Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................1

A. PENDAHULUAN........................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2

C. TUJUAN.......................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Pengertian politik Islam................................................................................3

B. Unsur-unsur politik Islam.............................................................................3

C. Prinsip-prinsip dasar politik Islam................................................................4

D. Pandangan Politik Islam................................................................................7

Pandangan Islam Mengenai Pemerintahan Otoriter.............................................7

Pandangan Islam Mengenai Politik Menghalalkan Segala Cara..........................8

Pandangan Islam Tentang Perang Negara Islam Dengan Negara Barat..............9

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP..............................................................................................................12

A. Kesimpulan.................................................................................................12

B. SARAN.......................................................................................................12

Daftar Rujukan.......................................................................................................13

1
BAB I
A. PENDAHULUAN
Islam merupakan agama Allah SWT sekaligus agama yang terakhir yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan tujuan
untuk mengubah akhlak manusia ke arah yang lebih baik di sisi Allah SWT.
Banyak cara yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai ketakwaan di sisi-Nya
atau yang disebut juga dengan kata “Politik”. Karena politik dapat dikatakan
sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak sedikit masyarakat
menganggap bahwa politik adalah sesuatu yang negatif yang harus dijauhi.
Padahal tidak semestinya selalu begitu, bahkan politik sangat dibutuhkan dalam
hidup beragama. Andai saja kita tidak mempunyai cara untuk melakukan
pendekatan kepada Allah SWT, maka dapat dipastikan kita sebagai manusia biasa
juga tidak akan pernah mencapai kata beriman dan takwa disisi-Nya, dikarenakan
tidak akan pernah tercapai suatu tujuan jika tidak ada usaha atau cara yang
dilakukannya untuk mencapai tujuan tersebut. Realita inilah yang harus kita ubah
dikalangan masyarakat setempat, setidaknya dimulai dari lingkungan keluarga,
masyarakat, kemudian untuk bangsa dan negara kita.
Islam bukanlah suatu ilmu yang harus dipertandingnya dengan tulisan atau dengan
ceramah belaka tanpa diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Karena islam
sangat identik dengan sifat, pemikiran, tingkah laku, dan perbuatan manusia
dalam kehidupan sehari- hari untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan tujuan
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Tentunya untuk mencapai hal
tersebut, kita harus mempunyai suatu cara tertentu yang tidak melanggar ajaran
agama dan tidak merugikan umat manusia. Banyak yang beranggapan bahwa jika
agama dimasukkan dalam suatu politik, maka agama ini tidak akan murni lagi.
Namun ada yang beranggapan lain, karena jika agama tidak menggunakan suatu

2
politik atau cara, maka agama tersebut tidak akan sampai pada tujuannya.
Kalaupun pada kenyataannya banyak yang tidak berhasil, mungkin cara yang
digunakan belum sempurna dan perlu menambahan ilmu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Politik Islam?
2. Apa unsur-unsur yang menyebabkan adanya politik dalam Islam?
3. Bagaimana bentuk prinsip politik dasar dalam Islam?
4. Bagaimana politik Islam memandang berbagai aspek yang ada pada hal
berpolitik?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian secara detail tentang politik Islam
2. Mengetahui unsur-unsur penyebab adanya politik dalam Islam
3. Mengetahui prinsip dasar politik yang ada pada Islam
4. Mengetahi pandangan-pandangan yang ada pada berbagai aspek di politik
Islam

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian politik Islam
Menurut Mufti (2015: 20) “politik Islam adalah pengaturan urusan-urusan
(kepentingan) umat baik dalam negeri maupun luar negeri berdasarkan hukum-
hukum Islam”. karena negaralah yang secara langsung melakukan pengaturan ini
secara praktis, sedangkan umat mengawasi negara dalam pengaturan tersebut.
Menurut Rais (2001: 310) “umat dalam sistem Islam adalah suatu kumpulan yang
disatukan bukan oleh ikatan kesatuan tempat, darah, atau bahasa”.

B. Unsur-unsur politik Islam


1. Negara Islam
Negara menjadi alat yang efektif untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran dengan menjamin penegakan keadilan (Mufti, 2015: 24).
Kepentingan tentang pembentukan negara Islam ada kaitannya dengan
perlaksanaan syariah, karena syariah tidak dapat dilaksanakan tanpa ada
negara dan kedaulatan politik.

2. Negara Madinah

Konstitusi madinah adalah undang-undang dasar negara Madinah yang mengatur


kewajiban dan hak-hak warga negaranya (Mufti, 2015: 25) . Melaui Piagam
Madinah, semua warga Madinah saat itu meskipun mereka berasal dari berbagai
suku (plural/heterogen) dipersatukan sebagai satu komunitas (ummah), Melalui
perjanjian ini pula seluruh warganegara (baik muslim maupun non muslim),
maupun negara bertetangga yang terikat dengan perjanjian terjamin hak dan
kewajiban politiknya secara adil dan merata.

4
C. Prinsip-prinsip dasar politik Islam

1. Kedaulatan
Kedaulatan sebuah negara menjadi pemegang kekuasaan dalam
menjalankan pemerintahannya, karena tanpa kedaulatan suatu negara tidak
akan berharga di hadapan rakyatnya. Dalam Islam Menurut Mufti (2015:
28) ”kedaulatan yang mutlak dan legal milik Allah SWT”, dengan
kepercayaan terhadap keesaan Allah SWT maka umat Islam harus
melandasi sistem sosial dan moral seperti yang diajarkan Rasulullah SAW.
Hal ini menjadi penting karena konsep akidah umat Islam yang paling
utama meyakini adanya pencipta yaitu Allah SWT.

2. Syura dan ijma

Syura menurut bahasa memiliki dua pengertian, yaitu menampakkan dan


memaparkan sesuatu atau mengambil sesuatu. Sedangkan Sedangkan
secara istilah, beberapa ulama terdahulu telah memberikan definisi syura,
diantara mereka adalah Ar Raghib al-Ashfahani yang mendefinisikan
syura sebagai proses mengemukakan pendapat dengan saling merevisi
antara peserta syura. Pengertian ijma’ secara etimologi berarti kesepakatan
atau konsensus dan secara terminologi Imam al-ghazali adalah
“kesepakatan umat Muhammad secara khusus tentang suatu masalah
agama.

Menurut Mufti (2015: 28) “Mengambil keputusan di dalam semua urusan


kemasyarakatan dilakukan melalui konsensus dan konsultasi dengan semua
pihak”. Dalam hal ini musyawarah merupakan prinsip pertama dalam tata aturan
politik Islam yang amat penting, karena kesepakatan musyawarah merupakan
penentuan dalam pengambilan kebijaksanaan dalam pemerintahan Islam. Dalam
surat al Imran ayat 159 disebutkan :

5
Artinya : “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah,
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada Allah”
(Q.S. al Imran : 159).

Jadi dengan bermusyawarah umat Islam dapat menyelesaikan segala masalah dan
situasi yang begitu pula dicontohkan Rasulullah sendiri sering bermusyawarah
dengan para sahabatnya dalam segala urusan, hal ini mengandung arti bahwa
setiap pemimpin pemerintahan.

3. Keadilan
Menurut Mufti (2015: 28) “semua warga negara dijamin  hak-hak pokok
tertentu”, maka para penguasa atau penyelenggara pemerintahan harus
melaksanakan tugasnya dengan baik dan juga berlaku adil terhadap suatu
perkara yang dihadapi, penguasa haruslah adil dan mempertimbangkan
beberapa hak warganya dan juga mempertimbangkan kebebasan berbuat
bagi warganya berdasarkan kewajiban yang telah mereka laksanakan.
Seperti disebutkan dalam firman Allah SWT surat an Nahl ayat 90:

6
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu, agar kamu
dapat mengambil pelajaran” (Q.S. an Nahl : 90).
Ayat di atas memerintahkan umat Islam untuk berbuat adil, sebaliknya melarang
mengancam dengan sanksi hukum bagi orang-orang yang berbuat sewenang-
wenang, Kewajiban berlaku adil dan menjauhi perbuatan dzalim, mempunyai
tingkatan yang amat tinggi dalam struktur kehidupan manusia dalam segala
aspeknya. Adil menjadi prinsip politik Islam dikenakan pada penguasa untuk
melaksanakan pemerintahannya dan bagi warganya harus pula adil dalam
memenuhi kewajiban dan memperoleh keadilannya, hak dan kewajiban harus
dilaksanakan dengan seimbang.

4. Persamaan
Pada prinsip ini setiap manusia memiliki hak yang sama dan mempunyai
persamaan dalam kebebasan. Menurut Mufti (2015: 29) “hak-hak khusus
dan batasan-batasan bagi warga negara yang non-Muslim—memiliki hak-
hak sipil yang sama”, Sehingga dalam konteks pemerintahan tidak ada
bentuk kesewenang-wenangan pemerintah terhada rakyatnya. Allah
menciptakan manusia laki-laki dan perempuan dengan berbagai bangsa
dan suku bukanlah untuk membuat jarak antara mereka, bahkan diantara
mereka diharapkan untuk saling kenal mengenal dan tukar pengalaman,
bahkan yang membedakan diantara mereka hanyalah karena taqwanya.

5. Kebebasan
Islam memberikan kebebasan pada umat muslim dalam hal kebebasan
berpikir untuk menentukan mana yang baik dan buruk. Dan hal tersebut
terjadi pada kisah Nabi Adam dan Hawa yang dituangkan dalam Q.S.
Toha : 123

7
Artinya : “Berkata (Allah) : Turunlah kamu berdua dari surga bersamasama
sebagaimana kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain, maka jika datang
kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk dari-Ku ia
tidak akan sesat dan tidak akan celaka” (Q.S. Toha : 123).

D. Pandangan Politik Islam

Pandangan Islam Mengenai Pemerintahan Otoriter

Madjid (1999:37) mengatakan

Dari prinsip-prinsip islam dapat disimpulkan bahwa tujuan dari


pemerintahan adalah memberi kesejahteraan kepada rakyatnya. Sehingga seluruh
rakyatnya diharapkan dapat menerima hak-haknya sebagai warga negara dan turut
mengawasi pemerintahan. Sedangkan pemerintah berfungsi sebagai institusi yang
mengatur masyarakat demi masyarakatnya. Maka logika yang dapat diperoleh
negara dalam islam merupakan kegiatan demi kesejahteraan masyarakat. Apabila
suatu pemerintahan telah beralih fungsi sebagai institusi yang melayani
masyarakatnya, justru menjadikan kekuasaan sebagai peyalahgunaan. Maka
pemerintahan tersebut dikatakan tidak sehat.

Berbagai macam bentuk pemerintahan menjadi perdebatan diantara para pemikir.


Setelah sepeninggal rasul bentuk pemerintahan di Madinah dipegang Abu Bakar
sehingga yang terakhir adalah Ali bin Abi Thalib. Bentuk pemerintahan yang
dijalankan oleh para sahabat ini adalah system khalifah. Dalam bentuk
pemerintahan, system khalifah, bentuk kekuasaannya tidak dijalankan secara
demokrasi, tetapi secara turun temurun atau penunjukan. Dari seseorang yang

8
berkuasa disebut khalifah Ibnu Khaldum (1406M) mengatakan kekhalifahan
maupun kerajaan adalah khilafah Allah diantara manusia bagi pelaksanaan segala
peraturan diantara manusia. Al Mawaidi (1058M) dalam bukunya Al-Ahkam Al-
Shultaniyah mengatakan bahwa pemilihan atau penunjukan khalifah mesti diikuti
bai’at masyarakat. Muhammad Rasyid Ridha dalam bukunya Al Khalifah Al
Amanah menyatakan system khalifah perlu untuk mewujudkan persatuan dan
kesatuan umat.

Sebagai umat islam yang menjadikan para sahabat sebagai suri tauladan, tentunya
kita harus mencontoh ajaran dan tindakan mereka. Pada inti permasalahannya
setiap pemerintahan harus dapat melindungi, mengayomi masyarakat. Sedangkan
penyimpangan yang terjadi adalah pemerintahan yang tidak mengabdi pada
rakyatnya; menekan rakyatnya. Sehingga pemerintahan yang terjadi adalah
otoriter. Yaitu bentuk pemerintahan yang menyimpang dari prinsip-prinsip islam.

Pandangan Islam Mengenai Politik Menghalalkan Segala Cara


Politik berasal dari bahasa latin politicos atau politicus yang berarti relating to
citizen (hubungan warga negara). Sedangkan dalam bahasa arab diterjemahkan
dengan kata siyasah, kata ini diambil dari kata saasa-yasuusu yang diartikan
mengemudi, mengendalikan dan mengatur (Rais, 2001:74). Sedangkan menurut
Abdul Qadir Zallum, mengatakan bahwa politik atau siyasah memiliki makna
mengatur urusan rakyat, baik dalam maupun luar negeri. Dalam politik terdapat
negara yang berperan sebagai institusi yang mengatur secara praktis, sedangkan
rakyat mengoreksi pemerintahan dalam melakukan tugasnya. Maka dapat
disimpulkan politik merupakan pemikiran yang mengurus kepentingan
masyarakat. Pemikiran tersebut berupa pedoman, keyakinan hukum atau aktivitas
dan informasi.

Beberapa prinsip politik islam berisi: mewujudkan persatuan dan kesatuan


bermusyawarah, menjalankan amanah dan menetapkan hukum secara adil atau
dapat dikatakan bertanggung jawab, mentaati Allah, Rasulullah dan Ulill Amr
(pemegang kekuasaan) dan menepati janji. Dari beberapa prinsip diatas yang

9
berkorelasi dengan politik, menggambarkan umat islam dalam berpolitik tidak
dapat lepas dari ketentan-ketentuan tersebut. Berpolitik dalam islam tidak dapat
berbuat sekehendak hatinya. Maka dapat disimpulkan bahwa politik islam
memiliki pengertian mengurus kepentingan rakyat yang didasari prinsip-prinsip
agama. Korelasi pengertian politik islam dengan politik menghalalkan segala cara
merupakan dua hal yang sangat bertentangan. Islam menolak dengan tegas
mengenai politik yang menghalalkan segala cara. Terlebih apabila mementingkan
kepentingan individu atau kelompok. Sedangkan islam dalam berpolitik tidak
sekedar mengurusi atau mengendalikan rakyat saja, tetapi juga mengemban
kebajikan untuk seluruh rakyatnya.

Pandangan Islam Tentang Perang Negara Islam Dengan Negara Barat

Politik luar negeri tidak dapt terlepaskan dari politik islam. Hal ini dikarenakan
untuk memenuhi kepentingan masyarakat di negeri sendiri serta kepentingan
negara dan bangsa lain. Politik luar negeri islam menurut Ali Abdul Halim
Mahmud (1998) terdiri atas dasar-dasar kuat yang mempunyai tujuan yang sudah
jelas. Antara lain:
1. Menyebarkan dakwah keseluruh dunia.
2. Mengamankan batas-batas territorial negara dan umat islam dari fitnah dan
gangguan-gangguan musuh.
3. Mengaplikasikan system jihad fi sabilillah untuk menegakkan kalimat Allah
swt.

Politik luar negeri islam yang mengatur hubungan negara dengan rakyatnya serta
instansi yang ada dibawahnya dengan organisasi kenegaraan lainnya. Adapun
prinsip-prisip yang digunakan dalam politik luar negeri islam:
1. Pokok dalam hubungan negara adalah perdamaian.
2. Tidak memutuskan hubungan damai antar negara kecuali karena alasan yang
mendesak atau darurat.
3. Membuat kaidah-kaidah hubungan luar negeri tetap dalam keadaan damai dan
menjamin kedamaian itu.
4. Membuat kaidah-kaidah hubungan luar negeri perang dengan tujuan

10
mengurangi penderitaan.
5. Membuat syarat-syarat bila negara mau diakuai negara lain.
6. Megumumkan ketentuan-ketentuan perang bila sampai itu terjadi agar tetap
pada tujuan yang benar.

Politik luar negeri islam berlangsung dalam keadaan damai dan perang. Dalam
hubungan politik damai antar negara harus mampu menjaga keamanan,
kepercayaan dan perdamaian. Sedangkan dalam politik luar negeri islam dalam
keadan perang adalah hanya boleh terjadi apabila dalam hubungan politik tersebut
ada upaya memerangi islam, menghalangi dakwah dan mereka yang menyerukan
untuk tidak mendengarkan dakwah. Berikut merupakan prinsip politik luar negeri
islam yang berlangsung damai: menjaga berdamaian, menegakkan keadilan,
memenuhi janji, menjaga hak-hak dan kebebasan no muslim, serta melakukan
tolong menolong kemanusiaan dan saling toleransi.

Sementara islam membenci peperangan. Perang hanya akan menimbulkan


kesedihan, keruskan, penghancuran dan pembunuhan. Adapun prinsip-prinsip luar
negeri islam dalam keadaan perang adalah:
1. Menentukan tujuan perang. Perang dalam islam bukan semata-mata adanya
keinginan untuk perang namun dikarenakan oleh sebab karena ingin mencapai
tujuan tertentu. Dalam islam tujuan perang itu antar lain: menahan serangan
musuh dan melawan kedzaliman dan mengamankan dakwah yang membawa
kebajikan untuk seluruh umat.
2. Melakukan persiapan. Suatu negara harus selalu berada dalam kekuatan dan
persiapan dalam menahan perang dan mencegah perang itu terjadi.
3. Tidak meminta bantuan musuh untuk mengalahkan musuh. Umat islam harus
berhati-hati agar tidak tertipu oleh musuh yang menampakkan senang dengan
landasan-landasan islam, padahal sejatinya dia ingin menghancurkan landasan
islam itu sendiri. Jika hal demikian terjadi maka akan berakibat lebih fatal lagi
terhadap umat islam.
4. Menepati perjanjian dan persetujuan. Menepati perjanjian atau persetujuan
dalam perang adalah sama dalam keadaan damai. Tidak boleh makukan
pelanggaran dalam perjanjian kecuali dalam keadaan yang darurat.

11
5. Menjalankan hukum dan adab islam dalam perang. Islam membuat hukum-
hukum, syarat serta etika yang tidak boleh dilanggar oleh umat islam dan
pemimpin. Diantaranya: a. Dilarang membunuh wanita, anak kecil dan ornag tua
kecuali orang tersebut turut memerangi islam dengan tipu muslihatnya, b. dilarang
membunuh seseorang dengan khianat tanpa mengumumkan terlebih dahulu sikap
perang, c. dilarang merusak jenazah musuh sekalipun hal yang sama dilakukan
terhadap jeazah orang muslim, d. mengubur mayat-mayak musuh sebagai
penghormatan terhadap kemanusiaan, e. memperlakukan tawanan dengan baik.
Dengan demikian jelaslah sudah islam sangat membenci adanya peperangan.
Dengan siapapun itu kelompoknya. Karena peprangan hanya akan menimbulakan
adanya kerusakan, kehancuran dan pendritaan. Namun islam juga
memperbolehkan adanya perang namun dengan sebab yang sudah pasti sesuai
dengan aturannya. Walaupun demikan perang yang dilakukan oleh umat muslim
tetap harus berpegang terguh dengan prinsip serta hukum-hukum islam yang
berlaku. Sehingga bilaman perang tersebut terpaksa harus dilakakukan aka
memberikan kemaslahatan bagi umat muslim itu sendiri.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Politik merupakan pemikiran yang mengurus kepentingan masyarakat. Pemikiran


tersebut berupa pedoman, keyakinan hukum atau aktivitas dan informasi.
Beberapa prinsip politik islam berisi: kedaulatan, syura dan ijma, keadilan,
persamaan, dan kebebasan. Korelasi pengertian politik islam dengan politik
menghalalkan segala cara merupakan dua hal yang sangat bertentangan. Islam
menolak dengan tegas mengenai politik yang menghalalkan segala cara.
Pemerintahan yang otoriter adalah pemerintahan yang menekan dan memaksakn
kehendaknya kepada rakyat. Setiap pemerintahan harus dapat melindungi,
mengayomi masyarakat. Sedangkan penyimpangan yang terjadi adalah
pemerintahan yang tidak mengabdi pada rakyatnya; menekan rakyatnya. Sehingga
pemerintahan yang terjadi adalah otoriter. Yaitu bentuk pemerintahan yang
menyimpang dari prinsip-prinsip islam. Dalam politik luar negerinya islam
menganjurakan dan menjaga adanya perdamaian. Walaupun demikan islam juga
memporbolehkan adanya perang, namun dengan sebab yang sudah jelas karena
mengancam kelangsungan umat muslim itu sendiri. Dan perang inipun telah
memiliki ketentuan-ketentuan hukum yang mengaturnya. Jadi tidak sembarangan
perang dapat dilakukan. Politik islam menuju kemaslahatan dan kesejahteraan
seluruh umat.

B. SARAN

Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, sudah sepatutnya memiliki
peran utama dalam kehidupan politik sebuah negara. Untuk menuju ke arah
integrasi kehidupan masyarakat, negara dan Islam diperlukan ijtihad yang akan
memberikan pedoman bagi anggota parlemen atau politisi dalam menjelaskan
hujahnya dalam berpolitik. Dan interaksi umat Islam yang hidup dalam alam
modern ini dengan politik akan memberikan pengalaman dan tantangan baru

13
menuju masyarakat yang adil dan makmur. Berpolitik yang bersih dan sehat akan
menambah kepercayaan masyarakat.

Daftar Rujukan
M, M. (2015). Politik Islam: Sejarah dan Pemikiran. Bandung: Pustaka Setia.

Madjid, N. (1999). Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi. Jakarta: Paramadina.

rais, d. (2001). Teori Politik Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

Rais, M. D. (2001). Teori Politik Islam. Jakarta: Gema Insani.

14

Anda mungkin juga menyukai