Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era globalisasi saat ini, investasi mempunyai peran yang penting dalam
keberlangsungan kegiatan ekonomi. Pengertian investasi itu sendiri menurut Tandellin (2001)
investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana yang dilakukan pada saat ini,
dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Salah satu jenis
investasi yang memiliki daya tarik adalah investasi dalam jenis saham. Saham didefinisikan
sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan
atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut,maka pihak tersebut memiliki
klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan dan berhak hadir dalam Rapat
Umum Pemegang Saham atas RUPS (Martalena dan Maya Malinda,2011:11).
Pentingnya bagi investor untuk mempertimbangkan perusahaan manakah yang akan
dijadikan sebagai penerima investasinya atau dana yang dimiliki. Perusahaan tersebut
haruslah perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia, salah satunya perusahaan
manufaktur pada sektor industri barang konsumsi. Perusahaan pada sektor ini sangat banyak
diminati oleh para pemilik modal, karena diprediksi akan memberikan feedback bagi para
investor yang telah menginvestasikan sejumlah dana yang dimilikinya.
Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi merupakan sektor industri
perusahaan-perusahaan yang sudah go public, yang pastinya perusahaan ini membutuhkan
dana yang sangat besar untuk kegiatan operasional perusahaan. Menurut Bambang Riyanto
(2004 : 25), bahwa sumber dana yang dapat diperoleh untuk menunjang operasional suatu
perusahaan adalah yang pertama umber dana dari dalam perusahaan (internal source) dapat
diartikan sebagai bentuk dana dimana pemenuhan kebutuhan dananya berasal dari dalam
perusahaan itu sendiri, dengan kata lain dana dengan kekuatan atau kemampuan sendiri . Dan yang
kedua adalah Sumber dana dari luar perusahaan (external source) yaitu pemenuhan kebutuhan dana
diambil atau berasal dari sumber-sumber dana yang ada di luar perusahaan. Dana yang berasal dari
luar perusahaan adalah dana yang berasal dari pihak lain diantaranya adalah investor, bank,
asuransi, dan kreditur.
Dalam penggunaan dana eksternal (hutang), tentunya perusahaan perlu menilai
tingkat kemampuannya dalam membayar kewajiban jangka panjang. dalam menilai tingkat
kemampuan ini diperlukannya rasio keuangan solvabilitas yaitu Debt to Asset Ratio (DAR).
Dengan rasio DAR perusahaan akan mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya atas penggunaan aset yang dimilikinya (Kasmir, 2010:156). Apabila
perusahaan sebagian besar dibiayai oleh hutang maka semakin banyak kewajiban yang harus
dipenuhi. Sehingga jika DAR perusahaan tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan
akan rendah karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan cenderung untuk
menggunakan laba tersebut untuk membayar utangnya dibandingkan dengan membagi
dividen (Manurung, 2014)
Selain perusahaan melakukan analisis dengan menggunakan rasio DAR, perusahaan
juga perlunya mengukur tingkat efektifitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang
dihasilkan dari penjualan dan dari pendapatan investasi, dan dapat dilakukan dengan
mengetahui seberapa besar rasio profitabilitas yang dimiliki Brigham dan Houston (2010).
Rasio keuangan profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Return On Asset
(ROA). Menurut Mardiyanto (2009) Return On Asset (ROA) adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang
berasal dari penggunaan aset yang dimiliki. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan
(analisis perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban bagi para pemegang saham juga merupakan elemen dalam
penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan
datang. Salah satu aspek yang dinilai oleh investordalammengambil keputusanberinvestasi
adalah kinerja keuangan. Padaprinsipnya semakin baik prestasi perusahaan maka
akanmeningkatkan permintaansaham perusahaaan tersebut, sehingga pada gilirannya akan
meningkatkan pula harga saham perusahaan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kusumawardani (2010)
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa variabel ROA dan DER berpengaruh positif dan
siginifikan terhadap harga saham. Dalam penelitian ini variabel ROA dan DER memiliki
pengaruh cukup besar terhadap harga saham, sehingga ROA dan DER dapat dijadikan salah
satu pertimbangan investor dalam menginvestasikan dananya. Hasil penelitian ini juga
didukung oleh Ircham, dkk (2014). Namun hasil penelitian tersebut bertentangan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto (2014) berdasarkan penelitiannya diketahui
bahwa Return On Asset tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, hal
ini disebabkan karena besar atau kecilnya ROA yang diperoleh perusahaan tergantung dari
besarnya jumlah aset yang digunakan oleh perusahaan. Hasil penelitian tersebut didukung
oleh Stella (2009) dan Ramdhani (2013).
Selain adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh keduanya.
Adapula studi kasus dilapangan yang sebenarnya terjadi mengenai debt to asset ratio, return
on asset dan perubahan harga saham yang terjadi pada perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2016-2018 diantaranya adalah yang pertama
pada perusahaan ADES debt to asset ratio pada tahun 2016 sebesar 50%, return on asset
sebesar 7% dan perubahan harga saham sebesar -1%. Lalu untuk tahun 2017 debt to asset
ratio tidak mengalami perubahan sehingga tetap sebesar 50%, return on asset mengalami
penurunan menjadi 5% dan perubahan harga saham mengalami penurunan menjadi -12%.
Dan terakhir pada tahun 2018 debt to asset ratio perusahaan ini mengalami penurunan
menjadi 45%, return on asset mengalami kenaikan menjadi 6% dan perubahan harga saham
mengalami kenaikan menjadi 4%.
Pada perusahaan ini menggambarkan pada saat debt to asset ratio mengalami
kenaikan, return on asset mengalami penurunan, maka harga saham perusahaan mengalami
penurunan. Begitu pula sebaliknya, dengan debt to asset ratio yang mengalami penurunan
atau rendah, return on asset mengalami kenaikan, maka harga saham perusahaan mengalami
kenaikan. Namun beda hal nya dengan studi kasus yang terjadi pada perusahaan BUDI.
Perusahaan BUDI pada tahun 2016 debt to asset ratio sebesar 60%, return on asset sebesar
1% dan perubahan harga saham sebesar 38%. Pada tahun 2017 debt to asset ratio mengalami
penerunan menjadi 59%, return on asset mengalami kenaikan menjadi 2% dan harga saham
mengalami penurunan menjadi 8%. Dan pada tahun 2018 debt to asset ratio mengalami
kenaikan menjadi 64%, return on asset mengalami penurunan menjadi 1% dan harga saham
mengalami penurunan menjadi 2%. Pada perusahaan ini menggambarkan bahwa pada saat
debt to asset ratio mengalami penurunan, return on asset mengalami kenaikan maka harga
saham mengalami penurunan. Dan apabila debt to asset ratio mengalami kenaikan, return on
asset mengalami penurunan maka harga saham mengalami kenaikan.
Berdasarkan uraian latar belakang fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH DEBT TO ASSET RATIO DAN
RETURN ON ASSET TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM” (Studi Kasus
Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2016-2018).

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah
dari penelitian ini adalah :
1. Perubahan harga saham perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dipengaruhi oleh Debt to Asset Ratio
(DAR).
2. Perubahan harga saham perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dipengaruhi oleh Return On Asset
(ROA).
3. Perubahan harga saham perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dipengaruhi oleh Debt to Asset Ratio
(DAR) dan Return On Asset (ROA).

1.3 Pembatasan Masalah


Batasan masalah di dalam penulisan ini bertujuan untuk memberikan batasan ruang
lingkup mengenai sesuatu atau hal yang akan dibahas, sehingga tidak akan menyimpang dari
pokok persoalannya. Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang akan dibahas
adalah sebagai berikut:
1. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 37 perusahaan manufaktur
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur
sektor industri barang konsumsi yang dipublikasikan oleh BEI dengan periode tahun
2016-2018.

1.4 Perumusan Masalah


1. Apakah Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh terhadap perubahan harga
saham perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
2. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap perubahan harga saham
perusahaan manufaktur sktor industri barang industri yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI)?
3. Apakah Debt to Asset Ratio (DAR) dan Return On Asset (ROA) berpengaruh
terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efeke Indonesia (BEI)?

Anda mungkin juga menyukai