Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH ETIKOLEGAL

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIK PADA IBU BERSALIN POSITIF COVID-19

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

DOSEN PEMBIMBING :

Naimah,SKM,M.Kes.

DISUSUN OLEH KELOMPOK II

Nadilia Ramadania Firdausi (P17310193037)

Niken Maharani Flowerenky (P17310193038)

Anisa Sudibyo (P17310193040)

KELAS 1B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN MALANG

TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengambilan keputusan etik pada ibu bersalin positif Covid-19

Nama Kelompok : 1. Nadilia Ramadania Firdausi (P17310193037)

2. Niken Maharani Flowerenky (P17310193038)

3. Anisa Sudibyo (P17310193040)

Jurusan : D3 Kebidanan Malang

Tahun Akademik : 2019/2020

Dosen Pembimbing Dosen Penganggungjawab Matakuliah

Naimah,SKM,M.Kes. Naimah,SKM,M.Kes.
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan
karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas makalah etikolegal ini yang berjudul “
Pengambilan Keputusan Etik Pada Ibu Bersalin Positif Covid-19”. Makalah ini dibuat dengan
tujuan agar dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Etikolegal.

Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.
Dan tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih pada dosen mata kuliah Etikolegal, Ibu
Naimah,SKM,M.Kes. yang senantiasa dengan sabar membimbing kami.

Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik
dalam segi penulisan maupun penempatan kata-kata, untuk itu saya sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan pada
makalah berikutnya.

Semoga makalah ini bisa memberikan informasi tambahan bagi masyarakat dan bisa
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua khususnya dalam
mengembangkan diri di kehidupan masyarakat sehari-hari.

Malang, Juni 2020

Penulis
BAB I PENDAHULUAN

Bencana non alam yang disebabkan oleh Corona Virus atau COVID-19 telah berdampak
meningkatkan jumlah korban dan kerugian harta benda, dan semakin meluasnya wilayah
yang terkena dampak tersebut, serta mengakibatkan implikasi pada aspek sosial ekonomi
yang luas di Indonesia. Bencana non alam ini sebagai bencana nasional melalui Keputusan
Presiden Repupblik Indonesia Nomor 12 tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam
Penyebran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional.

Dalam situasi normal, kematian ibu dan kematian neonatal di indonesia masih menjadi
tantangan besar. Saat ini, Indonesia sedang mengahadapi bencana non alam COVID-19
sehingga kesehatan material dan neonatal menjadi salah satu layanan yang terkena baik
secara akses maupun kualitas. Dikhawatirkan, akan menyebabkan adanya peningkatan
morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir.

Pedoman ini merupakan acuhan bagi ibu dan kelurga serta tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan ANC, persalinan dan PNC di masa pandemi COVID-19. Diharapkan
ibu dan bayi tetap mendapatkan pelayanan esensial, faktor resiko dapat dikenali secara dini,
serta mendapatkan akses pertolongan kegawatdaruratan dan tenaga kesehatan mendapatkan
perlindungn dari tertular COVID-19.
BAB II DAFAR PUSTAKA (KASUS DAN COVID-19)

COVID-19 adalah penyakit enular yang disebabkan oleh SARS Coronavirus 2 (SARS-Cov2)
yang baru di temukan. Coronavirus adalah sekumpulan virus dan subfamili
Orthocronavirinae dalam kelurga Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Kelompok virus ini
dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia, termasuk manusia. Pada manusia
coronavirus menyebabkan inveksi saluran pernavasan yang umumnya ringan seperti pilik dan
batuk alergi, meskipun dapat pula meyebabkan beberapa penykit seperti: SARS, MERS, dan
COVID-19 sifatnya lebih mematikan.

COVId-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak erat dan droplet, tidak
melalui udara. Orang yang paling beresiko tertular COVID-19 adalah orang yang kontak erat
dengan pasien COVID-19, termasuk tenaga medis yang merawat pasien COVID-19. Resiko
standar untuk mencegah penyebaran infeksi COVID-19 adalah melalui cuci tangan secara
teratur, menerapkan etika batuk dan bersin, mengurangi kontak langsung dengan ternah dan
hewan liar, serta serta menghindari kontak langsung dengn siapa pun yang menujukan gejala
penyakit pernafasan seperti batuk dan bersin.

Bersalin merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, 37-
42 minggu. Lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. Persalinan adalah proses hasil konsepsi
(janin, plasenta, dan cairan ketuban ) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau jalan
lain dengan bantua atau dengan kekuatan ibu sendiri.

KASUS PERTAMA, IBU HAMIL DENGAN CORONA COVID-19 BERESIKO


PREEKLAMSI

Virus corona Covid-19 bisa menembus plasenta yang dapat memicu preeklamsi pada ibu
hamil. Kasus pertama terjadi pada wanita hamil usia 35 tahun yang memiliki gejala virus
corona Covid-19, yakni batuk dan demam pada usia kehamilan 22 minggu.

Sekitar seminggu berselang, gejala gejala pada ibu hamil tersebut mulai memburuk dan ia
juga mengalami nyeri otot, mual hingga diare. Bebrapa hari kemudian, ia terbangun dalam
kondisi menderita sakit perut dan mengalami pendarahan perlahan. Akhirnya ia memutuskan
pergi kerumah sakit dan melakukan serangkaian tes medis terkait virus corona covid-19.
Ternyata benar kalau hasil swab menyatakan wanita itu positif terinfeksi virus corona covid-
19.

Lalu dilansir oleh the sun, hasil kondisi USG menunjukan janin dalam kondisi sehat dan
aktif. Namun terlihat ada gangguan darah di antara plasenta dan dinding rahim. Tes lebih
lanjut dinyatakan bahwa ibu hamil tersebut memungkinkan menderita preeklamsia, suatu
kondisi yang bisa engancam jiwa ibu dan bayi pada kandungan.

Petugas medis sempat mengobati wanita hamil tersebut menggunakan plasma darah untuk
membantu membendung pendarahanya. Tetapi, tekanan darah tinggi dan trombosit darah
rendah masih tak terkendali. Karena itu tim medis mengambil tindakan dengan melahirkan
janinya. Tetapi, para ahli dari Yele School of Medicine ini belum meninjau resiko morbiditas
atau kematian ibu hamil serius.

Terlebih, saat tim medis melakukan operasi, mereka menemukan adanya gumpalan
retroplasenta antara daging rahim dan plasenta. Sehari setelah operasi, dia diekstubasi dan
disapih. Tapi, wanita tersebut mengembangkan kondisi yang dikenal sebgai limfopenia atau
penurunan sel darah putih yang bisa mengindikasikan infeksi. Akhirnya, ia diberi
hydroxychloroquine atau obat raang sendi sebagai pengobatan invektigasi corona Covid-19.

Nida Rohmawati. 2020.Pedoman Bagi Ibu Hamil, Bersalin, Nifas,Dan Bayi Baru Lahir.
Kementerian Kesehatan RI

Putu Erny. 2020. Preeklamsi Agama Dan Kesehatan. Yayasan Kita Menulis
BAB III

PENANGANAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIK IBU BERSALIN


POSITIF COVID-19

3.1. KASUS

Kasus pertama terjadi pada wanita hamil usia 35 tahun yang memiliki gejala virus corona
Covid-19, yakni batuk dan demam pada usia kehamilan 22 minggu.

Sekitar seminggu berselang, gejala gejala pada ibu hamil tersebut mulai memburuk dan ia
juga mengalami nyeri otot, mual hingga diare. Bebrapa hari kemudian, ia terbangun dalam
kondisi menderita sakit perut dan mengalami pendarahan perlahan. Akhirnya ia memutuskan
pergi kerumah sakit dan melakukan serangkaian tes medis terkait virus corona covid-19.
Ternyata benar kalau hasil swab menyatakan wanita itu positif terinfeksi virus corona covid-
19.

Lalu dilansir oleh the sun, hasil kondisi USG menunjukan janin dalam kondisi sehat dan
aktif. Namun terlihat ada gangguan darah di antara plasenta dan dinding rahim. Tes lebih
lanjut dinyatakan bahwa ibu hamil tersebut memungkinkan menderita preeklamsia, suatu
kondisi yang bisa mengancam jiwa ibu dan bayi pada kandungan.

Petugas medis sempat mengobati wanita hamil tersebut menggunakan plasma darah untuk
membantu membendung pendarahanya. Tetapi, tekanan darah tinggi dan trombosit darah
rendah masih tak terkendali. Karena itu tim medis mengambil tindakan dengan melahirkan
janinya. Tetapi, para ahli dari Yele School of Medicine ini belum meninjau resiko morbiditas
atau kematian ibu hamil serius.

Terlebih, saat tim medis melakukan operasi, mereka menemukan adanya gumpalan
retroplasenta antara daging rahim dan plasenta. Sehari setelah operasi, dia diekstubasi dan
disapih. Tapi, wanita tersebut mengembangkan kondisi yang dikenal sebgai limfopenia atau
penurunan sel darah putih yang bisa mengindikasikan infeksi. Akhirnya, ia diberi
hydroxychloroquine atau obat raang sendi sebagai pengobatan invektigasi corona Covid-19.
3.2. LANGKAH – LANGKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIK

1. Identifikasi aspek moral yang terjadi

Dokter harus segera menyelamatkan Ibu hamil tersebut, karena sebelumnya telah
dilakukan tindkakan mengobati wanita hamil tersebut menggunakan plasma darah,
namun tekanan darah tinggi dan trombosit darah rendah masih tidak terkendali, tak
ada jalan lain, akhirnya dokter mengambil tindakan untuk melahirkan janinnya,
walaupun hal ini masih belum dtinjau resiko kematian pada Ibu hamil2

2. . Fakta-fakta yang relevan dalam pengambilan keputusan etik

a) Kondisi ibu hamil semakin parah dan mengancam jiwa ibu dan bayi
b) Ibu hamil positif covid-19
c) Tekanan darah tinggi dan trombosit darah rendah tak terkendali
d) Adanya gumpalan retroplasenta antara dinding rahim dan plasenta.

3. Penetapan siapa yang menentukan pengambilan keputusan

a) Keputusan etik dibuat untuk ibu hamil dalam kondisi positif covid-19
b) Yang terlibat dalam pengambilan keputusan etik adalah: dokter, keluarga, dan
perawat/bidan
c) Kriteria yang digunakan dalam pembuatan keputusan: kondisi kesehtan ibu hamil, dan
janin: kondisi kegawatdaruratan, mengurangi terjadinya kematian ibu dan bayi.
d) Yang berwenang dalam pengambilan keputusan adalah keluarga

4. Pelaksanaan keputusan

Dokter tetap melakukan pengangkatan janin pada ibu hamil dengan positif covid-19.
Sebelum melakukan tidakan tersebut dokter melakukan penjelasan apa saja yang akan
dilakukan dalam pengangakatan janin tersebut, dan apa saja yang akan mempengaruhi
dalam pengankatan janin dalam kondisi ibu tersebut.

5. Hasil pelaksanaan keputusan

a) Terselesaikan dilema etikyang dialami oleh dokter


b) Setelah dilakukanya pengangkatan janin, kondisi kesehatan ibu semakin membaik.
c) Komunikasi dari para pengambil keputusan masih harus dipeihara.

Anda mungkin juga menyukai