Ringkasan Akmen Bab 56
Ringkasan Akmen Bab 56
2. Margin of safety
Memberikan informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan
penjualan tertentu maksimum boleh turun agar suatu usaha tidak menderita rugi.
3. Shut – down point
Memberikan informasi pada tingkat penjualan berapa suatu usaha secara ekonomis
sebaiknya ditutup karena pendapatan penjualannya hanya dapat digunakan untuk
menutup biaya tunai saja.
4. Degree of operating leverage
Memberikan informasi berapa kali lipat presentase tertentu perubahan pendapatan
penjualan mengakibatkan perubahan laba bersih.
5. Laba kontribusi perunit (Contribution margin)
Memberikan informasi kemampuan suatu produk dalam memanfaatkan sumber daya
yang langka untuk memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap dan
menghasilkan laba. (Kelebihan pendapatan penjualan di atas biaya variabel)
Berbagai parameter tersebut memberikan bantuan yang penting bagi manajemen
dalam mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dalam proses penyusunan anggaran
perusahaan. Dalam proses perencanaan laba jangka pendek manajemen memerlukan
informasi akuntansi diferensial untuk mempertimbangkan dampak perubahan volume
penjualan, harga jual & biaya terhadap laba perusahaan. Analisis impas & analisis biaya-
volume-laba merupakan teknik untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba
jangka pendek.
Untuk memberikan gambaran proses perencanaan laba jangka pendek, berikut ini
diberikan Contoh 1 .
Departemen anggaran PT.X menyajikan laporan L/R projeksian (Projected
Income Statement ) untuk tahun anggaran 20X2 sbb:
PT. X
Laporan Laba Rugi Projeksian
Tahun Anggaran 20X2
Jumlah %
Pendapatan Rp. 500.000.000 100%
penjualan
Biaya Variabel Rp. 300.000.000 60%
Laba kontribusi Rp. 200.000.000 40%
Biaya tetap Rp. 150.000.000 30%
Laba bersih Rp. 50.000.000 10%
Dalam proses penyusunan anggaran induk perusahaan, laporan L/R yang disusun
dengan metode variable costing yang membantu manajemen puncak dalam
mempertimbangkan usulan kegiatan yang diajukan oleh manajemen menengah.
Keputusan jangka pendek umumnya menyangkut penambahan / pengurangan volume
kegiatan.
Dari laporan L/R yang disusun menurut metode variabel costing, manajemen
dapat memperoleh pemanfaatan dari alat-alat analisis diatas yaitu :
1. Impas
Dari lap.L/R diatas target pendapatan (revenues) yang diharapkan perusahaan Rp.
500.000.000, dari target tersebut manajemen memerlukan informasi berapa pendapatan
minimum yang harus dicapai perusahaan untuk tahun anggaran yang akan datang agar
tidak rugi. Dari target tersebut diatas impas dapat dihitung sebesar Rp. 375.000.000 ( Rp.
500.000.000 / 40 % ). Angka tersebut diatas menunjukkan bahwa dari target pendapatan
penjualan (revenues) yang direncanakan sebesar Rp. 500.000.000 minimum perusahaan
harus dapat menjual Rp. 375.000.000 agar perusahaan tidak rugi.
Jika perusahaan mampu memperoleh pendapatan penjualan diatas impas, perusahaan
baru dapat menghasilkan laba. Semakin rendah impas berarti semakin besar kemungkinan
perusahaan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan laba.
2. Margin Of Safety
Dari target pendapatan penjualan tersebut, manajemen memerlukan informasi berapa
jumlah maksimum penurunan target pendapatan penjualan boleh terjadi, agar penurunan
tersebut tidak mengakibatkan perusahaan menderita kerugian. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut manajemen memerlukan informasi margin of safety dari anggaran
laba projeksian tahun anggaran yang akan datang. Dari data dalam contoh 1. karena impas
diatas sebesar 375.000.000, maka jumlah maksimum penurunan target pendapatan
penjualan yang tidak menyebabkan perusahaan mengalami kerugian adalah Rp.
125.000.000 ( Rp. 500.000.000 – Rp. 375.000.000) atau 25% (Rp.
125.000.000/Rp.500.000.000).
- Semakin besar margin of safety semakin besar kesempatan perusahaan memperoleh
laba, semakin kecil margin of safety semakin rawan perusahaan terhadap penurunan
target pendapatan penjualan.
- Jika margin of safety ratio, yang merupakan ratio antara margin of safety dan
pendapatan penjualan sebesar 25%, berarti penurunan target pendapatan penjualan
sedikit diatas 25% telah menyebabkan perusahaan menderita kerugian.
3. Titik penutupan usaha ( Shut Down Point )
Suatu usaha tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan jika pendapatan
penjualannnya tidak cukup untuk menutup biaya tunainya. Dari contoh 1 diketahui
bahwa biaya tetap perusahaan tersebut sebesar Rp. 150.000.000, 100.000.000 merupakan
biaya tunai, maka anggaran thn 20X2, titik penutupan usaha sebesar Rp.250.000.000
( 100.000.000/40%). Hal ini berarti dibawah pendapatan penjualan sebesar 250.000.000,
usaha perusahaan secara ekonomis tidak pantas dilanjutkan karena pendapatan penjualan
dibawah jumlah terebut akan mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar biaya
tunainya.
4. Degree of Operating Leverage
Ukuran ini menunjukkan persentase perubahan laba bersih sebagai dampak
terjadinya sekian persen perubahan pendapatan penjualan. Dari contoh diatas DOL
dihitung adalah 4X (Rp. 200.000.000/Rp. 50.000.000) yang berarti setiap 1% kenaikan
pendapatan penjualan akan mengakibatkan 4% (4X1%) kenaikan laba bersih.
Jika usulan kegiatan diharapkan dapat menaikkan pendapatan penjualan sebesar 5%
maka dalam tahun anggaran tersebut laba bersih perusahaan akan mengalami kenaikan
20% (4X5%).
5. Laba kontribusi perunit
- Kelebihan pendapatan penjualan diatas biaya variabel
- Memberikan gambaran jumlah yang tersedia untuk menutup biaya tetap &
menghasilkan laba.
- Semakin besar laba kontribusi, semakin besar kesempatan yang diperoleh
perusahaan untuk menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba.
Laba kontribusi perunit merupakan merupakan laba kontribusi dibagi dengan volume
penjualan. Jika informasi laba kontribusi perunit dihubungkan dengan penggunaan
sumber daya yang langka (scarce resources), manajemen akan memperoleh informasi
kemampuan berbagai macam produk untuk menghasilkan laba. Informasi ini
memberikan landasan bagi manajemen dalam pemilihan produk yang menghasilkan laba
tertinggi.
Contoh laba kontribusi setiap produk disajikan berikut ini:
A B C Total
Volume penjualan 500 300 200 1000
Pendapatan penjualan Rp.700.000 Rp.500.000 Rp.1.000.000 Rp. 2.500.000
Biaya Variabel 300.000 500.000 600.000 1.400.000
Laba kontribusi Rp.400.000 Rp.300.000 Rp.400.000 Rp.1.100.000
Biaya tetap 800.000
Laba bersih Rp. 300.000
Laba kontribusi perunit Rp. 800 Rp. 1.000 Rp. 2.000 Rp. 1.100
Dari contoh diatas seolah-olah produk C menghasilkan laba kontribusi perunit sebesar
Rp.2000 yang memiliki kemampuan tertinggi untuk memberikan kontribusi dalam
menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba. Kemampuan produk dalam menutup
biaya tetap & menghasilkan laba tidak diukur hanya atas dasar informasi laba kontribusi
perunit, namun diukur dari laba kontribusi perunit yang dihubungkan dengan pemanfaatan
sumber daya yang langka.
Ternyata produk A menduduki peringkat pertama dalam kemampuan memanfaatkan
sumberdaya yang langka ( jam mesin )untuk menutup biaya tetap & menghasilkan laba.
Setiap jam mesin yang dimanfaatkan untuk memproduksi produk A mampu menghasilkan
laba kontribusi sebesar Rp. 760 per jam mesin.
Rekayasa Parameter Untuk Perencanaan Laba Jangka Pendek
1. Impas
Impas (break-even) adalah:
a. keadaan usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi.
b. jika jumlah pendapatan ( revenues ) sama dengan jumlah biaya
c. laba kontribusi hanya bisa menutupi biaya tetap saja.
d. Suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak
menderita rugi dan laba sama dengan 0
Ada 2 cara untuk menentukan impas :
a. Pendekatan teknik persamaan
b. Pendekatan grafis
a. Pendekatan teknik persamaan
Penentuan impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada
persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba.Atau laba adalah sama dengan
pendapatan penjualan dikurangi biaya. Dapat dinyatakan dalam persamaan sbb:
Y=cx-bx-a
Keterangan :
y=laba
c=harga jual persatuan
x=jumlah produk yang dijual
b=biaya variabel persatuan
a=biaya tetap
Jika persamaan tersebut dinyatakan dalam laporan laba rugi metode variable costing,
persamaan tersebut sbb:
Pendapatan penjualan cx
Biaya variabel bx _ _
Laba kontribusi cx-bx
Biaya Tetap a _ _
Laba bersih y
Perusahaan akan mencapai keadaan impas jika jumlah pendapatan sama dengan
jumlah biaya (laba=0),atau jika dinyatakan dalam persamaan sbb:
0 = cx - bx
cx = bx + a
Persamaan tersebut diselesaikan sbb:
cx – bx = a
x(c-b) = a
x’ = a / (c-b)
Keterangan :
cx = bx + a Pendapatan penjualan = biaya
cx – bx = a Laba kontribusi = biaya tetap
x’ = a / (c-b) Impas (dalam satuan produk) = biaya tetap dibagi dengan selisih antara
harga jual persatuan dengan biaya variabel persatuan
X’ adalah kuantitas yang dijual pada keadaan impas
Jadi rumus perhitungan impas dalam satuan produk yang dijual adalah :
Impas dlm (Q) = Biaya tetap _
Harga jual persatuan – Biaya variabel persatuan
Impas dalam rupiah penjual dapat dicari rumusnya dengan cara mengalikan rumus
impas tersebut diatas dengan c, yaitu harga jual persatuan produk.
Jadi impas dalam rupiah penjualan dpt dihitung dengan rumus sbb:
Impas (Rp) = Biaya tetap _
Contribution margin ratio
Contoh 2:
Dalam suatu pasar malam, pak Amat akan membuka tempat penitipan sepeda. Dia
menyewa tempat yang dapat menampung 500 sepeda. Sewa tersebut permalam
Rp.1.500. Untuk menjaga sepedadia akan mepekerjakan dua orang, dengan upah Rp.
1.000 semalam perorang, ditambah upah insentif sebesar Rp. 2,50 perorang untuk setiap
sepeda yang masuk titipan. Tarif titipan yang dibebankan kepada pemakai jasa adalah
sebesar Rp 25 persepeda semalam. Perhitungan proyeksi laba permalam apabila 500
sepeda masuk ke tempat penitipan sepeda pak Amat disajikan sbb:
JUMLAH %
Pendapatan penjualan 500 X Rp.25 Rp. 12.500 100
jasa titipan sepeda
Biaya variabel:
Upah insentif untuk 500 X 2 X 2.500 _ 20
dua karyawan Rp.2.50
Laba kontribusi Rp. 10.000 _ 80
Biaya tetap:
Sewa tempat titipan Rp. 1.500
Upah dua orang 2.000 +
karyawan
Rp. 3.500 28
Laba bersih Rp. 6.500 52
Pak Amat ingin memperoleh informasi berapa jumlah minimum sepeda yang harus
masuk setiap malam ketempat penitipan sepedanya,agar usaha titipan tersebut tidak
mengalami kerugian.
Jumlah sepeda minimum yang harus masuk setiap malam agar usaha pak Amat dapat
menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam adalah :
Impas ( dlm kuantitas ) = Biaya tetap _
Harga jual persatuan – By Variabel persatuan
= 3.500 _ = 175
25-5
Jika sepeda yang masuk titipan semalam minimum berjumlah 175 buah, maka usaha pak
Amat akan dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam, sehingga usaha
tersebut tidak mengalami kerugian.
Impas juga dapat dinyatakan dalam jumlah rupiah pendapatan dari usaha titipan sepeda
sbb:
Impas (Rp) = Biaya tetap _
Contribution Margin ratio
= 3.500 _ = Rp.4.375
80%
Jika pada suatu malam pak Amat menerima uang pendapatan penjualan jasa titipan
sepeda sebanyak Rp.4.375, dia dapat tenang hatinya karena dari pendapatan penjualan
jasa tersebut, minimum dia sudah dapat menutup biaya yang dikeluarkan malam ini.
Dengan kata lain sepeda yang masuk sudah mendatangkan laba 80% (contribution
margin ratio) dari uang pendapatan penjualan jasa titipan sepeda yang diterimanya. Bukti
bahwa pada pak Amat menerima uang pendapatan penjualan jasa titipan sebanyak
Rp.4.375 usahanya belum memperoleh laba,tetapi juga tidak rugi dapat diikuti dalam
perhitungan sbb:
Pendapatan penjualan jasa titipan sepeda 175 x Rp.25 = Rp. 4.375
Biaya variabel 175 x Rp. 5 =Rp. 875
Laba kontribusi Rp. 3.500
Biaya tetap :
Sewa tempat titipan Rp. 1.500
Upah dua orang karyawan Rp. 2.000 Rp. 3.500
Contoh 3:
PT. Eliona memproduksi produk A. Rencana produksi untuk thn anggaran 20X1 adalah
sbb: Kg
Sediaan awal 100
Rencana produksi 1.100
1.200
Rencana penjualan 1.000
Sediaan akhir 200
Laporan Biaya Produksi Projeksian Thn 20x1
Biaya variabel standar per kg
produk :
Biaya bahan baku Rp. 10.000
Biaya tenaga kerja variabel 7.000
Biaya overhead variabel 8.000
Jumlah biaya produksi variabel Rp. 25.000
Biaya administrasi & umum 10.000
variabel
Biaya pemasaran variabel 8.000
Jumlah biaya variabel Rp.43.000
Keterangan :
x’= volume penjualan pada kondisi impas
a = facility sustaining activity costs
b1 = biaya variabel persatuan unit level activity
b2 = biaya variabel persatuan batch related activity
b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity
x1 = unit level activities
x2 = batch related activities
x3 = product sustaining activities
Contoh 5
PT X memproduksi satu macam produk dengan struktur biaya sebagai berikut :
Biaya variabel perunit Rp. 12.000
Biaya tetap setahun Rp. 100.000.000
Harga jual produk perunit Rp. 20.000
Impas dengan pendekatan konvensional :
Berdasarkan data tersebut dihitung impas dengan pendekatan konvensional yaitu :
Impas = Biaya tetap
= Harga jual perunit – biaya variabel perunit
= 100.000.000 _
20.000 - 12.000
= 12.500 unit
Impas dengan pendekatan activity based costing
Dengan pendekatan activity based costing, biaya diatas perlu dirinci lebih lanjut
seperti disajikan berikut:
Jenis biaya Jumlah cost driver Cost driver Biaya/unit
Unit level activity costs
Biaya bahan baku Rp. 6.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 5.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp. 500
Biaya pemasaran variabel Rp. 500
Unit yg dijual Rp. 12.000
Batch related activity costs 20 jam setup Rp. 1.000.000
Product sustaining activity costs 1.000 jam rekayasa Rp. 30.000
Facility sustaining activity costs Rp. 50.000.000
Dari data diatas dapat dihitung biaya tetap sbb :
Batch related activity costs 20 x Rp. 1.000.000 Rp. 20.000.000
Product sustaining activity costs 1.000 x Rp. 30.000 30.000.000
Facility sustaining activity costs 50.000.000
Biaya tetap dgn pendekatan activity based costing Rp.100.000.000
Impas =
Facility sustaining activity costs + Product sustaining activity costs + Batch related activity costs
Harga jual/unit – Unit level activity cost
= Rp. 50.000.000 + ( 20 x Rp. 1.000.000 ) + ( 1000 x Rp. 30.000)
Rp. 20.000 – Rp. 12.000
= 12.500 unit
2. Margin Of Safety
Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume penjualan
minimum agar perusahaan tidak menderita kerugian. Jika angka impas dihubungkan
dengan angka pendapatan penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan
tertentu, akan diperoleh informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau
pendapatan penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi. Selisih
antara volume penjualan yang dianggarkan dengan volume penjualan impas merupakan
angka margin of safety.
Dalam contoh 3, PT. Eliona merencanakan volume penjualan dalam tahun anggaran
20X1 sebesar Rp. 172.000.000 sedangkan menurut perhitungan, impas tercapai pada
volume penjualan sebesar Rp. 103.200.000. Angka margin Of Safety adalah sebesar Rp.
68.800.000 (Rp. 172.000.000 – Rp. 103.200.000). Atau jika dinyatakan dalam persentase
dari angka volume penjualan yang dianggarkan adalah sebesar 40% (Rp. 68.800.000 /
Rp.172.000.000).
Angka margin of safety ini memberikan informasi berapa maksimum volume
penjualan yang direncanakan tersebut boleh turun, agar perusahaan tidak menderita rugi
atau dengan kata lain angka margin of safety memberikan petunjuk jumlah maksimum
penurunan volume penjualan yang direncanakan,yang tidak mengakibatkan
kerugian. Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jika volume penjualan tahun
20X1 yang dianggarkan tersebut tidak dapat dicapai, maka maksimum penurunan yang
boleh terjadi adalah sebesar Rp. 68.800.000 atau 40% nya, agar perusahaan tidak
menderita kerugian.
Angka margin of safety ini berhubungan langsung dengan laba apabila dihubungkan
dengan marginal income ratio (profit-volume ratio )
Laba = Profit volume ratio x Margin of safety ratio
Laba = Laba kontribusi x Margin of safety _
Pendapatan penjualan Pendapatan penjualan
Dengan memakai data dalam contoh 3 dapat diketahui bahwa :
Laba = 75 % x 40 % = 30 %
Margin of safety ( M/S ratio ) dapat pula dihitung dengan rumus :
M/S ratio = Profit ratio _
Profit-volume ratio
Dari contoh di atas M/S ratio = 30% = 40%
75%
3. Titik Penutupan Usaha ( Shut Down Point )
Apabila ditinjau dari sudut biaya, pengambilan keputusan untuk menutup usaha
dilakukan dengan mempertimbangkan pendapatan penjualan dengan biaya tunai (cash
cost atau out atau out of pocket cost atau biaya keluar dari saku). Biaya tunai adalah
biaya-biaya yang memerlukan pembayaran segera dengan uang kas. Dalam
pengambilan keputusan untuk menutup usaha harus diadakan pembedaan antara biaya
keluar dari saku (out –of pocket cost ) dengan biaya terbenam (sunk cost ), yaitu
pengeluaran yang dilakukan pada masa yang lalu, yang manfatnya masih dinikmati
samapai sekarang). Contoh biaya terbenam adalah biaya depresiasi,amortasi dan deplesi.
Suatu usaha harus dihentikan apabila pendapatan yang diperoleh tidak dapat
menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha
harus dihentikan dapat dilakukan dengan mencari perpotongan antara garis pendapatan
penjualan dengan garis biaya tunai dalam grafik impas.
Contoh 8
Apabila dalam contoh 3, biaya tetap sebesar Rp. 77.400.000 tersebut terdiri dari
biaya keluar dari dari kantong Rp. 64.500.000 dan biaya terbenam( sunk cost ) sebesar
Rp. 12.900.000, maka dapat dibuat taksiran laba tunai dan laba akuntansi
(accounting profit , yaitu pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya –biaya, baik
terbenam maupun biaya keluar dari saku ). Titik penutupan usaha dapat pula dihitung
dengan menggunakan rumus berikut ini :
Titik penutupan usaha = Biaya tetap tunai _
Contribution margin ratio
Jika datanya berasal dari contoh 3, titik penutupan usaha ditentukan sbb:
Titik penutupan usaha = 64.500.000 = Rp. 86.000.000
75%
Atau dalam satuan produk, titik penutupan usaha dihitung sbb:
Titik penutupan usaha = 64.500.000 = 500 kg
172000 – 43.000
Dengan demikian usaha pengolahan produk A dalam contoh 3 harus dihentikan jika
penjualannya berada dibawah titik penutupan usaha sebesar Rp. 86.000.000 atau 500 kg.
4. Degree Of Operating Leverage (DOL)
Degree Of Operating Leverage memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan
penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Dengan parameter ini,
manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak setiap usulan kegiatan yang
menyebabkan pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan.
Degree of operating Leverage dihitung dengan rumus :
DOL = Laba kontribusi
Laba bersih
Karena laba kontribusi berubah sebanding dengan perubahan pendapatan, dengan
demikian setiap perubahan pendapatan penjualan dapatdiketahui dengan cepat dampak
perubahannya terhadap laba bersih dengan menggunakan degree of operating leverage .
PT. Eliona
Laporan Laba rugi projeksian
Pendapatan penjualan Rp. 172.000.000
Biaya variabel 43.000.000
Laba kontribusi Rp. 129.000.000
Biaya tetap 77.400.000
Laba bersih Rp. 51.600.000
Dari laporan laba rugi projeksian diatas, pada tingkat penjualan Rp.
172.000.000, DOL perusahaan tersebut adalah sebesar 2,5 kali ( Rp. 129.000.000 / Rp.
51.600.000).
Pada tingkat penjualan tersebut jika misalnya Departemen pemasaran mengusulkan
promosi produk dengan cara tertentu, yang diperkirakan akan mengakibatkan kenaikan
volume penjualan sebesar 5%, maka dengan cepat manajemen dapat memperkirakan
kenaikan laba bersih sebesar 12,5% (2,5 X 5 %).
DOL menjadi semakin tinggi jika perusahaan beroperasi disekitar keadaan impas.
Misalnya PT.Eliona beroperasi pada volume penjualan 5% diatas impas, maka laporan
laba rugi dan DOL dapat dilihat seperti berikut ini:
Pendapatan penjualan Rp. 108.360.000
Biaya variabel 27.090.000
Laba kontribusi Rp. 81.270.000
Biaya tetap 77,400.000
Laba bersih Rp. 3.870.000
Misalnya pendapatan penjualan mengalami penurunan 2% saja pada tingkat
penjualan Rp. 108.360.000 tersebut, maka laba bersih akan mengalami penurunan
sebesar 42 % (21 X 2%). Sebagai bukti dapat dilihat laporan laba rugi berikut:
Pendapatan penjualan Perubahan turun 2%
Pendapatan penjualan Rp. 108.360.000 Rp. 106.192.800 -2 %
Biaya variabel 27.090.000 26.548.200
Laba kontribusi Rp. 81.270.000 Rp. 79.644.600
Biaya tetap 77.400.000 77.400.000
Laba bersih Rp. 3.870.000 Rp. 2.244.600 -42%
Penurunan pendapatan penjualan 2%, laba bersih turun sebesar Rp. 1.625.000 atau
sebesar 42% (Rp. 1.625.400 / Rp.3.870.000).
BAB 6
PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM KEPUTUSAN
INVESTASI