Anda di halaman 1dari 15

BAB I - PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merebaknya wabah Corona virus (COVID-19) sejak 31 Desember 2019 menjadi

risiko berlanjutnya perlambatan laju pertumbuhan ekonomi global. Selain peningkatan

biaya perawatan kesehatan dan turunnya produktivitas, perlambatan ekonomi global

sebagai dampak penyebaran COVID-19 juga dirasakan melalui pembatasan orang yang

akan bekerja, bepergian, dan interaksi sosial.

Semakin meluasnya penyebaran COVID-19 ke berbagai negara di belahan dunia

telah menekan pertumbuhan ekonomi global, termasuk pertumbuhan ekonomi

Indonesia. Pertumbuhan ekonomi global yang melambat juga menyebabkan penurunan

produksi pertanian sehingga mendorong harga produk-produk pertanian meningkat

secara global.

Penyebaran COVID-19 juga berimbas pada sektor pertanian. Misalnya

terganggunya pasokan dan kenaikan harga pangan di wilayah terdampak, meskipun

sejauh ini belum terjadi kekurangan pangan karena penyebaran COVID-19. Dampak

ini masih sulit diprediksi, karena begitu banyak yang tidak diketahui tentang COVID-

19, termasuk seberapa cepat penyebaran dan efektifnya tindakan pengendalian yang

dapat dilakukan.

Di Provinsi Kalimantan Selatan produksi padi pada tahun 2019 berdasarkan

angka sementara dari BPS adalah sebesar 1.342.861 ton, dan pada tahun 2020 produksi

padi diprediksi sebesar 1.810.646,1 ton. Peningkatan ini disebabkan oleh kontribusi

program Optimasi Lahan Rawa (Program SERASI) pada tahun 2019 seluas 104 ribu ha

yang mempunyai potensi produksi sebesar 400.000 ton GKG. Sedangkan untuk

tanaman hortikultura seperti bawang merah, cabe besar dan cabe merah pada tahun

2019 berdasarkan angka tetap dari BPS untuk bawang merah produksinya adalah
sebesar 1.143,10 ton dan pada tahun 2020 produksinya diprediksikan sebesar 1.034,8

Ha. Cabe besar produksi di tahun 2019 adalah sebesar 11.392 ton dan pada tahun

2020 produksinya diprediksikan sebesar 10.417,5 ton. Cabe rawit pada tahun 2019

produksi nya sebesar 13.768 ton dan pada tahun 2020 produksinya diprediksikan

sebesar 12.400,9 ton.

Dari hasil perhitungan produksi dibandingkan dengan konsumsi, maka untuk

perhitungan surplus/minus Padi/Beras di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2020

diprediksikan seperti table berikut.

NO URAIAN Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 2020

1 Produksi Gabah 35.079,03 73.775,57 263.956,25 209.709,29 164.734,15 190.412,38 206.885,10 311.005,13 182.435,14 129.469,42 72.013,10 26.939,46 1.866.414,01

2 Penggunaan Gabah 2.392,39 5.031,49 18.001,82 14.302,17 11.234,87 12.986,12 14.109,56 21.210,55 12.442,08 8.829,81 4.911,29 1.837,27 127.289,44

3 Ketersediaan Gabah 32.686,64 68.744,08 245.954,44 195.407,12 153.499,28 177.426,25 192.775,53 289.794,58 169.993,06 120.639,61 67.101,81 25.102,19 1.739.124,58

4 Konversi Beras 21.471,86 45.157,98 161.567,47 128.362,94 100.833,67 116.551,30 126.634,25 190.366,06 111.668,44 79.248,16 44.079,18 16.489,63 1.142.430,94

5 Penggunaan Beras 105,21 221,27 791,68 628,98 494,09 571,10 620,51 932,79 547,18 388,32 215,99 80,80 5.597,91

6 Ketersediaan Beras 21.366,64 44.936,71 160.775,79 127.733,96 100.339,59 115.980,20 126.013,74 189.433,26 111.121,27 78.859,84 43.863,19 16.408,83 1.136.833,02

7 Konsumsi Beras 33.174,68 33.174,68 33.174,68 33.174,68 33.174,68 33.174,68 33.174,68 33.174,68 33.174,68 33.174,68 33.174,68 33.174,68 398.096,20

8 Surplus/Minus - 11.808,04 11.762,03 127.601,11 94.559,27 67.164,91 82.805,52 92.839,06 156.258,58 77.946,58 45.685,16 10.688,50 - 16.765,86 738.736,82

Sedangkan untuk komoditas bawang dan cabe yang sering kali menjadi

komoditas penyumbang inflasi yang cukup signifikan di Provinsi Kalimantan Selatan

apabila dibandingkan antara produksi dan konsumsinya masih minus khususnya

bawang merah, artinya produksi dalam daerah masih belum mampu memenuhi

kebutuhan Kalimantan Selatan. Produksi bawang merah Kalimantan Selatan pada

tahun 2019 sebesar 1.143 ton, sedangkan konsumsinya mencapai 11.124 ton per tahun.

B. Tujuan
Terpenuhinya ketersediaan bahan pangan dalam menghadapi pandemic virus

corona demi menyangga masalah kesehatan akibat dampak covid-19.

BAB II - TINJAUAN PUSTAKA

2
A. Pengertian COVid-19

COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus bernama

SARS-COV-2, atau seringkali disebut Virus Corona. Virus Corona terdiri dari

berbagai macam jenis. Ada yang menginfeksi hewan, seperti kucing dan anjing.

SARS-COV-2 merupakan virus yang pada awalnya berasal dari kelelawar, dan

kemudian bisa menulari manusia. Saat ini, tidak ada bukti penularan SARS-COV-2

dari kucing dan anjing ke manusia. Terdapat lebih dari 1,8 juta orang terinfeksi dan

lebih dari 100 ribu orang meninggal dunia. Di Indonesia sendiri, ada lebih dari 4 ribu

kasus ditemukan dan hampir 400 orang telah meninggal dunia. Kenapa banyak yang

tertular? Pertama, karena COVID-19 merupakan penyakit baru, jadi manusia belum

punya kekebalan tubuh terhadap Virus SARS-COV-2. Kedua, vaksin dan obatnya

belum ditemukan. Saat ini, peneliti di penjuru dunia masih berlomba-lomba mencari

vaksin dan obatnya.

B. Komoditas Prioritas Yang Digunakan Sebagai Penanganam Dampak Covid-19

1. Padi Rawa

Padi rawa  atau  padi pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di

daerah rawa-rawa. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga

dapat mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman.

Di Indonesia daerah-daerah yang berpotensi untuk pengembangan padi lahan

rawa yaitu di Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, serta beberapa

Provinsi lainnya di Indonesia.

Khusus di Provinsi Kalimantan Selatan beberapa Kabupaten / Kota banyak yang

memiliki lahan rawa yang berpotensi untuk pengembangan padi lahan rawa

3
diantaranya Kabupaten Banjar, Tanah laut, Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan dan

Hulu Sungai Tengah.

Jenis Padi rawa di biasa di tanam masyarakat Kalimantan Selatan ada berbagai

macam yaitu : padi lokal( seperti siam unus), padi unggul (seperti : ciherang,

mekongga, impair dan impara) dan padi gogo.

Berdasarkan angka sementara dari BPS pada tahun 2019 luas panen tanaman

padi di Provinsi Kalimantan Selatan adalah seluas 578.245 Ha, Produktivitas sebesar

38,28 ku/Ha dan Produksi sebesar 2.213.467 Ton. Pada tahun 2018 luas panen

tanaman padi di Provinsi Kalimantan Selatan adalah seluas 94.826,8 Ha,

Produktivitas sebesar 40,89 ku/Ha dan Produksi sebesar 2.432.248 Ton.

2. Bawang Merah

Bawang merah (Allium cepa L. var. aggregatum) adalah salah satu bumbu

masak utama dunia yang berasal dari Iran, Pakistan, dan pegunungan-pegunungan di

sebelah utaranya, tetapi kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia, baik sub-

tropis maupun tropis. Wujudnya berupa umbi yang dapat dimakan mentah, untuk

bumbu masak, acar, obat tradisional, kulit umbinya dapat dijadikan zat pewarna dan

daunnya dapat pula digunakan untuk campuran sayur. 

Bawang merah merupakan salah satu komoditas strategis di Indonesia. Usaha

tani bawang merah menjadi sumber pendapatan dan kesempatan kerja bagi petani di

Indonesia yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan

ekonomi wilayah. bawang merah sebagai salah satu komoditas hortikultura yang

termasuk dalam kategori komoditas bernilai tinggi (high value comodity) sehingga

banyak petani yang mengusahakannya.

Di Provinsi Kalimantan selatan tanaman bawang merah di kembangkan di

kabupaten Tanah Laut, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Barito Kuala, Tabalong dan

Hulu Sungai Tengah.


4
Berdasarkan angka tetap dari BPS pada tahun 2019 luas panen tanaman bawang

merah di Kalimantan selatan adalah seluas 186 Ha, produksi sebesar 1.143,10 Ton

dan produktivitas sebesar 6,15 Ton/Ha, sedangkan pada tahun 2018 luas panen seluas

269 Ha, produksi sebanyak 1.411,5 Ton dan produktivitas sebesar 5,25 Ton/Ha. Dari

angka tetap BPS tersebut Luas panen tanaman bawang merah pada tahun 2019

mengalami penurunan sebanyak 30,86 Ha, produksi juga mengalami penurunan

sebesar 19,02 Ton dan produktivitas mengalami peningkatan sebesar 17,12 Ton/Ha.

3. Cabe

Cabe  adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat

digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu. Cabe merupakan salah satu

komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena

memiliki harga jual yang tinggi.

Di Indonesia setidaknya dikenal tiga macam cabe yang paling banyak

dibudidayakan,  yakni cabe besar, cabe rawit dan cabe hibrida. Disamping itu

terdapat beberapa jenis cabe hias yang tidak untuk dikonsumsi seperti jenis-jenis

cabe hias.

Di Provinsi Kalimantan selatan tanaman cabai di kembangkan ada 2 yaitu cabe

besar dan cabe rawit. Cabe besar dikembangkan di kabupaten Tanah Bumbu,

Tanah Laut, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara,

Tabalong, Barito Kuala, Banjarbaru dan Balangan. Cabe rawit di kembangkan di

kabupaten Tanah Bumbu, Tanah Laut, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai

Tengah, Tabalong, Barito Kuala, Banjarbaru dan Balangan.

Jenis cabe besar yang biasa ditanam masyarakat Kalimantan selatan adalah cabe

besar jenis hibrida. Sedangkan untuk cabe rawit yang biasa di tanam masyarakat

Kalimantan Selatan adalah cabe rawit local dan cabe rawit hibrida.

5
Berdasarkan angka tetap dari BPS pada tahun 2019 luas panen tanaman cabe

besar di Kalimantan selatan adalah seluas 1.638 Ha, produksi sebesar 11.392 Ton

dan produktivitas sebesar 6,95 Ton/Ha, sedangkan pada tahun 2018 luas panen seluas

1.535 Ha, produksi sebanyak 11.162,1 Ton dan produktivitas sebesar 7,27 Ton/Ha.

Dari angka tetap BPS tersebut Luas panen cabe besar pada 2019 mengalami

kenaikan sebanyak 6,71 Ha, produksi juga mengalami kenaikan sebesar 2,06 Ton

sedangkan produktivitas mengalami penurunan sebesar 4,36 Ton/Ha.

Untuk cabe rawit berdasarkan angka tetap dari BPS pada tahun 2019 luas panen

di Kalimantan selatan adalah seluas 2.428 Ha, produksi sebesar 13.768 Ton dan

produktivitas sebesar 5,67 Ton/Ha, sedangkan pada tahun 2018 luas panen seluas

2.462 Ha, produksi sebanyak 12.670,6 Ton dan produktivitas sebesar 5,15 Ton/Ha.

Dari angka tetap BPS tersebut Luas panen cabe rawit pada tahun 2019 mengalami

penurunan sebanyak 1,38 Ha, produksi mengalami kenaikan sebesar 8,66 Ton dan

produktivitas juga mengalami kenaikan sebesar 10,18 Ton/Ha.

6
BAB III – METODE PELAKSANAAN

KEGIATAN PRIORITAS PENANGANAN PANDEMI COVID-19

Dalam menghadapi pandemic virus corana ketersediaan pangan wajib di

upayakan untuk terpenuhi demi menyangga masalah kesehatan akibat dari dampak covid

19.

Ketidakpastian kondisi  perekonomian global yang semakin meningkat sebagai

dampak meluasnya penyebaran COVID-19 menyebabkan semakin memburuknya kondisi

perekonomian global. Hal ini berimplikasi pada penurunan kinerja sektor pertanian. Tiga

strategi yg ditetapkan oleh Pemerintah untuk menghadapi dampak Covid-19 ini terkait

Pangan, yaitu :

1. Strategi Pertama yaitu Strategi SOS atau agenda mendesak, SOS utamanya agenda

yang sangat mendesak yang perlu dilakukan bersama-sama dalam menghadapi Covid-

19, antara lain pertanian  harus menjamin ketersediaan Buffer stock  11 pangan utama

di seluruh  provinsi di Indonesia, serta menyediakan padat karya.

2. Strategi Kedua yaitu agenda temporary atau agenda penengah, yang di dalamnya

mengatur bantuan saprodi seperti benih dan bibit kepada petani yang terdaftar sebagai

anggota Poktan atau Gapoktan. dan

3. Strategi Ketiga adalah strategi permanen atau jangka panjang, yaitu peningkatan

produksi 7 persen per tahun, ekspor tiga kali lipat, losses turun menjadi 5 persen, dan

target pengusaha petani milenial 2,5 juta orang.

Strategi Pertama Buffer Stock Gabah/Beras, yaitu :

1. Melakukan pembelian gabah petani untuk dijadikan Buffer Stock Daerah

untuk keperluan sampai akhir tahun 2020, dan dapat ditinjau kembali tahun depan

disesuaikan dengan kondisi.

7
2. Pelaksana kegiatan ditunjuk oleh Pemerintah Propinsi disesuaikan dengan

peraturan yang berlaku.

3. Pembelian beras untuk bantuan kepada masyarakat sebagai dampak

Pandemi Covid-19 sebesar 250.000 kg @Rp. 20.000/kg atau sejumlah Rp.

5.000.000.000,-. Data buruh tani dan petani penggarap yang terkena dampak Covid-

19 dapat dilihat pada lampiran.

Strategi Kedua : Pemberian Bantuan Saprodi

1. Strategi ini dilakukan sebagai langkah substitusi/ pengganti kegiatan APBN yang

dipotong oleh Pusat dan juga untuk menjaga produksi pangan Daerah.

2. Bantuan Saprodi yang diberikan sebagai Langkah untuk mengurangi beban biaya yang

dikeluarkan oleh petani pada masa Pandemi Covid-19.

Untuk melaksanakan stategi tersebut di atas Dinas Tanaman pangan dan Hortikultura

Provinsi Kalimantan Selatan melalui mengusulkan beberapa kegiatan melalui dana belanja

tidak terduga.

Strategi ketiga yaitu program jangka menengah.

Strategi ini merupakan strategi nasional terkait peningkatan ketahanan pangan terdiri dari 3

pokok strategi peningkatan produksi 7 persen per tahun, ekspor tiga kali lipat, losses turun

menjadi 5 persen, dan target pengusaha petani milenial 2,5 juta orang.

A. Sasaran Kegiatan

1. Pengembangan Padi Sawah Rawa

Sasaran kegiatan pengembangan padi sawah rawa adalah petani padi di

Kabupaten Kabupaten Banjar, Tanah laut, Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan dan

Hulu Sungai Tengah.

8
2. Pengembangan Bawang Merah

Sasaran kegiatan pengembangan bawang merah adalah petani bawang merah di

kabupaten Tanah Laut, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Barito Kuala, Tabalong dan

Hulu Sungai Tengah.

3. Pengembangan Cabe

- Cabe Besar

Sasaran kegiatan pengembangan cabe besar adalah petani cabe besar di

kabupaten Tanah Bumbu, Tanah Laut, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu

Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Barito Kuala, Banjarbaru dan

Balangan.

- Cabe Rawit

Sasaran kegiatan pengembangan cabe rawit adalah petani cabe besar di

kabupaten Tanah Bumbu, Tanah Laut, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu

Sungai Tengah, Tabalong, Barito Kuala, Banjarbaru dan Balangan.

B. Lokasi Kegiatan

1. Pengembangan Padi Sawah Rawa

Lokasi kegiatan pengembangan padi sawah rawa di Kabupaten Kabupaten

Banjar seluas 5.826 Ha, Tanah laut seluas : 11.250 Ha, Barito Kuala seluas 8.750

Ha, Hulu Sungai Selatan seluas 250 Ha dan Hulu Sungai Tengah seluas 450 Ha.

2. Pengembangan Bawang Merah

Lokasi kegiatan pengembangan bawang merah di kabupaten Tanah Laut seluas

20 Ha, Tapin 65 Ha, Hulu Sungai Selatan 20 Ha, Barito Kuala 10 Ha, Tabalong 40

Ha dan Hulu Sungai Tengah 15 Ha.

9
3. Pengembangan Cabe

- Cabe Besar

Lokasi kegiatan pengembangan cabe besar di kabupaten Tanah Bumbu seluas 20

Ha, Tanah Laut 50 Ha, Tapin 40 Ha, Hulu Sungai Selatan 40 Ha, Hulu Sungai

Tengah 15 Ha, Hulu Sungai Utara 30 Ha, Tabalong 30 Ha, Barito Kuala 35 Ha,

Banjarbaru 10 Ha dan Balangan 20 Ha.

- Cabe Rawit

Lokasi kegiatan pengembangan cabe rawit di kabupaten Tanah Bumbu seluas 10

Ha, Tanah Laut 50 Ha, Tapin 45 Ha, Hulu Sungai Selatan 35 Ha, Hulu Sungai

Tengah 20 Ha, Tabalong 40 Ha, Barito Kuala 25 Ha, Banjarbaru 10 Ha dan

Balangan 10 Ha.

C. Waktu Pelaksanaan Kegiatan

1. Pengembangan Padi Sawah Rawa

Kegiatan pengembangan padi sawah rawa dilaksanakan pada bulan agustus

2020 s/d desember 2020

2. Pengembangan Bawang Merah

Kegiatan pengembangan bawang merah dilaksanakan pada bulan agustus 2020 s/d

desember 2020

3. Pengembangan Cabe

- Cabe Besar

Kegiatan pengembangan cabe besar dilaksanakan pada bulan agustus 2020 s/d

desember 2020.

- Cabe Rawit

Kegiatan pengembangan cabe rawit dilaksanakan pada bulan agustus 2020 s/d

desember 2020.

10
D. Rencana Anggaran Biaya

1. Pengembangan Padi Sawah Rawa seluas 26.376 Ha berupa bantuan saprodi yaitu :
No. Uraian Volume Satuan Jumlah

1 Pengembangan Padi Rawa 26,376 Ha


- Benih Padi (50 Kg/Ha) 1,318,800 Kg 10,300 13,583,640,000
- Kapur Pertanian (250 Kg/Ha) 6,594,000 OB 1,550 10,220,700,000
- NPK (100 Kg/Ha) 2,637,600 Kg 8,165 21,536,004,000
- Pupuk Hayati (3 Ltr/Ha) 79,128 Ltr 85,000 6,725,880,000
Jumlah 52,066,224,000

Dengan rencana anggaran biaya pengembangan padi sawah rawa :


1. Pengembangan Padi Rawa
No. Uraian Harga
1 Benih Padi (Rp/Kg) Rp 10,300
Harga Pokok Rp 9,600
Ongkos Kirim Rp 700

2 Kapur Pertanian (Rp/Kg) Rp 1,550


Harga Pokok Rp 850
Ongkos Kirim Rp 700

3 NPK (Rp/Kg) Rp 8,165


Harga Pokok Rp 7,500
Ongkos Kirim Rp 665

4 Pupuk Hayati (Rp/Liter) Rp 85,000


Harga Pokok Rp 84,000
Ongkos Kirim Rp 1,000

Adapun rincian calon lokasi dan calon petani pelaksana kegiatan ini terdapat pada
lampiran.

11
2. Pengembangan Bawang Merah seluas 170 Ha berupa bantuan saprodi yaitu :

No. Uraian Volume Satuan Jumlah

2 Pengembangan Bawang Merah 170 Ha


- Benih Bawang Merah (1.000 Kg/Ha) 170.000 Kg 60.000 10.200.000.000
- NPK (100 Kg/Ha) 17.000 Kg 8.165 138.805.000
- Pupuk Hayati (3 Ltr/Ha) 510 Ltr 85.000 43.350.000
Jumlah 10.382.155.000

Dengan rencana anggaran biaya pengembangan bawang merah :


2. Pengembangan Bawang Merah
No. Uraian Harga
1 Benih Bawang Merah (Rp/Kg) Rp 60.000
Harga Pokok Rp 55.000
Ongkos Kirim Rp 5.000

2 NPK (Rp/Kg) Rp 8.165


Harga Pokok Rp 7.500
Ongkos Kirim Rp 665

3 Pupuk Hayati (Rp/Liter) Rp 85.000


Harga Pokok Rp 84.000
Ongkos Kirim Rp 1.000

3. Pengembangan Cabe

- Pengembangan Cabe Besar seluas 290 Ha berupa saprodi, yaitu :

No. Uraian Volume Satuan Jumlah

3a Pengembangan Cabe Besar 290 Ha


- Benih Cabe Besar (20 bks/Ha) 5,800 Kg 150,000 870,000,000
- NPK (100 Kg/Ha) 29,000 Kg 8,165 236,785,000
- Mulsa Plastik (8 Roll/Ha) 2,320 Ltr 850,000 1,972,000,000
- Pupuk Hayati (3 Ltr/Ha) 870 Ltr 85,000 73,950,000
Jumlah 3,152,735,000

12
- Cabe Rawit seluas 245 Ha berupa saprodi, yaitu :

No. Uraian Volume Satuan Jumlah

3b Pengembangan Cabe Rawit 245 Ha


- Benih Cabe Rawit (20 bks/Ha) 4,900 Kg 150,000 735,000,000
- NPK (100 Kg/Ha) 24,500 Kg 8,165 200,042,500
- Mulsa Plastik (8 Roll/Ha) 1,960 Ltr 850,000 1,666,000,000
- Pupuk Hayati (3 Ltr/Ha) 735 Ltr 85,000 62,475,000
Jumlah 2,663,517,500

Dengan rencana anggaran biaya pengembangan bawang merah


3. Pengembangan Cabe
No. Uraian Harga
1 Benih Cabe (Rp/Kg) Rp 150,000
Harga Pokok Rp 149,000
Ongkos Kirim Rp 1,000

2 NPK (Rp/Kg) Rp 8,165


Harga Pokok Rp 7,500
Ongkos Kirim Rp 665

3 Mulsa (Rp/ Roll) Rp 850,000


Harga Pokok Rp 810,000
Ongkos Kirim Rp 40,000

4 Pupuk Hayati (Rp/Liter) Rp 85,000


Harga Pokok Rp 84,000
Ongkos Kirim Rp 1,000

Adapun untuk rincian calon petani dan calon lokasi kegiatan pengembangan

bawang merah, cabe rawit dan cabe besar dapat dilihat pada lampiran.

13
BAB IV - PENUTUP

Penyebaran COVID-19 hingga kini masih terus berlangsung dan belum dapat

diketahui hingga kapan wabah ini akan mereda dan berakhir. Dengan demikian diharapkan

poposal pengajuan kegiatan prioritas yang di usulkan Dinas Tanaman Pangan dan

Hortikultuta Provinsi Kalimantan Selatan melalui dana Belanja Tidak Terduga ini dapat

menjadi pertimbangan sebagai salah satu strategi dalam memenuhi ketersediaan pangan di

masa pandemi covid 19 dan menjaga ketahanan pangan daerah di Provinsi Kalimantan

Selatan.

14
LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai