Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS

2.1.1. Definisi Keperawatan Komunitas

Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada


wilayah tertentu, memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang
relative sama, serta berinteraki satu sama lain untuk mencapai
tujuan. (Mubarak & Chayatin, 2009). Keperawatan komunitas
merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik
kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta
memelihara kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan
kesehatan komunitas adalah individu yaitu balita gizi buruk, ibu
hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular.
Sasaran keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap
masalah kesehatan dan prioritas. Sasaran kelompok khusus,
komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah
kesehatan atau perawatan (Ratih Dwi Ariani, 2015)

Berbagai definisi dari keperawatan kesehatan komunitas


telah dikeluarkan oleh organisasi-organisasi profesional.
Berdasarkan pernyataan dari American Nurses Association
(2004) yang mendefinisikan keperawatan kesehatan komunitas
sebagai tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan dari populasi dengan mengintegrasikan ketrampilan
dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan kesehatan
masyarakat. Praktik yang dilakukan komprehensif dan umum
serta tidak terbatas pada kelompok tertentu, berkelanjutan dan
tidak terbatas pada perawatan yang bersifat episodik. (Effendi &
Makhfudli, 2010)
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan
pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai
mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang
beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah
terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok
bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni & Supriyono,
2017).

Definisi keperawatan kesehatan komunitas menurut


American Public Health Association (2004) yaitu sintesis dari ilmu
kesehatan masyarakat dan teori keperawatan profesional yang
bertujuan meningkatkan derajat kesehatan pada keseluruhan
komunitas.

Menurut WHO (1974) keperawatan komunitas mencakup


perawatan kesehatan keluarga (nurse health family) juga
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu
masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatannya sendiri, serta
memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan
kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta
bantuan pada orang lain.
Perawat kesehatan komunitas merupakan praktik promotif
dan proteksi kesehatan populasi menggunakan pengetahuan
keperawatan, sosial dan ilmu kesehatan masyarakat (American
Public Health Association, 1996). Praktik yang dilakukan
berfokus pada populasi dengan tujuan utama promosi kesehatan
dan mencegah penyakit serta kecacatan untuk semua orang
melalui kondisi yang dicipakan dimana orang bisa menjadi sehat.
Perawat kesehatan komunitas bekerja untuk meningkatkan
kesehatan individu, keluarga, komunitas dan populasi melalui
fungsi inti dari pengkajian, jaminan dan kebijakan
pengembangan (IOM, 2003). Fungsi inti diaplikasikan dalam
cara sistematik dan komprehensif. Proses pengkajian meliputi
identifikasi kepedulian, kekuatan dan harapan populasi dan
dipandu dengan metode epidemiologi. Jaminan diperoleh melalui
regulasi, advokasi pada penyedia layanan kesehatan profesional
lain untuk memenuhi kebutuhan layanan yang dikehendaki
populasi, koordinasi pelayanan komunitas atau ketentuan
langsung pelayanan.

2.1.2. Tujuan Keperawatan Komunitas


Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya
sebagai berikut:

1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap


individu, keluarga, kelompok, dalam konteks komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakt
(health general community) dengan mempertimbangkan
permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok

Selanjutnya secara spesifik diharapkan individu, keluarga,


kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk :

1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang di alami

2. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan


masalah tersebut
3. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan

4. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi

5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan msaalah yang


mereka hadapi , yang akhirnya dapat meningkatkan
kemampuan dalam mempelihara kesehatan secara mandiri
(self care)

2.1.3. Sasaran Keperawatan Komunitas

Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan


komunitas adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan, membimbing dan mendidik individu, keluarga,
kelompok, masyarakat untuk menanamkan pengertian, kebiasaan
dan perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara dan
meningkatkan derajad kesehatannya.

Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas (Depkes, 2006)

1. Sasaran individu

Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu


hamil risiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular
(TB Paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah, Diare,
ISPA/Pneumonia) dan penderita penyakit degeneratif.

2. Sasaran keluarga

Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan


terhadap masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko
tinggi (high risk group), dengan prioritas :

a. Keluarga miskin belum kontak dengan sarana


pelayanan kesehatan (Puskesmas dan jaringannya)
dan belum mempunyai kartu sehat.
b. Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan mempunyai masalah kesehatan
terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan balita,
kesehatan reproduksi, penyakit menular.

c. Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai


masalah kesehatan prioritas serta belum
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan

3. Sasaran kelompok

Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat


khusus yang rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan
baik yang terikat maupun tidak terikat dalam suatu
institusi.

a. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam


suatu institusi antara lain Posyandu, Kelompok Balita,
Kelompok ibu hamil, Kelompok Usia Lanjut,
Kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok
pekerja informal.

b. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu


institusi, antara lain sekolah, pesantren, panti asuhan,
panti usia lanjut, rumah tahanan (rutan), lembaga
pemasyarakatan (lapas).

4. Sasaran masyarakat Sasaran masyarakat adalah


masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko tinggi
terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan
pada a. Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW,
Kelurahan/Desa) yang mempunyai :

a. Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan


daerah lain
b. Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi
dibandingkan daerah lain

c. Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari


daerah lain

d. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular


(malaria, diare, demam berdarah, dll)

e. Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat


bencana atau akibat lainnya

2.1.4. Pelayanan Keperawatan Kesehatan Komunitas

Menurut Depkes (2006) Pelayanan keperawatan kesehatan


komunitas dapat diberikan secara langsung pada semua tatanan
pelayanan kesehatan , yaitu :
1. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit,
Puskesmas, dll) yang mempunyai pelayanan rawat jalan dan
rawat nginap
2. Di rumah Perawat “home care” memberikan pelayanan
secara langsung pada keluarga di rumah yang menderita
penyakit akut maupun kronis. Peran home care dapat
meningkatkan fungsi keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang mempunyai resiko tinggi masalah kesehatan.
3. Di sekolah Perawat sekolah dapat melakukan perawatan
sesaat (day care) diberbagai institusi pendidikan (TK, SD,
SMP, SMA, dan Perguruan tinggi, guru dan karyawan).
Perawat sekolah melaksanakan program screening
kesehatan, mempertahankan kesehatan, dan pendidikan
kesehatan
4. Di tempat kerja/industri Perawat dapat melakukan kegiatan
perawatan langsung dengan kasus kesakitan/kecelakaan
minimal di tempat kerja/kantor, home industri/ industri,
pabrik dll. Melakukan pendidikan kesehatan untuk keamanan
dan keselamatan kerja, nutrisi seimbang, penurunan stress,
olah raga dan penanganan perokok serta pengawasan
makanan.
5. Di barak-barak penampungan Perawat memberikan tindakan
perawatan langsung terhadap kasus akut, penyakit kronis, dan
kecacatan fisik ganda, dan mental.
6. Dalam kegiatan Puskesmas keliling Pelayanan keperawatan
dalam puskesmas keliling diberikan kepada individu,
kelompok masyarakat di pedesan, kelompok terlantar.
Pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah pengobatan
sederhana, screening kesehatan, perawatan kasus penyakit
akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.
7. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan
anak, panti wreda, dan panti sosial lainya serta rumah tahanan
(rutan) atau lembaga pemasyarakatan (Lapas). Bab 1. Konsep
Dasar Keperawatan Kesehatan Komunitas
8. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi
a. Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak,
lansia mendapat perlakukan kekerasan
b. Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan
jiwa
c. Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan
penyalahgunaan obat
d. Pelayanan keperawatan ditempat penampungan
kelompok lansia, gelandangan pemulung/pengemis,
kelompok penderita HIV (ODHA/Orang Dengan Hiv-
Aids), dan WTS
Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan
komunitas adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan, membimbing dan mendidik individu, keluarga,
kelompok, masyarakat untuk menanamkan pengertian, kebiasaan
dan perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara dan
meningkatkan derajad kesehatannya.

2.1.5. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


1. Proses kelompok ( group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah
penyakit, tentunya setelah belajar dari pengelaman
sebelumnya, selain dari faktor pendidikan/ pengetahuan
individu, media massa, televisi, penyuluhan yang
dilakukan oleh pettugas kesehatan, dan sebagainya.
Begitu juga dengan masalah kesehatan lingkungan sekitar
masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling
sering mereka temukan sebelumnya sangat memengaruhi
upaya penanganan atau pencegahan penyakit yang mereka
lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penanganan yang
bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi
memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah
melakukan pendekatan pemecahan masalah kesehatan
menggunakan proses kelompok.
2. Pendidikan kesehatan (health promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan
perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan
sekedar proses transfer materi/ teori dari seseorang ke
orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan
tetapi, perubahan tersebut terjadi adnya kesadaran dari
dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri.
Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar seorang
mampu:
a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri;
b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap
maslaahnya, dengan sumberdaya yang ada pada
mereka dan di tambah dengan dukungan dari luar
c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna, untuk
meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan
masyarakat.
Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut
Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun
WHO yaitu “meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan ; baik
fisik, mental, dan sosialnya ; sehingga produktif secara
ekonomi maupun secara social.
3. Kerja Sama (Partner Ship)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam
lingkungan masyarakat jika tidak di tangani dengan baik
akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas.
Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam
upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas,
melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat

2.1.6. Model Asuhan Keperawatan Menurut Betty Neuman

Asuhan Keperawatan yang di berikan pada komunitas atau


kelompok adalah sebagai berikut.

1. Pengkajian

Hal yang perlu di kaji pada komunitas atau kelompok, antara


lain sebagai berikut :
a. Inti (Core) meliputi
Data demografi kelompok atau komunitas yang
terdiri atas usia yang berisiko, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai- nilai, keyakinan, serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas.

b. Mengkaji 8 susbsistem yang mempengaruhi komunitas,


antara lain :

 Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi,


bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi
stressor bagi penduduk
 Pendidikan komunitas, apakah ada sarana
pendidikan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat.
 Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan
dan keamanan dilingkungan tempat tinggal, apakah
masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakah sering
mengalami stress akibat
 Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan,
apakah cukup menunjang, ssehingga memudahkan
masyarakat mendapatkan pelayan di berbagai bidang
termasuk kesehatan.
 Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk
melakukan deteksi dini dan merawat/ memantau
gangguan yang terjadi.
 System komunikasi, sarana komunikasi apa saja
yang tersedia dan dapat di manfaatkan di masyarakat
tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait
dengan gangguan penyakit.
 System ekonomi, tingkat social ekonomi masyakarat
secara keseluruhan, apakah pendapatan yang
diterima sesuai dengan kebijakan Upah Minimun
Regional (UMR) atau sebaliknya di bawah upah
minimum.
 Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja
dibuka, apakah biayanya dapat di jangkau oleh
masyakarat.
2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis di tegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas


terhadap stressor yang ada.
3. Perencanaan Intervensi
Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan
diagnosis
4. Implementasi

Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang


telah di rencanakan.
5. Evaluasi/ penilaian

a. Menilai respon verbal dan non verbal komunitas setelah di


lakukan intervensi .
b. Menilai kemajuan yang di capai oleh komunitas setelah
dilakukan intervensi keperawatan
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke RS
BAB III

TINJAUAN KASUS

Kabupaten Ceria memiliki jumlah peduduk 9.000.000 jiwa, 55% persen


perempuan dan 45% laki-laki. Kabupeten ini dihuni oleh 40% petani dan 30%
pedagang kecil, 5% PNS, dan 25% karyawan swasta home industri, pabrik mainan,
pengrajin perabot. Jumlah balita dan Jumlah balita dan lansia masing-masing 12%
dan 8% dari jumlah penduduk Kasus yang ditemukan dikabupaten ini pada balita
ditemukan gizi kurang 23% dan buruk 10%, Ispa 40%, gangguan perkembangan 20%
dari jumlah balita.sedangakn pada kasus lansia dan dewasa di dominasi secara
berturut berturut: hipertensi 45%,dm 40%,asam urat 30%,asma 20% dan gastristis
10%.

Kasus yang ditemukan pada remaja merokok 40%, gastritis 25%, tidak
bersekolah 20 % dari total remaja. Di kabupaten ini terdapat 2 % ibu hamil, 1/3 ibu
hamil dengan kehamilan pertama, ¼ ibu hamil mengalami masalah kurang asupan
gizi. Kasus pada anak SD ditemukan anak kurus 15% dan obesitas 10 %.

Tenaga kesehatan 40 dokter, 200 perawat dengan D3=175 (60 dengan


pengalaman lebih dari 3 tahun dan selebihnya kurang dari 3 tahun yang sebagian
besar tenaga kontrak; Ners= 25 (15 orang pengalaman lebih dari 3 tahun dan 10 orang
kurang dari 3 tahun sebagian besar honorer). Tenaga kesehatan ini tersebar di 100
Puskesmas induk dan 50 puskesmas pembantu. Kabupaten ini sudah memiliki
Program posyandu dan posbindu tetapi hanya 50% dari jumlah Rw yang ada
menyelenggarakan rutin setiap bulan.
Pemukiman penduduk sedikit berbukit-bukit yang sebagian besar jalan
kampung yang hanya bisa dilalui kendaraan Roda 2. Angkot hanya ada di jalan
utama. Penduduk pergi dan pulang ke pusat kabupaten serta ke pelayanan kesehatan
menggunakan ojek dan disambung angkot atau dengan kendaraan motor pribadi.

1. PENGKAJIAN

Di kabupaten ceria, Posyandu Ceria

A. DATA INTI

Sejarah wilayah : Jumlah lansia 8% dari jumlah penduduk. Kasus lansia


dan dewasa di dominasi secara berturut-berturut: hipertensi 45%, DM
40%, asam urat 30%,asma 20% dan gastristis 10%.

Demografi : Pemukiman penduduk sedikit berbukit-bukit yang sebagian


besar jalan kampung yang hanya bisa dilalui kendaraan Roda 2. Angkot
hanya ada di jalan utama. Penduduk pergi dan pulang ke pusat kabupaten
serta ke pelayanan kesehatan menggunakan ojek dan disambung angkot
atau dengan kendaraan motor pribadi.

Distribusi Masyarakat : Kabupaten Ceria memiliki jumlah peduduk


9.000.000 jiwa, 55% persen perempuan dan 45% laki-laki. Kabupeten ini
dihuni oleh 40% petani dan 30% pedagang kecil, 5% PNS, dan 25%
karyawan swasta home industri, pabrik mainan, pengrajin perabot.
Jumlah balita dan lansia masing-masing 12% dan 8% dari jumlah
penduduk. Kasus yang ditemukan dikabupaten ini kasus pada lansia dan
dewasa didominasi secara berturut-turut: hipertensi 45%, DM 40%, asam
urat 30%, asma 20%, dan gastritis 10%.

Kasus yang ditemukan pada remaja merokok 40%, gastritis 25%, tidak
bersekolah 20 % dari total remaja. Di kabupaten ini terdapat 2 % ibu
hamil, 1/3 ibu hamil dengan kehamilan pertama, ¼ ibu hamil mengalami
masalah kurang asupan gizi. Kasus pada anak SD ditemukan anak kurus
15% dan obesitas 10%. Tenaga kesehatan 40 dokter, 200 perawat dengan
D3=175 (60 dengan pengalaman lebih dari 3 tahun dan selebihnya kurang
dari 3 tahun yang sebagian besar tenaga kontrak; Ners= 25 (15 orang
pengalaman lebih dari 3 tahun dan 10 orang kurang dari 3 tahun sebagian
besar honorer).

Statistic Vital: Tenaga kesehatan 40 dokter, 200 perawat dengan D3=175


(60 dengan pengalaman lebih dari 3 tahun dan selebihnya kurang dari 3
tahun yang sebagian besar tenaga kontrak; Ners= 25 (15 orang
pengalaman lebih dari 3 tahun dan 10 orang kurang dari 3 tahun sebagian
besar honorer). Tenaga kesehatan ini tersebar di 100 Puskesmas induk
dan 50 puskesmas pembantu. Kabupaten ini sudah memiliki Program
posyandu dan posbindu tetapi hanya 50% dari jumlah Rw yang ada
menyelenggarakan rutin setiap bulan.

B. DATA SUBSISTEM

1. Lingkungan Fisik

a. Perumahan dan lingkungan: antar rumah berdekatan, sedikit


berbukit-bukit, tipe rumah permanen.
b. Lingkungan terbuka: mayoritas tidak mempunyai halaman rumah
yang luas

c. Kebiasaan:

d. Transportasi: lansia berobat menggunakan sepeda motor,


sedangkan angkot hanya ada dijalan utama

e. Pusat pelayanan: terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas

f. Tempat belanja: dipasar tradisional dan mini market

g. Tempat ibadah: 1 masjid dan 1 gereja

2. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial

Pelayanan kesehatan terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas

3. .Ekonomi

Berdasarkan hasil wawancara, penghasilan rata- rata kepala keluarga


perbulan Rp. 900.000- 1.500.000.

4. Keamanan Dan Transportasi

Bila terjadi kebakaran, mobil pemadam kebakaran kesulitan untuk


masuk di pemukiman warga karena jarak antar rumah
berdekatan dan gangnya sangat sempit. Mayoritas warga
menggunakan alat transportasi sepeda motor untuk pergi beraktivitas.

5. Pemerintahan

Kabupaten ceria mempunyai tenaga kesehatan 40 dokterdan 200


perawat mayoritas D3=175 = (60 dengan pengalam lebih dari 3
tahun dan selebihnya kurag dari 3 tahun yang sebagian besar tenaga
kontrak) Ners= 25 honorer. Dan kader yang dimiliki sebanyak 5
orang.

6. Politik

7. Komunikasi

Komunikasi yang dilakukan pada lansia dan dewasa dengan


komuniaksi verbal maupun non verbal. Informasi dari RT/RW
setempat dilakukan dengan menggunakan pengeras suara melalui
siaran di masjid.

8. Pendidikan

Tingkat pendidikan dewasa dan lansia rata-rata lulusan sd 20 orang


lulusan SD,20 orang smp, selebihnya SMA/ SM

9. Rekreasi

Masyarakat dari wilayah setempat sering mengadakan acara seprti


makan bersama ,dan mengadakan acara perlombaan setiap kader.

10. Pekerjaan : sebagian besar kepala keluarganya sebagian bekerja di


pabrik sebagai buruh pabrik industri rumah dan sebagian lagi di
pemerintahan sedangkan lansia sebagian besar di rumah .

11. Agama: mayoritas islam

12. Data statistik: Berdasarkan informasi dari kader setempat data bulan
maret-mei di kabupaten ceria 90 lansia dan dewasa yang
berkunjung/periksa. Dari jumlah tersebut ada 5 penyakit dengan
distribusi terbesar, Hipertensi 45%, DM 40%, Asam urat 30%, Asma
205, Gastritis 10%
2. ANALISA DATA

No Data focus Problem Etiologi


1. DS: Resiko tinggi Kurangnya
1.Dari hasil wawancara peningkatan angka pengetahuan
dengan ketau RW1 kejadian hipertensi
mengtakan bahwa lansia yang pada lansia
menderita hipertensi sekitar
45%
DO:
1.Berdasarkan data dari
kabupaten ceria lansia yang
menderita hypertensi 45%
2.40% warga yang menderita
hypertensi tidak pernah
mendapat penyuluhan tentang
hypertensi

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi pada lansia berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan.

4. INTERVENSI

Data Diagnosa Tujuan Noc Nic


Masalah Domain 1 : Tujuan : Prevensi Prevensi Primer
kesehatan Promosi Primer Doamain 3;
Resiko kesehatan Berkurangn Perilaku
peningkatan Kelas 2 : ya perilaku Domain IV Kelas S;
hipertensi Manajemen berisiko pengetahuan Edukasi klien
pada lansia Kesehatan meningkatn kesehatan  5510:
Hasil angket:  Defisiensi ya dan perilaku. Pendidikan
1. 85% kesehatan hipertensi Kelas S; kesehatan
kemampuan komunitas dan Pengetahuan (210)
lansia dalam (00215) meningkatn kesehatan  5520:
mengenali  Perilaku ya Memfasilitasi
secara dini kesehatan efektifitas Level 3 : pembelajaran(2
penyakit cenderung pemelihara Intervensi 44)
hipertensi berisiko an  1844:  5604:
kurang baik (00188) kesehatan Pengetahu Pengajaran
2. 40% warga  Ketidakefek pada an; kelompok
yang tifa agregat manajeme (372)
menderita pemeliharaa resiko n sakit 5618:
hipertensi n kesehatan meningkatn akut Pengajaran
tidak pernah (00099) ya  1803: prosedur
mendapatkan hipertensi. Pengetahu tindakan (371)
penyuluhan an proses
tentang penyakit. Domain 4:
hipertensi  1805: Keamanan
3. Pengetahu Kelas U;
Berdasarkan an ; Manajemen
data dari perilaku krisis
kabupaten sehat  6240: P3K
ceria bulan  1823: (194)
maret sampai Pengetahu 6366: Triase:
bulan Mei an; telepon
promosi
kesehatan.
 1854:
Pengetahu
an; diet
sehat
 1855:
Pengetahu
an gaya
hidup
sehat.

Ketidakefekti Tujuan
fan Umum:
pemeliharaan Dalam jangka
kesehatan 1 minggu
pada lansia masyarakat
pada warga di dapat
Kabupaten mengetahui
ceria dan
berhubungan menerapkan
dengan pola pemeliharaan
hidup yang kesehatan
tidak sehat pada lansia
ditandai menjadi baik
dengan angka dan efektifas
kejadian di wilayah
Hipertensi. Kabupaten
Pengetahuan ceria
masih kurang,
kebiasaan
berkegiatan
olah raga
masih rendah.

Anda mungkin juga menyukai