Anda di halaman 1dari 14

Evaluasi Penggunaan Obat Anti Hipertensi .....

(Woro Supadmi) 67

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI HIPERTENSI


PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG
MENJALANI HEMODIALISIS
EVALUATION OF DRUG USE IN ANTI
HYPERTENSION PATIENTS WHO CHRONIC RENAL
FAILURE UNDERGO HEMODIALYSIS
Woro Supadmi
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan
Jl. Prof.Dr. Soepomo, Telp. (0274) 379418
Yogyakarta

Abstrak
Intervensi dialisis memunculkan berbagai komplikasi pada pasien diantaranya
hipertensi intradialitik sebagai akibat adanya perubahan hemodinamik. Fenomena
paradoks tersebut diantaranya disebabkan aktivasi berbagai vasopresor endogen
akibat adanya perubahan status volume maupun faktor terdialisisnya obat
antihipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat anti
hipertensi, mengevaluasi rasionalitas dan efek samping obat anti hipertensi
berdasarkan literarur. Penelitian ini dilakukan dengan observasi keadaan pasien
berdasarkan rekam medis pasien untuk melihat data obat, data laboratorium pasien
dan kondisi pasien. Penelitian retrospektif pada pasien hemodialisis di rumah sakit
PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode tahun 2009 - 2010. Pasien sesuai dengan
kriteria inklusi, yaitu meggunakan obat anti hipertensi dan data rekam medik lengkap.
Evaluasi rasionalitas penggunaan obat anti hipertensi meliputi tepat dosis, tepat
pasien dan efek samping berdasarkan Drug Informasi Hand Book 2005, Handbook of
Clinical Drug Data 2002 dan literatur yang lain. Penelitian diperoleh 60 pasien yang
sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan hasil penelitian pola penggunaan obat anti
hipertensi pada pasien hemodialisis adalah captoril, furosemida, nifedipin, lisinopril,
amlodipin, valsatran dan clonidin. Evaluasi rasionalitas penggunaan obat tidak tepat
dosis penggunaan captopril 11 pasien dari 34 pasien dan furosemid 18 pasien dari 52
pasien, tidak tepat pasien adalah penggunaan captopril 9 pasien dari 34 pasien. Efek
samping yang terjadi pada pasien akibat penggunaan furosemida adalah hipokalemia
40 pasien, batuk karena captopril adalah 13 pasien, efek samping nifedipin batuk dan
gangguan gastrointestinal 11 pasien , batuk karena lisinopril 5 pasien. Penggunaan
obat anti hipertensi pada pasien hemodialisa Di RSU PKU Muhammdiyah Yogyakarta
sudah rasional.

Kata kunci : Evaluasi terapi ,anti hipertensi, pasien hemodialisa


68 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1, No. 1, 2011 : 67 - 80

Abstract
The intervention led to various complications in dialysis patients include
hypertension intradialitik as a result of hemodynamic changes.The phenomenon of the
paradox of which caused activation of endogenous vasopresor due to changes in
volume status and antihypertensive medication terdialisisnya factor. This study aims to
determine patterns of use of antihypertensive drugs, evaluating the rationality and side
effects of antihypertensive drugs based on literarur. This study was performed with the
patient’s condition based on the observation of patients to see medical records drug
data, laboratory data of patients and patient’s condition.Retrospective study of
hemodialysis patients in the hospital PKU Muhammadiyah Yogyakarta year period
from 2009 to 2010.Patients according to inclusion criteria, anti-hypertensive drug
receipts and complete medical record data.Evaluation of rationality involves the use of
antihypertensive drugs right dose, right patient and side effects based on the Drug
Information Hand Book 2005, Handbook of Clinical Drug Data, 2002. The study found
60 patients who fit the inclusion criteria.Based on the research patterns of use of
antihypertensive drugs in patients with hemodialysis is captoril, furosemide, nifedipine,
lisinopril, amlodipine, valsatran and clonidin. Evaluation rationality inappropriate use
of drugs dose use of captopril 11 patients of 34 patients and furosemide 18 patients from
52 patients, inappropriate use of captopril patients was 9 patients of 34 patients.Side
effects that occur in patients with hypokalemia due to the use of furosemide is 40
patients, cough due to captopril was 13 patients, side effects of nifedipine
gastrointestinal disorders cough and 11 patients, 5 patients cough
lisinopril.Conclusion:he use of antihypertensive medications in hemodialysis
patientsat RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta is rational.

Keywords : Evaluation of therapy, antihypertension, hemodialysis patients

PENDAHULUAN negara berkembang seperti Indonesia,


pada tahun 2003 terdapat 210 pasien
Gagal Ginjal Kronik (GGK) dialisis meninggal dari 1000 pasien
merupakan masalah kesehatan dunia (Strong et al,2005 ).
dengan peningkatan insiden , prevalensi
Pasien penyakit gagal ginjal
serta tingkat morbiditas. Penyakit gagal
kronik tahap akhir diindikasikan untuk
ginjal kronik memerlukan biaya pe-
memperoleh terapi renal replacement
rawatan yang mahal dengan hasil pe-
therapy, yaitu dialisis. Dialisis yang
rawatan yang buruk (National Kidney
dimaksud baik dialisis peritonial maupun
Foundation, 2005). Angka kematian
hemodialisis (Decker et al, 2007 ;
akibat gagal ginjal kronik atau end stage
Shargel dan Yu, 1985). Dialisis merupa-
renal disease dengan dialisis terus
kan suatu proses buatan di mana
meningkat di banyak negara termasuk
akumulasi obat atau metabolit-metabolit
Evaluasi Penggunaan Obat Anti Hipertensi ..... (Woro Supadmi) 69

sisa dipindahkan melalui difusi dari terdialisis serta adanya abnormalitas


tubuh ke dalam cairan dialisis. Intervensi respon tubuh terhadap hemodialisis.
dialisis memunculkan berbagai Kadar obat yang terdialisis mengakibat-
komplikasi pada pasien diantaranya kan penurunan efektifitas obat atau
hipertensi intradialitik sebagai akibat under dose (Bochler et al, 1999 ; Chen et
adanya perubahan hemodinamik al, 2006) yang berakibat tidak ter-
(Zoccali dan Dunea, 2001 ; Chen et al, kontrolnya tekanan darah sehingga
2006). Hipertensi akibat komplikasi ini meningkatkan risiko penyakit jantung
tentunya akan semakin mempercepat dan pembuluh (Agarwal,1999). Oleh
perkembangan penyakit serta menambah karenanya, kadangkala pasien mem-
laju mortalitas pasien. Menurut butuhkankan adanya supplemental dose
European Society of Hypertension- dari obat yang digunakan setelah dialisis
European Society of Cardiology (2003) untuk mempertahankan konsentrasi obat
dan 7th Joint National Committee of di dalam darah (Quan dan Aweeka,
Hypertension (2004), target tekanan 2005; Bochler et al, 1999 ; Keller et al,
darah pada pasien hipertensi dengan 1999 ). Bahkan berkurangnya kadar obat
penyakit ginjal sebagai faktor penyulit di dalam darah dapat berakibat fatal pada
disarankan <130/80 mmHg. Pencapaian pasien dengan kondisi kritis (Keller et al,
target ini diperberat dengan adanya 1999).
hipertensi akibat komplikasi hemo- Insidensi gagal ginjal kronik di
dialisis. Namun, baik definisi maupun Yogyakarta diperkirakan sebesar 1000
mekanisme patologis hipertensi orang tiap 1 juta penduduk atau seorang
intradialitik belum disepakati oleh para penderita tiap 1.000 penduduk. Rumah
ahli (Chen et al, 2006). Hal ini menjadi sakit yang melayani hemodialisa adalah
tantangan berat yang menuntut untuk RSUP Dr. Sardjito, RS PKU Muham-
segera diungkap mengingat kondisi madiyah, RS Panti Rapih dan RS
hipertensi yang tidak terkontrol merupa- Bethesda. Gambaran pelaksanaan pe-
kan faktor risiko terjadinya komplikasi layanan hemodialisa bulanan di beberapa
kardiovaskular yang mempengaruhi Rumah Sakit sampai bulan Agustus
morbiditas dan mortalitas pasien dengan 2006 sebagai berikut RS Bethesda
hemodialisis kronis (Agarwal, 1999). melayani 91 pasien dengan 636 kali cuci
Kondisi tersebut menjadi dasar penting- darah, RS PKU Muhammadiyah sebesar
nya pemberian obat antihipertensi pada 244 pasien dengan 1.927 kali cuci darah
pasien dengan hemodialisis (National dan RS Panti Rapih melayani sebesar
KidneyFoundation, 2005 ; Bishu, 2006). 364 pasien dengan 2.412 kali cuci darah
Tatalaksana terapi pada pasien (Kompas, 5/8/2006).
hipertensi yang menjalani hemodialisis Hipertensi umum terjadi dan sulit
memerlukan perhatian pada manajemen terkontrol dengan baik pada pasien
status cairan/volume ekstra vaskuler dan dengan hemodialisis kronis (Rahman
penyesuaian terapi antihipertensi dan Griffin, 2004). Target tekanan darah
(National Kidney Foundation, 2005). yang dijadikan pedoman pada populasi
Penyesuaian terapi diperlukan karena ini sebagaimana yang dijadikan pedom-
adanya jenis obat antihipertensi yang an pada populasi umumnya. Antara 50 %
70 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1, No. 1, 2011 : 67 - 80

- 90% pasien hemodialisis memiliki hipertensi intradialitik (Chen et al,


tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. 2006). Anti- hipertensi yang terdialisis
Terapi yang digunakan pada pasien adalah yang termetabolisme di ginjal,
dengan hemodialisis kronis memiliki memiliki karakter kelarutan dalam air
tujuan utama untuk mencegah mani- yang tinggi, ikatan protein yang rendah
festasi progresifitas penyakit pada serta bobot molekul yang kecil (Johnson,
kardiovaskular (Hort dan Horl, 2002 ; 2008).
Rahman dan Griffin, 2004) yang di- Melalui penelitian ini diharapkan
akibatkan dari hipertensi tidak ter- dapat mengetahui pola penggunaan obat
kontrol. Agarwal (1999) menyebutkan anti hipertensi pada pasien gagal ginjal
bahwa penghentian obat sebelum dialisis kronik dengan hemodialisa, rasionalitas
yang dimaksudkan untuk menghindar- penggunaan obat anti hipertensi dan
kan pasien dari ancaman hipotensi efek samping yang terjadi akibat peng-
intradialitik ironisnya akan berakibat gunaan obat anti hipertensi pada pasien
berkembangnya hipertrofi ventrikel kiri gagal ginjal kronik dengan hemodialisa
yang akan menyebabkan terjadinya efek di RSU PKU Muhammadiyah Yogya-
hipotensif akibat menurunnya karta.
compliance jantung. Risiko gangguan
kardiovaskuler dicerminkan dengan METODE PENELITIAN
hipertensi sistolik (ESH-ECH, 2003)
sehingga terapi ditujukan untuk meng- Penelitian ini merupakan peneliti-
atasi hipertensi sistolik pra dialisis an deskriptif non eksperimental dengan
daripada sistolik pasca-dialisis (Hort dan pengumpulan data secara retropektif.
Horl, 2002). Namun, menurut Salem Observasi dilakukan terhadap sejumlah
(1999) rendahnya tekanan darah dikait- subjek penelitian menurut keadaan yang
kan pada risiko terjadinya cerebro ada dengan cara survei langsung.
vascularaccident terutama pada populasi Sumber data penelitian adalah semua
pasien lebih dari 60 tahun yang rekam medik pasien gagal ginjal kronik
umumnya memiliki penyakit yang melakukan hemodialisa di bangsal
atherosclerosis. Idealnya tekanan darah Hemodralisa di RS PKU Muhammadyah
pada populasi tersebut lebih dari160/90 Yogyakarta selama periode tahun 2009
mm Hg untuk mempertahankan perfusi - 2010. Kriteria inklusi pasien yang me-
yang cukup. Proses hemodialisis dan nunjukkan tekanan darah paska dialisis
terapi anti- hipertensi dalam kasus lebih dari atau sama dengan 150/90
hipertensi intradialitik seringkali mmHg pada pengukuran basal dan men-
berlawanan. Terapi yang diberikan jalani terapi hipertensi akibat karena
berfungsi me- nurunkan tekanan darah peningkatan tekanan darah pada saat
sedangkan proses hemodialisis proses Hemodialisis (hipertensi
merangsang tubuh untuk terjadinya intradialitik ). Kriteria eksklusi pasien
hipertensi. Proses hemodialisis yang dengan kondisi critically ill yang
meningkatkan kliren obat-obat tertentu membatasi dilakukannya intervensi
berakibat meningkat- kan tekanan darah. penyesuian dosis maupun penambahan
Penurunan kadar antihipertensi selama antihipertensi.
proses dialisis dapat memicu terjadinya
Evaluasi Penggunaan Obat Anti Hipertensi ..... (Woro Supadmi) 71

Data pasien yang tercatat di terhadap kejadian penyakit glomerulone-


dalam rekam medik pasien di bangsal fritis yang merupakan salah satu faktor
hemodialisis Rumah Sakit PKU risiko gagal ginjal kronik. Distribusi
Muhammadyah Yogyakarta yang me- pasien berdasarkan jenis kelamin dan
muat identitas pasien, profil subyektif, usia pada tabel 1.
obyektif, observasi tanda-tanda vital,
Tabel 1. Distribusi pasien berdasarkan
penilaian dan tatalaksana terapi oleh jenis kelamin dan usia
dokter selama periode penelitian. Hasil
penelitian dianalisis dengan metode Karakteristik Persentase
Jumlah
deskriptif dengan mengevaluasi rasio- pasien
nalitas penggunaan obat anti hipertensi Jenis kelamin
tepat dosis, tepat pasien dan efek 1. Laki-laki 37 61,7%
2. Perempuan 23 38,3%
samping obat berdasarkan literatur
Usia
dengan menggunakan acuan referensi 1. 15 - 45 tahun 18 30,0%
Drug Informasi Hand Book 2005, 2. 46 - 75 tahun 42 70,0%
Handbook of Clinical Drug Data 2002
dan literatur yang lain. Distribusi pasien dengan jenis
kelamin antara laki-laki dan perempuan
HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu laki-laki 61,7% dan perempuan
38,3%. Insiden gagal ginjal kronik oleh
Hasil penelitian diperoleh 60 karena glomerulonefritis yang dilakukan
orang pasien yang melakukan hemo- di Jepang menunjukkan bahwa laki-laki
diasis dan sesuai dengan kriteria inklusi. lebih banyak dibandingkan perempuan
Pada 60 orang pasien diberikan obat (Wakai et al,2004).
antihipertensi untuk penanganan kenaik-
kan tekanan darah pasien. Hemodialisis Distribusi persentase usia adalah
sebagai salah satu modalitas terapi pe- 46–75 tahun sebesar 70,0% dan 15–45
nyakit ginjal kronis yang telah mencapai tahun sebesar 30,0%. Jumlah pasien
tahap akhir memicu terjadinya kompli- gagal ginjal kronik dengan usia 46 – 75
kasi hipertensi. Komplikasi hemo- tahun lebih banyak , hal ini menunjukkan
dialisis-induced hypertension yang bahwa usia salah satu risiko gagal ginjal
dikenal dengan hipertensi intradialitik. kronik. Secara klinik usia pasien 46 –75
Penelitian ini dilakukan untuk meng- tahun mempunyai peluang atau risiko
evaluasi terapi antihipertensi yang di- mengalami gagal ginjal kronik lebih
lakukan pada pasien penyakit ginjal besar dibanding usia pasien 15–45 tahun.
kronis dengan hemodialisis. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
bertambah usia, semakin berkurang
A. Karakteristik Pasien fungsi ginjal karena disebabkan terjadi-
nya penurunan kecepatan ekskresi
1. Distribusi pasien berdasarkan jenis glomerulus dan penurunan fungsi
kelamin dan usia tubulus pada ginjal. Pada usia lanjut,
fungsi ginjal dan aliran darah ke ginjal
Jenis kelamin dan usia berdasar- berkurang sehingga terjadi penurunan
kan Price dan Wilson, 2002 berpengaruh kecepatan filtrasi glomerulus sekitar
72 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1, No. 1, 2011 : 67 - 80

30% dibandingkan pada orang yang Berdasarkan hasil penelitian di-


lebih muda. Fungsi tubulus juga peroleh bahwa pasien gagal ginjal kronik
memburuk akibat bertambahnya usia yang menjalani hemodialisis mempunyai
sehingga obat seperti penicilin dan riwayat hepertensi terdapat 28 pasien,
litium yang secara aktif disekresi oleh hal ini menunjukkan bahwa hipertensi
tubulus ginjal tidak dapat disekresikan merupakan salah satu faktor risiko gagal
secara maksimal karena mengalami ginjal. Hipertensi pada pasien dengan
penurunan faal glomerulus dan tubulus penyakit ginjal kronis merupakan hal
(Bustami et al, 2001). yang umum terjadi. Hemodialisis se-
bagai salah satu modalitas terapi pe-
2. Riwayat penyakit yang diderita nyakit ginjal kronis yang telah mencapai
pasien tahap akhir memicu terjadinya kompli-
kasi hipertensi. Prosedur hemodialisis
Riwayat penyakit dahulu yang menimbulkan perubahan hemodinamika
dialami pasien merupakan salah satu yang mengakibatkan berbagai macam
variabel penting, karena gagal ginjal komplikasi diantaranya adalah hipertensi
kronik dapat disebabkan karena obat intradialitik atau hemodialysis-induced
atau penyakit kronik. Riwayat penyakit hypertension (Horl dan Horl, 2002).
pasien pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi pasien berdasarkan riwayat penyakit dan keluhan pasien


Jumlah
No. Riwayat penyakit
n %
1 Hipertensi 7 11,7
2 Hipertensi, DM, nyeri kepala 9 15
3 Hipertensi, nyeri kepala 10 16,7
4 Hipertensi, hiperkolesterol, nyeri sendi & kepala 1 1,7
5 CHF, nyeri kepala 1 1,7
6 Hipertensi, asam urat, nyeri sendi, nyeri kepala 1 1,7
7 DM, asam urat, nyeri sendi 2 3,3
8 DM, nyeri kepala 2 3,3
9 DM 1 1,7
10 Asam urat, nyeri sendi 3 5
11 Nyeri sendi 9 15
12 Nyeri sendi , nyeri kepala 5 8,3
13 Nyeri kepala 3 5
14 Demam - -
15 Nyeri gigi - -
16 Nyeri perut - -
17 Masuk angin 1 1,7
18 Stamina menurun 5 8,3
19 Lain-lain - -
Total 60 100
Evaluasi Penggunaan Obat Anti Hipertensi ..... (Woro Supadmi) 73

B. Pola Penggunaan Obat Anti- golongan angitensin renin bloker se-


hipertensi banyak 12 pasien. Pasien – pasien yang
mendapat terapi hemodialisis umumnya
Pasien yang mengalami penyakit mendapatkan terapi antihipertensi
ginjal tahap akhir umumya mendapatkan karena pasien-pasien tersebut meng-
regimen antihipertensi. Antihipertensi alami episode hipertensi meskipun tidak
diberikan untuk mengendalikan tekanan memiliki etiologi hipertensi sebagai
darah yang terjadi sebagai akibat per- penyakit utama (Horl dan Horl, 2002 ;
ubahan hemodinamika. Pengendalian Agarwal, 2002).Rahman dan Griffin
tekanan darah penting dilakukan karena (2004) menyebutkan dalam peneliti-
tekanan darah merupakan faktor yang annya bahwa obat antihipertensi yang
menyumbang perkembangan penyakit. banyak digunakan adalah nifedipin dan
Berdasarkan hasil penelitian distribusi amlodipin yang merupakan anti- hiper-
pasien mendapatkan obat anti hipertensi, tensi paling umum digunakan pada
dapat dilihat pada tabel 3. pasien hipertensi yang mendapatkan
Tabel 3. Distribusi pasien berdasarkan
hemodialisis. Prinsip terapi anti-
penggunaan jenis obat antihipertensi hipertensi pada pasien dengan hemo-
dialisis adalah semua jenis obat anti-
Obat hipertensi dapat digunakan dan efektif
No Jumlah Pasien
antihipertensi (dengan mempertimbangkan mor-
biditas pasien) kecuali diuretik yang
1 Furosemida 52 tidak berefek jika fungsi residual
2 Captopril 34 berkurang atau tidak tersisa sama sekali.
3 Nifedipin 23 Terapi pilihan yang digunakan adalah
4 Valsartan 12 angiotensin converting enzyminhibitor
5 Lisinopril 7 dan angiotensin II receptor blocker
6 Clonidin 2 karena pertimbangan berbagai sebab
7 Amlodipin 3 yaitu sifat renoprotektif, mengatasi
Antihipertensi yang diberikan proteinuri dan efek yang menguntung-
pada pasien di bangsal hemodialisis kan pada pasien yang mengalami
rumah sakit PKU Muhammadiyah gangguan jantung atau gagal jantung
Yogyakarta paling banyak yaitu 52 kongestif. Namun, penyekat kanal
pasien. Furosemid merupakan golongan kalsium jenis dihidropiridin seperti
diuretik untuk mengurangi cairan yang amlodipin paling lazim digunakan
ada didalam tubuh. Golongan peng- karena adanya penelitian yang mengait-
hambat enzim pengubah angiotensin kan calcium canal blocker dengan
(ACE inhibitor) paling umum digunakan penurunan risiko mortalitas sebesar
adalah captopril sebanyak 34 pasien dan 21%.
lisinopril 7 pasien. Nifedipin dan
C. Rasionalitas Penggunaan Obat
amlodipin yang merupakan golongan
Antihipertensi
penghambat kanal kalsium digunakan
pada 23 dan 3 pasien. Pasien yang meng- Pengobatan rasional adalah ter-
gunakan valsartan yang merupakan capainya tujuan pengobatan yang efektif,
74 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1, No. 1, 2011 : 67 - 80

aman, dan ekonomis. Pada penelitian ini Tujuan pemberian furosemida


evaluasi rasionalitas berdasarkan tepat pada pasien hemodialisa adalah untuk
pasien, tepat dosis dan efek yang yang mengatur keseimbangan cairan dalam
dapat terjadi berdasarkan Drug Informasi tubuh, sehingga mengurangi beban
Handbook. jantung memompa aliran darah. Pem-
berian furosemid akan meningkatkan
1.Tepat dosis kerja ginjal sehingga sebaiknya dihindari
untuk terapi hipertensi pada pasien gagal
Pemberian obat akan memberikan ginjal dengan hemodilisis. Furosemid
efek optimal apabila dosis yang diberi- tidak terdialisis karena tidak mudah larut
kan sesuai dengan kondisi pasien dan dalam air sehingga dosis pemberian tidak
penyakit pasien. Pada pasien yang harus dinaikkan atau disesuaikan. Pasien
mengalami gangguan ginjal kronik dosis yang melakukan hemodilisis sebaiknya
sangat penting dipertimbangkan karena mengurangi asupan cairan untuk men-
sebagian besar obat dieliminasi pada cegah terjadinya udem yang meningkat-
ginjal, jika kemampuan ginjal meng- kan beban kerja jantung sehingga me-
ekresi dan mengeliminasi sisa metabolis- micu terjadinya hipertensi.
me maka penyesuaian dosis obat sangat
penting. Penyesuaian dosis obat untuk Penggunaan captopril dan
pasien gagal ginjal kronik adalah ber- lisinopril pada pasien hemodialisis perlu
dasarkan data kliren kreatinin. Pada diperhatikan karena captopril dan
proses hemodialisa kadar obat dalam lisinopril mudah terdialisis karena
darah dapat berkurang karena meng- mudah larut dalam air. Berdasarkan hasil
alami dialisis, sehingga evaluasi dosis penelitian dosis captopril 12,5 mg tiga
pemberian penting dilakukan. Evaluasi kali sehari, sesuai dengan dosis untuk
dosis pemberian untuk pasien hemo- pasien hipertensi, hal ini dapat me-
dialisis berdasarkan kondisi pasien nyebabkan efek captopril tidak optimal.
menggunakan literatur Drug Informasi Sebaiknya dosis captopril disesuaikan
Handbook dan Clinical Drug Data. sehingga kadar obat dalam darah men-
Berdasarkan hasil penelitian evaluasi capai kadar maksimal dan menimbulkan
dosis pemberian, pada tabel 4. efek optimal.
Nifedipin pada pasien hemo-
Tabel 4. Hasil evaluasi dosis pemberian obat anti dialisis dosis sesuai dengan dosis
hipertensi lazimnya, karena nifedipin tidak atau
Obat Tidak sedikit terdialisis, sehingga pada pasien
Tepat
No antihiper- tepat
dosis
Jumlah hemodialisis kadar obat dalam darah
tensi dosis tetap dan memberikan efek optimal
1 Furosemida 18 34 52 seseuai dengan dosis pemberian. Namun
2 Captopril 23 11 34 demikian penggunaan nifedipin tetap
3 Nifedipin 3 20 23 harus dimonitoring karena efek
4 Valsartan 0 12 12 hipotensinya cukup tinggi.
5 Lisinopril 1 6 7
Valsartan adalah salah satu obat
6 Clonidin 0 2 2
yang direkomendasikan untuk terapi
7 Amlodipin 0 3 3
Evaluasi Penggunaan Obat Anti Hipertensi ..... (Woro Supadmi) 75

hipertensi pada pasien gagal ginjal mengalami hemodialisis karena gagal


kronik karena mekanisme kerja ginjal kronik yang disebabkan riwayat
valsartan yang memblok reseptor hipertensi, DM, hiperuricemia, peng-
angiotensin. Golongan ini memiliki efek gunaan NSAID, minuman keras dan
menyerupai golongan penghambat minuman suplemen. Hasil evaluasi tepat
enzim pengubah angiotensin. Beberapa pasien adalah obat yang diberikan tidak
penelitian menunjukkan adanya ke- kontraindikasi dengan kondisi pasien
untungan penggunaan golongan ini pada atau riwayat penyakit pasien adalah pada
populasi pasien ginjal kronis. Golongan tabel 5.

Tabel 5. Hasil evaluasi tepat pasien pemberian obat anti hipertensi

No Obat antihipertensi Tidak tepat pasien Tepat pasien Jumlah


1 Furosemida 0 52 52
2 Captopril 9 25 34
3 Nifedipin 4 19 23
4 Valsartan 0 12 12
5 Lisinopril 3 4 7
6 Clonidin 0 2 2
7 Amlodipin 0 3 3

ini memiliki keunggulan jika dibanding- Pada tabel 5 menunjukkan bahwa


kan dengan golongan penghambat enzim pemberian obat sudah sesuai dengan
pengubah angiotensin yaitu tidak me- kondisi pasien atau riwayat penyakit
nyebabkan reaksi anafilaksis dan efek pasien. Pada penggunaan captopril
samping seperti pada golongan peng- terdapat 9 pasien tidak tepat karena
hambat enzim pengubah angiotensin. captopril diberikan pada pasien
Golongan ini sedikit atau tidak terdialisis hemodialisa yang mempunyai riwayat
sehingga memungkinkan memberikan DM. Berdasarkan Drug Information
kontrol tekanan darah yang lebih baik Handbook captopril kontraindikasi pada
pada pasien yang menjalani hemo- pasien dengan angiodema, hiper-
dialisis (Horl, M.T.,Horl,W.H. 2002) aldosteron, hipersensitiv, hiperkalemia,
gangguan renal, DM dan pasien geriatri.
2. Tepat pasien Penggunaan nifedipin tidak tepat pasien
terdapat 4 pasien karena pada penelitian
Pemilihan obat berdasarkan ini nifedipin diberikan pada 1 pasien
kondisi pasien dapat meningkatkan efek geriatri dan 3 pasien mempunyai riwayat
terapi dan mencegah terjadinya efek CHF. Nifedipin kontraindikasi pada
samping yang dapat memperparah pe- pasien geriatri, CHF, edema dan pe-
nyakit pasien. Kesalahan pemilihan obat nyakit IBD. Berdasarkan literature
disebabkan karena ketidaktahuan furosemid kontraindikasi pada pasien
kondisi pasien dan pengetahuan obat gangguan gastrointestinal, pasien koma,
kontraindikasi pada kondisi tertentu. hipersensitiv terhadap sulfonamid. Pem-
Berdasarkan hasil penelitian pasien berian valsartan pada pasien gagal ginjal
76 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1, No. 1, 2011 : 67 - 80

adalah merupakan pilihan terapi karena (2001) menyebutkan bahwa hipotensi


mekanisme valsartan yang menghambat terjadi karena berbagai sebab termasuk
enzim renin mengubah angiotensi. diantaranya adalah penggunaan anti-
Kontraindikasi valsartan adalah hiper- hipertensi yang mempengaruhi vaso-
kalemia, hipotensi dan hiperaldosteron. konstriksi serta penghambatan laju
Pada hasil penelitian ini valsartan jantung sehingga penggunaan anti-
diberikan pada pasien dengan kondisi hipertensi dapat memperberat keadaan
yang baik dan tidak memberikan kontra- hipotensi yang ada akibat proses
indikasi. Penggunaan clonidin kontra- hemodialisis itu sendiri.
indikasi pada pasien hipersensitiv, Penyebab efek samping hipotensi
gangguan CNS, gangguan gastro- disebutkan oleh Bregman et al (2001)
intestinal, sedangkan pada penelitian diantaranya disebabkan oleh pengguna-
clonidin relative sedikit dibandingkan an antihipertensi. Antihipertensi dapat
dengan obat lain. Amlodipin kontrain- menyebabkan terjadinya penurunan
dikasi pada pasien hipersensitiv, ganggu- kemampuan tubuh dalam melakukan
an CNS, sinusitis dan CHF (Lacy,C.F, vasokonstriksi. Penurunan ini dapat
et.al.2005) dikaitkan dengan adanya kemungkinan
terjadinya penurunan pengisian jantung
3. Efek samping
atau cardiac filling. Amlodipin adalah
Efek samping obat yang di antihipertensi golongan penghambat
evaluasi pada penelitian ini adalah ber- kanal kalsium yang titik tangkap aksinya
dasarkan literatur, dan melihat kondisi adalah pada tonus otot polos
pasien berdasarkan data rekam medik, miokardium. Konsentrasi kalsium intra-
namun karena penelitian retrospektif seluler sangat dibutuhkan dalam
maka data efek samping tidak dapat kontraksi jantung sehingga dengan
diketahui dari kondisi pasien yang menghambat pemasukan kalsium me-
sesungguhnya atau secara lengkap. lalui pengikatan pada kanal kalsium tipe
L akan memberikan efek relaksasi atau
Pasien penyakit ginjal kronis penurunan kerja jantung. Hal tersebut
umumnya mendapatkan multi terapi menyebabkan penurunan tekanan darah
antihipertensi. Efek samping akibat dengan menurunkan luaran jantung atau
multi terapi tersebut dapat terjadi bagi cardiac output yang berakibat penurun-
pasien yang menjalani proses an cardiac filling. Agarwal (2006)
hemodialisis adalah terjadinya hipotensi, menyebutkan kecenderungan terjadinya
reaksi anafilaksis, retensi kalium, amplitude fluktuasi tekanan darah yang
gangguan konduksi terutama pada pasien tinggi pada pasien yang menjalani
dengan aritmia. Efek samping yang hemodialisis menandakan adanya ke-
umum dikhawatirkan terjadi adalah gagalan toleransi terhadap hemodialisis
hipotensi intradialitik. Hipotensi serta kegagalan jantung dalam memper-
intradialitik merupakan peristiwa yang tahankan luaran jantung/cardiac output.
umum terjadi pada pasien dengan Ciri kegagalan fungsi jantung ini
hemodialisis dan dikaitkan sebagai sebagaimana yang terjadi pada pasien
komplikasi hemodialisis. Bregman etal dengan hipertrofi ventrikel kiri.
Evaluasi Penggunaan Obat Anti Hipertensi ..... (Woro Supadmi) 77

Karakteristik ini yang menjadi faktor pada pasien hemodialisis sangat perlu di
pembatas atau kewaspadaan mengenai lakukan monitoring karena proses
tatalaksana hipertensi intradialitik (Horl dialisis sangat berpengaruh terhadap
dan Horl, 2002). Berdasarkan studi kadar obat dalam darah. Monitoring
literature efek samping yang mungkin dilakukan untuk mengetahui efek terapi
terjadi akibat penggunaan obat anti- dan efek samping yang mungkin muncul
hipertensi adalah, pada tabel 6. akibat penggunaan obat. Treatment

Tabel 6. Efek samping obat antihipertensi ( Lacy,C,F, et.al, 2005)

No Obat antihipertensi Efek samping obat


1. Furosemida Hipotensi, spasme muculus, gangguan
gastrointestinal, hiperdiuresis, hipokalemia
2. Captopril Gangguan renal, kenaikan kadar serum kreatinin,
batuk
3. Nifedipin Batuk, gangguan CNS, gangguan gastrointestinal
4. Valsartan Gangguan CNS, batuk, hiperkalemia, kenaikan kadar
kreatinin
5. Lisinopril Gangguan gastrointestinal, meningkatkan BUN,
batuk,aritmia, angiodema
6. Clonidin Gangguan GI, pernafasan, endocrine, gangguan pada
hepar, diuresis pada malam hari
7. Amlodipin Gangguan GI, gangguan pernafasan dan gangguan
endocrine

Berdasarkan hasil penelitian akibat efek samping tergantung akibat


pasien yang mengalami efek samping dari efek samping obat, berdasarkan
penggunaan obat adalah pasien meng- akibatnya efek samping dibagi menjadi
alami mual dan muntah karena peng- efek samping minor, moderate dan
gunaan amlodipin. Penggunaan captopril mayor, efek samping obat tersebut ter-
menyebabkan batuk terjadi pada be- jadi pada dosis pemberian. Berdasarkan
berapa pasien. Batuk yang disebabklan data pada rekam medik pasien, pasien
karena captopril tidak diberikan obat yang mengalami efek samping akibat
batuk karena apabila penggunaan pemakaian obat anti hipertensi pada
captopril dihentikan maka batuk akan tabel 7.
berhenti. Penggunaan furosemid dapat Keterbatasan dan kelemahan dari
menyebabkan hipokalemia yang diobat penelitian adalah metode penelitian
dengan pemberian asupan kalium untuk retrospektif sehingga tidak dapat me-
mencegah terjadinya efek samping ngetahui kondisi pasien yang sebenarnya
tersebut. Efek samping diketahui dengan untuk mengevaluasi efek samping obat,
cara memonitoring penggunaan secara tepat pasien dan tepat obat. Saran
berkala terhadap pasien sehingga dapat penelitian selanjutnya dilakukan dengan
ditangani secara dini. Pasien yang meng- metode prospektif dan evaluasi peng-
gunakan obat hipertensi akan mengalami gunaan obat berdasarkan kondisi pasien.
hipotensi apabila penggunaan obatnya
tidak dimonitoring. Penggunaan obat
78 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1, No. 1, 2011 : 67 - 80

KESIMPULAN Hemodialysis Patients, Clin J


Am Soc Nephrol ; 1:820-824.
Pola penggunaan obat anti hiper-
Boehler, J., Donauer, J., Keller, F. 1999,
tensi pada pasien gagal ginjal kronik
Pharmacokinetic Principles
yang menjalani hemodialisis di RSU
During Continuous Renal
PKU Muhammadiyah adalah captoril,
Replacement Therapy : Drugs and
furosemida, nifedipin, lisinopril,
Dosage, Kidney Int 56(72):S-29 –
amlodipin, valsatran dan clonidin.
S-31.
Evaluasi rasionalitas penggunaan obat
tidak tepat dosis penggunaan captopril Chen, J., Gul, A., Sarnak, M.J. , 2006,
11 pasien dari 34 pasien dan furosemid Management of Intradialitic
18 pasien dari 52 pasien, tidak tepat Hypertension: The Ongoing
pasien adalah penggunaan captopril 9 Challenge, Seminars in Dialysis
pasien dari 34 pasien. Efek samping yang ;19(2):141-145.
terjadi pada pasien akibat penggunaan Decker, B.S., Mueller, B.A., Sowinski,
furosemida adalah hipokalemia 40 K.M. 2007, Drug Dosing
pasien, batuk karena captopril adalah 13 Consideration in Alternative
pasien, efek samping nifedipin batuk dan Hemodialysis, Advances in
gangguan gastrointestinal 11 pasien, Chronic Kidney Disease; 14 (3):
batuk karena lisinopril 5 pasien . e17-26.

Tabel 7. Efek samping obat antihipertensi berdasarkan data rekam medik

Jumlah
No Obat antihipertensi Efek samping obat Total pasien
pasien
1 Furosemida Hipokalemia 40 52
2 Captopril Batuk 13 34
3 Nifedipin Batuk dan gastrointestinal 11 23
4 Valsartan - - 12
5 Lisinopril Batuk 5 7
6 Clonidin - - 2
7 Amlodipin - - 3

DAFTAR PUSTAKA Horl, M.T., Horl,W.H. 2002,


Hemodialysis-Associated
Agarwal, R, 1999, Supervised Atenolol Hypertension: Pathophysiology
Therapy in The Management of and Therapy, Am J Kidney
Hemodialysis Hypertension, Dis,2002; 39(2):227-44.
Kidney Int.,;55:1528-35.
Johnson, C.A., 2008, 2008 Dialysis of
Bishu, K, 2006, Appropriatness of Drugs, CKD Insight, LLC Joy,
Antihypertensive Drug Therapy in M.,, A.,Franceshini, N., 2008,
Chronic Kidney Disease:
Evaluasi Penggunaan Obat Anti Hipertensi ..... (Woro Supadmi) 79

Progression-Modifying Therapies Lippincott Williams & Wilkins,


dalam Dipiro, J.T. et al (Eds.) New York , p.34(1-26).
Pharmacotherapy : A Quick, J.D., Rankin, J.R, Lanig, R.O.,
Pathophysiologic Approach 7th O’Connor, R.W., Hogerzeil, H.V.,
Ed. eBook version McGraw-Hill, Dukes, M.N.G., Garnet, A., 1997,
New York, hal. 745 – 765. Managing Drug Suplay, 423-424,
Keller, F., Bohler, J., Czock, D., Zellner, Kumarian Press Inc, Connecticut,
D., Mertz, A.K.H. 1999, USA.
Individualized Drug Dosage in Rahman, M., Griffin, V., 2004, Patterns
Patients Treated with Continuous of Antihypertensive Medication
Hemofiltration, Kidney Use in Hemodialysis Patients, Am
Int;56(72):S-29 – S-31. J Health-Syst Pharm,
Koomans, H.A., Blankestijn, P.J., Joles, 2004;61(14):1473-78.
J.A. 2004, Sympathetic Salem, M. 1999, Hypertension in The
Hyperactivity in Chronic Renal Hemodialysis population: How
failure: A Wake-up Call, J Am Soc little do we know, Saudi J
Nephrol;15:524-537. Kidney Dis Transplant; 10 (3):
National Kidney Foundation, 2005, 283-285.
K/DOQI Clinical Practice Saracho, R., Martin-Malo, A., Martinez,
Guidelines for Cardiovascular I., Aljama, P., Montenegro, J.
Disease in Dialysis Patients. 1998 ,Evaluation of Losartan in
Levey, A.S., Coresh, J., Balk, E., Kaustz, hemodialysis (ELHE) Study,
A.T., Levin. A, 2003. National Kidney Int.,;54(68):S-125-S129.
Kidney Foundation practice Shargel, L., Yu,H A.B.C., 1985,
guidelines for chronic kidney Biofarmasetika dan
disease: evaluasi, klasifikasi and Farmakokinetika Terapan, Edisi
stratification; Ann Intern Med; 2, Universitas Airlangga, urabaya,
137-147. hal. 417-420.
Lacy,C.F, Lexi-comp, Lora L Stevens, L.A., Coresh, J., Greene, T.,
Amstrong, 2005, Drug Levey, A.S., Assessing Kidney
Information Handbook, Edisi 11, Stevens, L.A., Coresh, J., Greene,
America Pharmaceutical T., Levey, A.S 2006., Assessing
Association. Kidney Function.Measured and
Price, wilson. (2006). Pathofisiologi Estimated Glomerular Filtration
Konsep Klinik Proses-Proses Rate, N Engl JMed,; 354:2473-83.
Penyakit. EGC. Jakarta. Saint-Remy, A., Krzesinski, JM, 2005.,
Quan, D.J., Aweeka, F.T., 2005, Dosing Optimal Blood Pressure Level and
of Drugs in Renal Failure, in Best Measurement procedure in
Applied Therapeutics : The Hemodialysis Patients, Vascular
Clinical Use of Drugs 8th Ed. Health and Risk Management, I(3)
Koda-Kimble et al. (Eds.) 235-44.
80 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1, No. 1, 2011 : 67 - 80

Schonder, K.S., 2008, Chronic and Dialysis oleh Daugirdas (Ed),


End-Stage Renal Disease in McGraw-Hill, New York, hal.467
Chisholm-Burns et al (Eds.) – 475 6th Ed. McGraw-Hill, New
Pharmacotherapy : Principles & York. Hal 851 - 870.
Practices, McGraw-Hill, New
York, hal. 373-402.
Zoccali, C., Dunea, G., 2001,
Hypertension in Handbook of

Anda mungkin juga menyukai