Dosen Pembimbing :
Oleh :
20190420092
2020
LEMBAR PENGESAHAN
JOURNAL READING
Journal Reading dengan judul “Tetes Mata Atropin Konsentrasi Rendah Untuk
Perkembangan Myopia” telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas baca
dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di Bagian Ilmu
Kesehatan Mata di RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.
Mengetahui,
ABSTRAK
Tujuan: Tetes mata atropin adalah terapi yang muncul untuk kontrol myopia. Artikel ini
meninjau uji klinis terbaru untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
penggunaan tetes mata atropin pada perkembangan myopia.
Metode: Meninjau semua uji klinis acak tetes mata atropin untuk perkembangan
myopia dalam literature.
Hasil: Tetes mata atropin 1% memberi khasiat terkuat pada kontrol myopia. Namun,
penggunaannya dibatasi karena adanya efek samping berupa penglihatan kabur dan
fotofobia. Studi ATOM 2 mengevaluasi atropin 0,5%, 0,1%, dan 0,01% pada 400 anak
myopia, dan menyarankan bahwa atropine 0,01% adalah konsentrasi optimal dengan
efikasi yang baik dan efek samping minimal. Sejak saat itu, penggunaan tetes mata
atropin telah dialihkan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah di seluruh dunia.
Studi Low-concentration Atropine for Myopia Progress (LAMP) baru-baru ini
mengevaluasi tetes mata atropin 0,05%, 0,025%, 0,01% dan kelompok plasebo pada
438 myopia. Penelitian ini pertama-tama memberikan bukti yang membandingkan
plasebo dengan tetes mata atropin konsentrasi rendah dalam kontrol myopia. Lebih
lanjut, baik efikasi maupun efek sampingnya mengikuti respons yang bergantung pada
atropine dengan konsentrasi antara 0,01% hingga 0,05%. Di antara mereka, atropin
0,05% adalah konsentrasi optimal untuk mencapai efikasi dan profil keamanan terbaik.
Myopia adalah kelainan okular yang paling umum, terutama di Asia Timur.
Diperkirakan sekitar 2,5 miliar orang akan mengalami myopia pada tahun 2020, dan
sekitar setengah dari populasi dunia akan menjadi myopia, dengan 10% dari mereka
menderita myopia yang parah pada 2050. Di Cina, kejadian myopia dalam 3 tahun (SE
≤-0,5 D) pada anak-anak usia sekolah 6 hingga 7 tahun adalah 39,5%. Di daerah
perkotaan, seperti Guangzhou, prevalensinya sebesar 5,7% pada usia 5 tahun, 30,1%
pada usia 10 tahun, dan mencapai 78,4% pada usia 15 tahun. Di daerah pedesaan,
seperti Yangxi dan Shunyi, prevalensinya nol pada usia 5 tahun, 36,8% pada usia 13
tahun, 43,0% pada usia 15 tahun, dan 53,9% pada usia 17 tahun. Prevalensi myopia
pada anak taman kanak-kanak adalah 0,8% pada usia 4 tahun, 1,3% pada usia 5
tahun, dan 3,7% pada usia 6 tahun. Di Taiwan, tingkat kejadian dalam 1 tahun dari
myopia adalah 17,7% dari usia 7 hingga 11 tahun. Dari tahun 1983 hingga 2000, ada
peningkatan yang signifikan dalam prevalensi myopia di Taiwan. Ini meningkat dari
5,8% menjadi 21,0% pada usia 7 tahun, dari 36,7% menjadi 61,0% pada usia 12 tahun,
dari 64,2% menjadi 81,0% pada usia 15 tahun, dan dari 74% menjadi 84% di antara
usia 16 hingga 18 tahun. Terdapat prevalensi myopia yang tinggi pada anak usia
sekolah di Hong Kong: peningkatan 17,0% pada anak kurang dari 7 tahun, 37,5% pada
anak usia 8 tahun, dan 53,1% pada anak usia lebih dari 11 tahun. Di Singapura,
prevalensinya adalah 11,0% pada anak-anak kurang dari 6 tahun, 29,0%, 34,7%, dan
53,1% pada usia 7-, 8-, dan 9 tahun, secara berturut-turut. Pada anak-anak Korea
berusia 5 hingga 18 tahun, prevalensi myopia adalah 64,6%, dan myopia tinggi (SE≤-
6,0 D) 5,4%. Kohort di Korea yang lain melaporkan prevalensi myopia adalah 50% pada
anak usia 5 hingga 11 tahun, 78% pada usia 12 hingga 18 tahun, dan 45,7% pada
siswa SMA. Di India, prevalensinya ditemukan 21,1% pada anak-anak yang berusia 5
hingga 15 tahun. Di India, prevalensi di perkotaan 10,9% pada usia 10, 16,5% pada
usia 12, dan 27,3% pada usia 15.
Sebagai tambahan pada efek samping, konsentrasi atropine yang tinggi dapat
menyebabkan rebound setelah penghentian tetes mata sehingga membatasi
penggunaannya secara luas. Pada ATOM 1, perkebangan myopia selama tahun
pertama adalah -1.14 ± 0.8 D/tahun pada kelompok atropine 1% dan -0.38 ± 0.39
D/tahun pada kelompok kontrol (P < 0.001). Secara keseluruhan selama 3 tahun
penelitian, perkembangan myopia adalah -0.46 ± 0.26 D/tahun dan -0.52 ± 0.30
D/tahun untuk kelompok atropine 1% dan placebo, secara berturut-turut (P = 0.043).
perubahan AL sebesar 0.29 ± 0.37 mm pada mata yang diterapi atropine 1%, dan 0.52
± 0.45 mm in pada mata yang diterapi placebo (P < 0.001).
Hasil dari studi ATOM 2 membawa perubahan paradigma kontrol myopia dengan
menggunakan tetes mata atropin konsentrasi rendah, yang ditoleransi dengan baik, dan
dengan sedikit rebound setelah penghentian pengobatan. Sebuah meta-analisis
selanjutnya oleh Gong et al, yang mencakup 19 studi atropin konsentrasi tinggi,
sedang, dan rendah untuk perkembangan myopia, menyebutkan bahwa efikasi atropine
tidak bergantung dengan konsentrasinya dari atropine 0,01% sampai 1%, sedangkan
untuk efek sampingnya tergantung konsentrasi. Sebagai catatan, atropine 0,01%
direkomendasikan untuk kontrol myopia oleh American Academy of Ophthalmology.
Data tersebut menyebabkan peningkatan popularitas dalam menggunakan atropin
konsentrasi rendah, khususnya 0,01% untuk kontrol myopia. Dalam survei dokter mata
anak di seluruh dunia, atropin 0,01% adalah ukuran paling populer untuk kontrol
myopia.
Penelitian LAMP meneliti 438 anak berusia 4 hingga 12 tahun dengan myopia
minimal 1,0 D secara acak dalam rasio 1:1:1:1 untuk menerima tetes mata atropin
0,05%, 0,025%, 0,01%, dan plasebo harian. Setelah 1 tahun, perubahan SE rata-rata
adalah -0,27 ± 0,61 D, -0,46 ± 0,45 D, -0,59 ± 0,61 D, dan -0,81 ± 0,53 D, secara
berturut-turut (P <0,001) (Gambar. 1). Sementara itu, rata-rata perubahan AL setelah 1
tahun adalah 0,20 ± 0,25 mm, 0,29 ± 0,20 mm, 0,36 ± 0,29 mm, dan 0,41 ± 0,22 mm,
secara berturut-turut (P <0,001) (Gambar. 2). Terdapat respon yang tergantung dengan
konsentrasi secara jelas. Di antara mereka, atropin 0,05% adalah yang paling efektif
untuk mengendalikan perkembangan myopia dan perpanjangan aksial selama periode
penelitian. Sebagai catatan, atropine 0,01% mengurangi perpanjangan AL sebesar
12%, dibandingkan dengan kelompok plasebo, mesikpun perbedaannya tidak
mencapai signifikansi statistik. Namun demikian, atropine 0,01% dapat menurunkan
sebesar 27% pada perkembangan SE.
Pada aspek profil efek samping, semua kelompok konsentrasi atropin dalam
penelitian kami (0,05%, 0,025%, dan 0,01%) ditoleransi dengan baik. Pertama,
penurunan amplitudo akomodasi pada semua kelompok secara klinis kecil, dengan
1,98 D, 1,61 D, 0,26 D, dan 0,32 D pada kelompok atropin 0,05%, 0,025%, 0,01%, dan
kelompok plasebo, secara berturut-turut. Dalam istilah praktis, penurunan amplitudo
akomodasi 2 D (misalnya, dari amplitudo akomodasi 12 D turun menjadi 10 D)
bertanggung jawab untuk peningkatan jarak titik dekat dari 8,3 ke 10 cm, hal tersebut
secara klinis bukan masalah besar. Kedua, ukuran pupil meningkat sebesar 1,03 mm,
0,76 mm, 0,49 mm, dan 0,13 mm pada kelompok atropine 0,05%, 0,025%, 0,01%, dan
kelompok plasebo, secara berturut-turut. Dengan menggunakan 3-mm sebagai cut-off
peningkatan ukuran pupil photopic yang menyebabkan ketidaknyamanan secara
signifikan bagi sejumlah pengguna, data menunjukkan bahwa semua atropin
konsentrasi rendah dapat ditoleransi dengan baik, dengan peningkatan sebesar 3,11
mm, 2,42 mm, 0,91 mm pada kelompok atropin 0,5%, 0,1%, dan 0,01%, secara
berturut-turut. Ketiga, penglihatan dekat dan penglihatan jarak jauh di semua kelompok
tidak terpengaruh oleh konsentrasi atropin <0,05%. Studi LAMP menunjukkan bahwa
visi dan kualitas hidup subyek yang mendapat atropin 0,05%, 0,025%, dan 0,01%
adalah sama dengan subyek yang menerima plasebo. Terakhir, gejala fotofobia
dilaporkan serupa di antara semua kelompok, yakni sebesar 7,8% pada atropin 0,05%,
6,6% pada atropin 0,025%, dan 2,1% pada atropin 0,01% dalam penlitian LAMP.
Dengan pertimbangan efikasi dan profil efek samping, penelitian LAMP menunjukkan
bahwa atropin 0,05% adalah yang paling efektif dalam mengendalikan perkembangan
SE dan perpanjangan aksial dalam 1 tahun.
Terapi Kombinasi
Disamping efikasi terapi atropin, respon pengobatan tetap bervariasi. Shih dkk
menemukan bahwa 10,6% anak-anak tidak merespon dengan atropin 0,5%. Dalam
penelitian lain, respon buruk dari anak-anak (didefinisikan sebagai perkembangan
myopia > 1 D/ tahun) sebanyak 4% dari kelompok atropin 0,5%, 17% pada kelompok
atropin 0,25% dan 33% pada kelompok atropin 0,1%, dibandingkan dengan 44% pada
kelompok kontrol. Dalam studi ATOM 1, 12% anak yang diobati dengan atropin 1%
pada 1 tahun terus berkembang hingga > -0,5 D / tahun. Di ATOM 2, anak-anak pada
kelompok atropine 0,5%, 0,1%, dan 0,01% sebanyak 4,3%, 6,4%, dan 9,3%, secara
berturut-turut, memiliki perkembangan myopia ≥-1,5 D selama 2 tahun pertama
pengobatan aktif. Dalam studi LAMP kami, sebanyak 30,4%, 48,4%, dan 56,2% pada
kelompok atropin 0,05%, 0,025%, dan 0,01%, secara berturut-turut, meningkat sebesar
≥-0,50 D, dibandingkan dengan 75,8% pada kelompok placebo.
KESIMPULAN
Li, F. F., & Yam, J. C. (2019). Low-Concentration Atropine Eye Drops for Myopia
Progression. Asia-Pacific Journal of Ophthalmology, 8(5), 360–365.
http://doi.org/10.1097/apo.0000000000000256