Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di


masyarakat (endemic) di Indonesia, mulai usia balita sampai orang dewasa.
Prevalensi demam typhoid paling tinggi pada usia 5 - 9 tahun karena pada usia
tersebut orang-orang cenderung memiliki aktivitas fisik yang banyak, atau dapat
dikatakan sibuk dengan pekerjaan dan kemudian kurang memperhatikan pola
makannya, akibatnya mereka cenderung lebih memilih makan di luar rumah, atau
jajan di tempat lain, khususnya pada anak usia sekolah, yang mungkin tingkat
kebersihannya masih kurang dimana bakteri Salmonella thypii banyak
berkembang biak khususnya dalam makanan sehingga mereka tertular demam
typhoid. Pada usia anak sekolah, mereka cenderung kurang memperhatikan
kebersihan/hygiene perseorangannya yang mungkin diakibatkan karena
ketidaktahuannya bahwa dengan jajan makanan sembarang dapat menyebabkan
tertular penyakit demam typhoid.1
Demam Typhoid masih merupakan masalah kesehatan yg penting di
berbagai negara sedang berkembang. Besarnya angka pasti demam typhoid di
dunia ini sangat sukar ditentukan, sebab penyakit ini dikenal mempunyai gejala
dengan spectrum klinisnya sangat luas. Di perkirakan angka kejadian dari
150/100.000/ tahun di Amerika Selatan dan 900/100.000/tahun di Asia. Umur
penderita yg terkena di Indonesia (daerah endemis) dilaporkan antara 3-19 tahun
mencapai 91% kasus. Angka yang kurang lebih sama juga di laporkan dari
Amerika Selatan. 2
Kejadian demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait
dengan sanitasi lingkungan; di daeral semarang (Jawa Tengah) 157 kasus per
100.000 penduduk, sedangkan di daerah urban ditemukan 760-810 per 100.000
penduduk. Perbedaan insidens di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan
air bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan
sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan.

1
Angka kematian dari penyakit ini mencapai 20%. Kematian umumnya disebabkan
oleh komplikasi typhoid antara lain radang paru- paru, perdarahan usus, dan
kebocoran usus. Dengan antibiotika yang tepat, angka kematian dapat ditekan
menjadi sekitar 1 sampai 2%. Dengan pengobatan yang pas, lamanya penyakit
pun dapat ditekan menjadi sekitar seminggu. 1

2
BAB II
PERSENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. N.S
Umur : 10 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 18 Agustus 2009
Agama : Islam
Alamat : Dusun Kaliasen II Natar
Tanggal masuk : 16 Mei 2019
No. RM : 035298

II. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh melalui aloanamnesis terhadap orang tua pasien.
A. Keluhan Utama
Demam.
B. Riwayat Perjalanan penyakit
Pasien datang dengan keluhan Demam sejak 3 hari yang
lalu, Demam dirasakan naik turun, disertai pusing dan rasa mual
tetapi tidak disertai muntah,napsu makan juga menurun, batuk (-),
pilek (-), BAB cair (-), mimisan (-).
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat penyakit terdahulu
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum
Keadaan umum : sedang
Derajat kesadaran : kompos mentis
Status gizi : kesan gizi baik

3
Tanda vital
BB : 19 kg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 38,6º C

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan laboratorium tgl 16 Mei 2019
Darah lengkap
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hemoglobin 13,7 16 – 12 gr%
Leukosit 9.000 4.500 – 10.700 ul
Basofil 0 0 – 1%
Eosinofil 0 1 – 3%
Batang 2 2 – 6%
Segmen 84 50 – 70%
Limfosit 13 20 – 40%
Monosit 1 2 – 8%
Eritrosit 4,9 6,2 – 4,2 jt ul
Hematoktit 41 54 – 38 %
Trombosit 291.000 159 – 400 rb ul
MCV 84 80 – 96 fl
MCH 21 27 – 31 pg
MCHC 33 32 – 36 g/dl
Widal Test
Pemeriksaan Hasil Titer
Shalmonella typhi H 1/320
Shalmonella typhi O 1/160
Shalmonella paratyphi A-O 1/320
Shalmonella paratyphi B-O 1/320

V. DIAGNOSIS
Typoid Fever

VI. TATALAKSANA
- IUFD 24 jam /1500cc (RL 500cc + KAN3B 1000cc)
- Inj. Ceftriaxone 500 mg/12 jam (ST)
- PB = - vit B6 8 mg

4
- ambroxol 11,5 mg
- cetirizin 4 mg pulu XV 3x1
- triamcinolon 2 mg
- valisanbe 2,5 mg

- Itramol (PCT) syr 4x10 ml


- multivitamin syr 2x 5 ml

VII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia
Ad sanam : dubia
Ad fungsionam : dubia

VIII. FOLLOW UP
Tanggal 17 Mei 2019
S : Demam (+) , muntah (-), mual (-), batuk (-),
O :
keadaan umum : lemah
kesadaran : compos mentis
nadi : 80x/menit
napas : 28x/menit
suhu : 38,40C
- akral teraba panas
- cek FL pagi (+)
- cek widal
- cek salmonella IgG/ IgM (-)

A : masalah teratasi segera


P : intensi dilanjutkan

Tanggal 18 Mei 2019


S : Demam (+) naik turun,
O :

5
keadaan umum : sedang
kesadaran : compos mentis
nadi : 92x/menit
napas : 20x/menit
suhu : 38,20C
akral teraba panas

A : masalah teratasi sebagian

P : - lanjutkan intervensi

Tanggal 19 Mei 2019


S : demam (-)
O :
keadaan umum : sedang
kesadaran : compos mentis
nadi : 88x/menit
napas : 20x/menit
suhu : 36,80C

A : masalah sudah teratasi

P : lanjutkan intervensi

IX. RINGKASAN KASUS


An. NS, 10 tahun datang ke RS pukul 08.00 WIB ( 16 Mei 2019 )
dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu, Demam dirasakan
naik turun, disertai pusing dan rasa mual tetapi tidak disertai
muntah,napsu makan juga menurun, batuk (-), pilek (-), BAB cair
(-), mimisan (-).

6
BAB III
ANALISIS KASUS
A. Permasalahan
Pada kasus ini, permasalahan yang dialami oleh An. N.S yaitu :
a. Apakah diagnosis pada kasus sudah tepat ?
b. Apakah penyebab demam tifoid yang terjadi pada pasien ?

7
c. Apakah penanganan yang dilakukan sudah tepat ?

B. Pembahasan

a.) Diagnosa demam tifoid

Penegakan diagnosa yang dilakukan pada kasus sudah tepat. Dari hasil
pemeriksaan pasien An. N.S mengalami demam sejak 3 hari yang lalu, demam
dirasakan naik turun dan disertai rasa mual tetapi tidak disertai muntah, nafsu
makan juga menurun. Dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang didapatkan pasien terinfeksi bakteri salmonella typhi. Demam
tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut usus halus yang disebabkan infeksi
Salmonella typhi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh feses atau urin dari orang yang terinfeksi
salmonella. Tifoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan
para typhus abdominalis.1

b.) Penyebab demam tifoid


Penyebab demam tipoid pada pasien sudah tepat demam yang dialami
pada pasien disebabkan oleh bakteri salmonella typhi. Kuman ini mempunyai
masa inkubasi selama 7 – 14 hari. Infeksi terjadi pada saluran pencernaan.
Basil diserap di usus halus. Melalui pembuluh limfa halus masuk ke dalam
peredaran darah sampai di organ – organ terutama hati dan limpa. Basil yang
tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ –
organ tersebut akan disertai nyeri pada perabaan.6 Kemudian basil masuk
kembali ke dalam darah ( bekterimia ) dan menyebar ke seluruh tubuh
terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk
lonjong pada mukosa di atas plak Peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan
perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh kelainan usus.

8
S. Typhi/ S. Paratyphi

Saluran pencernaan dan menempel di Usus (sel M di plak Peyeri)

Penetrasi ke mukosa dan di fagosit

Multiplikasi di dalam sel mononuklear

limfonodi mesenterica Duktus thorasicus

Peredaran darah

Kulit Usus Pelepasan


Mecapai RES (Hepar, endotoksin
Lien, Sumsum tulang)
Rose Spot Perlukaan pada plak
peyer Demam
Hepatopsplenomegali

Ulserasi Nyeri Perut,


mual,
muntah.
Perdarahan dan Perforasi

Anemia dan Kekurangan


peritonitis volume cairan

Gambar 1. Patofisiologi Demam Tifoid5

9
c.) Penatalaksanaan

Penanganan yang diberikan pada pasien sudah tepat pemberian


antipiretik dan antibiotik untuk mencegah demam dan mencegah infeksi
bakteri salmonella berikut penanganan lebih lanut untuk demam tifoid :
1. Tirah baring
Pada pasien demam tifoid dilakukan tirah baring secara sempurna
untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan dan perforasi usus.Apabila
terjadi gangguan kesadaran maka posisi tidur pasien harus diubah pada waktu
tertentu untuk mencegah terjadinya pneumonia hipostatik dan
dekubitus.Setelah keadaan klinis membaik mobilisasi bertahap dilakukan
sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.Hindari pemasangan kateter apabila
tidak benar-benar dibutuhkan.

2. Diet
a. Harus cukup kalori, protein, cairan dan elektrolit.
b. Mudah dicerna dan halus.
c. Tipe diet :
1) Tipe I : Bubur susu/cair tidak diberikan pada pasien yang demam
tanpa komplikasi.
2) Tipe II : Bubur saring.
3) Tipe III : Bubur biasa.
4) Tipe IV : Nasi tim.
d. Prinsip pengelolaan dietetik pada typhoid padat dini, rendah serat/rendah
selulosa.
e. Typoid diet biasanya dimulai dari tipe II, setelah 3 hari bebas demam
menjadi tipe III, sampai 3 hari kemudian dapat diganti kembali menjadi
tipe IV.
f. Harus diberikan rendah serat karena pada typoid abdominalis ada luka di
ileum terminale bila banyak selulosa maka akan menyebabkan
peningkatan kerja usus, hal ini menyebabkan luka makin hebat.

10
3. Terapi simptomatik
a. Demam Analgetik-antipiretik : Paracetamol
b. Muntah : Prochlorperazine (Stemetil) dengan dosis 3 x 5mg atau 3 x 10mg
c. Diare : Diphenoxylate hydrochloride (Lomotil, Reasec) 4 x 2 tab
d. Laxantia untuk memudahkan BAB
e. Dexamethasone 3 mg/kgBB IV, selanjutnya 1 mg/kgBB setiap 6 jam
sebanyak 8 kali. Diberikan pada pasien dengan gangguan kesadaran serta
demam yang tak membaik.

4. Terapi antimikroba
a. Lini pertama
1) Kloramfenikol (50 – 100 mg/kgBB/hari maksimal 2 gr selama 14 hari
dosis terbagi 4).
2) Ampisillin atau Amoxicillin (100 mg/kgBB/hari selama 10 hari)
3) Trimetroprim - Sulfametoksazol (TMP 6 – 10 mg/kgBB/hari, SMX 30
– 50 mg/kgBB/hari selama 10 hari)
b. Lini kedua
1) Seftriakson (80 mg/kgBB/hari maksimal 2 – 4 gr/hari selama 3 – 5 hari
dosis tunggal).
2) Cefixime (15 – 20 mg/kgBB/hari selama 10 hari dosis terbagi 2)
3) Quinolone (2x500 mg selama 7 hari namuntidak dianjurkan pada usia<
18 tahun).5

Pencegahan
1. Penatalaksanaan yang adekuat sehingga mencegah terjadinya kasus relaps,
karier dan resistensi tifoid.
2. Perbaikan sanitasi lingkungan
3. Peningkatan hygiene makanan dan minuman
4. Peningkatan hygiene perorangan
5. Pencegahan dengan imunisasi

11
a. Vaksin Oral Ty 21a Vivotif Berna
Vaksin ini mempunyai daya proteksi 36% - 66% dan memiliki lama
proteksi 5 tahun.Vaksin ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dan
menyusui, anak <6 tahun, dan penderita imunokompromais.
b. Vaksin Parenteral sel utuh
Vaksin ini terdiri dari 2 jenis yaitu K Vaccine dengan daya proteksi
79% - 89% dan L vaccine dengan daya proteksi 51% - 66%.
c. Vaksin Polisakarida Typhim Vi Aventis Pasteur Merrieux
Vaksin ini mempunyai daya proteksi 60% - 70% pada orang dewasa
dan anak diatas 5 tahun.Vaksin ini memiliki lama proteksi 3 tahun dan
dikontraindikasikan pada keadaan hipersensitif, demam, anak 2 tahun,
wanita hamil dan menyusui. 4
.

12
BAB IV
KESIMPULAN

Diagnosis thypoid fever pada kasus ini berdasarkan :


a. Anamnesis

- Demam (sudah 3 hari naik turun)

- mual (+)

b. Pemeriksaan fisik

dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
suhu 38,6oC, nadi 80x/menit , RR 20x/menit

c. Pemeriksaan Penunjang

Penyebab dari demam thypoid pada pasien kemungkinan berasal dari


bakteri salmonella thyphi. Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu diberikan
parasetamol syr 4x10cc untuk mengatasi demam, kemudian diberikan juga
injeksi ceftriaxon 500 mg/12 jam secara intravena..
Edukasi yang diberikan kepada keluarga mengenai penyakit ini adalah
bahwa demam thypoid dapat timbul kembali jika pasien daya tahan tubuhnya
menurun dan terpapar kuman salmonella kembali. Oleh karena itu, keluarga
pasien harus waspada terhadap kebersihan lingkungan dan makanan. Karena
demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut usus halus yang disebabkan
infeksi Salmonella typhi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman
yang sudah terkontaminasi oleh feses atau urin dari orang yang terinfeksi
salmonella. Tifoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan
para typhus abdominalis.2

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Ashkenazi, Shai dan Clearly, Thomas G. 2000. Infeksi Salmonella dalam


Nelson: Ilmu Kesehatan Anak Volume 2. Edisi 15. Jakarta: EGC.
2. Diagnosis of typhoid fever.Dalam : Background document : The diagnosis,
treatment and prevention of typhoid fever. World Health Organization,
2003;7-18.
3. Fauci.Et. Al. 2008.Harrison's Principles of Internal Medicine: Salmonellosis.
17th Edition. McGraw-Hill Companies. USA
4. Pawitro UE, Noorvitry M, Darmowandowo W. Demam Tifoid. Dalam :
Soegijanto S, Ed. Ilmu Penyakit Anak : Diagnosa dan Penatalaksanaan, edisi
1. Jakarta : Salemba Medika, 2002:1-43
5. Tumbelaka AR, Retnosari S. Imunodiagnosis Demam
Tifoid.Dalam :Kumpulan Naskah Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu
Kesehatan Anak XLIV. Jakarta : BP FKUI, 2001:65-73.
6. Widodo Darmowandoyo. Demam Tifoid. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak Infeksi dan Penyakit Tropis.Edisi pertama. 2002.Jakarta ;Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI: 367-375

14

Anda mungkin juga menyukai