Anda di halaman 1dari 17

METODE, TEKNIK, DAN TAKTIK

PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Dosen Pengampu:

Dr. Sunismi, M.Pd

Disusun oleh:

1. Rizal Annajib (21801072020)


2. Septania Andriani Nur Hidayat (21801072005)
3. Fina Zumrotul Mupidah (21801072013)
4. Nasiyatun Nahdia (218010872033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
Tahun Ajaran 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat danhidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini sebagai tugas matakuliah. Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya dan semaksimal mungkin Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput
dari kesalahan dan kekurangan. Harapan kami, semoga bias menjadi koreksi di masa
mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya.

Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada teman-teman atas
masukkannya,dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga kami
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insya Allah
sesuai yang kami harapkan.Dan kami ucapkan terima kasih pula kepada rekan-rekan
dan semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.

Pada dasarnya makalah yang kami sajikan ini khusus mengupas tentang
“Metode,Teknik dan Taktik dalam Pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran
matematika”. Untuk lebih jelas simak pembahasannya dalam makalah ini.Mudah-
mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus pengetahuan
bagi kita semua. Aamiin

Malang, 11 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Pengertian Metode, Teknik, dan Taktik Pembelajaran Matematika............3
2.2 Karakteristik Metode, Teknik, dan Taktik Pembelajaran Matematika........3
2.3 Jenis Metode, Teknik dan Taktik Pembelajaran Matematika.......................5
2.3.1 Metode................................................................................................................5
2.3.2 Teknik...............................................................................................................11
2.3.3 Taktik...............................................................................................................13
BAB III PENUTUP.........................................................................................................14
A. Kesimpulan............................................................................................................14
B. Saran-saran...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar
merupakan suatu sistem yang terdiri dari unsur tujuan, bahan pembelajaran, alat, siswa
dan guru. semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi
dan semuanya berfungsi dengan berorientasi pada tujuan. Seperti yang telah kita ketahui
bahwa tugas utama guru ialah mengajar yang berarti membelajarkan siswa untuk
mencapai tujuan tertentu atau kompetensi. Tujuan atau kompetensi itu telah dirumuskan
dalam kurikulum yang berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan program pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran yang menjadi persoalan pokok ialah bagaimana memilih
dan menentukan metode pembelajaran. Metode belajar mengajar menentukan jenis
interaksi di dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan harus
menimbulkan aktivitas belajar yang baik, aktif, kreatif, efektif, dan efesien, sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Dalam mengajar diperlukan suatu variasi. Dalam pengembangan variasi mengajar
tentu saja tidak sembarangan tetapi ada tujuan yang hendak dicapai. Selain itu teknik
pembelajaran juga diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Teknik mengajar
merupakan cara sistematis untuk mengajar sesuatu. Teknik mengajar mempengaruhi
belajar, metode mengajar gutu yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang
tidak baik pula.
Dalam mengajar hendaknya guru menggunakan lebih dari satu metode. Dengan
menguasai teori belajar mengajar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan
baik bahkan dapat memotivasi peserta didik untuk berminat belajar matematika. Taktik
belajar mengajar matematika yang dikuasai para tenaga pendidik akan dapat diterapkan
pada peserta didik jika dapat memilih metode belajar mengajar yang tepat.

Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian metode, teknik dan taktik pembelajaran matematika ?
b. Apa saja Karakteristik metode, teknik dan taktik pembelajaran matematika ?
c. Apa saja Jenis metode,teknik dan taktik pembelajaran maetematika ?

Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui definisi metode, teknik, dan taktik pembelajaran matematika.
b. Untuk mengetahui karakteristik metode, teknik, dan taktik pembelajaran matematika.
c. Untuk mengetahui jenis-jensi metode, teknik, dan taktik pembelajaran matematika.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Metode Pembelajaran Matematika

2.1.1 Pengertian Metode Pembelajaran


Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran
(Sanjaya, 2006: 126). Kata metode (method) berasal dari bahasa Latin dan juga Yunani,
methodus yang berasal dari kata meta yang berarti sesudah atau di atas, dan kata hodos,
yang berarti suatu jalan atau suatu cara. Metode secara harfiah menggambarkan jalan atau
cara suatu totalitas yang akan dicapai atau dibangun. Mendekati suatu bidang secara
metodis berarti memahami atau memenuhinya sesuai dengan rencana, mengatur berbagai
kepingan atau tahapan secara logis dan menghasilkan sebanyak mungkin hubungan.
Metode dan sistem membentuk hakikat ilmu. Sistem bersangkutan dengan isi ilmu,
sementara metode berkaitan dengan aspek formal. Lebih tepat, sistem berarti keseluruhan
pengetahuan yang teratur atau totalitas isi dari ilmu.

2.2.1 Jenis-jenis dan Karakteristik Metode Pembelajaran


Ada banyak jenis metode pembelajaran matematika yang dapat dipakai oleh guru
dalam proses pembelajaran. Sebagaimaa yang diungkapkan oleh Pribadi (2009: 42),
bahwa pemilihan metode yang tepat dapat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran
atau melakukan internalisasi isi atau materi pembelajaran.
Jenis-jenis metode menurut Sutikno (2014: 39), antara lain: metode ceramah, metode
tanya jawab, metode diskusi, metode demontrasi, metode permainan (games), metode
kisah/ cerita, team teaching, peer teaching, metode karya wisata, metode tutorial, metode
suri tauladan, metode kerja kelompok, metode penugasan, metode latihan, metode
eksperimen dan lain sebagainya.
Siswa lebih dapat berinteraksi secara aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang
dimiliki siswa melalui metode pembelajaran yang digunakan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Budimansyah (2010: 5), bahwa arsitek pengubah gagasan peserta didik
adalah siswa itu sendiri dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan penyedia kondisi
supaya proses belajar bisa berlangsung.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
melaksanakan pembelajaran terdapat beberapa jenis metode yang digunakan sebagai cara
untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai minat dan perkembangan siswa. Metode yang
dipilih dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah salah suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh
pendidik di muka kelas. Peran seorang peserta didik di sini sebagai penerima pesan,
mendengar, memperhatikan, dan mencatat keterangan-keterangan yang disampaikan.
Disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan tujuan sebagai pemicu terjadinya
kegiatan yang partisipatif oleh peserta didik.
Adapun karakteristik dari metode ini yaitu:
- Penguasaan kelas.
- Pengorganisasian kelas.
- Persiapan serta pelaksanaan.
Kelebihan metode Ceramah, yaitu:
- Ceramah merupakan metode yang mudah dan murah artinya dapat menampung
jumlah siswa yang banyak tanpa memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap
dan siswa mempunyai kesempatan untuk mendengarkan karena biaya yang
diperlukan relatif lebih kecil.
- Konsep yang disajikan secara hirarki akan memberikan fasilitas belajar kepada
siswa.
- Fleksibel : jika waktu sedikit bahan dipersingkat, diambil yang penting-penting
saja, jika waktu banyak dapat disampaikan sebanyak-banyaknya.
- Guru dapat memberikan tekanan-tekanan terhadap hal-hal yang penting hingga
waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
- Guru dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun jumlah murid cukup
banyak.
- Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena guru tidak harus
menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.
- Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran tidak
menghambat dilaksanakannya pelajaran.
- Organisasi kelas dapat diatur menjadi lebih sederhana karena tidak memelukan
setting yang beragam.
Kekurangan metode Ceramah, yaitu:
- Pelajaran berjalan membosankan, siswa-siswa menjadi pasif, karena tidak
berkesempatan menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Siswa hanya aktif
membuat catatan saja.
- Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak mampu
menguasai bahan yang diajarkan.
- Materi yang dikuasai siswa sebagai hasil ceramah akan terbatas pada apa yang
dikuasai guru.
- Pengetahuan yang diperoleh dari hasil ceramah akan cepat terlupakan.
- Melalui ceramah sangat sulit ditentukan apakah seluruh siswa sudah mengerti apa
yang dijelaskan atau belum.
- Ceramah menyebabkan belajar siswa menjadi belajar menghafal (rote learning).
Implementasinya:
Penerapan metode ini dapat diterapkan salah satunya pada materi tentang statistika.
Dalam pembelajaran ini guru akan menyampaikan kepada peserta didik tujuan
pembelajaran. Selanjutnya, guru akan menjelaskan materi statistika seperti mean (rata-
rata), modus, dan median dengan cara yang tidak membosankan sehingga peserta didik
akan tertarik untuk mendengarkan materi tersebut.
Dalam pembelajaran statistika guru akan mengajarkan cara menentukan mean. Guru
memberikan potongan kertas kepada 10 peserta didik dan memberikan arahan untuk
menulis nilai yang mereka dapatkan saat ulangan minggu lalu. Kemudian guru
mengumpulkan nilai peserta didik dengan menyuruh peserta didik untuk menyebutkan
nilainya. Nilai ulangan peserta didik kelas X antara lain:

Peserta didik Nilai Ulangan


A 75
B 70
C 75
D 75
F 80
G 82
H 83
I 84
J 75
K 75
Guru memberikan contoh cara mengerjakan soal tersebut dengan menggunakan rumus
mean, = 75+70+75+75+80+82+83+84+75+75/10=77,4. Jadi, nilai rata-rata (mean) peserta
didik kelas X adalah 77,4.
Guru menyuruh peserta didik menyebutkan nilai ulangannya karena peserta didik
akan termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran matematika sehingga mereka akan
memahami pembelajaran tersebut. Peserta didik ang masih kurang memahami dapat
mengajukan pertanyaan kepada guru. Guru akan memberikan tanggapan mengenai
pertanyaan peserta didik sehingga materi statistika dapat diketahui oleh peserta didik.

b. Metode Diskusi
Metode ini bertujuan untuk menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman
diantara peserta didik, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan,
kesimpulan). Para peserta didik dapat salinng beradu argumentasi untuk meyakinkan
peserta didik lainnya agar didapatkan kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota
kelompok diskusi. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi.
Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai
metode lainnya.
Adapun karakteristik dari metode diskusi ini adalah sebagai berikut:
- Memberikan peluang kepada peserta didik untuk saling berinteraksi.
- Berbagi informasi.
- Belajar mempertahankan pendapat dengan argument yang rasional.
- Adanya proses panggilan potensi diri yang terjadi secara tidak sadar.
Kelebihan metode diskusi, antara lain:
- Terjadi interaksi yang tinggi antara komunikator dan komunikasi
- Dapat membantu siswa untuk berfikir lebih kritis
- Memotivasi atau memberi stimulasi kepada siswa agar berfikir kritis, mengeluarkan
pendapatnya, serta menyumbangkan pikiran-pikirannya
- Metode diskusi melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar.
- Setiap siswa dapat menguji pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-
masing.
- Metode diskusi dapat menumbuh dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.
- Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan
para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri.
- Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap
demokratis para siswa.
Kelemahan metode diskusi, antara lain:
- Alokasi waktu yang sulit karena banyak memakan waktu
- Tidak semua argument bias dilayani atau di ajukan untuk dijawab
- Suatu diskusi tidak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasil sebab
tergantung kepada kepemimpinan siswa dan partisipasi anggota-anggotanya.
- Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah
dipelajari sebelumnya.
- Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang menonjol.
- Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, akan tetapi hanya hal-hal yang
bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
- Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa tidak boleh merasa
dikejar-kejar waktu.
- Perasaan dibatasi waktu menimbulkan kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya
tidak bermanfaat.
- Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan pikiran
mereka maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalahnya.
- Sering terjadi dalam diskusi murid kurang berani mengemukakan pendapatnya.
- Jumlah siswa di dalam kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi setiap siswa
untuk mengemukakan pendapatnya.

Implementasinya: menurut Tjakrodihardjo (2013) dalam Trianto (2012: 132) dalam


menyelenggarakan metode diskusi kelas ini memiliki beberapa tahapan. Tahapan pertama,
guru menampaikan tujuan pembelajaran dan menyiapkan siswa untuk berpartisipasi.
Tahap kedua mengarahkan diskusi, ditahap ini guru mengarahkan fokus diskusi dengan
menguraikan aturan-aturan dasar, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dasar, dan
menyampaikan isi diskusi. Tahap ketiga yaitu menyelenggarakan diskusi, guru bertugas
memonitor antara aksi, mengajukan pertanyaan, mendengarkan gagasan siswa,
menanggapi gagasan siswa, melaksanakan aturan dasar, membuat catatan diskusi dan
menyampaikan gagasan sendiri. Tahapan keempat yaitu mengakhiri diskusi, guru menutup
diskusi dengan merangkum atau mengungkapkan makna diskusi yang telah dilaksanakan
oleh siswa. Dan tahap kelima yaitu melakukan tanya jawab singat tentang proses diskusi,
guru menyuruhpara siswa untuk memeriksa proses diskusi dan cara berpikir mereka.

c. Metode Permainan Edukatif


Bermain ataupun permainan sangatlah menarik untuk dijadikan pembahasan,
khususnya bagi dunia siswa yang tidak bisa dipisahkan dengan dunia bermain.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Tarwiyah (2012: 1), bahwa dalam bermain siswa
belajar tentang dunianya, belajar tentang hidup bersama, belajar tentang arti persahabatan,
belajar tentang alam lingkungan, belajar tentang bahasa, belajar tentang musik, belajar
tentang moral dan sebagainya. Bermain menjadi kebutuhan siswa yang seharusnya
difasilitasi para orang tua, pendidik dan orang dewasa pada umumnya.
Vygotsky (1978: 92) mendefinisikan bermain sebagai “an activity that gives pleasure
to the children” (sebuah kegiatan yang memberikan kesenangan kepada anak-anak).
Vygotsky juga mengemukakan bahwa bermain adalah kegiatan yang dapat membuat anak-
anak belajar how develop intellectually and society (bagaimana berkembang dengan cara
berkumpul dan intelektual). Permainan edukatif merupakan suatu kegiatan yang sangat
menyenangkan dan dapat merupakan langkah kreatif dari aktivitas rekreasi yang dilakukan
dengan memasukkan unsur pembelajaran yang mempunyai nilai-nilai pendidikan yang
bersifat mendidik.
Metode permainan edukatif (education games) mempunyai pengaruh yang unik dalam
pembentukan pribadi siswa, membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa. Oleh
sebab itu, alat permainan 14 harus mempunyai syarat-syarat yang dapat dijadikan tolok
ukur sebagai suatu alat permainan yang mendidik. Metode permainan edukatif memiliki
syarat ketentuan dalam penggunaannya. Menurut Akmal (2011), syarat-syarat permainan
edukatif yaitu digunakan dalam berbagai cara atau dapat dibuat berbagai macam bentuk
(manfaat dan tujuan). Permainan edukatif yang sangat sesuai untuk mengembangkan daya
fantasi siswa, tidak berbahaya dan aman bagi siswa, membuat anak terlibat secara aktif,
dan bersifat konstruktif (dapat membangun pola pikir siswa).
Lebih lanjut, Akmal (2011) menjelaskan ciri-ciri yang perlu diperhatikan dari
permainan edukatif adalah sebagai berikut:
- Merangsang siswa secara aktif berpartisipasi dalam proses, tidak hanya diam secara
pasif melihat saja.
- Bentuk permainan dimungkinkan bagi siswa untuk membentuk, merubah dan
mengembangkan sesuai dengan imajinasinya.
- Dibuat dengan tujuan/pengembangan tertentu, sesuai dengan target usia siswa tertentu.
- Harus diperhatikan usia siswa. Untuk itu, harus dipilih jenis permainan yang
diperlukan bagi siswa sesuai dengan tema atau materi pelajaran yang diajarkan dan
dapat mengembangkan motorik-kasar, motorik-halus bagi perkembangan kritis
kemampuan siswa.
Kelebihan metode permainan
 Melatih anak untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberanian.
 Metode ini akan menarik perhatian anak sehingga suasana kelas menjadi hidup.
 Anak dapat menghayati suatu peristiwa sehingga mudah mengambil kesimpulan
berdasarkan penghayatan sendiri.
 Anak dilatih untuk menyusun pikirannya dengan teratur.
Kelemahan metode permainan
 Tidak semua topik dapat disajikan melalui permainan.
 Memerlukan banyak waktu
 Penentuan kalah menang dapat berakibat negatif. Mungkin juga terjadi
pertengkaran.
 Mengganggu ketenangan belajar di kelas-kelas lain.

Implementasinya: Guru memberikan setiap murid selembar kertas berwarna polos. Kertas
yang digunakan adalah kertas lipat. Tujuannya supaya lebih menarik karena berwarna-
warni. Selain itu, warna yang berbeda akan lebih mudah digunakan untuk membandingkan
antara satu bilangan pecahan dengan bilangan pecahan yang lain. Murid membagi kertas
tersebut menjadi dua bagian sama besar ½, dibagi dua sama besar lagi ¼. Sekali lagi,
murid membagi potongan ¼ dua sama besar menjadi 1/8. Dan kemudian, murid
mengambil salah satu potongan 1/8 dan dibagi dua sama besar menjadi 1/16. Jadi, setiap
murid memiliki: 1 potongan 1/2, 1 potongan 1/4, 1 potongan 1/8, dan 2 potongan 1/16.
Dengan potongan tersebut sudah cukup efektif untuk melakukan permainan. Guru akan
memberikan soal pecahan dan siswa menyelesaikannya dengan potongan-potongan kertas
yang sudah dibuat tadi. Siswa dibentuk kelompok 7 kecil dan diarahkan untuk
menyelesaikan soal yang diberikan guru. Dengan sedikit kompetisi dan arahan dari guru
anak-anak bisa menyelesaikan soal-soal dengan baik. (Observasi proses pembelajaran
matematika materi pecahan pada tanggal 27 Januari 2015).

d. Metode Tanya Jawab


Yusuf (2002:23) memberikan pendapatnya bahwa metode tanya jawab merupakan
suatu cara untuk menyampaikan atau menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk
pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh siswa atau sebaliknya. Olehnya dalam
penerapannya, guru dan siswa harus terlibat dalam aktifitas bertanya dan memberikan
respon atas pertanyaan-pertanyaan yang ada.
Metode tanya jawab dianggap cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana (2009: 32) yang menyatakan bahwa metode
tanya jawab merupakan salah satu metode mengajar yang paling efektif dan efisien dalam
membangun kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Lebih lanjut Sudjana (2009: 32)
mengungkapkan bahwa dalam penerapannya, metode tanya jawab dapat dilakukan secara
individual, kelompok maupun secara klasikal, antara siswa dengan guru, siswa dan siswa,
guru ke siswa, dengan demikian tujuan pembelajaran yang diinginkan oleh guru akan lebih
mudah dicapai dengan baik oleh siswa.
Dari pernyataan diatas Metode Tanya jawab dapat diartikan suatu kegiatan
pembelajaran yang membuat suatu topik atau masalah yang dilakukan guru dan siswa
sebagaimana yang diharapkan agar siwa tidak pasif lagi dalam belajarnya agar dapat
menghasilkan nilai yang memuaskan. Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada
saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau
siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal
balik secara langsung antara guru.

Kelebihan metode Tanya Jawab,diantaranya meliputi:


- Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa sekalipun ketika itu
siswa sedang ribut, yang mengantuk akan kembali segar dan akan hilang kantuknya
- Metode ini dapat merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir
dan daya ingat.
- Metode ini dapat mengetahui kemampuan berfikir siswa dan kesistematisannya
dalam mengemukakan pokok-pokok pikiran dalam jawabannya.
- Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan
mengemukakan pendapat
- Pertanyaan dapat membangkitkan hasrat untuk melakukan penyelidikan.
- Dapat mengetahui sampai sejauh mana penguasaan siswa tentang apa yang sedang
atau telah dipelajari.

Kekurangan metode tanya jawab meliputi:


- Siswa merasa takut apabila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani, dengan
menciptakan suasana yang tidak tegang dan akrab.
- Tidak mungkin seluruh kelas dapat diberi giliran selama satu jam pelajaran
- Waktu banyak terbuang, khususnya ketika siswa tidak dapat menjawab pertanyaan
sampai dua atau tiga siswa
- Akan terdapat siswa yang tidak terlibat dalam proses berpikir atas pertanyaan
- Guru masih tetap mendominasi proses belajar-mengajar. Biasanya guru kurang terbuka,
dalam arti ingin jawaban siswa selalu sesuai dengan keinginannya.

Implementasi metode Tanya Jawab:


Misalkan ketika anak menanyakan tentang bilangan prima, sebagai misal, guru yang
demokratis tidak akan menjelaskan sampai tuntas tentang apa itu definisi bilangan prima,
dan kemudian memberikan contoh bilangan prima mulai dari bilangan 2, 3, 5, 7, 13 dan
seterusnya. Guru akan bertanya kepada si A, bilangan 2 dapat dibagi habis dengan
bilangan berapa saja. Si A akan menjawab bahwa bilangan 2 dapat dibagi habis dengan
bilangan 1 dan 2. Guru akan menanyakan lebih lanjut kepada si B tentang bilangan 3.
Demikian juga kepada siswa lainnya. Si J, bahkan ditanya tentang bilangan 4 yang tenyata
dapat dibagi habis dengan bilangan 1, 2, dan 4. Bahkan, ditanyakan juga dengan bilangan
6, yang ternyata dapat dibagi habis dengan bilangan 1, 2, 3, dan 6. Apa beda bilangan 2
dengan bilangan 4, itulah yang membedakan antara bilangan prima dan bilangan bukan
prima. Dengan demikian, guru dan semua siswa bermain tentang bilangan dan angka
dengan perasaan senang (joyful learning), bukan dengan perasaan takut ditunjuk oleh
gurunya untuk menjawab pertanyaan, atau diminta untuk menjawab pertanyaan dari guru.
e. Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dimana seorang siswa diajak
untuk beruji coba atau mengadakan pengamatan kemudian hasil pengamatan itu
disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru. Menurut Roestiyah (2001: 80) Metode
eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang
sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil
pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Metode eksperimen
menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari.Dalam proses belajar
mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri
atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau
proses sesuatu.
Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau
mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang
dialaminya itu. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan
menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan
mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah.
Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang
dipelajarinya.
Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
- Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan
bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.
- Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau
mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan
yang digunakan harus baik dan bersih.
- Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses
percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan
pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.
- Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi
petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman
serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru
dalam memilih obyek eksperimen itu.
- Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan,
beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena
sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan
karena alatnya belum ada.

Kelebihan metode eksperimen:


- Siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah.
- Mereka lebih aktif berfikir dan membuktikan sendiri kebenaran suatu teori.
- Siswa dalam melaksanakan eksperimen selain memperoleh ilmu pengetahuan juga
menemukan pengalaman praktis serta ketrampilan menggunakan alat-alat percobaan.
- Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya.
- Dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan
dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
- Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat
manusia.
Kelemahan metode eksperimen:
- Seorang guru harus benar-benar menguasai materi yang diamati dan harus mampu
memanage siswanya
- Memerlukan waktu dan biaya yang sedikit lebih dibandingkan yang lain
- Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi.
- Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah
diperoleh dan kadangkala mahal.
- Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
- Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada
factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

Implementasi model pembelajaran Eksperimen:


Untuk mengajarkan sifat komutatif dengan metode penemuan, siswa diberi sejumlah soal
perkalian sebagai berikut:
Kerjakan soal-soal berikut :
2 x 6 = …. 5 x 3 = ….
7 x 4 = …. 6 x 2 = ….
3 x 5 = …. 4 x 7 = ….
9 x 1 = …. 1 x 9 = ….
Perhatikan hasil – hasil yang kalian peroleh.
Adakah hasilnya yang sama?
Kesimpulan apa yang dapat kalian tarik dari soal – soal itu?
Metode penemuan di atas memerlukan bimbingan dengan pertanyaan, sehingga disebut
penemuan terbimbing. (Erman Suherman & udin S.W, 1993 : 250-251).
f. Metode Inquiri
Pada awalnya metode Inquiri berkembang dari Jhon Dewey pada tahun 1913 yang
terkenal dengan problem solving method atau metode pemecahan masalah. Inquiri itu
sendiri berarti penyelidikan, dengan melalui penyelidikan siswa akhirnya dapat
memperoleh suatu penemuan. Menurut Yusuf dkk (1993 : 81) Inquiri selain metode
belajar ialah suatu cara belajar atau penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis,
analitis, dan argumentatis dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu
kesimpulan yang meyakinkan, karena didukung oleh data , fakta, atau argumentasi.
Sedangkan Ahmad dan Prasetyo dalam bukunya (1997:23) mendefinisikan metode inquiri
sebagai teknik penyajian bahan pelajaran dalam bentuk tidak final, tetapi peserta didik
diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri. Sudjana (2002:154) menambahkan
bahwa metode inquiri merupakan metode mengajar yang berusaha meletakan dasar dan
mengembangkan cara berfikir ilmiah.
Jadi metode inquiri ini adalah suatu teknik atau cara penyampaian pelajaran melalui
penyelidikan bahan pelajaran oleh siswa. Dalam hal ini guru harus menempatkan siswa
sebagai subjek dalam setiap pembelajaran,namun tetap tidak lepas dari pengamata dan
pengarahan guru agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Dan memberikan
peluang yang besar kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya, serta guru harus
memberikan kepercayaan bahwa siswa mampu memahami dan mengaplikasikan sendiri
apa yang mereka pelajari atau amati, karena siswa adalah individu yang mampu berfikir
kritis, analitis dan argumentatif.
Metode inkuiri adalah metode mengajar yang paling mirip dengan metode penemuan.
Beberapa perbedaannya adalah sebagai berikut:
- Mengajar dengan penemuan biasanya dilakukan dengan ekspository dalam kelompok-
kelompok kecil (di laboratorium, bengkel, atau kelas). Sebenarnya mengajar dengan
metode inkuiri dapat dilakukan dengan ekspositori, kelompok, dan secara sendiri-
sendiri.
- Dalam metode penemuan hasil akhir yang harus ditemukan siswa merupakan sesuatu
yang baru bagi dirinya, namun sudah diketahui oleh guru. Sedangkan dalam metode
inkuiri hal baru itu juga belum diketahui oleh guru.Dalam metode inkuiri selain
sebagai pengarah dan pembimbing, guru menjadi sumber informasi data yang
diperlukan. Siswa masih harus mengumpulkan informasi tanbahan, membuat hipotesis,
dan mengujinya.
- Pada metode inkuiri proses-prosenya lebih luas daripada discovery. Inkuiri
mengandung proses-prose mental yang tingkatannya lebih tinggi daripada discovery
seperti merumuskan problema, membuat hipotesis, mendesain eksperimen, melakukan
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data serta menarik kesimpulan. Salah
satu tujuan mengajar dengan inkuiri adalah agar siswa tahu dan mampu mentransfer
pengetahuan kedalam situasi lain.
Metode ini terdiri dari 4 tahap yaitu:
- Guru meransang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan dan teka-teki.
- Sebagai jawaban atas yang diterimanya, siswa menentukan prosedur mencari dan
mengumpulkan informasi atau data yang diperlukannya untuk memecahkan
pertanyaan, pernyataan, dan masalah.
- Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inkuiri yang baru
dilaksanakan.
- Siswa menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan
metode umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain.
Kelebihan metode Inquiri antara lain:
- Perkembangan cara berpikir ilmiah siswa dapat dikembangkan seluas-luasnya.
- Dapat melatih siswa untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat
mengembangkan pendidikan demokrasi.
- Siswa tidak hanya belajar tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tetapi juga
belajar tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab dan komunikasi sosial.
- Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk
mendapatkan informasi lebih banyak.
- Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga
retensinya menjadi lebih menarik.
Kelemahan metode Inquiri antara lain:
- Belajar mengajar dengan inkuiri memerlukan kecerdasan anak yang tinggi.
- Inkuiri kurang cook pada anak yang usianya terlalu muda
- Pelksanaan memerlukan penyediaan berbagai sumber belajar dan fasilitas yang
memadai yang tidak selalu mudah disediakan.
- Pemecahan masalah mungkin saja dapat bersifat mekanistis, formalitas dan
membosankan. Apabila hal ini terjadi, maka pemecahan masalah seperti ini tidak
menjamin penyelidikan yang penuh arti.
Implementasi metode Inquiri:
a. Pendahuluan
- Untuk mengukur kemampuan dasar siswa, guru memberikan Free Tes sebelum
memulai pembelajaran.
- Guru memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan luas lingkaran.
- Guru mengingatkan kembali pada siswa tentang menggambar sudut dengan
bantuan busur derajat.
- Guru menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar.
- Guru menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan untuk
pembelajaran Luas lingkaran melalui pendekatan luas persegi panjang.
b. Kegiatan Inti
1. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok yang beranggotakan masing-
masing 5-10 orang.
2. Siswa diminta mendiskusikan dan melakukan percobaan yang terdapat pada soal di
LKS dengan teman satu kelompoknya. Guru memantau jalannya diskusi dan
memberikan pengarahan serta bantuan secukupnya pada kelompok yang
mengalami kesulitan.
3. Beberapa siswa dari masing-masing kelompok diminta mempersentasikan hasil
percobaan dan kelopoknya, kemudian ditanggapi oleh siswa yang lain. Guru
membimbing siswa menuju kesimpulan yang benar dari percobaan yang telah
dilakukan.
4. Secara berkelompok siswa diminta mendiskusikan soal no. 2 dan 3 pada LKS.
Guru memantau jalannya diskusi dan memberikan pengarahan serta bantuan
secukupnya pada kelompok yang mengalami kesulitan.
5. Beberapa siswa diminta mempersentasikan hasil diskusinya dan ditanggapi oleh
siswa yang lain. Guru membimbing siswa menuju jawaban yang benar.
6. Untuk mengecek pemahaman siswa secara acak guru meminta beberapa siswa
untuk mengerjakan beberapa soal didepan kelas. Guru membimbing siswa menuju
jawaban yang benar, serta mengarahkan siswa bila mengalami kesulitan.
c. Penutup
1. Guru bertanya kepada siswa apakah masih ada materi yang masih belum jelas dan
membutuhkan penjelasan kembali.
2. Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dipelajari.
3. Sebagai tolak ukur pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari, guru
kembali memberikan tes berupa Post Tes dengan soal yang sama pada saat Free
Tes, yang bertujuan agar guru dapat membandingkan hasil belajar sebelum dan
sesudah.
2.1.2 Teknik Pembelajaran Matematika
Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik (Sanjaya, 2006: 127). Teknik dalam
bahasa Melayu: kejuruteraan atau rekayasa dan dalam bahasa Inggris: engineering ialah
penerapaan ilmu dan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan manusia. Teknik dalam
hal ini merupakan cara sistematis untuk mengerjakan sesuatu. Oleh karena itu, teknik harus
selaras dan sebanding dengan pendekatan. Setiap teknik mempunyai kelemahan dan
kelebihan masing-masing. Disini kemampuan pendidik menentukan dalam memilih teknik
yang dapat digunakan kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
maksimal.

2.2.2 Jenis dan Karakteristik Pembelajaran Matematika


Ada banyak jenis metode pembelajaran matematika yang dapat dipakai oleh guru
dalam proses pembelajaran.
a. Teknik pembelajaran langsung
Seorang tenaga kerja haruslah menyadari bahwa materi pembelajaran yang
mereka ajarkan bukanlah suatu yang konkter melainkan sebuah pelajaran yang abstrak
yang menuntut banyak pemahaman bagi para peserta didik. Untuk itu, pembelajaran
pertama yang dapat diberikan adalahdengan teknik pembelajaran langsung. Dengan
teknik ini diharapkan para peserta didik akan memiliki bekal dasar terhadap materi
pembelajaran yang mereka terima.
Implementasinya: Siswa SMP terdapat mata pelajaran matematika mengenai bangun
ruang. Lalu pendidik menjelaskan definisi bangun ruang, jenis-jenis bangun ruang,
contoh-contoh bangun ruang, aplikasi bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari, dan
lain sebagainya secara langsung.

b. Teknik problem solving


Untuk memberikan pembelajaran matematika kepada peserta didik, maka
seorang tenaga pendidik dapat menggunakan teknik pembelajaran yang berorientasi
pada problem solving atau pemecahan masalah. Disini seorang tenaga pendidik
memberikan tugas kepada peserta didik untuk memecahkan soal-soal dalam
pembelajaran matematika yang diberikan pendidik.

Implementasinya: Pembelajaran melalui problem solving tentu dimulai dengan sebuah


masalah. Peserta didik belajar dan memahami aspek penting dari konep atau ide
denganmengeksplorasi situasi masalah. Masalah yang digunakan cenderung lebih
terbuka dan memungkinkan beberapa jawaban yang benar dan beberapa pendekatan
solusi. Dalam mengajar melalui pemecahan masalah, masalah tidak hanya berfokus
pada rangsangan unutk belajar siswa, tapi juga berfungsi untuk eksplorasi matematika.
siswa perperan aktif dalam proses pembelajaran dengan mengeksplorasi dan
menemukan strategi solusi mereka sendiri, karena eksplorasi masalah merupakan
komponen penting dalam pengajaran melalui pemecahan masalah.

Masalah
Rata-rata nilai tes sepuluh peserta didik adalah 78. Skor paling atas dan bawah
yaitu 65 dan 95 dibuang oleh guru. Berapakah rata-rata sisa nilai yang tersisa?
Solusi peserta didik:
10-2 = 8
(95+65) = 160
160 : 10 =16
78 – 16 = 62
62 x 10 =77,5
Jadi rata-rata sisa nilai atas dan bawah dibuang adalah 77,5.
Deskripsi dari Solusi:
Peserta didik pertama kali menggunakan salah satu sifat rata-rata dan menentukan
bahwa siswa peserta didik adalah 8 (diperoleh dari 10-2). Sehingga ada 8 nilai harus
ada diantara 65 dan 95. Kemudian peserta didik membuat deretan sepuluh lingkaran,
dengan mletakan angka 95 di nomor pertama dan65 di terakhir, 8 linkaran lainnya
dibiarkan kosong.dengan menggunakan pendekatan modifikasi pembagian, peserta
didik menyadari bahwa 65 dan 95 memberikan kontribusi 16 terhadap rata-rata yaitu
[(95+65) : 10] = 16. Selanjutnya peserta didik mengatakan bahwa masing-masing dari
8 lingkaran kosong harus didapat 16. Tetapi karena 16 adalah 62 kurangnya dari 78
(16 adallah rata-rata untuk sepuluh nilai), peserta didik tersebut kemudian melakukan
operasi perkalian 10 dengan 62 dan mendapat hasil 620. Selanjutnya 620 kemudian
dibagi oleh 8 dan mendapatkan 77,5. Jadi rata-rata nilai yang tersisa setelah nilai atas
dan bawah dibuang adalah 77,5.
Dalam solusi ini, peserta didik memiliki kata kunci yaitu membuang bagian
atas dan bawah saat mengambil 16 dari masing-masing nilai lainnya. Dengan
menemukan pendekatan ini, peserta didik tersebut telah menunjukkan pemahaman
yang luar biasa tentang rata-rata. Peserta didik telah mampu menghubungkan
pengetahuan awal yang telah ada dalam struktur kognitf mereka, namun demikian
peserta didik masih harus diarahkan untuk mengembangkan strategi yang lebih
efisien.

c. Teknik pembelajaran kontekstual


Teknik pembelajaran yang satu ini merupakan sebuah teknik atau cara pembelajaran
yang berbasis pada konteks. Artinya pendidik diharapkan agar menyampaikan atau
memberikan pelajaran matematika yang susuai dengan konteks yang dialami peserta
didik. Cara semacam ini akan lebih mudah menangkap materi pelajaran matematika
yang disampaikan pendidik.

Implementasinya: mengaitkan permasalahan matematika berdasarkan pengalaman


sehari-hari ataupun juga pengalaman peserta didik.

2.1.3 Taktik Pembelajaran Matematika


Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu (Sanjaya, 2006: 127). Dan taktik pembelajaran merupakan gaya
seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya
individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi
mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang
satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor
yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih
banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu.

Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing
guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang
bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni
(kiat).

Mengimplementasikan taktik dalam dunia pembelajaran.


Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi
mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang
satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor
yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih
banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu.
Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru,
sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.
Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.

DAFTAR PUSTAKA
C. Asri Budiningsih.2011. Cakrawala Pendidikan Jurnal Ilmiah Pendidikan. Ikatan Sarjana
Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta:Yogyakarta

Dedi Rohendi,dkk.2010. Efektivitas Metode Pembelajaran Demonstrasi Terhadap


Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Keterampilan Komputer dan
Pengelolaan Informasi di Sekolah Menengah Kejuruan .Jurnal Pendidikan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (PTIK):Bandung Kamsinah.2008.Metode dalam Proses
Pembelajaran: Studi tentang Ragam dan Implementasinya. Lentera Pendidikan Vol.11
No.1:Makassar

Muhammad Siddik.2010.Metode Dan Teknik Mengajar Dalam Pendidikan Agama Islam


( PAI ) Di Sekolah Menengah Atas ( SMA ) . Kementerian Agama Sumatera Utara:Medan

Widya Wati.2010.Makalah Strategi Pembelajaran Teori Belajar dan Pembelajaran .Program


Pasca Sarjana Universitas negeri Padang: Padang

http://planetmatematika.blogspot.com/2011/01/metode-dalam-pembelajaran-matematika.html

http://rizkyamaliahalsa.blogspot.com/2014/05/macam-macam-metode-pembelajaran_28.html

https://azahelvana.wordpress.com/2016/12/30/metode-pembelajaran-matematika/

Anda mungkin juga menyukai