Disusun oleh :
Kelas : 1F
FAKULTAS KEPERAWATAN
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat, hidayah dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Tugas Mata
Kuliah Komunikasi Keperawatan-II yang berjudul “Komunikasi Terapeutik pada
Lanjut Usia” dalam bentuk makalah.
Penulis,
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4
3
2.3.7 Teknik Komunikasi Lansia Pada Reaksi Penolakan.........18
2.3.8 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Saat Berintekrasi...........20
2.3.9 Hambatan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia...............19
2.4 Kasus Komunikasi Terapeutik Pada Lansia........................................21
3.1 Kesimpulan..........................................................................................26
3.2 Saran....................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................27
4
5
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Metode yang dilakukan dalam pengerjaan makalah ini adalah dengan cara
mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat,
berupa buku, maupun informasi di internet.
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
2. Tahap Perkenalan
Pada tahap perkenalan ini perawat memulai kegiatan yang
pertama kali dimana perawat bertemu pertama kali dengan klien.
Pentingnya memperkenalkan diri adalah menghindari kecurigaan
klien dan keluarga terhadap petugas yang merawat, serta
membangun hubungan saling percaya. Tugas perawat pada tahap
perkenalan adalah membina hubungan saling percaya dengan
menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka, serta
memodifikasi lingkungan yang kondusif dengan peka terhadap
respons klien dan menunjukkan penerimaan, serta membantu klien
mengekspresikan perasaan dan pikiran.
3. Tahap orientasi
Pada tahap orientasi ini perawat menggali keluhan-keluhan yang
dirasakan oleh klien dan divalidasi dengan tanda dan gejala yang
lain untuk memperkuat perumusan diagnosa keperawatan. Tugas
perawat pada tahap orientasi
ini meliputi hal-hal berikut ini :
a. Membuat kontrak dengan klien;
b. Eksplorasi pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah
keperawatan
c. Menciptakan tujuan yang akan dicapai
4. Tahap kerja
Pada tahap ini, merupakan tahap untuk mengimplementasikan
rencana keperawatan yang telah dibuat pada tahap orientasi.
Perawat bertugas meningkatkan kemandirian tanggung jawab
terhadap proses penyembuhan penyakit klien dengan mencarikan
alternatif koping yang positif sehingga didapatkan suatu perubahan
perilaku. Kegagalan pada tahap kerja akan berdampak pada
kegagalan tujuan yang dicapai. Tahap kerja ini merupakan tahap
yang terpenting dalam mencapai tujuan.
6
5. Tahap terminasi
Tahap ini merupakan tahap di mana perawat mengakhiri
pertemuan dalam menjalankan tindakan keperawatan serta
mengakhiri interaksi dengan klien. Dalam hubungan perawat-klien
terdapat dua terminasi yaitu terminasi sementara dan terminasi
akhir. Terminasi sementara dilakukan bila perawat mengakhiri
tindakan keperawatan, sedangkan terminasi akhir dilakukan bila
klien akan meninggalkan rumah sakit karena sudah sembuh atau
pindah ke rumah sakit lain. Kegiatan yang dilakukan pada tahap
terminasi adalah sebagai berikut :
a. Evaluasi subjektif
Merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi
suasana hati setelah terjadi interaksi dengan klien.
b. Evaluasi objektif
Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengevaluasi
respon objektif terhadap hasil yang diharapkan dari keluhan
yang dirasakan, apakah ada kemajuan atau sebaliknya.
c. Tindak lanjut
Merupakan kegiatan yang dilakukan dengan menyampaikan
pesan kepada klien mengenai lanjutan dari kegiatan yang telah
dilakukan. [ CITATION Yud12 \l 1033 ].
2.2 Konsep Lanjut Usia
2.2.1 Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia (geriatric age) adalah orang yang berusia lebih dari 65
tahun. Selanjutnya terbagi dalam tiga usia 70-75 tahun (young old), 75-80
tahun (old), dan lebih dari 80 tahun (very old) (Setyonegoro,1984 dalam
[ CITATION Tam09 \l 1033 ]).
2.2.2 Batasan Lanjut Usia
Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan
umur.
7
9. Kurangi gangguan
a. Bercakap-cakap dalam suasana yang sepi, tenang, tanpa
gangguan kegiatan yang lain.
b. Dorong lansia untuk memakai kacamata dan alat pendengar
c. Berbincang-bincang sambil bertatap muka.
d. Dekati klien dari depan, jangan membuatnya kaget.
2.3.4 Karakteeistik Komunikasi Pada Lansia
Ada 3 hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu
sebagai berikut:
1. Ikhlas (genuiness) Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh
pasien harus bisa diterima dan pendekatan individu dengan verbal
maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien
untuk mengkonsumsikan kondisi secara tepat .
2. Empati (Emphaty) Merupakan sikap jujur dalam menerima
kondisi klien. Objektif dalam memberikan penilaian terhadap
kondisi pasien dan tidak berlebihan .
3. Hangat (warmth) Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan
diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya
tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan
persaannya lebih mendalam.
2.3.5 Pendekatan Perawatan Lansia Konteks Komunikasi
Menurut [ CITATION Azi11 \l 1033 ] pendekatan perawatan lanjut usia
antara lain:
a. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan,
kejadian, yang dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih bisa di capai dan dikembangkan serta
penyakit yang dapat dicegah progresifitasnya. Pendekatan ini
relative lebih mudah di laksanakan dan di carikan solusinya
karena riil dan mudah di observasi.
b. Pendekatan psikologis
16
a. Tahap prainsteraksi
Pada tahap ini perawat melakukan persiapan sebelum berinteraksi
dengan pasien, missalnya dengan mengumpulkan data tentang keadaan
pasien, melihat buku rekam medis, mencari pengetahuan tentang masalah
yang berkaitan dengan pasien, memeriksa alat-alat yang diperlukan,
menulis rencana kegiatan saat interaksi, dan perawat juga menganalisa diri
sebelum melakukan interaksi.
b. Tahap perkenalan.
Perawat : “Assalamu’alaikum de, bu” (mengulurkan tangan
dengan Anak klien dan klien)
Anak klien : “Wa’alaikumussalam sus”
Perawat : “selamat pagi kek”
Klien : (Nenek terlihat diam saja tanpa menjawab sepatah
kata pun)
Perawat : “Perkenalkan saya Perawat Ainiya Faida Azmi, saya
senang dipanggil Niya saya yang dinas pada pagi hari ini dari pukul 7
hingga pukul 2 siang”
Anak klien : “Oh iya sus”
Perawat : “Boleh saya tahu nama ibu dan nenek siapa? dan apa
panggilan kesenangannya?”
Anak klien : “Saya Afra Naila Arkarna, panggil saja Naila, ”
Perawat : “baik bu Naila, kalo nenek ?”
Klien : (nenek terlihat diam saja tanpa menjawab sepatah
kata apapun)
Anak klien : “bu.. itu lihat perawatnya ramah loh, ibu tidak mau
berkenalan dengan perawatnya?”
Klien : (masih terdiam)
Perawat : “tidak apa-apa bu, Ibu Naila boleh sebutkan saja
nama nenek siapa?”
Anak klien : “namanya Euis Istiqomah, panggil saja nenek Euis”
Perawat : “oh, baiklah kalau begitu, Nenek senang dipanggil
Nek Euis ya”
23
PENUTUP
a. Kesimpulan
Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus
waspada terhadap perubahan fisik psikologi, emosi, dan social yang
mempengaruhi pola komunikasi. Perubahan pada telinga bagian dalam dan
telinga menghalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran
terhadap suara. Komunikasi yang biasa dilakukan lansia bukan hanya sebatas
tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman, tetapi juga
hubungan intim yang terapeutik. Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk
mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui
hubungan perawat dan pasien serta mengidentifikasi. mengungkap perasaan
dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.
Teknik komunikasi yang baik akan memperbaiki outcome pasien lanjut usia
dan caregiver-nya. Bukti mengindikasikan bahwa outcome perawatan
kesehatan untuk orang tua tidak hanya tergantung pada perawatan kebutuhan
biomedis tetapi juga tergantung pada hubungan perawatan yang diciptakan
melalui komunikasi yang efektif. Dengan komunikasi yang efektif antara
perawat – pasien lanjut usia :
1) Pasien dan keluarganya dapat menceritakan gejala dan masalahnya, yang
akan memungkinkan perawat memberikan pelayanan sesuai dengan
masalah dan kebutuhan pasien lansia.
2) Instruksi dan saran perawat akan lebih mungkin untuk ditaati.
b. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan agar dapat mempermudah pembaca
untuk memahami tentang Komunikasi Terapeutik Pada Lansia.
26
DAFTAR PUSTAKA
Fajriati, D. D., Muzdalifah, D., Pangestuti, R., Cahyani, R., & Nurhidayat, R.
(2016). Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Lansia. Jakarta.
Muhith, A., & Sandu, S. (2018). Aplikasi Komunikasi Terapeutik Nursing &
Health. Yogyakarta: ANDI.
Nursari, A., & Fitriyani. (2002). Koping lansia terhadap penurunan fungsi gerak
di Kelurahan Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur.
Universitas Indonesia.
William, Haskard, & Dimatteo. (2007). The Thrapeutic Effects Of The Physician-
Older Patient Relationship. Clin Interv Aging.
27
28