Anda di halaman 1dari 16

Konsep Dasar Metode Telurik Magnet

Metode Telurik Magnet merupakan salah satu metode eksplorasi


geofisika yang memanfaatkan medan elektromagnetik alami yang diinduksi dalam
bumi. Medan elektromagnetik tersebut ditimbulkan oleh berbagai proses fisik yang
cukup kompleks dengan spektrum frekuensi sangat lebar (10 -5 Hz – 104 Hz). Gelombang
elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat tanpa melalui medium.
Gelombang ini merupakan kombinasi antara medan listrik dan medan magnet yang
berosilasi dan membawa energi dari satu tempat ke tempat lainnya. Perubahan medan
listrik akan menghasilkan perubahan medan magnetik, begitupun sebaliknya (Maxwell,
1873).
Metoda MT dapat menggambarkan kondisi struktur batuan di bawah
permukaan hingga kedalaman ratusan kilometer. Hal ini disebabkan karena metoda MT
menggunakan sumber sinyal dengan nilai frekuensi yang sangat kecil sehingga
kemampuan gelombang untuk melakukan penetrasi menjadi lebih tinggi untuk
mencapai kedalaman tertentu

1.1 Sumber Medan Elektromagnetik


Sumber medan elektromagnetik yang dimanfaatkan dalam metoda MT berasal
dari solar wind dan lighting activity. Solar wind adalah partikel bermuatan yang
bergerak dan dipancarkan dari matahari. Partikel ini memiliki frekuensi rendah yaitu
kurang dari 1 Hz. Solar wind yang membawa medan elektromagnetik menjalar sampai
lapisan ionosfer dan terjadi interaksi dengan lapisan tersebut. Gelombang
elektromagnetik ini akan menjalar sampai permukaan bumi dan sesuai dengan sifat
pembawaannya yaitu berfluktuasi terhadap waktu. Sedangkan lighting activity
merupakan fenomena terjadinya petir yang memiliki frekuensi lebih dari 1 Hz. Petir
yang terjadi di suatu tempat menimbulkan gelombang elektromagnetik yang
terperangkap antara ionosfer dan bumi dan menjalar mengitari bumi (Vozzof, 1991).
(a) Sumber medan elektromagnetik dengan (b) Sumber medan elektromagnetik dengan
frekuensi > 1 Hz (lighting activity) frekuensi < 1 Hz (solar wind)
Sumber: Magnetotellurics–field techniques (Martyn Unsworth, 2016)

1.2 Penjalaran Gelombang Elektromagnetik


Sumber medan elektromagnetik yang terjadi dipermukaan bumi menembus ke
dalam bumi dan terjadi interaksi antara medan elektromagnetik dengan material bumi
yang bersifat konduktor. Partikel bermuatan listrik bergerak tegak lurus dengan medan
magnet homogen yang mempengaruhi selama geraknya, muatan tersebut bergerak
dengan lintasan berupa lingkaran dan menimbulkan gaya yang menuju ke pusat
lingkaran. Gaya yang ditimbulkan dinamakan dengan Gaya Lorentz. Demikian juga
untuk partikel yang bermuatan negatif.
Induksi arus yang terjadi di permukaan bumi menimbulkan medan magnetik
primer (primary magnetik field). Pada saat medan magnet tersebut merambat ke dalam
bumi dan melalui bidang konduktor atau ore body akan terjadi induksi dan
menimbulkan arus listrik. Arus yang dihasilkan dinamakan dengan eddy current atau
biasa dikenal sebagai “arus tellurik”. Eddy current mengalami perputaran dan akan
menghasilkan medan magnet sekunder. Medan listrik ( É ) dan medan magnetik ( B́)
sekunder inilah yang diukur di receiver Rx (Unsworth,2006). Sinyal yang ditangkap
oleh alat MT merupakan sinyal yang berasal dari medan EM total yang terjadi di
permukaan bumi yang bergantung terhadap variasi waktu. Sedangkan untuk parameter
yang dianalisis adalah tahanan jenis semu dan fase.
Medan magnet
primer

Pemancar Penerima

Permukaan

Medan magnet
sekunder

Induksi Arus
Ore Body

Gambar 2. Prinsip penjalaran gelombang EM pada Metode MT (Modifikasi, Unsworth,


2006)

1.3 Asumsi Metode MT

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam metode telurik magnet adalah sebagai berikut:

1. Mematuhi persamaan umum elektromagnetik Maxwell.


2. Bumi tidak menghasilkan energi elektromagnetik, tetapi hanya menghilangkan
atau menyerapnya.
3. Seluruh medan elektromagnetik bersifat konservatif (hanya bergantung pada
posisi) dan secara analitik jauh dari sumber.
4. Sumber elektromagnetik alami yang dimanfaatkan dibangkitkan oleh sistem arus
ionosfer dengan skala besar dan jauh dari permukaan bumi, sehingga gelombang
yang tiba dipermukaan bumi dianggap sebagai gelombang planar.
5. Tidak ada akumulasi muatan bebas yang terjadi dalam bumi kecuali untuk bumi
berlapis.
6. Muatan bersifat kekal dan bumi bertindak sebagai bidang konduktor.

J́= É σ
-2
J́ = densitas listrik (A m )
σ = konduktivitas medium (S m-1)
-1
É = kuat medan listrik (V m )
7. Perpindahan medan lsitrik adalah kuasi-statik. Oleh karena itu, variasi waktu
perpindahan arus dapat diabaikan dibandingkan dengan kondukvitas arus, hal ini
menunjukkan bahwa induksi elektromagnetik yang terjadi di dalam bumi
merupakan proses difusif.
8. Variasi permitivitas listrik dan permeabilitas batuan diasumsikan dapat
diabaikan dibandingkan variasi konduktivitas batuan.
Simpson, F. dan Bahr, K. 2005 (e.g., Cagniard, 1953; Keller and Frischknecht, 1966).

1.4 Persamaan Maxwell


Maxwell menyusun secara sistematik persamaan differensial yang mendasar
untuk menjelaskan perilaku gelombang elektromagnetik. Seluruh persamaan Maxwell
terdiri dari 4 persamaan medan yang masing-masing dapat dipandang sebagai hubungan
antara medan dan distribusi sumber, baik sumber muatan ataupun sumber arus.
a. Persamaan Maxwell untuk Gelombang Elektromagnetik pada Ruang Vakum
Untuk ruang vakum (tanpa sumber muatan), persamaan Maxwell dirumuskan
sebagai berikut:
∇ . É=0 Persamaan Maxwell pertama

∇ . B́=0 Persamaan Maxwell kedua

−∂ B́
∇ x É= Persamaan Maxwell ketiga
∂t

∂ É
∇ x B́=μ0 . ε 0 Persamaan Maxwell keempat
∂t

dimana:

É = kuat medan listrik (V/m)

B́ = rapat fluks magnet (Tesla)

μ0 = permeabilitas magnetik

ε 0= pemitivitas listrik
Dari persamaan Maxwell pertama (Hukum Gauss) menyatakan bahwa jumlah
garis gaya medan listrik yang menembus suatu permukaan tertutup sebanding dengan
jumlah muatan yang dilingkupi permukaan tersebut

∑Q 1.1
∮ É . n^ dA= ε0
1
∮ É . n^ dA= ε ∫ dQ 1.2
0

dQ
dimana ρ adalah rapat muatan; ρ=
dV

1
∮ É . n^ dA= ε ∫ ρ . dV 1.3
0

Melalui teorema divergensi: ∮ F́ . n^ dA=∫ ∇ . F́ dV

ρ
Maka diperoleh ∫ ∇ . É dV = dV
ε0 ∫

ρ
∇ . É= 1.4
ε0

Untuk ruang vakum ρ=0, sehingga didapat:

∇ . É=0 1.5

Dari persamaan Maxwell kedua (Hukum Gauss Magnetik) menyatakan bahwa


medan magnet yang menembus suatu permukaan tertutup sama dengan nol karena tidak
adanya sumber medan berupa muatan magnetik.
∮B =∮ B́ . n^ dA=0 1.6

∮ B́ . n^ dA=∫ ∇ . B́ dV =0 1.7

∇ . B́=0 1.8

Dari persamaan Maxwell ketiga (Hukum Faraday-Lenz) menyatakan ggl induksi


yang timbul pada suatu rangkain sebanding dengan perubahan fluks magnet yang
menembus rangkaian tersebut. Medan listrik dapat timbul karena adanya perubahan
pada medan magnet yang mengalami perubahan terhadap waktu
−∂ Φ
ε= 1.9
∂t

Karena Φ= B́ . n^ dA

−∂
ε= B́ . n^ dA 1.10
∂t ∫

ε =∮ É . dl 1.11

−∂
∮ É . dl= ∂t ∫ B́ . n^ A 1.12

−∂
Berdasarkan teorema stokes: ∮ ∇ x É . n^ dA= B́ . n^ A
∂t ∫

−∂ B́
∇ x É= 1.13
∂t

Dari persamaan Maxwell keempat (Hukum Ampere) menyatakan jumlah garis


gaya medan magnet yang menembus lintasan tertutup sebanding dengan jumlah arus
yang dilingkupinya
Φ B=∮ B́ . dl=μ0 . I 1.14

I
Dari hubungan J= dimana i=∫ J́ . n^ dA
A

∇ x B́=μ0 . J 1.15

∂ É
Karena J=ε 0 maka
∂t

∂ É
∇ x B́=μ0 . ε 0 1.16
∂t

Berdasarkan persamaan (1.16), Medan magnet dapat timbul karena perubahan


medan listrik. Interaksi antara medan listrik dan medan magnet akan menghasilkan
gelombang elektromagnetik yang dapat merambat di ruang vakum (tanpa sumber
muatan).

b. Persamaan Maxwell untuk Gelombang EM pada Medium Konduktif


Pada medium konduktif, rapat arus tidak sama dengan nol, besarnya sebanding
dengan medan listrik. Oleh karena itu diperhitungkan faktor muatan bebas dan arus
bebas. Dalam medium konduktif, persamaan Maxwell menjadi:
∇ . D́=ρb Persamaan Maxwell pertama

∇ . B́=0 Persamaan Maxwell kedua

−∂ B́
∇ x É= Persamaan Maxwell ketiga
∂t

∂ D́
∇ x H́=J b + Persamaan Maxwell keempat
∂t

dimana hubungan B́=μ H́ dan D́=ε É, J́ b =σ É

É = kuat medan listrik

B́ = rapat fluks magnet

D́ = perpindahan listrik

H́ = intensitas medan magnet

ρb = rapat muatan listrik

J b = rapat arus listrik

Persamaan Maxwell pertama untuk medium konduktif

∇ . D́=ρb 1.17

Persamaan ini dikenal juga sebagai Hukum Gauss. Hukum ini menyatakan
bahwa fluks medan listrik yang melalui sembarang permukaan tertutup sama dengan
1/ε 0 dikalikan dengan muatan total di dalam permukaan tersebut. Hukum Gauss
menyiratkan bahwa medan listrik akibat muatan titik berubah berbanding terbalik
terhadap kuadrat jarak dari muatan tersebut. Hukum ini menguraikan bagaimana garis
medan listrik memancar dari muatan positif dan menuju muatan negatif. Dasar
percobaannya adalah hukum Coulomb
Persamaan Maxwell kedua untuk medium konduktif
∇ . B́=0 1.18

Menyatakan bahwa fluks vektor medan magnetik sama dengan nol di seluruh
permukaan tertutup. Persamaan ini menguraikan pengamatan secara percobaan bahwa
garis-garis medan magnet tidak memancar dari titik manapun dalam ruang atau
mengumpul ke sembarang titik; dengan kata lain hukum ini menyiratkan bahwa tidak
ada kutub magnetik yang terisolasi
Persamaan Maxwell ketiga untuk medium konduktif

−∂ B́
∇ x É= 1.19
∂t

Persamaan ini lebih dikenal sebagai hukum Faraday. Hukum ini menyebutkan
bahwa perubahan fluks magnetik akan menghasilkan arus listrik. Medan listrik yang
mengelilingi sembarang kurva tertutup, yang merupakan ggl sama dengan laju
perubahan fluks magnetik melalui sembarang permukaan yang dibatasi oleh kurva
tersebut. Faraday menguraikan bagaimana garis-garis medan listrik mengelilingi
sembarang luasan yang melalui fluks magnetik yang sedang berubah, dan hukum ini
menghubungkan medan listrik dengan laju perubahan vektor medan magnet
Persamaan Maxwell keempat untuk medium konduktif

∂ D́
∇ x H́=J b + 1.20
∂t

Persamaan ini dikenal juga sebagai hukum Ampere. Hukum ini menyatakan
bahwa di sekitar arus listrik akan terbentuk medan magnet. Integral garis medan
magnetik B yang mengililingi sembarang kurva tertutup sama dengan μ0 dikalikan
dengan arus yang melalui sembarang permukaan yang dibatasi oleh kurva μ0 . ε 0
dikalikan dengan laju perubahan fluks listrik yang melalui permukaan tersebut. Hukum
ini menguraikan bagaimana garis-garis medan magnetik mengelilingi luasan yang
dilewati suatu arus atau luasan dimana fluks listrik sedang berubah.

Gelombang elektromagnetik dalam medium Untuk vakum dan dalam medium


dielektrik ρ= 0 dan J= 0, sedangkan dalam medium konduktif J=σ É. Dari hubungan
B́=μ H́ dan D́=ε É, Persamaan maxwel 4 menjadi
∂ É
∇ x B́=μ J́ + με 1.21
∂t

Persamaan gelombang:

Dari persamaan Maxwell 3

−∂ B́
∇ x É= diferensial dengan operasi rotasi
∂t

−∂
∇ x ( ∇ x É )= ( ∇ . B́ ) 1.22
∂t

Dari vektor identitas ∇ x ∇ x Á=∇ ( ∇ . Á ) −∇ 2 Á 1.23

2 −∂
Persamaan menjadi ∇ ( ∇ . É )−∇ É= ( ∇ . B́ ) 1.24
∂t

−∂ ∂ É
−∇ 2 É= (μ J́ + με ) 1.25
∂t ∂t

2 ∂2 É ∂ J́
∇ É=με 2
+μ 1.26
∂t ∂t

Dari hukum Ohm J=σ É diperoleh:

2 ∂2 É ∂ É
∇ É=με 2
+ μσ 1.27
∂t ∂t

Dari persamaan Maxwell 4

∂ D́
∇ x H́=J b + diferensial dengan operasi rotasi
∂t

∂ É
∇ x H́=σ É+ ε 1.28
∂t


∇ x ( ∇ x H́ )=σ ( ∇ x É )+ ε ( ∇ x É ) 1.29
∂t

Dari vektor identitas (persamaan 1.23)


∇ x ∇ x H́=∇ ( ∇ . H́ )−∇2 H́=σ ( ∇ x É ) + ε ( ∇ x É ) 1.30
∂t

−∇ 2 H́ =σ ( ∇ x É ) + ε ( ∇ x É ) 1.31
∂t

−∇ 2 H́ =−σ ( ∂∂B́t )−ε ∂t∂ ( ∂∂B́t ) 1.32

∂ H́ ∂2 H́
2
∇ H́ =μσ
∂t ( ) ( )
+ με
∂ t2
1.33

Persamaan 1.27 dan 1.33 merupakan persamaan gelombang untuk medan listrik
dan medan magnet. Persamaan tersebut menunjukan sifat penjalaran gelombang dari
medan elektromagnetik, yaitu sifat difusif dan sifat gelombang(propagasi).
Medan elektromagnetik (variabel E dan H) merupakan fungsi posisi (asumsi
(3)) dan waktu (harmonik). Variasi terhadap waktu dapat direpresentasikan oleh fungsi
periodik sinusoidal dengan solusi persamaan gelombang sebagai berikut:

E( z , t)=E 0 . cos ( kz−ωt ) 1.34

H (z ,t )=H 0 .cos ( kz−ωt ) 1.35

atau dalam bentuk kompleks:

E( z , t)=E 0 . e−i(kz−ωt) 1.36

H (z ,t )=H 0 . e−i (kz−ωt ) 1.37

E0 dan H 0 masing-masing adalah amplitudo medan listrik dan medan magnet, dan ω
adalah frekuensi gelombang elektromagnetik. ω=2 πf
Persamaan (1.27) dan persamaan (1.33) dalam domain frekuensi dapat dinyatakan
sebagai berikut.
∇ 2 E=( i−❑2) E 1.38

∇ 2 H =( i−❑2 ) H 1.39

Kedua sifat penjalaran gelombang elektromagnetik tergantung dari frekuensi yang


digunakan. Sifat gelombang (propagasi) akan dominan apabila menggunakan frekuensi
tinggi, dengan nilai i 2=−1, persamaannya dapat dituliskan:
∇ 2 E=−2 E 1.40
∇ 2 H =−2 H 1.41

sedangkan sifat difusif akan dominan apabila menggunakan frekuensi rendah.

∇ 2 E=−i E 1.42

∇ 2 H =−i H 1.43

Di dalam studi elektromagnetik untuk metoda MT, frekuensi yang digunakan


adalah frekuensi rendah, sehingga yang dominan adalah sifat difusifnya (asumsi (7)).
Suku yang mengandung (perpindahan listrik) dapat diabaikan terhadap suku yang
mengandung (konduksi listrik) karena harga σ ≫ ωε (asumsi (8)).

Gelombang elektromagnetik alami dapat dianggap sebagai gelombang bidang


(plane wave) yang merambat secara vertikal ke dalam bumi berapapun sudut jatuhnya
terhadap permukaan (asumsi (4)). besarnya kontras konduktivitas dan diskontinuitas
resistivitas hanya terdapat pada batas antara udara dengan bumi.
Bumi merupakan medium homogen isotropik maka hanya terdapat satu
komponen medan listrik dan medan magnet yang saling tegak lurus (ortogonal), E =
(Ex, 0, 0) dan H = (0, Hy, 0) yang masing-masing hanya bervariasi terhadap kedalaman
(z).

Bentuk umum dari persamaan gelombang adalah sebagai berikut.


É= É1 e−kz + É2 e +kz 1.48
É= É1 e−iωt e−kz + É 1 e iωt ekz 1.49
Maka
iωμσ iωμσ iωμσ iωμσ
É= É1 e−iωt e
−i
√ 2
z −
e √ 2
z i
+ É 2 eiωt e √ 2
z
e √ 2
z
1.50

z adalah kedalaman dengan harga positif vertikal ke bawah.


Pada persamaan (1.50) eksponensial yang mengandung komponen imajiner dari
k (e ±iωt ) menyatakan variasi sinusoidal gelombang elektromagnetik terhadap kedalaman,
sedangkan eksponensial yang mengandung komponen riil dari k (e ±kz ) menyatakan
faktor atenuasi. Konstanta É1dan É2 ditentukan berdasarkan syarat batas yang
bergantung medium yang ditinjau. Adapun syarat batas dalam penjalaran gelombang
pada kasus ini yaitu z = 0 (di permukan bumi) sampai dengan z → ∞ (penetrasi
kedalaman).
Sumber medan elektromagnetik bersifat eksternal (asumsi (2)) dan pada bumi
homogen amplitudo medan elektromagnetik menjadi nol pada kedalaman tak-hingga,
sehingga koefisien É2 pada persamaan (1.50) harus berharga nol. Suku dengan koefisien
É1 mengandung faktor atenuasi gelombang elektromagnetik terhadap kedalaman. Jadi
perambatan gelombang elektromagnetik dalam suatu medium konduktor dapat
dituliskan dengan persamaan
iωμσ iωμσ
É= É0 e−iωt e
i
√ 2
z −
e √ 2
z
1.5

1.7 Tahanan Jenis semu


Tahanan jenis tidak konstan terhadap kedalaman, maka dapat dianggap sebagai
tahanan jenis rata-rata pada setiap kedalaman Tahanan jenis semu ρa ,untuk lapisan
bumi dapat diperoleh dari persamaan impedansi.
Impedansi di permukaan bumi homogen:

Ex
Z s=
Hy

1
μωρ
Z s= ( ) ( 1+i )
2
2

1
μωρ
Z s= ( )e
2
2 iπ /4

Pada Z = 0. Maka ρ( ρa)

2
−i E x
( )
( ρ a )= μω H
y

2
1 Ex
( ρ a )= | |
ωμ H y
Dalam metode MT, medan E diukur dalam satuan mV/km dan medan H dalam satuan

A 1 x 10−2
nT. H y =B y / μ dan = nT
m 4π

Maka :

2
T 1 E x (1 x 10−6 )
ρa =
2 π 4 π (1 x 10−7)
By | ( )|
1 x 10−2

2
Ex
ρa =0.2T
By || 1.57

E
Dimana E x dalam mV/km dan B y dalam nT. Impedansi menunjukkan nilai
B
(Rokityansky (1982, p. 41))

1.6 Impedansi dan Fase


Impedansi merupakan perbandingan antara medan listrik dan medan magnetik
yang saling tegak lurus. Impedansi bumi homogen adalah bilangan skalar kompleks
yang merupakan fungsi tahanan jenis medium atau batuan dan frekuensi gelombang EM
yang selanjutnya disebut impedansi intrinsik (ZI = Zxy = Zyx). Dengan demikian,
impedansi sebagai fungsi dari perioda memberikan informasi mengenai tahanan-jenis
medium sebagai fungsi dari kedalaman.
Secara umum, hubungan linier antara medan listrik, medan magnetik, dan
impedansi dapat dirumuskan sebagai berikut
É x = É0 e−iωt ekz 1.53

1
H́ y = É e−iωt e kz 1.54
iωμ 0

E
dengan persamaan Z= , maka impedansi intrinsik ( Z¿ ¿ I )¿ menjadi:
H

E x ωμ ωμ Ex (1−i)
Z I= =
Hy k
(1+i )
2σ √ atau Z xy =
Hy √ 2
√ωμρ
E
Z I= = iω µo ρ 1.55
H √
dengan
E x =¿ medan listrik pada arah x (V/m)
H y =¿ kuat medan magnet pada arah y (A/m)
ω=¿ frekuensi angular
μ=¿ permeabilitas magnetik (H/m),
k =¿ bilangan gelombang

Tensor impedansi, Z merupakan bilangan kompleks yang terdiri dari bagian


riil dan imajiner. Oleh karena itu, masing-masing komponen, Zij dan Z tidak hanya
memiliki besar, tetapi juga memiliki fase (Simpson & Bahr, 2005), sebagaimana
ditunjukkan pada persamaan berikut.

ℑ { Z ij }
Φ ij=tan −1
( { })
ℜ Z ij
=45 0 1.56

1.5 Skin Depth


Dari persamaan medan listrik dan medan magnet yang berlaku untuk bumi
homogen tampak bahwa amplitudo gelombang EM mengalami atenuasi secara
eksponensial terhadap kedalaman. Skin depth didefinisikan sebagai kedalaman pada
suatu medium homogen dengan resistivitas ρ dimana amplitudo gelombang EM telah
terreduksi menjadi 1/e dari amplitudonya di permukaan bumi (ln e = 1 dimana e = 2.718
iωμσ
...). Oleh karena itu nilai e− √ 2
z
=e−1 dimana z=δ.
iωμσ

√ 2
z =−1;

2
δ=
√ ωμσ
1
2
¿ [ ]

2
1/ 2
2(ohm. m)
δ=
[ 2f (
1
dt
). 4 x 10−7 (dt
ohm
m
) ]
1/ 2
2(ohm. m)
δ=
[ 8 2 x 10−7
ohm
( )
m
.f ]
δ =¿ ¿

1/ 2
2
δ= 2
[
8 x 10−7 . ] ¿¿

1 /2
2.5 x 106
δ=
[ 2 ] ¿¿

1.581139 x 103
δ= ¿¿

δ =503 m
√ f
atau503 m √T 1.52
Daftar Pustaka
Cagniard, L., 1953, Basic theory of the magnetotelluric method of geophysical
prospecting, Geophysics, vol. 18, 605-635.
Palacky, G.J., 1987, Resistivity characteristics of geologic targets, in Electromagnetic
Methods in Applied Geophysics – vol. 1. Theory, M.N. Nabighian (ed.), SEG
Publishing
R. Jiracek, George. The Magnetotelluric Method. San Diego: San Diego State
University
Ranganayaki, R.P., 1984, An interpretive analysis of magnetotelluric data, Geophysics,
49, 1730 - 1748.
Simpson, F., Bahr, K., 2005, Practical Magnetotellurics, Cambridge.
Sternberg, B.K., Washburne, J.C., Pellerin, L., 1988, Correction for the static shift in
magnetotellurics using transient electromagnetic soundings, Geophysics, 53,
1459 - 1468.
Vozoff, K., 1991, The magnetotelluric method, in Electromagnetic methods in applied
geophysics, Vol. 2 Application, M.N. Nabighian (ed.), SEG Publishing.
Unsworth, 2016.Magnetotellurics–field techniques. University of Alberta
Unsworth, 2016.Theory of Magnetotellurics over a 1-D Earth. University of Alberta

Anda mungkin juga menyukai