Anda di halaman 1dari 12

TUGAS UAS

MATA KULIAH
PEMIKIRAN KLASIK ISLAM DAN MODERN
DOSEN : Prof.Dr.H.Adrianus Chatib, S.Hum, M.Hum

DEWI RATNASARI
NIM : 801192008

PRODI : PASCA SARJANA PIAUD


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
I a) Apa yang dimaksud dengan pemikiran Islam klasik dan modern
Jawab:
 Pemikiran Islam klasik :
Adalah Pemikiran Islam yang Perkembangannya dimulai sejak zaman
Rasulullah saw masih hidup, pada masa ini tidak ada masalah yang berarti
dimana hal tersebur dikarenakan Nabi saw langsung menjasi pembuat fiqh dan
melakukan ijtihad sendiri.
Pada masa Sahabat perkembangan fiqh terbagi menjadi dua, yaitu : kelompok alh
an-Nash (seperti abuu huraurah & Anas), dan ahl al-Rayi (seperti Umar bin
Khattab as).
Setelah berakhirnya kepemimpinan Ali bin Abi tholib perkembangan fiqh
dinamakan Fiqh Tabi’in, pada masa ini fiqh terbagi menjadi dua kelompok, yaitu
: Ahl an-Nash (para Fuqoha’ al-Saba’ah / Madinah), dan Ahl al-Ra’yi (Fuqoha’
al-Shittah / Kuffah).
Berikut perkembangan Pemikiran serta corak yang mempengaruhinya :
a. Manhaj al-Fikr Fikih Ahl al-Madinah
Corak pemikiran banyak dipengaruhi oleh kebuadayaan syiria dan
kekuasaan Umayyah. Tokoh-tokohnya antara lain : al-Awza’i. Sedang sifat
pemikiran fikiq ahl al-madinah adalah thesa atau dalam arti bahwa fikih ahl
al-madinah masih murni yang bersumberkan dari Al-Qur’an dan Hadits.
b. Manhaj al-Fikr Fikih Asy-Syafi’i
Corak pemikirannya lebih banyak dipengaruhi (didominasi) al-Qur’an dan
As-Sunnah. Toko-tokohnya antara lain : Asy-Syafi’i, Ibn Hambali, dan
Malik Ibn Abbas / Dawud Ibn Khalaf (keduanya cenderung juga
kepemikiran Fikih al-Madinah). Sedang sifat pemikiran fikiq Asy-Syafi’i
adalah anti-thesa. Ini berarti juga bahwa pemikiran ahl asy-Syafi’i sudah
mengarah pada penggabungan antara fikih ahl al-madinah (murni) dengan
fikih ahl al-Iraq (yang sudah menggunakan rasional).
c. Manhaj al-Fikr Fikih Ahl al-Iraq
Corak Pemikiran yang digunakan adalah dengan menggunakan analogi dan
dipengaruhi oleh kekuasaan Abbasyiyah. Tokoh-tokohnya antara lain : Abu
Hanifah, Asy-Syaibani (cendrung juga ke pemikiran As-Syafi’i). Sedang
sifat pemikiran fikiq ahl al-Iraq adalah sinthesa. Pemikiran ahl al-Iraq sudah
mengarah kepada penggunaan akal secara berlebihan walau tidak
mengenyampingkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
 Pemikiran Islam modern
Adalah sebuah pergerakan yang mencoba merukunkan agama Islam dengan
nilai-nilai modern dari Barat seperti nasionalisme, demokrasi, hak-hak sipil,
rasionalitas, kesetaraan, dan perjuangan sosial.
1. Islam Tekstual
Corak pemikirannya masih bersifat fundamental, Tekstualis, dan Skeptis.
Dalam hal ini antara Islam dengan Modernitas masih dipertentangkan belum
ada titik temu dan modernitas belum bisa menyatu dengan Islam.
2. Islam Revivalism
Pemikir Islam Revivalism sudah mengkombinasikan antara Islam dengan
Modernitas walau masih sedikit, dan masih dikuatkan nilai-nilai Ke-
Islamanya.
3. Islam Modern
Corak pemikiran dari tokoh Islam modern sudah memasukkan lebih banyak
modernitas kedalam nilai-nilai Islam. Sehingga pemikirannya sudah dapat
dikatakan liberal walaupun masih ada kendali Fundamentalisnya (Ke-
Islamannya). Tokohnya antara lain Nurcholis Madji, Abdurrahman Wahid,
dll.
4. Islam Neo-Modernis
Dalam hal ini tokoh pemikir Islam, pemikirannya sudah mengarah kepada
Liberalis, Kontektual, dan Substantive. Salah satu tokoh Pemikir Islam Neo-
Modernis adalah Ulil Absor Abdala. Dalam hal ini antara Islam dengan
modernitas sudah tidak ada pemisahnya, artinya sudah menyatu.
b) Kapan lahir masing-masing pemikiran ini dan faktor apa yag menyebabkan
kelahirannya.
Jawab:
- Periode Klasik lahir pada 600-1258 Masehi, sejak zaman Rasulullah saw
masih hidup,Masa khulafaurosidin,sampai daulat Umayah dan Abasiyah.
Pada zaman Klasik, ajaran agama Islam masih terjaga kemurniannya. Para
umat muslim pada zaman itu melaksanakan apapun sesuai dengan ajaran agama
Islam dan tentunya tanpa ada pengaruh dari ajaran lain.
- Periode modern lahir pada (1800M-Sekarang)
Faktor yang mempengaruhi:
- Kemunduran Kerajan-kerajaan Islam
- Kemajauan Bangsa Eropa (rennaisance)
- Imperialisme Bangsa Eropa terhadap Dunia Islam
- Kesadaran Melakukan Pembaharuan Pemikiran, Politik dan Peradaban
- Kemerdekaan Negara Mayoritas Islam dari Penjajahan Bangsa Barat
c) Bagaimana pendapat saudara ketika dikatakan bahwa pemikiran teologis dan filsafat
tidak bersumber dari ajaran Islam. Uraian saudara untuk menolak dan menerima
harus disertai dengan ulasan dan bukti.
Jawab:
Pemikiran teologis dan filsafat tidak bersumber dari ajaran Islam (Tidak benar)
 Dalam study Islam terdapat Pemikiran teologis dan Pemikiran filosofis yang
mana dalam pendekatan ini mempelajari aspek-aspek dalam ilmiah atau
pengetahuan baik dalam sumber Al Quran dan kehidupan sehari-hari.

 Pendekatan Teologis berasal dari kata Yunani yaitu teos (Tuhan) dan logos
(Ilmu pengetahuan) , jika di gabungkan dalam pengertian adalah ilmu Tuhan
yang mempelajari tentang pengetahuan secara universal. Dan dapat mengkaji
atau mempelajari tentang ketuhanan.
Theologi merupakan usaha pemahaman yang dilakukan para ulama’ (teolog
muslim) tentang akidah Islam yang terkandung dalam naqli (Al-Qur’an dan
As-Sunnah). Tujuan usaha pemahaman tersebut adalah menetapkan,
menjelaskan atau membela akidah Islam, serta menolak akidah yang salah dan
atau bertentangan dengan akidah Islam. Dengan demikian fungsi Teologi
adalah bertugas menjelaskan dan memberikan pemahaman terhadap
kebenaran parrenial Islam dengan bahasa Kontekstual.
Bahwa meskipun dalam wujud sepertinya Tuhan tiada tapi sebenarnya ada.
Dan bukti nyata nya adalah adanya dunia dan kita beserta Alam semesta.

 Pendekatan filosofis yaitu berasal dari kata Yunani yaitu philosophia yang
memiliki makna kebaikan rasa atau cinta dalam kebijaksanaan.
Yang berarti tidak ada sekat dalam memiliki keinginan dalam memahami
pengetahuan untuk mendalami bagaimana kita dalam memahami agama
Islam.
Dalam pendekatan filosofis terbagi menjadi dua macam yaitu:
a. Upaya dalam ilmiah yang beridentik dalam Ajaran historis (sejarah) yaitu
seperti zaman lampau tidak dilupakan sejarah-sejarahnya yaitu di
pergunakan atau di lakukan kembali pada zaman modern saat ini.
b. Upaya ilmiah yang bersumber pada Al Quran , didalam kaedah-kaedah
dalam Al Quran mempelajari kembali makna-makna beserta artinya untuk
melakukan sunnah-sunnah Nabi.

II a) Apa Relevansinya mahasiswa S2 mempelajari Pemikiran Klasik Islam dan


Modern ?
- Mahasiswa perlu juga menyamakan perspektif tentang Islam yang
merupakan agama yang kompleks, paripurna ataupun menyeluruh, segala
hal dari bangun tidur hingga kita kembali tidur pun memiliki adab yang
harus dilakukan. Sama halnya juga berpolitik, dalam islam politik/siyasah
yaitu mengurusi atau mengatur.
- Jika sebelumnya saya selalu mengkonsumsi pengetahuan tentang politik dan
segala hal yang kita tahu tentang sistem politik serta pemikiran politik
semuanya didominasi oleh para pemikir-pemikir barat, yang di mana
ternyata hal ini merupakan hasil munculnya studi orientalisme oleh analis-
analis barat yang mempelajari sejarah peradaban timur terutama Islam untuk
mencari titik kelemahan di belakang kayanya sumber daya alam yang
dimiliki oleh Negara-negara bagian timur yang kemudian secara perlahan
mereka adopsi dan mengasumsikan kepada seluruh dunia bahwa teori-teori
politik yang ada merupakan pure temuan dari filsuf-filsuf barat dan
kemudian dikonsumsi oleh masyarakat seluruh dunia sehingga menjadikan
teori politik barat populer yang dijadikan negara-negara lain sebagai kiblat
politik dunia yang dikenal dengan demokrasi serta liberalisasi yang
menjanjikan kebebasan pada warga negaranya, meskipun di saat diskusi ada
juga beberapa teman yang berpendapat bahwa kesetiaan masyarakat negara
timur sendiri terkikis dalam menerapkan teori dan pemikiran mereka sendiri
dan lebih mengagungkan teori-teori dari barat sehingga juga dapat menjadi
faktor terkikisnya pemikiran politik islam yang sebelumnya sempat menjadi
zaman pencerahan bagi umat.
- Selama mempelajari mata kuliah ini pun saya juga mulai memahami
bagaimana sejarah peradaban islam yang pada saat itu demokrasi pun
sebenarnya telah ada saat Rasulullah memimpin Madinah yang di mana di
dalamnya bukan hanya ada umat muslim melainkan berbagai macam agama
dan kepercayaan, meskipun istilah demokrasi belum ada pada saat itu.
- Bahwa di sejarah peradaban Islam pun kita memiliki filsuf-filsuf Islam yang
juga membawa ajaran-ajaran ataupun teori tentang ilmu pengetahuan
bedanya, jika di barat menganut sistem sekularisme yang membedakan atau
menempatkan ilmu pengetahuan dan ketuhanan itu berbeda tempat, namun
filsuf Islam menempatkan keduanya ditempat yang sama atau
menggabungkan keduanya khususnya dalam bidang politik, padahal Allah
S.W.T pun telah mengatur tentang adab-adab berpolitik yang baik dan
benar dengan tujuan untuk mengurus dan mengatur urusan bersama, yang
sangat berbeda dengan paradigma masyarakat sekarang mengenai politik
yaitu tentang kekuasaan.
b) Menurut saudara bahwa mempelajari pemikiran Al Kindi. Al farabi , Ibn Sina ,
dan Ibn Rusyd adalah untuk menghafal pemikiran masing- masing mereka atau
mempelajari metodologi berfikirnya. Uraikan secara kelas!
- Kita mempelajari metodologi berfikir masing-masing pemikir.
a. Membangun kebiasaan berfikir ilmiah, dinamis, dan kritis terhadap
persoalan-persoalan seputar penididkan Islam.
b. Memberikan dasar berpikir inklusif terhadap ajaran Islam dan akomodatif
terhadap perkembangan Ilmu pengetahuan yang dikembangan oleh
intelektual diluar Islam.
c. Menumbuhkan semangat berijtihad, sebagaimana ditunjukan oleh Rasulullah
SAW, dan para kaum intelektual Muslim pada abad pertama sampai abad
pertengahan terutama dalam merekonstruksi sistem pendidikan Islam yang
lebih baik.Untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan
sistem pendidikan nasional.
c) Kenapa muncul Pemikiran Islam Modern padahal Pemikiran Islam Klasik sudah
ada. Jawaban saudara harus berdasarkan rasional dan berdasarka referensi.

Lahirnya pemikiran moderen dalam Islam ini dilatar belakangi oleh 2 (dua)
faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal meliputi Imperialisme Barat dan kontak dunia Islam dengan
dunia Barat.
Sedangkan faktor internal meliputi kemunduran pemikiran Islam dan
bercampurnya unsur non Islam kedalam Islam.
1. Faktor Eksternal
a. Imperialisme Barat
Imperialisme dan kolonialisme Barat terjadi akibat disintegrasi atau
perpecahan yang terjadi di kalangan umat Islam yang terjadi jauh sebelum
kehancuran peradaban Islam pada pertengahan abad ke-13 M., yaitu ketika
munculnya dinasti-dinasti kecil yang melepaskan diri dari pemerintahan pusat
pada masa kekhilafahan bani Abbasiyah.
Setelah runtuhnya bangunan peradaban Islam, perpecahan yang terjadi
di tubuh umat Islam bertambah parah dengan maraknya pemberontakan-
pemberontakan terhadap pemerintahan pusat Islam yang mengakibatkan
pudarnya kekuatan politik Islam dan lepasnya daerah-daerah yang
sebelumnya menjadi bagian dari kekuasaan Islam.
Karena lemahnya politik Islam disertai dengan motivasi pencarian
daerah baru sebagai pasar bagi perdagangan di dunia Timur yang sebagian
besar penduduknya adalah umat Islam, Barat, sejak abad ke-16 M. menduduki
daerah-daerah yang disinggahinya untuk dijadikan daerah penjajahan.
Spanyol akhirnya menjajah Filipina, Belanda menjajah Indonesia selama
ratusan tahun hingga memasuki abad 20 M. Inggris menjajah India, Malaysia
dan sebagian negara-negara di Afrika dan Perancis menjajah banyak negeri di
Afrika.
Karena imperialisme inilah, lahir para pemikir Islam yang berusaha
membangunkan umat Islam dan mengajak mereka untuk bangkit menentang
penjajahan, seperti Jamaluddin Al Afghani dengan ide Pan Islamismenya di
India dan Khairuddin Pasya at-Tunisi dengan konsep negaranya di Tunisia.
b. Kontak dengan modernisme di Barat
Sejak abad 16 M. Barat mengalami suatu babak sejarahnya yang baru,
yaitu masa moderen dengan lahirnya para pemikir moderen yang
menyuarakan kemajuan ilmu pengetahuan dan berhasil menumbangkan
kekuasaan gereja (agama). Karena keberhasilannya inilah dicapai peradaban
Barat yang hingga kini masih mendominasi dunia.
Sementara itu, dunia Islam yang pada waktu itu sedang berada dalam
kemundurannya, karena interaksinya dengan modernisme di Barat mulai
menyadari pentingnya kemajuan dan mengilhami mereka untuk memikirkan
bagaimana kembali memajukan Islam sebagaimana yang telah mereka capai
di masa sebelumnya sehingga lahirlah para pemikir Islam seperti At
Thahthawi dan Muhammad Abduh di Mesir, Muhammad Ali Pasya di Turki,
Khairuddin At Tunisi di Tunisia dan Sayyid Ahmad Khan di India.
2. Faktor Internal
a. Kemunduran Pemikiran Islam
Kemunduran pemikiran Islam terjadi setelah ditutupnya pintu ijtihad
karena pertikaian yang terjadi antara sesama umat Islam dalam masalah
khilafiyah dengan pembatasan madzhab fikih pada imam yang empat saja,
yaitu madzhab Maliki, madzhab Syafi’i, madzhab Hanafi dan madzhab
Hambali. Sementara itu, bidang teologi didominasi oleh pemikiran Asy’ariah
dan bidang tasawwuf didominasi oleh pemikiran imam Al-Ghazali.
Penutupan pintu ijtihad ini telah menimbulkan efek negatif yang
sangat besar di mana umat Islam tak lagi memiliki etos keilmuan yang tinggi
dan akal tidak diberdayakan dengan maksimal sehingga yang dihasilkan oleh
umat Islam hanya sekadar pengulangan-pengulangan tulisan yang telah ada
sebelumnya tanpa inovasi-inovasi yang diperlukan sesuai dengan kemajuan
jaman.
Berkenaan dengan kemunduran pemikiran Islam ini, para pemikir
Islam di jaman moderen dengan ide-ide pembaharuannya, menyuarakan
pentingnya dibuka kembali pintu ijtihad.
b. Bercampurnya ajaran Islam dengan unsur-unsur di luarnya.
Selain kemunduran pemikiran Islam, yang menjadi latar belakang
lahirnya pemikiran moderen dalam Islam adalah bercampurnya agama Islam
dengan unsur-unsur di luarnya.
Pada masa sebelum abad ke-19 M., umat Islam banyak yang tidak
mengenal agamanya dengan baik sehingga banyak unsur di luar Islam dianggap
sebagai agama. Maka tercampurlah agama Islam dengan unsur-unsur asing yang
terwujud dalam bid’ah, khurafat dan takhayul.
Muhammad Abduh yang dilanjutkan dengan muridnya Muhammad
Rasyid Ridha dan KH. Ahmad Dahlan di Indonesia adalah para pemikir
pembaharuan Islam yang penuh perhatian terhadap pemberantasan takhayul,
bid’ah dan khurafat di kalangan umat Islam.
Satu hal yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa faktor eksternal
adalah yang paling utama, sedangkan faktor internal, telah ada sebelum masa
moderen Islam yang telah lebih dahulu melatarbelakangi lahirnya pemikiran-
pemikiran pembaharuan dalam Islam, karena pemikiran moderen dalam Islam
tidak lain adalah kelanjutan pemikiran pembaharuan yang telah ada sebelumnya
atau pemikiran pembaharuan pada masa klasik.
III Uraikan dengan Sistemik dan sistematis hal- hal sebafgai berikut:
a) Perbandingan pemikiran al-asyari, al-mu’tazilah di bidang iman dan kufr.
menurut saudara manakah diantara nya yang lebih rasional?
 Aliran Asy'ariyah adalah mazhab teologi yang disandarkan kepada Imam
Abul Hasan al-Asy'ari (w.324 H/936 M). Asy'ariyah mengambil dasar
keyakinannya dari Kullabiyah, yaitu pemikiran dari Abu Muhammad bin
Kullab dalam meyakini sifat-sifat Allah. Kemudian mengedepankan akal
(rasional) di atas tekstual ayat (nash) dalam memahami Al-Qur'an dan Hadits.
Abul Hasan al-Asy'ari dalam masalah keyakinan terhadap sifat Allah
mengikuti pendapat Ibnu Kullab, seorang tokoh ahlul kalam (filsafat) dari
Bashrah di zamannya. Imam Al-Asy'ari kemudian berpindah pemahaman
tiga kali sepanjang hayatnya.

Ulama Asy'ariyah selanjutnya seperti Imam al-Haramian Al-Juwaini dan


selainnya melakukan takwil terhadap sifat Allah dan menggunakan prinsip
pokok (ushul) akidah Muktazilah ke dalam mazhabnya. Metode Takwil
disebutkan oleh Ibnu Faurak dalam kitab Takwil, Muhammad bin Umar ar-
Razi dalam kitabnya Ta’sisut Taqdis, juga ada pada Abul Wafa Ibnu Aqil
dan Abu Hamid al-Ghazali, takwil-takwil tersebut bersumber dari Bisyr al-
Marisi, seorang tokoh Mu’tazilah.

Asy'ariyah awalnya hanya menetapkan tujuh sifat ma’ani saja bagi Allah
yang ditetapkan menurut akal (aqliyah) yaitu hayah, ilmu, qudrah, iradah,
sam’u, bashir, dan kalam. Kemudian ditambahkan oleh As-Sanusi menjadi
dua puluh sifat, dan tidak menetapkan satu pun sifat fi’liyah (seperti istiwa,
nuzul, cinta, ridha, marah, dst).

 Aliran Mu'taziliyah kurang diterima oleh kebanyakan ulama Sunni karena


aliran ini beranggapan bahwa akal manusia lebih baik dibandingkan tradisi.
Oleh karena itu, penganut aliran ini cenderung menginterpretasikan ayat-ayat
Alquran secara lebih bebas dibanding kebanyakan umat muslim.
Muktazilah memiliki lima ajaran utama yang disebut ushul al-khamsah,
yakni:
1. Tauhid. Mereka berpendapat:
- Sifat Allah adalah zat-Nya itu sendiri.
- Alquran adalah makhluk.
- Allah di alam akhirat kelak tak terlihat mata manusia. Yang terjangkau
mata manusia bukanlah Ia.
2. Keadilan-Nya. Mereka berpendapat bahwa Allah SWT akan memberi
imbalan pada manusia sesuai perbuatannya.
3. Janji dan ancaman. Mereka berpendapat Allah takkan ingkar janji: memberi
pahala pada muslimin yang baik dan memberi siksa pada muslimin yang
jahat.
4. Posisi di antara 2 posisi. Ini dicetuskan Wasil bin Atha' yang membuatnya
berpisah dari gurunya, bahwa mukmin yang berdosa besar, statusnya berada
di antara mukmin dengan kafir.
5. Amar ma’ruf (tuntutan berbuat baik) dan nahi munkar (mencegah perbuatan
yang tercela). Ini lebih banyak berkaitan dengan hukum/fikih.
Aliran Muktazilah berpendapat dalam masalah qada dan qadar, bahwa
manusia sendirilah yang menciptakan perbuatannya. Manusia dihisab
berdasarkan perbuatannya, sebab ia sendirilah yang menciptakannya.

Tokoh-tokoh Muktazilah yang terkenal adalah:


a. Wasil bin Atha', lahir di Madinah, pelopor ajaran ini.
b. Abu Huzail al-Allaf (751-849 M), penyusun 5 ajaran pokoq Muktazilah.
c. an-Nazzam, murid Abu Huzail al-Allaf.
d. Abu ‘Ali Muhammad bin ‘Abdul Wahab/al-Jubba’i (849-915 M).
 Yang lebih Rasional pemikiran Al-Asyari

b) Perbandingan pemikiran al-asyari dan al-mu’tazilah dan khawarij di segi


keadilan tuhan dan kekuasaan tuhan serta bahwa alam diciptakan dari tiada atau
ada. tunjukkan yang mana yang lebih rasional ?
a. Konsep keadilan Tuhan menurut Asy’ariyah
Keadilan menurut Asy’ariyah berarti menempatkan sesuatu
pada tempat yang sebenarnya, yaitu pemilik mempunyai kekuatan
mutlak terhadap harta yang dimiliki serta mempergunakannya sesuai
dengan kehendak dan pengetahuan pemilik. Keadilan Tuhan
mengandung arti, bahwa Tuhan mempunyai kekuatan mutlak terhadap
makhluk-Nya dan dapat berbuat sekehendak hati-Nya dalam kerajaan-
Nya.
b. Konsep Keadilan tuhan Menurut Mu’tazilah
Kaum Mu’tazilah, karena percaya pada kekuatan akal dan
kemerdekaan serta kebebasan manusia, mempunyai tendensi untuk
meninjau wujud ini dari sudut rasio dan kepentingan manusia. Memang
dalam paham Mu’tazilah semua makhluk lainnya diciptakan Tuhan
untuk kepentingan manusia. Mereka selanjutnya berpendapat bahwa
manusia yang berakal sempurna, kalau berbuat sesuatu, mesti
mempunyai tujuan. Manusia yang demikian berbuat atau untuk
kepentingannya sendiri ataupun untuk kepentingan orang lain. Tuhan
juga mempunyai tujuan dalam perbuatan-perbuatan-Nya, tetapi karena
Tuhan Maha Suci dari sifat berbuat untuk kepentingan diri sendiri,
perbuatan-perbuatan Tuhan adalah untuk kepentingan lain, selain Tuhan.
Berlandaskan argumen-argumen ini kaum Mu’tazilah berkeyakinan,
bahwa wujud diciptakan untuk manusia, sebagai makhluk tertinggi, dan
oleh karena itu mereka mempunyai kecenderungan untuk melihat segala-
galanya dari sudut kepentingan manusia. Aliran muktazilah mempunyai
tafsiran khusus terhadap prinsip keadilan. Bagi mereka, semua perbuatan
Tuhan bersifat keadilan semata-mata, tidak ada satu perbuatan pun yang
bisa dikatakan salah satu zalim. Jadi menurut Mu’tazilah, sebagaimana
yang diterangkan oleh Abd. al Jabbar, keadilan erat hubungannya
dengan hak, dan keadilan diartikan memberi seseorang akan haknya.
Kata kata “Tuhan Adil” mengandung arti bahwa Ia tidak dapat
mengabaikan kewajiban kewajiban-Nya terhadap manusia.
 Yang lebih Rasional pemikiran Al-Asyari
c) Perbandingan pemikiran al-khindi, al-farabi dan ibn sina tentang tuhan dalam
kaitannya dengan teori emanasi?
Teori emanasi adalah salah satu tema sentral bagi para filosof Muslim dalam
menjelaskan proses penciptaan alam. Keinginan untuk tidak menodai keesaan
Tuhan menjadi landasan filosofis dari teori ini. Menurut para Filosof muslim,
bahwa “Yang Esa itu” cuma satu. Sementara yang lain adalah “alam yang
pluralis”.
Perbandingan pemikiran :
1. Al-Kindi adalah seorang filosof muslim yang berasal dari arab, ia merupakan
orang pertama yang membuka jalan masuknya filsafat Yunani kedalam dunia
Islam. Gagasannya diantaranya menyangkut integrasi agama dengan filsafat,
Pembuktian tentang keberadaan wujud Tuhan melalui tiga argumentasi yaitu
baharunya alam semesta, keanekaragaman wujud dan keteraturan alam.
2. Al-Farabi merupakan seorang filosof muslim yang hidup setelah al-Kindi dan
telah berhasil membentuk system filsafat secara memadai hingga ia
mendapat julukan sebagai guru kedua setelah julukan guru pertama bagi
Aristoteles. Gagasannya mengenai bidang filsafat di bidang metafisika
adalah mashhur dengan teori emanasinya terkait dengan proses penciptaan
alam semesta. Yaitu alam semesta bersifat Qadim karena wujudnya terpancar
dari wujud yang pertama yang bersifat wa>jib al-wuju>d.
3. Ibnu Sina adalah seorang filosof muslim yang hidup setelah Al-Farabi. Oleh
karena itu gagasannya tidak jauh berbeda dengan pendahulunya, ia juga
mengungkapkan proses kejadian alam semesta melalui teori urut-urutan
wujud atau emanasi. Ibnu Sina juga berpandangan bahwa jiwa manusia
bersifat kekal dan abadi setelah diciptakan.

d) Perbandingan pemikiran jamluddin al-afghani dengan muhammad abduh dan


rasyid ridha dalam masalah pendidikan umat islam dan politik ?
 Konep Pendidikan jamluddin al-afghani
Beliau menginginkan umat Islam kuat, dinamis, dan maju. Jalan keluar yang
ditunjukkannya untuk mengatasi keadaan ini adalah melenyapkan pengertian
yang salah yang dianut umat Islam dan kembali kepada ajaran Islam yang
sebenarnya. Menurut dia, Islam mencakup segala aspek kehidupan, baik ibadah,
hukum, maupun sosial. Corak pemerintahan autokrasi harus diubah dengan
corak pemerintahan demokrasi dan persatuan umat Islam harus diwujudkan
kembali. Kekuatan dan kelanjutan hidup umat Islam bergantung kepada
keberhasilan membina persatuan dan kerja sama.

Pemikiran lain yang dimunculkan oleh al-Afgani adalah idenya tentang adanya
persamaan antara pria dan wanita dalam beberapa hal. Wanita dan pria sama
dalam pandangannya. Keduanya mempunyai akal untuk berpikir. Ia mmelihat
tidak ada halangan bagi wanita untuk bekerja di luar jika situasi menuntut itu.
Dengan jalan demikian, al-Afgani menginginkan agar wanita juga meraih
kemajuan dan bekerja sama dengan pria untuk mewujudkan umat Islam yang
maju dan dinamis.

 Konep Pendidikan Muhammad Abduh


Corak pemikiran pendidikan Muhammad Abduh cenderung pada aliran
progresif. Hal ini terlihat pada pemikirannya tentang tujuan pendidikan, yaitu
tujuan universal, tujuan institusional dan tujuan kurikuler.
Dalam tujuan institusional pada sekolah dasar misalnya, ia berpendapat bahwa
tujuan institusionalnya agar anak didik dapat hidup dengan benar, dapat
mengatur diri sendiri, dan dapat bergaul dengan sesama manusia.Dalam bidang
kurikulum ia telah merinci ilmu-ilmu yang wajib ‘ain. Ilmu yang wajib ‘ain ini
bukan saja ilmu-ilmu agama, tetapi juga mencakup ilmu-ilmu umum.
Rumusan ilmu-ilmu yang wajib ‘ain juga memiliki sifat fleksibel dan terbuka
akan perubahan karena pada saat itu, ulama masih banyak yang kaku
mengapresiasi ilmu-ilmu umum, dengan kata lain masih terdapat ulama yang
berusaha mambuat dikotomi dalam ilmu. Dalam bidang metode pendidikan
Muhammad Abduh sangat akomodatif dalam multi metode pengajaran dan
sangat mengecam metode yang hanya mementingkan hafalan tanpa
pemahaman.
Pemikiran Muhammad Abduh ini tentu cukup progresif karena metode
pengajaran pada masa itu masih didominasi oleh hapalan. Dalam bidang
pendidik pemikiran progressive dapat dilihat dari kritikannya tentang hubungan
antara guru dan murid yang terbatas hanya dikelas saja. Kemudian kriteria
kompetensi guru pada saat itu belum dikemukakan, ia sudah mengemukakan
bahwa seorang guru harus memiliki kompetensi.
Dalam bidang anak didik pemikiran progressive Muhammad Abduh dapat
dilihat dari pemikiranya tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan anak
bersifat nativis, empiris, dan konvergen.Perkembangan anak dari umur
kandungan sampai dua tahun dipengaruhi oleh faktor nativis, setelah dua tahun
sampai seseorang meninggal dunia dipengaruhi oleh faktor empiris.Adapun
kedudukan faktor konvergen menurut Muhammad Abduh adalah integrasi
faktor nativis dan faktor empiris dalam perkembangan anak dua faktor yang
saling mempengaruhi.
 Konep Pendidikan Muhammad Abduh
Rasyid Ridha berupaya memajukan ide pengembangan kurikulum dengan
memadukan muatan ilmu agama dan umum. .Pemikirannya dalam bidang
pendidikan Islam lebih dominan dipengaruhi oleh inspirasi para guru,
lingkungan pendidikannya selaku seorang guru, madrasah- madrasah tempat
mengecap ilmu, dan madrasah yang dibangunnya.

 Pemikiran Politik Jamaluddin AL-Afghani


- Islam menghendaki bentuk Republik. Sebab, di dalamnya terdapat kebebasan dan
kepala negara harus tunduk kepada undang-undang dasar.
- Menghendaki agar corak pemerintahan Khalifah yang Absolut dan Otokrasi di
ganti dengan corak pemerintahan yang Demokrasi dan/atau Republik.
- Kepala negara harus mengadakan Syura dengan pemimpin-pemimpin masyarakat
yang pengalaman.
- Pemerintahan yang otokrasi cenderung meniadakan hak-hak individu, oleh sebab
itu pemerintahan yang otokrasi harus di ganti dengan pemerintahan yang
bercorak Demokrasi yang menjunjung tinggi hak-hak invidu.
- Pemerintahan yang demokratis menghendaki adanya Majlis Perwakilan Rakyat.
- Model kehebatan suku, ras, kekuatan Material dan kekayaan yang belaku dalam
sistem khalifah tidak sesuai dengan ajaran Islam, baginya kekuasaan itu harus di
peroleh melaluia pemilihan dan di sepakati oleh rakyat.
- Sumber kekuasaan dan kedaulatan dari dan untuk rakyat, di dalamnya terdapat
anggota perwakilan rakyat yang di pilih oleh rakyat.
- Pan-Islamisme gagasan Afghani untuk mempersatukan umat Islam baik yang
sudah merdeka atau yang masih jajahan

 Pemikiran Politik Muhammad Abduh


- Islam tidak menetapkan suatu sistem pemerintahan baik itu Khalifah atau
Demokrasi, Abduh menghendaki bentuk pemerintahan yang dinamis (Khalifah
atau Demokrasi) dan mampu mengantisipasi perkembangan zaman.
- Islam punya unsur dinamis yang dapat di sesuaikan dengan perkembangan
zaman, dengan jalan ijtihad.
- Sikap jumud merupakan penyebab kemunduran umat Islam, akibat dari
pemerintahan yang Absolut.
- Abduh ketika menafsirkan Wasyawirhum fil amr, menyatakan bahwa
Musyawaroh adalah untuk membicarakan kemaslahatan masyarakat dan
menentukan arah masa depan pemerintahan.
- Kekuasaan dalam Islam adalah kekuasaan yang berlandaskan agama, Islam
adalah agama dan kedaulatan.
- Islam merupakan pendukung negara kesatuan berdasarkan kebangsaan dan tidak
menjadikan Islam sebagai penghambat persatuan.
- Prinsip-prinsip ajaran Islam dapat di jalankan oleh yang mempunyai hak dan
wewenang memerintah dan sesuai dengan sikon sebab setiap negara berbeda
karena perbedaan tempat, tapi Islam tidak memberi peluang akan munculnya
sistem teokrasi.
- Beliau tidak memisahkan antara urusan agama dan dunia secara mutlak,Islam
menggabungkan antara urusan agama dan dunia, karena Islam menetapkan hak-
hak dan kewajiban kepada rakyat dan pemerintah, dan pemerintah wajib
menegakkan keadilan yang di tuntut oleh agama dan rakyat.
- Beliau tidak menghendaki pemerintahan eksklusif untuk umat Islam dan
menerima negara kesatuan nasional yang berkembang di zaman modern.
- Afghani dan Abduh berpendapat, umat Islam perlu meniru barat dalam hal
tertentu yang positif, di samping tetap komitmen dan Istiqomah terhadap nilai-
nilai ajaran Islam.
 Pemikiran Politik Rasyid Ridha
- Ridha menghendaki Khilafah yang memelihara kekuasaan Absolut, yang
dihapusakan Musthafa Kemal Attaturk.
- Jabatan khalifah Hukumnya Wajib Syar’i.
- Khalifah sangat penting dalam rangka penerapan Hukum Syari’at Islam karena
bentuk pemerintahan yang lain tidak bisa menerepkan Syari’at Islam.
- Sistem khilafah harus melaksanakan Syura dalam merumuskan kebijaksanaan
politik pemeintahan, perang, kesejahteraan umum dan pemilihan khalifah yang
selama ini berjalan secara turun temurun.
- Sumber kekuasaan bukan dari rakyat karena khalifah dipilih oleh para anggota
Ahlul halli wal aqdi (Ridha;Ahlul ikhtiyar) dengan demikian Rakyat tidak punya
hak memilih, Ahlul ikhtiyar juga berfungsi sebagai pihak yang berhak untuk
menjatuhkan khalifah jika dalam tindakannya terdapat hal-hal yang
mengharuskan pemecatannya.
- Tetapi anehnya beliau membenarkan sistem pengangkatan putra mahkota oleh
Khalifah.
- Yang mengangkat ahlul halli wal aqdi tidak jelas siapa yang memilih mereka,
rakyat atau khalifah. Namun Ridha hanya mengajukan syaratnya,
a. Adil dengan segala syaratnya
b. Berilmu sehingga ia dapat memilih siapa yang berhak menjadi khalifah
c. Mempunyai wawasan dan kebijkan dalm memutuskan siapa yang lebih
pantas untuk menjadi khalifah dan lebih mampu dalam menegakkan
kemaslahatan.
- Seorang khalifah harus memiliki sifat adil, berilmu, dapat berijtihad, sehat panca
indranya, berpandangan luas dan berasal dari suku Quraisy, syarat yang terakhir
ini bukanlah harga mati tetapi hendaknya yang akan menjadi khalifah sifat-sifat
dan watak seperti orang Quraisy dan beliau punya gagasan untuk mendirikan
akademi untuk mendidik calon khalifah.
- Tugas khalifah meliputi penyebaran dakwah Islam, pelaksanaan keadilan,
pemeliharaan agama dari ancaman musuh dan bid’ah dan pelaksaan
musyawarah.
- Khalifah bertanggung jawab atas perbuatannya jika umat melihatnya berbuat
salah dan bertanggung jawab kepada ahlul halli wal aqdi.
- Di dunia Islam hanya boleh ada satu Khilafah dan satu Khalifah.
- Menolak negara kesatuan atas dasar kebangsaan sebab dalam Islam rasa
kebangsaan bisa tumbuh atas dasar keagamaan.

Anda mungkin juga menyukai