Anda di halaman 1dari 3

TERM OF REFFERENCE

DPPM Desktop Review

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) terus menjadi salah satu dari masalah kesehatan utama di Indonesia,
dimana pada tahun 2017 Indonesia menempati urutan tiga besar secara global setelah india dan
china. Laporan dari TB Global tahun 2018 memperkirakan terdapat 842.000 kasus TB baru dan
kambuh per tahun di Indonesia sementara hanya 53% dari perkiraan kasus yang dilaporkan ke
Program Tuberkulosis Nasional (NTP) pada tahun 2017. 74% pasien penderita TB mencari
perawatan awal di fasilitas perawatan kesehatan swasta yang beroperasi di luar sistem
perawatan kesehatan publik dan di luar sistem pengawasan nasional. Meskipun fasilitas swasta
berkontribusi cukup banyak dalam hal penyediaan layanan TB, jumlah notifikasi kasus TB dari
fasilitas kesehatan swasta masih relatif rendah (Rumah Sakit Swasta 8% dan Praktisi swasta 1%)
dibandingkan dengan fasilitas pemerintah (Puskesmas 72% dan Rumah Sakit Umum) 18%).
Studi Analisis Jalur Pasien tahun 2017 di Indonesia menunjukkan bahwa peran fasilitas
penyedia layanan kesehatan publik (Puskesmas dan Rumah Sakit Umum) dalam menemukan dan
mengobati TB adalah 54%, dan fasilitas penyedia layanan kesehatan swasta 42% dan 4% dari
yang lain. Namun, tidak semua kasus TB yang dirawat itu dicatat dalam sistem pencatatan yang
terstandarisasi (SITT), terutama yang berasal dari penyedia layanan kesehatan swasta. DPM dan
klinik primer memberikan kontribusi notifikasi hanya 1% dan rumah sakit swasta 8%, sedangkan
Puskesmas 72% dan rumah sakit umum 18%.
Tim Public-Private Mix (PPM) sebagai lembaga yang peduli dalam pengendalian TB
sekaligus merupakan cara pendekatan komprehensif untuk melibatkan secara sistematis semua
penyedia layanan kesehatan dalam pengendalian TB untuk mencapai target pengendalian TB
nasional. Rencana strategis NTP Indonesia 2016-2020 terbaru mengusung strategi untuk
melibatkan semua penyedia jasa kesehatan baik pemerintah dan swasta. Untuk memperluas
perawatan TB dan keberlanjutan perawatan TB secara komprehensif di bawah koordinasi dari
Dinas Kesehatan Kabupaten, maka dibentuklah tim PPM yang disebut sebagai “District base
Public Private Mix” (D-PPM).
District-based PPM Indonesia dibangun sebagai strategi kolaboratif dari Pemerintah-
pemerintah (antara NTP dengan provider pemerintah sektor lain seperti puskesmas, RSUD, lapas
and rumah sakit polri atau militer, dll), Pemerintah-swasta (antara PTN dan Rumah Sakit swasta,
klinik, praktik pribadi), dan Swasta-swasta (antara Rumah Sakit swasta dengan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan lain seperti laboratorium dan apotik swasta) yang di dukung oleh
organisasi professional atau komunitas dan di bawah koordinasi dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. District-based PPM dibawa oleh tim PPM yang telah di bentuk oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota, fasilitas publik dan swasta yang di dukung oleh koalisi organisasi
perofesi di distrik. Tim ini ditentukan dalam Surat Keputusan yang telah disahkan oleh
Walikota/Bupati atau Kepala Dinas Kesehatan.
Tim DPPM di Kota Depok telah terpilih melalui kegiatan workshop DPPM pada tanggal 22
Juli 2019 di Hotel Savero, Kota Depok. Sebagai kegiatan awal dari tim DPPM akan disusun
kegiatan yang sesuai dengan rencana kerja yang telah dibuat pada acara workshop DPPM
tersebut yang salah satunya adalah melakukan pelatihan kepada FKTP dan FKRTL mengenai
kualitas pelayanan dan notifikasi TB. Tim DPPM perlu sekali bertemu untuk melakukan persiapan
dan koordinasi agar acara pelatihan tersebut mencapai sasaran.

B. Tujuan
1. Untuk melakukan pemantauan terhadap indikator DPPM
2. Untuk menentukan tindakan berdasarkan data yang diamati
3. Untuk mendiskusikan isu DPPM Bersama KOPI TB Kota Depok (SK KOPI TB dan Rencana
Kerja)

1
*menyesuaikan dengan Rencana Kerja IOPPM

C. Hasil
1. Indikator DPPM terpantau (SK Tim DPPM, Angka Notifikasi, dan Angka Keberhasilan
Pengobatan)
2. Rekomendasi tindakan untuk penyelesaian masalah di DPPM
3. Fasilitas Kesehatan yang diprioritaskan untuk disupervisi*
4. Rencana kegiatan bersama KOPI TB Kota Depok
*kriteria/prioritas fasilitas kesehatan: yang memiliki dampak terbesar dalam pemenuhan
target:
- rumah sakit (komitmen yang baik, jumlah kasus TB, dll)
- DPM/Klinik (telah bekerjasama dengan BPJS, Komitmen yang baik, jumlah kasus TB yang
besar, dll)

D. Metode
1. Sebelum pertemuan, DHO/IO mengumpulkan data melalui perangkat monitoring (SITT dan
Wifi TB) dan melakukan analisis data
2. Pada saat pertemuan, DHO/IO mengulas indikator (berdasarkan data perangkat monitoring),
menentukan permasalahan, selanjutnya membuat prioritas fasilitas kesehatan yang perlu di
supervisi
3. Mengevaluasi Performa dan Kendala dari KOPI TB
4. Sesi diskusi

E. Peserta
1. Dinkes Kota Depok: Kasie, Wasor, DO GF: 3 Orang
2. Tim DPPM (KOPI TB Kota Depok): IDI, PDPI, Perdalin, PDUI: 4 Orang
3. TO atau FA: 2 orang
4. Total jumlah peserta: 9 orang

F. Tempat dan Waktu


Tempat : Dinas Kesehatan Kota Depok
Waktu : 08.00 – 16.00 WIB
Tanggal : 20 Juli 2020

G. Susunan Acara
Waktu Aktivitas Penanggung Jawab
08.00 – 08.30 Registrasi Dinkes Kota Depok/IO
08.30 – 10.00 Mengulas/Membahas Data (performa fasilitas Dinkes Kota Depok /IO
Kesehatan)
10.00 – 12.00 Sesi Diskusi I Dinkes Kota Depok
12.00 – 13.00 ISHOMA
13.00 – 14.00 Mengulas Performa dan Kendala jejaring TB
Bersama KOPI TB Kota Depok
14.00 – 15.30 Sesi Diskusi II Dinkes Kota Depok /KOPI
TB/ IO
15.30 – 16.00 Pembuatan rencana kegiatan/tindakan Dinkes Kota Depok /KOPI
TB

H. Pembiayaan
Kegiatan ini dibiayai oleh Global Fund melalui dana Catalytic Funding IOPPM.

2
Dilaporkan oleh

Didi Lazuardi

Anda mungkin juga menyukai