Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2019


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

INFEKSI SALURAN KEMIH

Oleh:
SYATIRAH RIZKY ANANDA
111 2018 2030

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang


saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme. 1

Infeksi ini dapat mengenai laki – laki maupun perempuan dari semua
umur pada anak, remaja, dewasa ataupun umur lanjut. Data penelitian
epidemologi klinik melaporkan hampir 25 – 35 % semua perempuan dewasa
pernah mengalami infeksi saluran kemih.2

Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering
ditemukan di praktik umum. Walaupun bermacam – macam antibiotika sudah
tersedia luas di pasaran. Mikroorganisme paling sering menyebabkan infeksi
sauran kemih adalah jenis bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh
bakteri atau mikroba lain. 3

Infeksi saluran kemih dibedakan atas infeksi saluran kemih atas (seperti
pielonefritis) dan infeksi saluran kemih bawah (seperti sistitis atau uretritis).
Sistitis akut (infeksi vesika urinaria) dan pielonefritis (infeksi pelvis dan
interstisium ginjal) adalah infeksi yang paling berperan dalam menimbulkan
morbiditas, tetapi jarang berakhir sebagai gagal ginjal progresif.4

Untuk mendiagnosis infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri


dalam urin melalui biakan atau kultur dengan jumlah yang signifikan. Tingkat
signifikan jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100.000/ml urin. Pada pasien
dengan simptom ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih besar dari
100 ml urin. Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus
sp., Klebsiella sp., serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama infeksi saluran
kemih adalah eschericia coli (sekitar 85%).1
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
1. Nama : Nn. R
2. Umur : 14 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Tanggal Lahir : 1 Juni 2005
5. Agama : Islam
6. Alamat : Jl. Rudal 4 B18/11
7. Bangsa Suku : Bugis
8. No. RM : 463
9. Tanggal Masuk : 1 Juli 2019/Pukul 11.00 WITA

B. Status Umum
1. Keluhan Utama:
Nyeri perut bawah
2. Anamnesis Terpimpin:
Pasien perempuan 14 tahun datang ke puskesmas ditemani ibunya
dengan keluhan nyeri perut bagian bawah ± 1 minggu yang lalu. BAK
terasa nyeri. BAK ada darah (-), berpasir (-), batu (-). Mual (-), muntah (-),
BAB normal. Riwayat penyakit yang sama tidak ada, riwayat kebiasaan
mandi 1x sehari, riwayat keluarga tidak ada, riwayat konsumsi obat tidak
ada.
Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Diketahui bahwa pasien belum pernah memiliki riwayat penyakit
yang sama sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Dari Anggota keluarga, tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
yang sama sebelumnya.
C. Penilaian Status Gizi
Umur : 14 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Ukuran Tubuh
BB : 47 kg
PB : 151 cm
IMT : 20,6 kg/m2 (normal)

D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Sakit ringan/Gizi baik/GCS E4M6V5
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 94 kali / menit
Pernapasan : 26 kali / menit
Suhu : 36,7oC
3. Kulit
Warna kulit : Kuning langsat
Turgor : baik
Sianosis : Tidak ada
4. Kepala
 Kepala
o Ukuran : Normocephal
o Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
 Wajah
o Bentuk : Simetris
o Edema : Tidak ada
 Mata
o Mata cekung : Tidak ada
o Konjunctiva pucat : Tidak ada
o Sklera ikterik : Tidak ada
o Pupil : Isokor (+/+), Refleks Cahaya (+/+)
 Hidung
o Deformitas : Tidak ada
o Sekret : Tidak ada
o Napas cuping hidung : Tidak ada
 Telinga
o Deformitas : Tidak ada
o Tanda infeksi : Tidak ada
o Sekret : Tidak ada
 Mulut
o Trismus : Tidak ada
o Bibir Membiru : Tidak ada
o Bibir kering : Tidak ada
o Lidah kotor : Tidak ada
o Perdarahan gusi : Tidak ada
o Mukosa pipi : Tidak ada kelainan
o Selaput lidah : Tidak ada kelainan
 Tenggorokan
o Uvula : Ditengah
o Faring : Tidak Hiperemis
o Tonsil : T1 – T1 tidak Hiperemis
5. Leher
Kaku kuduk : Tidak ada
6. Thorax
Inspeksi : Normochest, Pengembangan dada kiri =
kanan, Gerakan simetris kiri = kanan,
Retraksi (-). Iga gambang ada
Palpasi : Fremitus raba kiri = kanan, nyeri tekan(-),
massa (-)
Perkusi : Sonor kiri = kanan

Auskultasi
Bunyi pernafasan : Vesikuler
Bunyi tambahan :Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)

7. Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Thrill tidak teraba
Perkusi : Batas atas: ICS 2 linea parasternalis sinistra
Batas kiri:ICS 5 midclavicula sinistra
Batas kanan: ICS 4 linea parasternalis dextra
Auskultasi : BJ I/II murni-regular, murmur (-).

8. Abdomen
Inspeksi : Datar. Ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik (+) Kesan: Normal
Perkusi : Tympani (+)
Palpasi : Dinding perut rileks, Nyeri tekan (+) suprapubik,
Tidak teraba massa tumor, lien/hepar tidak teraba.
Acites tidak ada.
9. Ekstremitas
Akral hangat, edema (-), deformitas (-)

E. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin (01/7/2019)

Sedimen Urine
 Leukosit: 2-4 / Lpb
 Eritrosit: 2-4 / Lpb
 Epitel sel: positif

F. Resume Pasien
Pasien perempuan 14 tahun datang ke puskesmas ditemani ibunya dengan
keluhan nyeri perut bagian bawah ± 1 minggu yang lalu. BAK terasa nyeri.
BAK ada darah (-), berpasir (-), batu (-). Mual (-), muntah (-), BAB normal.
Riwayat penyakit yang sama tidak ada, riwayat kebiasaan mandi 1x sehari,
riwayat keluarga tidak ada, riwayat konsumsi obat tidak ada.
Dari hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan keadaan umum pasien :
Sakit ringan/Gizi baik/GCS E4M6V5. Status vitalis didapatkan Tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 94 kali/menit, pernafasan 26 kali/menit, suhu
36,7oC. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan suprapubic.

G. Diagnosis Kerja:
Infeksi Saluran Kemih

H. Tatalaksana
Non Farmakoterapi
1. Jaga kebersihan dan hiegenitas
2. Membersihkan kemaluan dari depan ke belakang
3. Banyak minum air putih
4. Sering mengganti pembalut jika sedang haid
Farmakoterapi
1. Cefadroksil 500mg 1 dd 1
2. Paracetamol 500mg 3 dd 1
3. Vit. BCom 2 dd 1
BAB III

ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN KEMIH

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di


kedua sisi kolumna vertebralis. Pada orang dewasa, panjang ginjal adalah
sekitar 12 cm – 13cm (4,7 inci hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci) dan
sekitar 50 gram. Ukurannya tidak berbeda menurut bentuk dan ukuran tubuh.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan ke
bawah oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi iga kedua belas. Kutub
Sedangkan kutub atas ginjal kii terletak setinggi iga kesebelas. Ginjal terletak
di bagian belakang abdomen atas, dibelakang peritoneum, di depan dua iga
terakhir, dan tiga otot besar – transversus abdominis, kuadratus lumborum, dan
psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak
yang tebal. Kelenjar adrenal terletak di atas kutub masing – masing ginjal.
Ginjal terlindung dengan baik dari trauma langsung.2

Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya sekitar 10 – 12 inci


(25 hingga 30 cm), terbentang dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satu –
sarunya adalah menyalurkan urine ke vesika urinaria.1

Vesika urinaria adalah suatu kantiong berotot yang dapat mengempis


terletak di belakang simfisis pubis. Vesika urinaria mempunyai tiga muara : dua
dari ureter dn satu menuju uretra. Dua fungsi vesika urinaria adalah : (1) sebagai
tempat penyimpanan urine sebelum meninggalkan tubuh dan (2) berfungsi
mendorong urine keluar tubuh (dibantu uretra) 2

Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang berjalan dari


vesika urinaria sampai ke luar tubuh; panjang pada perempuan sekitar 1½ inci (4
1
cm) dan pada laki – laki sekitar 8 inci (20 cm).
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Definisi

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang


saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme.(1)
Beberapa istilah yang sering digunakan dalam klinis mengenai infeksi saluran
kemih :2,8

- ISK uncomplicated (sederhana), yaitu infeksi saluran kemih pada


pasien tanpa disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur
saluran kemih.

- ISK complicated (rumit), yaitu infeksi saluran kemih yang terjadi pada
pasien yang menderita kelainan anatomis/ struktur saluran kemih , atau
adanya penyakit sistemik. Kelainan ini menyulitkan pemberantasan
kuman oleh antibiotika.

- First infection (infeksi pertama kali) atau isolated infection, yaitu


infeksi saluran kemih yang baru pertama kali diderita atau infeksi yang
didapat setelah sekurang – kurangnya 6 bulan bebes dari ISK.

- Infeksi berulang, yaitu timbulnya kembali bakteriuria setelah


sebelumnya dapat dibasmi dengan pemberian antibiotika pada infeksi
yang pertama.

- Asymtomatic significant bacteriuria (ASB), yaitu bakteriuria yang


bermakna tanpa disertai gejala.
B. Klasifikasi

Infeksi saluran kemih (ISK) diklasifikasikan berdasarkan :1,2,6

1. Anatomi

a. Infeksi Saluran kemih (ISK) bawah,

Presentasi klinis infeksi saluran kemih (ISK) bawah tergantung


dari gender.

 Perempuan

Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih


disertai bakteriuria bermakna

Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis


tanpa ditemukan mikroorganisme (steril)

 Laki – laki

Presentasi ISK bawah pada laki – laki dapat berupa sistitis,


prostatitis, epidimidis, dan uretritis.

b. ISK atas

 Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim


ginjal yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

 Pielonefritis kronik (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut


dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa
kecil. Obstruksi saluran kemih serta refluk vesikoureter
dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti
pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai
pielonefritis kronik yang spesifik.
C. Etiologi

Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus kemudia naik ke sistem saluran

kemih. Dari gram negatif tersebut, Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian diikuti oleh :2

No Mikroorganisme Presentase biakan (%)

1. Eschrichia coli 50 – 90
2. Klebsiela atau enterobacter 10 – 40
3. Proteus sp 5 – 10
4. Pseuomonas aeroginosa 2 – 10
5. Staphylococcus epidermidis 2 – 10
6. Enterococci 1–2

Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan
Enterococci dan staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan
batu saluran kemih. Lelaki usia lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada
pasien yang menggunakan kateter urin. Demikian juga dengan pseudomonas
aeroginosa dapat mnginfeksi saluran kemih melalui jalur hematogen pada kira –
kira 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi salmonella dalam urin.

D. Patogenesis

Saluran kemih atau urin bebas dari mikroorganisme atau steril. Infeksi
saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih
dan berkembang biak di dalam media urin. Mikroorganisme memasuki saluran
kemih melalui 4 cara, yaitu :7

1. Asending

2. Hematogen
3. Limfogen

4. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau


eksogen sebagai akibat dari pemakaian instrumen.

Sebagian besar mikroorgnisme memasuki saluran kemis melalui cara


ascending. Kuman ogen penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang
bersal dari flora normal usus dan hidup secara komensal di introitus vagina,
prepusium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Mikroorganisme memasuki
saluran kemih melalui uretra – prostat – vas deferens – testis (pada pria) – buli
–buli – ureter dan sampai ke ginjal.7

Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, etapi
dari kedua cara ini ascending-lah yang paling sering terjadi :

1. Hematogen

Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan


tubuh yang rendah karena menderita sesuatu pnyakit kronis atau pada
pasien yang mendapatkan pengobatan imunosupresif. Penyebaran
hematogen bisa juga timbul akibat adanya fokus infeksi di tempat lain.
Misalnya infeksi Staphilococcus Aureus pada ginjal bisa terjadi akibat
penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau
tempat lain. Salmonella, pseudomonas, candida, dan proteus sp termasuk
jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara hematogen. 4, 8

Walaupun jarang terjadi penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan


infeksi ginjal yang berat, misal infeksi staphylococcus dapat menimbulkan
abses pada ginjal.4,8

2. Infeksi

Infeksi secara ascending (naik) dpat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu :\

- Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina.


- Masuknya mikroorganisme ke dalam buli – buli

- Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih .

- Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.

Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan


antara mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan
epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan
oleh karena pertahanan tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi
agent yang meningkat.8

a. Faktor host

Kemampuan host ntuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam


saluran kemih disebabkan oleh beberpa faktor yaitu pertahanan lokal
dari host dan peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas
selular dan humoral.

Pertahananan lokal sistem saluran kemih yang paling baik adalah


mekanisme wash out urin, yaitu aliran urin yang mampu
membersihkan kuman –kuman yang ada di dalam urin. 8

b. Faktor agent (mikroorganisme)

Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di


permukaannya. Pili berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui
reseptor yang ada dipermukaan urotelium.

Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen,


menghasilkan toksin (hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang
dapat merubah suasana urin menjadi basa.

E. Diagnosis
1) Gambaran klinis

Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai dari tanpa
gejala hingga menunjukkan gejala yang sangat berat. Gejala yang sering
timbul ialah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing yang biasanya
terjadi bersamaan, disertai nyeri suprapubik dan daerah pelvis. Gejala
klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi, yaitu :

a. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa nyeri supra
pubik, disuria, frekuensi, hematuri, dan urgensi,

b. Pada ISK bagian atas, dapat ditemukan gejala demam, kram, nyeri
punggung, muntah

2) Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium1,2

Pemeriksaan labortorium yang dapat dilakukan untuk menegakkan


diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :

1. Urinalisis

- Eritrosit

Ditemukan eritosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan


penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun non-
gromeruler. Penyakit non-gromeruler seperti batu saluran
kemh dan infeksi saluran kemih.

- Piuria

Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan


oleh Stamn, bila ditemukan palin sedikit 8000 leukosit per ml
urin yang tidak disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit
perlapangan pandang besar pada urin yang disentrifus.
2. Bakteriologis

- Mikroskopis

Pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunkan urin segar


tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan
positif bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak
emersi.

- Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin


dimaksudkan untuk memstikan diagnosis ISK yaitu bila
ditemukan akteri dalam jumlah bermakna

3. Tes Plat – celup (Dip - slide)

Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa


lempengan plastik bertangkai dimana pada kedua sisi
permukaannya dilpisi pembenihan padat khusus. Lempengan
tersebut dicelupkan kedalam urin pasien atau dengan digenangi
urin. Penentuan jumlah kuman/ml dilakukan dengan
membandingkan pola pertumbuhan kuman dengn serangkaian
gambar yang memperlihatkan keadaan kepadaan koloni yang
sesuai dengan jumlah antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap ml
urin yang diperiksa.

b. Radiologi

Pemeriksaan radiologi pada infeksi saluran kemih dimaksudkan unuk


mengetahui adanya, batu atau kelainan anatomis yang merupakan
faktor presdiposisi infeksi saluran kemih. Pemeriksaan ini dapat
berupa foto polos abdomen, pielonegrafi intravena, demikian pula
dengan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT-scan.

F. Penatalaksanaan

Prinsip umum penatalaksanaan infeksi Saluran kemih adalah :


- Eradkasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang
sesuai.

- Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor prediposisi.

Tujuan penatalaksanaaan infeksi saluran kemih adalah mencegah dan


menghilangkan gejala, mencegah dan mengobati bakteriemia dan
bakteriuria, mencegah dan mengurangi risiko kerusakan ginjal yang
mungkin timbul dengan pemberian obat – obatan yang sensitif, murah,
aman dengan efek samping yang minimal

1. Infeksi saluran kemih (ISK) bawah

Prinsip penatalaksanaan ISK bawah meliputi intake cairan yang


banyak, antibiotik yang adekuat, dan bila perlu terapi simtomatik
untuk alkanisasi urin :

- Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48


jam dengan antibiotika tunggal, seperti ampisilin 3 gram,
trimetropim 200 mg.

- Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis


(leukosuria) diperlukan terapi konvensional selama 5 – 10
hari.

- Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak


diperlukan bila semua gejala hilang dan tanpa leukosuria.

Bila pada pasien reinfeksi berulang (frequent re-infection) :

- Disertai faktor predisposisi, terapi antimikroba yang


intenssif diikuti dengan koreksis faktor resiko.

- Tanpa faktor predisposisi, terapi yang dapat dilakukan


adalah asupan cairan yang bayak, cuci setlela melakukan
senggama diikuti dengan terpi antimikroba dosis tunggal
(misal trimetroprim 200 mg)

- Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.

Pasien sindroma uretra akut (SUA) dengan hitungan kuman


103 – 105 memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi
klamidia memberikan hasil yang baik dengan tetrasiklin.
Infeksi yang disebabkan miikroorganisme anaerobik
diperlukan antimikroba yang serasi (golongan kuinolon.)

2. Infeksi saluran kemih (ISK) atas

Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan


rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika
parenteral paling sedikit 48 jam.

The infection Disease Society of America menganjurkan satu dari


tiga alternatif terapi antibiotika intravena sebagai terapi awal
selama 48-72 jam sebelum diketahui mikroorganisme
penyebabnya :

- Flurokuinolon

- Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin

- Sefalosporin berspektrum luas dengan atau tanpa


aminoglikosida

Antimikroba Dosis Interval

Sefepim 1 gram 12 jam


400 mg
Siprofloksasin 500 mg 12 jam
Levofloksasin 400 mg 24 jam
Ofloksasin 3-5 mg/kgBB 12 jam
Gentamisin (+ ampisilin) 1 mg/ kg BB 24 jam
1-2 gram 8 jam
Ampisilin (+gentamisin) 3, 2 gram 6 jam
Tikarsilin – klavulanat 3, 375 gram 8 jam
Piperasilin – tazobaktam 250-500mg 2–8 jam
Imipenem – silastarin 6-8 jam

3. Infeksi saluran kemih berulang

Untuk penanganan ISK berulang dapat dilihat pada gambar


berikut :

Terapi jangka panjang yang dapat diberikan antara lain


trimetroprim – sulfametoksazol dosi rendah (40 – 200 mg)
tiga kali seminggu setiap malam, flurokuinolon dosis
rendah, nitrofurantoin makrokristal 100 mg tiap malam.
Lama pengobatan 6 bulan dan bila perlu dapat dipepanjang
1-2 tahun lagi.

G. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu
saluran kemih, obstruksi salran kemih, sepsis, infeksi kuman yang
multisitem, gangguan fungsi ginjal.

DAFTAR PUSTAKA
1. Corwin EJ. Infeksi saluran kemih. In buku saku patofisiologi edisi 3. Jakarta :
penerbit buku kedokteran.

2. Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. In Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam jilid II. Edisi 3. Jakarta. Fakultas kedokteran Universitas
Indonesi a ; 2001

3. Sukandar E. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. In : Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam jilid I. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI; 2006

4. Gardjito W. Puruhito, Iwan A et all. Saluran Kemih dan Alat Kelamin lelaki.
In Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit EGC;2005

5. Rani HAA, Soegondo S. Nasir AU et al. Standar Pelayanan Medik Ilmu


Penyakit Dalam. Edisi 2004. Jakarta : Pusat Penerbit an IPD FKUI; 2004

6. Rani HAA, Soegondo S. Nasir AU et al. Panduan Pelayanan Medik -


Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Edisi 2004.
Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2006

7. Purnomo BB. Dasar – Dasar Urologi. Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto 2003

8. Liza. Buku Saku Ilmu Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta : FKUI; 2006\

10. Hecht F, Shiel WC. Urinary Tract Infection. Avalable at :

http://www.emedicinehealth.com/urinary_tract_infection/article_em.htm
%23Urinary%2520Tract%2520Infection%2520Overview.htm. Pada tanggal
24 agustus 2008. Perbaruan erakhir (januari 2009)

Anda mungkin juga menyukai