ABSTRACT
RATNA KUSUMA DEWI. Industrial Waste Water Treatment Plant Design with
Biological Nutrient Removal. Supervised by M YANUAR JARWADI
PURWANTO and ALLEN KURNIAWAN.
Industrial activities that produces waste water, causes water pollution if it
not treated properly. The research objectives were to analyze and identify PT. W
wastewater characteristic, to design an appropriate WWTP of PT. W and analyze
the effectiveness of microorganism at biological process biological nutrient
removal. The method used was based on SNI of wastewater analyzing, Regulation
of Minister of the Environment Number 03/2010, and DKI Jakarta‘s Governor
Regulation Number 582/2005. Result of the analysis showed TSS, NH3, S, BOD,
COD, oil and grease, and fecal coliform exceeded the threshold. The units that
used are equalization tank, bar screen, grit chamber, primary sedimentation,
biological nutrient removal (BNR), clarifier, disinfection, sludge thickener, sludge
digester, and sludge drying bed. Biological nutrient removal is suspended growth
biological process were chosen because it could remove BOD, TSS, and NH3
concentration into 10 mg/l, 10 mg/l, and 1 mg/l. The effectivity of microorganism
uses can be known by percent removal of indicator concentrations.
Keywords: biological nutrient removal, waste water, WWTP
RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN
AIR LIMBAH INDUSTRI DENGAN PROSES BIOLOGIS
BIOLOGICAL NUTRIENT REMOVAL
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah pengolahan air limbah, dengan judul Rancangan
Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Dengan Proses Biologis Biological
Nutrient Removal.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. M Yanuar Jarwadi
Purwanto M.S., IPM dan Bapak Allen Kurniawan S.T., M.T. selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam rangkaian
penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Arief
Sabdo Yuwono, M.Sc selaku ketua proyek rancangan IPAL PT. W. Terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Ibu Ety Herwati, Dipl. Kim. atas bimbingannya
selama pengujian di laboratorium. Untuk orang tua dan keluarga atas perhatian,
kasih sayang, kesabaran serta dukungannya. Kepada Dade Anzac yang telah
memberikan perhatian dan dukungannya dalam segala hal, Monica Ade Ayu
Dewayani, Ratih Rachmawati, Kartika Adi Pratiwi, Arry Resti Rahayu, Lianitha
Kurniawati dan Rodearni Simarmata yang telah menemani dan menyemangati,
serta Anindya Sekar Putri, Rizka Amalia, Rissa Budiarti, Yunianti dan seluruh
teman-teman SIL‘46 atas semangat dan kebersamaannya selama ini. Penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki kekurangan dalam laporan ini.
Semoga laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya
mengenai air limbah.
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR NOTASI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu penyebab pencemaran air saat ini disebakan oleh perkembangan
sektor industri yang menghasilkan limbah berwujud cair. Kondisi tersebut dapat
dicegah dan ditanggulangi dengan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) untuk mengolah air limbah sebelum dibuang ke badan air. Unit-unit IPAL
dalam setiap industri berbeda, tergantung pada karakteristik limbah hasil dari
kegiatan industri tersebut.
PT. W di Jakarta merupakan sebuah perusahaan penyedia produk perawatan
tubuh dan cairan pencuci piring dengan nilai parameter Chemical Oxygen
Demand (COD) tinggi. Nilai parameter tersebut mempengaruhi kandungan
oksigen terlarut pada badan air tercemar air limbah. Kandungan oksigen menjadi
sangat rendah dan akhirnya merusak habitat mikroorganisme dalam air sehingga
mempengaruhi kesehatan makhluk hidup yang memanfaatkan air tersebut. Hingga
kini, unit pengolahan air limbah belum didirikan sehingga hampir sebagian besar
air limbah langsung dibuang ke badan air. Penelitian ini dilakukan untuk
menentukan opsi unit pengolahan yang sesuai dengan karakteristik air limbah dan
kriteria rancangan unit terpilih, mengetahui mekanisme proses pengolahan, serta
merancang unit pengolahan berupa kalkulasi dan gambar rancangan.
Salah satu unit yang dirancang berupa pengolahan biologis. Pengolahan ini
memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk mendegradasi senyawa polutan
pada air limbah. Pengolahan biologis dipandang sebagai pengolahan sekunder
paling murah dan efisien dibandingkan dengan pengolahan secara fisik dan kimia.
Secara umum, pengolahan biologis terbagi menjadi dua jenis yaitu suspended
growth dan attached growth. Metode suspended growth menumbuhkan
mikroorganisme dalam keadaan tersuspensi pada lumpur, sedangkan metode
attached growth dibutuhkan media pelekatan pada pengembangan
mikroorganisme. Pengolahan biologis Biological Nutrient Removal (BNR)
merupakan salah satu unit dalam metode suspended growth. Pemilihan suspended
growth sebagai pengolahan biologis pada perencanaan unit IPAL PT. W
dilakukan dengan pertimbangan kemudahan pengoperasian dan uji efektivitas
mikroorganisme, serta rancangan reaktor lebih sederhana.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini diawali dengan kajian gambaran umum
daerah perencanaan, pengukuran debit air limbah yang masuk ke dalam IPAL,
menganalisa karakteristik air limbah. Kemudian, penentuan kriteria rancangan
pengolahan dilakukan berdasarkan karakteristik air limbah untuk menghasilkan
perhitungan rancangan unit IPAL dan disertai adanya gambar perencanaan. Pada
pengolahan biologis terpilih, kajian literatur dilakukan untuk mengetahui
efektivitas penggunaan mikroorganisme.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengolahan Biologis
METODE
Alat digunakan dalam penelitian ini, antara lain botol contoh uji 1 liter dan
500 ml, botol contoh uji kaca 1 liter, botol BOD, gayung, ember plastik, sarung
tangan, current meter, aerator, cooler box, kalkulator, alat tulis, serta seperangkat
laptop dengan Microsoft Office dan Auto Cad. Selain itu, peralatan laboratorium
lain diperlukan pula seperti DO meter, oven Memmert, BOD incubator, neraca
analitik, vacuum pump, dan alat-alat gelas (gelas piala, Erlenmeyer, corong kaca,
cawan). Bahan dalam penelitian ini adalah contoh uji air limbah PT. W, kertas
saring, serta bahan-bahan kimia yang digunakan pada analisis karakteristik air
limbah di laboratorium.
Tahapan Penelitian
Analisis dilakukan terhadap hasil data karakteristik air limbah dan badan air
penerima dari laboratorium. Pengambilan contoh uji dilakukan pada tanggal 28
Maret 2013, pada pukul 11.00 WIB untuk contoh uji air limbah industri dan pukul
14.00 WIB untuk contoh uji badan air di sekitar kawasan industri. Contoh uji air
limbah dan badan air ini diuji sesuai dengan parameter dalam Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kawasan Industri.
7
Perumusan
Observasi lapang Kajian literatur
masalah
Data karakteristik
air limbah
Kriteria
rancangan setiap
unit IPAL
Tidak
Ya
Rancangan IPALdan
Gambar rancangan
efektivitas pengolahan
unit IPAL
biologis
Dimensi setiap unit IPAL dihitung dengan mengikuti alur perhitungan dari
literatur berdasarkan data karakteristik air limbah laboratorium dan data
pencatatan debit. Kemudian hasil perhitungan dibandingkan dengan kriteria
rancangan. Jika telah sesuai atau memenuhi kriteria, gambar rancangan unit
tersebut dibuat. Berikut alur perhitungan setiap unit IPAL.
Bak Bak
ekualisasi penampung
S0 SE Sp
Q0 QE Qp
X0 XE Xp
Pada Gambar 15 aliran air limbah seakan terpisah antara bak ekualisasi dan
bak penampung dengan unit lainnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan nilai
debit keluaran dari bak penampung karena debit air limbah yang masuk ke unit
ekualisasi cukup rendah serta berfluktuasi sehingga aliran diseragamkan dan
dikondisikan terlebih dulu. Nilai debit, TSS, dan BOD aliran awal terdapat pada
Tabel 7. Aliran air limbah dari bak penampung, ditingkatkan debitnya
menggunakan pompa. Hal ini dilakukan agar unit-unit setelahnya dapat berfungsi
dengan baik.
Konsep kesetimbangan massa dilakukan dengan memperhitungkan nilai
debit, konsentrasi BOD, dan jumlah padatan masuk, tereduksi, dan dikeluarkan.
Beberapa data yang perlu diketahui untuk melakukan perhitungan kesetimbangan
massa ini adalah :
a. Debit aliran menuju ekualisasi (Sp) sebesar 13564.80 m3/hari, konsentrasi
BOD influen (So) sebesar 608 mg/l dan konsentrasi TSS influen (Xo) sebesar
313 mg/l. So dan Xo bukan meerupakan material yang akan dihilangkan di unit
bar screen dan grit chamber.
b. Jumlah material di bar screen (Xscw) sebesar 0.004 m3/1000m3. Dalam EPA,
2003 jumlah tersebut berkisar antara 0.004-0.009 m3/1000m3.
c. Jumlah material di grit chamber (Xgw) sebesar 0.003 m3/1000m3. Dalam EPA,
2003 jumlah tersebut berkisar antara 0.003-0.074 m3/1000m3.
d. Pada sedimentasi primer terjadi reduksi TSS (Rp) sebesar 62%, reduksi BOD
(fp) sebesar 37%, serta konsentrasi TSS aliran bawah(Xup) sebesar 4.5%.
e. Pada Biological Nutrient Removal (BNR), debit efluen bak anaerobik (Qan)
sebesar 22186.44 m3/hari, debit efluen bak anoksik (Qax) sebesar 184705.37
m3/hari, debit aliran recycle bak aerobik ke bak anoksik (Qrec) sebesar
20
162518.93 m3/hari, konsentrasi TSS efluen bak aerobik (Xae) 130.66 mg/l,
konsentrasi BOD efluen bak aerobik (Sae) sebesar 3.7 mg/l, debit aliran bawah
bak aerobik(Qw) sebesar 442.19 m3/hari dan konsentrasi TSS pada aliran
bawah bak aerobik (Xw) sebesar 1658.22 mg/l. Koefisien hasil (yield) bersih
TSS berdasarkan BOD influen dan BOD5 efluen terlarut (Y) sebesar 0,60 mg
TSS diproduksi/mg BOD dibuang
f. Pada unit sedimentasi sekunder, konsentrasi aliran atas (overflow) efluen (XS)
mengandung 10 mg/l dan konsentrasi aliran bawah (underflow) TSS (XuS)
sebesar 0,30%.
g. Pada unit sludge thickener, padatan pada dasar bak (Ct) diharapkan sebesar
85% dan konsentrasi aliran bawah (underflow) TSS (Xt) sebesar 6%.
h. Reduksi TSS diharapkan pada unit anaerobik digester (fAD) sebesar 55%.
i. Pada unit sludge dewatering diharapkan menampung padatan (Cc) sebesar
90%, dengan konsentrasi padatan kering/cake (Xck) sebesar 30%.
j. Specific gravity (berat jenis) TSS diasumsikan sebesar 1.00. Kesalahan dari
asumsi ini cukup kecil
Nilai debit aliran, konsentrasi BOD influen dan konsentrasi TSS yang
digunakan pada aliran masuk unit ekualisasi merupakan hasil pengukuran rata-rata
debit dan konsentrasi BOD dan TSS selama 24 jam (Tabel 7). Perhitungan
kesetimbangan massa dilakukan melalui persamaan-persamaan pada Tabel 3 dan
Tabel 4. Persamaan tersebut disesuaikan dengan aliran pada unit-unit dalam suatu
IPAL sehingga persamaan yang dihasilkan tidak bersifat independen. Hasil
perhitungan kesetimbangan massa tersaji pada Tabel 5.
200000
184705.37
162518.93
180000
160000
140000
120000
Debit aliran (m3/hari)
100000
80000
60000
22186.44
21744.25
13639.53
13639.53
13564.75
13564.71
13507.87
13564.8
40000
8104.72
463.093
442.19
36.096
25.25
25.25
0.054
0.041
10.76
20000
190
57
0
0
Qck
Qae
QE
Qf
Qps
Qus
Qts
Qgw
Qan
Qdw
Qscw
Qup
Qax
Qrec
Qp
Qw
Qt
Qd
Qss
Qdg
Qg
Qsc
Grafik pada Gambar 16 menunjukkan bahwa debit aliran bawah Q scw, Qgw,
Qup, Qw, Qt, Qd dan Qck memiliki nilai yang cukup rendah dibandingkan dengan
debit aliran utama. Hal ini terjadi karena hanya fase padatan dari air limbah yang
melalui aliran bawah (underflow), fase cair dialirkan pada aliran utama.
Rendahnya nilai debit aliran bawah juga menyebabkan pengembalian jumlah
supernatan ke influen bak anaerobik BNR kecil. Qdw bernilai 0 karena seluruh
sludge yang masuk ke dalam unit sludge dewatering diasumsikan menjadi padatan
tanpa supernatan. Nilai debit terbesar terdapat pada aliran influen bak aerobik dan
sirkulasi aliran dari bak aerobik menuju bak anoksik terjadi karena terdapat
penambahan debit pada influen BNR berasal dari aliran kembali unit clarifier dan
supernatan unit-unit pengolah lumpur.
Grafik pada Gambar 17 menunjukkan nilai TSS terbesar terdapat di aliran
bawah (aliran kembali) dari unit sedimentasi sekunder kembali menuju BNR,
sebesar 7000 mg/l. Selain itu, nilai TSS cukup besar terdapat pada aliran lumpur
dari bak aerobik menuju unit sludge thickener (Xw), sebesar 1658.22 mg/l. Hal ini
disebabkan pembentukan flok oleh mikroorganisme pada BNR cukup tinggi,
terkumpul dan mengendap selama waktu detensi di bak aerasi. Nilai TSS pada
aliran supernatan unit sludge thickener tidak jauh berbeda dengan nilai X w. Hal ini
menunjukkan bahwa TSS dalam lumpur pada unit sludge thickener tidak terlalu
tinggi.
24
8000
7000
7000
6000
5000
Konsentrasi TSS (mg/L)
4000
1658.22
3000
1442.81
2000
130.66
0.018
313
313
1000
120
10
3
0
Xdw
Xts
Xw
Xss
Xdg
Xae
XE
Xps
Xus
Xp
Bak Ekualisasi
Unit ekualisasi dalam suatu IPAL berfungsi untuk meminimalkan fluktuasi
debit air limbah serta menghomogenkan kandungan pencemar dalam air limbah
sehingga kinerja unit-unit pengolahan meningkat. Kriteria rancangan unit
ekualisasi dalam perencanaan ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Perancangan unit ekualisasi memerlukan data awal berupa fluktuasi debit,
BOD dan TSS selama 24 jam. Hasil perhitungan volume tangki ekualisasi tersaji
pada Tabel 8 dan hasil perhitungan BOD dan TSS mass loading tersaji pada Tabel
9.
Tabel 6 Kriteria rancangan unit bak ekualisasi
Parameter Kriteria Rancangan Kriteria Digunakan
Kedalaman bak (h) 1.5 m - 3m 2
Slope (S) 3:5 - 2:1 1:2
Freeboard 0.5 m - 1 m 0.5
Luas bawah (A2) (20%-50%) A1 0.3
Vinlet = Voutlet 0.6 m/det - 3 m/det 1
Tabel 7 Data fluktuasi debit, BOD, dan TSS air limbah 24 jam
Waktu Debit (m3/jam) BOD (mg/l) TSS (mg/l)
00.00 3 682 294
01.00 2 737 83
02.00 1 682 176
25
Data fluktuasi air limbah pada Tabel 7 menggambarkan debit puncak aliran
terjadi pada pukul 10.00. Air limbah dengan jumlah kecil terjadi pada pukul 24.00
sampai pukul 05.00. Fluktuasi kandungan TSS tidak terkait dengan besarnya debit
dan ditunjukkan dengan nilai tertinggi TSS tidak berada pada pukul 10.00,
melainkan pada pukul 12.00. Serupa dengan nilai TSS, nilai BOD pun tidak
berhubungan dengan debit air limbah.
Tabel 8 Perhitungan volume tangki ekualisasi
Debit Volume Volume
Waktu Debit campuran
rata-rata Kumulatif rata-rata
Inlet Outlet Kumulatif
(jam) (l/det) (l/jam) (m3/jam) (m3/det) m3/det
(m3) (m3) (m3)
0-1 0.833 3000 3 0.0008 0.00237 3 8.545 -5.545
1-2 0.556 2000 2 0.0006 0.00237 5 17.091 -12.091
2-3 0.278 1000 1 0.0003 0.00237 6 25.636 -19.636
3-4 0.833 3000 3 0.0008 0.00237 9 34.182 -25.182
4-5 0.278 1000 1 0.0003 0.00237 10 42.727 -32.727
5-6 1.111 4000 4 0.0011 0.00237 14 51.273 -37.273
6-7 1.111 4000 4 0.0011 0.00237 18 59.818 -41.818
7-8 1.667 6000 6 0.0017 0.00237 24 68.364 -44.364
8-9 2.778 10000 10 0.0028 0.00237 34 76.909 -42.909
9-10 2.778 10000 10 0.0028 0.00237 44 85.455 -41.455
26
200
180
160
140
120
Volume (m3)
100
80
60
40
20
0
0-1
1-2
2-3
3-4
4-5
5-6
6-7
7-8
8-9
10-11
11-12
12-13
13-14
14-15
15-16
16-17
17-18
18-19
19-20
20-21
21-24
9-10
18.000
16.000
BOD Mass Loading (kg/jam)
14.000
12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
0.000
8-9
0-1
1-2
2-3
3-4
4-5
5-6
6-7
7-8
14-15
15-16
16-17
17-18
10-11
11-12
12-13
13-14
18-19
19-20
20-21
21-24
9-10
12.000
10.000
TSS Mass Loading (kg/jam)
8.000
6.000
4.000
2.000
0.000
9-10
0-1
7-8
8-9
1-2
2-3
3-4
4-5
5-6
6-7
13-14
20-21
10-11
11-12
12-13
14-15
15-16
16-17
17-18
18-19
19-20
21-24
Bak ekualisasi ini direncanakan terdapat dua unit, dengan volume masing-
masing 53.24 m3 dan berbentuk limas terpancung. Waktu detensi pada unit ini
adalah 4 - 8 jam. Unit ekualisasi dirancang di awal proses pengolahan untuk
mengurangi beban proses unit selanjutnya serta dapat mengantisipasi terjadinya
shock loading pada unit pengolahan biologis. Shock loading merupakan kondisi
saat beban dari air limbah menjadi saat besar secara mendadak sehingga
menyebabkan kematian pada organisme dalam air limbah pada unit pengolah
biologis (Horan, 1990). Unit ini juga berfungsi sebagai penampung air limbah
awal, karena air limbah setiap jam tidak sama dan debitnya kecil. Gambar
rancangan unit ekualisasi dapat dilihat pada Lampiran 2, nomor gambar A 1/2 –
01 dan A 2/2 – 02.
Bak Penampung
Bak penampung merupakan unit tambahan berfungsi menampung air limbah
dari bak ekualisasi. Hal ini dilakukan untuk menanggulangi kecilnya debit air
limbah tertampung selama waktu detensi unit ekualisasi dan menyebabkan sistem
pengolahan air limbah tidak dapat dilakukan secara continuous, melainkan dengan
sistem batch.
Tabel 11 Hasil perhitungan unit bak penampung
Parameter Hasil
Panjang bak, m 6
Lebar bak, m 5
Kedalaman bak, m 4.22
3
Volume bak, m 126.72
Waktu detensi (td), jam 48
Luas permukaan inlet, m2 0.0012
Diameter inlet, m 0.4
Kecepatan inlet, m/det 1
2
Luas permukaan outlet, m 0.2
Diameter outlet, m 0.5
Kecepatan outlet, m/det 0.6
3
Kapasitas pompa, m /det 0.12
30
Bar Screen
Unit bar screen merupakan unit penyaring padatan-padatan
(sampah,daun,kerikil) dalam air limbah. Apabila padatan-padatan tersebut tidak
dipisahkan dapat mengganggu kinerja unit proses selanjutnya dalam IPAL
(Corbitt. 1990). Bar screen dirancang dengan pembersihan manual dengan kriteria
perancangan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Kriteria rancangan unit bar screen
Nilai Kriteria
Parameter
kriteria digunakan
Kecepatan maksimum aliran melalui racks, m/det 0.3-0.6 0.4
Ukuran bar l, mm 4-8 4
h, mm 25-50 25
Spasi antar bar, mm 25-75 25
Kemiringan dari garis horizontal (degrees) 45-60 45
HL diizinkan, clogged screen(mm) 150 150
HL maksimum, clogged screen (mm) 800 800
Sumber : Tchobanoglous 2003
Bar screen dengan pembersihan manual dipilih dalam perancangan unit ini
karena mempertimbangkan volume sampah dalam air limbah PT. W cukup kecil
dan dimensi unit tidak terlalu besar. Perhitungan unit ini menghasilkan dimensi
bar screen dengan lebar 1.5 m dan jumlah bar 51 buah. Menurut Tchobanoglous
(2003), kriteria kecepatan maksimum pada bar adalah antara 0.6 m/det. Hasil
perhitungan bar screen pada Tabel 13 telah menunjukkan kesesuaian dengan
kriteria tersebut.
Menurut Shun (2007), maksimum headloss diijinkan 0.6 – 0.7 m. Hasil
perhitungan unit bar screen telah sesuai dengan kriteria tersebut. Kecepatan air
limbah setelah melewati bar lebih tinggi dibanding saat melalui bar. Hal ini
disebabkan kecepatan air limbah saat melalui bar dipengaruhi oleh padatan atau
sampah yang dibawa air limbah (Nurhayati 2011). Gambar rancangan unit ini
dapat dilihat pada Lampiran 4 nomor C 1/3 – 04, C 2/3 – 05, dan C 3/3 – 06.
Tabel 13 Hasil perhitungan unit bar screen
Parameter Nilai * Persamaan
2 I.1.a)
Luas penampang bar, m 0.52 39
I.1.b)
Luas bersih rack, m 1.31 40
I.1.d)
Total area bersih, m 1.3 41
I.1.c)
Jumlah bukaan bar 52
Jumlah bar 51 42
Diameter bar, mm 4
31
Grit Chamber
Fungsi dari unit grit chamber adalah untuk memisahkan padatan anorganik
seperti pasir dan kerikil yang dapat menyebabkan kerusakan peralatan mekanik
unit selanjutnya (Spellman, 2009). Partikel yang diendapkan merupakan partikel
dengan massa jenis lebih berat dari pada partikel organik. Kriteria rancangan unit
ini dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Kriteria rancangan unit grit chamber
Parameter Kriteria rancangan Kriteria terpilih
Kedalaman, m 2-5 2
Panjang, m 7.5-2.0 7
Lebar, m 2.5-7 2
Lebar/kedalaman 1:1-5:1 1:1
Panjang/lebar 2.5:1-5:1 3.5
Transverse velocity at surface, m/det 0.6-0.8 0.8
Waktu detensi, menit 2-5 4
Suplai udara, l/det m 4.6-12.4 4.6
Sedimentasi Primer
Unit sedimentasi primer (SP) adalah proses penyisihan partikel organik
pertama dalam suatu rangkaian proses pengolahan air limbah. Unit ini dapat
menghilangkan kandungan TSS sebesar 50-70% dan kandungan BOD sebesar 30-
40% pada air limbah (Davis, 2010). Tingkat efisiensi unit ini dipengaruhi oleh
besarnya specific gravity dari partikel tersuspensi di dalam air limbah. Partikel
dengan specific gravity lebih besar dari cairan akan mengendap, sedangkan yang
lebih rendah akan mengapung. Lumpur endapan selanjutnya diolah di unit sludge
thickener dan supernatan akan dialirkan ke unit pengolahan biologis. Kriteria
rancangan unit sedimentasi primer dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Kriteria rancangan unit sedimentasi primer
Kriteria Kriteria rancangan
Parameter
rancangan digunakan
Limpasan saat aliran rancangan
rata-rata, m3/m2 hari 30-50 30
Panjang, m 10-100 15.92
Rasio panjang terhadap lebar 1-7.5 4
Rasio panjang terhadap kedalaman 4.2-25 5.31
Kedalaman air, m 2.5-5 3
Lebar, m 3-24 4.0
Waktu detensi, jam >>1.5 2.4
3 3
Weir loading rate <<0.044 m /det m /m 248
3 372
>>0.044m /det hari 372
bak aerobik. Diagram alir proses perhitungan unit BNR dapat dilihat pada
Lampiran 1, sedangkan kriteria rancangan unit BNR pada Tabel 19.
Tabel 19 Kriteria rancangan unit BNR
Parameter Nilai
Sludge Retention Time (SRT), hari 10-15
Rasio F/M, kg BOD5/kg MLVSS . hari 0.1-0.2
MLSS, mg/l 3000-4000
Hydraulic Retention Time (HRT), jam 5.7-10.2
Y BOD5 0.4-0.8
Kd BOD5 0.025-0.075
Y nitrifikasi 0.1-0.3
Kd nitrifikasi 0.03-0.06
Parameter Nilai *
aliran rata-rata (m3/det)
Debit influen melalui setiap port pada kondisi 0.0088 IV.2.H.g)
aliran puncak (m3/det)
e. Headloss pada saluran influen, ∆ z (m) 0.06 IV.2.H.i)
f. Headloss pada saluran influen saat debit 0.10 IV.2.H.j)
puncak, ∆ zpeak (m)
g. Jumlah dinding baffle 2
h. Jumlah orifice pada setiap dinding baffle 53
i. Diameter tiap orifice (cm) 5
j. Headloss pada dinding baffle saat debit rata- 0.15 IV.2.H.l)
rata, ∆ z average (m)
k. Headloss pada dinding baffle saat debit 0.25 IV.2.H.m)
puncak, ∆ z peak (m)
l. Head over pada effluent weir saat debit rata- 0.042 IV.2.H.n)
rata, H avg (m)
m. Head over pada effluent weir saat debit 0.049 IV.2.H.o)
puncak, H peak (m)
3. Hydraulic Retention Time (HRT) ,𝜃 𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 2
𝑎𝑛𝑎𝑒𝑟𝑜𝑏𝑖𝑘
(jam)
4. Daya pengaduk pada bak anaerobik (kW) 4.1 IV.2.A.m)
Zona anoksik :
1. Dimensi dan konfigurasi bak:
a. Jumlah bak anoksik 3
b. Kedalaman bak (m) 11.5
c. Panjang = Lebar (m) 7 IV.2.B.o)
d. Tinggi jagaan (m) 0.2
e. Volume setiap bak (m3) 563.5
f. Volume total bak anoksik (m3) 1690.5 IV.2.B.q)
2. Struktur influen, dinding baffle, dan weir efluen
Debit saat kondisi aliran rata-rata (m3/det) 0.71 IV.2.I.a)
Debit saat kondisi aliran puncak (m3/det) 1.99 IV.2.I.b)
a. Lebar saluran influen (m) 1
b. Kedalaman saluran influen (m) 3
c. Jumlah port pada saluran influen 16
d. Ukuran setiap port (cm) 20 × 20
e. Headloss pada saluran influen, ∆ z (m) 0.167 IV.2.I.e)
f. Headloss pada saluran influen saat debit 1.325 IV.2.I.f)
puncak, ∆ z peak(m)
g. Jumlah dinding baffle 2
h. Jumlah orifice pada setiap dinding baffle 53
i. Diameter tiap orifice (cm) 20
j. Headloss pada dinding baffle saat debit rata- 0.025 IV.2.I.h)
rata, ∆ z average (m)
k. Headloss pada dinding baffle saat debit 0.196 IV.2.I.i)
puncak, ∆ z peak (m)
l. Head over pada effluent weir saat debit rata- 0.14 IV.2.I.j)
rata, H avg (m)
37
Parameter Nilai *
m. Head over pada effluent weir saat debit 0.29 IV.2.I.k)
puncak, H peak (m)
3. Sludge Retention Time (SRT) untuk denitrifikasi, 3.5 IV.2.B.c)
𝑚𝑖𝑛
𝜃𝑐,𝐷𝑁 (hari)
Sludge Retention Time (SRT) untuk denitrifikasi, 4 IV.2.B.c)
𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛
𝜃𝑐,𝐷𝑁 (hari)
𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 3 IV.2.B.h)&i)
Hydraulic Retention Time (HRT) ,𝜃𝑎𝑛𝑜𝑘𝑠𝑖𝑘 (jam)
4. Daya pengaduk pada bak anoksik (kW) 6.17 IV.2.B.r)
Zona aerobik:
1. Dimensi dan konfigurasi bak:
a. Jumlah bak aerobik dalam satu rangkaian 1
reaktor
b. Kedalaman bak (m) 6
IV.2.C.bb)
c. Panjang bak (m) 20
d. Lebar bak (m) 10 IV.2.C.bb)
e. Tinggi jagaan (m) 0.2
f. Volume bak aerobik (m3) 1200 IV.2.C.dd)
g. Periode aerasi berdasarkan nilai debit (jam) 2.13 IV.2.C.ee)
2. Struktur influen bak aerasi:
a. Lebar saluran influen (m) 1
b. Kedalaman saluran influen (m) 1.5
c. Jumlah port pada saluran 15
d. Ukuran setiap port (cm) 20 × 20
e. Headloss pada saluran influen, ∆ z (m) 0.19 IV.2.J.b)
f. Headloss pada saluran influen saat debit 1.50 IV.2.J.c)
puncak, ∆ z peak (m)
3. Struktur efluen bak aerasi:
a. Lebar saluran launder (m) 1
b. Ukuran efluen boks (m) 1×1
c. Diameter pipa efluen (m) 0.5
d. Jumlah weir pada saluran launder , setiap 6
adjustable weir 0.75 m
Debit rata-rata (m3/det) 0.11
Debit rata-rata tiap weir (m3/det) 0.018 IV.2.J.h)
Debit puncak (m3/det) 0.14
Debit puncak tiap weir (m3/det) 0.023 IV.2.J.j)
e. Panjang adjustable weir setelah diubah, L‘ 0.74 IV.2.J.k)
(m)
f. Head over pada effluent weir saat debit rata- 0.058 IV.2.J.k)
rata, ∆ z (m)
g. Panjang adjustable weir setelah diubah, L‘ 0.73 IV.2.J.l)
(m)
h. Head over pada effluent weir saat debit 0.069 IV.2.J.l)
puncak, ∆ z peak (m)
i. Panjang efluen launder (m) 9 IV.2.J.m)
j. Lebar efluen launder (m) 1
38
Parameter Nilai *
k. Ketinggian air pada efluen boks , Y2(m) 0.44
l. Ketinggian air pada saluran launder, Y1 (m) 0.45 IV.2.J.p)
m. Debit maksimum dari tiap weir (m3/det) 0.1409
n. Kedalaman total di sepanjang saluran efluen 0.67 IV.2.J.q)
(m)
o. Kecepatan aliran pada pipa efluen (m/det) 0.71 IV.2.J.r)
4. Sludge Retention Time (SRT) untuk nitrifikasi, 0.79 IV.2.C.b)
𝑚𝑖𝑛
𝜃𝑐,𝑁 (hari)
Sludge Retention Time (SRT) untuk nitrifikasi, 2.00 IV.2.C.c)
𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛
𝜃𝑐,𝑁 (hari)
𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 2 IV.2.C.w)&x)
Hydraulic Retention Time (HRT) ,𝜃𝑎𝑒𝑟𝑜𝑏𝑖𝑘 (jam)
5. Kebutuhan Oksigen pada zona aerobik :
a. Secara teoritis (mg O2/L) 588.06 IV.2.G.c)
b. Kebutuhan Oksigen standar (kg O2/d) 7943.43 IV.2.G.d)
c. Suplai udara yang dibutuhkan (m3/hari) 576,855.10 IV.2.G.f)
d. Total suplai udara direncanakan (m3/hari) 865,282.7 IV.2.G.g)
e. Suplai udara bak aerasi (m3/menit) 600.89
6. Kapasitas desain dari sistem aerasi secara difusi:
a. Dimensi tabung diffuser (cm) 61 × 7.5
b. Debit standar per tabung difusi (m3 udara) 0.21
c. Jumlah total tabung 2861 IV.2.K.c)
d. Jumlah diffuser aktual 3072
f. Jumlah tabung diffuser per baris 256 IV.2.K.e)
g. Jumlah tabung diffuser per pipa penggantung 64
7. Kapasitas blower :
a. Total Headloss (m) 4.5
b. Tekanan suplai absolute (atm) 1.49 IV.2.K.o)
c. volume udara untuk bak aerasi (m3/menit) 591.36 IV.2.K.q)
d. Direncanakan 5 blower sentrifugal ,kapasitas 230
masing-masing (m3/menit)
e. Daya dibutuhkan (kW) 277.98 IV.2.k.r)
Kuantitas dari Waste Activated Sludge (WAS):
1. Peningkatan kuantitas biomassa total:
a. Peningkatan kuantitas total MLVSS (kg/hari) 1333.84 IV.2.D.a)
b. Peningkatan kuantitas total MLSS (kg/hari) 1667.31 IV.2.D.b)
2. Debit WAS (m3/hari) 442.19 IV.2.D.c)
3. Karakteristik dari WAS:
a. TSS (kg/hari) 1658.22 IV.2.D.e)
b. BOD5 (kg/hari) 1040.77 IV.2.D.g)
c. Org-N (kg/hari) 161.84 IV.2.D.h)
d. NH4+-N (kg/hari) 0.44 IV.2.D.i)
e. NO3—N (kg/hari) 3.54 IV.2.D.j)
f. Total N (kg/hari) 165.82 IV.2.D.k)
g. Total P (kg/hari) 80.99 IV.2.D.l)
h. Persentase konsentrasi P dari TVSS (% ) 6.11 IV.2.D.m)
Stripping Fosfor dari WAS:
39
Parameter Nilai *
1. PO4- -P dilepaskan pada P Stripper (kg/hari) 50.48 IV.2.D.n)
2. Alum liquid dibutuhkan (m3/hari) 2.14 IV.2.D.p)
3. Volume total dari P-stripped WAS (m3/hari) 444.33 IV.2.D.r)
4. Kuantitas total TSS setelah P-Stripping 1892.72 IV.2.D.w)
Debit aliran lumpur kembali , Qr (m3/hari) 8105 IV.2.E.a)
Debit aliran recycle, Qrecycle (m3/hari) 162,518.93 IV.2.E.c)
Rasio F/M , Food per mass ratio (kg BOD5/kg 0.44 IV.2.F.a)
VSS.hari)
Organic loading rate, (kg BOD5/ m3.hari) 1.32 IV.2.F.b)
* Nomor pada Lampiran 2 Contoh Perhitungan Unit IPAL
Berdasarkan hasil perhitungan, unit ini dirancang sebanyak dua buah dengan
kedalaman 3.9 m dan diameter 33 m. Efisiensi penyisihan TSS berbanding lurus
dengan kedalaman unit clarifier. Namun, semakin besar diameter unit semakin
kurang baik karena adanya pengaruh angin (Davis 2010). Lumpur pada unit ini
dialirkan kembali ke bak anaerobik unit BNR. Hal ini untuk menjaga
keseimbangan pertumbuhan mikroba di dalam BNR, karena lumpur hasil clarifier
41
dianggap sebagai lumpur aktif (Lawrence et all. 2005). Gambar rancangan dapat
dilihat pada Lampiran 8 nomor G 1/3–20, G 2/3–21, dan G 3/3–22.
Desinfeksi
Dalam suatu rangkaian IPAL, unit desinfeksi dirancang dengan tujuan
menghilangkan kandungan bakteri pathogen dalam air limbah setelah diolah di
unit BNR dan clarifier. Proses desinfeksi dapat dilakukan dengan proses fisik
maupun secara kimia. Contohnya, Ozonasi, Bromine Chloride, Chlorine Dioxide,
Dechlorination dan radiasi gamma. Proses fisik menggunakan sinar Ultra Violet
(UV) adalah salah satu tipe desinfeksi yang aman. Selain itu, lebih hemat biaya
perawatan jika dibandingkan proses secara kimia (Qasim 2000). Unit desinfeksi
berupa saluran tertutup dengan sensor ketinggian air agar lampu UV tetap
terbenam. Lampu UV dilapisi dengan lapisan kuarsa berfungsi menghindari
kontak langsung dengan air serta menjaga suhu dinding. DNA atau RNA
mikroorganisme akan dirusak oleh UV sehingga mikroorganisme tidak mampu
membelah diri (Davis 2010; Tchobanoglous 2003). Hasil rancangan unit
desinfeksi tersaji pada Tabel 23.
Tabel 23 Hasil perhitungan unit desinfeksi
Parameter Nilai * Persamaan
3
Debit (Q), m /det 0.15
Jumlah lampu, buah 162 VI1.2 85
Jumlah saluran, buah 4
Jumlah bank, buah 2
Jumlah modul, buah 2
Spasi tiap lampu, m 0.06
Volume cairan per lampu (Vv), L 4.7 77
VI.2
Densitas UV, W/L 5.69 78
VI.3
Koefisien absorbansi (γ) 0.35 79
Intensitas UV rata-rata, μW/cm2 9688 VI.5 80
VI.6
UV loading, L/W 0.18 81
VI.7
Waktu paparan (tn), detik 21.08 82
Kedalaman saluran, m 0.73
Freeboard, m 0.4
Lebar saluran, m 0.14
Headloss (HL) di tengah bank, m 0.007 VI.19 86
VI.23
HL di hulu bank, m 0.0249 86
VI.15
Kecepatan air di hilir bank, m/det 0.37
Kecepatan air di tengah bank, m/det 0.36 VI.18
Kecepatan air di hulu bank, m 0.35 VI.22
HL di struktur efluen, m 0.025 87
VI.24
HL total, m 0.052
HL saat Q rata-rata, m 0.28 VI.25
HL saat Q puncak, m 0.32 VI.26
Ketinggian bendung influen, m 0.85 VI.27 88
42
Debit aliran pada unit desinfeksi diukur dengan parshall flume di hulu dan
hilir saluran. Unit desinfeksi terdiri dari empat buah saluran, dua bank, dan dua
buah modul dengan jumlah lampu UV sebanyak 162 buah. Dalam Davis (2010),
kriteria rancangan kecepatan aliran pada desinfeksi adalah 0.05 m/det–0.4 m/det
dengan waktu kontak 6-40 detik. Hasil rancangan telah sesuai dengan kriteria,
yaitu berkisar 0.3 m/det. Gambar hasil rancangan dapat dilihat pada Lampiran 9
nomor H 1/2–23 dan H 2/2–24.
Sludge Thickener
Sludge thickener merupakan unit pengumpul serta pengolah lumpur dari unit
sedimentasi primer dan bak aerasi pada BNR. Unit ini bertugas meningkatkan
konsentrasi padatan atau TSS dan menurunkan volume lumpur dengan
menghilangkan kandungan air di dalam lumpur. Tujuan dari penurunan volume
lumpur adalah meningkatkan efisiensi unit serta mengurangi biaya dalam proses
pengolahan lumpur selanjutnya. Unit pengental lumpur yang sering digunakan
dalam suatu IPAL antara lain, secara gravitasi, terapung, sentrifugal, drum
berputar, dan gravity belt (Turovskiy, 2006).
Unit thickening dirancang menggunakan proses gravitasi. Metode ini dipilih
karena biaya operasinya murah dan daya listrik juga relatif rendah. Lumpur yang
dihasilkan di unit ini dipompa ke unit pengolah lumpur selanjutnya, sedangkan
supernatan dari lumpur dikembalikan ke dalam proses biologis di BNR. Kriteria
perancangan unit sludge thickener ini disajikan pada Tabel 24 .Tabel 25
memaparkan karakteristik lumpur dalam unit sludge thickener.
Data awal dalam perancangan unit ini tersaji pada Tabel 28. Karakteristik
aliran lumpur dalam unit sludge thickener tergantung pada karakteristik aliran dari
unit sebelumnya. Jumlah lumpur dapat diprediksi dari kandungan TSS pada aliran
limbah awal (Burton 1991). Menurut Davis (2010), nilai solids loading adalah
1.6-4.8 kg/m3 hari dan nilai rancangan digunakan sebesar 2.39 kg/m3 hari.
Dimensi sludge digester diperoleh dari perhitungan berdiameter 10.6 m dan
kedalaman 4 m. Penampang berbentuk lingkaran memiliki kelebihan antara lain,
mampu menyimpan gas dengan volume besar, akumulasi grit besar, dan biaya
pengoperasian lebih rendah. Fasilitas pemanasan lumpur menghasilkan panas
sebesar 91000 kJ/jam dan gas metan sebesar 119.84 m3/hari. Hasil perhitungan
tersaji pada Tabel 29. Gambar hasil rancangan dilihat pada Lampiran 11 nomor J
1/3–27, J 2/3–28, dan J 3/3–29.
Tabel 29 Hasil perhitungan unit sludge digester
Parameter Nilai * Persamaan
VIII4
Total VS pada digester, kg/hari 1651.635 153
3 VIII5
Kapasitas digester, m 660.65
Kedalaman akumulasi grit, m 0.5
Kedalaman scum blanket, m 0.3
Kedalaman inactive cone, m 0.5
3
Volume lumpur digester, m 350.16 VIII15 154
VIII12
Diameter digester, m 10.6 113
2
Kedalaman vertikal, m 4 155
3
Volume digester aktif, m 691.1 156
Periode digestion, hari 19.5 157
3
Solids loading, kg VS/m hari 2.39 158
VIII24
BOD5 pada lumpur yang dikentalkan, kg/hari 3522
BOD di lumpur, kg/hari 5179.4 VIII25 159
VIII26
Produksi bakteri (Px), kg/hari 130.8 160
3 VIII27
Volume, m /hari 1385.2 161
Produksi gas, kg/hari 2098.3 VIII28 162
VIII30
TVS removal, kg/hari 859.9 163
3
Produksi gas TVS, m /hari 830 164
VIIIA4
Total massa digester, kg/hari 36703 165
3 VIIIA8
Volume lumpur di digester, m /hari 25.25 166
3 VIIIA10
Volume supernatan digester, m /hari 10.7 167
3
Volume penyimpanan gas, m /hari 1660 168
Rate dua buah mesin pemanas, kJ/jam 70000
3
Gas digester dibutuhkan untuk pemanasan, m /hari 119.84
* Nomor pada Lampiran 2 Contoh Perhitungan Unit IPAL
46
yaitu kematian populasi mikroba dalam jumlah besar akibat perubahan nutrisi dan
kondisi lingkungan hidupnya. Mikroorganisme yang sesuai dan efektif dalam
mendegradasi senyawa pencemar air limbah, terbentuk pada tahap ini.
Aklimatisasi dilakukan hingga diperoleh kestabilan nilai VSS (Volatile Suspended
Solids). VSS menggambarkan jumlah mikoorganisme dalam air limbah.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Barnard JL. 1998. The development of nutrient removal processes. Journal of the
Chartered Institution of Water and Environmental Management. 12(5): 117-
125 October.
Burton FL, Tchobanoglous, G. 1991. Advanced Wastewater Treatment.
Wastewater Engineering, Treatment, Disposal, and Reuse. Singapura (SG):
McGraw-Hill.
Corbitt RA. 1990. The Standard Handbook of Environmental Engineering. New
York (US): McGraw-Hill.
Davis ML. 2010. Water and Wastewater Engineering Design Principles and
Practice. New York (US): McGraw-Hill.
Droste RL. 1997. Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment. New
York (US): J Wiley.
Doraja PH, Maya S, ND Kuswytasari. 2012. Biodegradasi limbah domestik
dengan inokulum alami dari tangki septik. Jurnal Sains dan Seni. 1(1):115-
122.
[EPA] Environmental Protection Agency. 2003. Wastewater Technology Fact
Sheet: Screening and Greet Removal. Washington DC (US): EPA.
[EPA] Environmental Protection Agency. 2007. Biological Nutrient Removal
Processes and Costs. Washington DC (US): EPA.
Grady JR, CP Leslie, Glen TD, Henry CL. 1999. Biological Wastewater
Treatment. New York (US): Marcel Dekker, Inc.
Grote B. 2010. Biological nutrient removal (BNR) technology in new and
upgraded WWTP‘s. 35th Annual Qld Water Industry Operations Workshop
Community Sports Centre; 22 to 24 Juni 2010; CQ University, Rockhampton
(AU): TAFE Australia.
Gubernur DKI. 2005. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 582 tahun 2005
tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air Serta
Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta. Jakarta (ID): Sekretariat
Daerah.
Horan NJ. 1990. Biological Wastewater Treatment System, Treatment and
Operation. New York (US): J Wiley.
Lawrence KW, Hung YT, Shammas NK. 2005. Handbook of Environmental
Engineering , Volume 3: Physicochemical Treatment Processes. New York
(US): The Humana Press.
Mehandjiyska L . 1995. Microbiological analysis of activated sludge in municipal
wastewater treatment plant at ―kremikovtzi‖ holding. Journal of Culture
Collections. 1(95):18-22
Menteri Lingkungan Hidup. 2010. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 03 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan
Industri. Jakarta (ID): Sekretariat Kementerian Lingkungan Hidup.
Muttamara S, Puetpaibon U. 1996. Nitrogen removal in baffled waste stabilization
ponds. Water Science and Technology. 33(7):173–181.
Nurhayati, Lidia K. 2011. Perencanaan fasilitas penyaring sampah unit produksi
instalasi pengolahan air minum PT Tirta Cisadane Serpong. Jurnal Ilmiah
Fakultas Teknik LIMIT’S. 7(1):25-30.
50
Qasim SR. 2000. Wastewater Treatment Plants: Planning, Design, and Operation.
Singapura (US): Technomic Publishing Company.
Reynolds TD, Paul AR. 1996. Unit Operations and Processes in Environmental
Engineering. Boston (US): PWS Publishing Company.
Siregar SA. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Spellman FR. 2009. Handbook of Water and Wastewater Treatment Plant
Operation (Second Edition) New York (US): CRC Press.
Shun DL . 2007. Wastewater Engineering. Illinois (US): Illinois State Water
Survey.
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta (ID): UI Pr.
Sutapa IDA. 1999. Lumpur aktif: alternatif pengolah limbah cair. Jurnal Studi
Pembangunan, Kemasyarakatan dan Lingkungan, No 3, p. 25-38.
Tchobanoglous G, Franklin LB, H David S. 2003. Wastewater Engineering
Treatment and Reuse (Forth Edition). Singapura (SG): McGraw-Hill
Companies Inc.
Turovskiy IS, PK Mathai. 2006. Wastewater Sludge Processing. New Jersey
(US): J Wiley.
[WEF] Water Environment Federation. 2005. BNR Operation in Wastewater
Treatment Plant, Manual Practices No 29. Alexandria (US): McGraw-Hill.
[WEF] Water Environment Federation. 2005. Clarifier Design, Manual Practices
No FD-8. Alexandria (US): McGraw-Hill.
51
LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram alir perhitungan unit BNR
52
3. Limpasan permukaan
𝑚3 𝑑𝑒𝑡
𝑑𝑒𝑡
0.0785
𝑎𝑟𝑖
× 86400 𝑚3
a) Limpasan ketika kedua chamber beroperasi = = 462.85 2
14 𝑚 2 𝑚 𝑎𝑟𝑖
b) Limpasan ketika hanya satu chamber beroperasi = 2 × 462.85 m3/m2-hari = 925.71
m3/m2-hari
4. Struktur influen
Headloss yang terjadi di influent structure
𝑚3
0.157 𝑑𝑒𝑡 𝑚
𝑣1 = = 0.14
0.5 𝑚 × 2.1 𝑚 𝑑𝑒𝑡
𝑚3
0.157 𝑑𝑒𝑡 𝑚
𝑣2 = = 0.037
2𝑚 ×2𝑚 3
𝑑𝑒𝑡
2𝑚 𝑚3
𝑣2 2
𝑣1 2 0.037 𝑠
0.142 𝑠
−4
− = 𝑚 − 𝑚 = −9.68 × 10 𝑚
2𝑔 2𝑔 2 × 9.81 𝑑𝑒𝑡 2 2 × 9.81 𝑑𝑒𝑡 2
2
𝑚3
0.157
𝑑𝑒𝑡
∆ 𝐻 = −9.68 × 10−4 𝑚 + = 0.048 𝑚
𝑚
0.61 × 0.5 𝑚 × 0.5 𝑚 × 2 × 9.81 𝑑𝑒𝑡 2
5. Struktur efluen
Head di sekat ukur saat kedua chamber beroperasi
L‘ = L = 0.1 n H = 1.5m – 0.1 H
2/3
𝑚3 3
0.0785 𝑑𝑒𝑡 × 2
𝐻= = 0.093 𝑚
𝑚
0.6 1.5 − 0.1 𝐻 × 2 × 9.81 𝑑𝑒𝑡 2
L‘ = 1.5 m – (0.1 × 0.093 m) = 1.49 m
Ketinggian air di atas sekat ukur = 2 m – 0.093 m = 1.91 m
Head di sekat ukur saat hanya satu chamber beroperasi
L‘ = L = 0.1 n H = 1.5 m – 0.1 H
2/3
𝑚3 3
0.157 𝑑𝑒𝑡 × 2
𝐻= = 0.147 𝑚
𝑚
0.6 1.5 − 0.1 𝐻 × 2 × 9.81 𝑑𝑒𝑡 2
L‘ = 1.5 m – (0.1 × 0.147 m) = 1.485 m
Kedalaman air saat debit puncak ketika hanya satu chamber beroperasi
Kedalaman air = Ketinggian air di atas sekat ukur + head di atas sekat ukur
= 1.91 m + 0.147 m = 2.05 m
𝑚3
0.157 𝑑𝑒𝑡 𝑚
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑎𝑚𝑏𝑒𝑟 = = 0.0375
2 𝑚 × 2 𝑚𝑚 𝑑𝑒𝑡
1.9 × 0.03752 0.5
𝑑𝑒𝑡
𝐿 = 𝑚 × = 0.0018 𝑚
2 × 9.81 2 1
𝑑𝑒𝑡
𝑚3
0.078 ×86400 𝑑𝑒𝑡 /𝑎𝑟𝑖
h) Limpasan saat debit puncak = 𝑑𝑒𝑡
3.98 𝑚 ×15.92 𝑚
= 106.36 𝑚3 /𝑚2 𝑎𝑟𝑖
i) Volume rata-rata basin = 3.98 m × 15.92 m × 3 m = 190.08 m3
190.08 𝑚 3
j) Waktu detensi saat debit rata-rata = 0.022 𝑚 3 / det ×3600 𝑑𝑒𝑡 /𝑗𝑎𝑚 = 2.4 𝑗𝑎𝑚
190.08 𝑚 3
k) Waktu detensi saat debit puncak = 0.078 𝑚 3 / det ×3600 𝑑𝑒𝑡 /𝑗𝑎𝑚 = 0.68 𝑗𝑎𝑚
2. Struktur influen
Dimensi saluran influen direncanakan 1 m × 1 m
0.078 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡
a) Debit yang melalui tiap saluran = 2
= 0.039 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
0.039 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡
b) Kecepatan aliran yang melalui saluran saat debit puncak = 1 𝑚 ×1 𝑚
=
0.039 𝑚/𝑑𝑒𝑡
2
0.078 𝑚 3 /8
c) Headloss pada orifice = = 0.0015 𝑚
0.5 𝑚× 0.34 𝑚 2 × 2×9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2
3. Struktur efluen
a) Aliran debit puncak tiap basin = 0.078 m3/det × 86400 det/hari = 6739.2 m3/hari
6739 .2 𝑚 3 /𝑎𝑟𝑖
b) Panjang weir = 372 𝑚 3
= 18.12 𝑚
𝑚 𝑎𝑟𝑖
c) Panjang weir total = (2*(3.18 m+2.6 m))+(2*(2.38 m+1.80 m))-1 = 18.92 m
6739 .2 𝑚 3 /𝑎𝑟𝑖 𝑚3
d) Weir loading aktual = = 356.26 𝑚.𝑎𝑟𝑖
18.92 𝑚
e) Jumlah v-notch = 5 × 18.92 m = 95
= (2 × 15 + 2 × 11) + (2 × 13 + 2 × 9) -2 = 94
f) Debit rata-rata per v-notch saat aliran rata-rata
m3
0.022
det 𝑚3
= 94
= 0.000234 det 𝑝𝑒𝑟
𝑛𝑜𝑡𝑐
2/5
𝑚3
0.000234
det 𝑝𝑒𝑟 𝑛𝑜𝑡𝑐
Head di weir = 8 = 0.0253 𝑚 = 2.5 𝑐𝑚
×0.6× 2×9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 ×tan 45
15
Debit rata-rata per v-notch saat aliran puncak
m3
0.078
det 𝑚3
= = 0.0008299 det 𝑝𝑒𝑟
94 𝑛𝑜𝑡𝑐
2/5
𝑚3
0.0008299
det 𝑝𝑒𝑟 𝑛𝑜𝑡𝑐
Head di weir = 8 = 0.04199 𝑚 = 4.1 𝑐𝑚
×0.6× 2×9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 ×tan 45
15
4. Kuantitas lumpur
a) Jumlah padatan yang diproduksi per hari
= 313 mg/l × 0.62 × 0.022 m3/det × 86400 det/hari ×(1/1000) = 369.16 kg/hari
b) Jumlah padatan pada kedua basin = 2 × 369.16 kg/hari = 738.33 kg/hari
c) Volume lumpur (specific gravity = 1.03 ; persen padatan = 4.5)
369.16 𝑘𝑔 /𝑎𝑟𝑖 𝑚3
= 1 = 0.00553 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑛
1.03 × ×0.045 ×100 3 ×1440 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
1000
𝑚3
0.00553
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
×18 𝑚3
d) Kapasitas pompa rencana = 1.5
= 0.06636 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑛
𝑚3
0.06636 ×1.5
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
e) Cycle interval untuk dua basin = 𝑚3
=9 menit per cycle
0.00553 ×2
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
5. Kualitas efluen dari basin Sedimentasi Primer
a) Aliran influen menuju basin = 0.044 m3/det × 86400 det/hari = 3801.6 m3/hari
𝑚𝑔
313 ×3801 .6 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡
𝐿
b) TSS yang sampai basin = 1000
= 1191 𝑘𝑔/𝑎𝑟𝑖
c) TSS pada lumpur primer = 1191 kg/hari × 0.62 = 738.3 kg/hari
738 .3 𝑘𝑔 /𝑎𝑟𝑖
d) Volume lumpur primer = 0.045 ×1030 = 15.93 𝑚3 /𝑎𝑟𝑖
6. Scum kuantitas
8
×3801 .6𝑚 3 /𝑎𝑟𝑖
= 1000 = 0.032 m3/hari
950
56
78 𝑘𝑔
c) Peningkatan TSS oleh hujan Al(OH)3 = 31 × 24.33 𝑎𝑟𝑖 × 2.5 − 1 =
91.80 𝑘𝑔/𝑎𝑟𝑖
d) Total peningkatan TSS oleh hujan = 21.19 kg/hari + 91.82 kg/hari = 112.99
kg/hari
e) Total TSS = 1737.76 kg/hari + 113.01 = 1850.37 kg/hari
24.33 𝑘𝑔 /𝑎𝑟𝑖
f) Jumlah total Al3+ teraplikasi = 31
× 2.5 × 27 = 52.96 𝑘𝑔/𝑎𝑟𝑖
52.97 𝑘𝑔 /𝑎𝑟𝑖 ×342
g) Volume cairan alum = 2×27×0.25×1300 = 1.03𝑚3 /𝑎𝑟𝑖
h) Volume total WAS setelah hujan = 463.40 m3/hari × 1.03 m3/hari = 464.33
m3/hari
𝑘𝑔
1737 .76 ×0.65×1.42×0.68
𝑎𝑟𝑖
i) Fraksi terbiodegradasi = 𝑘𝑔 = 0.61
1850 .77 ×1.42×0.68
𝑎𝑟𝑖
1 𝑘𝑔 𝑘𝑔
j) Fraksi organik = 1850 .77 𝑘𝑔 /𝑎𝑟𝑖 × 0.8 × 1737.76 𝑎𝑟 𝑖 + 0 × 113.01 𝑎𝑟𝑖 =
0.75
D. a) TSS pada lumpur tercampur = 1850.37 kg/hari + 2634 kg/hari = 4484.84 kg/hari
b) Total volume lumpur = 57 m3/hari + 464.33 m3/hari = 521.17 m3/hari
4484 .84 𝑘𝑔 /𝑎𝑟𝑖
c) Area thickener = 46.9
= 95.63 𝑚2
d) Volume air pengencer = (9.8×95.63 m2)-521.17 m3/hari = 415.96 m3/hari
𝑘𝑔 𝑚3
379 ×415 .96
𝑎𝑟𝑖 𝑎𝑟𝑖
e) BOD5 dan TSS pada air pengencer = 𝑚3
= 11.67 𝑘𝑔/𝑎𝑟𝑖
13507 .87
𝑎𝑟𝑖
f) BOD5 pada aliran menuju Sludge Thickener = 3050 kg/hari + 1092.41 kg/hari +
11.67 kg/hari = 4153.68 kg/hari
g) TSS pada aliran menuju Sludge Thickener = 4484.84 kg/hari + 11.67 kg/hari =
4496.51 kg/hari
4153 .68 𝑘𝑔 /𝑎𝑟𝑖
h) Fraksi terbiodegradasi pada TSS = 𝑘𝑔 = 0.96
4496 .51 ×1.42×0.68
𝑎𝑟𝑖
1 𝑘𝑔 𝑘𝑔
i) Fraksi organik = 𝑘𝑔 × 0.74 × 738 𝑎𝑟𝑖 + 0.75 × 1850.77 +
2590 .8 𝑎𝑟𝑖
𝑎𝑟 𝑖
0.8×1.70𝑘𝑔𝑎𝑟𝑖=0.74
E. a) TSS yang terkandung pada lumpur yang dikentalkan
𝑘𝑔 𝑘𝑔
= 0.85 × 2590.8 𝑎𝑟𝑖 = 3822.04 𝑎𝑟𝑖
2202 .18 𝑘𝑔 /𝑎𝑟𝑖
b) Volume lumpur = = 61.86 𝑚3 /𝑎𝑟𝑖
0.06×1030
𝑘𝑔 𝑘𝑔
c) Kandungan BOD5 pada lumpur = 0.85 × 4143.94 𝑎𝑟𝑖 = 3530.62 𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑘𝑔
d) Org-N = 0.85 × 169.61 + 246 = 353.40 𝑘𝑔/𝑎𝑟𝑖
𝑎𝑟𝑖 𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔
e) NPP = 63 𝑎𝑟𝑖 × 0.85 = 53.25 𝑘𝑔/𝑎𝑟𝑖
f) Diasumsikan PP tertangkap 100 %, sehingga PP = 24.33 kg/hari
g) TP = 53.25 kg/hari + 24.33 kg/hari = 77.58 kg/hari
35.63 𝑚 3 /𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑔
h) NH4+-N = 4.3 × 9.8×55.2 𝑚 2 = 0.28 𝑎𝑟𝑖
i) NO3--N = 0 kg/hari
j) TN = 366 kg/hari + 0.28 kg/hari + 0 kg/hari = 366.3 kg/hari
k) Fraksi terbiodegradasi = 0.96
l) Fraksi organik (TVSS/TSS) = 0.74
F. Kondisi aliran dari Sludge Digester :
Asumsi : stabilisasi BOD5 = 60 %
penghancuran VSS = 52 %
konversi dari Org-N ke NH4+-N = 15 %
konversi dari Org-N ke Org-N terlarut = 10 %
konversi dari NPP ke P terlarut = 30 %
PP tertangkap = 100 %
Konsentrasi padatan pada lumpur = 5 %
specific gravity lumpur = 1.03
58
𝑘𝑔 10.30 𝑚 3 /𝑎𝑟𝑖
e) NH4+-N = 353.44 × 0.15 + 0.28 𝑘𝑔/𝑎𝑟𝑖 × =
𝑎𝑟𝑖 35.63 𝑚 3 /𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔
223.51 𝑎𝑟𝑖
f) NO3—N = 0 kg/hari
g) TN = 265.63 kg/hari + 223.51 kg/hari + 0 kg/hari = 489.14 kg/hari
59
𝑘𝑔 41.21 𝑘𝑔 /𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑔
h) NPP = 53.25 𝑎𝑟 𝑖 × 1 − 0.3 × 1345 .61 𝑘𝑔 /𝑎𝑟𝑖 + 53.25 𝑎𝑟𝑖 × 0.3 ×
10.30𝑚3𝑎𝑟𝑖35.63𝑚3𝑎𝑟𝑖=83.52 𝑘𝑔/𝑎𝑟𝑖
375 .22 𝑚 3
h) Luas permukaan = 7.7 𝑚
= 48.73 𝑚2
i) Panjang = lebar = 48.73 𝑚2 = 6.98 𝑚 ≈ 7 m
j) Freeboard = 0.2 m
k) Volume total menjadi = 7 m × 7 m × 7.7 m × 3= 1131.9 m3
3000 0.298
l) Daya pengaduk = 0.00094 × 1.00870.3 × 0.8
× 377.3𝑚3 =
4.13 𝑘𝑊
B. Zona anoksik :
µmax, DN = 0.2 per hari
θT, DN = 1.1
DOmax, DN = 0.1 mg/l
0.2 𝑚𝑔 𝑚𝑔 0.45
a) µ‘max, DN = 𝑎𝑟𝑖 × 1.1 29.6−20 × 1 𝐿 − 0.1 𝐿 = 𝑎𝑟𝑖
Kd DN = 0.02 per hari
1
b) SRT minimal (θc DN min) = 0.29 0.03 = 2.33 𝑎𝑟𝑖
−
𝑎𝑟𝑖 𝑎𝑟𝑖
c) θc DN dibutuhkan = 1.5 × 2.33 𝑎𝑟𝑖 = 3.49 𝑎𝑟𝑖 rancangan digunakan =4 hari
Y DN = 0.5 gram VSS per Gram NO3—N
0.5 𝑔
d) Yobs DN = 0.03 = 0.463 g VSS/ g NO3—N
1+ ×6 𝑎𝑟𝑖
𝑎𝑟𝑖
e) Peningkatan konsentrasi biomassa total selama stabilisasi BOD5= 0.308 × (383-
3.7)= 117.01 mg VSS/ L
f) Nitrogen organik tetap dalam biomassa = 0.122 × 116.7 mg VSS/L = 14.27 mg
Org-N/L
g) Px DN = 0.424 g VSS/g NO3—N × (123 mg/l-14.24 mg Org N/l-8 mg/l-1 mg/l) =
46.17 mg VSS/l
24 𝑗𝑎𝑚 ×6×46.17 𝑚𝑔 /𝑙
h) HRT zona anoksik yang dibutuhkan = 0.5×3000 𝑚𝑔 /𝑙
= 2.95 𝑗𝑎𝑚
i) HRT rancangan = 3 jam
3 𝑗𝑎𝑚 ×13508 𝑚 3 /𝑎𝑟𝑖
j) Volume bak anoksik = = 1688.48𝑚3
24 𝑗𝑎𝑚
k) Dirancang sebanyak tiga reaktor atau bak anaerobik, volume masing-masing
1688 .48 𝑚 3
=
3
= 562.83 𝑚3
l) Kedalaman air = 11.5 m
562 .83 𝑚 3
m) Luas permukaan = = 49 𝑚2
11.5 𝑚
n) Panjang = lebar = 49 𝑚2
= 6.99 𝑚 ≈ 7 m
o) Freeboard = 0.2 m
p) Volume total menjadi = 7 m × 7 m × 11.5 m × 3= 1690.5 m3
3000 0.298
q) Daya pengaduk = 0.00094 × 1.00870.3 × 0.8
× 563.5 𝑚3 =
6.17 𝑘𝑊
C. Zona aerobik :
µmax N = 0.47/hari
T = 29.6 C̊
Kdo N = 1 mg/l
DOmin N = 2 mg/l
pH min N = 7.2
0.47 2 𝑚𝑔 /𝑙
a) µ‘ max N = 𝑎𝑟𝑖 × 𝑒 0.098 29.6−15
× 𝑚𝑔 𝑚𝑔 × 1 − 0.833 × 7.2 − 7.2 =
1 +2
𝐿 𝐿
1.3/𝑎𝑟𝑖
Kd N = 0.05/hari
1
b) θc N min = 1.3 0.05 = 0.79 𝑎𝑟𝑖
−
𝑎𝑟𝑖 𝑎𝑟𝑖
F proses N = 1.5
F kinetik N = 2
c) θc N dibutuhkan = 0.79 hari × 1.5 × 2 = 2.38 hari
61
θc N rancangan = 2 hari
YN = 0.2 g VSS/g NH4+-N
1.3
𝑎𝑟𝑖 6.6
d) K ‗ = =
0.2 𝑎𝑟𝑖
1
+0.05/𝑎𝑟𝑖
2 𝑎𝑟 𝑖
e) UN = 0.2
= 2.75/𝑎𝑟𝑖
0.051 ×35 −1.158
f) KN = 10 =4.2
2.75
×4.2 𝑚𝑔
𝑎𝑟𝑖
+
g) NH4 -N = 6.6 2.75 = 3.06 𝐿
−
𝑎𝑟𝑖 𝑎𝑟𝑖
𝑚𝑔
h) BOD5 untuk denitrifikasi = 0.68 × 3.7 × 123 − 8.4 − 8 − 1 =
𝐿
265.69 𝑚𝑔/𝐿
i) Rasio return flow = 0.6 ; Rasio recycled flow = 12
j) DO max N = 3 mg/l ; DO max DN = 0.1 mg/l
k) BOD5 untuk deoksigenasi = 0.68 × 1.3 × 12 + 0.6 × 3 𝑚𝑔/𝑙 −
1+12+0.6×0.1 𝑚𝑔/𝑙 = 32.21 mg/l
l) Y BOD5 = 0.4 g VSS
m) Kd BOD5 = 0.03/hari
0.4 𝑔 𝑉𝑆𝑆
n) Y obs BOD5 = 0.03 = 0.38 𝑔 𝑉𝑆𝑆/𝑔 𝐵𝑂𝐷5
1+( ×2𝑎𝑟𝑖 )
𝑎𝑟𝑖
𝑚𝑔 𝑚𝑔 𝑚𝑔 𝑚𝑔
o) Px BOD5= 0.38 𝑔 × 383 𝐿 − 0 − 265.69 − 32.21 − 3.7 =
𝐿 𝐿 𝐿
31.08 𝑚𝑔 /𝐿
0.2
p) Y obs N = 0.05 = 0.18 𝑔
1+( ×2𝑎𝑟𝑖 )
𝑎𝑟𝑖
𝑚𝑔 𝑚𝑔
q) Px N = 0.18 𝑔 × 123 𝐿 − 0.122 × 30.71 𝐿 − 1 = 21.5 𝑚𝑔 𝑉𝑆𝑆/𝐿
r) Px TVSS = 42.27 mg VSS/L + 30.71 mg VSS/L + 21.50 mg VSS/L = 98.75 mg
VSS/L
s) Peningkatan TVSS saat heterotrop = 42.27 mg VSS/L + 30.71 mg VSS/L = 77.25
mg VSS/L
72.98 𝑚𝑔 /𝐿
t) Fraksi heterotrop dalam kultur campuran = = 0.78
94.48 𝑚𝑔 /𝐿
21.50 𝑚𝑔 /𝐿
u) Fraksi autotrop dalam kultur campuran = 94.48 𝑚𝑔 /𝐿 = 0.22
24𝑗𝑎𝑚 ×2×30.71 𝑚𝑔 /𝐿
v) θ aerobik dibutuhkan = = 0.64 𝑗𝑎𝑚
0.77×3000 𝑚𝑔 /𝐿
24𝑗𝑎𝑚 ×2×21.5 𝑚𝑔 /𝐿
w) θ anoksik dibutuhkan = = 1.58 𝑗𝑎𝑚
0.77×3000 𝑚𝑔 /𝐿
x) Rancangan θ aerobik = 2 jam
2 𝑗𝑎𝑚 ×13508 𝑚 3 /𝑎𝑟𝑖
y) Volume bak aerobik = = 1125.66𝑚3
24 𝑗𝑎𝑚 /𝑎𝑟𝑖
z) Kedalaman air = 6 m
1125 .66 𝑚 3
aa) Luas permukaan = 6𝑚
= 187.61 𝑚2
187 .61 𝑚 2
bb) Panjang = 2
= 9.7 𝑚 ≈10 m ; Lebar = 20 m
cc) Freeboard = 0.2 m
dd) Volume total bak aerobik menjadi = 10 m × 20 m × 6 m × 1 = 1200 m3
1200 𝑚 3 𝑗𝑎𝑚
ee) Periode aerasi actual sesuai nilai debit = × 24 𝑎𝑟𝑖 = 2.13 𝑗𝑎𝑚
13508 𝑚 3 /𝑎𝑟𝑖
D. Kuantitas Waste Activated Sludge (WAS) :
𝑉𝑆𝑆 13508 𝑚 3
a) Peningkatan kuantitas total MLVSS = 98.75𝑚𝑔 𝐿 × 𝑎𝑟𝑖 × 10−3 =
1333.84 𝑘𝑔 𝑇𝑉𝑆𝑆/𝑎𝑟𝑖
1333 .84 𝑘𝑔 𝑇𝑉𝑆𝑆 /𝑎𝑟𝑖
b) Peningkatan kuantitas total MLSS = 0.8
= 1667.31 𝑘𝑔 𝑇𝑆𝑆/𝑎𝑟𝑖
𝑇𝑆𝑆
1667 .31𝑘𝑔 −(13508 𝑚 3 /𝑎𝑟𝑖 ×10 −3 )
c) Debit WAS = 𝑎𝑟𝑖
3.74
= 442.19 𝑚3 /𝑎𝑟𝑖
d) Aliran efluen = 13508 m /hari – 442.19 m /hari = 13065 m3/hari
3 3
62
3000 𝑚𝑔
𝑚3
e) TSS total = 442.19 𝑎𝑟𝑖 × 𝐿
0.68
× 10−3 = 1658.22 𝑘𝑔𝑇𝑆𝑆/𝑎𝑟𝑖
𝑚3 𝑚3
13508 −442 .19 ×10
𝑎𝑟𝑖 𝑎𝑟𝑖
f) TSS dalam efluen = = 130.66𝑘𝑔/𝑎𝑟𝑖
1000
1658 .22𝑘𝑔
g) BOD5 pada WAS = 𝑎𝑟𝑖
× 0.65 × 1.42 × 0.68 = 1040.77𝑘𝑔/𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔
h) Org-N pada WAS = 1658.22 𝑎𝑟𝑖 × 0.8 × 0.122 = 161.84 𝑘𝑔/𝑎𝑟𝑖
𝑚3
i) NH4+-N pada WAS = 442.19 𝑎𝑟𝑖 × 1 × 10−3 = 0.44 𝑘𝑔/𝑎𝑟𝑖
𝑚3
j) NO3—N pada WAS = 442.19 𝑎𝑟𝑖 × 8 × 10−3 = 3.54 𝑘𝑔/𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑘𝑔 𝑘𝑔
k) TN pada WAS = 161.84 𝑎𝑟𝑖 × 0.44 𝑎𝑟𝑖 × 3.54 𝑎𝑟𝑖 = 165.82 𝑘𝑔/𝑎𝑟𝑖
𝑚3 𝑚𝑔 𝑚3 𝑚𝑔
l) Org-P pada WAS = 13508 𝑎𝑟𝑖 × 7 𝐿
− 13065 𝑎𝑟𝑖 × 1 𝐿
× 10−3 =
80.99 𝑘𝑔/𝑎𝑟𝑖
80.99 𝑘𝑔 /𝑎𝑟𝑖
m) Konten Org-P pada WAS = 𝑘𝑔 × 100 = 6.11 % dari TVSS
1658 .22 ×0.8
𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑘𝑔
n) PO4 –P dilepaskan saat P stripper = 81.22 𝑎𝑟𝑖 − 0.023 × 1590.83 ×
𝑎𝑟𝑖
0.8=50.48𝑘𝑔PO4 –P/hari
𝑘𝑔
50.48 ×2.5×27
𝑎𝑟𝑖
o) Jumlah Al3+ yang dibutuhkan = = 109.92 𝑘𝑔Al3+/hari
31
𝑘𝑔
113 .12 ×342
𝑎𝑟𝑖
p) Volume cairan alum yang dibutuhkan = 2×27×0.25×1300 = 2.14 𝑚3 /𝑎𝑟𝑖
q) Kapasitas sistem penambahan alum rancangan = 1.5 × 2.14 𝑚3 /𝑎𝑟𝑖=3 m3/hari
r) Volume total dari P-stripped WAS = 442.19 m3/hari + 2.14 m3/hari = 444.33
m3/hari
s) Kuantitas PO4-P tetap pada AlPO4= 50.48 kg/hari
27 𝑘𝑔
t) Peningkatan TSS disebabkan oleh hujan AlPO4= 31 × 50.48 𝑎𝑟𝑖 = 43.97 𝑘𝑔/
𝑎𝑟𝑖
u) Peningkatan TSS disebabkan oleh hujan Al(OH)3
78 𝑘𝑔
= 31 × 50.48 𝑎𝑟𝑖 × 2.5 − 1 = 190.53 𝑘𝑔/𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑘𝑔
v) Total peningkatan TSS setelah P-stripping = 43.97 𝑎𝑟𝑖 + 190.53 𝑎𝑟𝑖 =
𝑘𝑔
234.50 𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑘𝑔
w) Kuantitas total TSS setelah P-stripping = 1658.22 𝑎𝑟𝑖 + 234.50 𝑎𝑟𝑖 =
𝑘𝑔
1892.72
𝑎𝑟𝑖
E. Estimasi return sludge dan internal recycle rates
𝑚3 𝑚3 1 𝑚3
a) Qr = 0.6 × 13508 = 8105 × = 0.094
𝑎𝑟𝑖 𝑎𝑟𝑖 86400 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚𝑔 𝑚3
b) NO3-N yang hilang setelah denitrifikasi = 123 × 13508 × 10−3 −
𝐿 𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑚3
159.08 𝑎𝑟𝑖 − 10 × 13124.78 × 10−3 = 1364.99 kg NO3 terdenitrifikasi
𝑎𝑟𝑖
per hari
𝑘𝑔 𝑚3
1376 .20 − 8129 .4 ×0.008
𝑎𝑟𝑖 𝑎𝑟𝑖
c) Q recycle = 0.008
= 162518.93 m3/hari = 1.88 m3/detik
162518 .93 𝑚 3 /𝑎𝑟𝑖
d) Q recycle / Q = 13508 𝑚 3 /𝑎𝑟𝑖
= 12
e) Qr /Q + Qrecycle/Q = 12.6
F. F/M rasio dan organic loading serta Alkaliniti tersisa
𝑚𝑔
24 ×383 ×1000
𝐿
a) F/M = 1.5 𝑗𝑎𝑚 +5 𝑗𝑎𝑚 +2 𝑗𝑎𝑚 ×3000 ×1000
= 0.44 𝑘𝑔 BOD5/kg VSS.hari
𝑚𝑔
24×383
𝐿
b) Organic loading rate = = 1.32 𝑘𝑔BOD5/m3 hari
1.5 𝑗𝑎𝑚 +5 𝑗𝑎𝑚 +2 𝑗𝑎𝑚 ×1000
63
𝑚𝑔
c) Pemulihan alkalinitas oleh denitrifikasi = 3.57 × 123 𝐿
− 0.122 ×
94.48 𝑚𝑔𝑉𝑆𝑆𝐿−8−1=363.97 𝑚𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3/L
𝑚𝑔
d) Alkalinitas yang dihancurkan oleh nitrifikasi = 7.14 × 123 𝐿
− 0.122 ×
94.48 𝑚𝑔𝑉𝑆𝑆𝐿−1=785.06 𝑚𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3/L
e) Total alkalinitas pada influen = 500 mg/l
f) Alkalinitas tersisa pada efluen = 500 mg/l + 365.83 mg/l – 785.06 mg/l = 78.91
mg/l
G. Kebutuhan Oksigen, suplai udara dan rancangan sistem suplai udara
383 𝑚𝑔 /𝐿 3.7 𝑚𝑔 /𝐿
a) Kebutuhan oksigen untuk menghilangkan CBOD L = 0.68 − 0.68 −
𝑉𝑆𝑆
94.48 𝑚𝑔 265 .69𝑚𝑔 /𝐿 𝑚𝑔
𝐿
0.65 × 0.8
× 1.42 − 0.68
+ 1.3 × 12.6 × 2 𝐿
−
13.6×0.1𝑚𝑔𝐿=85.57𝑚𝑔 O2/L
𝑚𝑔
b) Kebutuhan oksigen untuk menghilangkan NBOD L = 4.57 × 123 −1−
𝐿
0.122×94.48 𝑚𝑔𝑉𝑆𝑆𝐿=502.5 mg O2/L
𝑚𝑔 𝑚𝑔 𝑚𝑔
c) Total kebutuhan oksigen secara teoritis = 89.03 + 504.9 = 588.06
𝐿 𝐿 𝐿
𝑚𝑔 𝑚3
d) Total kuantitas kebutuhan oksigen secara teoritis = 588.06 𝐿 × 13508 𝑎𝑟𝑖 ×
0.001 = 7943.43 𝑘𝑔O2/hari
7943 .43 𝑘𝑔 𝑂2 /𝑎𝑟𝑖
e) SOR = 7.64×0.9×1.17−2 29.5−20
= 12858.42 m3 O2/hari
×0.75×1.024
9.15
12858 .42𝑚 3 /𝑎𝑟𝑖
f) Asupan udara yang dibutuhkan = 1.201 ×0.232 ×0.08 = 576855.10 𝑚3 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎/𝑎𝑟𝑖
g) Rancangan total udara = 1.5 × 576855.10 m3 udara/hari = 865282.7 m3/hari
h) Untuk 1 bak = 600.89 m3/menit
i) Volume suplai udara per kg BOD5 yang dihilangkan =
865282 .7 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚𝑔 𝑚𝑔 𝑚𝑔 = 559.03 m3 udara/ kg
383 −265 .69 −3.7 ×13549 𝑚 3 /𝑎𝑟𝑖 ×0.001
𝐿 𝐿 𝐿
865282 .7 𝑚 3 /𝑎𝑟𝑖
j) Volume suplai udara per m3 limbah yang diolah = = 64.06 m3
13508 𝑚 3 /𝑎𝑟𝑖
udara/ m3air limbah yang diolah
865282 .7 𝑚 3 /𝑎𝑟𝑖
k) Volume suplai udara per m3 volume zona aerobik = = 721.07 m3
1200 𝑚 3
udara/ hari per m3 zona aerobik
H. Struktur influen, baffle walls, dan efluen weir di bak anaerobik
a) Rata-rata rancangan aliran ke BNR = 13508 m3/hari = 0.1563 m3/detik
b) Rata-rata aliran kembali = 0.6 × 0.1563 m3/detik = 0.093 m3/detik
c) Aliran pada kondisi di bawah rata-rata debit rancangan = 0.11m3/detik
d) Aliran pada kondisi di bawah debit puncak = 0.14
e) Dirancang dimensi saluran influen, lebar 1 m, kedalaman 1.5 m dan terdapat 16
port
0.11 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
f) Debit influen setiap port saat aliran rata-rata = 16
= 0.0068 m3/detik
0.14 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
g) Debit influen setiap port saat aliran puncak = = 0.0088 m3/detik
16
h) Ukuran tiap port = 10 cm × 10 cm ; Cd = 0.61
2
0.0068 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
i) ∆z rata-rata = = 0.065 𝑚
0.61× 10 𝑐𝑚 ×0.01 × 10 𝑐𝑚 ×0.01 × 2×9.81
2
0.0088 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
j) ∆z puncak = = 0.11 𝑚
0.61× 10 𝑐𝑚 ×0.01 × 10 𝑐𝑚 ×0.01 × 2×9.81
k) Terdapat 2 dinding baffle, setiap dinding 53 orifice, diameter orifice = 5 cm
2
0.11 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
l) ∆z rata-rata = 3.14 = 0.15 m
0.61× × 5𝑐𝑚×0.01 2 ×53× 2×9.81
4
64
2
0.14 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
m) ∆z puncak = 3.14 = 0.25 m
0.61× × 5𝑐𝑚 ×0.01 2 ×53× 2×9.81
4
2/3
0.11 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
n) H rata-rata = 2 = 0.042 𝑚
×0.61×5.5 𝑚× 2×9.81
3
2/3
0.14 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
o) H puncak = 2 = 0.049 𝑚
×0.61×5.5 𝑚× 2×9.81
3
I. Struktur influen, baffle walls dan efluen weir di bak anoksik
𝑚3 𝑚3 𝑚3
a) Aliran kondisi rata-rata = 0.047 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 + 0.093 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 + 12𝑥 0.047 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 0.707
m3/detik
𝑚3 𝑚3
b) Aliran debit puncak = 0.11 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 + 12 𝑥 0.1563 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 1.99 m3/detik
c) Dimensi saluran influen, lebar = 1 m , kedalaman = 3 m
d) Terdapat 16 port dengan ukuran 20 cm × 20 cm ; Cd = 0.61
2
𝑚3
0.707 /16
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
e) ∆z rata-rata = = 0.167 𝑚
0.61× 20 𝑐𝑚 ×0.01 × 20 𝑐𝑚 ×0.01 × 2×9.81
2
𝑚3
1.99 /16
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
f) ∆z puncak = = 1.32 𝑚
0.61× 20 𝑐𝑚 ×0.01 × 20 𝑐𝑚 ×0.01 × 2×9.81
5
solid flux (kg/m2.jam)
0
0 2000 4000 6000 8000 10000
konsetrasi padatan (mg/l)
Gambar 22 Kurva flux padatan terhadap konsentrasi padatan
66
c) Dati tabel dan grafik di atas, diperoleh nilai batas solid loading rate untuk kosentrasi
padatan di bawah 10000 mg/l adalah 2 kg/m2.jam = 48 kg/m2. Hari
d) Aliran ke setiap bak = 0.126 m3/det × 3600 = 453.01 m3/jam
300
453 .01 𝑚 3 /𝑗𝑎𝑚 × ×0.001
e) Luas permukaan = 3
0.8
= 849.38 𝑚2
2 𝑘𝑔 /𝑚 𝑗𝑎𝑚
849.38 𝑚 2 ×4
f) Diameter = 3.14
= 32.89 𝑚 ≈ 33 m
3.14 2
g) Luas aktual = 4
× 33 𝑚 = 855 𝑚2
0.126 m 3 /det ×86400
h) Cek overflow rate pada rancangan rata-rata = 855 𝑚 2
= 12.72 𝑚3 /
𝑚2 . 𝑎𝑟𝑖
i) Sudah memenuhi kriteria rancangan, nilainya harus di bawah 15 m3/m2 hari
j) Overflow rate = 12.72 m3/m2 hari / 24 = 0.530 m/jam
k) Aliran debit puncak per bak = 0.141 m3/det
0.141 m 3 /det ×86400
l) Overflow rate = = 855 𝑚 2
= 14.24 𝑚3 /𝑚2 . 𝑎𝑟𝑖
0.127 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡 ×3750 ×86400
m) Batas solid loading = 1000 ×855 𝑚 2
= 47.69 𝑘𝑔/𝑚2 𝑎𝑟𝑖
0.141 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡 ×3750 ×86400
n) Solid loading pada kondisi puncak = 1000 ×855 𝑚 2
= 53.404 𝑘𝑔/𝑚2 𝑎𝑟𝑖
2
o) Telah memenuhi kriteria rancangan, di bawah 150 kg/m hari
2. Kedalaman bak clarifier
Zona air bersih = 1 m
Zona pengendapan = 1.5 m
Zona air bersih dan pengendapan = 2.5 m
a) Massa padatan total pada BNR = (3750 × 4022.4 m3)/1000 = 15084 kg
b) Massa padatan pada setiap reaktor = 15084 kg/2 = 7542 kg
c) Massa total pada setiap bak clarifier = 0.3 × 7542 kg = 2262.6 kg
1000 ×2262 .6 𝑘𝑔
d) Kedalaman zona pengental = 7000 ×855 𝑚 2 = 0.378 𝑚 ≈ 0.4 m
e) Total padatan yang dihasilkan dalam 1 hari pada sustained loading = 1658.22 kg/hari
×1.5×2.5 = 6218.33 kg/hari
f) Total padatan yang terdapat dalam 1 bak clarifier = 6218.33 kg/hari / 2= 3109.16 kg
g) Total padatan yang terdapat pada zona penampung dan pengentalan = 2262.6 kg +
3109.16 kg = 5371.76 kg
1000 ×5371 .76 𝑘𝑔
h) Kedalaman zona penampung padatan = 7000 ×855 𝑚 2 = 0.89 𝑚 ≈ 1 m
i) Kedalaman total clarifier = 1 m + 0.4 m + 2.5 m = 3.9 m
3.14
j) Volume rata-rata tangki clarifier = 4 × (33 𝑚)2 × 3.9 𝑚 = 3334 𝑚3
3334 𝑚 3
k) Waktu detensi pada kondisi di bawah aliran rata-rata = 0.127 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×3600 = 3.68 𝑗𝑎𝑚
3334 𝑚 3
l) Waktu detensi pada kondisi aliran puncak = 0.141 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×3600 = 6.57 𝑗𝑎𝑚
3. Struktur efluen
Lebar efluen launder = 0.5 m
a) Panjang efluen weir = 3.14 × 2 × (33 m – 1 m) = 201.0 m
201 .0 𝑚
b) Jumlah notch = 39.5 𝑐𝑚 ×0.01 = 509
𝑚3 8105 𝑚 3 /𝑎𝑟𝑖
c) Aliran rancangan rata-rata dari clarifier = 0.2516 − = 0.158 𝑚3 /
𝑑𝑒𝑡 86400
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
d) Aliran ke tiap clarifier = 0.158 m3/det /2 = 0.079 m3/det
e) Aliran ke setiap notch = 0.079 m3/det / 509 = 0.000155 m3/det
2/5
5 0.000155 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡
f) Limpasan (H) setiap notch = 8 × 0.6× 2×9.81×𝑡𝑎𝑛 45 = 0.01523 𝑚 = 1.5 𝑐𝑚
g) Aliran pada setiap notch saat debit puncak = 0.157 m /det /(2×382) = 0.000329 m3/det
3
2/5
5 0.000329 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡
h) Limpasan (H) = 8 × 0.6× 2×9.81×𝑡𝑎𝑛 45 = 0.0205 𝑚 = 2 𝑐𝑚
i) Beban aktual pada weir saat aliran rata-rata= (0.079 m3/det × 86400)/201 m = 33.93
m3/m.hari
67
j) Beban aktual weir saat aliran puncak = (0.251 m3/detik × 86400)/(2 × 201 m) = 54.10
m3/m hari
k) Lebar efluen launder = 0.5 m
l) Efluen boks = 1 x 1 m
m) Y2 = 0.61 – 0.3 = 0.31 m
n) B = 0.5 m
o) Aliran yang menuju setiap bagian launder = 0.251 m3/detik /(2×2) = 0.0629 m3/detik
2 2× 0.039 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
p) Y1 = 0.31 𝑚 + = 0.32 𝑚
9.81× 0.5 𝑚 2 ×0.31 𝑚
q) Total kedalaman efluen boks = (0.16×0.32 m)+0.31 m=0.36 m
𝑚3 2 𝑚3
8. Volume = 36 𝑎𝑟𝑖 − 3
× 36 𝑎𝑟𝑖 − 25𝑚3 /𝑎𝑟𝑖 × 15 = 430 𝑚3
9. Untuk mencapai hasil yang diharapkan digunakan kapasitas yang lebih besar = 700 m3
10. Volume setiap digester = 700 m3/2 = 350 m3
11. Area permukaan setiap digester = 350 m3/ 4m = 87.5 m2
4
12. Diameter tiap digester = 3.14
× 87.5 𝑚2 = 10.6 𝑚
350 𝑚 3
13. Kedalaman vertikal = 3.14 = 3.97 𝑚 = 4 m
× 10.6 𝑚 2
4
14. Kemiringan = 1/3
3.14 2 1 3.14 2
15. Volume digester aktif = 4
× 10.6 𝑚 × 3.4 𝑚 + 3
× 4
× 10.6 𝑚 × 1.8 −
1 3.14 2 3
3
× 4 × 4.5 × 0.5 = 350.16 𝑚
16. Total aktif dan inaktif volume kedua digester = 700.3 m3 + 111.14 m3 = 811.46 m3
17. Volume rasio aktif = 700.3 m3/811.46 m3=0 .86
18. Periode digestion saat aliran rata-rata = 700.3 m3/36 m3/hari = 19.5 hari
19. Periode digestion aliran extreme high = 700.3 m3/54.69 m3/hari = 12.8 hari
20. Periode digestion aliran extreme low = 700.3 m3/30.6 m3/hari = 22.9 hari
21. Beban padatan saat aliran rata-rata = (2202.18 kg/hari × 0.75) / 700.3 m3= 2.36 kg/m3 hari
22. Beban padatan saat aliran extreme low = (1871.85 kg/hari × 0.75) / 700.3 m3=2 kg/m3hari
23. Beban padatan saat aliran extreme high=(2231/16 kg/hari×0.75)/700.3 m3=2.39 kg/m3hari
24. BOD5 pada lumpur yang dikentalkan = 3522 kg/hari
25. BOD L pada lumpur = 3522 kg/hari × (1/0.68) = 5179.4 kg/hari
0.05×0.8×5179.4 𝑘𝑔 /𝑎𝑟𝑖
26. P x = = 130.8 𝑘𝑔/𝑎𝑟𝑖
1+(0.03×19.5 𝑎𝑟𝑖 )
𝑘𝑔 𝑘𝑔
27. V = 0.35 × 0.8 × 5179.4 𝑎𝑟𝑖 − 1.42 × 130.8 𝑎𝑟𝑖 = 1385.2 m3/hari
28. Gas digester yang diproduksi = 1385.2 m3/hari × (1/0.66) = 2098.8 m3/hari
29. Berdasarkan beban TVS, gas yang diproduksi =2202.18 kg/hari × 0.75 × 0.5=825.82
m3/hari
30. Total penurunan TVS = 0.52 × 2202.18 kg/hari × 0.75 = 858.9 kg/hari
31. Berdasarkan penurunan TVS, gas yang diproduksi = 858.9 kg/hari×0.9 m3/kg = 773
m3/hari
32. Gas yang diproduksi = 830 m3/hari
A. Produksi lumpur digested
1. TVS = 2202.18 kg/hari × 0.75 = 1651.6 kg/hari
2. TVS yang dihancurkan = 1651.6 kg/hari × 0.52 = 858.85 kg/hari
𝑘𝑔 𝑘𝑔
3. Total padatan tersisa setelah digester = 2202.18 − 1651.6 + 0.48 ×
𝑎𝑟𝑖 𝑎𝑟𝑖
1651.6𝑘𝑔𝑎𝑟𝑖=1343.3𝑘𝑔𝑎𝑟𝑖
4. Total massa yang mencapai digester = 2202.18 kg/hari / 0.06 = 36703 kg/hari
5. V influen = 36 m3/hari
6. W tersisa = 1343.3 kg/hari
7. W lumpur = 1300.29 kg/hari
8. V lumpur = 1300.29 kg/hari / 51.5 = 25.25 m3/hari
9. W supernatant= 1343.3 kg/hari – 1300.29 kg/hari = 43.0 kg/hari
10. V supernatan = 43.0 kg/hari / 4 = 10.76 m3/hari
B. Pencampuran gas digester
1. µ= 2 × 0.73 × 10−3 = 0.00146
2. Tenaga (P) = 852 × 0.00146 × 350.2 𝑚3 = 3.69 𝑘𝑊
3. Total tenaga yang dibutuhkan = 3.69 kW ×2 = 7.38 kW
4. Digunakan 2 kompresor dgn kapasitas masing-masing 2.75 kW, total tenaga = 15 kW
5. Aliran gas setiap digester = 0.280 kg/det / (1.162×0.86) = 0.281 m3/det.
71
RIWAYAT HIDUP
Ratna Kusuma Dewi lahir di Jambi pada tanggal 22 Januari 1991. Penulis
adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan R. Sony Laksono Yusman
dan V. Fransiska Harlydjati B. Penulis menempuh pendidikan di SMP Strada
Bhakti Wiyata dan melanjutkan ke SMA Negeri 61 Jakarta. Pada tahun 2009,
penulis melanjutkan studi di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri
IPB (UTMI).
Selama masa studinya di SMP dan SMA, penulis aktif sebagai pengurus
OSIS. Pada masa perkuliahan, penulis pernah menjadi anggota divisi eksternal
dalam kepengurusan Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (Kemaki), menjadi panitia
acara Natal CIVA, SIL EXPO 2011 dan ICEF 2012. Selain itu, penulis pernah
mengikuti pelatihan tentang AMDAL. Pada tahun 2012, penulis menjalani
praktek lapangan di Wastewater Treatment Plant (WWTP) PT. Jababeka
Cikarang Bekasi dengan judul laporan ―Karakteristik Limbah Dan Efektivitas
Unit Pengolahan Limbah II PT. Jababeka Infrastruktur, Cikarang, Bekasi‖