Anda di halaman 1dari 11

CAIRAN INFUS (KOMPOSISI, INDIKASI)

CAIRAN KRISTALOID
1. Normal Saline
 Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.
 Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.
 Indikasi :
a. Resusitasi
Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh keluarnya
molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit yang
bergerak ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk
mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
b. Diare
Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl
digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.
c. Luka Bakar
Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan protein
plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh yang
terbakar. Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan NaCl,
ringer laktat, atau dekstrosa.
d. Gagal Ginjal Akut
Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga homeostasis
tubuh. Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum dan kreatinin
serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemberian normal saline dan
glukosa menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit.
Kontraindikasi : hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan
pengawasan ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema
paru.
 Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-paru),
penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.

2. Ringer Laktat (RL)


 Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa = 28-
30 mEq/l.
 Kemasan : 500, 1000 ml.
 Cara Kerja Obat :
Keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan
konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium
merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida
merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di
intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini
dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik
termasuk syok perdarahan.
 Indikasi :
Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik.
Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis
metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat
metabolisme anaerob.
 Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.
 Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya paru-
paru.
 Peringatan dan Perhatian :

1
”Not for use in the treatment of lactic acidosis”. Hati-hati pemberian pada penderita
edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal function & pre-eklamsia.

3. Dekstrosa
 Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
 Kemasan : 100, 250, 500 ml.
 Indikasi :
Sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama dan
sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin
kurang dari 25 mg/100ml).
 Kontraindikasi : Hiperglikemia.
 Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan
iritasi pada pembuluh darah dan tromboflebitis.

4. Ringer Asetat (RA)


Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup banyak diteliti. Larutan RA
berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana laktat terutama dimetabolisme di hati, sementara
asetat dimetabolisme terutama di otot. Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma, RA dan RL efektif sebagai terapi resusitasi pasien
dengan dehidrasi berat dan syok, terlebih pada kondisi yang disertai asidosis. Metabolisme
asetat juga didapatkan lebih cepat 3-4 kali dibanding laktat. Dengan profil seperti ini, RA
memiliki manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat masif
yang terjadi pada diare.
 Indikasi :
Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah seharusnya diberikan pada
pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Hal ini
dikarenakan adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat
karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.
 Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara. Cairan ini terutama diindikasikan
sebagai pengganti kehilangan cairan akut (resusitasi), misalnya pada diare, DBD, luka
bakar/syok hemoragik; pengganti cairan selama prosedur operasi; loading cairan saat
induksi anestesi regional; priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal; dan
juga diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi.
 Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi, misalnya ditunjukkan oleh
studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara
cepat (dalam waktu 2 menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap
parameter-parameter volume kinetik. Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral, yang umum terjadi
setelah anestesi umum/spinal.
 Untuk kasus obstetrik, Onizuka dkk (1999) mencoba membandingkan efek pemberian
infus cepat RL dengan RA terhadap metabolisme maternal dan fetal, serta keseimbangan
asam basa pada 20 pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea. Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik dibanding RL untuk
ke-3 parameter di atas, karena dapat memperbaiki asidosis laktat neonatus (kondisi yang
umum terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-
eklampsia).
 Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke iskemik/hemoragik akut,
sehingga umumnya para dokter spesialis saraf menghindari penggunaan cairan hipotonik
karena kekhawatiran terhadap edema otak. Namun, Hahn dan Drobin (2003)
memperlihatkan pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel, karena
itu dapat diberikan pada stroke akut, terutama bila ada dugaan terjadinya edema otak.
 Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu tubuh lebih baik
dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5, 50, 55, dan 65, tanpa menimbulkan

2
perbedaan yang signifikan pada parameter-parameter hemodinamik (denyut jantung dan
tekanan darah sistolik-diastolik).

Tabel I. Komposisi Beberapa Cairan Kristaloid


Cairan Tonusitas Na(mmol/l Cl(mmol/l K Ca Glukosa Laktat Asetat
) ) (mmol/ (mmol/l (mg/dl) (mmol/l (mmol/l)
) ) )
NaCl 308 154 154
0,9 % (isotonus)
½ Saline 154 77 77
(hipotonus
)
Dextros 253 5000
e5% (hipotonus
)
D5NS 561 154 154 5000
(hipertonus
D5 ¼NS 330 38,5 38,5 5000
(isotonus)
2/3 D & Hipertonus 51 51 3333
1/3 S
Ringer 273 130 109 4 3 28
Laktat (isotonus)
D5 RL 273 130 109 4 3 50 28
(isotonus)
Ringer 273,4 130 109 4 3 28
Asetat (isotonus)

Cairan Koloid
Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang sulit menembus
membran kapiler, digunakan untuk mengganti cairan intravaskuler. Umumnya pemberian lebih
kecil, onsetnya lambat, durasinya lebih panjang, efek samping lebih banyak, dan lebih mahal.
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma sehingga cenderung tidak keluar
dari membran kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, bersifat hipertonik dan dapat
menarik cairan dari pembuluh darah. Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang. Digunakan untuk menjaga dan
meningkatkan tekanan osmose plasma.
1. Albumin
 Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa yang
dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).
Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena : volume yang
dibutuhkan lebih kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi di dalam jaringan
pada penggunaan jangka lama yang lebih kecil dibandingkan starches dan resiko
terjadinya anafilaksis lebih kecil.
 Indikasi :
Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia,
hipoalbuminemia, atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary bypass,
hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka
bakar.
3
Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Pasien
dengan hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan albumin dan furosemid yang dapat
memberikan efek diuresis yang signifikan serta penurunan berat badan secara bersamaan.
Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi, kebakaran,
operasi besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi inflamasi, dan ekskresi renal
berlebih.
Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi dari sirosis.
Sirosis memacu terjadinya asites/penumpukan cairan yang merupakan media
pertumbuhan yang baik bagi bakteri. Terapi antibiotik adalah pilihan utama, sedangkan
penggunaan albumin pada terapi tersebut dapat mengurangi resiko renal impairment dan
kematian. Adanya bakteri dalam darah dapat menyebabkan terjadinya multi organ
dysfunction syndrome (MODS), yaitu sindroma kerusakan organ-organ tubuh yang
timbul akibat infeksi langsung dari bakteri.
 Kontraindikasi : gagal jantung, anemia berat.

2. HES (Hydroxyetyl Starches)


 Komposisi : Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin.
 Indikasi : Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan permeabilitas
pembuluh darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.
 Kontraindikasi : Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah
operasi, hal ini terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (>20 ml/kg).
Sepsis, karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF). Penggunaan HES
pada sepsis masih terdapat perdebatan.
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis, dimana suatu
penelitian menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada pasien sepsis karena :
 Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid, disamping itu HES tetap
bisa digunakan untuk menambah volume plasma meskipun terjadi kenaikan
permeabilitas.
 Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan albumin menunjukkan
manifestasi edema paru yang lebih kecil dibandingkan kristaloid.
 Dengan menjaga COP, dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti asidosis
refraktori.
 HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat menguntungkan pada
kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi dengan menghambat adesi molekuler.
 sementara itu pada penelitian yang lain, disimpulkan HES tidak boleh digunakan pada
sepsis karena :
 Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid maupun koloid (HES),
yang manifestasinya menyebabkan kerusakan alveoli.
 HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic dibandingkan dengan gelatin
pada pasien sepsis dengan hipovolemia.
 HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan koagulasi, ARF,
pruritus, dan liver failure. Hal ini terutama terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik
reperfusi (contoh: transplantasi ginjal).
 Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan gelatin pada
pasien dengan sepsis.
 Adverse reaction : HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endotelial jika
digunakan dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat menimbulkan pruritus.
 Contoh : HAES steril, Expafusin.

3. Dextran
 Komposisi : dextran tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri Leuconostoc
mesenteroides, yang ditumbuhkan pada media sukrosa.
 Indikasi :

4
Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok sepsis, iskemia miokard, iskemia
cerebral, dan penyakit vaskuler perifer.
Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya adalah dengan menurunkan viskositas
darah, dan menghambat agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemukakan bahwa
dextran-40 mempunyai efek anti trombus paling poten jika dibandingkan dengan gelatin
dan HES.
 Kontraidikasi : pasien dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik (trombositopenia,
hipofibrinogenemia), tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria atau
anuria yang parah.
 Adverse Reaction : Dextran dapat menyebabkan syok anafilaksis, dextran juga sering
dilaporkan dapat menyebabkan gagal ginjal akibat akumulasi molekul-molekul dextran
pada tubulus renal. Pada dosis tinggi, dextran menimbulkan efek pendarahan yang
signifikan.
 Contoh : hibiron, isotic tearin, tears naturale II, plasmafusin.

4. Gelatin
 Komposisi : Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen bovine.
 Indikasi : Penambah volume plasma dan mempunyai efek antikoagulan,
Pada sebuah penelitian invitro dengan tromboelastropgraphy diketahui bahwa gelatin
memiliki efek antikoagulan, namun lebih kecil dibandingkan HES
 Kontraindikasi : haemacel tersusun atas sejumlah besar kalsium, sehingga harus dihindari
pada keadaan hiperkalsemia.
 Adverse reaction : dapat menyebabkan reaksi anafilaksis. Pada penelitian dengan 20.000
pasien, dilaporkan bahwa gelatin mempunyai resiko anafilaksis yang tinggi bila
dibandingkan dengan starches.
 Contoh : haemacel, gelofusine.

CAIRAN KHUSUS

1. Mannitol
D-Manitol. C6H14O6
 Indikasi :
Menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi karena edema serebral, meningkatkan
diuresis pada pencegahan dan/atau pengobatan oliguria yang disebabkan gagal ginjal,
menurunkan tekanan intraokular, meningkatkan ekskresi uriner senyawa toksik, sebagai
larutan irigasi genitouriner pada operasi prostat atau operasi transuretral.

2. Asering
 Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam
berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
 Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
· Na 130 mEq
· K 4 mEq
· Cl 109 mEq
· Ca 3 mEq
· Asetat (garam) 28 mEq
 Keunggulan:
· Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati
· Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonates

5
· Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi
dengan isofluran
· Mempunyai efek vasodilator
· Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko
memperburuk edema serebral

3. Ka-En 1b
 Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100
ml/jam.
 Komposisi :
Tiap 1000 ml isi mengandung
- sodium klorida 2,25 g
- anhidrosa dekstros 37,5 g.
- Elektrolit (meq/L) :
a. Na+ 38,5
b. Cl- 38,5
c. Glukosa 37,5 g/L.
d. kcal/L : 150

4. Ka-En 3a & Ka-En 3b


 Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
· Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
· Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
· Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
 Komposisi  :
Ka-En 3a
Tiap liter isi mengandung
- sodium klorida 2,34 g
- potassium klorida 0,75 g, sodium laktat 2,24 g
- anhydrous dekstros 27 g.
- Elektrolit (mEq/L)
a. Na+ 60
b. K+ 10
c. Cl- 50
d. laktat- 20
e. glukosa : 27 g/L.
f. kcal/L : 108
Ka-En 3b
Tiap liter isi mengandung
- sodium klorida 1,75g,
- ptasium klorida 1,5g,
- sodium laktat 2,24g,
- anhydrous dekstros 27g.
- Elektrolit (mEq/L) :
g. Na+ 50,

6
h. K+ 20,
i. Cl- 50,
j. laktat- 20,
k. glukosa 27 g/L.
l. kcal/L. 108
Ka-En Mg3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
· Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
· Mensuplai kalium 20 mEq/L
· Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
Komposisi :
Tiap liter isi mengandung bahan :
- sodium klorida 1,75g,
- potassium klorida 1,5g,
- sodium laktat 2,24g,
- anhydrous dekstros 100g.
- Elektrolit (mEq/L) :
a. Na+ 50,
b. K+ 20,
c. Cl- 50,
d. laktat- 20,
e. glukosa 100 g/L;
f. kcal/L: 400
Ka-En 4a
Indikasi :
· Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
· Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai
kadar konsentrasi kalium serum normal
· Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
· Na 30 mEq/L
· K 0 mEq/L
· Cl 20 mEq/L
· Laktat 10 mEq/L
· Glukosa 40 gr/L
Ka-En 4b
Indikasi:
· Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
· Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
· Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
· Na 30 mEq/L
· K 8 mEq/L
· Cl 28 mEq/L
· Laktat 10 mEq/L
· Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
· Untuk resusitasi
· Kehilangan Na > Cl, misal diare

7
· Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi
adrenokortikal, luka bakar)
Mengandung elektrolit mEq/L
Na+ = 154
· Cl- = 154
Otsu-RL
· Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik
· Mengandung elektrolit mEq/L
Na+ = 130
Cl- = 108.7
K+ = 4
Ca++ = 2.7
Laktat = 28

Martos-10
Indikasi:
· Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
· Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
· Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
· Mengandung 400 kcal/L

Amiparen
· Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
· Komposisi
Setiap liter Amiparen isi mengandung
- L-leucine 14g,
- L-isoleucine 8g,
- L-valine 8g,
- lysine acetate 14,8g (L-lysine equivalent 10,5g),
- L-threonine 5,7g,
- L-tryptophan 2g,
- L-methionine 3,9g,
- L-phenylalanine 7g,
- L-cysteine 1g,
- L-tyrosine 0,5g,
- L-arginine 10,5g,
- L-histidine 5g,
- L-alanine 8g,
- L-proline 5g,
- L-serine 3g,
- aminoacetic acid 5,9g,
- L-aspartic acid 30 w/w%,
- total nitrogen 15,7g,

8
- sodium kurang lebih 2 mEq,
- acetate kira-kira 1220 mEq.
- Sodium bisulfit ditambahkan sebagai stabilisator.

Aminovel-600
Indikasi:
· Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
· Penderita GI yang dipuasakan
· Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
· Stres metabolik sedang
· Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
Komposisi :
Tiap liter Aminovel 600 berisi
- amino acid (L-form) 50g,
- D-sorbitol 100g,
- ascorbic acid 400mg,
- inositol 500mg,
- nicotinamide 60mg,
- pyridoxine HCl 40mg,
- riboflavin sodium phosphate 2,5mg,
- Elektrolit :
a. Sodium 35 mEq,
b. potassium 25 mEq,
c. magnesium 5 mEq,
d. acetate 35 mEq,
e. maleate 22 mEq,
f. chloride 38 mEq.
- Setiap 50g asam amino berisi :
a. L-isoleucine 3,2gram,
b. L-leucine 2,4g,
c. L-lysine (calculated as base) 2g,
d. L-methionine 3g,
e. L-phenylalanine 4g,
f. L-threonine 2g,
g. L-tryptophan 1g,
h. L-valine 3,2g,
i. L-arginine (calculated as base) 6,2g,
j. L-histidine (calculated as base) 1g,
k. L-alanine 6g,
l. glycine 14g,
m. L-proline 2g
Pan-Amin G
- Indikasi:
o Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
o Nutrisi dini pasca operasi
o Tifoid
- Komposisi
o Tiap liter infuse mengandung
o L-arginine HCl 2,7g,
o L-histidine HCl H2O 1,3g,
o L-isoleucine 1,8g,
o L-leucine 4,1g,
o L-lysine HCl 6,2g,

9
o L-methionine 2,4g,
o L-phenyilalanine 2,9g,
o L-threonine 1,8g,
o L-tryptophane 0,6g,
o L-valine 2g,
o glycine 3,4g,
o D-sorbitol 50g
o air.

Tutofusin Ops
Per liter :
- Natrium 100 mEq,
- Kalium 18 mEq,
- Kalsium 4 mEq,
- Magnesium 6 mEg,
- Klorida 90 mEq,
- Asetat 38 mEq,
- Sorbitol 50 gram.
Indikasi :
 Air & elektrolit yang dibutuhkan pada fase sebelum, selama, & sesudah operasi.
 Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit selama masa pra operasi, intra operasi dan pasca
operasi
 Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit pada keadaan dehidrasi isotonik dan kehilangan
cairan intraselular
 Memenuhi kebutuhan karbohidrat secara parsial
Kontraindikasi :
· Insufisiensi ginjal
· intoleransi Fruktosa & Sorbitol
· kekurangan Fruktosa-1-6-difosfate
· keracunan Metil alkohol.
Hati-hati pada :
- Penyakit ginjal atau jantung
- retensi cairan
- hipernatremia

AMINOFUSIN PAED

Komposisi:
Tiap 1000 mL mengandung asam amino 5% dengan elektrolit dan vitamin.

Bentuk sediaan:
1 Boks berisi 1 botol kaca @ 250 mL.

Farmakologi:
Kebutuhan disesuaikan, larutan ini mengandung asam amino 5%, elektrolit dan vitamin serta
bebas karbohidrat. 
1000 mL = 7,1 g Nitrogen
Osmolaritas sekitar 600 mOsm/L. 
Indikasi:

10
Larutan untuk nutrisi parenteral parsial prematur dan bayi. Menyediakan protein, elektrolit,
vitamin dan air ketika asupan oral tidak adekuat atau tidak memungkinkan, pada kasus dengan
peningkatan kebutuhan protein, defisiensi protein atau katabolisme protein.

Kontraindikasi:
Aminofusin Paed dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan metabolisme asam amino,
hiperkalemia, gangguan hati lanjut, gangguan ginjal sampai dengan defek pada ginjal, kondisi
hiperhidrasi.

Dosis:
Untuk infus intravena. Gunakan infus set dengan sistem minidrop (60 tetes = 1 g ± 0,1 g) atau
pengatur infus.
 Pada neonatus, dosis standar 2,5 g asam amino (setara dengan 50 mL) per kgBB per hari.
Kecepatan infus 2-5 mL/kgBB/jam atau 2-5 tetes/kgBB/menit jika menggunakan sistem
minidrop.
Peringatan dan Perhatian:
Gunakan dengan hati-hati jika ada insufisiensi jantung dekompensasi: syok, gangguan
keseimbangan asam basa, gangguan prerenal yang menyebabkan oliguria atau anuria harus
diterapi sebelum mendapatkan nutrisi parenteral. 
Pastikan fungsi ginjal yang adekuat. 
Aminofusin Paed dapat sebagai nutrisi parenteral total jika diberikan dalam kombinasi dengan
larutan berkalori yang pemberiannya secara bersamaan dengan dosis yang adekuat.  
Jika diberikan dalam jangka waktu yang panjang, vitamin dapat digantikan secara terpisah. 
Hanya gunakan jika larutan jernih dalam kondisi wadah yang utuh. Lindungi dari cahaya.
Simpan pada suhu di bawah 250C.
Efek Samping:
Pemberian infus asam amino secara cepat memicu terjadinya gangguan ginjal dan pada pasien
yang sensitif dapat menyebabkan terjadinya mual, kemerahan, dll. 
Reaksi yang mungkin terjadi karena pemberian larutan, meliputi respon demam, infeksi pada
tempat suntikan, trombosis vena atau flebitis dari tempat suntikan, ekstravasasi dan
hipervolemia.  
Jika terjadi reaksi yang tidak diinginkan, hentikan pemberian infus. Segera berikan terapi yang
sesuai dan lakukan pemeriksaan terhadap cairan sisa jika dibutuhkan.
Interaksi Obat:
-

11

Anda mungkin juga menyukai