Anda di halaman 1dari 3

ALIANSI MAHASISWA KALTIM MENGGUGAT (MAHAKAM)

TOLAK UU MINERBA KALIMANTAN TIMUR BUTUH KEADILAN


Kebijakan pemerintah yang lebih pro pada pertumbuhan ekonomi yang bersandar pada swasta,
bukan kepada ekonomi rakyat menjadi persoalan mendasar dalam tata kelola ekonomi bangsa kita.
Rakyat yang tidak diberikan ruang berkembang, sementara perusahaan besar selalu di subsidi. Realita
itu sekaligus menggambarkan potret rezim pemerintahan sekarang yang seolah tertawa di atas
penderitaan kurang lebih 260 juta rakyat Indonesia. Beberapa waktu yang lalu tepatnya pada tanggal 5
Mei 2020 DPR RI mengesahkan Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara ditengah masa pandemi covid yang menjadi ancaman serius bagi seluruh dunia.
Tindakan tersebut tentu tergesa – gesa dan tak berempati ditengah musibah, dan yang menjadi ancaman
serius adalah subtansi UU tersebut yang memberikan karpet merah bagi para perusahaan tambang
perusak lingkungan dn merebut mata pencahariaan rakyat. Sejumlah pasal dalam UU mineral dan batu
bara yang memperpanjang krisis yang terjadi saat ini adalah :
Pasal 1 ayat (13a)
Ada ketentuan baru bernama Surat Izin Penambangan Batuan (SIPB), yakni izin yang
diberikan untuk melaksanakan kegiatan usaha pertambangan batuan jenis tertentu atau
untuk keperluan tertentu. Pasal ini dinilai membuka ruang rente baru.
Pasal 1 ayat 28a
Pasal ini mengatur bahwa wilayah hukum pertambangan adalah seluruh ruang darat, ruang
laut, termasuk ruang dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah yakni kepuauan
Indonesia, tanah di bawah perairan, dan landas kontinen.Definisi yag baru ada di UU
antara ini mengancam ruang hidup masyarakat karena seluruh kegiatan, mulai dari
penyelidikan hingga pertambangan masuk dalam ruang hidup masyarakat.
Pasal 4 ayat 2
Pasal ini mengatur bahwa penguasaan mineral dan batu bara diselenggarakan oleh
pemerintah pusat. Dalam UU lama, pasal itu juga memberikan kewenangan untuk
pemerintah daerah. UU Minerba baru ini mengatur semua kewenangan perizinan tak lagi
ada di pemerintah daerah, melainkan ditarik ke pusat. Sentralisasi ini dinilai bertentangan
dengan semangat otonomi daerah.
Pasal 22
Pasal 22 huruf a dan b tentang kriteria menetapkan WPR telah membuka ruang bagi
penambangan di sungai dengan luas maksimal 100 hektar, setelah mengubah luas
maksimal sebelumnya 25 hektar.
Pasal 42 dan pasal 42A
Pasal ini dianggap mempermudah pengusaha pertambangan mineral dan batu bara dalam
menguasai lahan dalam jangka waktu yang lebih lama untuk keperluan eksplorasi .
sebelumnya waktu yang diberikan untuk ekplorasi adalah 2 tahun.
Dihapusnya pasal 83 ayat (2) dan (4) UU Minerba lama
Pasal 883 ayat (2) UU Minerba lama mengatur batasan luas WIUPK untuk produksi
pertambangan mineral logam palingbanyak 25 ribu hektare. Adapun pasal 83 ayat (4) UU
lama menyebut batasan luas WIUPK untuk produksi pertambangan batu bara paling
banyak 15 ribu hektare.

Organisasi yang tergabung :


HMI, GMNI, PMII, IMM, KAMMI, GMKI, LMND,PMKRI, BEM FISIP UNMUL, BEM
HUKUM UWGM
Pasal 162 dan 164
Dua pasal ini dinilai membuka peluang kriminalisasi terhadap warga penolak tambang.
Pasal 162 menyebut bahwa “setiap orang yang merintangi atau mengganggu kegiatan
Usaha Pertambangan dari pemegang IUP, IUPK, IPR, atau SIPB yang telah memenuhi
syarat – syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 136 ayat (2) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.100.000.000.00 (Seratus
juta rupiah).

Pasal 164
mengatur soal sanksi tambahan bagi orang yang dimaksud dalam pasal 162. Sanksi
tambahan itu berupa perampasan barang yang digunakan dalam melakukan tindak pidana,
perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana, dan/atau kewajiban membayar
biaya timbul akibat tindak pidana.
Dihapusnya pasal 165 UU Minerba Lama
Pasal 165 dalam UU Minerba lama memuat sanksi pidana bagi pejabat yang korupsi Izin
Usaha Pertambangan (IUP), Izin Pertambangan Rakyat (IPR), dan Izin Usaha
Pertambangan Khusus (IUPK).
Pasal ini menyebut “setiap orang yang mengeluarkan IUP, IPR, atau IUPK yang
bertentangan dengan undang – undang ini dan menyalahgunakan kewenangan diberi
sanksi pidana paling lama 2 (dua) tahun penjara dan denda paling banyak RP.200.000.000
(dua ratus juta).”
Pasal 169A
Pasal ini mengatur tentang perpanjangan Kontrak Karya (KK) dan perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2PB) tanpa melalui lelang. KK dan PKP2PB
diberi jaminan Otomatis 2X10 tahun tanpa harus mengurang perluasan wilayahnya.
Pasal 169B ayat (5)
Pemegang KK dan PKP2PB dalam mengajukan permohonan IUPK sebagai kelanjutan
Operasi Produksi Kontrak/Perjanjian dapat mengajukan permohonan wilayah di luar WIUPK
untuk tahap kegiatan operasi produksi kepada menteri untuk menunjang kegiatan usaha
pertambangan.

Hal ini tentu sangat berbahaya dan dalam konteks Kalimantan Timur kehadiran UU MINERBA
baru ini akan memperpanjang krisis yang terjadi. Masyarakat Kalimantan Timur telah banyak
kehilangan mata pencaharian akibat aktivitas pertambangan, lahan produktif diubah menjadi tambang
batubara, maraknya pertambangan ilegal, Banjir, longsor, banyaknya lubang tambang yang tidak
ditutup oleh pemilik perusahaan dan hingga 2020 telah menewaskan 37 anak dan masyarakat
Kalimantan Timur justru hidup dalam kemiskinan di tengah sumber daya alam yang melimpah yang
tiap hari dikeruk.
Pertanyaan besar bagi masyarakat Kalimantan Timur? Kemana dana jaminan reklamasi dan
pasca tambang untuk menutup lubang tambang? tambang ilegal yang harusnya diberantas mengapa
terus beroprasi? Perusahaan yang tidak menjalankan aturan mengapa tidak diberikan sanksi?
Perusaahan PKP2B yang selama ini mengeruk sumber daya alam Kalimantan Timur mengapa justru
masyarakatnya dalam belenggu kemiskinan, lalu apa kontibusinya?

Maka dari itu Kami dari Mahasiswa Kalimantan Timur Menggugat (MAHAKAM) yang
Organisasi yang tergabung :
HMI, GMNI, PMII, IMM, KAMMI, GMKI, LMND,PMKRI, BEM FISIP UNMUL, BEM
HUKUM UWGM
tergabung dari beberapa organisasi menuntut :

1. Cabut UU Minerba No. 3 Tahun 2020.


2. Moratorium izin tambang dan stop keluarkan IUP di KALTIM.
3. Pulihkan KALTIM dari kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan.
4. Hentikan dan tindak tegas tambang ilegal di KALTIM.
5. Tranparanskan dana jaminan reklamasi dan pasca tambang di KALTIM.
6. Bentuk satgas tambang yang melibatkan mahasiswa dan masyarakat
7. Meminta DPRD dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur membentuk tim untuk menolak
UU Minerba.

Narahubung :
Yani : 0895410310904
Welli : 081350403238

Organisasi yang tergabung :


HMI, GMNI, PMII, IMM, KAMMI, GMKI, LMND,PMKRI, BEM FISIP UNMUL, BEM
HUKUM UWGM

Anda mungkin juga menyukai