada semua unit perawatan sesuai kondisi pasien pada
asesmen awal;

C. ASESMEN MEDIS GAWAT DARURAT UMUM MELIPUTI :


1. Melakukan “five moment” cara mencuci tangan;

2. Mengidentifikasi kembali pasien;

3. Mengevaluasi kondisi DOA (“death on arrival”);

4. Anamnesis keluhan utama dan riwayat penyakit;

5. Pemeriksaan Triase (jalan napas, pernapasan, sirkulasi);

6. Asesmen nyeri;

7. Status psikologis pasien saat datang;

8. Asesmen risiko jatuh pasien, status lokalis secara umum;

9. Melakukan pemeriksaan penunjang (jika diperlukan);

10. Menentukan diagnosis, penatalaksanaan dan tindak lanjut perawatan;

11. Mencatat keadaan pasien saat pulang

12. Memberikan alasan apabila dperlukan rujukan;

13. Semua hasil temuan dari hasil asesmen apabila ada observasi klinis, konsultasi,
dan hasil pengobatan, didokumentasikan pada rekam medis, dicantumkan tanggal
dan waktu pemeriksaan serta ditandatangani oleh dokter pemeriksa;
14. Melakukan pengisian CPPT (catatan perkembangan pasien terintegrasi) bagian
medis dengan metode IAR
a. Mengumpulkan data dan informasi (huruf I) pada SOAP adalah S–Subyektif
dan O- Obyektif;
b. Analisis data dan informasi (huruf A), yaitu melakukan analisis terhadap
informasi yang menghasilkan diagnosis, masalah, dan kondisi, untuk
mengidentifikasi kebutuhan pasien. Pada SOAP adalah A-Asesmen;
c. Membuat Rencana (huruf R), yaitu menyusun solusi untuk
mengatasi/memperbaiki kelainan kesehatan sesuai butir b. Pelaksanaan R
adalah untuk memenuhi kebutuhan pasien yang telah teridentifikasi. Pada
SOAP adalah P–Plan;
15. Asesmen awal dilakukan secara lengkap saat pada setiap pasien yang datang di
unit gawat darurat, bahkan apabila pasien tersebut sudah pernah datang ke unit
tersebut sebelumnya;
16. Asesmen lanjutan pada unit gawat darurat dilakukan setelah pasien dipindahkan
ke unit rawat inap atau di teruskan ke unit rawat jalan;
17. Asesmen ulang dilakukan pada semua unit perawatan sesuai kondisi pasien pada
asesmen awal

D. ASESMEN NUTRISIONAL
Skrining dilakukan oleh perawat dengan menanyakan beberapa pertanyaan dari
“malnutrition screening tools” sebagai berikut :
1 Apakah pasien tampak kurus?
a. Ya 0
Tidak 1
2 Apakah terdapat penurunan berat badan selama 1 bulan
terakhir? (berdasarkan penilaian objektif data berat badan
bila ada ATAU penilaian subjektif orangtua pasien ATAU
untuk bayi , 1 tahun: berat badan tidak naik selama 3
bulan terakhir)
a. Ya 0
Tidak 1
3 Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut?
● diare ≥ 5 kali per hari dan atau muntah . 3 kali per hari
dalam seminggu terakhir
● asupan makan berkurang selama 1 minggu terakhir
a. Y 0
a 1
Tidak
4
Apakah terdapat penyakir atau keadaan yang
mengakibatkan pasien beresiko mengalami malnutrisi?
(diare kronik, tersangka penyakit jantung bawaan,
tersangka infeksi HIV, tersangka kanker, pernyakit hati
kronik, penyakit ginjal kronik, TB paru, luka bakar luas,
kelainan anatomi daerah mulut yang menyebabkan
kesulitan makan, trauma, kelainan metabolic bawaan,
retardasi mental, keterlambatan perkembangan, lain-lain
……………………………………………………………..
0
Ya
2
Tidak
skor 0 : risiko rendah rujuk klinik gizi (Dietisen)

 skor 1 : risiko sedang rujuk klinik gizi (Dietisen)

 ≥ 2 : risiko tinggi rujuk klinik gizi (Dietisen dan Sp.GK)


1. Untuk Risiko rendah

Perawatan rutin: ulangi skrining pada pasien di rumah sakit (tiap minggu), pada pasien
rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum dengan usia > 75 (tiap tahun).

2. Risiko sedang Observasi:


 Catat asupan makanan selama 3 hari

 Jika asupan adekuat, ulangi skrining : pasien di rumah sakit (tiap minggu), pada
pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum (tiap 2-3 bulan).
 Jika tidak adekuat, rencanakan strategi untuk perbaikan dan peningkatan asupan
nutrisi, pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi secara teratur
3. Risiko tinggi Tatalaksana:
 Rujuk ke ahli gizi
 Perbaiki dan tingkatkan asupan nutrisi
 Pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi: Pada pasien di rumah sakit (tiap
minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum (tiap bulan).
 Untuk semua kategori:
 Atasi penyakit yang mendasari dan berikan saran dalam pemilihan jenis makanan
 Catat katagori risiko malnutrisi
 Catat kebutuhan akan diet khusus dan ikuti kebijakan setempat

E. ASESMEN KEBUTUHAN FUNGSIONAL DAN RISIKO JATUH


1. Tata laksana risiko jatuh pasien

a. Asesmen awal/ skrining

 Perawat melakukan asesmen awal terhadap pasien yang berisiko jatuh


dengan mengisi formulir risiko jatuh pada asesmen keperawatan di dalam
rekam medis
 Penilaian awal risiko pasien jatuh dengan melakukan pengamatan cara
berjalan pasien saat akan duduk di kursi, apakah pasien tampak tidak
seimbang (sempoyongan / limbung) dan apakah pasien memegang
pinggiran kursi atau meja atau benda lain sebagi penopang saat akan
duduk
b. Asesmen Ulang

 Setiap pasien yang berisiko jatuh di rawat jalan akan dilakukan asesmen
ulang pasien jatuh oleh perawat yang bertanggung jawab
 Penilaian awal risiko pasien jatuh dengan melakukan pengamatan cara
berjalan pasien saat akan duduk di kursi, apakah pasien tampak tidak
seimbang (sempoyongan / limbung) dan apakah pasien memegang
pinggiran kursi atau meja atau benda lain sebagi penopang saat akan
duduk
c. Apabila hasil penilaian masuk kategori risiko tinggi maka akan dilakukan
tindakan pencegahan risiko jatuh berikut ini :
● Kalungkan pita kuning
● Edukasi pengantar untuk memapah pasien sampai ruangan pelayanan yang
dituju
● Apabila kondisi pasien tidak memungkinkan untuk dipapah, disediakan kursi
roda untuk mengantarkan pasien ke ruangan pelayanan
● beritahukan kepada pengantar untuk tidak meninggalkan pasien sendirian di
ruang tunggu
● apabila pasien datang sendiri tanpa pengantar, antarkan pasien oleh
petugas kesehatan / satpam sampai di ruang tunggu pelayanan dan
beritahukan kondisi pasien ke perawat untuk mendapatkan perhatian
khusus
● perawat memberi tanda stiker kuning di kolom riwayat penyakit pasien
● pasien yang mempunyai risiko jatuh ditempatkan di ruang tunggu dengan
mempunyai tempat duduk are prioritas yang diberi tanda stiker kuning pada
kursi ruang tunggu yang telah disediakan
● pada kunjungan selanjutnya dilakukan asesmen ulang dan hasilnya sudah
tidak berisiko maka tanda kuning pada kolom riwayat penyakit dicoret dan di
paraf oleh perawat yang bertanggung jawab
2. Asesmen risiko jatuh menggunakan instrument berupa Morse Fall Scale (MFS)
untuk mengidentifikasi pasien dewasa yang berisiko jatuh. Untuk penilaian pasien
anak menggunakan Scoring Humpty Dumpty. Sedangkan untuk pasien geriatri
menggunakan Ontario Modified Stratify-Sidney Scoring

F. ASESMEN NYERI
1. Melakukan “five moment” cuci tangan
2. Memperkenalkan diri kepada pasien
3. Mengidentifikasi pasien dilanjutkan dengan anamnesa secara umum mengenai
keluhan utama pasien, menanyakan kondisi yang menyangkut psikososial-budaya-
ekonomi (status pernikahan, riwayat kebiasaan, hambatan fisik, keyakinan dan nilai-
nilai pribadi pasien, bahasa yang digunakan, ekonomi)
4. Asesmen nyeri berdasarkan keluhan utama pasien, menggunakan bahasa awam

5. Asesmen nyeri untuk keperawatan dapat langsung menggunakan Numeric Rating


Scale
Gambar NRS (Numerical Rating Scale)
Indikasi: digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun yang dapat
menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakannya

Instruksi: pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0 – 10
a) 0 = Tidak nyeri

b) 1 – 3 = Nyeri ringan (sedikit menganggu aktivitas sehari-hari)

c) 4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-


hari)

d) 7 – 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari).


6. Pada pasien yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka,
gunakan asesmen Wong Baker FACES Pain Scale sebagai berikut:

a. Perawat menanyakan mengenai faktor yang memperberat dan memperingan


nyeri kepada pasien.
b. Tanyakan juga mengenai deskripsi nyeri dan lokasi nyeri
c. Kualitas dan atau pola penjalaran / penyebaran
d. Onset, durasi, dan faktor pemicu
e. Riwayat penanganan nyeri sebelumnya dan efektifitasnya
f. Efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari
g. Obat-obatan yang dikonsumsi pasien
h. Pada pasien dalam pengaruh obat anestesi atau dalam kondisi sedang, asesmen
dan penanganan nyeri dilakukan saat pasien menunjukkan respon berupa
ekspresi tubuh atau verbal akan rasa nyeri
i. Asesmen ulang nyeri: dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa
jam dan menunjukkan adanya rasa nyeri.
j. Asesmen ulang nyeri adalah prosedur menilai ulang derajat nyeri pada pasien
yang bertujuan untuk mengevaluasi intervensi yang telah dilakukan terkait
penatalaksanaan nyeri yang telah diberikan, dengan interval waktu sesuai kriteria
sebagai berikut :
● 15 menit setelah intervensi obat injeksi
● 1 jam setelah intervensi obat oral atau lainnya
● 1 x / shift bila skor nyeri 1 – 3
● Setiap 3 jam bila skor 4 -6
● Setiap 1 jam bila skor nyeri 7 – 10
● Dihentikan bila skor nyeri 0
7. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai:
a. Faktor psikologis yang dapat menjadi penyebab nyeri
b. Menenangkan ketakutan pasien
c. Tatalaksana nyeri
d. Anjurkan untuk segera melaporkan kepada petugas jika merasa nyeri
sebelum rasa nyeri tersebut bertambah parah

G. ASESMEN TAMBAHAN UNTUK POPULASI TERTENTU


1. Melakukan “five moment” cara mencuci tangan

2. Mengidentifikasi kembali pasien

3. Anamnesis dengan cara autoanamnesis / alloanamnesis mengenai keluhan utama,


riwayat penyakit dahulu dan pengobatannya, riwayat penyakit dalam keluarga,
riwayat pekerjaan, riwayat sosial ekonomi dan kebiasaan.

4. Anamnesis mengenai penyakit sistemik

5. Hasil pemeriksaan penunjang, masalah medis dan keperawatan, diagnosis serta


rencana tindakan yang akan dilakukan
6. Semua hasil temuan dari hasil asesmen apabila ada observasi klinis, konsultasi, dan
hasil pengobatan, didokumentasikan pada rekam medis, dicantumkan tanggal dan
waktu pemeriksaan serta ditandatangani oleh dokter pemeriksa.
7. Melakukan pengisian CPPT (catatan perkembangan pasien terintegrasi) bagian
medis dengan metode IAR .

 Mengumpulkan data dan informasi (huruf I) pada SOAP adalah S–Subyektif dan
O- Obyektif.
 Analisis data dan informasi (huruf A) , yaitu melakukan analisis terhadap
informasi yang menghasilkan diagnosis, masalah, dan kondisi, untuk
mengidentifikasi kebutuhan pasien. Pada SOAP adalah A-Asesmen.
 Membuat Rencana (huruf R), yaitu menyusun solusi untuk
mengatasi/memperbaiki kelainan kesehatan sesuai butir b . Pelaksanaan R
adalah untuk memenuhi kebutuhan pasien yang telah teridentifikasi. Pada SOAP
adalah P–Plan.
8. Asesmen awal dilakukan secara lengkap saat pasien pertama kali datang.

9. Pada unit rawat jalan dan rawat inap dilakukan assesmen lanjutan untuk mendukung
diagnosis dan mengevaluasi hasil perawatan.
10. Asesmen ulang dilakukan pada semua unit perawatan sesuai kondisi pasien pada
asesmen awal.
11. Asesmen awal dilakukan secara lengkap saat pasien pertama kali datang.

12. Pada unit rawat jalan dan rawat inap dilakukan assesmen lanjutan untuk mendukung
diagnosis dan mengevaluasi hasil perawatan.
13. Asesmen ulang dilakukan pada semua unit perawatan sesuai kondisi pasien pada
asesmen awal.

BAB V
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai