Andi Febrina S - Laporan Pendahuluan Kasus Hernia Inguinalis - R014191047
Andi Febrina S - Laporan Pendahuluan Kasus Hernia Inguinalis - R014191047
Disusun Oleh :
Preseptor Institusi
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Kata hernia berarti penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ atau
lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita (dapatan). Hernia terdiri
atas cincin, kantong, dan isi hernia. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding perut . Hernia
inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke rongga
melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis. Materi
yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan suatu jaringan
lemak atau omentum (Erickson K M, 2009) dalam [ CITATION Amr15 \l 1057 ].
B. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab
yang didapat [ CITATION Scw00 \l 1057 ]. Lebih banyak terjadi pada lelaki daripada
perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan
isi hernia. Selain itu, diperlukan faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati
pintu yang sudah terbuka cukup lebar. Pada orang sehat ada tiga mekanisme yang
dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan
miring, adanya struktur otot oblikus internus abdominis yang menutup anulus
Program Profesi
Keperawatan Perioperatif, 2020
inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat
sehingga menutupi trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.
Proses mekanisme ini meliputi saat otot abdomen berkontraksi terjadi
peningkatan intraabdomen lalu m.oblikus internus dan m. Tranversus berkontraksi,
serabut otot yang paling bawah membentuk atap mioaponeurotik pada kanalis
inguinalis. Konjoin tendon yang melengkung meliputi spermatic cord yang
berkontraksi mendekati ligamentum inguinale sehingga melindungi fasia
transversalis. Kontraksi ini terus bekerja hingga ke depan cincin interna dan berfungsi
menahan tekanan intraabdomen.
Kontraksi m.transversus abdominis menarik dan meregang crura anulus
internus, iliopubic tract, dan fasia transversalis menebal sehingga cincin menutup
seperti spincter (Shutter Mechanism). Pada saat yang sama m. oblikus eksternus
berkontraksi sehingga aponeurosisnya yang membentuk dinding anterior kanalis
inguinalis menjadi teregang dan menekan cincin interna pada dinding posterior yang
lemah. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia
[ CITATION Amr15 \l 1057 ].
C. Patofisiologi
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena lanjut usia, karena pada
umur yang tua otot dinding rongga perut dapat melemah. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada
orang tua kanalis tersebut telah menutup, namun karena daerah ini merupakan lokus
minoris resistansi, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal
meningkat seperti, batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang
berat dan mengejan, maka kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan
timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan
keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas
akibat trauma, hipertropi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital [
CITATION Ari00 \l 1057 ].
Program Profesi
Keperawatan Perioperatif, 2020
D. Manifestasi Klinik
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hernia inguinalis menurut [ CITATION
Amr15 \l 1057 ], yaitu sebagai berikut :
a. Usia
Usia adalah salah satu penentu seseorang mengalami hernia inguinalis,
sebagaimana pada hernia inguinalis direk lebih sering pada laki-laki usia tua
yang telah mengalami kelemahan pada otot dinding abdomen. Sebaliknya pada
dewasa muda yang berkisar antara 20-40 tahun yang merupakan usia produktif.
Pada usia ini bisa terjadi peningkatan tekanan intraabdominal apabila pada usia
ini melakukan kerja fisik yang berlangsung terus-menerus yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya hernia inguinalis indirek.
b. Pekerjaan
Pekerjaan yang dapat menimbulkan risiko terjadinya hernia inguinalis ialah
pekerjaan fisik yang dilakukan secara terus-menerus sehingga dapat meningkatan
tekanan intraabdominal dan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
hernia inguinalis. Aktivitas (khususnya pekerjaan) yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraabdomen memberikan predisposisi besar terjadinya
hernia inguinalis pada pria. Dan apabila terjadi pengejanan pada aktivitas fisik
maka proses pernapasan terhenti sementara menyebabkan diafragma
berkontraksi sehingga meningkatkan kedalaman rongga torak, pada saat
bersamaan juga diafragma dan otot-otot dinding perut dapat meningkatkan
tekanan intraabdomen sehingga terjadi dorongan isi perut dinding abdomen ke
kanalis inguinalis.
c. Batuk Kronis
Proses batuk terjadi didahului inspirasi maksimal, penutupan glotis, peningkatan
tekanan intratoraks lalu glotis terbuka dan dibatukkan secara eksplosif untuk
mengeluarkan benda asing yang ada pada saluran respiratorik. Inspirasi
diperlukan untuk mendapatkan volume udara sebanyakbanyaknya sehingga
terjadi peningkatan intratorakal. Selanjutnya terjadi penutupan glotis yang
bertujuan mempertahankan volume paru pada saat tekanan intratorakal besar.
Pada fase ini terjadi kontraksi otot ekspirasi karena pemendekan otot ekspirasi
sehingga selain tekanan intratorakal yang meninggi, intraabdomen pun ikut
tinggi.
Program Profesi
Keperawatan Perioperatif, 2020
d. Obesitas
Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak
pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya berupa kondisi dengan jumlah
simpanan kelebihan lemak, namun juga distribusi lemak di seluruh tubuh. Pada
orang yang obesitas terjadi kelemahan pada dinding abdomen yang disebabkan
dorongan dari lemak pada jaringan adiposa di dinding rongga perut sehingga
menimbulkan kelemahan jaringan rongga dinding perut dan terjadi defek pada
kanalis inguinalis.
sebagian bersifat bilateral. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki lanjut
usia dengan kelemahan otot dinding abdomen [ CITATION Amr15 \l 1057 ].
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita hernia adalah
G. Penatalaksanaan
a. Prinsip Pengobatan Operative pada Hernia Inguinalis
Sebelum tindakan operasi pada pasien hernia, terlebih dahulu juga harus
memperbaiki faktor yang memperburuk hernia (batuk kronis, obstruksi prostat,
tumor kolon, ascites) (Doherty GM dan Way LW. 2006) dalam [ CITATION Amr15 \l
1057 ].
b. Jenis-jenis Operasi pada Hernia Inguinalis
Tujuan dari semua perbaikan hernia adalah untuk menghilangkan kantong
peritoneal (pada hernia inguinalis indirek) dan untuk menutupi defek pada fasia di
dinding inguinal. Perbaikan tradisional didekati jaringan asli menggunakan jahitan
permanen.
1. Herniotomi
Program Profesi
Keperawatan Perioperatif, 2020
BAB II
(Konsep Keperawatan)
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Pre-Operatif
a. Identitas pasien
Jenis kelamin : Jenis klamin pria mempunyai resiko 3 kali lipat untuk teerkena
hernia inguinalis dibandingkan dengan wanita.
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : keluhan utama yang paling sering muncul pada pasien
adanya benjolan pada lipatan paha bagian atas.
Riwayat Penyakit sekarang
Berkaitan dengan perjalanan penyakit pasien yang sekarang.
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan ada tidaknya benjolan,
awasi tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri, berubah bentuk)
Palpasi : Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan biasanya terdapat
nyeri
Auskultasi : Bising usus jumlahnya melebihi batas normal >12 karena ada
mual dan pasien tidak nafsu makan, bunyi nafas vesikuler, bunyi jantung
sonor.
Perkusi : Kembung pada daerah perut, terjadi distensi abdomen.
2. Pengkajian intra-Operatif
a. Sistem Pernapasan
Pada pembiusan dengan general anestesi, pernapasan pasien dengan ventilator
dan pemberian oksigen. Pada pembiusan dengan Subarachnoid Block (SAB)
atau anastesi spinal, pasien bisa bernapas spontan.
Program Profesi
Keperawatan Perioperatif, 2020
b. Sistem Kardiovaskuler
Peningkatan tekanan darah dan denyut nadi bisa terjadi karena proses
pembedahan (nyeri), resiko terjadi perdarahan. Observasi tanda-tanda vital/15
menit.
c. Sistem Persarafan
Pasien dalam keadaan tidak sadar jika dilakukan general anestesi, sadar jika
pembiusan dengan Subarachnoid Block (SAB) atau anastesi spinal.
d. Perkemihan - eliminasi
Urine normal lewat kateter.
e. Tulang – otot – integumen
Pada saat intra operatif kekuatan tulang, otot dan integumen 0 (nol), karena
efek anastesi.
3. Pengkajian Post-Operatif
a. Sistem Pernapasan
Pernapasan perlahan sepontan, terjadi penyumbatan jalan nafas dngan secret
atau lendir
b. Sistem Kardiovaskuler
Peningkatan tekanan darah dan denyut nadi bisa terjadi karena proses
pembedahan (nyeri). Observasi vital sign setiap 15 menit di ruang pemulihan.
c. Sistem Persarafan
Pada pasca operasi pasien perlahan disadarkan oleh petugas anestesi hingga
sadar penuh. Pada mulanya timbul demam ringan, yang semakin lama
cenderung meninggi.
d. Sistem Perkemihan
Buang air kecil tidak ada masalah.
e. Sistem Pencernaan
Biasanya terjadi mual, muntah.
B. Diagnosa Keperawatan
1. PRE OPERATIF
a) Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
b) Risiko Jatuh
2. INTRA OPERATIF
a) Risiko Cedera
b) Risiko Perdarahan
c) Risiko Hipotermia
3. POST OPERATIF
a) Nyeri Akut
b) Risiko Jatuh
C. Rencana/Intervesi Keperawatan
PRE OPERATIF
Diagnosis
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
No. Keperawatan
(NOC) (NIC)
(NANDA)
Setelah dilakukan intervensi Pengurangan Kecemasan
1x10 menit diharapkan : Gunakan pendekatan yang
Tingkat Kecemasan tenang dan meyakinkan
· Perasaan gelisah klien Jelaskan semua prosedur
berkurang termasuk sensasi yang dirasakan
Ansietas b.d
· Wajah klien tidak tegang yang mungkin akan dialami
1. ancaman pada
klien selama prosedur dilakukan
status terkini
Berada disisi klien untuk
meningkatkan rasa aman dan
mengurangi ketakutan
Instruksikan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi
2. Risiko Jatuh Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Jatuh
selama 1x10 menit Identifikasi kekurangan baik
diharapkan kognitif atau fisik dari pasien
Kejadian Jatuh yang mungkin meningkatkan
Klien tidak jatuh dari potensi jatuh
tempat tidur Gunakan teknik yang tepat untuk
Klien tidak jatuh pada memindahkan pasien ke tempat
saat dipindahkan tidur
Program Profesi
Keperawatan Perioperatif, 2020
INTRA OPERATIF
Diagnosis
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
No. Keperawatan
(NOC) (NIC)
(NANDA)
Setelah melakukan intervensi Perawatan Posisi Intraoperatif
selama 3 x 60 menit klien Cek keutuhan kulit
dapat: Kaji penggunaan alat bantu
Integritas Jaringan: Kulit & untuk imobilisasi
1. Risiko Cedera Membran Mukosa Tentukan jumlah petugas untuk
memindahkan pasien
· Suhu kulit dalam batas
normal Jaga kepatenan infus, kateter,
dan sirkulasi napas
· Lesi pada kulit berkurang
Berikan posisi operasi yang
· Wajah klien tidak pucat
sesuai misalnya supinasi
Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Perdarahan
selama 3 x 60 menit klien Monitor dengan ketat risiko
dapat: terjadinya perdarahan pada
Status Sirkulasi pasien
Risiko Tekanan darah sistol Catat nilai hemoglobin pasien
2.
Perdarahan dalam batas normal Monitor tanda-tanda vital
Tekanan darah diastole Berikan produk penggantian
dalam batas normal darah dengan cara yang tepat
Saturasi oksigen dalam
batas normal
Setelah melakukan intervensi Perawatan Hipotermi
selama 3 x 60 menit klien Monitor suhu pasien
dapat: Tempatkan pasien pada posisi
Risiko Termoregulasi supinasi
3.
Hipotermia · Klien tidak menggigil Gunakan pemanas pasif
· Pernapasan dalam batas (selimut)
normal Gunakan pemanas eksternal
aktif (warmer)
POST OPERATIF
Diagnosis
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
No. Keperawatan
(NOC) (NIC)
(NANDA)
1. Nyeri akut b.d Setelah melakukan intervensi Manajemen nyeri
agen cedera fisik selama 1 x 30 menit klien · Lakukan pengkajian nyeri
(prosedur bedah) dapat: komprehensif yang meliputi
Program Profesi
Keperawatan Perioperatif, 2020
DAFTAR PUSTAKA
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (5th ed.). Jakarta: Elsevier Inc.