Anda di halaman 1dari 3

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros
yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodul-nodul yang
terbentuk.
Sirosis hati adalah Penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas.

3.2 EPIDEMIOLOGI
Dari sekian banyak pasien yang terpapar hepatitis B, sekitar 5% yang mengalami
hepatitis B kronik, dan sekitar 20% dari pasien-pasien tersebut yang terus berkembang dan
membentuk sirosis.
Di United States, terdapat sekitar 1,25 juta karier/ pembawa hepatitis B, dimana di
bagian dunia lainnya virus hepatitis B (HBV) merupakan endemik (seperti Asia Tenggara,
Sub-Sahara Afrika), mencapai 15% dari populasi mungkin terinfeksi secara vertikal saat
dilahirkan. Dengan begitu, lebih dari 300 – 400 juta individu seluruh dunia memiliki hepatitis
B. Hampir 25% dari individu-individu ini dapat berkembang menjadi sirosis.
Belum ada data resmi nasional tentang sirosis hati di Indonesia. Namun,
menurut laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, rata-rata prevalensi sirosis
hepatis adalah 3,5% seluruh pasien yang dirawat di bangsal Penyakit Dalam, atau rata-rata
47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat. Perbandingan prevalensi sirosis pada
pria:wanita adalah 2,1:1 dan usia rata-rata 44 tahun.

3.3 KLASIFIKASI
Berdasarkan morfologi sirosis hepatis terbagi atas 3 jenis, yaitu:
1. Mikronodular
2. Makronodular
3. Campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro dan makronodular)

Menurut Shrelock secara klinis sirosis hati dibagi atas dua tipe, yaitu:
1. Sirosis kompensata atau sirosis laten
Gejala klinis yang dapat nampak adalah pireksia ringan, “spider” vaskular, eritema palmaris
atau epistaksis yang tidak dapat dijelaskan, edema pergelangan kaki. Pembesaran hepar dan
limpa merupakan tanda diagnosis yang bermanfaat pada sirosis kompensata. Dispepsia
flatulen dan salah cerna pagi hari yang samar-samar bisa merupakan gambaran dini dari
pasien sirosis alkoholik. Sebagai konfirmasi dapat dilakukan tes biokimia dan jika perlu
dapat dilakukan biopsi hati aspirasi.

2. Sirosis dekompensata atau sirosis aktif


Gejala-gejala sirosis dekompensata lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi
kegagalan hati dan hipertensi porta. Biasanya pasien sirosis dekompensata datang dengan
asites atau ikterus. Gejala-gejala yang nampak adalah kelemahan, atrofi otot dan penurunan
berat badan, hilangnya rambut badan, gangguan tidur, demam ringan kontinu (37,5º- 38ºC),
gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus
dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, muntah darah dan/atau melena, serta perubahan
mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi, sampai dengan koma.

3.4 ETIOLOGI
Penyebab Sirosis Hepatis :
a. Virus hepatitis B, C, dan D.
b. Alkohol.
c. Obat-obatan atau toksin.
d. Kelainan metabolik : hemokromatosis, penyakit Wilson, defisiensi α1-antitripsin,
diabetes melitus, glikogenosis tipe IV, galaktosemia, tirosinemia, fruktosa intoleran.
e. Kolestasis intra dan ekstra hepatik.
f. Gagal jantung dan obstruksi aliran vena hepatika.
g. Gangguan imunitas.
h. Sirosis biliaris primer dan sekunder.
i. Idiopatik atau kriptogenik.
Secara morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan. Tapi ada 2
penyebab yang dianggap paling sering menyebabkan sirosis hepatis adalah:
1. Hepatitis virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut salah satu penyebab sirosis hati, apalagi
setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada tahun 1965 dalam darah
penderita dengan penyakit hati kronis, maka diduga mempunyai peranan yang besar
untuk terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi sirosis. Secara klinik telah dikenal
bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap
dan memberi gejala sisa serta menunjukkan perjalanan yang kronis, bila
dibandingkan dengan hepatitis virus A.

2. Zat hepatotoksik atau Alkoholisme


Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan berakibat nekrosis atau
degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan berupa sirosis hati. Zat
hepatotoksik yang sering disebut-sebut ialah alkohol. Sirosis hepatis oleh karena
alkoholisme sangat jarang, namun peminum yang bertahun-tahun mungkin dapat
mengarah pada kerusakan parenkim hati.

Anda mungkin juga menyukai