F. Bab Ii PDF
F. Bab Ii PDF
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diplomasi
itu sendiri tanpa ada campur tangan pihak lain atau negara lain.
ini.
Diplomasi juga diartikan sebagai suatu relasi atau hubungan,
proses interaktif dua arah antara dua negara yang dilakukan untuk
politik luar negeri sering diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang
karena itu baik diplomasi dan politik luar negeri saling berkaitan dan
perjanjian. Oleh karena itu negosiasi merupakan salah satu teknik dalam
1
S.L , Roy, 1995, Diplomasi, Jakarta Utara, PT Raja Grafindo persada. hlm.
35.
intelligence and tact to conduct of official relations between the
2
S.L Roy, op. cit, hlm. 2.
3
Watson Adam, , 1984, The Dialogues Between States, London, Methuem.
hlm. 1.
sendiri.4 Dapat dikatakan bahwa tujuan diplomasi merupakan
diplomatik dengan negara lain terdapat tata cara yang mengaturnya, tata
Konvensi Wina tersebut. Dengan kata lain hal tersebut dapat dijadikan
4
Jayanti, E. (2014, Maret 4). Retrieved April 18, 2017, from ejournal.hi.fisip-
unmul.ac.id: http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2014/03/Artikel%20Ejournal%20Genap-eRhiin%20%2803-04-14-05-
46-53%29.pdf . ( 20.08 WIB ).
5
S. L. Roy, op. cit, hlm. 15.
petunjuk bagi pemerintah Indonesia dalam membantu kelancaran
disyaratkan.
6
Kementerian Luar Negeri. (1982). Retrieved April 1, 2017, from pih.kemlu.go.id:
http://pih.kemlu.go.id/files/UU%20No.01%20Tahun%201982%20Tentang%20Pengesahan%
20Konvensi%20 WIna.pdf . (06.10 WIB).
7
ibid
Namun dalam beberapa aspek terdapat perbedaan diantara keduanya.
sebagai berikut:
secara resmi antar pemerintah negara, namun bisa juga secara tidak
resmi melalui antar lembaga informal atau antar penduduk atau antar
8
Repository UMY, Skripsi Ika Hanis Tyasanti, 21310233, Jurusan Ilmu Hubungan
Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. hlm 16.
9
Shoelhi Mohammad, 2011, DIPLOMASI: Praktek Komunikasi Internasional,
Bandung, Sembiosa Rekatama Media. hlm. 7.
c. Diplomasi totaliter, merupakan diplomasi yang lebih menonjolkan
peningkatan peran negara (pemujaan patriotism dan loyalitas
kepada negara berapa pun harga pengorbanannya). Diplomasi ini
marak pada fasisme Italia, fasisme Spanyol, dan nazi Jerman.
d. Diplomasi Preventif, biasanya diluncurkan ketika masyarakat
menghadapi suasana genting yang akan memunculkan konflik
besar atau pecah perang.
e. Diplomasi Provokatif, bertujuan untuk menyudutkan posisi suatu
negara untuk menimbulkan sikap masyarakat internasional agar
menentang politik suatu negara.
f. Diplomasi Perjuangan, diperlukan saat negara mengahadapi situasi
genting untuk mempertahankan posisinya dalam memperjuangkan
hak-hak untuk mengatur urusan dalam negerinya dan menghindari
campur tangan negara lain.
g. Diplomasi Multilajur (Multitrack Diplomasi), merupakan diplomasi
total yang dilakukan Indonesia dimana penggunaan seluruh upaya
pada aktor dalam pelaksanaan poltik luar negeri.
h. Diplomasi Publik (Softpower Diplomacy), diplomasi ini
menekankan gagasan alternatis penyelesaian masalah melalui
pesan-pesan damai, bukan melalui provokasi, agitasi atau sinisme.
begitu pula dengan Filipina. Tak hanya dengan negosiasi, cara atau
perundingan tersebut.
Berdasarkan penjelasan ragam diplomasi di atas, maka penulis
jamaah haji Indonesia yang hendak berangkat haji secara ilegal melalui
Filipina.
Indonesia dan Filipina yang saat itu diwakili oleh kepala negara masing-
Tenggara.12
pengaturan lalu lintas untuk warga kedua negara, dan kegiatan untuk
dan lain lain, yang meliputi politik, masalah sosial ekonomi dan
11
Lopes, S. P. (2016, Juni). Loc.cit
12
ibid
dengan Thailand, Singapura, dan Malaysia, mendirikan ASEAN untuk
atau atas dasar hubungan baik timbal balik (resiprositas) dua negara.
tentang Bantuan Timbal Balik dalam Masalah Pidana) yang dalam hal
14
Mahkamah konstitusi. (2008). Retrieved November 6, 2016, from
portal.mahkamahkonstitusi.go.id:https://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/eLaw/mg58ufsc89h
rsg/UU_15_2008.pdf . (07.59 WIB).
D. Konsep Kepentingan Nasional
15
Richard Snyder et.al. (eds), 1962, Foreign Policy Making; the freesPress of
Glencoe, USA. hlm. 60-70.
16
Norman J.Padelford and George A.Lincoln, , 1960, International politics, New
York,The Macmillan Company. hlm. 309.
paling lazim digunakan disebuah negara untuk mewujudkan
luar negeri.17
negeri maupun luar negeri. Hal ini kemudian dijelaskan oleh Paul
17
Holsti. KJ, 1987, Politik Internasional : Kerangka Analisis, Bandung,
Bina Cipta.
metafisika ke dalam fakta (kenyataan). Degan kata lain kepentingan
tatanan ideal dari kepentingan nasional sebagai salah satu tujuan negara.
masyarakat.
cita-cita bangsa. Efektivitas diplomasi dan atau politik luar negeri tidak
18
Holsti. KJ, op.cit. hlm. 32.
luar negeri tidak lain merupakan refleksi dari kebijakan dalam negeri.
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam diplomasi, perlu ada gerakan
kuat di dalam negeri sebagai sebuah sendi dari gerakan diplomasi itu.
yang tidak disokong oleh tenaga perjuangan yang kuat niscaya tidak
19
Ganewati Wuryandari, 2009, Format Baru Politik Luar Negeri Indonesia,
Jakarta, LIPI. hlm. 34-35.