Konsep Dasar MT
Konsep Dasar MT
Pemancar Penerima
Permukaan
Medan magnet
sekunder
Induksi Arus
Ore Body
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam metode telurik magnet adalah sebagai berikut:
J́= É σ
-2
J́ = densitas listrik (A m )
σ = konduktivitas medium (S m-1)
-1
É = kuat medan listrik (V m )
7. Perpindahan medan lsitrik adalah kuasi-statik. Oleh karena itu, variasi waktu
perpindahan arus dapat diabaikan dibandingkan dengan kondukvitas arus, hal ini
menunjukkan bahwa induksi elektromagnetik yang terjadi di dalam bumi
merupakan proses difusif.
8. Variasi permitivitas listrik dan permeabilitas batuan diasumsikan dapat
diabaikan dibandingkan variasi konduktivitas batuan.
Simpson, F. dan Bahr, K. 2005 (e.g., Cagniard, 1953; Keller and Frischknecht, 1966).
−∂ B́
∇ x É= Persamaan Maxwell ketiga
∂t
∂ É
∇ x B́=μ0 . ε 0 Persamaan Maxwell keempat
∂t
dimana:
μ0 = permeabilitas magnetik
ε 0= pemitivitas listrik
Dari persamaan Maxwell pertama (Hukum Gauss) menyatakan bahwa jumlah
garis gaya medan listrik yang menembus suatu permukaan tertutup sebanding dengan
jumlah muatan yang dilingkupi permukaan tersebut
∑Q 1.1
∮ É . n^ dA= ε0
1
∮ É . n^ dA= ε ∫ dQ 1.2
0
dQ
dimana ρ adalah rapat muatan; ρ=
dV
1
∮ É . n^ dA= ε ∫ ρ . dV 1.3
0
ρ
Maka diperoleh ∫ ∇ . É dV = dV
ε0 ∫
ρ
∇ . É= 1.4
ε0
∇ . É=0 1.5
∮ B́ . n^ dA=∫ ∇ . B́ dV =0 1.7
∇ . B́=0 1.8
Karena Φ= B́ . n^ dA
−∂
ε= B́ . n^ dA 1.10
∂t ∫
ε =∮ É . dl 1.11
−∂
∮ É . dl= ∂t ∫ B́ . n^ A 1.12
−∂
Berdasarkan teorema stokes: ∮ ∇ x É . n^ dA= B́ . n^ A
∂t ∫
−∂ B́
∇ x É= 1.13
∂t
I
Dari hubungan J= dimana i=∫ J́ . n^ dA
A
∇ x B́=μ0 . J 1.15
∂ É
Karena J=ε 0 maka
∂t
∂ É
∇ x B́=μ0 . ε 0 1.16
∂t
−∂ B́
∇ x É= Persamaan Maxwell ketiga
∂t
∂ D́
∇ x H́=J b + Persamaan Maxwell keempat
∂t
D́ = perpindahan listrik
∇ . D́=ρb 1.17
Persamaan ini dikenal juga sebagai Hukum Gauss. Hukum ini menyatakan
bahwa fluks medan listrik yang melalui sembarang permukaan tertutup sama dengan
1/ε 0 dikalikan dengan muatan total di dalam permukaan tersebut. Hukum Gauss
menyiratkan bahwa medan listrik akibat muatan titik berubah berbanding terbalik
terhadap kuadrat jarak dari muatan tersebut. Hukum ini menguraikan bagaimana garis
medan listrik memancar dari muatan positif dan menuju muatan negatif. Dasar
percobaannya adalah hukum Coulomb
Persamaan Maxwell kedua untuk medium konduktif
∇ . B́=0 1.18
Menyatakan bahwa fluks vektor medan magnetik sama dengan nol di seluruh
permukaan tertutup. Persamaan ini menguraikan pengamatan secara percobaan bahwa
garis-garis medan magnet tidak memancar dari titik manapun dalam ruang atau
mengumpul ke sembarang titik; dengan kata lain hukum ini menyiratkan bahwa tidak
ada kutub magnetik yang terisolasi
Persamaan Maxwell ketiga untuk medium konduktif
−∂ B́
∇ x É= 1.19
∂t
Persamaan ini lebih dikenal sebagai hukum Faraday. Hukum ini menyebutkan
bahwa perubahan fluks magnetik akan menghasilkan arus listrik. Medan listrik yang
mengelilingi sembarang kurva tertutup, yang merupakan ggl sama dengan laju
perubahan fluks magnetik melalui sembarang permukaan yang dibatasi oleh kurva
tersebut. Faraday menguraikan bagaimana garis-garis medan listrik mengelilingi
sembarang luasan yang melalui fluks magnetik yang sedang berubah, dan hukum ini
menghubungkan medan listrik dengan laju perubahan vektor medan magnet
Persamaan Maxwell keempat untuk medium konduktif
∂ D́
∇ x H́=J b + 1.20
∂t
Persamaan ini dikenal juga sebagai hukum Ampere. Hukum ini menyatakan
bahwa di sekitar arus listrik akan terbentuk medan magnet. Integral garis medan
magnetik B yang mengililingi sembarang kurva tertutup sama dengan μ0 dikalikan
dengan arus yang melalui sembarang permukaan yang dibatasi oleh kurva μ0 . ε 0
dikalikan dengan laju perubahan fluks listrik yang melalui permukaan tersebut. Hukum
ini menguraikan bagaimana garis-garis medan magnetik mengelilingi luasan yang
dilewati suatu arus atau luasan dimana fluks listrik sedang berubah.
Persamaan gelombang:
−∂ B́
∇ x É= diferensial dengan operasi rotasi
∂t
−∂
∇ x ( ∇ x É )= ( ∇ . B́ ) 1.22
∂t
2 −∂
Persamaan menjadi ∇ ( ∇ . É )−∇ É= ( ∇ . B́ ) 1.24
∂t
−∂ ∂ É
−∇ 2 É= (μ J́ + με ) 1.25
∂t ∂t
2 ∂2 É ∂ J́
∇ É=με 2
+μ 1.26
∂t ∂t
2 ∂2 É ∂ É
∇ É=με 2
+ μσ 1.27
∂t ∂t
∂ D́
∇ x H́=J b + diferensial dengan operasi rotasi
∂t
∂ É
∇ x H́=σ É+ ε 1.28
∂t
∂
∇ x ( ∇ x H́ )=σ ( ∇ x É )+ ε ( ∇ x É ) 1.29
∂t
∂
∇ x ∇ x H́=∇ ( ∇ . H́ )−∇2 H́=σ ( ∇ x É ) + ε ( ∇ x É ) 1.30
∂t
∂
−∇ 2 H́ =σ ( ∇ x É ) + ε ( ∇ x É ) 1.31
∂t
∂ H́ ∂2 H́
2
∇ H́ =μσ
∂t ( ) ( )
+ με
∂ t2
1.33
Persamaan 1.27 dan 1.33 merupakan persamaan gelombang untuk medan listrik
dan medan magnet. Persamaan tersebut menunjukan sifat penjalaran gelombang dari
medan elektromagnetik, yaitu sifat difusif dan sifat gelombang(propagasi).
Medan elektromagnetik (variabel E dan H) merupakan fungsi posisi (asumsi
(3)) dan waktu (harmonik). Variasi terhadap waktu dapat direpresentasikan oleh fungsi
periodik sinusoidal dengan solusi persamaan gelombang sebagai berikut:
E0 dan H 0 masing-masing adalah amplitudo medan listrik dan medan magnet, dan ω
adalah frekuensi gelombang elektromagnetik. ω=2 πf
Persamaan (1.27) dan persamaan (1.33) dalam domain frekuensi dapat dinyatakan
sebagai berikut.
∇ 2 E=( i−❑2) E 1.38
∇ 2 H =( i−❑2 ) H 1.39
∇ 2 E=−i E 1.42
∇ 2 H =−i H 1.43
Ex
Z s=
Hy
1
μωρ
Z s= ( ) ( 1+i )
2
2
1
μωρ
Z s= ( )e
2
2 iπ /4
2
−i E x
( )
( ρ a )= μω H
y
2
1 Ex
( ρ a )= | |
ωμ H y
Dalam metode MT, medan E diukur dalam satuan mV/km dan medan H dalam satuan
A 1 x 10−2
nT. H y =B y / μ dan = nT
m 4π
Maka :
2
T 1 E x (1 x 10−6 )
ρa =
2 π 4 π (1 x 10−7)
By | ( )|
1 x 10−2
4π
2
Ex
ρa =0.2T
By || 1.57
E
Dimana E x dalam mV/km dan B y dalam nT. Impedansi menunjukkan nilai
B
(Rokityansky (1982, p. 41))
1
H́ y = É e−iωt e kz 1.54
iωμ 0
E
dengan persamaan Z= , maka impedansi intrinsik ( Z¿ ¿ I )¿ menjadi:
H
E x ωμ ωμ Ex (1−i)
Z I= =
Hy k
(1+i )
2σ √ atau Z xy =
Hy √ 2
√ωμρ
E
Z I= = iω µo ρ 1.55
H √
dengan
E x =¿ medan listrik pada arah x (V/m)
H y =¿ kuat medan magnet pada arah y (A/m)
ω=¿ frekuensi angular
μ=¿ permeabilitas magnetik (H/m),
k =¿ bilangan gelombang
ℑ { Z ij }
Φ ij=tan −1
( { })
ℜ Z ij
=45 0 1.56
2
δ=
√ ωμσ
1
2
¿ [ ]
❑
2
1/ 2
2(ohm. m)
δ=
[ 2f (
1
dt
). 4 x 10−7 (dt
ohm
m
) ]
1/ 2
2(ohm. m)
δ=
[ 8 2 x 10−7
ohm
( )
m
.f ]
δ =¿ ¿
1/ 2
2
δ= 2
[
8 x 10−7 . ] ¿¿
1 /2
2.5 x 106
δ=
[ 2 ] ¿¿
1.581139 x 103
δ= ¿¿
❑
δ =503 m
√ f
atau503 m √T 1.52
Daftar Pustaka
Cagniard, L., 1953, Basic theory of the magnetotelluric method of geophysical
prospecting, Geophysics, vol. 18, 605-635.
Palacky, G.J., 1987, Resistivity characteristics of geologic targets, in Electromagnetic
Methods in Applied Geophysics – vol. 1. Theory, M.N. Nabighian (ed.), SEG
Publishing
R. Jiracek, George. The Magnetotelluric Method. San Diego: San Diego State
University
Ranganayaki, R.P., 1984, An interpretive analysis of magnetotelluric data, Geophysics,
49, 1730 - 1748.
Simpson, F., Bahr, K., 2005, Practical Magnetotellurics, Cambridge.
Sternberg, B.K., Washburne, J.C., Pellerin, L., 1988, Correction for the static shift in
magnetotellurics using transient electromagnetic soundings, Geophysics, 53,
1459 - 1468.
Vozoff, K., 1991, The magnetotelluric method, in Electromagnetic methods in applied
geophysics, Vol. 2 Application, M.N. Nabighian (ed.), SEG Publishing.
Unsworth, 2016.Magnetotellurics–field techniques. University of Alberta
Unsworth, 2016.Theory of Magnetotellurics over a 1-D Earth. University of Alberta