Anda di halaman 1dari 14

JOURNAL READING

TETES MATA ATROPIN KONSENTRASI RENDAH UNTUK PERKEMBANGAN


MYOPIA

Dosen Pembimbing :

dr. Hadi Soesilo, Sp.M

Oleh :

Hafizh Yoanta Utama

20190420092

Bagian Ilmu Kesehatan Mata

Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah

RSPAL Dr. Ramelan Surabaya

2020
LEMBAR PENGESAHAN

JOURNAL READING

TETES MATA ATROPIN KONSENTRASI RENDAH


UNTUK PERKEMBANGAN MYOPIA

Journal Reading dengan judul “Tetes Mata Atropin Konsentrasi Rendah Untuk
Perkembangan Myopia” telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas baca
dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di Bagian Ilmu
Kesehatan Mata di RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.

Jumat, 14 Februari 2020

Mengetahui,

dr. Hadi Soesilo Sp.M


TETES MATA ATROPIN KONSENTRASI RENDAH UNTUK PERKEMBANGAN
MYOPIA

ABSTRAK

Tujuan: Tetes mata atropin adalah terapi yang muncul untuk kontrol myopia. Artikel ini
meninjau uji klinis terbaru untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
penggunaan tetes mata atropin pada perkembangan myopia.

Metode: Meninjau semua uji klinis acak tetes mata atropin untuk perkembangan
myopia dalam literature.

Hasil: Tetes mata atropin 1% memberi khasiat terkuat pada kontrol myopia. Namun,
penggunaannya dibatasi karena adanya efek samping berupa penglihatan kabur dan
fotofobia. Studi ATOM 2 mengevaluasi atropin 0,5%, 0,1%, dan 0,01% pada 400 anak
myopia, dan menyarankan bahwa atropine 0,01% adalah konsentrasi optimal dengan
efikasi yang baik dan efek samping minimal. Sejak saat itu, penggunaan tetes mata
atropin telah dialihkan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah di seluruh dunia.
Studi Low-concentration Atropine for Myopia Progress (LAMP) baru-baru ini
mengevaluasi tetes mata atropin 0,05%, 0,025%, 0,01% dan kelompok plasebo pada
438 myopia. Penelitian ini pertama-tama memberikan bukti yang membandingkan
plasebo dengan tetes mata atropin konsentrasi rendah dalam kontrol myopia. Lebih
lanjut, baik efikasi maupun efek sampingnya mengikuti respons yang bergantung pada
atropine dengan konsentrasi antara 0,01% hingga 0,05%. Di antara mereka, atropin
0,05% adalah konsentrasi optimal untuk mencapai efikasi dan profil keamanan terbaik.

Kesimpulan: Atropin konsentrasi rendah efektif dalam pengendalian myopia.


Meluasnya penggunaan atropin konsentrasi rendah, terutama di Asia Timur, dapat
membantu mencegah perkembangan myopia untuk anak-anak yang berisiko tinggi.
Investigasi lebih lanjut tentang fenomena rebound setelah penghentian tetes, dan
pendekatan pengobatan individual jangka panjang harus dilakukan.

Kata Kunci: atropin, myopia.


EPIDEMIOLOGI MYOPIA DI ASIA

Myopia adalah kelainan okular yang paling umum, terutama di Asia Timur.
Diperkirakan sekitar 2,5 miliar orang akan mengalami myopia pada tahun 2020, dan
sekitar setengah dari populasi dunia akan menjadi myopia, dengan 10% dari mereka
menderita myopia yang parah pada 2050. Di Cina, kejadian myopia dalam 3 tahun (SE
≤-0,5 D) pada anak-anak usia sekolah 6 hingga 7 tahun adalah 39,5%. Di daerah
perkotaan, seperti Guangzhou, prevalensinya sebesar 5,7% pada usia 5 tahun, 30,1%
pada usia 10 tahun, dan mencapai 78,4% pada usia 15 tahun. Di daerah pedesaan,
seperti Yangxi dan Shunyi, prevalensinya nol pada usia 5 tahun, 36,8% pada usia 13
tahun, 43,0% pada usia 15 tahun, dan 53,9% pada usia 17 tahun. Prevalensi myopia
pada anak taman kanak-kanak adalah 0,8% pada usia 4 tahun, 1,3% pada usia 5
tahun, dan 3,7% pada usia 6 tahun. Di Taiwan, tingkat kejadian dalam 1 tahun dari
myopia adalah 17,7% dari usia 7 hingga 11 tahun. Dari tahun 1983 hingga 2000, ada
peningkatan yang signifikan dalam prevalensi myopia di Taiwan. Ini meningkat dari
5,8% menjadi 21,0% pada usia 7 tahun, dari 36,7% menjadi 61,0% pada usia 12 tahun,
dari 64,2% menjadi 81,0% pada usia 15 tahun, dan dari 74% menjadi 84% di antara
usia 16 hingga 18 tahun. Terdapat prevalensi myopia yang tinggi pada anak usia
sekolah di Hong Kong: peningkatan 17,0% pada anak kurang dari 7 tahun, 37,5% pada
anak usia 8 tahun, dan 53,1% pada anak usia lebih dari 11 tahun. Di Singapura,
prevalensinya adalah 11,0% pada anak-anak kurang dari 6 tahun, 29,0%, 34,7%, dan
53,1% pada usia 7-, 8-, dan 9 tahun, secara berturut-turut. Pada anak-anak Korea
berusia 5 hingga 18 tahun, prevalensi myopia adalah 64,6%, dan myopia tinggi (SE≤-
6,0 D) 5,4%. Kohort di Korea yang lain melaporkan prevalensi myopia adalah 50% pada
anak usia 5 hingga 11 tahun, 78% pada usia 12 hingga 18 tahun, dan 45,7% pada
siswa SMA. Di India, prevalensinya ditemukan 21,1% pada anak-anak yang berusia 5
hingga 15 tahun. Di India, prevalensi di perkotaan 10,9% pada usia 10, 16,5% pada
usia 12, dan 27,3% pada usia 15.

Intervensi yang berbeda telah dicoba untuk mengurangi perkembangan myopia,


termasuk meningkatkan waktu di luar ruangan, metode optik seperti kacamata
ganda/progresif, orthokeratologi, kacamata defokus dan lensa kontak, dan metode
farmakologis termasuk tetes mata atropin. Ulasan dan metaanalisis sebelumnya
menunjukkan bahwa tetes mata atropin memberikan efikasi terbaik di antara semua
metode pencegahan myopia, dan ini lebih lanjut didukung oleh bukti dalam uji klinis
baru-baru ini. Artikel ini meninjau uji klinis terbaru untuk memberikan pemahaman yang
lebih baik tentang penggunaan tetes mata atropin pada perkembangan myopia.
TINJAUAN UJI COBA KLINIS UNTUK PERKEMBANGAN MYOPIA

Atropin adalah obat yang paling efektif untuk memperlambat perkembangan


myopia. Rangkuman dari uji coba terkontrol secara acak (RCT) tentang atropine untuk
perkembangan myopia ditunjukkan pada Tabel 1. Pada 1989, Yen dkk melakukan uji
coba pertama dari atropine 1% untuk control myopia. Total 96 anak-anak usia 6 sampai
14 tahun secara acak dibagi menjadi kelompok untuk diberikan atropine 1%,
cyclopentolate 1%, dan placebo selama 1 tahun. Mereka menemukan bahwa atropine
1% menunjukkan efikasi terbaik untuk kontrol myopia dari 3 kelompok tersebut, dengan
perkembangan myopia pada pemberian atropine 1% -0.22 ± 0.54D/tahun,
cyclopentolate 1% -0.58 ± 0.49 D/tahun, and placebo -0.91 ± 0.58 D/tahun. Namun,
data panjang aksis/axial length (AL) belum tersedia, dan oleh karena itu data efek
atropine pada pemanjangan axial belum diketahui secara jelas. Selain itu, seluruh anak-
anak pada kelompok atropine 1% mengeluhkan fotofobia. Karena efek samping yang
signifikan dari atropine 1% tersebut, konsentrasi yang lebih rendah dari atropine
dievaluasi dengan tujuan untuk menurunkan efek samping dan mempertahankan
efikasi. Pada tahun 1999, Shih dkk melakukan uji coba terkontrol secara acak pada
200 anak-anak usia 6 sampai 13 tahun, dengan pemberian atropine 0,5%, 0,25%,
0,1%, dan tropicamide 0,5% (sebagai kelompok kontrol). Setelah difollow-up selama 2
tahun, rata-rata perkembangan myopia pada setiap kelompok adalah -0.04 ± 0.63
D/tahun, -0.45 ± 0.55 D/tahun, and -0.47 ± 0.91 D/tahun pada kelompok atropin 0,5%,
0,25%, dan 0,1%, dan -1.06 ± 0.61 D/tahun pada kelompok kontrol tropicamide 0,5%.
Seluruh kelompok yang diberikan atropin lebih efektif jika dibandingkan dengan
kelompok kontrol (P<0,01). Sebagai catatan, hanya 22% dari anak-anak yang diberikan
atropine 0,5% yang mengeluhkan fotofobia selama 3 bulan pertama terapi, hal ini
mendukung bahwa konsentrasi yang lebih rendah dari atropine dapat menurunkan efek
samping. Namun, pada penelitian ini tidak ada data AL dan kelompok kontrol placebo.
Oleh karena itu, untuk mengetahui efikasi dari atropine 0,5%, 0,25%, 0,1% perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut.
Pada 2006, Chua dkk melakukan penelitian Atropine for the Treatment of
Childhood Myopia (ATOM 1), yang menyediakan bukti terkuat dari atropine 1% untuk
kontrol myopia. Total 400 anak-anak berusia 6 hingga 12 tahun dengan myopia
(spherical equivalent -1.00 sampai -6.00 D) dibagi secara acak ke dalam 2 kelompok.
Pada kelompok terapi, anak-anak mendapatkan atropine 1% sekali setiap malam hari
pada 1 mata dan tidak dilakukan terapi pada mata yang satunya. Pada kelompok
kontrol, tetes placebo diberikan pada 1 mata dan tidak diberikan pada mata yang
satunya. Setelah 2 tahun, rata-rata perkembangan myopia secara signifikan lebih
rendah pada kelompok atropine 1% (-0.28 ± 0.92 D/2 tahun), dibandingkan dengan
kelompok kontrol (-1.20 ± 0.69 D/2 tahun). Rata-rata peningkatan AL pada penelitian
ATOM 1 diukur menggunakan ultrasonografi A-scan dan pada kelompok atropine 1%
tetap tidak berubah (-0.02 ± 0.35 mm/2 tahun) dibandingkan dengan pemanjangan
secara signifikan dari AL pada kelompok kontrol (0.38 ± 0.38 mm/ 2 tahun, P < 0.001).
setelah 2 tahun, terapi atropine menunjukkan rata-rata penurunan perkembangan
myopia sebesar 77% dibandingkan dengan terapi placebo. Selanjutnya, penelitian
ATOM 1 memnunjukkan dokumentasi secara detail bahwa hanya 18% peserta yang
mengeluhkan fotofobia. Namun, profil keamanan dari atropine seperti ukuran dan
akomodasi pupil, juga perlu diperhatikan karena hal ini dapat mnghalangi anak-anak
dan orang tua untuk menggunakan terapi ini. Efek samping okular utama pada
pemberian atropine topical termasuk midriasis yang menyebabkan fototobia, hilangnya
akomodasi menyebabkan pandangan dekat kabur, dan respon alergi local.

Sebagai tambahan pada efek samping, konsentrasi atropine yang tinggi dapat
menyebabkan rebound setelah penghentian tetes mata sehingga membatasi
penggunaannya secara luas. Pada ATOM 1, perkebangan myopia selama tahun
pertama adalah -1.14 ± 0.8 D/tahun pada kelompok atropine 1% dan -0.38 ± 0.39
D/tahun pada kelompok kontrol (P < 0.001). Secara keseluruhan selama 3 tahun
penelitian, perkembangan myopia adalah -0.46 ± 0.26 D/tahun dan -0.52 ± 0.30
D/tahun untuk kelompok atropine 1% dan placebo, secara berturut-turut (P = 0.043).
perubahan AL sebesar 0.29 ± 0.37 mm pada mata yang diterapi atropine 1%, dan 0.52
± 0.45 mm in pada mata yang diterapi placebo (P < 0.001).

Efek antimyogenik dari atropine 1% dan atropin 0,5% untuk perkembangan


myopia juga terlihat pada RCT berikutnya. Namun, mereka tidak mengevaluasi efek
samping secara rinci. Sejauh ini, atropin konsentrasi tinggi tetap menjadi pengobatan
yang paling manjur untuk perkembangan myopia, tetapi profil efek samping dan
rebound setelah penghentian tetes membatasi penggunaannya secara luas. Dengan
demikian, pada tahun 2012, studi ATOM2 mengevaluasi atropine konsentrasi rendah
untuk perkembangan myopia untuk menentukan konsentrasi optimal yang lebih rendah.
Mereka mengevaluasi atopin konsentrasi 0,5%, 0,1%, dan 0,01% pada 400 anak
dengan myopia setidaknya -2,0 D dan dibagi secara acak dalam rasio 2:2:1. Para
penulis awalnya berencana untuk menggunakan 0,01% sebagai kelompok kontrol, dan
karenanya tidak ada kelompok kontrol plasebo yang dialokasikan. Setelah 2 tahun,
perkembangan myopia adalah -0,30 ± 0,60 D, -0,38 ± 0,60 D, dan -0,49 ± 0,63 D, , dan
perpanjangan aksial adalah 0,27 ± 0,25 mm, 0,28 ± 0,28 mm, dan 0,41 ± 0,32 mm
secara beruturut-turut pada masing-masing kelompok atropin 0,5%, 0,1%, dan 0,01%.
Menariknya, anak-anak di atropin 0,01% mengalami kemajuan sebesar -0,43 D pada
tahun pertama, dan kemudian melambat secara signifikan pada tahun kedua (hanya
perkembangan 0,06 D). Sedangkan perpanjangan aksial adalah 0,24 mm selama tahun
pertama dan 0,17 mm selama tahun kedua, dengan total peningkatan 0,41 mm selama
2 tahun. Efikasi atropin 0,01% dalam ATOM2 terutama didasarkan pada tahun kedua
dengan perkembangan SE yang secara signifikan lebih baik daripada perpanjangan AL.
Atropin 0,01% juga memiliki efek samping minimal. Ukuran pupil photopic meningkat
sebesar 3,11 mm, 2,42 mm, dan 0,91 mm masing-masing dalam kelompok atropin
0,5%, 0,1%, dan 0,01%. Amplitudo akomodasi adalah 3,6 D pada atropin 0,5%, 6,0 D
pada atropin 0,1%, dan 11,7 pada atropin 0,01%. Dengan menggunakan peningkatan
≥3 mm dalam ukuran pupil photopic dan amplitudo akomodasi 5 D sebagai cut-off yang
menunjukkan adanya ketidaknyamanan yang signifikan bagi sejumlah pengguna, maka
data menunjukkan bahwa konsentrasi atropin kurang dari 0,1% dapat diterima.
Menariknya, rebound serupa terlihat pada kelompok atropin 0,5% dan 0,1%, tetapi jauh
lebih sedikit pada 0,01%. Perkembangan myopia selama tahun pertama adalah -0,87 ±
0,52 D, -0,68 ± 0,45 D, dan -0,28 ± 0,33 D masing-masing pada atropin 0,5%, 0,1%,
dan 0,01% (P <0,001). Selama seluruh periode studi 3 tahun, SE menjadi lebih myopik
dengan -1,15 ± 0,81 D, -1,04 ± 0,83 D, dan -0,72 ± 072 D masing-masing dalam
kelompok atropin 0,5%, 0,1%, dan 0,01 (P < 0,001). Peningkatan AL terus diamati pada
kelompok atropin 0,01% selama tahun ketiga penelitian (0,19 ± 0,18 mm), dibandingkan
dengan atropin 0,1% (0,24 ± 0,21 mm; P = 0,042) dan atropin 0,5% (0,26 0,23 mm ; P =
0,013). Perkembangan keseluruhan myopia selama 36 bulan paling lambat adalah
pada kelompok atropin 0,01% (-0,72 ± 0,72 D), diikuti oleh kelompok atropin 0,1% (1,04
± 0,83 D), dan kemudian kelompok atropin 0,5% (-1,15 ± 0,81 D) (P <0,001). Pada fase
3 ATOM2, 192 anak-anak yang memiliki perkembangan myopia yang cepat
(didefinisikan sebagai peningkatan >-0,5 D / tahun) pada tahun ketiga melanjutkan
atropin 0,01% untuk 2 tahun berikutnya. Pada akhir penelitian selama 5 tahun ini,
perkembangan myopia keseluruhan di antara kelompok atropin 0,5%, 0,1%, dan 0,01%
adalah serupa, dengan -2,32 ± 1,04 D, -2,34 ± 1,07 D, dan -2.25 ± 1,11 D, secara
berturut-turut (P = 0,95). Dengan lebih sedikit efek samping dan rebound setelah
penghentian atropin, penulis menyarankan bahwa atropin 0,01% lebih baik dalam
keseimbangan pengobatan dan efek samping

PERUBAHAN DARI ATROPINE KONSENTRASI TINGGI KE KONSENTRASI


RENDAH

Hasil dari studi ATOM 2 membawa perubahan paradigma kontrol myopia dengan
menggunakan tetes mata atropin konsentrasi rendah, yang ditoleransi dengan baik, dan
dengan sedikit rebound setelah penghentian pengobatan. Sebuah meta-analisis
selanjutnya oleh Gong et al, yang mencakup 19 studi atropin konsentrasi tinggi,
sedang, dan rendah untuk perkembangan myopia, menyebutkan bahwa efikasi atropine
tidak bergantung dengan konsentrasinya dari atropine 0,01% sampai 1%, sedangkan
untuk efek sampingnya tergantung konsentrasi. Sebagai catatan, atropine 0,01%
direkomendasikan untuk kontrol myopia oleh American Academy of Ophthalmology.
Data tersebut menyebabkan peningkatan popularitas dalam menggunakan atropin
konsentrasi rendah, khususnya 0,01% untuk kontrol myopia. Dalam survei dokter mata
anak di seluruh dunia, atropin 0,01% adalah ukuran paling populer untuk kontrol
myopia.

Pertanyaan Yang Belum Terjawab Dari Penelitian Sebelumnya

Meskipun ATOM 2 menyediakan data penting dengan membuktikan efikasi


atropin konsentrasi rendah, itu sayangnya terbatas oleh kurangnya kelompok kontrol
placebo. Sebagai catatan, dibandingkan dengan kelompok plasebo historis di ATOM1,
atropin 0,01% tidak berpengaruh pada pemanjangan aksial (0,41 vs 0,38 mm / 2
tahun), meskipun demikian efeknya signifikan pada kesalahn refraksi (-0,49 D / 2 tahun
vs -1,20 D / 2 tahun). Pertanyaan penting untuk atropin konsentrasi rendah pada kontrol
myopia tetap harus dijawab: Apakah atropin konsentrasi rendah mencegah
perkembangan myopia dibandingkan dengan kelompok plasebo? Apakah efeknya
berhubungan dengan konsentrasi pada atropin konsentrasi rendah? Apa konsentrasi
yang optimal dengan efikasi dan keamanan terbaik? Jadi, kami melakukan penelitian
Low-concentration Atropine of Myopia Progression (LAMP), yang merupakan penelitian
double-blinded, acak, dan terkontrol plasebo untuk mengevaluasi efikasi dan keamanan
atropin konsentrasi rendah 0,05%, 0,025%, dan 0,01%.

PENELITIAN LOW-CONCENTRATION ATROPINE FOR MYOPIA PROGRESSION


(LAMP)

Penelitian LAMP meneliti 438 anak berusia 4 hingga 12 tahun dengan myopia
minimal 1,0 D secara acak dalam rasio 1:1:1:1 untuk menerima tetes mata atropin
0,05%, 0,025%, 0,01%, dan plasebo harian. Setelah 1 tahun, perubahan SE rata-rata
adalah -0,27 ± 0,61 D, -0,46 ± 0,45 D, -0,59 ± 0,61 D, dan -0,81 ± 0,53 D, secara
berturut-turut (P <0,001) (Gambar. 1). Sementara itu, rata-rata perubahan AL setelah 1
tahun adalah 0,20 ± 0,25 mm, 0,29 ± 0,20 mm, 0,36 ± 0,29 mm, dan 0,41 ± 0,22 mm,
secara berturut-turut (P <0,001) (Gambar. 2). Terdapat respon yang tergantung dengan
konsentrasi secara jelas. Di antara mereka, atropin 0,05% adalah yang paling efektif
untuk mengendalikan perkembangan myopia dan perpanjangan aksial selama periode
penelitian. Sebagai catatan, atropine 0,01% mengurangi perpanjangan AL sebesar
12%, dibandingkan dengan kelompok plasebo, mesikpun perbedaannya tidak
mencapai signifikansi statistik. Namun demikian, atropine 0,01% dapat menurunkan
sebesar 27% pada perkembangan SE.
Pada aspek profil efek samping, semua kelompok konsentrasi atropin dalam
penelitian kami (0,05%, 0,025%, dan 0,01%) ditoleransi dengan baik. Pertama,
penurunan amplitudo akomodasi pada semua kelompok secara klinis kecil, dengan
1,98 D, 1,61 D, 0,26 D, dan 0,32 D pada kelompok atropin 0,05%, 0,025%, 0,01%, dan
kelompok plasebo, secara berturut-turut. Dalam istilah praktis, penurunan amplitudo
akomodasi 2 D (misalnya, dari amplitudo akomodasi 12 D turun menjadi 10 D)
bertanggung jawab untuk peningkatan jarak titik dekat dari 8,3 ke 10 cm, hal tersebut
secara klinis bukan masalah besar. Kedua, ukuran pupil meningkat sebesar 1,03 mm,
0,76 mm, 0,49 mm, dan 0,13 mm pada kelompok atropine 0,05%, 0,025%, 0,01%, dan
kelompok plasebo, secara berturut-turut. Dengan menggunakan 3-mm sebagai cut-off
peningkatan ukuran pupil photopic yang menyebabkan ketidaknyamanan secara
signifikan bagi sejumlah pengguna, data menunjukkan bahwa semua atropin
konsentrasi rendah dapat ditoleransi dengan baik, dengan peningkatan sebesar 3,11
mm, 2,42 mm, 0,91 mm pada kelompok atropin 0,5%, 0,1%, dan 0,01%, secara
berturut-turut. Ketiga, penglihatan dekat dan penglihatan jarak jauh di semua kelompok
tidak terpengaruh oleh konsentrasi atropin <0,05%. Studi LAMP menunjukkan bahwa
visi dan kualitas hidup subyek yang mendapat atropin 0,05%, 0,025%, dan 0,01%
adalah sama dengan subyek yang menerima plasebo. Terakhir, gejala fotofobia
dilaporkan serupa di antara semua kelompok, yakni sebesar 7,8% pada atropin 0,05%,
6,6% pada atropin 0,025%, dan 2,1% pada atropin 0,01% dalam penlitian LAMP.
Dengan pertimbangan efikasi dan profil efek samping, penelitian LAMP menunjukkan
bahwa atropin 0,05% adalah yang paling efektif dalam mengendalikan perkembangan
SE dan perpanjangan aksial dalam 1 tahun.

Penelitian LAMP berkontribusi pada pemahaman atropin konsentrasi rendah


untuk kontrol myopia dalam beberapa aspek. Pertama, yaitu adalah uji coba double-
blinded, acak, terkontrol placebo pada tetes atropin konsentrasi rendah, yang
memberikan bukti kuat untuk mendukung perannya dalam kontrol myopia. Kedua,
penelitian ini telah menjawab kontroversi sebelumnya, dan menunjukkan bahwa
efikasi dan profil efek samping tergantung pada konsentrasi atropin konsentrasi rendah
dengan kisaran mulai dari 0,05% hingga 0,01%. Ketiga, penelitian ini menunjukkan
bahwa atropin konsentrasi rendah 0,05% paling efektif disbanding 3 konsentrasi lain,
dan tetap ditoleransi dengan baik.

PERSPEKTIF DARI PENILITIAN LAMP

Penelitian terkontrol acak terbaru telah mengkonfirmasi efikasi atropin


konsentrasi rendah dibandingkan dengan plasebo, dan atropin 0,05% memberikan
efikasi dan keamanan terbaik dalam mengendalikan perkembangan myopia dan
perpanjangan AL. Namun, beberapa pertanyaan penting belum dijawab: Berapakah
konsentrasi optimal tetes mata atropin konsentrasi rendah dalam periode yang lebih
lama? Apakah khasiat atropin konsentrasi rendah lebih baik pada tahun kedua jika
dibandingkan dengan tahun pertama? LAMP fase 2 (laporan tahun kedua) dirancang
untuk mengevaluasi efikasi dan profil efek samping dalam 2 tahun dari 3 konsentrasi
atropin 0,05%, 0,025%, dan 0,01%. Ini juga akan mengevaluasi apakah efikasi
konsentrasi atropin akan lebih baik di tahun kedua daripada di tahun pertama.
Pertanyaan lain yang tersisa adalah fenomena rebound setelah penghentian atropin
1%, 0,5%, 0,1%, dan 0,01%, dimana telah diteliti dalam penelitian ATOM 1 dan ATOM
2. Ini didasarkan pada postulat sebelumnya dimana atropin yang terus menerus
diberikan selama 2 tahun dapat memberikan efek stabilisasi, sehingga dapat dihentikan
sesudahnya. Namun, observasi selanjutnya menunjukkan fenomena rebound
mempengaruhi rejimen pengobatan. Karena itu, kami merencanakan penelitian fase 3
kami (tahun ketiga) dengan mengacak setiap 3 kelompok 0,05%, 0,025%, dan 0,01%
ke dalam kelompok berhenti terapi dan kelompok terapi lanjut, untuk mengevaluasi
efikasi kelompok atropin 0,05%, 0,025%, dan 0,01% selama 3 tahun; untuk mengetahui
apakah pengobatan atropin harus dihentikan setelah 2 tahun; dan untuk mengetahui
fenomena rebound dari atropin 0,05%, 0,025%, dan 0,01% setelah penghentian
pengobatan. Akhirnya, kami berencana untuk melakukan penelitian fase 4, untuk
meneliti atropin pada anak-anak yang mengalami perkembangan myopia dan AL
selama periode penghentian terapi, untuk menentukan efikasi jangka panjang dari
atropin konsentrasi rendah selama periode 5 tahun.

Terapi Kombinasi

Disamping efikasi terapi atropin, respon pengobatan tetap bervariasi. Shih dkk
menemukan bahwa 10,6% anak-anak tidak merespon dengan atropin 0,5%. Dalam
penelitian lain, respon buruk dari anak-anak (didefinisikan sebagai perkembangan
myopia > 1 D/ tahun) sebanyak 4% dari kelompok atropin 0,5%, 17% pada kelompok
atropin 0,25% dan 33% pada kelompok atropin 0,1%, dibandingkan dengan 44% pada
kelompok kontrol. Dalam studi ATOM 1, 12% anak yang diobati dengan atropin 1%
pada 1 tahun terus berkembang hingga > -0,5 D / tahun. Di ATOM 2, anak-anak pada
kelompok atropine 0,5%, 0,1%, dan 0,01% sebanyak 4,3%, 6,4%, dan 9,3%, secara
berturut-turut, memiliki perkembangan myopia ≥-1,5 D selama 2 tahun pertama
pengobatan aktif. Dalam studi LAMP kami, sebanyak 30,4%, 48,4%, dan 56,2% pada
kelompok atropin 0,05%, 0,025%, dan 0,01%, secara berturut-turut, meningkat sebesar
≥-0,50 D, dibandingkan dengan 75,8% pada kelompok placebo.

Strategi yang diperbarui termasuk meningkatkan konsentrasi atropin atau


dikombinasikan dengan lebih banyak waktu di luar ruangan, kacamata multifokal, atau,
ortokeratologi diperlukan untuk meningkatkan efikasi kontrol myopia. Pada tahun 2001,
dilakukan penelitian pada 188 anak usia sekolah yang diobati dengan atropin 0,5%
ditambah kacamata multifokal dibandingkan dengan menggunakan kacamata multifokal
saja, atau kacamata single-vision saja. Setelah diteliti selama 18 bulan di Taiwan,
peningkatan AL di kelompok atropin plus kacamata multifokal secara signifikan lebih
rendah dibandingkan 2 kelompok lainnya (P = 0,0001). Sebuah penelitian kecil
terhadap 65 anak menunjukkan bahwa perkembangan myopia -0,15 ± 0,15 D / tahun,
-0,38 ± 0,32 D / tahun, dan -0,21 ± 0,23 D / tahun pada kelompok atropine 0,5%,
0,25%, dan 0,25%. Gabungan Atropin dengan Orthokeratologi (AOK): hasil satu bulan
AOK, pada anak usia 6 hingga 11 tahun, dan denganmyopia -1,00 hingga -4,00 D
secara acak dibagi ke kelompok AOK atau kelompok orthokeratology saja (OK). Data
subyek 30 AOK dan 34 OK yang telah menyelesaikan kunjungan 1 bulan dianalisis.
Perubahan rata-rata pada AL secara signifikan lebih besar di AOK daripada OK subyek
(AOK: -0,05 ± 0,05 mm; OK: -0,02 ± 0,03 mm, P = 0,003).

KESIMPULAN

Kesimpulannya, hasil dari penelitian telah menunjukkan bahwa atropin


konsentrasi rendah berguna dalam memperlambat perkembangan myopia dalam
proporsi tertentu pada anak myopia usia sekolah. Meluasnya penggunaan atropin
konsentrasi rendah, terutama di Asia Timur, dapat membantu mencegah
perkembangan myopia pada anak-anak yang beresiko tinggi. Hasil studi LAMP
memberikan bukti terbaru dari penggunaan atropin konsentrasi rendah, khususnya,
atropine 0,05%, karena efikasinya yang lebih tinggi dan profil efek samping yang dapat
ditoleransi dengan baik. Efikasi dan profil keamanan jangka panjang dibutuhkan.
Investigasi lebih lanjut tentang fenomena rebound setelah penghentian tetes dan
pengobatan individu jangka panjang perlu dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Li, F. F., & Yam, J. C. (2019). Low-Concentration Atropine Eye Drops for Myopia
Progression. Asia-Pacific Journal of Ophthalmology, 8(5), 360–365.
http://doi.org/10.1097/apo.0000000000000256

Anda mungkin juga menyukai