Digital - 20361204-PR-Wisnu Yogaswara PDF
Digital - 20361204-PR-Wisnu Yogaswara PDF
ANGKATAN LXXIV
ANGKATAN LXXIV
ii
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas segala nikmat dan karunia yang diberikan Allah SWT
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di
Apotek Kimia Farma No. 147, Duren Sawit. Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh
mahasiswa tingkat profesi pada Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi
FMIPA Universitas Indonesia untuk menyelesaikan masa studi dan memperoleh
gelar apoteker. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma
No. 147 berlangsung selama periode 12 Februari – 22 Maret 2012. Pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan terima
kasih tak terhingga kepada:
1. Segenap Direksi PT. Kimia Farma Apotek yang telah memberikan kesempatan
untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker
2. Bapak Adi Supriyadi, S.Si, Apt., selaku pembimbing dan Apoteker Pengelola
Apotek Kimia Farma No.147 Duren Sawit yang telah memberikan kesempatan,
bimbingan dan pengarahan selama PKPA dan penyusunan laporan PKPA.
3. Ibu Dra. Juheini, M.Si., Apt. selaku pembimbing yang telah memberikan
masukan dalam penyusunan laporan ini.
4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS, Apt., selaku Ketua Departemen Farmasi
FMIPA UI.
5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen
Farmasi FMIPA UI.
6. Seluruh staf dan karyawan Apotek Kimia Farma No. 147 Duren Sawit yang
telah memberikan bantuan, kerjasama yang baik, saran dan kesempatan selama
masa PKPA.
7. Keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materiil sehingga
pelaksanaan PKPA dan penyelesaian laporan dapat berjalan lancar.
8. Seluruh teman-teman Apoteker Universitas Indonesia angkatan 74 serta semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama
pelaksanaan PKPA ini.
iii
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang
penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat
memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang
membutuhkan.
Penulis,
2012
iv
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
v
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
vi
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
vii
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Memahami akan fungsi dan peranan apoteker dalam mengelola apotek secara
profesional.
1 Universitas Indonesia
2 Universitas Indonesia
Apoteker Pengelola Apotek adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek
(SIA). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 syarat
menjadi Apoteker Pengelola Apotek, yaitu:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.4.1 Bangunan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004, Bangunan Apotek berlokasi pada daerah yang dengan
mudah dikenali oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan
jelas tertulis kata apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota
masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari
aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan
integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan. Masyarakat
harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi
dan konseling. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas dari
hewan pengerat, serangga. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk
lemari pendingin.
Apotek harus memiliki ruang tunggu yang nyaman bagi pasien; tempat untuk
mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi; ruangan
tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari
untuk menyimpan catatan medikasi pasien; ruang racikan; dan tempat pencucian alat.
Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan
barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu,kelembaban dan
cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang
telah ditetapkan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap
kesiapan apotek melakukan kegiatan.
3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-lambatnya 6
(enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan
formulir APT-3.
4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam (nomor 2) dan (nomor 3)
tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan formulir APT-
4.
5. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil
pemeriksaan sebagaimana di maksud ayat (3), atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek (SIA) dengan
menggunakan formulir APT-5.
6. Dalam hal hasil pemeriksaan, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala
Balai POM dimaksud (nomor 3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan
formulir APT-6 dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja.
7. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam (nomor 6), apoteker diberi
kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya
dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan.
8. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud
wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana.
9. Pemilik sarana yang dimaksud (nomor 8) harus memenuhi persyaratan tidak pernah
terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang obat sebagaimana
dinyatakan dalam surat penyataan yang bersangkutan.
10.Terhadap permohonan izin apotek dan Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau lokasi
tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam
jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan
disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir APT-7.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
13. Apoteker Pengelola Apotek turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan oleh Apoteker Pendamping, Apoteker Pengganti di dalam pengelolaan
Apotek. Apoteker Pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan
kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan Apoteker Pengelola
Apotek; dan
14. Dalam pelaksanakan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh Asisten Apoteker
(AA). AA melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek dibawah pengawasan
Apoteker.
Pelayanan yang dilakukan di apotek harus menerapkan pelayanan kefarmasian
(pharmaceutical care) yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi
apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Untuk
mewujudkan pelayanan kefarmasian, farmasis harus menerapkan standar pelayanan yang
baik dalam memberikan pelayanan kepada pasien seperti yang tertera dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yaitu :
2.7.1 Pelayanan Resep
1. Skrining resep.
a. Persyaratan administratif : nama,SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep.
tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan
berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta; cara pemakaian
yang jelas; dan informasi lainnya.
b. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis,potensi, stabilitas, inkompatibilitas,
cara dan lama pemberian.
c. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,
durasi, jumlah obat dan lain-lain).
Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis
resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu
menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
2. Penyiapan obat.
a. Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan
memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat
suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta
penulisan etiket yang benar.
b. Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus
membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).
Universitas Indonesia
7. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian
apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan
milik sendiri atau pihak lain.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan surat
izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan
surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan :
1. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 (tiga) kali
berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan dengan
menggunakan contoh Formulir Model APT-12.
2. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak
dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan
Formulir Model APT-13.
Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud nomor (1) di atas, dapat
dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dengan menggunakan contoh formulir
Model APT-14. Pencairan Izin Apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan
dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila Surat Izin
Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib
mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sabagai berikut :
1. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, psikotropika, obat
keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di Apotek.
2. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup
dan terkunci.
3. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan
inventarisasi yang dimaksud dalam nomor (1).
Universitas Indonesia
Di samping itu ada tanda peringatan P.No.1 sampai dengan P.No.6, dan
penandaan pada etiket atau brosur terdapat nama obat yang bersangkutan, daftar bahan
khasiat serta jumlah yang digunakan, nomor bets, dan tanggal kadaluarsa, nomor
registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan (indikasi), dan cara
pemakaian, peringatan, serta kontraindikasi. Tanda peringatan pada kemasan dibuat
dengan dasar hitam, tulisan putih.
Adapun tanda peringatan yang tertera pada obat bebas terbatas, yaitu :
1. P. No. 1 Awas! Obat Keras. Baca Aturan Pakai. Contoh obat dengan Tanda
peringatan P.No.1 adalah Paramex®, Decolsin®.
2. P. No. 2 Awas! Obat Keras. Hanya untuk Kumur. Contoh obat dengan Tanda
peringatan P.No.2 adalah Listerine®, Betadine Gargle®.
3. P.No. 3 Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar. Contoh obat dengan Tanda
peringatan P.No. 3 adalah Canesten®.
4. P.No. 4 Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar.
5. P.No. 5 Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan. Contoh obat dengan Tanda
peringatan P.No.5 adalah Sulfonilamida suppositoria, Dulcolax® supositoria.
6. P. No. 6 Awas! Obat Keras. Obat Wasir Jangan ditelan. Contoh obat dengan Tanda
peringatan P.No.6 adalah Rako supositoria.
Universitas Indonesia
2.10.4 Narkotika
Narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari perusahaan atau
badan tersebut.
d. Nama dan jumlah Narkotika yang dimusnahkan.
e. Cara pemusnahan.
f. Tandatangan penanggung jawab apotek.
Pemusnahan narkotika yang telah rusak harus disaksikan oleh :
a. Petugas Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan untuk Importir, pabrik farmasi
dan unit pergudangan pusat
b. Petugas Kantor Wilayah Departemen Kesehatan untuk pedagang besar farmasi
penyalur narkotika, lembaga dan unit pergudangan propinsi
c. Petugas Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II untuk apotek, rumah sakit, puskesmas
dan dokter
Apoteker pengelola apotek yang memusnahkan narkotika harus membuat berita
acara pemusnahan paling sedikit rangkap 3 (tiga). Berita acara pemusnahan narkotika
tersebut dikirimkan kepada kepala kantor Departemen Kesehatan Republik Indonesia
dengan tembusan kepada Kepala Dinkes Propinsi, Kepala Dinkes Kabupaten/Kota,
Balai/Balai Besar POM, PBF Kimia Farma dan sebagai arsip.
Universitas Indonesia
d. Psikotropika golongan IV, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat
luas digunakan dalam terapi, dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:
alprazolam, diazepam.
Universitas Indonesia
Jika psikotropika kadaluarsa dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada
pelayanan kesehatan dan/atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pemusnahan
dilakukan oleh apoteker yang bertanggung jawab atas peredaran psikotropika dengan
disaksikan oleh pejabat departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, dalam
waktu 7 (tujuh) hari.
Universitas Indonesia
22 Universitas Indonesia
Pada masa pembebasan wilayah Irian Barat, Penguasa perang saat itu dengan
berdasar kepada Undang-undang No. 74/1957, mengambil alih dan menguasai semua
perusahaan swasta Belanda yang beroperasional di seluruh wilayah Republik Indonesia
termasuk perusahaan-perusahaan tersebut diatas. Pada Tahun 1958, perusahaan-
perusahaan tersebut mengalami proses nasionalisasi dan dibentuk menjadi Bapphar
(Badan Pusat Penguasaan Perusahaan “Farmasi Belanda”). Bapphar kemudian digabung
dengan beberapa perusahaan dari Bappit (Badan Pusat Penguasaan Perusahaan “Farmasi
Belanda”).
Berdasarkan UU no. 19/Prp/tahun 1960 tentang Perusahaan Negara (PN) dan PP
No.69 Tahun 1961, Departemen Kesehatan mengubah Bapphar menjadi Badan
Perusahaan Umum (BPU) Farmasi Negara dan membentuk beberapa Perusahaan Negara
Farmasi (PNF) yaitu; Radja Farma (Jakarta), Nurani Farma (Jakarta), Nakula Farma
(Jakarta), Bhineka Kina Farma (Bandung), Bio Farma (Bandung), Sari Husada
(Jogyakarta) dan Kasa Husada (Jawa Timur). Pada perkembangan selanjutnya, melalui
PP No. 3 Tahun 1969 tanggal 23 Januari 1969, PNF Radja Farma, PNF Nakula Farma,
PNF Sari Husada dan PNF Bhineka Kina Farma digabungkan dan dilebur menjadi
perusahaan Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka Kimia Farma.
Pada tanggal 19 Maret 1971 pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 16
tahun 1971, mengalihkan bentuk PN Farmasi Kimia Farma menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero). Pada tahun 1997 PT.Kimia Farma menjadi sebuah perusahaan
terbuka (Tbk.) sehingga masyarakat ikut serta dalam kepemilikan saham di PT. Kimia
Farma.
Saat terjadi krisis ekonomi tahun 1998 di ASEAN, bersamaan dengan adanya
pergantian kepala pemerintahan (reformasi) terjadi defisit anggaran dan hutang negara
yang besar. Untuk mengurangi beban hutang tersebut Pemerintah mengeluarkan
kebijakan privatisasi BUMN. Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan
Pembinaan BUMN No. S-59/ M-PM. BUMN/2000 tanggal 7 Maret 2000, PT Kimia
Farma di privatisasi. Pada tanggal 4 Juli tahun 2001 PT. Kimia Farma resmi listing di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai perusahaan publik.
Direksi PT. Kimia Farma Tbk kemudian mendirikan 2 anak perusahaan pada
tanggal 4 Januari 2002 yaitu: PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading &
Distribution. Hal ini bertujuan untuk dapat mengelola perusahaan sehingga lebih terarah
dan berkembang dengan cepat.
Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama
yang identik dengan mutu, hari ini Kimia Farma telah berkembang menjadi sebuah
Universitas Indonesia
Tujuan PT. Kimia Farma Tbk. adalah turut serta dalam melaksanakan dan
menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2) Jenis huruf
Dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma disesuaikan dengan nilai
dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip
sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada. Sifat huruf:
a. Kokoh
Memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam bidang
farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir, dan merupakan perusahaan farmasi
pertama yang dimiliki Indonesia.
b. Dinamis
Dengan jenis huruf italic, memperlihatkan kedinamisan dan optimisme.
c. Bersahabat
Dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan Kimia
Farma dalam melayani konsumennya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.1. Pendahuluan
Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No.147 merupakan salah satu
Apotek Pelayanan dari PT Kimia Farma Apotek yang tergabung dalam Unit BM
Jaya II.
28 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
29
juru resep, kasir, dan lain-lain (petugas penjualan bebas, kebersihan, parkir,
keamanan). Manager Apotek Pelayanan bertanggung jawab kepada BM atas
semua kegiatan kefarmasian, sedangkan karyawan yang berada di Apotek
Pelayanan bertanggung jawab sepenuhnya kepada Manager Apotek Pelayanan
mengenai segala kegiatan kefarmasian yang dijalankan.
Dengan struktur organisasi yang baik maka pembagian tugas, wewenang
dan tanggung jawab setiap personil yang terlihat didalamnya akan menjadi jelas
sehingga memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban tugas. APA
mempunyai tugas dan tanggung jawab memimpin semua kegiatan apotek (teknis
dan manajerial), asisten apoteker mempunyai tugas dan tanggung jawab pada
pelayanan di apotek terutama pelayanan resep, kasir mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang berkaitan dengan transaksi penjualan dan juru resep
mempunyai tugas dan tanggung jawab membantu asisten apoteker dalam
pelayanan resep terutama resep racikan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
30
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
31
penggunaan obat atau barang harus diinput ke dalam komputer dan dicatat pada
kartu stok yang meliputi tanggal, penambahan, pengurangan, nomor dokumen,
jumlah barang yang diisi atau diambil, sisa barang dan paraf petugas yang
melakukan penambahan atau pengurangan barang. Kartu stok ini diletakkan di
masing-masing obat atau barang. Setiap Asisten Apoteker bertanggung jawab
terhadap stok barang yang tersedia di lemari.
Penyimpanan barang disusun berdasarkan farmakologi, jenis sediaan,
bentuk sediaan dan abjad. Penyimpanan obat atau barang di ruang penyiapan atau
peracikan obat disusun sebagai berikut :
a. Lemari penyimpanan obat ethical atau prescription drugs.
b. Narkotika disimpan dalam lemari khusus yang terkunci.
c. Lemari penyimpanan obat generik; lemari penyimpanan obat psikotropika.
d. Lemari penyimpanan untuk penyakit Diabetes Mellitus.
e. Lemari penyiapan sediaan sirup atau suspensi; lemari penyimpanan salep kulit.
f. Lemari penyimpanan obat tetes atau drops, salep dan tetes mata.
g. Lemari penyimpanan bahan baku.
h. Lemari es untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti suppositoria,
serum, vaksin, dan lain-lain.
4.4.1.5. Penyimpanan obat atau barang yang dapat dibeli bebas
Obat atau barang yang dijual di ruang penjualan obat bebas (swalayan
farmasi) diletakkan pada rak yang diatur sedemikian rupa supaya memudahkan
dan memberi kebebasan pelanggan untuk memilih obat atau barang yang
diinginkan. Obat atau barang yang dijual diantaranya adalah obat bebas terbatas,
obat bebas, alat kesehatan, vitamin, susu, produk bayi, kosmetika, jamu serta
makanan dan minuman kesehatan. Setiap obat atau barang yang masuk atau keluar
dicatat pada kartu stok sama seperti pada penyimpanan barang di ruang penyiapan
atau peracikan obat.
Untuk melakukan pengawasan dan kontrol terhadap persediaan barang,
maka tiap tiga bulan sekali dilakukan stock opname yaitu dengan mencocokkan
jumlah barang yang ada dengan catatan kartu stok.
4.4.1.6. Pembuatan anmaak
Anmaak merupakan obat-obat yang diproduksi sendiri berdasarkan resep
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
32
standar maupun bahan-bahan yang dikemas ulang dalam takaran kecil untuk dijual
berdasarkan HV maupun resep dokter. Proses pembuatan dilakukan oleh Asisten
Apoteker dan dibantu oleh juru resep dibawah pengawasan Apoteker. Contoh
anmaak adalah obat batuk hitam (OBH), alkohol 70%, solutio rivanol, dan lain-
lain.
4.4.1.7. Penjualan
Pelayanan penjualan di Apotek Kimia Farma No.147 meliputi penjualan
bebas, pelayanan resep dokter secara tunai, kredit dan penjualan Engross. Untuk
resep tunai maupun kredit, semua barang yang terjual dicatat dalam Laporan
Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH). Bentuk pelayanan lain yang disediakan oleh
Apotek Kimia Farma ini adalah : menyediakan fasilitas resep/obat ke daerah
perumahan dan perusahaan.
a. Penjualan bebas
Penjualan bebas yang dimaksud adalah penjualan obat dan perbekalan
farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti obat OTC (Over
The Counter) baik obat bebas maupun obat bebas terbatas. Penjualan ini dikenal
sebagai pelayanan HV (Hand Verkoop). Prosedur penjualan bebas yang dilakukan
adalah sebagai berikut : pasien (konsumen) mengajukan barang yang akan dibeli
tanpa resep dokter; petugas melayani permintaan barang dari pasien dan langsung
menginformasikan harga; setelah disetujui oleh pasien, pasien langsung
membayar ke kasir kecil; bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat
bukti penyerahan struk penjualan bebas (diberi tanda lunas dan nomor urut
register kasir); kemudian barang beserta bukti pembayaran struk penjualan bebas
diserahkan kepada pasien (setiap pengambilan obat jadi untuk pelayanan HV
maka jumlah obat yang tertera pada kartu stok harus dipotong.
b. Penjualan obat dengan resep tunai
Resep tunai adalah permintaan obat secara tertulis dari dokter diserahkan
kepada pasien dan dibayar secara tunai. Prosedur penjualan resep tunai sebagai
berikut : Asisten Apoteker (AA) pada bagian penerimaan resep menerima resep
dari pasien, lalu AA akan memeriksa ada atau tidak adanya obat dalam
persediaan, kemudian AA memeriksa kelengkapan dan keabsahan resep tersebut.
Bila obat yang dibutuhkan tersedia, maka dilakukan pemberian harga dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
33
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
34
seluruh persyaratan dalam pengambilan obat dengan resep kredit termasuk kartu
pengenal dari instansi/perusahaan kredit) maka tidak dilakukan penetapan harga
dan pembayaran oleh pasien tetapi langsung dikerjakan oleh petugas apotek;
penomoran resep kredit dibedakan dengan resep tunai dan dicatat pada buku resep
kredit; pada saat penyerahan obat, petugas akan meminta tanda tangan pasien pada
bukti penerimaan obat atau faktur penjualan sesuai permintaan; resep disusun dan
disimpan terpisah dari resep tunai berdasarkan nomor urutnya dan menurut
instansi atau perusahaannya); resep ini kemudian oleh petugas AA tertentu diberi
harga, lalu diserahkan kepada administrasi penjualan untuk dikumpulkan dan
dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan masing-masing instansi atau perusahaan,
lalu dibuat kuitansi penagihan untuk dilakukan penagihan pada saat jatuh tempo
pembayaran yang telah disepakati bersama.
d. Penjualan Engross
Penjualan dalam jumlah besar kepada rumah sakit, poliklinik, dokter
maupun balai pengobatan disebut penjualan Engross yang diberikan berdasarkan
Surat Pesanan.
Pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau kredit. Prosedur engross
adalah sebagai berikut : pelanggan memberikan Surat Pesanan (SP) barang ke
bagian penjualan; selanjutnya bagian penjualan memeriksa stok barang di lemari
obat kemudian membuat BPBA; setelah itu bagian penjualan menyiapkan barang
sesuai dengan SP barang disertai BPBA; sementara bagian penjualan menyiapkan
barang, bagian tata usaha menyiapkan faktur penjualan engross sesuai SP;
langkah terakhir, barang dan faktur penjualan siap diantar ke pelanggan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
35
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
36
c. Penyimpanan Narkotika
Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia Farma
No.147 disimpan di dalam lemari khusus yang terbuat dari kayu yang kuat dan
mempunyai kunci yang dipegang oleh AA penanggung jawab yang diberi kuasa
oleh Apoteker. d. Pelayanan Narkotika
Apotek Kimia Farma No.147 hanya melayani resep narkotika dari resep
asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No.147 sendiri yang
belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani
pembelian obat narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh
apotek lain.
e. Pelaporan Narkotika
Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma No.147 dibuat
setiap bulan dan selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulannya. Laporan dibuat
rangkap empat dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas,
alamat apotek dan stempel apotek yang kemudian dikirimkan kepada instansi
yang berwenang.
4.4.2.4. Pengelolaan Psikotropika
Pengadaan sampai pemusnahan psikotropika diatur untuk menghindari
terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelakasanaan pengelolaan
psikotropika di Apotek Kimia Farma No.147 meliputi :
a. Pemesanan Psikotropika
Apotek Kimia Farma No.147 melakukan pemesanan psikotropika melalui
BPBA yang dikirimkan ke BM.
b. Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan obat psikotropika diletakkan di dalam lemari khusus yang
terpisah dari sediaan lain.
c. Pelayanan Psikotropika
Apotek Kimia Farma No.147 hanya melayani resep psikotropika dari
resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No.147 sendiri
yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek Kimia Farma
No.157 tidak melayani pembelian obat psikotropika tanpa resep atau pengulangan
resep yang ditulis oleh apotek lain.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
37
d. Pelaporan Psikotropika
Laporan penggunaan psikotropika dikirimkan kepada Kepala Dinas
Kesehatan setempat setiap satu bulan sekali. Laporan dibuat rangkap empat dan
ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, alamat apotek dan
stempel apotek yang kemudian dikirimkan kepada instansi yang berwenang.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
BAB 5
PEMBAHASAN
38 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
39
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
40
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
41
sumber daya manusia (karena Apotek Pelayanan tidak memerlukan tenaga kerja
untuk mengatur kegiatan pembelian, penerimaan, penyimpanan, keuangan dan
administrasi karena semua kegiatan tersebut dilakukan oleh BM).
Penggunaan sistem seperti ini juga dapat memberikan kerugian, antara lain
adanya kekosongan barang di apotek akibat pengiriman barang yang terlambat
oleh BM, akibatnya apotek harus berupaya mencari barang untuk memenuhi
kebutuhan pasien pada Apotek Pelayanan Kimia Farma yang lain. Keadaan ini
membuat pelayanan resep menjadi sedikit terhambat.
Pengadaan barang yang dilakukan di apotek ini berdasarkan buku defekta
baik dari bagian pelayanan resep maupun penjualan obat bebas. Pengadaan dengan
cara ini memang praktis tetapi tidak terlalu teliti dalam memprediksi jumlah obat
yang harus disediakan sebagai stok pengaman dalam suatu periode sehingga dapat
menyebabkan adanya penolakan resep karena ketidaksediaan obat di apotek.
Sebaiknya perencanaan pengadaan barang dilakukan berdasarkan pareto pada
periode sebelumnya. Pada pelaksanaan dengan cara ini kategori pareto A menjadi
prioritas sebab obat-obat tersebut merupakan komoditi yang memberikan
kontribusi yang besar pada omzet apotek (sekitar 80 % omzet), meskipun
kuantitasnya hanya sejumlah 20 % item produk. Cara ini memang tidak praktis
namun banyak keuntungan yang didapat, antara lain dapat lebih tepat dalam
menentukan jumlah obat yang harus dipesan untuk memenuhi permintaan pasien
dalam suatu waktu termasuk menentukan persediaan pengaman dan mencegah
penurunan omset akibat adanya penolakan resep.
Sistem penyimpanan barang di Apotek Kimia Farma No.147 berdasarkan
First in First Out (FIFO) artinya barang yang pertama kali masuk, maka akan
pertama kali dikeluarkan dan berdasarkan First Expired First Out (FEFO) artinya
barang yang kadaluarsanya lebih cepat, maka akan dikeluarkan lebih dahulu,
sehingga mencegah obat rusak atau kadaluarsa. Obat-obat juga tersusun dengan
baik, sehingga mempermudah petugas dalam pengambilan obat. Obat-obat disusun
berdasarkan abjad dan menurut bentuk sediaannya, yaitu sediaan padat, cair,
maupun solid. Obat-obat yang bersifat termolabil disimpan di lemari pendingin,
sedangkan obat golongan psikotropika dan narkotika ditempatkan di tempat
terpisah. Penyimpanan narkotika ditempatkan di lemari khusus dan terkunci serta
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
42
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
43
APA dari Apotek Pelayanan sendiri ataupun diatur oleh pihak BM. Pelayanan
resep kredit ini harus diatur agar dalam penyiapannya tidak mengganggu
pelayanan resep tunai. Keuntungan dari adanya bentuk kerjasama ini biasanya
terdapat pada kelonggaran waktu piutang yang ditawarkan oleh pihak Apotek
Pelayanan atau BM kepada pihak perusahaan yang bersangkutan. Pelayanan resep
kredit tidak perlu menetapkan harga terlebih dahulu karena sifatnya piutang.
Pemakaian obat untuk resep kredit diinput dan dikirim ke instansi/perusahaan
yang bersangkutan untuk mendapatkan pembayaran hutang. Penagihan
pembayaran hutang kepada pihak instansi/perusahaan dilakukan setiap bulan.
Pelayanan resep tunai dilakukan dengan mengecek dahulu ada tidaknya
persediaan obat. Setelah itu meneliti keabsahan resep yang dilakukan oleh
apoteker atau asisten apoteker, kemudian diberi harga. Resep yang telah diberi
harga ini, diserahkan kepada pasien untuk diminta persetujuannya tentang
kesanggupan pasien membayar resep. Sesudah pasien membayar sesuai harga,
selanjutnya obat disiapkan atau diracik sesuai resep, diberi etiket dan diperiksa
kembali oleh asisten apoteker atau apoteker. Khusus obat racikan setelah
ditentukan harganya dan dibayar oleh pasien, perhitungan kembali dilakukan saat
obat akan diracik dan setelah peracikan selesai untuk pemeriksaan. Adanya
perhitungan yang berulang ini tentunya akan menyebabkan penambahan waktu
dalam penyiapan obat racikan. Hal ini dilakukan agar tidak ada kesalahan dalam
pemberian obat kepada pelanggan.
Sebelum penyerahan obat kepada pasien, harus dilakukan pengontrolan
melalui pemeriksaan kesesuaian obat jadi dan obat racikan dengan resep,
kesesuaian salinan resep dengan resep asli dan kebenaran kuitansi. Terdapat pula
lembar HTKP yang harus ditandatangani oleh pegawai yang mengerjakan resep,
meliputi siapa yang memberikan harga, yang menyiapkan obat, yang menimbang
obat, yang meracik obat, yang menulis etiket, salinan resep dan kuitansi, serta
yang menyerahkan obat. Hal ini berguna untuk menelusuri bila terjadi kesalahan.
Resep yang ada pada hari tersebut kemudian dijadikan satu dan dikumpulkan per
bulan. Khusus resep narkotika dan psikotropika dipisahkan untuk memudahkan
pelaporan. Resep yang telah melewati batas penyimpanan 3 tahun akan
dimusnahkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
44
Apotek Kimia Farma No.147 melayani penjualan obat bebas, obat wajib
apotek (OWA) dan obat-obat upaya pengobatan diri sendiri (UPDS). Untuk
menghindari terjadinya kesalahan petugas meminta alamat dan nomor telepon
yang dapat dihubungi pada saat awal penghargaan penjualan obat wajib apotek
ataupun obat-obat UPDS. Pelayanan obat tanpa resep biasanya dilakukan untuk
pengobatan swamedikasi. Upaya pengobatan diri sendiri ini dilakukan melalui
penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, penjualan OWA dan UPDS yang
dilayani oleh apoteker atau asisten apoteker. Dalam melayani konsumen yang
memerlukan obat bebas, OWA, maupun UPDS seharusnya disertai dengan
informasi dosis, aturan pakai, kontra indikasi dan efek sampingnya, namun pada
pelaksanaannya belum dilakukan secara menyeluruh.
Obat-obat yang terdapat pada swalayan farmasi diantaranya untuk indikasi
penyakit ringan seperti influenza, panas, batuk, produk herbal, food suplement,
vitamin serta terdapat juga perlengkapan bayi, kosmetika dan alat kesehatan
sederhana seperti kasa, kapas, plester ataupun urinal. Di apotek ini tidak ada
petugas khusus yang menjaga swalayan farmasi, sehingga apabila pasien yang
datang ramai, dikhawatirkan akan terjadi kehilangan barang dan menghambat
kecepatan pelayanan farmasi. Hal ini untuk sementara dapat teratasi dengan
adanya sales promotion girl (SPG) yang sedang bertugas mempromosikan
produknya dan memberikan bantuan terhadap pelayanan penjualan dan
pengawasan produk swalayan.
Pemberian informasi pada saat penyerahan obat kepada konsumen
merupakan nilai tambah dari sebuah apotek. Hal ini harus dilakukan agar
pelanggan dapat mengetahui khasiat obat yang diberikan, cara pemakaian, efek
samping, aturan pakai, dan informasi khusus dari obat-obat tertentu. Pelayanan
informasi obat di Apotek Kimia Farma No.147 sudah mulai dilaksanakan
meskipun belum sepenuhnya berjalan dengan baik karena masih terbatas pada
pemberian informasi saat penyerahan obat, namun upaya untuk pemberian
informasi yang lebih baik mulai digalakkan, seperti dikumpulkannya materi
mengenai penyakit degeneratif dalam bentuk kalender informasi yang dilakukan
oleh mahasiswa yang sedang melakukan PKPA di Apotek Kimia Farma No.147.
Umumnya pasien yang datang ke apotek Kimia Farma No.147 untuk
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
45
melakukan swamedikasi adalah pasien lansia, ibu hamil dan menyusui, serta
pasien yang mempunyai keluhan terhadap penyakit batuk berdahak, batuk kering
maupun batuk yang disertai demam, diare, maag, diabetes, kolesterol, mual
muntah, alergi, demam dan sakit kepala. Pasien yang datang biasanya sudah
mempunyai obat-obat yang menjadi pilihannya sendiri, berdasarkan resep dokter
sebelumnya atau berdasarkan saran dari orang lain. Di saat ini peran apoteker
sangat diperlukan untuk memberikan konseling dan saran yang dapat menjamin
penggunaan obat yang efektif, aman dan rasional. Dalam hal ini peran apoteker
belum dilakukan secara maksimal karena keterbatasan tenaga farmasis, terutama
belum adanya Apoteker Pendamping yang menggantikan APA yang tidak ada di
tempat karena tugas ganda dari perusahaan (manajer dan pelayanan).
Dalam rangka meningkatkan pelayanan, Apotek Kimia Farma No.147 telah
menyediakan fasilitas pesan antar obat (delivery service). Umumnya resep datang
dari penghuni komplek perumahan yang berada di sekitar apotek. Selain itu untuk
memberikan pelayanan non stop kepada masyarakat, mulai tanggal 1 Mei 2010
Apotek Kimia Farma No. 147 memperpanjang waktu pelayanannya menjadi 24
jam. Administrasi Apotek Kimia Farma No.147 menggunakan sistem
komputerisasi yang bertujuan untuk meningkatkan kelancaran dan efisiensi dalam
pelayanan. Kelemahan dari penggunaan sistem komputerisasi terjadi jika listrik
mati, karena tidak adanya daftar harga manual untuk mengantisipasi padamnya
listrik, hal ini membuat pelayanan agak terhambat, dikarenakan harus menanyakan
terlebih dahulu ke BM atau apotek pelayanan lainnya untuk mengetahui harga obat
tersebut.
Berdasarkan pengalaman selama praktek kerja profesi apoteker di Apotek
Kimia Farma No.147 ini, sangat disadari bahwa untuk dapat mengelola sebuah
apotek dengan baik tidak cukup apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) hanya
menguasai teknis dibidang kefarmasian dan akuntansi keuangan saja. Seorang
Apoteker Pengelola Apotek (APA) juga harus mampu memiliki kemampuan
manajerial yang baik untuk dapat memimpin dan mengelola apotek. Kemampuan
berkomunikasi secara aktif dengan pelanggan terutama dalam rangka
pengembangan kerja sama dengan berbagai perusahaan atau instansi lain. Saat ini
seorang apoteker juga dituntut untuk dapat memberikan pelayanan kefarmasian
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
46
kepada masyarakat terutama pasien, karena dianggap sebagai orang yang paling
mengetahui tentang segala hal yang menyangkut obat-obatan. Seorang apoteker
harus terus mengembangkan ilmu kefarmasiannya, selain itu juga perlu dibina
komunikasi intern agar tercipta suasana kerja yang kondusif sehingga pada
akhirnya dapat meningkatkan semangat dan kinerja para pegawai.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan Praktek
Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No.147, Duren Sawit periode 12
Februari – 22 Maret 2012, maka dapat disimpulkan:
1. Peran dan tanggung jawab APA sangat penting dalam mengelola semua
kegiatan yang berlangsung di apotek antara lain meliputi berkewajiban
menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan
yang tepat, mampu berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai
pimpinan, kemampuan mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) secara
efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi
pendidikan, mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat
memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara
meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan
biaya serendah mungkin, serta melakukan pengembangan usaha apotek.
2. Pengelolaan apotek oleh APA ada dua bentuk yaitu pengelolaan di bidang
bisnis meliputi kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan
komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya sesuai dengan
fungsi apotek dan pengelolaan di bidang pelayanan meliputi pembuatan,
pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan,
dan penyerahan obat atau bahan obat, pengadaan, penyimpanan,
penyaluran, penyerahan perbekalan farmasi disertai dengan pemberian
informasi obat.
6.2. Saran
1. Agar kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) kepada pasien
dapat lebih berkembang, diperlukan peran aktif apoteker dalam pemberian
informasi obat kepada pasien baik dapat secara langsung maupun tidak
langsung melalui brosur atau leaflet.
47 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ACUAN
Drs. M. Umar, A. M. (2004). Manajemen Apotek Praktis. Jakarta: Wira Putra Kencana.
Presiden Republik Indonesia. (2009). Bab I Ketentuan Umum Pasal I. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta:
Presiden Republik Indonesia.
49 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Wisnu Yogaswara, FMIPA UI, 2012
50
PT. Kimia Farma Apotek. (2009). Selayang Pandang PT. Kimia Farma Tbk. Dalam
Materi Praktek Kerja Profesi Apoteker. PT. Kimia Farma Apotek.
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Struktur Organisasi Unit Bisnis Manager Jaya II (BM Jaya II)
Bisnis Manajer
Supervisor Keuangan
Supervisor Pengadaan
& Akuntansi
MANAGER APOTEK
PELAYANAN
Lain-lain:
Asisten Kasir Juru
Kebersihan
Apoteker Resep Keamanan
Penerimaan Resep
Penyerahan obat
NAMA :
ALAMAT :
BULAN :
PENERIMAAN PENGGUNAAN
NAMA BAHAN STOK STOK
NO KODE
SEDIAAN AWAL AKHIR
. DARI JUMLAH UNTUK JUMLAH
Jakarta,
Penanggung Jawab Teknis
ANGKATAN LXXIV
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan.............................................................................................. 2
ii
Halaman
Gambar 2.1 Gambaran Berbagai Suasana Hati pada Gejala
Gangguan Bipolar................................................................ 9
Gambar 3.1 Contoh Resep Penyakit Gangguan Bipolar di Apotek
Kimia Farma No. 147 .......................................................... 27
iii
Halaman
Tabel 2.1 Episode Gejala Mania dan Depresi ............................................... 7
Tabel 2.2 Penggolongan Gangguan Suasana Hati Berdasarkan Jenis
Episode ......................................................................................... 8
Tabel 2.3 Evaluasi dan Kriteria Diagnostik Untuk Episode Gangguan
Suasana Hati................................................................................ 13
Tabel 2.4 Interaksi yang Terjadi dengan Penggunaan Obat pada
Pengobatan Gangguan Bipolar..................................................... 25
Tabel 3.1 Daftar Keabsahan Resep.............................................................. 27
iv
Halaman
Lampiran 1 Pendekatan Terapi Penyakit Gangguan Bipolar pada
Kelompok Pasien Khusus dan Pasien dengan Penyakit
Penyerta ..................................................................................... 41
1 Universitas Indonesia
gejala psikologik seperti perasaan bersalah, ide bunuh diri, upaya bunuh diri dan
gejala fisik seperti perlambatan gerak motorik, atau sebaliknya agitasi
(mengamuk) dan gangguan makan serta tidur. Pada episode mania (setelah
depresi membaik) perasaan diri menjadi sangat bersemangat atau penuh bertenaga
atau sangat bangga dengan diri sendiri (Crabtree dan Faulkner, 2008).
Gejala gangguan bipolar dapat diobati agar tidak menganggu kehidupan
dan menimbulkan penderitaan yang berat dengan penatalaksanaan yang baik.
Salah satu penatalaksanaannya yaitu melalui terapi farmakologis dengan
pemberian obat golongan mood stabilizer, antikonvulsan, antipsikotik atipikal,
ansiolitik, dan antidepresan (Sukandar, et.al., 2008). Terapi farmakologis dengan
menggunakan obat-obatan tersebut memiliki efek samping yang cukup banyak
sehingga perlu adanya pengawasan, monitoring, dan evaluasi penggunaan obat.
Untuk itu diperlukan peran apoteker atau calon apoteker agar dapat mencegah
efek samping obat atau reaksi obat yang tidak diharapkan sehingga akan
meningkatkan keamanan dan keberhasilan terapi.
Apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan juga memiliki peran dalam
menangani gangguan bipolar ini. Dengan melakukan pelayanan kefarmasian,
apoteker dapat berperan serta untuk mengindentifikasi gejala penyakit bipolar,
memberikan konseling tentang terapi yang dipakai, obat yang dikonsumsi,
monitoring efek samping obat yang dikonsumsi penderita. Dilihat dari tingginya
angka penderita dan akibat dari penyakit bipolar maka gangguan ini perlu
mendapat perhatian dari semua pihak.
1.2. Tujuan
Pada kesempatan ini, tujuan dari ditulisnya tugas khusus ini diharapkan
agar mahasiswa PKPA di PT. Kimia Farma Apotek:
1. Mengetahui dan memahami tentang gangguan bipolar dan penatalaksanaan
terapinya.
2. Memahami profil dari satu resep yang mengandung obat untuk pengobatan
gangguan bipolar di Apotek Kimia Farma No. 147.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 2.1 Gambaran Berbagai Suasana Hati pada Gejala Gangguan Bipolar
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1. Hipomania
Paling sedikit selama empat hari, secara persisten terjadi peningkatan
mood atau mood iritabel yang derajatnya ringan dan disertai dengan tiga gejala
sebagai berikut, yaitu meningkatnya energi dan aktivitas, meningkatnya
sosiabilitas, banyaknya bicara, lebih ramah, perilaku ceroboh dan meningkatnya
energi seksual, berkurangnya kebutuhan tidur, dan sulitnya berkonsentrasi serta
distraktibilitas.
2. Mania Tanpa Simtom Psikotik
Paling sedikit selama satu minggu, secara persisten terjadi peningkatan
mood (elasi, ekspansif) atau iritabel yang tidak bergantung kepada suasana
lingkungan pasien. Paling sedikit ditemui tiga gejala sebagai berikut, yaitu
meningkatnya aktivitas atau kegelisahan fisik, desakan berbicara, lompatan
gagasan atau berlombanya isi pikiran, hilangnya inhibisi sosial,
3. Mania dengan Simtom Psikotik
Sama dengan simtom-simtom di atas dan ditambah dengan adanya waham
(biasanya waham kebesaran), atau halusinasi (biasanya suara-suara yang berbicara
langsung kepada pasien), atau adanya gaduh gelisah, aktivitas motorik yang
berlebihan, dan lompatan gagasan yang sangat berlebihan, dapat menyebabkan
pasien tidak mungkin melakukan komunikasi seperti biasanya.
4. Gangguan Afektif Bipolar
Episode mania atau hipomania multipel atau depresi dengan mania/
hipomania, episode saat ini seperti yang didefinisikan di atas atau di bawah ini.
5. Gangguan Afektif Bipolar, Saat Ini Episode Campuran
Sebelumnya pasien mengalami, paling sedikit, satu episode campuran,
depresi, mania, atau hipomania. Pada keadaan ini, memperlihatkan suatu
campuran atau pergantian yang cepat antara simtom mania dengan depresi.
6. Episode Depresi
Paling sedikit selama dua minggu, pasien mengalami penurunan mood,
pengurangan energi dan aktivitas. Berkurangnya kemampuan merasakan rasa
senang, penurunan konsentrasi dan minat. Pasien merasa lelah, berkurangnya
nafsu makan, dan gangguan tidur. Berkurangnya rasa percaya diri, adanya rasa
Universitas Indonesia
tidak berguna atau ide-ide bersalah. Mood tidak berespons terhadap lingkungan,
dan disertai dengan simtom somatik.
Diagnosa menggunakan pedoman dari Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders 4th Edition (DSM-IV-TR) menggolongkan penyakit bipolar
sebagai bipolar I, bipolar II, Bipolar Disorder Not Otherwise Specified (BP-NOS),
dan Cyclothymic Disorder or Cyclothymia. Diagnosis episode gangguan suasana
hati juga dapat dituntun oleh kriteria dari DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders, 4th ed., Text Revision) seperti yang tertulis pada
Tabel 2.3 sebagai berikut:
Tabel 2.3 Evaluasi dan Kriteria Diagnostik untuk Episode Gangguan Suasana Hati
Diagnosis
Episode Gangguan Fungsi Kriteria DSM-IV-TR
atau perawatan di
Rumah sakit
Depresi Mayor Ya Lebih dari 2 minggu mengalami suasana
hati yang tertekan atau kehilangan minat
atau kesenangan dalam melakukan
aktivitas normal, dimana terkait dengan
setidaknya dari 5 hal berikut ini:
a. Suasana hati yang tertekan atau sedih
(dewasa); pada anak-anak dapat berupa
mudah tersinggung atau lekas marah
b. Penurunan minat dan kesenangan
dalam melakukan aktivitas normal
c. Penurunan nafsu makan, penurunan
berat badan
d. Insomnia atau hipersomnia
e. Retardasi psikomotor atau agitasi
f. Penurunan energi atau kelelahan
g. Perasaan bersalah atau tidak berharga
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.5.1.3 Kontrol Aktivitas Harian dan Asupan Makanan (Sukandar, et.al., 2008)
a. Melakukan teknik yang dapat mengurangi stress seperti terapi relaksasi,
yoga, pijat dan lain-lain.
b. Tidur (jadwal tidur-bangun yang teratur; hindari konsumsi alkohol atau
kafein menjelang tidur).
c. Nutrisi (konsumsi makanan atau minuman kaya protein dan asam lemak
esensial; suplemen vitamin dan mineral).
d. Olahraga (aerobik) dan latihan beban secara teratur minimal 3 kali
seminggu.
Universitas Indonesia
beberapa pasien dengan kombinasi episode atau siklus cepat (Fankhauser dan
Freeman, 2005).
Golongan benzodiazepin dengan potensi tinggi, misalnya klonazepam dan
lorazepam, merupakan pilihan alternatif antipsikotik yang biasa digunakan untuk
agitasi, ansietas, panik, dan insomnia. Kontraindikasi relatif untuk penggunaan
golongan benzodiazepin jangka panjang adalah penyalahgunaan atau
ketergantungan obat dan alkohol (Fankhauser dan Freeman, 2005).
Golongan antidepresan trisiklik dikaitkan dengan peningkatan risiko
induksi mania pada penyakit bipolar I dan kemungkinan menyebabkan siklus
mania cepat. Beberapa pedoman terapi, merekomendasikan untuk menghindari
pemberian obat antidepresan dalam terapi depresi bipolar atau membatasi
penggunannya hanya pada interval yang singkat, namun bukti menunjukkan
bahwa pemberian bersamaan dengan obat penyetabil suasana hati pada dosis
terapetik, dapat menurunkan risiko obat antidepresan dalam menginduksi
pertukaran episode.
Umumnya obat antidepresan harus dihentikan penggunaannya 2-6 bulan
setelah remisi dan selanjutnya pasien dijaga dengan pemberian obat penyetabil
suasana hati. Dilaporkan bahwa natrium levotiroksin (0,15 sampai 0,4 mcg/ hari)
memberikan efek menstabilkan suasana hati pada pasien bipolar siklus cepat, pada
saat direkomendasikan dengan obat penyetabil suasana hati (Fankhauser dan
Freeman, 2005).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
polifarmasi dan adanya penyakit fisik lainnya. Pasien yang mengonsumsi litium
dapat mengalami poliuri. Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk banyak
meminum air.
e. Sediaan yang beredar: Teralithe® (Rhone Poulenc), Frimania® (Mersifarma
TM)
Universitas Indonesia
trombosit dapat terjadi bila konsentrasi serum > 100 mg/mL. Untuk terapi
pemeliharaan, konsentrasi valproat dalam plasma yang dianjurkan adalah antara
75-100 mg/mL.
c. Indikasi
Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor akut,
terapi rumatan gangguan bipolar, mania sekunder, gangguan bipolar yang tidak
berespons dengan litium, siklus cepat, gangguan bipolar pada anak dan remaja,
serta gangguan bipolar pada lanjut usia.
d. Efek Samping
Valproat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang dapat terjadi,
misalnya anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia, peningkatan (derajat ringan)
enzim transaminase, sedasi, dan tremor. Efek samping ini sering terjadi pada awal
pengobatan dan bekurang dengan penurunan dosis atau dengan berjalannya
waktu. Efek samping gastrointestinal lebih sering terjadi pada penggunaan asam
valproat dan valproat sodium bila dibandingkan dengan tablet salut sodium
divalproat.
e. Sediaan yang beredar: Depakote® (Abbot), Depakene® (Abbot), dan Leptilan®
(Sandoz)
2. Lamotrigin
Lamotigrin digunakan sebagai monoterapi atau kombinasi dengan obat
lain, misal litium, karbamazepin untuk terapi pemeliharaan jangka panjang pada
penyakit bipolar I. Lamotigrin kemungkinan memiliki efikasi untuk pencegahan
depresi bipolar.
a. Mekanisme Kerja
Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi. Ia
menghambat kanal Na+. Selain itu, ia juga menghambat pelepasan glutamat.
b. Indikasi
Obat ini efektif untuk mengobati episode depresi, gangguan bipolar I dan
gangguan bipolar II, baik akut maupun rumatan. Lamotrigin juga efektif untuk
gangguan bipolar, siklus cepat.
c. Dosis
Berkisar antara 50-200 mg/hari.
Universitas Indonesia
d. Efek Samping
Sakit kepala, mual, muntah, pusing, mengantuk, tremor, dan berbagai
bentuk kemerahan di kulit.
e. Sediaan yang Beredar
Lamictal® (GlaxoSmith Kline)
Universitas Indonesia
dibandingkan dengan pada plasebo. Peningkatan berat badan dan prolaktin dapat
pula terjadi pada pemberian risperidon.
e. Sediaan yang beredar: Persidal® (Mersifarma TM), Neripros® (Pharos),
Risperdal® (Janssen-Cilag), Risperdal Consta® (Janssen-Cilag/ Alkermes
Therapeutics), Risperidone OGB Dexa® (Dexa Medica), Rizodal® (Guardian
Pharma-tama), Zofredal® (Kalbe Farma)
2. Olanzapin
a. Mekanisme Kerja
Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin yang memiliki afinitas
terhadap dopamin (DA), D2, D3, D4, dan D5, serotonin 2 (5-HT2); muskarinik,
histamin 1(H1), dan a1-adrenergik.
b. Indikasi
Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode akut
mania dan campuran. Selain itu, olanzapin juga efektif untuk terapi pemeliharaan
gangguan bipolar.
c. Dosis
Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/ hari.
d. Efek Samping
Sedasi dapat terjadi pada awal pengobatan tetapi berkurang setelah
beberapa lama. Efek antikolinergik dapat pula terjadi tetapi kejadiannya sangat
rendah dan tidak menyebabkan penghentian pengobatan.
e. Sediaan yang Beredar
Zyprexa® (Eli Lilly)
3. Quetiapin
a. Mekanisme Kerja
Quetiapin merupakan suatu derivat dibenzotiazepin yang bekerja sebagai
antagonis 5-HT1A dan 5-HT2A, dopamin D1, D2, histamin H1 serta reseptor
adrenergik a1 dan a2. Afinitasnya rendah terhadap reseptor D2 dan relatif lebih
tinggi terhadap serotonin 5-HT2A.
b. Dosis
Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800 mg/hari.
Tersedia dalam bentuk tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg,
Universitas Indonesia
200 mg, dan 300 mg, dengan pemberian dua kali per hari. Selain itu, juga tersedia
quetiapin-XR dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.
c. Indikasi
Quetiapin efektif untuk gangguan bipolar I dan II, episode mania, depresi,
campuran, siklus cepat, baik dalam keadaan akut maupun sebagai terapi
pemeliharaan.
d. Efek Samping
Quetiapin secara umum ditoleransi dengan baik. Sedasi merupakan efek
samping yang sering dilaporkan. Efek samping ini berkurang dengan berjalannya
waktu. Perubahan dalam berat badan dengan quetiapin adalah sedang dan tidak
menyebabkan penghentian pengobatan.
e. Sediaan yang Beredar
Seroquel® (Astra-Zeneca)
Universitas Indonesia
Tabel 2.4 Interaksi yang Terjadi dengan Penggunaan Obat pada Pengobatan
Gangguan Bipolar
Obat A Obat B Efek yang terjadi
Litium ACE inhibitor, antagonis Peningkatan risiko toksisitas
reseptor angiotensin, litium
metronidazol, fenitoin
Litium carbamazepine, kalsium channel Peningkatan risiko
blocker, haloperidol, metildopa, neurotoksisitas
fenotiazin, SSRI, TCA.
Asam Valproat Rifampisin, fenitoin, Penurunan kadar asam
fenobarbital, dan rejimen obat valproat
antineoplastik
Asam Valproat Olanzepine Meningkatkan risiko
hepatotoksik
Asam Valproat Mefloquine Peningkatan risiko kejang
Lamotigrin fenitoin, karbamazepin, Meningkatkan metabolisme
fenobarbital, primidone,
rifampisin, Kombinasi
etinilestradiol/levonorgestrel
Aripiprazole Inhibitor CYP3A4 (misalnya menghambat eliminasi
ketoconazole) atau CYP2D6 aripiprazole dan
(misalnya quinidine, fluoxetine menyebabkan tingkat darah
atau paroxetine) meningkat.
Etanol Peningkatan depresi SSP
Kuetiapin Alkohol Peningkatan risiko kantuk
dan hipotensi postural.
CYP3A4 induser misalnya. menurunkan kadar plasma
fenitoin dan karbamazepin dari quetiapine
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.1. Contoh Resep di Apotek Kimia Farma No. 147, Duren Sawit
Garuda Indonesia
COPY RESEP
Kemayoran. Jakarta 10610
102.6122
R/ Zyprexa 1 mg
Xanax 0,2 mg
THP 1 mg
Stelazine 0,35 mg
Depakote 100 mg
Cipralex 1/2tab
Mf cap dtd no XV
S1X1 nedet
Pcc
Gambar 3.1 Contoh Resep Penyakit Gangguan Bipolar di Apotek Kimia Farma
No. 147
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.1.2.3 THP®
Komposisi : Triheksifenidil Hidroklorida 2 mg/ tablet.
Indikasi : Segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca ensefalitis dan
idiopatik, sindroma parkinson akibat obat, misalnya reserpina
dan fenotiazin.
KI : Hipersensitif terhadap triheksifenidil, glaukoma sudut sempit,
takiaritmia, psikosis berat, psikoneurosis, hipertrofiprostat, dan
obstruksi saluran cerna.
Dosis : Sehari 1–15 mg dibagi dalam 2–4 dosis.
Dewasa: awal 2 mg, atau 3 kali sehari dosis dinaikkan sampai
diperoleh hasil yang diharapkan.
Dewasa : awal 1 mg, jika gejala tidak terkontrol dalam beberapa
jam dosis ditingkatkan sehingga hilang gejala.
Dosis sehari 5 – 15 mg, dosis 15 – 20 mg jarang dibutuhkan
ESO : Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah,
bingung, agitasi, konstipasi, takikardi, dilatasi ginjal, retensi
urin.
Interaksi : Sinergis dengan kinidina, obat antidepresan trisiklik dan
antikolinergik lainnya.
Perhatian : Penderita dengan glaukoma, penyakit obstruktif traktat GI atau
genitourinari. Pada laki-laki tua dengan hipertrofi prostat.
Gangguan Hati dan gangguan ginjal. Wanita hamil dan
menyusui.
Universitas Indonesia
3.1.2.6 Cipralex®
Komposisi : Escitalopram 10 mg.
Indikasi : Pengobatan pada episode depresi mayor, gangguan panik
dengan atau tanpa gejala agoraphobia.
KI : Penggunaan bersama MAOI.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. Xanax®
Sediaan Xanax® yang digunakan yaitu Xanax® yang mengandung
alprazolam 1 mg/ tablet. Aturan pakai yang diberikan dalam resep ini adalah 1
kali sehari 1 kapsul (0,2 mg). Dosis maksimal alprazolam yang diperbolehkan
adalah 0,5 mg/ hari. Berarti dosis yang diberikan dalam resep tidak melewati
batas, sehingga aman untuk digunakan.
Universitas Indonesia
4. Stelazin®
Sediaan Stelazin® yang digunakan yaitu mengandung Trifluoperazine HCl
1 mg/ tablet. Aturan pakai yang digunakan dalam resep ini adalah Stelazin® 1 kali
sehari 1 kapsul (0,35 mg).
5. Depakote®
Sediaan Depakote® yang digunakan mengandung natrium divalproat 250
mg/ tablet. Aturan pakai yang diberikan dalam resep adalah Depakote® 1 kali
sehari 1 kapsul (100 mg). Dosis maksimal natrium divalproat adalah 60 mg/ kgBB
perhari. Karena dalam resep tidak diketahui berat badan pasien, maka tidak dapat
ditentukan apakah dosis yang diberikan melebihi dosis maksimal yang telah
ditetapkan atau tidak.
6. Cipralex®
Sediaan Cipralex® yang digunakan yaitu mengandung escitalopram 10 mg.
Sedangkan aturan pakai yang digunakan dalam resep ini adalah Cipralex® 1 kali
sehari 1 kapsul 1/2 tab (setara dengan 5 mg). Sedangkan dosis maksimal
escitalopram adalah 20 mg/ hari. Berarti dosis ini dapat diberikan karena tidak
melebihi dosis maksimal yang telah ditetapkan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Seharusnya tablet salut enterik tidak boleh dihancurkan dan harus langsung ditelan
dalam bentuk utuh. Penghancuran Depakote® tablet enterik dikhawatirkan dapat
menghilangkan aktivitasnya sehingga obat tidak lagi memiliki efektif dan
menghasilkan aksi farmakologi dalam tubuh pasien.
Universitas Indonesia
4.1. Kesimpulan
Gangguan bipolar adalah gangguan yang memiliki siklus, dimana terjadi
fluktuasi yang sangat ekstrim pada suasana hati (mood), energi, dan tingkah laku
yang berulang. Gangguan kejiwaan ini bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-
gejala mania, hipomania, depresi, dan campuran, yang biasanya dapat berlangsung
seumur hidup. Gangguan bipolar juga dikenal sebagai gangguan mania-depresif,
suatu bentuk gangguan depresif dengan suasana hati yang berayun dari murung
(saat depresi) ke sangat gembira (saat mania) yang seringkali membawa perilaku
resiko tinggi dan merusak diri.
Beberapa golongan obat untuk mengobati gangguan bipolar dan sering
diberikan secara bersamaan yaitu obat golongan mood stabilizer (litium),
antikonvulsan (natrium divalproat, valproat), antipsikotik atipikal (risperidone),
ansiolitik, dan antidepresan (benzodiazepin). Litium, natrium divalproat
(valproat), dan olanzapine yang merupakan terapi lini pertama mania akut pada
bipolar I.
Resep dinyatakan tidak lengkap karena tidak ada umur pasien, dan berat
badan pasien. Obat-obat yang digunakan dalam resep ini sesuai untuk pasien
gangguan bipolar, karena memiliki mekanisme kerja yang dapat mengatasi
episode mania dan episode depresi mayor. Obat-obat yang digunakan tidak
melebihi dosis maksimum, karena itu obat dikatakan tepat dosis.
4.2. Saran
Agar terapi dapat berjalan dengan efektif dan maksimal, maka apoteker
dapat memberikan pharmaceutical care melalui pemberian petunjuk penggunaan
obat secara tepat, bekerja sama dengan keluarga pasien mengenai kepatuhan
pasien dalam minum obat dan edukasi untuk tetap mendukung pasien agar dapat
kembali normal menjalankan aktivitas sehari-hari.
37 Universitas Indonesia
38 Universitas Indonesia
content/uploads/file/2010%20Pedoman%20Tatalaksana%20GB%20PDS
KJI.pdf [Diakses 05 Maret 2012, pukul 23.33].
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.P., Kusnandar.
(2008). Penyakit Bipolar dalam: Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I.,
Adnyana, I.K., Setiadi, A.P., Kusnandar. (2008). Isofarmakoterapi.
Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Torpy, Janet. M. (2009). Bipolar Disorder. The Journal of the American Medical
Association. Vol 301, No. 5.
Wells, B.G. (2009). Bipolar Disorder dalam: Wells, B.G., Dipiro, J.T.,
Schwinghammer, T.L., DiPiro, C.V. (2009). Pharmacotherapy
Handbook Seventh Edition. United States of America: The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Universitas Indonesia