Anda di halaman 1dari 25

BAB 5

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM


PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK

 Perencanaan Laba Jangka Pendek


Perencanaan Laba Jangka Pendek dilakukan sebagai bagian dari proses penyusunan
anggaran perusahaan. Dalam perencanaan laba jangka pendek, manajemen
mempertimbangkan berbagai usulan yang berakibat pada :
· Harga Jual
· Volume Penjualan
· Biaya Variabel
· Biaya Tetap
· Laba bersih
Oleh karena itu dalam perencanaan jangka pendek manajemen membutuhkan informasi
akuntansi differensial berupa :
(1) Taksiran pendapatan diferensial
(2) Taksiran biaya diferensial yang berdampak pada laba bersih
Dampak terhadap laba bersih tersebut menjadi salah satu pertimbangan dalam
memutuskan usulan kegiatan dalam proses perencanaan anggaran.
Alat analisis yang mampu memberikan kontribusi yang sangat besar dalam proses
penyusunan anggaran dan berbagai parameter yang bermanfaat untuk perencanaan laba
jangka pendek yaitu:
1. Impas
Impas memberikan informasi tingkat penjualan suatu usaha yang labanya sama
dengan nol. Paramater ini memberikan informasi kepada manajemen, dari jumlah
target pendapatan penjualan yang dianggarkan, berapa pendapatan penjualan
minimum yang harus dicapai agar usaha perusahaan tidak mengalami kerugian.

2. Margin of safety
Memberikan informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan
penjualan tertentu maksimum boleh turun agar suatu usaha tidak menderita rugi.
3. Shut – down point
Memberikan informasi pada tingkat penjualan berapa suatu usaha secara ekonomis
sebaiknya ditutup karena pendapatan penjualannya hanya dapat digunakan untuk
menutup biaya tunai saja.
4. Degree of operating leverage
Memberikan informasi berapa kali lipat presentase tertentu perubahan pendapatan
penjualan mengakibatkan perubahan laba bersih.
5. Laba kontribusi perunit (Contribution margin)
Memberikan informasi kemampuan suatu produk dalam memanfaatkan sumber daya
yang langka untuk memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap dan
menghasilkan laba. (Kelebihan pendapatan penjualan di atas biaya variabel)
Berbagai parameter tersebut memberikan bantuan yang penting bagi manajemen
dalam mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dalam proses penyusunan anggaran
perusahaan. Dalam proses perencanaan laba jangka pendek manajemen memerlukan
informasi akuntansi diferensial untuk mempertimbangkan dampak perubahan volume
penjualan, harga jual & biaya terhadap laba perusahaan. Analisis impas & analisis biaya-
volume-laba merupakan teknik untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba
jangka pendek.
Untuk memberikan gambaran proses perencanaan laba jangka pendek, berikut ini
diberikan Contoh 1 .
Departemen anggaran PT.X menyajikan laporan L/R projeksian (Projected
Income Statement ) untuk tahun anggaran 20X2 sbb:

PT. X
Laporan Laba Rugi Projeksian
Tahun Anggaran 20X2
Jumlah %
Pendapatan Rp. 500.000.000 100%
penjualan
Biaya Variabel Rp. 300.000.000 60%
Laba kontribusi Rp. 200.000.000 40%
Biaya tetap Rp. 150.000.000 30%
Laba bersih Rp.   50.000.000 10%
Dalam proses penyusunan anggaran induk perusahaan, laporan L/R yang disusun
dengan metode variable costing yang membantu manajemen puncak dalam
mempertimbangkan usulan kegiatan yang diajukan oleh manajemen menengah.
Keputusan jangka pendek umumnya menyangkut penambahan / pengurangan volume
kegiatan.
Dari laporan L/R yang disusun menurut metode variabel costing, manajemen
dapat memperoleh pemanfaatan dari alat-alat analisis diatas yaitu :
1. Impas
Dari lap.L/R diatas target pendapatan (revenues) yang diharapkan perusahaan Rp.
500.000.000, dari target tersebut manajemen memerlukan informasi berapa pendapatan
minimum yang harus dicapai perusahaan untuk tahun anggaran yang akan datang agar
tidak rugi. Dari target tersebut diatas impas dapat dihitung sebesar Rp. 375.000.000 ( Rp.
500.000.000 / 40 % ). Angka tersebut diatas menunjukkan bahwa dari target pendapatan
penjualan (revenues) yang direncanakan sebesar Rp. 500.000.000 minimum perusahaan
harus dapat menjual Rp. 375.000.000 agar perusahaan tidak rugi.
Jika perusahaan mampu memperoleh pendapatan penjualan diatas impas, perusahaan
baru dapat menghasilkan laba. Semakin rendah impas berarti semakin besar kemungkinan
perusahaan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan laba.
2. Margin Of Safety
Dari target pendapatan penjualan tersebut, manajemen memerlukan informasi berapa
jumlah maksimum penurunan target pendapatan penjualan boleh terjadi, agar penurunan
tersebut tidak mengakibatkan perusahaan menderita kerugian. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut manajemen memerlukan informasi margin of safety dari anggaran
laba projeksian tahun anggaran yang akan datang. Dari data dalam contoh 1. karena impas
diatas sebesar 375.000.000, maka jumlah maksimum penurunan target pendapatan
penjualan yang tidak menyebabkan perusahaan mengalami kerugian adalah Rp.
125.000.000 ( Rp. 500.000.000 – Rp. 375.000.000) atau 25% (Rp.
125.000.000/Rp.500.000.000).
- Semakin besar margin of safety semakin besar kesempatan perusahaan memperoleh
laba, semakin kecil margin of safety semakin rawan perusahaan terhadap penurunan
target pendapatan penjualan.
- Jika margin of safety ratio, yang merupakan ratio antara margin of safety dan
pendapatan penjualan sebesar 25%, berarti penurunan target pendapatan penjualan
sedikit diatas 25% telah menyebabkan perusahaan menderita kerugian.
3.  Titik penutupan usaha ( Shut Down Point )
Suatu usaha tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan jika pendapatan
penjualannnya tidak cukup untuk menutup biaya tunainya. Dari contoh 1 diketahui
bahwa biaya tetap perusahaan tersebut sebesar Rp. 150.000.000, 100.000.000 merupakan
biaya tunai, maka anggaran thn 20X2, titik penutupan usaha sebesar Rp.250.000.000
( 100.000.000/40%). Hal ini berarti dibawah pendapatan penjualan sebesar 250.000.000,
usaha perusahaan secara ekonomis tidak pantas dilanjutkan karena pendapatan penjualan
dibawah jumlah terebut akan mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar biaya
tunainya.
4. Degree of Operating Leverage
Ukuran ini menunjukkan persentase perubahan laba bersih sebagai dampak
terjadinya sekian persen perubahan pendapatan penjualan. Dari contoh diatas DOL
dihitung adalah 4X (Rp. 200.000.000/Rp. 50.000.000) yang berarti setiap 1% kenaikan
pendapatan penjualan akan mengakibatkan 4% (4X1%) kenaikan laba bersih.
Jika usulan kegiatan diharapkan dapat menaikkan pendapatan penjualan sebesar 5%
maka dalam tahun anggaran tersebut laba bersih perusahaan akan mengalami kenaikan
20% (4X5%).
5. Laba kontribusi perunit
- Kelebihan pendapatan penjualan diatas biaya variabel
- Memberikan gambaran jumlah yang tersedia untuk menutup biaya tetap &
menghasilkan laba.
- Semakin besar laba kontribusi, semakin besar kesempatan yang diperoleh
perusahaan untuk menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba.
Laba kontribusi perunit merupakan merupakan laba kontribusi dibagi dengan volume
penjualan. Jika informasi laba kontribusi perunit dihubungkan dengan penggunaan
sumber daya yang langka (scarce resources), manajemen akan memperoleh informasi
kemampuan berbagai macam produk untuk menghasilkan laba. Informasi ini
memberikan landasan bagi manajemen dalam pemilihan produk yang menghasilkan laba
tertinggi.
Contoh laba kontribusi setiap produk disajikan berikut ini:
A B C Total
Volume penjualan 500 300 200 1000
Pendapatan penjualan Rp.700.000 Rp.500.000 Rp.1.000.000 Rp. 2.500.000
Biaya Variabel 300.000 500.000 600.000 1.400.000
Laba kontribusi Rp.400.000 Rp.300.000 Rp.400.000 Rp.1.100.000
Biaya tetap 800.000
Laba bersih Rp. 300.000
Laba kontribusi perunit Rp. 800 Rp. 1.000 Rp. 2.000 Rp. 1.100

Produk Konsumsi Jam Jumlah Contribition Contribition Peringkat


mesin perunit produk margin margin Per kemampuan
Produk yang perunit jam mesin produk dalam
dihasilkan produk (2) X (3) memanfaatkan
perjam sumberdaya
mesin 1: (1) yang langka
(1) (2) (3) (4) (5)
A 5 0,20 Rp. 800 160 1
B 10 0,10 1000 100 2
C 25 0,04 2000 80 3

Dari contoh diatas seolah-olah produk C menghasilkan laba kontribusi perunit sebesar
Rp.2000 yang memiliki kemampuan tertinggi untuk memberikan kontribusi dalam
menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba. Kemampuan produk dalam menutup
biaya tetap & menghasilkan laba tidak diukur hanya atas dasar informasi laba kontribusi
perunit, namun diukur dari laba kontribusi perunit yang dihubungkan dengan pemanfaatan
sumber daya yang langka.
Ternyata produk A menduduki peringkat pertama dalam kemampuan memanfaatkan
sumberdaya yang langka ( jam mesin )untuk menutup biaya tetap & menghasilkan laba.
Setiap jam mesin yang dimanfaatkan untuk memproduksi produk A mampu menghasilkan
laba kontribusi sebesar Rp. 760 per jam mesin.
 Rekayasa Parameter Untuk Perencanaan Laba Jangka Pendek
1. Impas
Impas (break-even) adalah:
a. keadaan usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi.
b. jika jumlah pendapatan ( revenues ) sama dengan jumlah biaya
c. laba kontribusi hanya bisa menutupi biaya tetap saja.
d. Suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak
menderita rugi dan laba sama dengan 0
Ada 2 cara untuk menentukan impas :
a. Pendekatan teknik persamaan
b. Pendekatan grafis
a. Pendekatan teknik persamaan
Penentuan impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada
persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba.Atau laba adalah sama dengan
pendapatan penjualan dikurangi biaya. Dapat dinyatakan dalam persamaan sbb:
Y=cx-bx-a
Keterangan :
y=laba
c=harga jual persatuan
x=jumlah produk yang dijual
b=biaya variabel persatuan
a=biaya tetap
Jika persamaan tersebut dinyatakan dalam laporan laba rugi metode variable costing,
persamaan tersebut sbb:
Pendapatan penjualan cx
Biaya variabel  bx _ _
Laba kontribusi  cx-bx
Biaya Tetap  a _ _
Laba bersih y
Perusahaan akan mencapai keadaan impas jika jumlah pendapatan sama dengan
jumlah biaya (laba=0),atau jika dinyatakan dalam persamaan sbb:
0 = cx - bx
cx = bx + a
Persamaan tersebut diselesaikan sbb:
cx – bx = a
x(c-b) = a
x’ = a / (c-b)

Keterangan :
cx = bx + a Pendapatan penjualan = biaya
cx – bx = a Laba kontribusi = biaya tetap
x’ = a / (c-b) Impas (dalam satuan produk) = biaya tetap dibagi dengan selisih antara
harga jual persatuan dengan biaya variabel persatuan
X’ adalah kuantitas yang dijual pada keadaan impas
Jadi rumus perhitungan impas dalam satuan produk yang dijual adalah :
Impas dlm (Q) = Biaya tetap _
Harga jual persatuan – Biaya variabel persatuan
Impas dalam rupiah penjual dapat dicari rumusnya dengan cara mengalikan rumus
impas tersebut diatas dengan c, yaitu harga jual persatuan produk.
Jadi impas dalam rupiah penjualan dpt dihitung dengan rumus sbb:
Impas (Rp) = Biaya tetap _
Contribution margin ratio

Contoh 2:
Dalam suatu pasar malam, pak Amat akan membuka tempat penitipan sepeda. Dia
menyewa tempat yang dapat menampung 500 sepeda. Sewa tersebut permalam
Rp.1.500. Untuk menjaga sepedadia akan mepekerjakan dua orang, dengan upah Rp.
1.000 semalam perorang, ditambah upah insentif sebesar Rp. 2,50 perorang untuk setiap
sepeda yang masuk titipan. Tarif titipan yang dibebankan kepada pemakai jasa adalah
sebesar Rp 25 persepeda semalam. Perhitungan proyeksi laba permalam apabila 500
sepeda masuk ke tempat penitipan sepeda pak Amat disajikan sbb:
JUMLAH %
Pendapatan penjualan 500 X Rp.25 Rp. 12.500 100
jasa titipan sepeda
Biaya variabel:
Upah insentif untuk 500 X 2 X 2.500 _ 20
dua karyawan Rp.2.50
Laba kontribusi Rp. 10.000 _ 80
Biaya tetap:
Sewa tempat titipan Rp. 1.500
Upah dua orang 2.000 +
karyawan
Rp. 3.500 28
Laba bersih Rp. 6.500 52
Pak Amat ingin memperoleh informasi berapa jumlah minimum sepeda yang harus
masuk setiap malam ketempat penitipan sepedanya,agar usaha titipan tersebut tidak
mengalami kerugian.
Jumlah sepeda minimum yang harus masuk setiap malam agar usaha pak Amat dapat
menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam adalah :
Impas ( dlm kuantitas ) = Biaya tetap _
Harga jual persatuan – By Variabel persatuan
= 3.500 _ = 175
25-5
Jika sepeda yang masuk titipan semalam minimum berjumlah 175 buah, maka usaha pak
Amat akan dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam, sehingga usaha
tersebut tidak mengalami kerugian.
Impas juga dapat dinyatakan dalam jumlah rupiah pendapatan dari usaha titipan sepeda
sbb:
Impas (Rp) = Biaya tetap _
Contribution Margin ratio
= 3.500 _ = Rp.4.375
80%
Jika pada suatu malam pak Amat menerima uang pendapatan penjualan jasa titipan
sepeda sebanyak Rp.4.375, dia dapat tenang hatinya karena dari pendapatan penjualan
jasa tersebut, minimum dia sudah dapat menutup biaya yang dikeluarkan malam ini.
Dengan kata lain sepeda yang masuk sudah mendatangkan laba 80% (contribution
margin ratio) dari uang pendapatan penjualan jasa titipan sepeda yang diterimanya. Bukti
bahwa pada pak Amat menerima uang pendapatan penjualan jasa titipan sebanyak
Rp.4.375 usahanya belum memperoleh laba,tetapi juga tidak rugi dapat diikuti dalam
perhitungan sbb:
Pendapatan penjualan jasa titipan sepeda 175 x Rp.25 = Rp. 4.375
Biaya variabel 175 x Rp. 5 =Rp. 875
Laba kontribusi Rp. 3.500
Biaya tetap :
Sewa tempat titipan  Rp. 1.500
Upah dua orang karyawan Rp. 2.000 Rp. 3.500
Contoh 3:
PT. Eliona memproduksi produk A. Rencana produksi untuk thn anggaran 20X1 adalah
sbb: Kg
Sediaan awal  100
Rencana produksi  1.100
1.200
Rencana penjualan  1.000
Sediaan akhir 200
Laporan Biaya Produksi Projeksian Thn 20x1
Biaya variabel standar per kg
produk :
Biaya bahan baku Rp. 10.000
Biaya tenaga kerja variabel 7.000
Biaya overhead variabel 8.000
Jumlah biaya produksi variabel Rp. 25.000
Biaya administrasi & umum 10.000
variabel
Biaya pemasaran variabel 8.000
Jumlah biaya variabel Rp.43.000

Biaya tetap pertahun terdiri


dari :
Biaya overhead pabrik tetap Rp.37.400.000
Biaya pemasaran tetap 15.000.000
Biaya administrasi & umum 25.000.000
Jumlah biaya tetap setahun Rp.77.400.000
Harga jual produk Rp. 172.000 per kg
PT. ELIONA
Laporan Laba-Rugi Tahun 20x1 Projeksian
Jumlah %
Pendapatan penjualan 1000XRp 72.000 Rp. 2.500.000 Rp.172.000.000 10
Biaya variabel: 100 X Rp.25.000 Rp.27.500.000 Rp. 43.000.000 0
Sediaan awal 1.100XRp.25.000 Rp.30.000.000 Rp 129.000.000 %
Biaya produksi 200 X Rp. 25.00 5.000.000 Rp. 77.400.000 25
variabel X Rp.8.000 Rp.25.000.000 Rp. 51.600.000 %
Sediaan akhir 1.000XRp.10.000 8.000.000 75
Biaya non produksi 10.000.000 %
variabel: Rp.37.400.000
By. pemasaran 15.000.000
variabel 25.000.000
By. administrasi &
umum variabel
Jumlah biaya
variabel
Laba kontribusi
Biaya tetap:
Biaya overhead
pabrik tetap
Biaya pemasaran
tetap
Biaya administrasi
& umum tetap
Jumlah biaya tetap
Laba bersih
Dari informasi diatas diperoleh perhitungan :
Impas (Rp) = Rp. 77.400.000 = Rp.103.200.000
75 %
Dari target pendapatan penjualan sebesar Rp.172.000.000 dlm thn 20X1,minimum
PT.Eliona harus mencapai pendapatan penjualan sebesar Rp.103.200.000 agar
perusahaan tidak menderita kerugian. Kuantitas produk minimum yang harus dijual agar
perusahaan tidak mengalami kerugian, maka :
Impas (kg) = Rp.77.400.000 = 600 kg
Rp.172.000 – Rp. 43.000
Dalam setiap penjualan 1 kg produk A berikutnya, perusahaan akan memperoleh laba
sebesar Rp.129.000 (75% X Rp.172.000) karena biaya tetap seluruhnya telah tertutup
dari penjualan 600 kg tersebut.
Misalkan dalam contoh 2 diatas , manajemen memerlukan informasi pada volume
penjualan berapa perusahaan harus menjual produknya dalam tahun anggaran 20X1
untuk mendapatkan keuntungan misalnya Rp. 90.000.000. Maka Perencanaan volume
penjualan dihitung sbb:
Volume penjualan = Biaya tetap + Laba yang diinginkan Contribution Margin ratio
Berdasarkan data dalam contoh 2 diatas , volume penjualan yang dapat menghasilkan
laba bersih Rp.90.000.000 dihitung sbb:
Volume penjualan (Q) = 77.400.000 + 90.000.000 = 1,297 kg
127.000 – 43.000
Volume penjualan (Rp) = 77.400.000 + 90.000.000 =Rp. 223.200.000
75 %
Jika dalam tahun 20X1 PT. Eliona mencapai tingkat penjualan sebanyak 1,297 kg atau
dalam rupiah Rp. 223.200.000, maka laba bersih diperkirakan Rp. 90.000.000
b. Perhitungan Impas dengan pendekatan grafis
Titik pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya merupakan
titik impas. Untuk dapat menentukan titik impas, harus dibuat grafik dengan sumbu datar
menunjukkan volume penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukkan biaya dan
pendapatan.
Jika harga jual produk persatuan sebesar c, kuantitas produk yang dijual sebesar
X,biaya tetap sebesar a dan biaya variabel sebesar b persatuan x, untuk volume penjualan
sebesar X maka :
Pendapatan penjualan = cx
Biaya variabel = bx
Biaya tetap = a
Contoh 4
Dalam contoh 2 diatas diketahui bahwa :
Harga jual produk persatuan (c) = Rp. 172.000
Biaya variabel persatuan (b) = Rp. 43.000
Biaya tetap pertahun (a) = Rp. 77.400.000
Untuk berbagai macam volume penjualan (x) pendapatan penjualan,biaya variabel,biaya
tetap dan total biaya disajikan berikut ini:

Angka Rupiah Dalam Ribuan


Volume Pendapata
Biaya Biaya Total Laba
Penjuala n
Variabel tetap Biaya (Rugi)
n Penjualan
X cx bx a a+bx cx-(a+bx)
1.00 Rp.172.00 Rp.43.00 Rp.77.40 Rp.120.40 Rp.51.60
0 0 0 0 0 0
800 137.600 34.400 77.400 111.800 25.800
600 103.200 25.800 77.400 103.200 0
(25.800
400 68.800 17.200 77.400 94.600
)
(51.600
200 34.400 8.600 77.400 86.000
)
Impas Dalam Lingkungan Manufaktur Maju
Karakteristik biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju ditandai dengan
berkurangnya unsur biaya tenaga kerja langsung dan membesarnya proporsi biaya
overhead pabrik. Teknologi manufaktur maju memungkinan peusahaan melakukan
diversifikasi produk yang diproduksi dan menyebabkan semakin besarnya proporsi biaya
overhead yang tidak berkaitan dengan unit produk yang diproduksi (non unit related
overhead costs).
Setiap produk yang diproduksi mengkonsumsi non unit related overhead costs)
dengan proporsi yang berbeda-beda. Beda perhitungan impas konvensional dengan
activity based costing terletak pada unsur biaya variabel berdasarkan perilaku biaya
dalam hibungannya dengan unit level activities saja.
Dalam perhitungan impas konvensional, total biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel, yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
K = a + bx
Keterangan :
K = total biaya
a = total biaya tetap
b = biaya variabel perunit
x = unit level activities
Dalam perhitungan impas berdasarkan activity based costing, total biaya terdiri dari
biaya tetap dan berbagai tipe biaya variabel, yang dinyatakan dalam persamaan berikut
ini :
K = a + b1x1 + b2x2 + b3x3
Keterangan :
k = Total biaya
a = facility sustaining activity cost
b1 = biaya variabel persatuan unit level activity
b2 = biaya variabel persatuan batch related activity
b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity
x1 = unit level activities
x2 = batch related activities
x3 = product sustaining activities
Jika harga jual persatuan produk sama dengan c, maka persamaan laba berdasarkan
activity based costing adalah :
Y = cx1 - a – b1x1 – b2x2 – b3x3
Keterangan :
Y = laba
cx1 = Pendapatan penjualan (harga jual perunit kali kuantitas yang dijual yang
ditunjukkan oleh unit level activities)
a = facility sustaining activity costs
b1 = biaya variabel persatuan unit level activity
b2 = biaya variabel persatuan batch related activity
b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity
x1 = unit level activities
x2 = batch related activities
x3 = product sustaining activities
Dari persamaan dapat dihitung rumus perhitungan impas berdasarkan activity based
costing :
X’ = a + b2x2 + b3x3
c-b1

Keterangan :
x’= volume penjualan pada kondisi impas
a = facility sustaining activity costs
b1 = biaya variabel persatuan unit level activity
b2 = biaya variabel persatuan batch related activity
b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity
x1 = unit level activities
x2 = batch related activities
x3 = product sustaining activities
Contoh 5
PT X memproduksi satu macam produk dengan struktur biaya sebagai berikut :
Biaya variabel perunit Rp. 12.000
Biaya tetap setahun Rp. 100.000.000
Harga jual produk perunit Rp. 20.000
Impas dengan pendekatan konvensional :
Berdasarkan data tersebut dihitung impas dengan pendekatan konvensional yaitu :
Impas = Biaya tetap
= Harga jual perunit – biaya variabel perunit
= 100.000.000 _
20.000 - 12.000
= 12.500 unit
Impas dengan pendekatan activity based costing
Dengan pendekatan activity based costing, biaya diatas perlu dirinci lebih lanjut
seperti disajikan berikut:
Jenis biaya Jumlah cost driver Cost driver Biaya/unit
Unit level activity costs
Biaya bahan baku  Rp. 6.000
Biaya tenaga kerja langsung  Rp. 5.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp. 500
Biaya pemasaran variabel  Rp. 500
Unit yg dijual  Rp. 12.000
Batch related activity costs 20 jam setup Rp. 1.000.000
Product sustaining activity costs 1.000 jam rekayasa Rp. 30.000
Facility sustaining activity costs Rp. 50.000.000
Dari data diatas dapat dihitung biaya tetap sbb :
Batch related activity costs 20 x Rp. 1.000.000  Rp. 20.000.000
Product sustaining activity costs 1.000 x Rp. 30.000  30.000.000
Facility sustaining activity costs  50.000.000
Biaya tetap dgn pendekatan activity based costing  Rp.100.000.000
Impas = 
Facility sustaining activity costs + Product sustaining activity costs + Batch related activity costs
Harga jual/unit – Unit level activity cost
= Rp. 50.000.000 + ( 20 x Rp. 1.000.000 ) + ( 1000 x Rp. 30.000)
Rp. 20.000 – Rp. 12.000
= 12.500 unit
2.  Margin Of Safety
Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume penjualan
minimum agar perusahaan tidak menderita kerugian. Jika angka impas dihubungkan
dengan angka pendapatan penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan
tertentu, akan diperoleh informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau
pendapatan penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi. Selisih
antara volume penjualan yang dianggarkan dengan volume penjualan impas merupakan
angka margin of safety.
Dalam contoh 3, PT. Eliona merencanakan volume penjualan dalam tahun anggaran
20X1 sebesar Rp. 172.000.000 sedangkan menurut perhitungan, impas tercapai pada
volume penjualan sebesar Rp. 103.200.000. Angka margin Of Safety adalah sebesar Rp.
68.800.000 (Rp. 172.000.000 – Rp. 103.200.000). Atau jika dinyatakan dalam persentase
dari angka volume penjualan yang dianggarkan adalah sebesar 40% (Rp. 68.800.000 /
Rp.172.000.000).
Angka margin of safety ini memberikan informasi berapa maksimum volume
penjualan yang direncanakan tersebut boleh turun, agar perusahaan tidak menderita rugi
atau dengan kata lain angka margin of safety memberikan petunjuk jumlah maksimum
penurunan volume penjualan yang direncanakan,yang tidak mengakibatkan
kerugian. Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jika volume penjualan tahun
20X1 yang dianggarkan tersebut tidak dapat dicapai, maka maksimum penurunan yang
boleh terjadi adalah sebesar Rp. 68.800.000 atau 40% nya, agar perusahaan tidak
menderita kerugian.
Angka margin of safety ini berhubungan langsung dengan laba apabila dihubungkan
dengan marginal income ratio (profit-volume ratio )
Laba = Profit volume ratio x Margin of safety ratio
Laba = Laba kontribusi x Margin of safety _
Pendapatan penjualan Pendapatan penjualan
Dengan memakai data dalam contoh 3 dapat diketahui bahwa :
Laba = 75 % x 40 % = 30 %
Margin of safety ( M/S ratio ) dapat pula dihitung dengan rumus :
M/S ratio = Profit ratio _
Profit-volume ratio
Dari contoh di atas M/S ratio = 30% = 40%
75%
3. Titik Penutupan Usaha ( Shut Down Point )
Apabila ditinjau dari sudut biaya, pengambilan keputusan untuk menutup usaha
dilakukan dengan mempertimbangkan pendapatan penjualan dengan biaya tunai (cash
cost atau out atau out of pocket cost atau biaya keluar dari saku). Biaya tunai adalah
biaya-biaya yang memerlukan pembayaran segera dengan uang kas. Dalam
pengambilan keputusan untuk menutup usaha harus diadakan pembedaan antara biaya
keluar dari saku (out –of pocket cost ) dengan biaya terbenam (sunk cost ), yaitu
pengeluaran yang dilakukan pada masa yang lalu, yang manfatnya masih dinikmati
samapai sekarang). Contoh biaya terbenam adalah biaya depresiasi,amortasi dan deplesi.
Suatu usaha harus dihentikan apabila pendapatan yang diperoleh tidak dapat
menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha
harus dihentikan dapat dilakukan dengan mencari perpotongan antara garis pendapatan
penjualan dengan garis biaya tunai dalam grafik impas.

Contoh 8
Apabila dalam contoh 3, biaya tetap sebesar Rp. 77.400.000 tersebut terdiri dari
biaya keluar dari dari kantong Rp. 64.500.000 dan biaya terbenam( sunk cost ) sebesar
Rp. 12.900.000, maka dapat dibuat taksiran laba tunai dan laba akuntansi
(accounting profit , yaitu pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya –biaya, baik
terbenam maupun biaya keluar dari saku ). Titik penutupan usaha dapat pula dihitung
dengan menggunakan rumus berikut ini :
Titik penutupan usaha = Biaya tetap tunai _
Contribution margin ratio
Jika datanya berasal dari contoh 3, titik penutupan usaha ditentukan sbb:
Titik penutupan usaha = 64.500.000 = Rp. 86.000.000
75%
Atau dalam satuan produk, titik penutupan usaha dihitung sbb:
Titik penutupan usaha = 64.500.000 = 500 kg
172000 – 43.000
Dengan demikian usaha pengolahan produk A dalam contoh 3 harus dihentikan jika
penjualannya berada dibawah titik penutupan usaha sebesar Rp. 86.000.000 atau 500 kg.
4. Degree Of Operating Leverage (DOL)
Degree Of Operating Leverage memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan
penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Dengan parameter ini,
manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak setiap usulan kegiatan yang
menyebabkan pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan.
Degree of operating Leverage dihitung dengan rumus :
DOL = Laba kontribusi
Laba bersih
Karena laba kontribusi berubah sebanding dengan perubahan pendapatan, dengan
demikian setiap perubahan pendapatan penjualan dapatdiketahui dengan cepat dampak
perubahannya terhadap laba bersih dengan menggunakan degree of operating leverage .
PT. Eliona
Laporan Laba rugi projeksian
Pendapatan penjualan Rp. 172.000.000
Biaya variabel  43.000.000
Laba kontribusi  Rp. 129.000.000
Biaya tetap  77.400.000
Laba bersih  Rp.   51.600.000
Dari laporan laba rugi projeksian diatas, pada tingkat penjualan Rp.
172.000.000, DOL perusahaan tersebut adalah sebesar 2,5 kali ( Rp. 129.000.000 / Rp.
51.600.000).
Pada tingkat penjualan tersebut jika misalnya Departemen pemasaran mengusulkan
promosi produk dengan cara tertentu, yang diperkirakan akan mengakibatkan kenaikan
volume penjualan sebesar 5%, maka dengan cepat manajemen dapat memperkirakan
kenaikan laba bersih sebesar 12,5% (2,5 X 5 %).
DOL menjadi semakin tinggi jika perusahaan beroperasi disekitar keadaan impas.
Misalnya PT.Eliona beroperasi pada volume penjualan 5% diatas impas, maka laporan
laba rugi dan DOL dapat dilihat seperti berikut ini:
Pendapatan penjualan Rp. 108.360.000
Biaya variabel  27.090.000
Laba kontribusi  Rp.  81.270.000
Biaya tetap  77,400.000
Laba bersih  Rp.   3.870.000
Misalnya pendapatan penjualan mengalami penurunan 2% saja pada tingkat
penjualan Rp. 108.360.000 tersebut, maka laba bersih akan mengalami penurunan
sebesar 42 % (21 X 2%). Sebagai bukti dapat dilihat laporan laba rugi berikut:
Pendapatan penjualan Perubahan turun 2%
Pendapatan penjualan Rp. 108.360.000 Rp. 106.192.800 -2 %
Biaya variabel 27.090.000 26.548.200
Laba kontribusi Rp. 81.270.000 Rp. 79.644.600
Biaya tetap 77.400.000 77.400.000
Laba bersih  Rp.   3.870.000   Rp.   2.244.600  -42%
Penurunan pendapatan penjualan 2%, laba bersih turun sebesar Rp. 1.625.000 atau
sebesar 42% (Rp. 1.625.400 / Rp.3.870.000).
BAB 6
PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM KEPUTUSAN
INVESTASI

Dalam perencanaan jangka panjang, manajemen puncak menghadapi masalah-masalah yang


berhubungan dengan investasi atau penanaman modal (capital expenditure) seperti masalah
penggantian aktiva tetap yang sudah tidak ekonomis pemakaiannya. Karena pada umumnya
investasi membutuhkan dana yang relatif besar, dan keterikatan dana tersebut dalam jangka
waktu yang relatif panjang, serta mengandung risiko, maka diperlukan pertimbangan yang
masak sebelum investasi tersebut dilaksanakan. Di antara berbagai informasi yang
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi, informasi akuntansi manajemen,
yang berupa aktiva diferensial, pendapatan diferensial, dan/atau biaya diferensial merupakan
informasi penting untuk menilai kelayakan ekonomis suatu rencana investasi.
 Investasi
Investasi adalah pengkaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan
laba di masa yang akan datang. Dana yang sudah ditanamkan akan terikat dalam jangka
waktu yang panjang, sehingga perputaran dana tersebut kembali menjadi uang tunnai
memerlukan waktu yang lama. Investasi banyak mengandung risiko dan ketidakpastian.
Investasi dapat dibagi menjadi empat golongan berikut ini:
1. Investasi yang tidak menghasilkan laba (non-profit investment)
Timbul karena adanya peraturan pemerintah atau karena syarat-syarat kontrak yang
telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakannya tanpa
mempertimbangkan laba atau rugi. Misalnya karena air limbah yang telah digunakan
dalam proses produksi jika dialirkan keluar pabrik akan mengakibatkan timbulnya
pencemaran lingkungan, maka pemerintah mewajibkan perusahaan untuk memasang
instalasi pembersihan air limbah, sebelum air tersebut dibuang ke luar pabrik.
Investasi jenis ini tidak memerlukan pertimbangan ekonomis sebagai kriteria untuk
mengukur perlu tidaknya pengeluaran tersebut.
2. Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non-measurable profit investment)
Contohnya adalah pengeluaran biaya promosi produk untuk jangka panjang, biaya
penelitian dan pengembangan, dan biaya program pelatihan dan pendidikan
karyawan. Dalam mempertimbangkan investasi jenis ini, pedoman persentase
tertentu dari hasil penjualan tidaklah merupakan kriteria yang memuaskan, dan
biasanya manajemen puncak lebih banyak mendasarkan pada pertimbangannya
(judgement) daripada atas dasar analisis data kuantitatif.
3. Investasi dalam penggantian ekuipmen (replacement investment)
Meliputi pengeluaran untuk penggantian mesin dan ekuipmen yang ada. Biasanya
dilakukan atas dasar pertimbangan adanya penghematan biaya (biaya diferensial)
yang akan diperoleh atau adanya kenaikan produktivitas (pendapatan diferensial)
dengan adanya penggantian tersebut. Jika kativa diferensial berupa investasi dalam
penggantian aktiva tetap akan menghasilkan kembalian investasi (return on
investment) yang dikehendaki, maka penggantian mesin dan ekuipmen secara
ekonomis menguntungkan. Seringkali pendapatan diferensial juga perlu
dipertimbangkan, yaitu jika kapasitas produksi ekuipmen yang baru melebihi
kapasitas produksi mesin dan ekuipmen yang dimiliki sekarang dan pasar masih
dapat menampung tambahan produk yang akan dijual.
4. Investasi dalam perluasan usaha (expansion investment).
Merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi atau operasi menjadi
lebih besar dari sebelumnya. Pertimbangan yang diperlukan adalah apakah aktiva
diferensial untuk perluasan usaha diperkirakan akan menghasilkan laba diferensial
yang jumlahnya memadai. Kriterianya adalah taksiran laba masa yang akan datang
dan kembalian investasi (return on investment) yang akan diperoleh karena adanya
investasi tersebut. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah faktor risiko yang
berbeda-beda untuk tiap-tiap investasi, pajak penghasilan, dan nilai waktu uang,
karena ketiga faktor tersebut memerlukan aliran kas (cash flows) di masa yang akan
datang.
 Informasi Akuntansi Manajemen
Dalam pengambilan keputusan investasi, manajemen memerlukan informasi akuntansi
manajemen yang berupa aktiva penuh, pendapatan penuh, dan biaya penuh pada masa
yang akan datang. Dalam pengambilan keputusan penggantian aktiva tetap yang
didasarkan pada pertimbangan kenaikan produktivitas, manajemen memerlukan
informasi akuntansi manajemen yang berupa aktiva diferensial, pendapatan diferensial,
dan biaya diferensial. Informasi aktiva diferensial memberikan ukuran berapa jumlah
dana tambahan yang akan ditanamkan dalam penggantian aktiva tetap tertentu,
sedangkan pendapatan diferensial dan biaya diferensial memberikan ukuran kenaikan
produktivitas yang diperoleh dengan adanya penggantian aktiva tetap yang direncanakan
tersebut.
 Pajak Penghasilan dan Keputusan Investasi
Jika suatu usulan investasi diperkirakan akan mengakibatkan penghematan biaya atau
tambahan pendapatan, maka di sisi lain biaya diferensial atau pendapatan diferensial ini
akan mengakibatkan tambahan pajak penghasilan yang akan dibayar oleh perusahaan.
Oleh karena itu dalam memperhitungkan aliran kas keluar dari investasi, perlu
diperhitungkan pula tambahan atau pengurangan pajak yang harus dibayar akibat adanya
penghematan biaya atau tambahan pendapatan tersebut. Begitu sebaliknya jika ususlan
investasi diperkirakan akan mengakibatkan kerugian (biaya diferensial > pendapatan
diferensial), maka dampak pajak penghasilan akibat kerugian tersebut harus
diperhitungkan dalam taksiran aliran kas masuk dari investasi.
 Biaya Kesempatan dan Pajak Penghasilan
Dalam penggantian aktiva tetap, perusahaan akan memiliki kesempatan memperoleh kas
masuk dai penjualan aktiva tetap lama dan kemungkinan memperoleh laba atau
menderita kerugian dari penjualan aktiva tetap lama tersebut. Laba yang diperoleh dari
selisih antara harga jual dan nilai bukunya juga dikenakan pajak penghasilan. Nilai buku
aktiva tetap yang diganti merupakan harga pokok aktiva tetap yang belum didepresiasi.
Nilai Buku aktiva tetap yang diganti merupakan biaya terbenam (sunk cost), tetapi
karena tahun-tahun berikutnya tidak lagi akan dibebani biaya depresiasi aktiva tetap yang
diganti tersebut, dan hal ini akan mempunyai akibat terhadap pembayaran pajak
penghasilan, maka nilai buku ini harus dipertimbangkan dalam memperhitungkan
dampak pajak.
 Kriteria Penilaian Investasi
Ada beberapa metode untuk menilai perlu tidaknya suatu investasi atau untuk memilih
berbagai macam alternatif investasi.
1. Pay-back Method
Dalam pay-back method, faktor yang menentukan penerimaan atau penolakan suatu
investasi adalah jangka waktu yang diperlukan untuk menentukan kembali investasi.
Rumus perhitungan pay-back (dalam tahun) dapat dibagi menjadi dua kelompok:
a. Rumus perhitungan pay-back period yang belum memperhitungkan unsur pajak
penghasilan.
Pay-back period (dalam tahun) = Investasi / Laba tunai rata-rata per tahun
Pembilang berupa investasi merupakan aktiva diferensial yang direncanakan
dalam usulan investasi perluasan usaha, dan penyebut yang berupa laba tunai
merupakan pendapatan diferensial dikurangi dengan biaya diferensial tunai.
b. Rumus perhitungan pay-back period yang memperhitungkan unsur pajak
penghasilan.
Pay-back period (dalam tahun) = Investasi / Kas masuk bersih
(+) Kebaikan Pay-back Method
1) Untuk investasi yang besar risikonya dan sulit untuk diperkirakan, maka tes
dengan metode ini dapat mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk
pengembalian investasi.
2) Metode ini dapat digunakan untuk menilai dua proyek investasi yang mempunyai
rate of return dan risiko yang sama, sehingga dapat dipilih investasi yang jangka
waktu pengembaliannya paling cepat.
(-) Kelemahan Pay-back Method
1) Tidak memperhitungkan nilai waktu uang.
2) Tdk mmprlihatkan pndapatan selanjutnya setelah invest.pokok kembali, padahal
penting u/ menghitung kemampuan menghasilkan laba.
2. Metode Rata-rata Kembalian Investasi (Average Return on Investment Method atau
Unadjusted Rate of Return Method).
Rata-rata kembalian investasi = Laba sesudah pajak
Rata-rata investasi
Laba sesudah pajak sama dengan laba tunai (cash profit) dikurangi dengan biaya
depresiasi (capital recovery). Oleh karena itu rumus perhitungan tarif kembalian
investasi (rate of return investment) adalah:
ARR = Rata-rata kembalian kas tahunan – Penutupan Investasi
Rata-rata investasi
Kriteria pemilihan investasi dengan menggunakan metode ini adalah;
a. Suatu investasi akan diterima jika tarif kembalian investasinya dapat memenuhi
batasan yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak perusahaan.
b. Jika pengambil keputusan nelum memiliki batasan tarif kembalian investasi, maka
dari beberapa investasi yang diusulkan dipilih adalah yang memberikan tingkat
kembalian yang terbesar.
(+) Kebaikan metode ini adalah memperhitungkan aliran kas selama umur proyek
investasi.
(-) Kelemahan Metode Rata-rata Kembalian Investasi
1) Tidak memperhitungkan nilai waktu uang.
2) Dipengaruhi oleh penggunaan metode depresiasi.
3. Present Value Method
Dalam keputusan penambahan aktiva tetap, informasi akuntansi manajemen yang
dipertimbangkan adalah besarnya selisih antara pendapatan diferensial dengan biaya
diferensial serta dampak pajak penghasilan sebagai akibat dari adanya pendapatan
diferensial dan biaya diferensial selama umur ekonomis aktiva tetap tesebut,
kemudian dinilaitunaikan dengan tarif kembalian tertentu. Jumlah nilai tunai ini
kemudian dibandingkan dengan aktiva diferensial untuk mempertimbangkan
menguntungkan tidaknya tambahan aktiva tetap tersebut. Jika jumlah nilai tunai
tersebut lebih besar dari aktiva diferensial, usulan investasi tersebut dianggap
menguntungkan sedangkan jika jumlah nilai tunai tersebut lebih rendah dari aktiva
diferensial, usulan investasi tersebut dianggap tidak menguntungkan.
(+) Kebaikan Present Value Method
1) Memperhitungkan nilai waktu uang.
2) Dalam present value method semua aliran kas selama umur proyek investasi
diperhitungkan dalam pengambilan keputusan investasi.
(-) Kelemahan Present Value Method: Dalam membandingkan dua proyek investasi
yang tidak sama jumlah investasi yang ditanamkan di dalamnya, nilai tunai aliran
kas bersih dalam rupiah tidak dapat dipakai sebagai pedoman.
4. Discounted Cash Flows Method
Perbedaannya dengan present value method adalah tarif kembalian (rate of return)
sudah ditentukan lebih dahulu sebagai tarif kembalian, sedangkan dalam discounted
cash flows method justru tarif kembalian ini yang dihitung sebagai dasar untuk
menerima/menolak usulan investasi. Penentuan tarif kembalian tersebut dilakukan
dengan metode coba-coba (trial and error), yaitu dengan cara:
a. Mencoba nilai tunai aliran kas masuk bersih pada tarif kembalian yang dipilih
secara sembarang di atas atau di bawah tarif kembalian investasi yang diharapkan.
b. Menginterpolasikan kedua tarif kembalian tersebut untuk mendapatkan tarif
kembalian sesungguhnya.
 Asumsi yang Melandasi Present Value dan Discounted Cash Flows Method
1. Semua aliran kas dianggap terjadi pada akhir periode. Meskipun dalam kenyataannya
kas diterima dan dikeluarkan oleh perusahaan sepanjang periode, namun untuk
menyederhanakan perhitungan, aliran kas dianggap terjadi pada akhir periode.
2. Semua aliran kas yang dihasilkan investasi dianggap segera ditanamkan kembali ke
dalam proyek lain, yang menghasilkan tarif kembalian yang besarnya paling tidak
sama dengan tarif kembalian investasi proyek yang pertama.
 Biaya Modal (Cost of Capital)
Sumber dari mana modal yang akan ditanamkan diperoleh akan menentukan besarnya
biaya modal (cost of capital) dan biaya modal ini yang digunakan sebagai dasar untuk
memilih rencana investasi yang dilakukan. Suatu investasi dianggap akan
menguntungkan jika investasi tersebut akan menghasilkan tarif kembalian (rate of
return) yang lebih besar dari biaya modal ditanamkan.
1. Biaya Modal Pinjaman (Cost of Debt), dihitung dengan cara menentukan tarif bunga
efektif setelah pajak. Karena bunga modal pinjaman yang yang dikeluarkan
perusahaan dapat dikurangkan dari perusahaan untuk penentuan laba kena pajak,
maka pembayaran bunga modal pinjaman akan menimbulkan penghematan pajak (tax
saving).
2. Biaya Modal Saham Istimewa (Cost of Preferred Stock), mengharuskan perusahaan
membayar dividen dalam jumlah tetap, tanpa melihat apakah perusahaan mengalami
kerugian atau mengalami keuntungan, dan dividen tersebut dibayar lebih dahulu
sebelum dividen dibagikan kepada pemegang saham biasa.
3. Biaya Modal Saham Biasa (Cost of Common Equity), jumlah dividen yang dibayarkan
kepada pemegang saham biasa adalah tidak tetap, tergantung besar kecilnya laba yang
diperoleh perusahaan dan juga tergantung tersedianya kas. Bahkan dalam keadaan
rugi, perusahaan tidak membayarkan dividen kepada pemegang saham biasa. Rumus
penghitungan biaya modal saham biasa adalah:
K=D
+t
p
ket: k = biaya modal saham biasa
D = dividen per lembar saham yg kini dibayarkan
kepada pemegang saham biasa
p = harga pasar per lembar saham yang berlaku kini.
T = tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata yang
diharapkan untuk dividen saham biasa.
4. Biaya Modal Rata-rata (Average Cost of Capital), dihitung dari berbagai biaya modal
khusus (spesific cost of capital) dengan menggunakan angka penimbang sebesar
proporsi tiap-tiap sumber pembelanjaan dalam total investasi yang akan dilakukan.
 Pengambilan Keputusan Investasi dalam Lingkungan Manufaktur Maju
Kecermatan informasi akuntansi manajemen dibutuhkan oleh manajemen dalam
lingkungan manufaktur maju dalam: (1) penentuan besarnya investasi, (2) penaksiran
besarnya aliran kas masuk selama umur investasi, (3) penentuan besarnya nilai residu,
dan (4) penentuan besarnya discount rate.
Penentuan besarnya investasi. dalam lingkungan manufaktur maju, mesin dan
ekuipmen yang dikendalikan komputer lebih kompleks dibandingkan dengan mesin dan
ekuipmen standar yang digunakan dalam lingkungan manufaktur tradisional. Dalam
lingkungan manufaktur tradisional, Besarnya investasi adalah sebesar biaya langsung
yang bersangkutan dengan penggantian atau pembelian mesin dan ekuipmen baru
(seperti harga perolehan mesin dan ekuipmen, bea masuk, dan biaya pemasangan).
Penaksiran besarnya aliran kas masuk selama umur investasi. Manfaat tidak
berwujud dan penghematan tidak langsung dari investasi menjadi signifikan, dan harus
diperhitungkan dalam penaksiran aliran kas masuk. Jika perusahaan melakukan investasi
dalam mesin dan ekupmen berteknologi maju & menerapkan JIT philosophy dalam
produksinya, mutu produk dapat diandalkan, kepuasan pelanggan meningkat, posisi daya
saing menjadi kuat, kemampuan perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasar
menjadi lebih besar.
Nilai Residu. Seringkali diabaikan dalam pengambilan keputusan investasi. Alasannya
adalah Ketidakpastian mengenai jumlahnya, sehingga menyulitkan penaksirannya.
Discount Rate. Investasi dalam lingkungan manufaktur maju baru merupakan investasi
yang layak untuk dilakukan jika aliraan kas masuk dipertimbangkan untuk jangka waktu
panjang. Jika discount rate yang dipilih terlalu tinggi, hal ini akan mengakibatkan
pengambil keputusan cenderung mengambil keputusan cenderung mempertimbangkan
aspek jangka pendek.

Anda mungkin juga menyukai