Anda di halaman 1dari 6

Indo. J. Chem. Sci.

1 (2) (2012)
Indonesian Journal of Chemical Science
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs

SINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KAPUK DENGAN KATALIS


ZEOLIT SEKAM PADI

Muhammad Prio Bagus Santoso*) Eko Budi Susatyo, dan Agung Tri Prasetya
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. (024)8508112 Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Seiring dengan menipisnya persediaan minyak bumi dan kian meningkatnya
Diterima Juli 2012 harga bahan bakar minyak (BBM), masyarakat mencari sumber bahan bakar
Disetujui Agustus 2012 alternatif. Salah satu cara menyediakan bahan bakar alternatif (biodiesel)
Dipublikasikan November pengganti bahan bakar minyak adalah dengan memanfaatkan hasil
2012 transesterifikasi minyak biji kapuk dengan katalis zeolit sekam padi. Reaksi
transesterifikasi atau proses transesterifikasi pada dasarnya adalah pertukaran
Kata kunci:
gugus ester. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui massa katalis zeolit
biodiesel
sekam padi agar diperoleh biodiesel yang maksimal serta karakterisasi biodiesel
katalis zeolit sekam padi
yang dihasilkan. Proses transesterifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak
minyak biji kapuk
biji kapuk dengan metanol serta katalis zeolit sekam padi pada suhu 60oC. Dari
transesterifikasi.
hasil penelitian diperoleh metil ester (biodiesel) yang dihasilkan dari 50 ml
minyak biji kapuk dan 300 ml metanol menggunakan katalis zeolit sekam padi
sebanyak 2 gram dan hasil GC-MS adalah metil ester palmitat 8,07%; metil ester
linoleat 8,60% dan metil ester oleat 5,27%.

Abstract
As the availability of fossil fuel is getting less, the price of it is getting more
expensive, so Indonesian people try to find alternative fuel. One way of providing
alternative fuels (biodiesel) fuel replacement is to utilize the results of
transesterification of cottonseeds oil with catalyst zeolite from rice husk ash.
Transesterification reaction, which is basically. A process of ester ion exchange.
On this study aims to determine the mass of catalyst zeolite from rice husk ash in
order to obtain the maximum biodiesel and characterization of the resulting
biodiesel. Transesterification process carried out by reacting methanol with
cottonseeds oil and catalyst zeolite from rice husk ash at a temperature of 60oC.
From the research results obtained methyl ester (biodiesel) produced from
cottonseeds oil 50 ml and 300 ml of methanol with 2 grams of catalyst zeolite
from rice husk ash and the GC-MS is a methyl ester palmitate 8,07%; methyl
ester linoleic 8.60% and methyl ester oleic 5,27%.

© 2012 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi:
Email: newbagus@gmail.com Telp. 085741449910 ISSN NO 2252-6951
MPB Santoso / Indonesian Journal of Chemical Science 1 (2) (2012)
Pendahuluan bahan yang sangat potensial sebagai pengganti
Bahan bakar solar merupakan turunan bahan bakar diesel, melalui reaksi
minyak bumi yang banyak digunakan dalam transesterifikasi (Susilowati, 2006).
berbagai bidang, diantaranya bidang Selama transesterifikasi, satu mol dari
transportasi dan industri. Tetapi saat ini dunia molekul trigliserida bereaksi dengan tiga mol
mengalami krisis bahan bakar minyak. Banyak alkohol untuk menghasilkan campuran ester
negara, terutama Indonesia, mengalami asam lemak (biodiesel) dan gliserol. Reaksi
masalah kekurangan bahan bakar minyak (dari transesterifikasi telah dilakukan dengan
bahan bakar fosil) untuk negaranya sendiri. berbagai kondisi reaksi dan berbagai bahan
Indonesia, khususnya, telah mengimpor bahan katalis termasuk asam, basa, lipase dan basa
bakar minyak (terutama bahan bakar non ionik. Untuk produksi komersial, katalis
diesel/solar) untuk kebutuhan dengan jumlah basa kuat seperti natrium atau kalium
yang cukup besar. hidroksida sering digunakan, akan tetapi katalis
Stok minyak mentah yang berasal dari alkoxide telah pendapat perhatian baru-baru ini
fosil ini terus menurun sedangkan jumlah karena lebih menguntungkan dari pada katalis
konsumsinya terus meningkat setiap tahunnya, basa kuat (Dharsono dan Septiana, 2010).
sehingga perlu dicari alternatif bahan bakar Katalis penting dalam konversi energi
lain, terutama dari bahan yang terbarukan. modern, pabrik kimia, dan teknologi
Salah satu alternatifnya adalah biodiesel, untuk lingkungan. Penggunaan katalis untuk reaksi
menggantikan solar. Secara teknis, biodiesel transesterifikasi dan esterifikasi yang
memiliki kinerja yang lebih baik dari pada solar dipaparkan, menunjukkan bahwa teknologi
(Mescha dkk, 2007). katalis juga banyak diperlukan dalam sintesis
Biodiesel diketahui sebagai bahan bakar biodiesel dan masih perlu dikembangkan.
yang ramah lingkungan dan dapat diperbarui. Untuk memisahkan minyak nabati dari gliserol
Biodiesel biasanya dibuat dengan dalam reaksi transesterifikasi perlu ditambahkan
transesterifikasi minyak tumbuhan atau lemak katalis. Katalis adalah zat yang dapat
hewan dengan methanol atau etanol mempercepat reaksi tanpa ikut terkonsumsi
(Susilowati, 2006). Biodiesel merupakan oleh keseluruhan reaksi atau merupakan suatu
campuran dari mono alkil ester asam lemak dari zat antara yang aktif, tanpa katalis proses
minyak nabati atau lemak hewan. Baik minyak pembuatan biodiesel dengan reaksi
nabati atau lemak hewan termasuk dalam transesterifikasi dapat berlangsung pada
golongan lipida. Minyak dan lemak merupakan temperatur 250oC.
trigliserida karena minyak dan lemak Zeolit merupakan katalisator yang baik
membentuk ester dari tiga molekul asam lemak karena mempunyai pori-pori yang besar dan
yang terikat pada molekul gliserol. permukaan yang maksimum. Zeolit mempunyai
Minyak nabati yang lazim digunakan struktur berongga dan biasanya rongga ini diisi
dalam produksi biodiesel merupakan trigliserida oleh air dan kation yang bisa dipertukarkan dan
yang mengandung asam oleat dan asam memiliki ukuran pori yang tertentu. Oleh
linoleat. Lemak yang lazim digunakan sebagai karena itu, zeolit dapat digunakan sebagai
bahan dasar pembuatan biodiesel merupakan penyaring, penukar ion, penyerap bahan dan
trigliserida yang mengandung asam palmitat, katalisator (Sutarti dan Rahmawati, 1994).
asam stearat, dan asam oleat (Zappi, et al., Daya kerja zeolit sebagai katalisator dapat
2003). diperbesar dengan mengaktifkan zeolit terlebih
Minyak biji kapuk mengandung asam dahulu.
lemak tak jenuh sekitar 71,95% lebih tinggi Sintesis zeolit dari abu sekam padi yang
dibandingkan dengan minyak kelapa. Hal ini sudah pernah dilakukan oleh Kristiyani (2011)
menyebabkan minyak biji kapuk mudah tengik, menunjukan bahwa struktur yang terbentuk
sehingga kurang baik untuk dikembangkan mirip zeolit A [Na12(AlO2)12 (SiO2)12.27H2O]
sebagai minyak makanan. Namun minyak biji (zeolit like) dengan kristal sodalite sebagai fase
kapuk berpotensi untuk dijadikan substitusi dominan. Adapun suhu sintesis zeolit yang
minyak diesel. Dengan melihat kandungan digunakan adalah 100oC, ditunjukkan dengan
minyak biji kapuk tersebut, maka minyak biji kristalinitas maksimum spektra pada
kapuk tersebut dapat diambil sebagai bahan difraktogram sinar-X.
untuk pembuatan metil ester yang merupakan

99
MPB Santoso / Indonesian Journal of Chemical Science 1 (2) (2012)

Metode Penelitian dihentikan dan selanjutnya dilakukan


Penelitian ini dilaksanakan di pemurnian produk.
Laboratorium Kimia Organik dan Kimia Produk yang dihasilkan dari kondisi
Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu optimal proses didiamkan selama 12 jam untuk
Pengetahuan Alam Universitas Negeri memisahkan dengan sempurna biodiesel dan
Semarang. gliserol. Lapisan atas adalah biodiesel yang
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berwarna kuning dan lapisan bawah adalah
adalah Refluks leher tiga, Ayakan 100 mesh, gliserol bewarna putih. Setelah dipisahkan dari
Magnetic stirrer merk Cimarec 2 Thermolyne, gliserol, kemudian metanol sisa reaksi
Neraca analitik Mettler AE200 dengan transesterifikasi dimurnikan dengan
ketelitian 0,0001, Gas Kromatografi gas Hewlett menggunakan destilasi vakum sampai suhu
Pacard 5890 series II, Seperangkat alat GC-MS mencapai 74oC, dan biodiesel dicuci dengan air
merk shimadzu QP-5000. Bahan yang sampai pH biodiesel menjadi netral (pH 7).
dipergunakan dalam penelitian ini adalah zeolit Setelah pencucian, biodiesel dipanaskan sampai
sekam padi jenis IR, Biji kapuk, Metanol MR suhu 100oC untuk menghilangkan sisa air
32,04 g/mol  1,11 gr/cm3 buatan E Merck, (Bahtiar, 2008).
Asam fosfat MR 97,97 g/mol  3,4 gr/cm3 Karakterisasi biodiesel menggunakan
buatan E Merck, Aquades, Air panas. kromatografi gas (GC) untuk mengetahui waktu
Biji kapuk randu dipress dengan retensi pembentukan biodiesel dan persen area
menggunakan mesin pres hidrolik. Minyak yang biodiesel. Sedangkan untuk mengetahui jenis
keluar dari mesin press mengandung kotoran biodiesel yang diperoleh dilakukan dengan alat
dari kulit dan senyawa kimia: alkaloid, kromatografi gas-spektrometer massa (GC-MS).
fosfatida, karotenoid, khlorofil dan lain-lain.
Hasil dan Pembahasan
Proses selanjutnya adalah pemisahan getah
Pengeringan biji kapuk dimaksudkan
(degumming terhadap minyak biji kapuk yang
untuk menurunkan kadar air dari biji kapuk.
dihasilkan oleh mesin pres).
Pengeringan yang dilakukan dengan cara
Degumming dilakukan dengan dikeringkan di bawah sinar matahari, dilakukan
memanaskan minyak biji kapuk sampai suhu sampai biji kapuk berwarna coklat kemerahan.
80°C kemudian ditambahkan asam fosfat 20% Pengeringan tepat akan menentukan rendemen
sebanyak 0,2% volume minyak dan diaduk minyak biji kapuk yang dihasilkan.Setelah
selama 15 menit. Proses pencampuran kering, dilakukan proses pengepresan biji kapuk
menghasilkan campuran minyak biji kapuk, dengan alat mesin pres hidrolik manual. biji
asam fosfat, gum. Campuran tersebut kapuk yang dihasilkan memiliki karakteristik
ditambahkan air sebanyak 3% volume minyak berwarna coklat keruh (gelap), serta bau yang
dan diaduk selama 30 menit. Maka akan menyengat. Hal tersebut dikarenakan minyak
menghasilkan minyak biji kapuk netral dan biji kapuk tersebut mengandung kotoran dari
gum. Campuran minyak biji kapuk netral dan kulit dan senyawa kimia seperti: alkaloid,
gum kemudian didiamkan selama 12 jam dan fosfatida, karotenoid, khlorofil, dan lain-lain.
dilakukan pemisahan gum dengan corong pisah, Oleh karena itu perlu tahap selanjutnya sebelum
maka akan dihasilkan minyak biji kapuk. minyak ditransesterifikasi menjadi biodiesel,
Transesterifikasi dilakukan pada labu yaitu tahap pemisahan getah (degumming)
reaksi leher tiga dengan kapasitas satu liter untuk didapatkan minyak biji kapuk murni.
dilengkapi kondensor dan pengaduk yang
ditempatkan pada lempeng pemanas listrik.
Diambil rasio volume methanol : minyak adalah
6:1. Minyak biji kapuk sebanyak 50 ml
dipanaskan hingga mencapai suhu yang
diinginkan 60oC. Pada saat yang sama, katalis
zeolit sekam padi sebanyak 1, 2 dan 3 gram
dilarutkan dalam metanol dengan volume 300
ml. Menuangkan katalis tersebut dalam labu
leher tiga, aduk campuran tersebut pada skala Gambar 1. Minyak biji kapuk
100 rpm dan suhu dijaga konstan selama 1 jam. Minyak biji kapuk sebelum
Setelah 1 jam, pemanasan dan pengadukan ditransesterifikasi terlebih dahulu mengalami
tahapan pemurnian meliputi degumming dan

100
MPB Santoso / Indonesian Journal of Chemical Science 1 (2) (2012)

netralisasi. Degumming bertujuan mengandung air menyebabkan konsentrasi


menghilangkan gum yang terdapat pada zeolit sekam padi berkurang sehingga reaksi
minyak, sedangkan netralisasi bertujuan transesterifikasi tidak optimal. Penggunaan
menghilangkan asam lemak bebas sehingga jumlah massa katalis zeolit sekam padi dalam
minyak memenuhi syarat untuk reaksi penelitian ini adalah 1 gram, 2 gram dan 3
transesterifikasi. Proses degumming dengan gram. Masing – masing dari jumlah massa zeolit
menambahkan asam fosfat dan untuk tahap sekam padi dilakukan transesterifikasi dengan
netralisasi dengan menambahkan air hangat. 50 ml minyak biji kapuk ditambah metanol 300
Hasil dari proses degumming memperlihatkan ml dan dilakukan sebanyak 3 kali percobaan.
perbedaan warna dari minyak biji kapuk asal, Karakterisasi produk hasil transesterifikasi
yaitu semula berwarna coklat gelap menjadi dengan menentukan massa jenis dan
kuning jernih. karakterisasi dengan menggunakan instrumen
GC. Hasil terbaik dari karakterisasi produk hasil
transesterifikasi dengan menggunakan
instrumen GC akan dilakukan analisa lanjut
dengan menggunakan GC-MS dan menentukan
rendeman metil ester yang diperoleh.
Karakterisasi Minyak Biji Kapuk Hasil
Transesterifikasi
Warna awal dari minyak biji kapuk yang
asalnya kuning setelah reaksi transesterifikasi
menjadi kuning pudar dan sudah tidak lagi
Gambar 2. Minyak biji kapuk hasil degumming berbau tengik.
Transesterifikasi Minyak Biji Kapuk dengan Menurut Wulandari (2010), salah satu
Variasi Massa Katalis
sifat fisik dari biodiesel adalah memiliki massa
Dalam penelitian ini, menggunakan
jenis sebesar 0,868 g/ml pada suhu 25oC.
katalis zeolit yang disintesis dari limbah sekam
Sedangkan massa jenis yang dimiliki oleh
padi. Zeolit sekam padi termasuk dalam katalis
minyak biji kapuk adalah 0,891 g/ml. Pada
heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis
penelitian ini diperoleh massa jenis biodiesel
yang mempunyai fasa yang tidak sama dengan
sebesar 0,869 g/ml; 0,877 g/ml; dan 0,890
reaktan dan produksi. Keuntungan
g/ml.
menggunakan katalis ini adalah mempunyai
aktivitas yang tinggi, kondisi reaksi yang ringan, Berdasarkan Gambar 3, terlihat ada
masa hidup katalis yang panjang, biaya katalis beberapa puncak. Pada Gambar (a) terdapat 23
yang rendah, tidak korosif, ramah lingkungan puncak, tetapi pada gambar tersebut terdapat 1
dan menghasilkan sedikit masalah puncak utama dengan waktu retensi 14,539
pembuangan, dapat dipisahkan dari larutan menit dengan konsentrasi 33,1494 yang
produksi sehingga dapat digunakan kembali. diidentifikasi sebagai ester yang akan terkonversi
Dalam reaksi transesterifikasi katalis akan menjadi metil ester atau biodiesel. Pada Gambar
memecahkan rantai kimia minyak nabati hingga (b) terdapat 12 puncak, terdapat 1 puncak utama
rantai ester minyak nabati akan terlepas, begitu dengan waktu retensi 14,510 menit dengan
ester terlepas alkohol akan segera bereaksi konsentrasi 40,0298. Pada Gambar (c) terdapat
dengannya dan membentuk biodiesel, 8 puncak utama dengan waktu retensi 14,534
sedangkan gliserol dan katalis yang tersisa akan menit dengan konsentrasi 33,9939. Dari ketiga
mengendap setelah reaksi selesai. Adanya ion gambar kromatogram tersebut dapat diperoleh 3
Na+ dalam zeolit sekam padi dapat puncak utama dengan konsentrasi yang
mempengaruhi jumlah metil ester yang berbeda-beda. Berikut tabel antara massa katalis
terbentuk. Air terkandung dalam reaksi terhadap konsentrasi yang dihasilkan dari
transesterifikasi bereaksi dengan zeolit sekam kromatogram GC.
padi akan membentuk NaOH. Adanya kation Jumlah katalis juga dapat mempengaruhi
alkali tersebut mengakibatkan adanya reaksi hasil dari reaksi transesterifikasi. Sehingga
penyabunan antara asam lemak bebas dengan dilakukan optimasi terhadap katalis yang sesuai
kation alkali. Dalam reaksi dapat dalam reaksi transesterifikasi seperti di
mempengaruhi metil ester yang dihasilkan tunjukkan dalam Gambar 4. Konversi minyak
menjadi berkurang. Terbentuknya NaOH pada biji kapuk menjadi metil ester (biodiesel) akan
reaksi zeolit sekam padi dengan minyak optimal dengan konsentrasi katalis pada batas

101
MPB Santoso / Indonesian Journal of Chemical Science 1 (2) (2012)

tertentu, konversi tidak lagi bertambah heptanol dengan persentase 0,94%. Puncak
walaupun faktor jumlah katalis ditingkatkan. keempat pada waktu retensi 20,600 menit
Pada penelitian ini diperoleh massa katalis 2 merupakan senyawa metil ester dari asam
gram yang menunjuukkan hasil optimum. Oleh linoleat dengan persentase 8,60%. Puncak
karena itu, minyak hasil transesterifikasi pada kelima dengan waktu retensi 20,650 menit
jumlah katalis 2 gram akan dianalisa lanjut menunjukkan senyawa metil ester dari senyawa
dengan instrumen GC-MS untuk mengetahui asam oleat dengan persentase 5,27%. Puncak
jenis metil ester (biodiesel) dan rendemen metil keenam pada waktu retensi 21,133 menit
ester yang terbentuk. merupakan senyawa asam linoleat dengan
persentase 42,91% dan senyawa yang ketujuh
dengan waktu retensi 21,308 menit
menunjukkan senyawa asam stearat dengan
persentase 1,30%. Berdasarkan data GC-MS
juga diperoleh rendemen metil ester (biodiesel)
yang terbentuk sebesar 21,94%.

Gambar 5. Kromatogram minyak biji kapuk


dengan massa katalis 2 gram hasil
transesterifikasi
Simpulan
Gambar 3. Kromatogram GC biodiesel Kondisi optimal dari jumlah massa katalis
minyak biji kapuk dengan massa (a) katalis 1
gram (b) katalis 2 gram (c) katalis 3 gram hasil dalam penelitian ini adalah 2 gram. Hasil
penelitian karakterisasi GC-MS diperoleh 3 jenis senyawa
metil ester yang terbentuk, yaitu metil ester
palmitat, metil ester linoleat dan metil ester
oleat. Hasil GC diperoleh rendemen metil ester
(biodiesel) sebesar 21,94%.
Daftar Pustaka
Bahtiar, Achmad. 2008. Pembuatan Biodiesel
dari Minyak Biji Karet, Uji Kinetik, dan
fisisnya. Skripsi Universitas Negeri
Gambar 4. Grafik optimasi massa katalis pada Semarang.
transeaterifikasi Dharsono, W. dan Y. Saptiana Oktari. 2010.
Berdasarkan Gambar 5, terlihat bahwa Proses Pembuatan Biodiesel dari Dedak
terdapat 7 puncak yang relatif lebih tinggi dan dan Metanol dengan Esterifikasi IN
lebar dibandingkan dengan puncak lain yang SITU. Skripsi Tekinik Kimia
terdapat dalam kromatogram tersebut. Ada 3 Universitas Diponegoro. Online.
puncak yang menunjukkan adanya metil ester Available at:
(biodiesel) yang terbentuk dalam reaksi http://eprints.undip.ac.id/11903/1/Skr
transesterifikasi dari minyak biji kapuk dengan ipsi_-_Wulandari_Dharsono.pdf
katalis zeolit sekam padi, yaitu puncak nomor [diakses 7/2/2011].
1, 4 dan 5. Puncak pertama menunjukkan
Kristiyani, Dyah. 2011. Pemanfaatan Zeolit
waktu retensi 18,875 menit yang merupakan
Abu Sekam Padi Untuk Menurunkan
senyawa metil ester dari asam palmitat dengan
Kadar Ion Pb2+ Pada Air Sumur Di
persentase 8,07%. Puncak kedua pada waktu
Desa Ngawen Pati. Tugas Akhir
retensi 19,383 menit menunjukkan senyawa
Universitas Negeri Semarang.
asam palmitat dengan persentase 32,91%.
Puncak ketiga pada waktu retensi 20,367 menit Mescha Destiana, Agustinus Zandy, Nazef dan
menunjukkan senyawa 2-oktilsiklopropena-1- Soraya Puspasari. 2007. Intensifikasi
102
MPB Santoso / Indonesian Journal of Chemical Science 1 (2) (2012)

Proses Produksi Biodiesel. Jurnal ITB Zappi, M. H., M. Spak. D H., J Brough M.
Bandung. 2003. A Review of the Engineering
Susilowati. 2006. Biodiesel Dari Minyak Biji Aspects of the Biodiesel Industry. MSU
Kapuk Dengan Katalis Zeolit. Jurnal Environmental Techology Research and
UPN “Veteran” JATIM. Applications Laboratory Dave C Swalm
School of Chemical Engineering
Sutarti, M. dan Rahmawati, M., 1994, Zeolit
Missisipi State University.
Tinjauan Literatur, Pusat Dokumentasi
dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

103

Anda mungkin juga menyukai