Dalam era globalisasi saat ini, investasi mempunyai peran yang penting dalam keberlangsungan kegiatan ekonomi. Pengertian investasi itu sendiri menurut Tandellin (2001) investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Salah satu jenis investasi yang memiliki daya tarik adalah investasi dalam jenis saham. Saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut,maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham atas RUPS (Martalena dan Maya Malinda,2011:11). Pentingnya bagi investor untuk mempertimbangkan perusahaan manakah yang akan dijadikan sebagai penerima investasinya atau dana yang dimiliki. Perusahaan tersebut haruslah perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia, salah satunya perusahaan manufaktur pada sektor industri barang konsumsi. Perusahaan pada sektor ini sangat banyak diminati oleh para pemilik modal, karena diprediksi akan memberikan feedback bagi para investor yang telah menginvestasikan sejumlah dana yang dimilikinya. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi merupakan sektor industri perusahaan-perusahaan yang sudah go public, yang pastinya perusahaan ini membutuhkan dana yang sangat besar untuk kegiatan operasional perusahaan. Menurut Bambang Riyanto (2004 : 25), bahwa sumber dana yang dapat diperoleh untuk menunjang operasional suatu perusahaan adalah yang pertama umber dana dari dalam perusahaan (internal source) dapat diartikan sebagai bentuk dana dimana pemenuhan kebutuhan dananya berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, dengan kata lain dana dengan kekuatan atau kemampuan sendiri . Dan yang kedua adalah Sumber dana dari luar perusahaan (external source) yaitu pemenuhan kebutuhan dana diambil atau berasal dari sumber-sumber dana yang ada di luar perusahaan. Dana yang berasal dari luar perusahaan adalah dana yang berasal dari pihak lain diantaranya adalah investor, bank, asuransi, dan kreditur. Dalam penggunaan dana eksternal (hutang), tentunya perusahaan perlu menilai tingkat kemampuannya dalam membayar kewajiban jangka panjang. dalam menilai tingkat kemampuan ini diperlukannya rasio keuangan solvabilitas yaitu Debt to Asset Ratio (DAR). Dengan rasio DAR perusahaan akan mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya atas penggunaan aset yang dimilikinya (Kasmir, 2010:156). Apabila perusahaan sebagian besar dibiayai oleh hutang maka semakin banyak kewajiban yang harus dipenuhi. Sehingga jika DAR perusahaan tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan akan rendah karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar utangnya dibandingkan dengan membagi dividen (Manurung, 2014) Selain perusahaan melakukan analisis dengan menggunakan rasio DAR, perusahaan juga perlunya mengukur tingkat efektifitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan dari pendapatan investasi, dan dapat dilakukan dengan mengetahui seberapa besar rasio profitabilitas yang dimiliki Brigham dan Houston (2010). Rasio keuangan profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Return On Asset (ROA). Menurut Mardiyanto (2009) Return On Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari penggunaan aset yang dimiliki. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para pemegang saham juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Salah satu aspek yang dinilai oleh investordalammengambil keputusanberinvestasi adalah kinerja keuangan. Padaprinsipnya semakin baik prestasi perusahaan maka akanmeningkatkan permintaansaham perusahaaan tersebut, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan pula harga saham perusahaan. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kusumawardani (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa variabel ROA dan DER berpengaruh positif dan siginifikan terhadap harga saham. Dalam penelitian ini variabel ROA dan DER memiliki pengaruh cukup besar terhadap harga saham, sehingga ROA dan DER dapat dijadikan salah satu pertimbangan investor dalam menginvestasikan dananya. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Ircham, dkk (2014). Namun hasil penelitian tersebut bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto (2014) berdasarkan penelitiannya diketahui bahwa Return On Asset tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, hal ini disebabkan karena besar atau kecilnya ROA yang diperoleh perusahaan tergantung dari besarnya jumlah aset yang digunakan oleh perusahaan. Hasil penelitian tersebut didukung oleh Stella (2009) dan Ramdhani (2013). Selain adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh keduanya. Adapula studi kasus dilapangan yang sebenarnya terjadi mengenai debt to asset ratio, return on asset dan perubahan harga saham yang terjadi pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2016-2018 diantaranya adalah yang pertama pada perusahaan ADES debt to asset ratio pada tahun 2016 sebesar 50%, return on asset sebesar 7% dan perubahan harga saham sebesar -1%. Lalu untuk tahun 2017 debt to asset ratio tidak mengalami perubahan sehingga tetap sebesar 50%, return on asset mengalami penurunan menjadi 5% dan perubahan harga saham mengalami penurunan menjadi -12%. Dan terakhir pada tahun 2018 debt to asset ratio perusahaan ini mengalami penurunan menjadi 45%, return on asset mengalami kenaikan menjadi 6% dan perubahan harga saham mengalami kenaikan menjadi 4%. Pada perusahaan ini menggambarkan pada saat debt to asset ratio mengalami kenaikan, return on asset mengalami penurunan, maka harga saham perusahaan mengalami penurunan. Begitu pula sebaliknya, dengan debt to asset ratio yang mengalami penurunan atau rendah, return on asset mengalami kenaikan, maka harga saham perusahaan mengalami kenaikan. Namun beda hal nya dengan studi kasus yang terjadi pada perusahaan BUDI. Perusahaan BUDI pada tahun 2016 debt to asset ratio sebesar 60%, return on asset sebesar 1% dan perubahan harga saham sebesar 38%. Pada tahun 2017 debt to asset ratio mengalami penerunan menjadi 59%, return on asset mengalami kenaikan menjadi 2% dan harga saham mengalami penurunan menjadi 8%. Dan pada tahun 2018 debt to asset ratio mengalami kenaikan menjadi 64%, return on asset mengalami penurunan menjadi 1% dan harga saham mengalami penurunan menjadi 2%. Pada perusahaan ini menggambarkan bahwa pada saat debt to asset ratio mengalami penurunan, return on asset mengalami kenaikan maka harga saham mengalami penurunan. Dan apabila debt to asset ratio mengalami kenaikan, return on asset mengalami penurunan maka harga saham mengalami kenaikan. Berdasarkan uraian latar belakang fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH DEBT TO ASSET RATIO DAN RETURN ON ASSET TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM” (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2016-2018).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dari penelitian ini adalah : 1. Perubahan harga saham perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dipengaruhi oleh Debt to Asset Ratio (DAR). 2. Perubahan harga saham perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dipengaruhi oleh Return On Asset (ROA). 3. Perubahan harga saham perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dipengaruhi oleh Debt to Asset Ratio (DAR) dan Return On Asset (ROA).
1.3 Pembatasan Masalah
Batasan masalah di dalam penulisan ini bertujuan untuk memberikan batasan ruang lingkup mengenai sesuatu atau hal yang akan dibahas, sehingga tidak akan menyimpang dari pokok persoalannya. Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 37 perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang dipublikasikan oleh BEI dengan periode tahun 2016-2018.
1.4 Perumusan Masalah
1. Apakah Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 2. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur sktor industri barang industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 3. Apakah Debt to Asset Ratio (DAR) dan Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efeke Indonesia (BEI)?