BAB 2
LANDASAN TEORI
Kemudian menurut Melayu S.P Hasibuan (2006 ; 2), manajemen adalah ilmu
dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
dan tata letak, perancangan dari tugas dan pekerjaan, dan perancangan dari strategi
operasional, produksi dan pemilihan dari kapasitas.
Dalam pengoperasian mengenai sistem produksi dan juga operasional,
manajemen operasional juga perlu mempertimbangkan mengenai bagaimana cara
menyusun rencana untuk operasional dan produk, perencanaan serta pengendalian
dari persediaan alat dan bahan serta bagaimana pengadaan barang, pemeliharaan
performa dan fungsi dari mesin dan peralatan yang terkait, pengendalian mutu hasil
produksi dan manajemen untuk tenaga kerja yang dibutuhkan.
Manajemen operasional juga mencakup pengambilan keputusan dalam suatu
organisasi bisnis. Berkaitan dengan sudut pandang mengenai kondisi dari keputusan
yang diperlukan, maka ada beberapa macam jenis dari pengambilan keputusan,
antara lain adalah pengambilan keputusan yang terkait dengan satu hal yang sudah
pasti, pengambilan keputusan yang terkait dengan kejadian yang memiliki potensi
resiko tertentu, pengambilan keputusan yang terkait pada satu hal yang tidak pasti,
serta pengambilan keputusan mengenai adanya kejadian atau pun peristiwa yang
terjadi akibat adanya pertentangan yang berhubungan dengan adanya kondisi lain.
Pengambilan keputusan yang ada pada manajemen operasi ada beberapa
jenis, di antaranya adalah proses, kapasitas, tenaga kerja, persediaan dan juga
kualitas. Selain itu juga terdapat pengambilan keputusan yang terkait dalam kegiatan
manajemen sistem produksi dan keputusan yang berkaitan dengan perencanaan
strategis.
2.2 Pelabuhan
Pelabuhan berasal dari kata port dan harbour, namun pengertiannya tidak
dapat sepenuhnya diadopsi secara harafiah. Harbour adalah sebagian perairan yang
terlindung dari badai, aman dan baik/cocok untuk akomodasi kapal-kapal untuk
berlindung, mengisi bahan bakar, persediaan, perbaikan dan bongkar muat barang.
Port adalah harbour yang terlindung, dengan fasilitas terminal laut yang terdiri dari
tambatan/dermaga untuk bongkar muat barang dari kapal, gudang, transit dan
penumpukan lainnya untuk menyimpan barang dalam jangka pendek ataupun jangka
panjang (Triatmodjo, 1996).
Pelabuhan dapat pula diartikan sebagai terminal dan area di mana kapal-kapal
memuat atau membongkar muatan di dermaga, di lokasi labuh, di bui pelampung
atau sejenisnya dan mencakup perairan tempat menunggu giliran mendapatkan
pelayanan. Berdasarkan pada pengertian-pengertian yang telah dikemukakan diatas,
maka pelabuhan dapat diartikan sebagai tempat kapal berlabuh (anchorage),
mengolah gerak (maneuver), dan bertambat (berthing) untuk melakukan kegiatan
menaikkan dan/atau menurunkan penumpang dan barang secara aman (securely) dan
selamat (safe)
dimaksud. Pelabuhan menjadi pemicu bertumbuhnya jaringan jalan raya, jaringan rel
kereta api, dan pergudangan tempat distribusi ataupun konsolidasi barang komoditas.
Jaringan sarana dan prasarana moda transportasi darat menjadi pelabuhan sebagai
titik simpul intramoda transportasi darat dan antarmoda darat-laut.
Biaya jasa di pelabuhan yang dikelola secara efisien dan professional akan
menjadi rendah, sehingga bisnis pada sektor lain bertumbuh pesat. Pelabuhan
berperan sebagai focal point bagi perekonomian maupun perdagangan, dan menjadi
kumpulan badan usaha seperti pelayaran dan keagenan, pergudangan, freight
forwarding, dan angkutan barang.
yang terdiri dari operasi kapal, operasi transfer dermaga, operasi gudang/lapangan,
dan operasi serah terima barang alat-alat angkut & muat (lifting & transfer
equipment) mutlak perlu. Pada pelayanan barang muatan curah fungsi interface
secara fisik nyata sekali. Peralatan loader/unloader menghubungkan kapal dengan
kereta api/truk di darat. Kehandalan (reliability) alat-alat dan metode kerja yang
sistemik merupakan unsur penentu tingkat kecepatan, kelancaran dan efisiensi
aktivitas kepelabuhanan.
4. Industrial Entity
Pelabuhan yang diselenggarakan secara baik akan bertmbuh dan akan
menyuburkan bidang usaha lain sehingga are pelabuhan menjadi zona industri terkait
dengan kepelabuhanan.
4. Berth Time (BT) merupakan jumlah waktu siap operasi tambatan untuk
melayani kapal.
5. Berth Working Time (BWT) adalah waktu untuk bongkar muat selama
kapal berada di dermaga.
6. Receiving/Delivery peti kemas merupakan kecepatan pelayanan
penyerahan/penerimaan
di terminal peti kemas yang dihitung sejak alat angkut masuk hingga
keluar yang dicatat di pintu masuk/keluar.
7. Tingkat Penggunaan Dermaga (Berth Occupancy Ratio/BOR) merupakan
perbandingan antara waktu penggunaan dermaga dengan waktu yang
tersedia (dermaga siap operasi) dalam periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam persentase.
8. Tingkat Penggunaan Gudang (Shed Occupancy ratio/SOR) merupakan
perbandingan antara jumlah pengguna ruang penumpukan dengan ruang
penumpukan yang tersedia yang dihitung dalam satuan ton hari atau
satuan M3 hari.
9. Tingkat Penggunaan Lapangan Penumpukan (Yard Occupancy
Ratio/YOR) merupakan perbandingan antara jumlah penggunaan ruang
penumpukan dengan ruang penumpukan yang tersedia (siap operasi) yang
dihitung dalam satuan ton hari atau M3 hari.
10. Kesiapan operasi peralatan merupakan perbandingan antara jumlah
peralatan yang siap untuk dioperasikan dengan jumlah peralatan yang
tersedia dalam periode waktu tertentu.
Kinerja Pelabuhan
kegiatan pengambilan barang dari gudang atau lapangan di bawa ke atas truk atau
sebaliknya (receiving/delivery).
Menurut KM No.25 Tahun 2002 Pasal 1 Tentang Pedoman dasar Perhitungan
Tarif Pelayaran Jasa Bongkar Muat dari dan ke kapal di pelabuhan:
a. Stevedoring : Pekerjaan membongkar barang dari kapal ke
dermaga/tongkang/truk atau memuat barang dari dermaga/tongkang/truk ke
dalam kapal sampai dengan tersusun dalam palka kapal dengan menggunakan
derek kapal atau derek darat.
b. Cargodoring : Pekerjaan melepaskan barang dari tali/jala-jala (eks tackle)
di dermaga dan mengangkut dari dermaga ke gudang/lapangan penumpukan
selanjutnya menyusun di gudang lapangan atau sebaliknya.
c. Receiving/delivery : Pekerjaan memindahkan barang dari timbunan/tempat
penumpukan di gudang/lapangan penumpukan dan menyerahkan sampai
tersusun di atas kendaraan di pintu gudang/lapangan penumpukan atau
sebaliknya.
Di dalam KM. No.25 Tahun 2002 ini juga menyebutkan bahwa kegiatan
bongkar muat dibedakan menjadi :
a. Bongkar muat direede adalah : Pekerjaan membongkar dari kapal yang
tidak bersandar di dermaga ke tongkang di lambung kapal selanjutnya
megeluarkan dari tali/jala-jala (eks tackle) dan menyusun di tongkang serta
membongkar dari tongkang ke dermaga atau sebaliknya.
b. Bongkar muat langsung ke atau dari dermaga (kade losing/loading) adalah
pekerjaan membongkar muatan atau barang dari kapal langsung ke dermaga
dan selanjutnya mengeluarkan dari tali/jala-jala (eks tackle) serta menyusun di
truck/ tongkang atau sebaliknya.
Mengacu pada beberapa pengertian diatas mengenai Bongkar Muat, maka
penulis mencoba membuat suatu kesimpulan yaitu bongkar muat adalah suatu proses
kegiatan pemindahan barang dari dan ke atas kapal dengan menggunakan alat
bongkar muat yang tersedia di pelabuhan tempat kegiatan bongkar muat itu
dilaksanakan.
Adapun kegiatan bongkar barang muatan kapal berlangsung sesuai dengan urutan :
a. Ship operation : Operasi menurunkan muatan langsung ke truk atau ke
gerbong kereta api dan/atau ke tongkang, dan melalui gudang/lapangan
penumpukan.
23
Peti kemas dari palka kapal diangkat ke atas, kemudian dengan gerakan
horizontal dibawa dengan trolley kearah dermaga dan berhenti di antara kedua kaki
24
crane (legs) untuk meurunkan peti kemas sampai berada tepat di atas bak chassis
yang sudah siap menerimanya. Gerakan berikutnya adalah mengembalikan spreader
kosong dari posisi di dermaga dibawa oleh trolley ke palka kapal, dan mendaratkan
spreader di atas peti kemas yang dibongkar berikutnya
3. Straddle Carrier
Alat straddle carrier (SC) berfungsi sebagai yard crane untuk melakukan
sesuatu melakukan kegiatan lift on dan lift off. Disebut juga sebagai travel lift karena
berjalan di atas roda-roda seperti halnya RTG dan difungsikan sebagai alat angkat
dan alat angkut. Generasi permulaan mampu melakukan stack 1-3 atau one over two
berjalan dengan 6 roda. Mobilitas straddle carrier lebih leluasa mengangkut peti
kemas dari satu blok ke blok lain, bahkan dapat melayani kegiatan quay transfer
maupun CFS operation. Kecepatan jalan 20-30 km/jam tanpa beban dan 17-25
km/jam denga muatan peti kemas dengan perfomansi 12-20 unit peti kemas per jam
(tergantung jarak travel).
26
5. Reach Stacker
Alat angkat ini disebut reach stacker. Dirancang sebagai yard crane yang
mobilitasnya melebihi top loader. Boom telescopic dilengkapi spreader dapat
menjangkau sampai dengan 3 row dan ketinggian 5 stack. Kelebihan alat ini lagi
adalah spreader dapat berputar 900 sehingga dapat mengangkat peti kemas dalam
posisi melintang maupun membujur. Pada perlintasan relatif sempit yang hanya
selebar ukuran peti kemas dan badan reach stacker sekitar 4,5 meter, dapat dilewati.
Melayani lift on atau lift off ke dan dari atas trailer dapat dilakukan dari arah sisi kiri
atau kanan dan dari arah belakang jika diperlukan.
Dimana :
1. Berth Working Time, yaitu jumlah jam satu kapal yang direncanakan untuk
melakukan kegiatan bongkar / muat petikemas selama berada di tambatan.
2. Not operation time, yaitu waktu yang direncanakan untuk tidak bekerja (tidak
melakukan kegiatan bongkar muat), seperti waktu istirahat yaitu 30 menit tiap
Shift.
3. Effective time, yaitu waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan
bongkar muat secara efektif.
4. Idle time, yaitu waktu yang tidak digunakan untuk melakukan kegiatan
bongkar muat atau waktu menganggur, seperti waktu yang terbuang saat
peralatan bongkar muat rusak.
Pelayanan di pelabuhan atau terminal general cargo dikatakan berkualitas
apabila para manajer pelabuhan atau yang setara, menjalankan fungsi pengendalian
dengan mengupayakan waiting time, non operational time, idle time, dan berth
working time serendah mungkin mendekati nol. Pada kesempatan yang sama fungsi
kendali diarahkan pada kecepatan bongkar-muat yang didukung pilihan yang tepat
atas alat mekanis dan non mekanis serta sumber daya yang lain.
Disini penulis akan lebih fokus dan banyak membahas dari sisi berth working
time nya saja dari sekian banyak penilaian dalam waktu tunggu kapal. Karena berth
working time menurut penulis sangat memiliki pengaruh yang besar di dalam
pelabuhan. Waktu kerja kapal di dermaga terutama saat proses bongkar muat harus
32
berlangsung secara efektif maupun efisien agar meningkatkan kinerja dari pelabuhan
itu sendiri.
secara khusus diukur sebagai aliran kas ditambah perubahan dalam nilai bersih
aktiva. Wild memasukkan pendapatan yang dapat direalisasi sebagai komponen
pendapatan.
Dari definisi yang dikemukakan diatas, pendapatan menurut ekonomi
mengindikasikan adanya suatu aliran dana (kas) yang terjadi dari satu pihak kepada
pihak lainnya. Menurut Rosyidi (1999 ; 100) “Pendapatan harus didapatkan dari
aktivitas produktif”.
Pendapatan bagi masyarakat (upah, bunga, sewa dan laba) muncul sebagai
akibat jasa produktif (productive service) yang diberikan kepada pihak business.
Pendapatan bagi pihak business diperoleh dari pembelian yang dilakukan oleh
masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa yang dihasilkan atau diproduksi oleh
pihak business, maka konsep pendapatan (income) menurut ekonomi pada dasarnya
sangat berbeda dengan konsep pendapatan (revenue) menurut akuntansi.
A. Produksi Kapal
1) Jasa keselamatan navigasi (Port Dues) dipungut atas pemakaian fasilitas berlayar
berupa alur, vessel traffic control, break waters, pasukan pemadam kebakaran,
pengawan pencemaran laut, dan sekuriti maritim.
2) Jasa labuh (Anchorage) dikenakan atas pemanfaatan area labuh jangkar ketika
tiba, menunggu, atau berangkat.
3) Jasa pemanduan (Pilotage) dikenakan atas pemakaian jasa personel pandu laut
dan/atau pandu bandar.
4) Jasa penundaan (Towage) dikenakan atas pemakaian kapal tunda ketika kapal
mooring, shifting, dan unmooring.
5) Jasa pengepilan (Mooring/unmooring) dikenakan atas pemakaian tenaga gang
pengikat/pelepas tali kapal (mooring gang)
6) Jasa tambat (Berthage) dikenakan atas pemakaian fasilitas sandar, tambatan,
jetty.
B. Produksi Kargo
1) Jasa dermaga (Wharfage) dikenakan atas barang melintasi dermaga.
2) Jasa bongkar muat (Cargo Handling) dikenakan atas kegiatan ongkar, menggeser
muatan di atas kapal, dan memuat.
3) Jasa transfer ke gudang (Quay Transfer) dikenakan atas pemindahan barang
dari/ke tempat penumpukan gudang atau lapangan.
4) Jasa pergerakan ekstra (Extra Movement) dikenakan atas gerakan ekstra barang
di tempat penumpukan.
5) Jasa serah-terima (Receiving and Delivery) dikenakan atas gerakan
menurunkan/menaikkan barang dari/ ke atas truk di sisi gudang.
6) Jasa gudang/lapangan (Storage) dikenakan atas pemakaian ruang penumpukan.
7) Jasa persewaan alat (Handling equipment fee) sewa pemakaian alat mekanis
dari/atau non mekanis.
35
PARAMETER BERTH
WORKING TIME (X3)
(X4)