Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TENTANG
2
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
dan
BUPATI KEPULAUAN TALAUD
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
3
14. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata
ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
15. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
16. Kawasan adalah wilayah yang mempunyai fungsi utama lindung atau
budidaya.
17. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup Sumber Daya Alam
dan Sumber Daya Buatan.
18. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi Sumber Daya Alam, Sumber
Daya Manusia, dan Sumber Daya Buatan.
19. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
20. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial dan kegiatan ekonomi.
21. Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi,
sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan
sebagai warisan dunia.
22. Kawasan Pertahanan Negara adalah Kawasan yang diperuntukkan dengan
fungsi utama untuk kegiatan pertahanan dan keamanan negara yang terdiri
dari kawasan militer dan kawasan kepolisian.
23. Kawasan Strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
24. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
beberapa kabupaten/kota.
25. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah Kawasan Perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa
Distrik.
26. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut PKLP adalah kawasan
perkotaan yang dipromosikan untuk menjadi PKL.
27. Pusat Kegiatan Strategi Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah
kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan
perbatasan negara.
28. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala Distrik atau beberapa
desa.
29. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat
permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
30. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
4
31. Masyarakat adalah orang, perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat
hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain
dalam penyelenggaraan Penataan Ruang.
32. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan Tata
Ruang, Pemanfaatan Ruang, dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
33. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD
adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Kabupaten
Kepulauan Talaud dan mempunyai fungsi membantu tugas Bupati dalam
koordinasi Penataan Ruang di daerah.
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 2
Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
Pasal 3
5
Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
Pasal 4
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
Bagian Kedua
Pusat-pusat Kegiatan
Pasal 6
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pasal 7
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 8
9
3. Rainis - Melonguane; dan
4. Beo - Rainis.
b.jaringan eksisting jalan lokal sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf a adalah jalan yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud terdiri atas:
1. Lirung-Balang (LU)
2.. Lirung-Balang (LS)
3. Lirung-Balang (memotong)
4. Salibabu-Balang (memotong)
5. Mangaran-Damau (LU)
6. Mangaran-Damau (LS)
7. Tarohan-Pulutan (memotong)
c. jaringan jalan sekunder meliputi jalan disetiap ibukota kecamatan.
d.rencana peningkatan jaringan jalan lokal sekunder menjadi lokal primer,
meliputi :
1. Lirung – Balang (LU);
2. Lirung – Balang (LS);
3. Lirung – Balang (memotong); dan
4. Salibabu – Balang (memotong);
e. Rencana pembangunan jaringan jalan lokal primer yang ada di Kabupaten
Kepulauan Talaud, meliputi : Ensem–Dapalan (memotong) dan
Pangeran-Birang (memotong).
(3) Jaringan prasarana lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a,
yaitu rencana pembangunan terminal penumpang angkutan umum Berkat
tipe B di kota Melonguane dan tipe C disetiap ibu kota kecamatan.
(4) Jaringan penyeberangan yang berada di wilayah kabupaten sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. Pelabuhan penyeberangan antarnegara, yaitu Pulau Miangas;
b. Pelabuhan penyeberangan kabupaten, terdiri atas:
1. Pelabuhan Melonguane di Kecamatan Melonguane;
2. Pelabuhan Mangaran di Kecamatan Kabaruan;
3. Pelabuhan Lirung di Kecamatan Lirung.
c. Rencana pengembangan pelabuhan penyeberangan kabupaten , yaitu :
1. Pelabuhan Marampit di Kecamatan Nanusa; dan
2. Pelabuhan Gemeh di Kecamatan Gemeh.
(5) Jaringan Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) terdiri dari Pulau Karakelang,
Pulau Salibabu, Pulau Kabaruan, Pulau Karatung, Pulau Miangas dan Jaringan
Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP) meliputi melonguane sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf c
(6) Rencana pembangunan jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
diusulkan ke Gubernur selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah peraturan
daerah ini ditetapkan.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Transportasi Laut
Pasal 9
(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud pada pasal 7 huruf b,
meliputi :
10
a. tatanan kepelabuhanan; dan
b. alur pelayaran.
(2) Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Kepulauan Talaud sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. Rencana pengembangan pelabuhan internasional di Beo, Kecamatan Beo;
b. Pelabuhan Pengumpul, terdiri atas:
1. Pelabuhan Lirung di Kecamatan Lirung;
2. Pelabuhan Melonguane di Kecamatan Melonguane;
3. Pelabuhan Beo di Kecamatan Beo;
4. Pelabuhan Miangas di Kecamatan Miangas.
c. Pelabuhan Pengumpan, terdiri atas:
1. Pelabuhan Kakorotan di Kecamatan Nanusa;
2. Pelabuhan Essang di Kecamatan Essang;
3. Pelabuhan Mangaran di Kecamatan Kabaruan; dan
4. Pelabuhan Karatung di Kecamatan Nanusa.
d. Rencana pembangunan Pelabuhan Pengumpul di Marampit Kecamatan
Nanusa;
e. Rencana pembangunan Pelabuhan Pengumpan, terdiri atas :
1. Pelabuhan Ganalo di Kecamatan Tampan’Amma;
2. Pelabuhan Gemeh di Kecamatan Gemeh;
3. Pelabuhan Rainis di Kecamatan Rainis; dan
4. Pelabuhan Damau di Kecamatan Damau.
f. Rencana pembangunan pelabuhan khusus PLTU di Tarun.
(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. Alur pelayaran nasional, yaitu Lirung – Nanusa - Miangas;
b. Rencana alur pelayaran nasional, yaitu Lirung – Melonguane – Nanusa –
Miangas;
c. Alur pelayaran regional, yaitu Mangaran – Lirung – Melonguane – Beo –
Essang – Karatung - Miangas;
d. Alur pelayaran lokal, yaitu Lirung – Melonguane – Kakorotan - Karatung;
e. Rencana pengembangan alur pelayaran regional, yaitu Mangaran – Lirung –
Melonguane – Beo – Essang – Gemeh - Karatung – Miangas; dan
f. Rencana pengembangan alur pelayaran Lokal, yaitu Damau - Mangaran –
Lirung – Melonguane – Rainis – Ganalo –Kakorotan – Marampit – Karatung –
Miangas.
Paragraf 3
Sistem Jaringan Transportasi Udara
Pasal 10
(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf
c, terdiri atas:
a. Tatanan kebandarudaraan; dan
b. Ruang udara untuk penerbangan.
(2) Tatanan kebandarudaraan di kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri atas :
a. Bandar udara pengumpul, yaitu Bandar Udara Melonguane di Kecamatan
Melonguane;
11
b. Rencana bandar udara pengumpan, yaitu Bandar Udara Marampit di
Kecamatan Nanusa;
c. Rencana bandar udara khusus, yaitu Bandar Udara Miangas di Kecamatan
Miangas; dan
d. Rencana peningkatan bandar udara pengumpul menjadi bandar udara
internasional, yaitu Bandar Udara Melonguane di Kecamatan Melonguane.
(3) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 11
Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
huruf c, terdiri atas :
a. Sistem jaringan energi;
b. Sistem jaringan telekomunikasi;
c. Sistem pengelolaan Sumber Daya Air;
d. Sistem prasarana pengelolaan lingkungan; dan
e. Sistem jaringan prasarana lainnya.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Energi
Pasal 12
Paragraf 2
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 13
Paragraf 3
Sistem Pengelolaan Sumber Daya Air
Pasal 14
(1) Sistem Pengelolaan Sumber Daya Air sebagaimana dimaksud dalam pasal 11
huruf c, terdiri atas :
a. Wilayah Sungai;
b. Daerah Irigasi;
13
c. Prasarana Air Baku untuk air minum;
d. Sistem Pengaman Pantai;
e. Sistem Pengendalian Banjir dan Sedimen;
f. Sempadan Sumber Daya Air; dan
g. Drainase Perkotaan.
(2) Rencana Pengembangan Wilayah Sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Embung yang terdiri dari :
a. DAS Bulude, DAS Lalue, DAS Arangka’a, DAS Banada, DAS Ammat, DAS
Dapihe, DAS Batumbalango, DAS Taturan, DAS Daran, DAS Niampak, DAS
Bowombaru, DAS Mala, DAS Pampalu, DAS Sawang, DAS Kalongan, DAS
Balang, DAS Bitunuris, DAS Salibabu, DAS Kabaruan, DAS Essang, DAS
Bantane;
b. Embung Lalue, Embung Taderot.
(3) Daerah irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan daerah
irigasi kewenangan kabupaten yang terdiri atas:
a. Alo, Nunu dengan luas 110 ha;
b. Bantane dengan luas 186 ha;
c. Beo dengan luas 425 ha;
d. Bowombaru dengan luas 150 ha;
e. Lalue dengan luas 138 ha;
f. Pulutan dengan luas 226 ha;
g. Tarohan dengan luas 115 ha; dan
h. Tarun dengan luas 265 ha.
(4) Prasarana Air Baku untuk air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, terdiri atas :
a. Rencana pengembangan sumber air baku, meliputi :
1. Mata Air (MA), yaitu MA Masali Alo Kecamatan Rainis, MA Laloro dan MA
Aluramu di Kecamatan Beo, MA Awunge, Tabulo dan Pancura di
Moronge Kecamatan Moronge;
2. Sungai, yaitu Sungai Buwun, Sungai Liang Kecamatan Mangaran dan
Sungai Bada Mala Kecamatan Melonguane, Sungai Ampapitu di Rusoh
Kecamatan Beo Selatan.
(5) Sistem Pengaman Pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
meliputi :
a. Bangunan pengaman pantai, meliputi : talud, pemecah ombak; dan
b. Hutan pelindung pantai yaitu, hutan mangrove.
(6) Sistem pengendalian banjir dan sedimen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e, yaitu : bangunan drainase.
(7) Sempadan Sumber Daya Air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, yaitu
kawasan tertentu disekeliling, disepanjang kiri kanan batas dan di bawah
sumber air yang dibatasi oleh garis sempadan.
(8) Drainase Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, yaitu jaringan
pembuangan air yang berfungsi mengeringkan bagian-bagian wilayah
administrasi kota dan daerah urban dari genangan air, baik dari hujan lokal
maupun luapan sungai yang melintas di dalam kota.
14
Paragraf 4
Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
15
Pasal 19
Pasal 20
(1) Jalur dan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada pasal 15
huruf e diadakan pada jalan dan lokasi yang aman dari bencana alam.
(2) Jalur dan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
selanjutnya ditetapkan dengan peraturan bupati.
Paragraf 5
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 21
Pasal 22
16
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
17
Pasal 27
(1) Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten meliputi Rencana Kawasan Lindung
dan Kawasan Budidaya.
(2) Rencana Pola Ruang Wilayah digambarkan dalam peta dengan skala ketelitian
minimal 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 28
Paragraf 1
Kawasan Hutan Lindung
Pasal 29
Paragraf 2
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Pasal 30
18
Moronge, kecamatan Nanusa, kecamatan Pulutan, kecamatan Rainis,
kecamatan Salibabu, kecamatan Tampan’Amma.
Paragraf 3
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 31
19
(6) RTH sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diupayakan 30% dari kawasan
perkotaan.
Paragraf 4
Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya
Pasal 32
(1) Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 huruf d, terdiri atas:
a. Kawasan Suaka Marga Satwa; dan
b. kawasan Pantai Berhutan Bakau.
(2) Kawasan Suaka Marga Satwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdapat di Karakelang Utara dan Karakelang Selatan dengan luas ± 24.669 Ha.
(3) Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdiri atas:
a. Hutan Bakau Beo seluas ± 167.5865 Ha yang meliputi : Kecamatan Beo Beo
Utara, Kecamatan Beo dan Kecamatan Beo Selatan;
b. Hutan bakau Essang seluas ± 166,2449 Ha yang meliputi : Kecamatan
Essang, Kecamatan Essang Selatan dan Kecamatan Beo Utara;
c. Hutan Bakau Karakelang Selatan seluas ± 149,4505 Ha yang meliputi :
Kecamatan Melonguane dan Kecamatan Melonguane Timur;
d. Hutan Bakau Karakelang Utara seluas ± 39,93645 Ha;
e. Hutan Bakau Karakelang Rainis seluas ± 133,971 Ha yang meliputi :
Kecamatan Rainis dan Kecamatan Pulutan.
Paragraf 5
Kawasan Rawan Bencana Alam
Pasal 33
Paragraf 6
Kawasan Lindung Lainnya
Pasal 34
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 35
Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pasal 36
21
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
35 huruf a di wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud seluas 2.203,91 Ha,
terdiri atas :
a. Hutan Produksi Terbatas Pulau Kabaruan I seluas ± 1.239,17 Ha yang
tersebar di Kecamatan Damau;
b. Hutan Produksi Terbatas Pulau Kabaruan II seluas ± 108,32 Ha yang
tersebar di Kecamatan Kabaruan dan Kecamatan Damau;
c. Hutan Produksi Terbatas Pulau Salibabu I seluas ± 358,80 Ha yang tersebar
di Kecamatan kalongan;
d. Hutan Produksi Terbatas Pulau Salibabu II seluas ± 497,60 Ha yang tersebar
di Kecamatan Lirung.
Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 37
22
Salibabu, Kecamatan Kalongan, Kecamatan Kabaruan, Kecamatan Damau,
Kecamatan Nanusa, Kecamatan Miangas.
(5) Kawasan Peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dengan
komoditi unggulan : babi dan ayam tersebar di seluruh kecamatan dengan luas
total ± 13.986 hektar, meliputi : Kecamatan Melonguane, Kecamatan
Melonguane Timur, Kecamatan Beo, Kecamatan Beo Selatan, Kecamatan Beo
Utara, Kecamatan Rainis, Kecamatan Pulutan, Kecamatan Tampan’Amma,
Kecamatan Essang, Kecamatan Essang Selatan, Kecamatan Gemeh, Kecamatan
Lirung, Kecamatan Moronge, Kecamatan Salibabu, Kecamatan Kalongan,
Kecamatan Kabaruan, Kecamatan Damau, Kecamatan Nanusa dan Kecamatan
Miangas.
(6) Kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, selanjutnya ditetapkan sebagai lahan cadangan pertanian pangan
berkelanjutan.
Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Perikanan
Pasal 38
23
Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Pasal 39
(1) Kawasan Peruntukan Pertambangan sebagaimana dimaksud pada pasal 35
huruf d, yaitu Kawasan Peruntukan Pertambangan Mineral berupa mineral
logam.
(2) Kawasan Peruntukan Pertambangan Mineral sebagaimana pada ayat (1) huruf a
terdiri atas:
a. Nikel terdapat di Kecamatan Kabaruan, Kecamatan Damau, Kecamatan
Rainis, Kecamatan Pulutan, Kecamatan Melonguane;
b. Pasir Besi di Kecamatan Beo, Kecamatan Essang, Kecamatan Tampan’Amma,
Kecamatan Pulutan, Kecamatan Melonguane, Kecamatan Gemeh
c. Mangan di Kecamatan Gemeh, Kecamatan Tampan’Amma, Kecamatan Beo
Selatan, Kecamatan Beo Utara, Kecamatan Pulutan, Kecamatan Kabaruan,
Kecamatan Salibabu, Kecamatan Kalongan; dan
d. Batuan terdapat di Kecamatan Beo Selatan, Kecamatan Pulutan, Kecamatan
Melonguane Timur.
Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 40
Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 41
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Pariwisata
24
Pasal 42
Paragraf 8
Kawasan Peruntukan Pendidikan
Pasal 43
Paragraf 9
Kawasan Peruntukan Lainnya
Pasal 44
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Pasal 45
(1) Kawasan Strategis yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud, terdiri atas :
a. Kawasan Strategis Nasional; dan
b. Kawasan Strategis Kabupaten.
(2) Rencana Kawasan Strategis digambarkan dalam peta dengan skala ketelitian
minimal 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 46
Kawasan Strategis Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf a
di wilayah kabupaten yaitu Kawasan Perbatasan Laut dengan Negara Filipina yaitu
Pulau Miangas, Pulau Marampit, Pulau Intata, dan Pulau Kakorotan dari sudut
kepentingan pertahanan dan keamanan.
Pasal 47
(1) Kawasan Strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1)
huruf b, terdiri atas:
a. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi:
1. Kawasan minapolitan, diperuntukkan untuk pembangunan sektor
perikanan tangkap di kecamatan Salibabu;
2. Kawasan agropolitan, diperuntukan untuk pengembangan budidaya
pisang abaka berlokasi di Kecamatan Essang dan diperuntukan untuk
pengembangan emping melinjo di Kecamatan Rainis;
3. Kawasan strategis perdagangan, Beo, Melonguane, Lirung dan Mangaran.
26
b. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial dan
budaya, meliputi acara Manee di Pulau Intata/Kakorotan dan upacara
Manammi di Pulau Miangas.
c. Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan pemerintahan
meliputi Kota Melonguane
(2) Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten akan ditindaklanjuti dengan
penyusunan rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten yang
penetapannya melalui peraturan daerah.
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50
Pasal 51
27
BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 52
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 53
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 54
(1) Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam
pemberian izin Pemanfaatan Ruang berdasarkan rencana struktur dan pola
ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Izin Pemanfaatan Ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
kewenangannya.
(3) Pemberian izin Pemanfaatan Ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
28
Pasal 55
(1) Jenis perizinan terkait Pemanfaatan Ruang yang ada di Kabupaten Kepulauan
Talaud sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. Izin prinsip;
b. Izin lokasi;
c. Izin penggunaan pemanfaatan tanah; dan
d. Izin mendirikan bangunan.
(2) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a–d diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Pasal 56
(1) Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat
(2) huruf c merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pemberian insentif
dan pengenaan disinsentif.
(2) Insentif diberikan apabila Pemanfaatan Ruang sesuai dengan rencana Struktur
Ruang, Rencana Pola Ruang, dan ketentuan umum peraturan zonasi yang
diatur dalam Peraturan Daerah ini.
(3) Disinsentif dikenakan terhadap Pemanfaatan Ruang yang perlu dicegah,
dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam
Peraturan Daerah ini.
Pasal 57
Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Pasal 58
(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf d
merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pengenaan sanksi
administratif kepada pelanggar pemanfaatan ruang.
(2) Pengenaan sanksi dilakukan terhadap:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana Struktur Ruang dan
pola ruang;
b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRW kabupaten;
29
d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin Pemanfaatan
Ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.
Pasal 59
(1) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (2) huruf a,
huruf b, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g dikenakan sanksi administratif
berupa :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
(2) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (2) huruf c
dikenakan sanksi administratif berupa :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pembongkaran bangunan;
f. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
g. denda administratif.
Bagian Keenam
Ketentuan Pidana
Pasal 60
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana Pasal 63, dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak
Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah ).
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
30
BAB VIII
KELEMBAGAAN
Pasal 61
(1) Dalam rangka koordinasi Penataan Ruang dan kerjasama antar wilayah,
dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja badan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur oleh Bupati.
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 62
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 63
Pasal 64
31
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 65
Peran masyarakat dalam Penataan Ruang di Daerah dilakukan antara lain melalui :
a. partisipasi dalam penyusunan Rencana Tata Ruang;
b. partisipasi dalam Pemanfaatan Ruang; dan
c. partisipasi dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
Pasal 66
Pasal 67
32
Pasal 68
Pasal 70
Pasal 71
BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 72
33
(2) Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud dan album
peta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 73
Pasal 74
(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud
adalah 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam
5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana
alam skala besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah yang ditetapkan
dengan peraturan perundang-undangan, Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Kepulauan Talaud dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan
apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi yang mempengaruhi
Pemanfaatan Ruang kabupaten dan/atau dinamika internal wilayah.
(4) Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan terhadap
bagian wilayah kabupaten yang kawasan hutannya belum disepakati pada saat
Perda ini ditetapkan, rencana dan album peta sebagaimana dimaksud pada
Pasal 72 disesuaikan dengan peruntukan kawasan hutan berdasarkan hasil
kesepakatan Menteri Kehutanan.
(5) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang
mengenai teknis pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah, diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.
34
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 75
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan pelaksanaan
yang berkaitan dengan Penataan Ruang Daerah yang telah ada dinyatakan
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum diganti berdasarkan
Peraturan Daerah ini.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:
a. izin Pemanfaatan Ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa
berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut
disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, Pemanfaatan Ruang
dilakukan sampai izin terkait habis masa berlakunya dan dilakukan
penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;
dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan
berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat
dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan
izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak.
c. Pemanfaatan Ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan
Peraturan Daerah ini dilakukan penyesuaian berdasarkan Peraturan Daerah
ini;
d. Pemanfaatan Ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin ditentukan
sebagai berikut:
1. yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, Pemanfaatan
Ruang yang bersangkutan ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan
Daerah ini; dan
2. yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, dipercepat untuk
mendapatkan izin yang diperlukan.
35
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 76
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
teknis pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah, diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 77
Ditetapkan di Melonguane
Pada Tanggal 2 Mei 2014
ttd
COSTANTINE GANGGALI
Diundangkan di Melonguane
Pada Tanggal 2 Mei 2014
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
ttd
DENY R. TATUWO
36
PENJELASAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
NOMOR 1 TAHUN 2014
TENTANG
I. PENJELASAN UMUM
Berdasarkan pasal 26 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud
merupakan pedoman untuk Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah, Penyusunan Rencana Jangka menengah Daerah,
Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Wilayah
Kabupaten, mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan antar
sektor, penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi dan penataan
ruang kawasan strategis kabupaten.
Secara geografis, letak Kabupaten Kepulauan Talaud sebagai daerah
kepulauan berada pada bagian utara Indonesia Timur yang berbatasan
langsung dengan Negara Filipina. Disamping letaknya sebagai daerah
perbatasan, Kabupaten Kepulauan Talaud juga berada pada kawasan rawan
bencana. Dengan keberadaan tersebut, penyelenggaraan penataan ruang
dilakukan secara komprehensif, holistik, terpadu, efektif dan efisien dengan
memperhatikan faktor politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan
keamanan, serta kelestarian lingkungan hidup.
Ruang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara termasuk
ruang di dalam bumi sebagai tempat manusia dan mahluk lain hidup,
melakukan kegiatan dan kelangsungan hidupnya. Untuk itu, dalam rangka
mewujudkan tata ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
dilakukan penataan ruang ini yang dapat mengharmoniskan lingkungan
alam dan lingkungan buatan, serta memberikan perlindungan fungsi ruang
dan pencegahan negatif terhadap lingkungan hidup. Berkaitan dengan
perwujudan tata ruang tersebut diterjemahkan dalam kebijakan dan strategis
melalui pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten.
Struktur ruang meliputi pembangunan pusat-pusat kegiatan, sistem jaringan
prasarana utama dan sistem jaringan prasarana lainnya. Pola ruang wilayah
kabupaten meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya termasuk
kawasan strategis.
Penataan struktur dan pola ruang didasarkan pada karakteristik, daya
dukung dan daya tampung lingkungan serta didukung oleh teknologi yang
akan meningkatkan keserasian, keselarasan dan kesinambungan sub sistem.
Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten dilakukan untuk
menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.
Rencana rinci tata ruang didasarkan atas pendekatan strategis kawasan.
Penyusunan rencana rinci tata ruang sebagai dasar penetapan peraturan
zonasi. Peraturan zonasi salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan
ruang yang terdiri atas arahan insentif, disinsentif serta arahan sanksi.
37
Atas dasar hal-hal tersebut dengan kepastian hukum perlu
menetapkan peraturan daerah Kabupaten Kepulauan Talaud tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud.
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Ayat 1
Huruf a
Kawasan sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang
memiliki manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
hutan
Huruf b
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan
sungai termasuk sungai buatan atau sungai kanal atau saluran irigasi
primer yang mempunyai manfaat untuk kelestarian fungsi sungai
Huruf c
Kawasan sekitar mata air adalah garis batas kawasan pengamanan
bagi sumber mata air
Huruf d
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah kawasan memanjang/jalur dan
atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
secara ditanam.
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Ayat 4
Cukup jelas
Ayat 5
Cukup jelas
Ayat 6
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
40
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
41
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas
Pasal 73
Cukup jelas
Pasal 74
Cukup jelas
Pasal 75
Cukup jelas
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal 77
Cukup jelas
43