MATA KULIAH
PEMIKIRAN KLASIK ISLAM DAN MODERN
DOSEN : Prof.Dr.H.Adrianus Chatib, S.Hum, M.Hum
DEWI RATNASARI
NIM : 801192008
Pendekatan Teologis berasal dari kata Yunani yaitu teos (Tuhan) dan logos
(Ilmu pengetahuan) , jika di gabungkan dalam pengertian adalah ilmu Tuhan
yang mempelajari tentang pengetahuan secara universal. Dan dapat mengkaji
atau mempelajari tentang ketuhanan.
Theologi merupakan usaha pemahaman yang dilakukan para ulama’ (teolog
muslim) tentang akidah Islam yang terkandung dalam naqli (Al-Qur’an dan
As-Sunnah). Tujuan usaha pemahaman tersebut adalah menetapkan,
menjelaskan atau membela akidah Islam, serta menolak akidah yang salah dan
atau bertentangan dengan akidah Islam. Dengan demikian fungsi Teologi
adalah bertugas menjelaskan dan memberikan pemahaman terhadap
kebenaran parrenial Islam dengan bahasa Kontekstual.
Bahwa meskipun dalam wujud sepertinya Tuhan tiada tapi sebenarnya ada.
Dan bukti nyata nya adalah adanya dunia dan kita beserta Alam semesta.
Pendekatan filosofis yaitu berasal dari kata Yunani yaitu philosophia yang
memiliki makna kebaikan rasa atau cinta dalam kebijaksanaan.
Yang berarti tidak ada sekat dalam memiliki keinginan dalam memahami
pengetahuan untuk mendalami bagaimana kita dalam memahami agama
Islam.
Dalam pendekatan filosofis terbagi menjadi dua macam yaitu:
a. Upaya dalam ilmiah yang beridentik dalam Ajaran historis (sejarah) yaitu
seperti zaman lampau tidak dilupakan sejarah-sejarahnya yaitu di
pergunakan atau di lakukan kembali pada zaman modern saat ini.
b. Upaya ilmiah yang bersumber pada Al Quran , didalam kaedah-kaedah
dalam Al Quran mempelajari kembali makna-makna beserta artinya untuk
melakukan sunnah-sunnah Nabi.
Lahirnya pemikiran moderen dalam Islam ini dilatar belakangi oleh 2 (dua)
faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal meliputi Imperialisme Barat dan kontak dunia Islam dengan
dunia Barat.
Sedangkan faktor internal meliputi kemunduran pemikiran Islam dan
bercampurnya unsur non Islam kedalam Islam.
1. Faktor Eksternal
a. Imperialisme Barat
Imperialisme dan kolonialisme Barat terjadi akibat disintegrasi atau
perpecahan yang terjadi di kalangan umat Islam yang terjadi jauh sebelum
kehancuran peradaban Islam pada pertengahan abad ke-13 M., yaitu ketika
munculnya dinasti-dinasti kecil yang melepaskan diri dari pemerintahan pusat
pada masa kekhilafahan bani Abbasiyah.
Setelah runtuhnya bangunan peradaban Islam, perpecahan yang terjadi
di tubuh umat Islam bertambah parah dengan maraknya pemberontakan-
pemberontakan terhadap pemerintahan pusat Islam yang mengakibatkan
pudarnya kekuatan politik Islam dan lepasnya daerah-daerah yang
sebelumnya menjadi bagian dari kekuasaan Islam.
Karena lemahnya politik Islam disertai dengan motivasi pencarian
daerah baru sebagai pasar bagi perdagangan di dunia Timur yang sebagian
besar penduduknya adalah umat Islam, Barat, sejak abad ke-16 M. menduduki
daerah-daerah yang disinggahinya untuk dijadikan daerah penjajahan.
Spanyol akhirnya menjajah Filipina, Belanda menjajah Indonesia selama
ratusan tahun hingga memasuki abad 20 M. Inggris menjajah India, Malaysia
dan sebagian negara-negara di Afrika dan Perancis menjajah banyak negeri di
Afrika.
Karena imperialisme inilah, lahir para pemikir Islam yang berusaha
membangunkan umat Islam dan mengajak mereka untuk bangkit menentang
penjajahan, seperti Jamaluddin Al Afghani dengan ide Pan Islamismenya di
India dan Khairuddin Pasya at-Tunisi dengan konsep negaranya di Tunisia.
b. Kontak dengan modernisme di Barat
Sejak abad 16 M. Barat mengalami suatu babak sejarahnya yang baru,
yaitu masa moderen dengan lahirnya para pemikir moderen yang
menyuarakan kemajuan ilmu pengetahuan dan berhasil menumbangkan
kekuasaan gereja (agama). Karena keberhasilannya inilah dicapai peradaban
Barat yang hingga kini masih mendominasi dunia.
Sementara itu, dunia Islam yang pada waktu itu sedang berada dalam
kemundurannya, karena interaksinya dengan modernisme di Barat mulai
menyadari pentingnya kemajuan dan mengilhami mereka untuk memikirkan
bagaimana kembali memajukan Islam sebagaimana yang telah mereka capai
di masa sebelumnya sehingga lahirlah para pemikir Islam seperti At
Thahthawi dan Muhammad Abduh di Mesir, Muhammad Ali Pasya di Turki,
Khairuddin At Tunisi di Tunisia dan Sayyid Ahmad Khan di India.
2. Faktor Internal
a. Kemunduran Pemikiran Islam
Kemunduran pemikiran Islam terjadi setelah ditutupnya pintu ijtihad
karena pertikaian yang terjadi antara sesama umat Islam dalam masalah
khilafiyah dengan pembatasan madzhab fikih pada imam yang empat saja,
yaitu madzhab Maliki, madzhab Syafi’i, madzhab Hanafi dan madzhab
Hambali. Sementara itu, bidang teologi didominasi oleh pemikiran Asy’ariah
dan bidang tasawwuf didominasi oleh pemikiran imam Al-Ghazali.
Penutupan pintu ijtihad ini telah menimbulkan efek negatif yang
sangat besar di mana umat Islam tak lagi memiliki etos keilmuan yang tinggi
dan akal tidak diberdayakan dengan maksimal sehingga yang dihasilkan oleh
umat Islam hanya sekadar pengulangan-pengulangan tulisan yang telah ada
sebelumnya tanpa inovasi-inovasi yang diperlukan sesuai dengan kemajuan
jaman.
Berkenaan dengan kemunduran pemikiran Islam ini, para pemikir
Islam di jaman moderen dengan ide-ide pembaharuannya, menyuarakan
pentingnya dibuka kembali pintu ijtihad.
b. Bercampurnya ajaran Islam dengan unsur-unsur di luarnya.
Selain kemunduran pemikiran Islam, yang menjadi latar belakang
lahirnya pemikiran moderen dalam Islam adalah bercampurnya agama Islam
dengan unsur-unsur di luarnya.
Pada masa sebelum abad ke-19 M., umat Islam banyak yang tidak
mengenal agamanya dengan baik sehingga banyak unsur di luar Islam dianggap
sebagai agama. Maka tercampurlah agama Islam dengan unsur-unsur asing yang
terwujud dalam bid’ah, khurafat dan takhayul.
Muhammad Abduh yang dilanjutkan dengan muridnya Muhammad
Rasyid Ridha dan KH. Ahmad Dahlan di Indonesia adalah para pemikir
pembaharuan Islam yang penuh perhatian terhadap pemberantasan takhayul,
bid’ah dan khurafat di kalangan umat Islam.
Satu hal yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa faktor eksternal
adalah yang paling utama, sedangkan faktor internal, telah ada sebelum masa
moderen Islam yang telah lebih dahulu melatarbelakangi lahirnya pemikiran-
pemikiran pembaharuan dalam Islam, karena pemikiran moderen dalam Islam
tidak lain adalah kelanjutan pemikiran pembaharuan yang telah ada sebelumnya
atau pemikiran pembaharuan pada masa klasik.
III Uraikan dengan Sistemik dan sistematis hal- hal sebafgai berikut:
a) Perbandingan pemikiran al-asyari, al-mu’tazilah di bidang iman dan kufr.
menurut saudara manakah diantara nya yang lebih rasional?
Aliran Asy'ariyah adalah mazhab teologi yang disandarkan kepada Imam
Abul Hasan al-Asy'ari (w.324 H/936 M). Asy'ariyah mengambil dasar
keyakinannya dari Kullabiyah, yaitu pemikiran dari Abu Muhammad bin
Kullab dalam meyakini sifat-sifat Allah. Kemudian mengedepankan akal
(rasional) di atas tekstual ayat (nash) dalam memahami Al-Qur'an dan Hadits.
Abul Hasan al-Asy'ari dalam masalah keyakinan terhadap sifat Allah
mengikuti pendapat Ibnu Kullab, seorang tokoh ahlul kalam (filsafat) dari
Bashrah di zamannya. Imam Al-Asy'ari kemudian berpindah pemahaman
tiga kali sepanjang hayatnya.
Asy'ariyah awalnya hanya menetapkan tujuh sifat ma’ani saja bagi Allah
yang ditetapkan menurut akal (aqliyah) yaitu hayah, ilmu, qudrah, iradah,
sam’u, bashir, dan kalam. Kemudian ditambahkan oleh As-Sanusi menjadi
dua puluh sifat, dan tidak menetapkan satu pun sifat fi’liyah (seperti istiwa,
nuzul, cinta, ridha, marah, dst).
Pemikiran lain yang dimunculkan oleh al-Afgani adalah idenya tentang adanya
persamaan antara pria dan wanita dalam beberapa hal. Wanita dan pria sama
dalam pandangannya. Keduanya mempunyai akal untuk berpikir. Ia mmelihat
tidak ada halangan bagi wanita untuk bekerja di luar jika situasi menuntut itu.
Dengan jalan demikian, al-Afgani menginginkan agar wanita juga meraih
kemajuan dan bekerja sama dengan pria untuk mewujudkan umat Islam yang
maju dan dinamis.