5667 19066 1 PB PDF
5667 19066 1 PB PDF
endidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar
P yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir
sampai dengan usia 6 tahun.Upaya yang dapat dilakukan guru dalam
pengembangan ilmu pengetahuan di Taman Kanak-kanak, salah satunya
menanamkan pemahaman tentang kemampuan daya ingat melalui permainan
puzzle pada anak yang berkaitan dengan tema pembelajaran antara lain sesuai
dengan tema pembelajaran.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk megembangkan kognitif
dalam pembelajaran yakni meningkatkan daya ingat, karena daya ingat adalah
salah satu kemampuan dasar kognitif yang perlu bagi anak.
Oleh karena itu, pencapaian perkembangan anak yang optimal di TK menjadi
hal yang sangat penting. Kemampuan daya ingat ini merupakan salah satu aspek
perkembangan kognitif. Hal ini ditegaskan oleh Permen Diknas No.58 Tahun
2009 tentang perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun antara lain:
“Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik (seperti: apa
yang terjadi ketika air ditumpahkan), memecahkan masalah sederhana dalam
kehidupan sehari-hari, mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil
ke paling besar atau sebaliknya”.Selanjutnya Dariyo, (2007: 14) menyatakan
bahwa:“Aspek kognitif sebagai salah satu bidang pengembangan kemampuan
dasar dalam kurikulum TK memegang peranan strategis dalam upaya
mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah perolehan
belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah,
membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika matematikanya dan
pengetahuan akan ruang dan waktu serta kemampuan untuk memilah-milah,
mengelompokkan serta mempersiapkan pengembangan kemampuan berpikir
teliti”. Pendapat di atas, dapat peneliti jelaskan bahwa kegiatan dalam
meningkatkan kemampuan daya ingat dalam penelitian ini menitikberatkan pada
media pembelajaran yakni bermain puzzle. Pengenalan ini pada anak usia dini
hendaknnya dilakukan dengan kegiatan bermain agar terasa menyenangkan bagi
anak.
Dapat diasumsikan bahwa kegiatan pembelajaran yang sering digunakan guru
di Taman Kanak-Kanak umumnya selalu bersifat konvensional, karena hasilnya
anak sulit memahami materi yang telah disampaikan guru dan tujuan
pembelajaran kurang berjalan secara optimal sesuai dengan alokasi waktu yang
telah ditentukan. Untuk meningkatkan hasil pembelajaran perlu adanya perbaikan
pada kegiatan pembelajaran yang bersifat menyenangkan bagi anak yakni dengan
menggunakan pembelajaran berupa puzzle.
Puzzle dapat membantu anak dalam mengingat karena media terdiri dari
bermacam warna dan bentuk pola dapat menarik perhatian anak. Cara
mengunakannya dengan menyusun kepingan puzzle dalam suatu pola sesuai
dengan urutan gambar. Pada pelaksanaan pembelajaran melibatkan anak secara
langsung, jadi anak yang melakukan kegiatan bermain tersebut secara
berkelompok untuk mencari gambar yang sesuai dengan instruksi yang diberikan
guru. Dengan kegiatan tersebut dapat meningkatkan kemampuan daya ingat anak
dengan cara yang menyenangkan. Richey (2001) (dalam Pribadi, 2011: 12)
menerangkan bahwa “pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memungkinkan
3
seseorang dapat melakukan aktivitas secara efektif dalam melaksanakan tugas dan
fungsi pekerjaan sesuai dengan standar yang telah ditentukan”.
Berdasarkan data hasil penelitian pendahuluan di Taman Kanak-Kanak
Pertiwi Kendawangan pada usia 5-6 tahun atau dikelompok B, menunjukkan
bahwa secara umum kemampuan anak dalam mengingat masih sangat rendah
misalnya anak belum dapat mengingat objek dari potongan permainan puzzle, dan
anak belum dapat mengurutkan kepingan puzzle untuk diisi pada pola, serta anak
belum dapat mengingat gambar yang kosong pada puzle. Dari 20 anak hanya 5
atau 25% anak saja yang dapat mengingat dengan baik dan 15 atau 75% anak
belum dapat mengingat dengan baik.
Kemampuan mengingat secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik
dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf, perkembangan anak
nampak pada kemampuannya dalam menerima, mengolah, dan memahami
informasi-informasi yang sampai kepadanya. Perkembangan daya ingat anak
sangat ditentukan sekali oleh dorongan dan dukungan dari yang ada didekatnya
baik orang tua, tempat bermain maupun orang lain yang ada disekitarnya. Selain
itu dipengaruhi juga oleh faktor dari luar (eksternal). Pendapat Rousseau yang
diterjemahkan oleh Dariyo (2007: 26) menyatakan bahwa “Faktor-faktor alamiah
mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia, sejak lahir manusia memiliki
kondisi alamiah yang baik dan tidak bercacat sehingga manusia dipastikan akan
menjadi orang yang baik pula”. Hal ini karena manusia merupakan makhluk yang
bersih pada saat lahir tanpa sedikitpun kesalahan. Seseorang bisa menjadi baik
apabila melakukan dan berada ditempat yang baik, begitu pula sebaliknya. Anak
yang lahir dengan didikan yang baik dan terarah akan menghasilkan anak yang
memiliki daya pikir yang baik dibandingkan anak yang lahir kurang diberikan
didikan dan pengalaman yang penting bagi perkembangan daya pikir anak.
Menurut Rebecca Isbell dalam bukunya “The Complete Learning Center Book,
“Play is Children’s Work and Children Want to Play”, dalam bermain, anak-anak
mengembangkan keahlian memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai
cara untuk melakukan sesuatu dan menentukan pendekatan terbaik. Dalam
bermain anak-anak menggunakan bahasa untuk melakukan kegiatan mereka,
memperluas dan memperbaiki bahasa mereka sambil berbicara dengan anak
lainnya. Ketika bermain, mereka belajar tentang orang lain selain dirinya dan
mereka mencoba berbagai peran dan menyesuaikan diri saat bekerjasama dengan
orang lain. Bermain membentuk perkembangan anak pada semua bagian:
intelektual, sosial, emosional dan fisik (Isbell dalam Satyasa, 2006: 45).
Menurut Harizal (2008: 2.12) persiapan tersebut sangat diperlukan sebelum
pembelajaran dilaksanakan oleh guru, untuk itu persiapan yang matang mutlak
diperlukan, agar memperoleh hasil yang diharapkan, terdapat beberapa langkah
yang harus diperhatikan yaitu : “1)Menetapkan tujuan pembelajaran, 2)
Mempersiapkan berbagai alat atau bahan yang diperlukan, 3) Mempersiapkan
tempat eksperimen, 4) Mempertimbangkan jumlah anak dengan alat atau bahan
yang ada, 5) Mempertimbangkan apakah dilaksanakan sekaligus (serentak seluruh
anak atau secara bergiliran, 6) Perhatikan masalah keamanan dan kesehatan agar
dapat memperkecil atau menghindari risiko yang merugikan, 7) Berikan
penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa-tahapan yang harus
4
Keterangan:
P : Presentase
F : Frekuensi Jawaban
N : Jumlah Responden
100 : Bilangan Tetap
Melalui penggunaan rumus persentase peneliti bermaksud untuk
menghitung hasil observasi kemampuan anak yang sesuai dengan alternatif
jawaban, dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah anak.
7. Cintia √ √ √
8. Cinta √ √ √
9. Desi √ √ √
10. Dinda √ √ √
11. Alif √ √ √
12. Beni √ √ √
13. Mamat √ √ √
14. Rio √ √ √
15. Noval √ √ √
16. Anisa √ √ √
17. Aisyah √ √ √
18. Toni √ √ √
19. Jemi √ √ √
20. Herli √ √ √
Jumlah 2 5 6 7 2 5 5 8 2 5 6 7
Perentase (%) 10% 25% 30% 35% 10% 25% 25% 40% 10% 25% 30% 35%
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa kemampuan daya ingat anak
melalui permainan puzzle siklus ke 1 pertemuan ke 1 antara lain:
b. Siklus ke 1 Pertemuan ke 2
Observasi yang peneliti lakukan pada siklus ke 1 pertemuan ke 2 ini untuk
menindaklanjuti kelemahan yang terjadi pada anak khususnya dalam kemampuan
daya ingat, adapun hasil kegiatan anak dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel II
Hasil Observasi Anak Siklus ke 1 Pertemuan ke 2
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa kemampuan daya ingat pada
siklus ke 1 pertemuan ke 2 antara lain:
c. Siklus ke 2 Pertemuan ke 1
Untuk mengetahui perkembangan anak terhadap kemampuan daya ingat,
maka dilakukanlah observasi anak. Adapun hasil observasi dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel III
Hasil Observasi Anak Siklus ke 2 Pertemuan ke 1
18. Toni √ √ √
19. Jemi √ √ √
20. Herli √ √ √
Jumlah - 2 5 13 - 2 6 12 - 2 5 13
Perentase (%) - 10% 25% 65% - 10% 30% 60% - 10% 25% 65%
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa kemampuan daya ingat anak
pada siklus ke 2 pertemuan ke 1 antara lain:
BB Anak yang
Anak yang Anak yang
dikategorikan belumdikategorikan belum dikategorikan belum
berkembang sudah
berkembang sudah berkembang sudah
tidak ada lagi tidak ada lagi tidak ada lagi
MB Anak yang
Anak yang Anak yang
dikategorikan mulaidikategorikan mulai dikategorikan mulai
berkembang sebanyakberkembang berkembang
2 anak atau 10% dari
sebanyak 2 anak atau sebanyak 2 anak atau
20 anak 10% dari 20 anak 10% dari 20 anak
BSH Anak yang
Anak yang Anak yang
dikategorikan dikategorikan dikategorikan
berkembang sesuai
berkembang sesuai berkembang sesuai
harapan sebanyak 5 harapan sebanyak 6 harapan sebanyak 5
anak atau 25% dari 20
anak atau 30% dari anak atau 25% dari
anak 20 anak 20 anak
BSB Anak yang Anak yang
Anak yang
dikategorikan dikategorikan
dikategorikan
berkembang sangat berkembang sangat
berkembang sangat
baik sebanyak 12 baik sebanyak 13
baik sebanyak 13 anak
anak atau 60% dari anak atau 65% dari
atau 65% dari 20 anak
20 anak 20 anak
d. Siklus ke 2 Pertemuan ke 2
Observasi yang peneliti lakukan pada siklus ke 2 pertemuan ke 2 ini untuk
meindak lanjuti kelemahan yang terjadi pada anak khususnya dalam kemampuan
daya ingat, adapun hasil kegiatan anak dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV
Hasil Observasi Anak Siklus ke 2 Pertemuan ke 2
1. Aris √ √ √
2. Andi √ √ √
3. Andara √ √ √
4. Afriantika √ √ √
5. Bella √ √ √
6. Belkis √ √ √
7. Cintia √ √ √
8. Cinta √ √
9. Desi √ √ √
10. Dinda √ √
11. Alif √ √ √
12. Beni √ √ √
13. Mamat √ √ √
14. Rio √ √ √
15. Noval √ √ √
16. Anisa √ √ √
17. Aisyah √ √ √
18. Toni √ √ √
19. Jemi √ √ √
20. Herli √ √ √
Jumlah - 1 4 15 - 1 3 16 - 1 4 15
Perentase (%) - 5% 20% 75% - 5% 15% 80% - 5% 20% 75%
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa kemampuan daya ingat pada
siklus ke 2 pertemuan ke 2 antara lain:
Pembahasan
Berdasarkan data yang telah terkumpul dan telah disajikan dimuka, maka
peneliti dapat memberikan ulasan sesuai dengan masalah khusus sebagai berikut
:(1).Perencanaan pembelajaran yang disiapkan oleh guru dengan permainan puzzle
sudah dikategorikan baik sekali untuk meningkatkan kemampuan daya ingat anak
usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kendawangan. Perencanaan
pembelajaran dengan permainan puzzle untuk meningkatkan kemampuan daya
ingat mengingat anak dapat dikategorikan “baik sekali”, adapun perencanaan yang
telah dilakukan guru anatara lain:Merumuskan tujuan pembelajaran, dalam hal ini
guru menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta hasil belajar
sesuai dengan tema dan aspek perkembangan yang akan ditingkatkan, memilih
tema yang sesuai dengan kebutuhan anak dan kegiatan yang akan dilakukan
dalam pembelajaran yakni tema pekerjaan, memilih bahan main yang sesuai
dengan kebutuhan dan kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran yakni
puzzle, menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan aspek
perkembangan yang akan ditingkatkan, membuat penilaian hasil belajar yakni:
kemampuan anak mengingat objek dari potongan permainan puzzle, mengurutkan
kepingan puzzle untuk diisi pada pola, mengingat gambar yang kosong pada
puzzel. Dalam perencanaan yang dilakukan peneliti dapatkan keunikan guru
dalam merencanakan pembelajaran agar dapat diminati anak, guru berkolaborasi
dengan teman sejawat untuk mendiskusikan kelemahan yang terjadi dalam
pembelajaran dan mencari solusi untuk membuat pelajaran yang lebih menarik
dengan menggunakan media dan pemilihan tema untuk mensimulasikan tentang
materi yang akan di sampaikan kepada anak dalam pembelajaran berikutnya.
Perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan teori yang
dikemukakan di atas, dalam hal ini 1) Guru menetapkan tujuan pembelajaran
terhadap daya ingat anak melalui permainan puzzle, 2) Guru mempersiapkan
berbagai alat atau bahan yang diperlukan yakni puzzle, 3) Guru mempersiapkan
tempat eksperimen yakni ruangan kelas, 4) Guru mengatur ketersediaan media
dengan jumlah anak yang ada, 5) Guru mempertimbangkan apakah dilaksanakan
sekaligus (serentak seluruh anak atau secara bergiliran, 6) Guru memperhatikan
masalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari risiko
yang merugikan, 7) Guru memberikan penjelasan mengenai apa yang harus
diperhatikan dan tahapa-tahapan yang harus dilakukan anak, yang termasuk
dilarang atau membahayakan.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan
kemampuan daya ingat anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Pertiwi
Kendawangan dengan menggunakan permainan puzzle telah dilakukan dengan
baik sekali. Adapun pelaksanaan yang telah dilakukan guru antara lain:Pra
pembelajaran yang dilakukan guru yakni menyiapkan media pembelajarn dan
menyiapkan ruangan kelas unuk belajar sesuai dengan kegiatan yang akan
dilakukan, guru membuka pembelajaran dengan do’a dan salam serta memberikan
15
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapatlah
disarankan kepada guru dalam meningkatkan daya ingat pada anak antara
lain:Agar guru dapat merencanakan media pembelajaran yang menarik minat anak
dalam meningkatkan kemampuan mengingat yang terdapat dalam lingkungan
sehari-hari,agar guru mengadakan pendekatan pada anak secara individu dalam
melaksanakan pembelajaran, agar anak dapat aktif dalam belajar, agar guru dapat
menyesuaikan langkah-langkah pembelajaran dengan materi yang disampaikan,
guru memberikan kesempatan anak mengemukakan dan menghargai pendapat
agar anak percaya diri dan memiliki motivasi belajar dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dariyo, Agoes, (2007). Psikologi Anak 4 Tahun Pertama. PT. Grafika Aditama:
Bandung
Lee, (1977). Revisiting Young Jean Piaget in Neuchatel among his partner in
learning dalam Leslie Smith, Julie Dockrell dan Peter Tomlinson (eds),
London: Routledge
OLEH:
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH:
DANAWATI SAFITRI
NIM.F54210004