Anda di halaman 1dari 115

RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN

AIR LIMBAH INDUSTRI DENGAN PROSES BIOLOGIS


BIOLOGICAL NUTRIENT REMOVAL

RATNA KUSUMA DEWI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancangan Instalasi


Pengolahan Air Limbah Industri Dengan Proses Biologis Biological Nutrient
Removal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014

Ratna Kusuma Dewi


NIM F44090050
ABSTRAK
RATNA KUSUMA DEWI. Rancangan Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri
Dengan Proses Biologis Biological Nutrient Removal. Dibimbing oleh M
YANUAR JARWADI PURWANTO dan ALLEN KURNIAWAN.
Kegiatan industri yang menghasilkan limbah cair, berpotensi menimbulkan
pencemaran air di lingkungan apabila tidak diolah dengan sesuai. Penelitian ini
bertujuan menganalisis dan mengidentifikasi karakteristik limbah cair PT. W,
membuat rancangan unit IPAL yang sesuai, serta menganalisis efektivitas
penggunaan mikroba pada pengolahan biologis biological nutrient removal.
Metode pengujian serta baku mutu yang digunakan adalah SNI pengujian air
limbah, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2010, dan
Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 582 Tahun 2005. Hasil analisis
menunjukkan bahwa nilai Total Suspended Solids (TSS), amonia (NH3),
Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Sulfida
(S), minyak dan lemak serta fecal coliform melampaui baku mutu sehingga perlu
diolah lebih lanjut. Rancangan unit IPAL yang digunakan adalah bak ekualisasi,
bak penampung, bar screen, grit chamber, sedimentasi primer, biological nutrient
removal, clarifier, desinfeksi, sludge thickener, sludge digester, dan sludge drying
bed. Biological nutrient removal merupakan unit pengolahan biologis suspended
growth yang dipilih karena unit dapat dirancang untuk menurunkan nilai BOD,
TSS, dan NH3 menjadi 10 mg/l, 10 mg/l, dan 1 mg/l. Tingkat efektivitas
penggunaan mikroorganisme dalam unit ini dapat diketahui dari persen penurunan
nilai parameter pencemar.
Kata kunci: air limbah, biological nutrient removal, IPAL

ABSTRACT

RATNA KUSUMA DEWI. Industrial Waste Water Treatment Plant Design with
Biological Nutrient Removal. Supervised by M YANUAR JARWADI
PURWANTO and ALLEN KURNIAWAN.
Industrial activities that produces waste water, causes water pollution if it
not treated properly. The research objectives were to analyze and identify PT. W
wastewater characteristic, to design an appropriate WWTP of PT. W and analyze
the effectiveness of microorganism at biological process biological nutrient
removal. The method used was based on SNI of wastewater analyzing, Regulation
of Minister of the Environment Number 03/2010, and DKI Jakarta‘s Governor
Regulation Number 582/2005. Result of the analysis showed TSS, NH3, S, BOD,
COD, oil and grease, and fecal coliform exceeded the threshold. The units that
used are equalization tank, bar screen, grit chamber, primary sedimentation,
biological nutrient removal (BNR), clarifier, disinfection, sludge thickener, sludge
digester, and sludge drying bed. Biological nutrient removal is suspended growth
biological process were chosen because it could remove BOD, TSS, and NH3
concentration into 10 mg/l, 10 mg/l, and 1 mg/l. The effectivity of microorganism
uses can be known by percent removal of indicator concentrations.
Keywords: biological nutrient removal, waste water, WWTP
RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN
AIR LIMBAH INDUSTRI DENGAN PROSES BIOLOGIS
BIOLOGICAL NUTRIENT REMOVAL

RATNA KUSUMA DEWI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah pengolahan air limbah, dengan judul Rancangan
Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Dengan Proses Biologis Biological
Nutrient Removal.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. M Yanuar Jarwadi
Purwanto M.S., IPM dan Bapak Allen Kurniawan S.T., M.T. selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam rangkaian
penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Arief
Sabdo Yuwono, M.Sc selaku ketua proyek rancangan IPAL PT. W. Terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Ibu Ety Herwati, Dipl. Kim. atas bimbingannya
selama pengujian di laboratorium. Untuk orang tua dan keluarga atas perhatian,
kasih sayang, kesabaran serta dukungannya. Kepada Dade Anzac yang telah
memberikan perhatian dan dukungannya dalam segala hal, Monica Ade Ayu
Dewayani, Ratih Rachmawati, Kartika Adi Pratiwi, Arry Resti Rahayu, Lianitha
Kurniawati dan Rodearni Simarmata yang telah menemani dan menyemangati,
serta Anindya Sekar Putri, Rizka Amalia, Rissa Budiarti, Yunianti dan seluruh
teman-teman SIL‘46 atas semangat dan kebersamaannya selama ini. Penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki kekurangan dalam laporan ini.
Semoga laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya
mengenai air limbah.

Bogor, September 2014

Ratna Kusuma Dewi


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii


DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR NOTASI ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Karakteristik Limbah Cair 2
Sistem Pengolahan Limbah Cair 3
Pengolahan Biologis 5
METODE 6
Waktu dan Tempat Penelitian 6
Alat dan Bahan Penelitian 6
Tahapan Penelitian 6
Prosedur Analisis Data 6
Rancangan Unit IPAL 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 16
Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah PT. W 16
Karakteristik Air Limbah 16
Kesetimbangan Massa dan Aliran Hidrolik Rancangan IPAL 18
Rancangan Unit IPAL 24
Efektivitas Penggunaan Mikroba dalam Pengolahan Biologis 46
SIMPULAN DAN SARAN 48
Simpulan 48
Saran 48
DAFTAR PUSTAKA 49
LAMPIRAN 51
RIWAYAT HIDUP 103
DAFTAR TABEL

1. Parameter uji air limbah dan badan air 7


2. Kualitas air limbah PT. W 17
3. Persamaan kesetimbangan debit aliran air limbah 20
4. Persamaan kesetimbangan padatan dan substrat air limbah 20
5. Hasil perhitungan kesetimbangan massa 21
6. Kriteria rancangan unit bak ekualisasi 24
7. Data fluktuasi debit, BOD, dan TSS air limbah 24 jam 24
8. Perhitungan volume tangki ekualisasi 25
9. Hasil perhitungan BOD dan TSS mass loading 27
10. Dimensi bak ekualisasi hasil perhitungan 29
11. Hasil perhitungan unit bak penampung 29
12. Kriteria rancangan unit bar screen 30
13. Hasil perhitungan unit bar screen 30
14. Kriteria rancangan unit grit chamber 31
15. Hasil perhitungan unit grit chamber 31
16. Kriteria rancangan unit sedimentasi primer 33
17. Karakteristik air limbah di unit sedimentasi primer 34
18. Hasil perhitungan unit sedimentasi primer 34
19. Kriteria rancangan unit BNR 35
20. Hasil perhitungan BNR 35
21. Kriteria rancangan unit sedimentasi sekunder 40
22. Hasil perhitungan unit clarifier 40
23. Hasil perhitungan unit desinfeksi 41
24. Kriteria rancangan unit sludge thickener 42
25. Karakteristik lumpur yang diolah unit sludge thickener 43
26. Hasil perhitungan unit sludge thickener 43
27. Kriteria rancangan unit sludge digester 44
28. Karakteristik lumpur menuju unit sludge digester 44
29. Hasil perhitungan unit sludge digester 45
30. Perhitungan rasio flux padatan 65

DAFTAR GAMBAR

1. Contoh alur pengumpulan dan pengolahan air limbah 3


2. Contoh gambar rancangan unit sedimentasi primer 4
3. Contoh gambar rancangan unit sedimentasi sekunder 4
4. Prinsip kerja BNR 5
5. Diagram alir penelitian 7
6. Diagram alir perhitungan unit bak ekualiasasi 8
7. Diagram alir perhitungan unit bar screen 9
8. Diagram alir perhitungan grit chamber 10
9. Diagram alir perhitungan unit sedimentasi primer 11
10. Diagram alir perhitungan unit clarifier 12
11. Diagram alir perhitungan unit desinfeksi 13
12. Diagram alir perhitungan unit sludge thickener 14
13. Diagram alir perhitungan unit sludge digester 15
14. Titik lokasi pengambilan contoh uji air limbah 17
15. Diagram alir kesetimbangan massa dengan BNR 19
16. Debit aliran pada setiap unit IPAL 23
17. Konsentrasi TSS setiap unit pengolahan 24
18. Grafik volume bak ekualisasi 26
19. Grafik BOD mass loading sebelum dan sesudah ekualisasi 28
20. Grafik TSS mass loading sebelum dan sesudah ekualisasi 28
21. Pola hidup mikroorganisme 47
22. Kurva flux padatan terhadap konsentrasi padatan 65

DAFTAR LAMPIRAN

1. Diagram alir perhitungan unit BNR 51


2. Contoh perhitungan unit IPAL 52
3. Gambar rancangan unit ekualisasi 71
4. Gambar rancangan bak penampung 73
5. Gambar rancangan unit bar screen 74
6. Gambar rancangan unit grit chamber 77
7. Gambar rancangan unit sedimentasi primer 80
8. Gambar rancangan unit biological nutrient removal 85
9. Gambar rancangan unit clarifier 90
10. Gambar rancangan unit desinfeksi 93
11. Gambar rancangan unit sludge thickener 95
12. Gambar rancangan unit sludge digester 97
13. Gambar rancangan unit sludge drying bed 100
14. Lay out IPAL PT. W 102

DAFTAR NOTASI

A Luas permukaan (m2)


Ar Suplai udara yang dibutuhkan pada grit chamber (L/ det m)
As Suplai udara pada grit chamber (l/det m)
BODt Konsentrasi BOD saat t (mg/l)
BOD5 Konsentrasi BOD 5 hari (mg/l)
Cd Koefesien debit = 0.6
d Kedalaman (m)
D Diameter (m)
Fb Freeboard (m)
g Konstanta percepatan gravitasi = 9.81 m/det 2
h Ketinggian bar (mm)
H Head di notch (cm)
HL Headloss (m)
Kb Kapasitas blower
Kd Kapasitas difusser
Ke Koefisien efisiensi bar screen
l Lebar bar
Lc Total lebar bukaan bar
LL Lebar launder (m)
P Panjang (m)
Q Debit aliran (m/det)
Qt Debit aliran pada saat t (m/ det)
Qt-1 Debit aliran pada saat t-1 (m/det)
Qw Debit di weir (m/ det)
td Waktu detensi (jam, hari, menit)
tn Waktu paparan (det)
T Suhu air limbah ( ̊C)
TVS Konsentrasi Total Volatile Solids (mg/l)
u Kecepatan aliran unit desinfeksi (cm/det)
v Kecepatan aliran (m/det)
V Volume (m3)
Vic Volume air limbah yang masuk dalam bak ekualisasi saat ini (m3)
Voc Volume air limbah yang keluar dari bak ekualisasi saat ini (m3)
Vki Volume kumulatif inlet (m3)
Vko Volume kumulatif outlet (m3)
Vsc Volume bak ekualisasi pada akhir periode waktu (m3)
Vsp Volume bak ekualisasi pada periode sebelumnya (m3)
W Daya lampu UV (watt)
WL Weir loading rate
y2 Kedalaman air di efluen launder (m)
z Datum (m)
Z Panjang busur lampu desinfeksi (cm)
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu penyebab pencemaran air saat ini disebakan oleh perkembangan
sektor industri yang menghasilkan limbah berwujud cair. Kondisi tersebut dapat
dicegah dan ditanggulangi dengan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) untuk mengolah air limbah sebelum dibuang ke badan air. Unit-unit IPAL
dalam setiap industri berbeda, tergantung pada karakteristik limbah hasil dari
kegiatan industri tersebut.
PT. W di Jakarta merupakan sebuah perusahaan penyedia produk perawatan
tubuh dan cairan pencuci piring dengan nilai parameter Chemical Oxygen
Demand (COD) tinggi. Nilai parameter tersebut mempengaruhi kandungan
oksigen terlarut pada badan air tercemar air limbah. Kandungan oksigen menjadi
sangat rendah dan akhirnya merusak habitat mikroorganisme dalam air sehingga
mempengaruhi kesehatan makhluk hidup yang memanfaatkan air tersebut. Hingga
kini, unit pengolahan air limbah belum didirikan sehingga hampir sebagian besar
air limbah langsung dibuang ke badan air. Penelitian ini dilakukan untuk
menentukan opsi unit pengolahan yang sesuai dengan karakteristik air limbah dan
kriteria rancangan unit terpilih, mengetahui mekanisme proses pengolahan, serta
merancang unit pengolahan berupa kalkulasi dan gambar rancangan.
Salah satu unit yang dirancang berupa pengolahan biologis. Pengolahan ini
memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk mendegradasi senyawa polutan
pada air limbah. Pengolahan biologis dipandang sebagai pengolahan sekunder
paling murah dan efisien dibandingkan dengan pengolahan secara fisik dan kimia.
Secara umum, pengolahan biologis terbagi menjadi dua jenis yaitu suspended
growth dan attached growth. Metode suspended growth menumbuhkan
mikroorganisme dalam keadaan tersuspensi pada lumpur, sedangkan metode
attached growth dibutuhkan media pelekatan pada pengembangan
mikroorganisme. Pengolahan biologis Biological Nutrient Removal (BNR)
merupakan salah satu unit dalam metode suspended growth. Pemilihan suspended
growth sebagai pengolahan biologis pada perencanaan unit IPAL PT. W
dilakukan dengan pertimbangan kemudahan pengoperasian dan uji efektivitas
mikroorganisme, serta rancangan reaktor lebih sederhana.

Perumusan Masalah

Beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam pelaksanaan


penelitian ini:
1. Bagaimana karakteristik air limbah yang dihasilkan oleh PT W?
2. Apa saja unit pengolahan yang sesuai dengan karakteristik air limbah PT W
serta bagaimana rancangan dimensinya?
3. Bagaimana efektivitas penggunaan mikroba pada pengolahan biologi
suspended growth dalam menurunkan konsentrasi pencemar?
2

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini:


1. Menganalisis karakteristik limbah cair PT. W.
2. Membuat rancangan unit IPAL yang melibatkan pengolahan biologis
suspended growth PT. W, serta penurunan BOD, COD dan TSS di tiap unit
IPAL.
3. Menganalisis efektivitas mikroorganisme pengolahan biologis suspended
growth air limbah PT. W, melalui kajian literatur.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini :


1. Memberikan referensi terperinci kepada PT. W berupa input kalkulasi dan
rancangan unit pengolahan sebagai acuan dalam melakukan konstruksi IPAL.
2. Mengetahui mekanisme proses degradasi polutan dan efektivitas
penggunaan mikroorganisme dalam pengolahan biologis.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini diawali dengan kajian gambaran umum
daerah perencanaan, pengukuran debit air limbah yang masuk ke dalam IPAL,
menganalisa karakteristik air limbah. Kemudian, penentuan kriteria rancangan
pengolahan dilakukan berdasarkan karakteristik air limbah untuk menghasilkan
perhitungan rancangan unit IPAL dan disertai adanya gambar perencanaan. Pada
pengolahan biologis terpilih, kajian literatur dilakukan untuk mengetahui
efektivitas penggunaan mikroorganisme.

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Limbah Cair

Penentuan unit dalam IPAL didasarkan pada karakteristik air limbah.


Karakteristik air limbah digambarkan oleh nilai setiap parameter yang dalam air
limbah dan menggambarkan tingkat toksisitas limbah tersebut. Secara garis besar,
karakteristik air limbah digolongkan menjadi karakteristik fisik, kimia dan biologi
(Tchobanoglous 2003). Sifat fisik air limbah dapat diketahui dengan melihat nilai
dari suhu, jumlah padatan (tersuspensi dan terlarut), warna, bau. Karakteristik
kimia terdiri dari nilai kandungan oksigen, COD, pH, Biochemical Oxygen
Demand (BOD), logam berat, fenol, nitrit, nitrat, total fosfor (TP), Methylene Blue
Active Substances (MBAS), total nitrogen (TN), dan hydrogen (H2S). Sifat-sifat
kimia ini menggambarkan mutu air buangan suatu industri. Selain sifat kimia,
sifat biologi dari air limbah juga menjadi tolak ukur tingkat toksisitasnya.
Karakteristik biologis menggambarkan jumlah dan jenis mikroorganisme dalam
air limbah serta dampaknya terhadap lingkungan, apabila air limbah dilepas ke
badan air tanpa diolah (Siregar 2005).
3

Sistem Pengolahan Limbah Cair

Pengolahan limbah dengan memanfaatkan teknologi pengolahan dilakukan


melalui proses fisika, kimia, dan biologis atau gabungan ketiga proses tersebut.
Berdasarkan sistem unit operasinya, teknologi pengolahan limbah diklasifikasikan
menjadi unit operasi fisik, unit operasi kimia dan unit operasi biologi, sedangkan
bila dilihat dari tingkatan perlakuan pengolahan maka sistem pengolahan limbah
diklasifikasi menjadi pre treatment, primary treatment system, secondary
treatment system, serta tertiary treatment system. Setiap tingkatan treatment
terdiri pula atas sub-sub treatment yang berbeda (Sugiharto 1987) .

Gambar 1 Contoh alur pengumpulan dan pengolahan air limbah


Sumber: Spellman 2009

Fase pengolahan pendahuluan berfungsi untuk memisahkan padatan kasar,


mengurangi ukuran padatan, memisahkan minyak atau lemak, serta menyetarakan
fluktuasi aliran limbah pada bak penampung. Menurut Burton (1991), unit-unit
dalam pengolahan pendahuluan ini antara lain, saringan (bar screen), pencacah
(communitor), bak penangkap pasir (grit chamber), penangkap lemak dan minyak
(skimmer and grease trap), dan bak penyetaraan (equlization basin). Setelah
melalui pengolahan pendahuluan, air limbah masuk ke dalam unit pengolahan
pertama (primary treatment). Fase pengolahan ini bertujuan mengurangi
kandungan padatan tersuspensi melalui proses pengendapan. Dalam unit ini,
efisiensi penurunan konsentrasi BOD dapat mencapai 35%, sedangkan Total
Suspended Solid (TSS) berkurang hingga 60%. Penurunan kandungan BOD dan
SS pada tahap awal ini akan membantu mengurangi beban pengolahan tahap
kedua. Selanjutnya, air limbah melalui pengolahan kedua berupa proses biologis.
Dalam proses ini, kandungan oksigen atau Dissolved Oxygen (DO) dalam air
limbah sangat diperlukan bagi mikroorganisme aerobik dalam aktivitas
mendegradasi pencemar. Selain DO, stabilitas pH dan temperatur juga sangat
berpengaruh dalam perkembangbiakan mikroorganisme (Tchobanoglous 2003).
4

Apabila hasil keluaran dari pengolahan terdahulu masih mengandung zat


berbahaya tertentu, pengolahan tersier perlu ditambahkan. Pengolahan tambahan
bersifat khusus atau spesifik, tergantung pada zat yang ingin dihilangkan. Unit
yang biasanya digunakan dalam tahap pengolahan tersier adalah saringan pasir,
desinfeksi dan pengolahan lanjut.

Gambar 2 Contoh gambar rancangan unit sedimentasi primer


Sumber: Tchobanoglous 2003

Gambar 3 Contoh gambar rancangan unit sedimentasi sekunder


Sumber: Tchobanoglous 2003
5

Pengolahan Biologis

Terdapat dua jenis pengolahan biologis, yaitu attached growth dan


suspended growth. Attached growth merupakan metode pengolahan biologis
menggunakan media pelekatan bagi mikroorganisme yang akan mengurai
senyawa pencemar menjadi zat lebih sederhana dan tidak berbahaya, sedangkan
suspended growth adalah pengolahan biologis tanpa media pelekatan, atau dengan
kata lain, mikroorganisme tersuspensi merata dalam air limbah. Unit-unit
pengolah jenis suspended growth, antara lain Sequencing Batch Reactor (SBR),
Aerated Lagoon, Activated Sludge dan Biological Nutrient Removal (BNR)
(Tchobanoglous 2003; Qasim 2000).

Gambar 4 Prinsip kerja BNR


Sumber: Qasim 2000

BNR adalah jenis pengolahan biologis suspended growth juga merupakan


gabungan proses anaerobik, anoksik dan aerobik. Dalam satu rangkaian, unit
terdiri dari bak anaerobik, bak anoksik, dan bak aerobik dilengkapi dengan
diffuser penyuplai udara. Unit ini mampu mereduksi kandungan total nitrogen,
total fosfor, BOD, dan TSS. Kelebihan BNR dibandingkan dengan unit
pengolahan biologis lain adalah biaya menghilangkan fosfor dan nitrogen murah,
lebih hemat dalam mengurangi kapasitas aerasi, jumlah lumpur lebih sedikit,
terbebas dari biaya pengolahan kimiawi, meningkatkan efisiensi penurunan
konsentrasi TSS dan BOD, serta meningkatkan stabilitas dan kehandalan proses
(Qasim 2000). Pada Gambar 4, BNR diawali dengan bak aerobik yang menerima
aliran air limbah dari unit sedimentasi primer dan aliran kembali dari unit-unit
pengolah lumpur. Selanjutnya, bak anoksik menerima aliran dari bak anaerobik
dan aliran kembali dari bak aerobik. Aliran air limbah masuk ke bak aerobik
untuk akhirnya dialirkan ke bak sedimentasi sekunder. Penurunan konsentrasi
nitrogen, fosfor dan BOD terjadi karena kandungan tersebut digunakan dalam
proses denitrifikasi oleh mikroorganisme pada bak anoksik (Grote 2010).
6

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. W Jakarta. Penelitian dilakukan dalam tiga


tahap, yaitu tahap pengambilan contoh uji di lapangan, tahap analisis karakteristik
air limbah di laboratorium, serta tahap perhitungan dan rancangan unit IPAL.
Seluruh tahap diselesaikan selama 4 bulan, dimuai pada bulan Maret hingga bulan
Juni 2013.
Alat dan Bahan Penelitian

Alat digunakan dalam penelitian ini, antara lain botol contoh uji 1 liter dan
500 ml, botol contoh uji kaca 1 liter, botol BOD, gayung, ember plastik, sarung
tangan, current meter, aerator, cooler box, kalkulator, alat tulis, serta seperangkat
laptop dengan Microsoft Office dan Auto Cad. Selain itu, peralatan laboratorium
lain diperlukan pula seperti DO meter, oven Memmert, BOD incubator, neraca
analitik, vacuum pump, dan alat-alat gelas (gelas piala, Erlenmeyer, corong kaca,
cawan). Bahan dalam penelitian ini adalah contoh uji air limbah PT. W, kertas
saring, serta bahan-bahan kimia yang digunakan pada analisis karakteristik air
limbah di laboratorium.

Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan seperti tertera pada


Gambar 5. Studi awal penelitian ini dilakukan dengan observasi lapang. Survei
dilakukan untuk mengetahui permasalahan air limbah serta pengolahan yang telah
dilakukan oleh PT. W. Kemudian, perumusan masalah perlu dilakukan dan
ditindaklanjuti dengan pengambilan contoh uji air limbah. Sampling air limbah
dilakukan selama 24 jam dan disertai pencatatan debit. Air limbah hasil sampling
dianalisis di laboratorium lingkungan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
dan Laboratorium Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) IPB. Selanjutnya,
data karakteristik air limbah PT. W digunakan untuk pengolahan data dan
perhitungan unit-unit IPAL. Kajian literatur dilakukan selama analisis untuk
memperoleh kriteria rancangan setiap unit IPAL. Dimensi dan parameter lain hasil
perhitungan akan dibandingkan dengan kriteria rancangan. Apabila kriteria
rancangan telah sesuai maka gambar rancangan setiap unit dapat dibuat.

Prosedur Analisis Data

Analisis dilakukan terhadap hasil data karakteristik air limbah dan badan air
penerima dari laboratorium. Pengambilan contoh uji dilakukan pada tanggal 28
Maret 2013, pada pukul 11.00 WIB untuk contoh uji air limbah industri dan pukul
14.00 WIB untuk contoh uji badan air di sekitar kawasan industri. Contoh uji air
limbah dan badan air ini diuji sesuai dengan parameter dalam Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kawasan Industri.
7

Perumusan
Observasi lapang Kajian literatur
masalah

Pengambilan contoh Analisis karakteristik


uji air limbah dan air limbah di
pencatatan debit laboratorium

Data karakteristik
air limbah

Kriteria
rancangan setiap
unit IPAL

Tidak

Pengolahan data dan


perhitungan rancangan

Ya

Rancangan IPALdan
Gambar rancangan
efektivitas pengolahan
unit IPAL
biologis

Gambar 5 Diagram alir penelitian

Metode pengujian setiap parameter dilakukan sesuai dengan ketentuan


Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk memperoleh data parameter kualitas air
limbah dan badan air. Kuantitas air limbah diketahui dari pemantauan debit
selama 2 minggu berturut-turut untuk mendapat perkiraan debit puncak serta
pengukuran debit setiap jam selama 24 jam pada perkiraan hari debit puncak.

Tabel 1 Parameter uji air limbah dan badan air


Karakteristik Parameter
Fisik Suhu, TSS
Kimia NO2, NO3, NH3, TP, H2S, pH, BOD, COD, MBAS (deterjen), Fenol,
Minyak dan Lemak, Pb, Cd, Cr, Cr6+, Zn, Cu, Ni.
Biologis Fecal coliform

Unit IPAL dirancang berdasarkan data karakteristik air limbah. Perhitungan


dilakukan sesuai dengan kriteria rancangan dari literatur. Pengolahan secara fisik
dan biologis digunakan pada rancangan IPAL. Data mengenai debit, kecepatan
aliran, konsentrasi Suspended Solids (SS) dan konsentrasi BOD air limbah
merupakan data yang sangat dibutuhkan dalam perhitungan dimensi unit.
8

Rancangan Unit IPAL

Dimensi setiap unit IPAL dihitung dengan mengikuti alur perhitungan dari
literatur berdasarkan data karakteristik air limbah laboratorium dan data
pencatatan debit. Kemudian hasil perhitungan dibandingkan dengan kriteria
rancangan. Jika telah sesuai atau memenuhi kriteria, gambar rancangan unit
tersebut dibuat. Berikut alur perhitungan setiap unit IPAL.

Gambar 6 Diagram alir perhitungan unit bak ekualiasasi


9

Gambar 7 Diagram alir perhitungan unit bar screen


10

Gambar 8 Diagram alir perhitungan grit chamber


11

Gambar 9 Diagram alir perhitungan unit sedimentasi primer


12

Gambar 10 Diagram alir perhitungan unit clarifier


13

Gambar 11 Diagram alir perhitungan unit desinfeksi


14

Gambar 12 Diagram alir perhitungan unit sludge thickener


15

Gambar 13 Diagram alir perhitungan unit sludge digester


16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah PT. W

Kegiatan produksi di PT. W menghasilkan jenis limbah cair dengan


karakteristiknya masing-masing. Air limbah dialirkan dan ditampung pada bak
penampung bernama pit. Pit merupakan bak beton di dalam tanah dengan ukuran
panjang 2.5 m, lebar 1.2 m dan berkedalaman 2 m. Enam belas buah pit terdapat
di areal pabrik PT. W. Air limbah dalam pit dipompa ke sebuah tangki berbentuk
kubus bernama IBC Tank dengan volume 1 m3. Tujuan pemompaan air limbah ke
tangki IBC ini untuk mengukur volume air limbah pada masing-masing proses
produksi serta mempermudah pengambilan contoh uji air limbah. Pada proses
produksi sabun pencuci, air limbah yang telah diukur dan disampling, diencerkan
dan masuk ke dalam mini IPAL. Air limbah hasil kegiatan produksi lainnya hanya
diencerkan lalu dibuang ke badan air melalui saluran tertutup dan terbuka. Dua
buah flowmeter terdapat di lapangan, tetapi belum dapat digunakan sesuai
fungsinya.
Tidak hanya limbah produksi, limbah domestik juga dihasilkan pada pabrik
ini. Limbah domestik diolah dengan prinsip overflow dalam tangki septik. Tangki
septik sebanyak 15 buah, masing-masing terdiri dari lapisan ijuk, pasir, dan batu.
Air limbah domestik hasil proses di dalam tangki septik dibuang ke badan air
melalui saluran terbuka. Dengan pengolahan tersebut, jumlah limbah domestik
tidak diketahui dengan pasti.
Unit pengolahan dalam mini IPAL adalah tangki equalizing, tangki aerasi,
clarifier, reservoir, silica sand filter, dan carbon filter. Air limbah hasil produksi
sabun cuci piring masuk ke mini IPAL setelah diencerkan dengan air bersih. Pada
proses aerasi, serbuk besi digunakan sebagai pengikat kontaminan dalam air
limbah. Serbuk besi yang telah mengikat bahan pencemar akan terpisah dengan
air pada proses filtrasi menggunakan pasir silika dan karbon aktif. Efluen dari
mini IPAL ini telah menunjukkan nilai di bawah baku mutu. Namun, terjadi
pemborosan air bersih karena penggunaan air pengencer cukup besar.

Karakteristik Air Limbah

Pemantauan kualitas air limbah produksi dilakukan oleh bagian quality


control dengan melakukan sampling masing-masing air limbah dalam tangki IBC.
Data kualitas air limbah yang dimiliki PT. W bukan kualitas air limbah tercampur
sehingga sampling lanjutan dilakukan untuk mengetahui kualitas campuran alir
limbah industri dan domestik untuk perencanaan IPAL. Hasil analisis karakteristik
air limbah tercampur dilihat pada Tabel 2.
17

Gambar 14 Titik lokasi pengambilan contoh uji air limbah

Tabel 2 Kualitas air limbah PT. W


Air Air Baku
No. Parameter Satuan
Limbah Sungai Mutua
1 Suhu 33 32.5 ˚C 38
2 Total Suspended Solid (TSS) 342b 72.5 mg/l 100
3 Nitrit (NO2) 0.053 0.033 mg/l
4 Nitrat (NO3) 0.027 0.017 mg/l
5 Amonia (NH3) 62.5b 13.4 mg/l 5
6 Total Fosfor (TP) 8.28 0.22 mg/l
7 Sulfida (S) 8.09b 4.05 mg/l 0.05
8 Hidrogen Sulfida (H2S) 4.3 2.15 mg/l
9 pH 6.39 6.34 6-9
Biochemical Oxygen
10 661b 123.37 mg/l 75
Demand (BOD)
Chemical Oxygen Demand
11 845.12b 186.82 mg/l 100
(COD)
12 Deterjen (MBAS) <0.05 <0.05 mg/l 2
13 Kadmium (Cd) <0.005 <0.005 mg/l 0.5
14 Krom (Cr) <0.05 <0.05 mg/l 0.1
15 Krom VI (Cr6+) <0.01 <0.01 mg/l 0.1
16 Nikel (Ni) 0.012 <0.05 mg/l 0.1
17 Seng (Zn) 0.81 0.12 mg/l 2
18 Tembaga (Cu) <0.015 <0.015 mg/l 2
19 Timbal (Pb) <0.030 <0.030 mg/l 0.1
18

Air Air Baku


No. Parameter Satuan
Limbah Sungai Mutua
20 Minyak dan lemak 20.5b 9.2 mg/l 5
21 Fenol 0.0003 <0.0001 mg/l 0.5
22 Fecal coliform 46,000 24,000 /100m 10,000c
a
[Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 582 tahun 2005 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku
Mutu Air Sungai/Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta]
b
Parameter melebihi baku mutu
c
[Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Kawasan Industri]

Titik sampling dipilih atas pertimbangan arah aliran dan lokasi


tercampurnya air limbah. Tabel 2 menunjukkan nilai dari parameter BOD, COD,
NH3, S, minyak dan lemak serta Fecal coliform melebihi baku mutu. Unit-unit
dalam IPAL dirancang untuk menurunkan nilai dari parameter-parameter tersebut.

Kesetimbangan Massa dan Aliran Hidrolik Rancangan IPAL

Pembuatan neraca kesetimbangan massa merupakan tahap lanjutan setelah


sampling untuk memperoleh perkiraan karakteristik air limbah dan jumlah debit
dari influen dan efluen setiap unit. Jumlah dan jenis pengolahan ditentukan
berdasarkan data karakteristik air limbah serta kriteria rancangan masing-masing
unit. Konsep kesetimbangan ini mempermudah proses pemahaman hubungan
antara satu unit dengan unit lainnya karena debit aliran, konsentrasi substrat
(BOD) dan konsentrasi padatan dapat diketahui. Data yang telah diperoleh
digunakan sebagai dasar perancangan setiap unit IPAL (Droste, 1997).
Unit-unit pada IPAL PT. W adalah bak ekualisasi dan bak penampung
untuk meredam fluktuasi debit serta konsentrasi TSS dan BOD aliran air limbah.
Unit bar screen dan grit chamber digunakan pada proses pra-pengolahan untuk
mengurangi kuantitas sampah dan kerikil. Air limbah selanjutnya diolah dalam
unit sedimentasi primer. Pada sedimentasi primer, aliran bawah berupa lumpur
dialirkan menuju unit pengolah lumpur berupa sludge thickener. Air limbah
kemudian diolah pada unit pengolahan biologis yaitu Biological Nutrient Removal
(BNR), terdiri dari bak anaerobik, bak anoksik, serta bak aerobik. Bak aerobik
akan meresirkulasi lumpur aktif (recycle) ke dalam bak anoksik. Selain itu, aliran
bawah berupa lumpur pada unit BNR dialirkan menuju sludge thickener,
sedangkan air limbah dari BNR dialirkan menuju unit sedimentasi sekunder.
Aliran bawah digunakan untuk mengembalikan sejumlah aliran menuju bak
anaerobik. Sebelum air limbah dibuang ke badan air, air limbah dialirkan menuju
unit desinfeksi untuk memusnahkan mikroorganisme dalam air limbah dari unit
pengolahan biologis. Sludge atau lumpur di unit sludge thickener dialirkan
menuju sludge digester dan dikeringkan pada unit sludge dewatering. Konfigurasi
unit-unit lengkap dengan notasi kesetimbangan massa tersaji pada Gambar 15.
19

Bak Bak
ekualisasi penampung
S0 SE Sp
Q0 QE Qp
X0 XE Xp

Biological Nutrient Removal


Bar Grit Sedimentasi (BNR) Sedimentasi
screen chamber Primer Sekunder Desinfeksi
Qp Qsc Qg Qps ,Xps,Sps Qae ,Xae,Sae Qss
Sp, Qf
Xss
Xp
Qscw Qgw Qus
Xscw Xgw Qup Xus
rQps
Xup
Sludge Qw
thickener Xw
Qts Qt Biological Nutrient Removal
Xts Xt (BNR)
Sludge
Qdg digester Bak Bak Q Bak
rec
Xdg Qd anaerobik anoksik aerobik
Xd Qps Qan Qax
Sludge Qae
Qdw dewatering Xps Xae
Xdw Qck Sps Sae
Xck

Gambar 15 Diagram alir kesetimbangan massa dengan BNR

Pada Gambar 15 aliran air limbah seakan terpisah antara bak ekualisasi dan
bak penampung dengan unit lainnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan nilai
debit keluaran dari bak penampung karena debit air limbah yang masuk ke unit
ekualisasi cukup rendah serta berfluktuasi sehingga aliran diseragamkan dan
dikondisikan terlebih dulu. Nilai debit, TSS, dan BOD aliran awal terdapat pada
Tabel 7. Aliran air limbah dari bak penampung, ditingkatkan debitnya
menggunakan pompa. Hal ini dilakukan agar unit-unit setelahnya dapat berfungsi
dengan baik.
Konsep kesetimbangan massa dilakukan dengan memperhitungkan nilai
debit, konsentrasi BOD, dan jumlah padatan masuk, tereduksi, dan dikeluarkan.
Beberapa data yang perlu diketahui untuk melakukan perhitungan kesetimbangan
massa ini adalah :
a. Debit aliran menuju ekualisasi (Sp) sebesar 13564.80 m3/hari, konsentrasi
BOD influen (So) sebesar 608 mg/l dan konsentrasi TSS influen (Xo) sebesar
313 mg/l. So dan Xo bukan meerupakan material yang akan dihilangkan di unit
bar screen dan grit chamber.
b. Jumlah material di bar screen (Xscw) sebesar 0.004 m3/1000m3. Dalam EPA,
2003 jumlah tersebut berkisar antara 0.004-0.009 m3/1000m3.
c. Jumlah material di grit chamber (Xgw) sebesar 0.003 m3/1000m3. Dalam EPA,
2003 jumlah tersebut berkisar antara 0.003-0.074 m3/1000m3.
d. Pada sedimentasi primer terjadi reduksi TSS (Rp) sebesar 62%, reduksi BOD
(fp) sebesar 37%, serta konsentrasi TSS aliran bawah(Xup) sebesar 4.5%.
e. Pada Biological Nutrient Removal (BNR), debit efluen bak anaerobik (Qan)
sebesar 22186.44 m3/hari, debit efluen bak anoksik (Qax) sebesar 184705.37
m3/hari, debit aliran recycle bak aerobik ke bak anoksik (Qrec) sebesar
20

162518.93 m3/hari, konsentrasi TSS efluen bak aerobik (Xae) 130.66 mg/l,
konsentrasi BOD efluen bak aerobik (Sae) sebesar 3.7 mg/l, debit aliran bawah
bak aerobik(Qw) sebesar 442.19 m3/hari dan konsentrasi TSS pada aliran
bawah bak aerobik (Xw) sebesar 1658.22 mg/l. Koefisien hasil (yield) bersih
TSS berdasarkan BOD influen dan BOD5 efluen terlarut (Y) sebesar 0,60 mg
TSS diproduksi/mg BOD dibuang
f. Pada unit sedimentasi sekunder, konsentrasi aliran atas (overflow) efluen (XS)
mengandung 10 mg/l dan konsentrasi aliran bawah (underflow) TSS (XuS)
sebesar 0,30%.
g. Pada unit sludge thickener, padatan pada dasar bak (Ct) diharapkan sebesar
85% dan konsentrasi aliran bawah (underflow) TSS (Xt) sebesar 6%.
h. Reduksi TSS diharapkan pada unit anaerobik digester (fAD) sebesar 55%.
i. Pada unit sludge dewatering diharapkan menampung padatan (Cc) sebesar
90%, dengan konsentrasi padatan kering/cake (Xck) sebesar 30%.
j. Specific gravity (berat jenis) TSS diasumsikan sebesar 1.00. Kesalahan dari
asumsi ini cukup kecil
Nilai debit aliran, konsentrasi BOD influen dan konsentrasi TSS yang
digunakan pada aliran masuk unit ekualisasi merupakan hasil pengukuran rata-rata
debit dan konsentrasi BOD dan TSS selama 24 jam (Tabel 7). Perhitungan
kesetimbangan massa dilakukan melalui persamaan-persamaan pada Tabel 3 dan
Tabel 4. Persamaan tersebut disesuaikan dengan aliran pada unit-unit dalam suatu
IPAL sehingga persamaan yang dihasilkan tidak bersifat independen. Hasil
perhitungan kesetimbangan massa tersaji pada Tabel 5.

Tabel 3 Persamaan kesetimbangan debit aliran air limbah


Unit Persamaan No. Persamaan
Screening 𝑄𝑝 = 𝑄𝑠𝑐 + 𝑄𝑠𝑐𝑤 (1)
Grit Chamber 𝑄𝑠𝑐 = 𝑄𝑔 + 𝑄𝑔𝑤 (2)
Sedimentasi Primer 𝑄𝑔 = 𝑄𝑝𝑠 + 𝑄𝑢𝑝 (3)
BNR 𝑄𝑝𝑠 + 𝑟𝑄𝑝𝑠 = 𝑄𝑎𝑒 (4)
𝑄𝑤 = 𝑄𝑎𝑒 − 𝑄𝑟 (5)
Sedimentasi Sekunder 𝑄𝑎𝑒 = 𝑄𝑠𝑠 +𝑄𝑢𝑠 (6)
Desinfeksi 𝑄𝑓 = 𝑄𝑠𝑠 (7)
Sludge Thickener 𝑄𝑤 + 𝑄𝑢𝑝 = 𝑄𝑡 + 𝑄𝑡𝑠 (8)
Sludge Digester 𝑄𝑡 = 𝑄𝑑 + 𝑄𝑑𝑔 (9)
Sludge Dewatering 𝑄𝑑 = 𝑄𝑐𝑘 + 𝑄𝑑𝑤 (10)

Tabel 4 Persamaan kesetimbangan padatan dan substrat air limbah


Unit Persamaan No. Persamaan
Screening 𝑄𝑠𝑐𝑤 = 𝑋𝑠𝑐𝑤 𝑄𝑝 (11)
Grit Chamber 𝑄𝑔𝑤 = 𝑋𝑔𝑤 𝑄𝑠𝑐 (12)
Sedimentasi Primer 𝑄𝑔 𝑋𝑝 = 𝑄𝑝𝑠 𝑋𝑝𝑠 + 𝑄𝑢𝑝 𝑋𝑢𝑝
𝑄𝑝𝑠 𝑋𝑝𝑠 (13)
= 𝑅𝑝 (14)
𝑄𝑔 𝑋𝑝 (15)
𝑄𝑔 𝑆𝑝 = 𝑄𝑝𝑠 𝑆𝑝𝑠 + 𝑓𝑝𝑠 𝐵𝑂𝐷 𝑄𝑔 𝑆𝑝
BNR 𝑄𝑝𝑠 𝑋𝑝𝑠 + 𝑟𝑄𝑝𝑠 𝑋𝑢𝑠 + ∆𝑋 = 𝑄𝑎𝑒 𝑋𝑎𝑒 (16)
𝑄𝑝𝑠 𝑆𝑝𝑠 + 𝑟𝑄𝑝𝑠 𝑆𝑎𝑒 = 𝑄𝑎𝑒 𝑆𝑎𝑒 + ∆𝑆 (17)
Sedimentasi Sekunder 𝑄𝑎𝑒 𝑋𝑎𝑒 = 𝑄𝑠𝑠 𝑋𝑠𝑠 +𝑄𝑢𝑠 𝑋𝑢𝑠 (18)
21

Unit Persamaan No. Persamaan


Sludge Thickener 𝑄𝑤 𝑋𝑤 + 𝑄𝑢𝑝 𝑋𝑢𝑝 = 𝑄𝑡 𝑋𝑡 + 𝑄𝑡𝑠 𝑋𝑡𝑠 (19)
𝑄𝑡 𝑋𝑡
= 𝐶𝑡
𝑄𝑤 𝑋𝑤 + 𝑄𝑢𝑝 𝑋𝑢𝑝 (20)
Sludge Digester 𝑄𝑡 𝑋𝑡 = 𝑄𝑑 𝑋𝑑 + 𝑓𝐴𝐷 𝑄𝑡 𝑋𝑡 (21)
𝑄𝑡 𝑋𝑡 = 𝑄𝑑 𝑋𝑑 + 𝑄𝑑𝑔 𝑋𝑑𝑔 (22)
Sludge Dewatering 𝑄𝑑 𝑋𝑑 = 𝑄𝑐𝑘 𝑋𝑐𝑘 + 𝑄𝑑𝑤 𝑋𝑑𝑤 (23)
𝑄𝑐𝑘 𝑋𝑐𝑘
= 𝐶𝑑
𝑄𝑑 𝑋𝑑 + 𝑄𝑑𝑤 𝑋𝑑𝑤 (24)

Tabel 5 Hasil perhitungan kesetimbangan massa


Notasi Keterangan Nilai Acuan
QE Debit efluen ekualisasi (m3/hari) 190 Data sekunder
SE Konsentrasi BOD efluen ekualisasi (mg/l) 608 Data sekunder
XE Konsentrasi TSS efluen ekualisasi (mg/l) 313 Data sekunder
Qp Debit aliran influen menuju bar screen (m3/hari) 13564.80 Data primer
Sp Konsentrasi BOD influen bar screen (mg/l) 608 Data primer
Xp Konsentrasi TSS influen bar screen (mg/l) 313 Data primer
Jumlah material terkumpul di bar screen (m3/1000
Xscw 0.004 Data sekunder
m3)
Qscw Laju volumetrik bar screen (m3/hari) 0.054 Persamaan (11)
Qsc Debit aliran setelah bar screen (m3/hari) 13564.75 Persamaan (1)
Jumlah pasir terkumpul di grit chamber (m3/1000
Xgw 0.003 Data sekunder
m3)
Qgw Laju volumetrik grit chamber (m3/hari) 0.041 Persamaan (12)
Qg Debit aliran setelah grit chamber (m3/hari) 13564.71 Persamaan (2)
Konsentrasi TSS pada aliran bawah efluen
Xup 0.045 Data sekunder
sedimentasi primer (kg/L)
Debit aliran bawah (underflow) efluen sedimentasi
Qup 57 Persamaan (13)
primer (m3/hari)
Qps Debit aliran efluen unit sedimantasi primer (m3/hari) 13507.87 Persamaan (3)
Konsentrasi TSS efluen unit sedimentasi primer 𝑋𝑝𝑠
Xps 120 1− = 𝑅𝑝
(mg/l) 𝑋𝑝
Konsentrasi BOD efluen setelah sedimentasi primer
Sps 384.70 Persamaan (15)
(mg/l)
Qan Debit efluen bak anaerobik BNR (m3/hari) 22186.44 Data sekunder
Qax Debit efluen bak anoksik BNR (m3/hari) 184705.37 Data sekunder
Debit aliran recycle bak aerobik ke bak anoksik
Qrec 162518.93 Data sekunder
(m3/hari)
Qae Debit efluen bak aerobik BNR (m3/hari) 21744.25 Persamaan (4)
Xae Konsentrasi TSS efluen bak aerobik BNR (mg/l) 130.66 Data sekunder
Sae Konsentrasi BOD efluen bak aerobik BNR (mg/l) 3.7 Data sekunder
Qw Debit aliran bawah efluen bak aerobik BNR (m3/hari) 442.19 Data sekunder
Konsentrasi TSS aliran bawah bak aerobik BNR
Xw 1658.22 Data sekunder
(mg/l)
22

Notasi Keterangan Nilai Acuan


Debit aliran efluen unit sedimentasi sekunder
Qss 13639.53 Persamaan (6)
(m3/hari)
Konsentrasi TSS efluen unit sedimentasi sekunder
Xss 10 Data sekunder
(mg/l)
Debit aliran bawah efluen sedimentasi sekunder Persamaan (4)
Qus 8104.72
(m3/hari) dan (18)
Konsentrasi TSS aliran bawah efluen sedimentasi
Xus 7000 Data sekunder
sekunder (mg/l)
Rasio debit aliran recycle sedimentasi sekunder ke
r 0.6 Persamaan (16)
aliran influen BNR
Qf Debit aliran efluen unit desinfeksi (m3/hari) 13639.53 Persamaan (7)
Qt Debit aliran bawah efluen sludge thickener (m3/hari) 36.096
Konsentrasi TSS aliran bawah efluen sludge
Xt 0.04 Data sekunder
thickener (kg/L)
Qts Debit aliran efluen sludge thickener (m3/hari) 463.093 Persamaan (8)
Xts Konsentrasi TSS efluen unit sludge thickener (mg/l) 1442.81 Persamaan (19)
Debit aliran bawah efluen unit sludge digester
Qd 25.25 Persamaan (9)
(m3/hari)
Konsentrasi TSS aliran bawah efluen unit sludge
Xd 0.018 Persamaan (21)
digester (kg/L)
Persamaan (21)
Qdg Debit aliran efluen sludge digester (m3/hari) 10.76
dan(22)
Xdg Konsentrasi TSS aliran efluen sludge digester (mg/l) 3 Data sekunder
Debit aliran supernatan dari sludge dewatering
Qdw 0 Persamaan (10)
(m3/hari)
Konsentrasi TSS supernatan dari sludge dewatering
Xdw 0.018 Persamaan (23)
(mg/l)
Debit volumetrik pembuangan padatan kering (cake)
Qck 25.25 Persamaan (24)
dari sludge dewatering(m3/hari)
Konsentrasi TSS pada padatan kering (cake) efluen
Xck 0.30 Data sekunder
sludge dewatering(kg/L)

Tahapan penting pengolahan ketika air limbah melalui unit sedimentasi


primer dan pengolahan biologis BNR. Konsentrasi TSS di unit sedimentasi primer
diharapkan dapat berkurang sebesar 62% dengan influen sebesar 313 mg/l dan
efluen sebesar 120 mg/l. Konsentrasi BOD juga diharapkan dapat berkurang
sebesar 37% dengan konsentrasi BOD influen 608 mg/l dan efluen sebesar 384.7
mg/l. Efluen dari unit sedimentasi primer berupa endapan lumpur, dialirkan ke
unit sludge thickener sebesar 57 m3/hari dan aliran filtrat menuju BNR sebesar
13507.87 m3/hari. Aliran kembali air limbah dari bak aerobik menuju bak anoksik
sebesar 162518.93 m3/hari. Campuran pencemar terlarut, biomassa, air limbah
pada unit biologis umumnya disebut Mixed Liquor Suspended Solids (MLSS)
(Sutapa 1999). MLSS akan diendapkan pada clarifier serta dikembalikan pada
aliran influen BNR sebesar 8104.72m3/hari. Air limbah hasil pemisahan di
clarifier sebesar 13639.53m3/hari selanjutnya dialirkan menuju unit desinfeksi.
23

200000

184705.37

162518.93
180000

160000

140000

120000
Debit aliran (m3/hari)

100000

80000

60000

22186.44

21744.25

13639.53

13639.53
13564.75

13564.71

13507.87
13564.8

40000

8104.72

463.093
442.19

36.096

25.25

25.25
0.054

0.041

10.76
20000
190

57

0
0

Qck
Qae
QE

Qf
Qps

Qus

Qts
Qgw

Qan

Qdw
Qscw

Qup

Qax
Qrec
Qp

Qw

Qt

Qd
Qss

Qdg
Qg
Qsc

Debit aliran setiap unit pengolahan

Gambar 16 Debit aliran pada setiap unit IPAL

Grafik pada Gambar 16 menunjukkan bahwa debit aliran bawah Q scw, Qgw,
Qup, Qw, Qt, Qd dan Qck memiliki nilai yang cukup rendah dibandingkan dengan
debit aliran utama. Hal ini terjadi karena hanya fase padatan dari air limbah yang
melalui aliran bawah (underflow), fase cair dialirkan pada aliran utama.
Rendahnya nilai debit aliran bawah juga menyebabkan pengembalian jumlah
supernatan ke influen bak anaerobik BNR kecil. Qdw bernilai 0 karena seluruh
sludge yang masuk ke dalam unit sludge dewatering diasumsikan menjadi padatan
tanpa supernatan. Nilai debit terbesar terdapat pada aliran influen bak aerobik dan
sirkulasi aliran dari bak aerobik menuju bak anoksik terjadi karena terdapat
penambahan debit pada influen BNR berasal dari aliran kembali unit clarifier dan
supernatan unit-unit pengolah lumpur.
Grafik pada Gambar 17 menunjukkan nilai TSS terbesar terdapat di aliran
bawah (aliran kembali) dari unit sedimentasi sekunder kembali menuju BNR,
sebesar 7000 mg/l. Selain itu, nilai TSS cukup besar terdapat pada aliran lumpur
dari bak aerobik menuju unit sludge thickener (Xw), sebesar 1658.22 mg/l. Hal ini
disebabkan pembentukan flok oleh mikroorganisme pada BNR cukup tinggi,
terkumpul dan mengendap selama waktu detensi di bak aerasi. Nilai TSS pada
aliran supernatan unit sludge thickener tidak jauh berbeda dengan nilai X w. Hal ini
menunjukkan bahwa TSS dalam lumpur pada unit sludge thickener tidak terlalu
tinggi.
24

8000

7000

7000
6000

5000
Konsentrasi TSS (mg/L)

4000

1658.22
3000

1442.81
2000

130.66

0.018
313

313

1000
120

10

3
0

Xdw
Xts
Xw

Xss

Xdg
Xae
XE

Xps

Xus
Xp

Konsentrasi TSS setiap unit pengolahan

Gambar 17 Konsentrasi TSS setiap unit pengolahan

Rancangan Unit IPAL

Bak Ekualisasi
Unit ekualisasi dalam suatu IPAL berfungsi untuk meminimalkan fluktuasi
debit air limbah serta menghomogenkan kandungan pencemar dalam air limbah
sehingga kinerja unit-unit pengolahan meningkat. Kriteria rancangan unit
ekualisasi dalam perencanaan ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Perancangan unit ekualisasi memerlukan data awal berupa fluktuasi debit,
BOD dan TSS selama 24 jam. Hasil perhitungan volume tangki ekualisasi tersaji
pada Tabel 8 dan hasil perhitungan BOD dan TSS mass loading tersaji pada Tabel
9.
Tabel 6 Kriteria rancangan unit bak ekualisasi
Parameter Kriteria Rancangan Kriteria Digunakan
Kedalaman bak (h) 1.5 m - 3m 2
Slope (S) 3:5 - 2:1 1:2
Freeboard 0.5 m - 1 m 0.5
Luas bawah (A2) (20%-50%) A1 0.3
Vinlet = Voutlet 0.6 m/det - 3 m/det 1

Tabel 7 Data fluktuasi debit, BOD, dan TSS air limbah 24 jam
Waktu Debit (m3/jam) BOD (mg/l) TSS (mg/l)
00.00 3 682 294
01.00 2 737 83
02.00 1 682 176
25

Waktu Debit (m3/jam) BOD (mg/l) TSS (mg/l)


03.00 3 701 47
04.00 1 682 83
05.00 4 664 43
06.00 4 682 73
07.00 6 682 739
08.00 10 664 268
09.00 10 608 840
10.00 18 627 530
11.00 15 627 349
12.00 9 645 897
13.00 10 590 140
14.00 11 608 500
15.00 9 645 413
16.00 11 664 366
17.00 7 645 296
18.00 14 645 277
19.00 12 682 87
20.00 6 664 694
21.00 9 719 323
22.00 9 0 0
23.00 4 0 0

Data fluktuasi air limbah pada Tabel 7 menggambarkan debit puncak aliran
terjadi pada pukul 10.00. Air limbah dengan jumlah kecil terjadi pada pukul 24.00
sampai pukul 05.00. Fluktuasi kandungan TSS tidak terkait dengan besarnya debit
dan ditunjukkan dengan nilai tertinggi TSS tidak berada pada pukul 10.00,
melainkan pada pukul 12.00. Serupa dengan nilai TSS, nilai BOD pun tidak
berhubungan dengan debit air limbah.
Tabel 8 Perhitungan volume tangki ekualisasi
Debit Volume Volume
Waktu Debit campuran
rata-rata Kumulatif rata-rata
Inlet Outlet Kumulatif
(jam) (l/det) (l/jam) (m3/jam) (m3/det) m3/det
(m3) (m3) (m3)
0-1 0.833 3000 3 0.0008 0.00237 3 8.545 -5.545
1-2 0.556 2000 2 0.0006 0.00237 5 17.091 -12.091
2-3 0.278 1000 1 0.0003 0.00237 6 25.636 -19.636
3-4 0.833 3000 3 0.0008 0.00237 9 34.182 -25.182
4-5 0.278 1000 1 0.0003 0.00237 10 42.727 -32.727
5-6 1.111 4000 4 0.0011 0.00237 14 51.273 -37.273
6-7 1.111 4000 4 0.0011 0.00237 18 59.818 -41.818
7-8 1.667 6000 6 0.0017 0.00237 24 68.364 -44.364
8-9 2.778 10000 10 0.0028 0.00237 34 76.909 -42.909
9-10 2.778 10000 10 0.0028 0.00237 44 85.455 -41.455
26

Debit Volume Volume


Waktu Debit campuran
rata-rata Kumulatif rata-rata
Inlet Outlet Kumulatif
(jam) (l/det) (l/jam) (m3/jam) (m3/det) m3/det 3
(m ) (m3) (m3)
10-11 5.000 18000 18 0.0050 0.00237 62 94.000 -32.000
11-12 4.167 15000 15 0.0041 0.00237 77 102.545 -25.545
12-13 2.500 9000 9 0.0025 0.00237 86 111.091 -25.091
13-14 2.778 10000 10 0.0028 0.00237 96 119.636 -23.636
14-15 3.056 11000 11 0.0031 0.00237 107 128.182 -21.182
15-16 2.500 9000 9 0.0025 0.00237 116 136.727 -20.727
16-17 3.056 11000 11 0.0031 0.00237 127 145.273 -18.273
17-18 1.944 7000 7 0.0019 0.00237 134 153.818 -19.818
18-19 3.889 14000 14 0.0039 0.00237 148 162.364 -14.364
19-20 3.333 12000 12 0.0033 0.00237 160 170.909 -10.909
20-21 1.667 6000 6 0.0017 0.00237 166 179.455 -13.455
21-24 6.111 22000 22 0.0061 0.00237 188 188.000 0.000

200

180

160

140

120
Volume (m3)

100

80

60

40

20

0
0-1
1-2
2-3
3-4
4-5
5-6
6-7
7-8
8-9

10-11
11-12
12-13
13-14
14-15
15-16
16-17
17-18
18-19
19-20
20-21
21-24
9-10

Rentang waktu (jam)

Data kumulatif inlet Data kumulatif outlet

Gambar 18 Grafik volume bak ekualisasi


27

Tabel 9 Hasil perhitungan BOD dan TSS mass loading


Sebelum ekualisasi Setelah Ekualisasi
Debit Volume Mass Mass
Waktu
campuran tangki BOD TSS loading BOD TSS loading
(mg/l) (mg/l) (kg/jam) (mg/l) (mg/l) (kg/jam)
(jam) L/jam m3/jam m3 BOD TSS BOD TSS
8-9 10000 10 10 663.71 268 6.64 2.68 663.71 268 5.67 2.29
9-10 10000 10 20 608.40 840 6.08 8.40 636.05 554 5.26 6.56
10-11 18000 18 38 626.83 530 11.28 9.54 617.13 693.16 5.33 4.90
11-12 15000 15 53 626.83 349 9.40 5.24 626.83 478.77 5.36 3.68
12-13 9000 9 62 645.27 897 5.81 8.07 629.51 428.55 5.41 4.50
13-14 10000 10 72 589.96 140 5.90 1.40 637.59 791.86 5.35 5.46
14-15 11000 11 83 608.40 500 6.69 5.50 592.40 187.71 5.10 2.26
15-16 9000 9 92 645.27 413 5.81 3.72 612.00 491.49 5.29 4.06
16-17 11000 11 103 663.71 366 7.30 4.03 647.24 407.98 5.56 3.40
17-18 7000 7 110 645.27 296 4.52 2.07 662.53 361.55 5.64 3.00
18-19 14000 14 124 645.27 277 9.03 3.88 645.27 293.85 5.51 2.47
19-20 12000 12 136 682.14 87 8.19 1.04 648.52 260.24 5.60 1.90
20-21 6000 6 142 663.71 694 3.98 4.16 681.36 112.65 5.81 1.53
21-24 22000 22 164 719.01 323 15.82 7.11 671.13 644.23 5.87 4.61
0-1 3000 3 167 682.14 294 2.05 0.88 718.35 322.48 6.12 2.74
1-2 2000 2 169 737.45 83 1.47 0.17 682.80 291.50 5.85 2.42
2-3 1000 1 170 682.14 176 0.68 0.18 737.13 83.55 6.29 0.73
3-4 3000 3 173 700.58 47 2.10 0.14 682.46 173.76 5.85 1.38
4-5 1000 1 174 682.14 83 0.68 0.08 700.47 47.21 5.98 0.42
5-6 4000 4 178 663.71 43 2.65 0.17 681.73 82.10 5.79 0.62
6-7 4000 4 182 682.14 73 2.73 0.29 664.11 43.66 5.73 0.46
7-8 6000 6 188 682.14 739 4.09 4.43 682.14 94.26 5.83 4.62

Gambar 18 menggambarkan nilai volume kumulatif inlet dan outlet setiap


jam selama 24 jam. Grafik menunjukkan selisih volume kumulatif inlet dan outlet
terbesar pada pukul 7-8. Nilai selisih tersebut dijadikan acuan volume bak
ekualisasi. Tanda negatif pada kolom volume rata-rata kumulatif disebabkan oleh
nilai debit campuran per jam jauh lebih kecil dibanding nilai debit rata-rata
kumulatif per jam selama 24 jam. Hasil perhitungan pada Tabel 9 disajikan dalam
bentuk grafik, dengan mengilustrasikan nilai BOD dan TSS mass loading saat
sebelum dan setelah ekualisasi (Gambar 19 dan Gambar 20). Grafik pada Gambar
19 menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan antara BOD mass loading
sebelum dan sesudah ekualisasi. BOD mass loading setelah ekualisasi lebih stabil
daripada sebelum ekualisasi. Hal ini menunjukkan mekanisme bak ekualisasi telah
berfungsi dengan baik. Mixer dan aerator pada umumnya digunakan untuk
menciptakan homogenitas dan aerasi pada air limbah terkumpul. Unit ekualisasi
umum digunakan dalam suatu instalasi pengolahan limbah industri untuk
menghomogenkan kondisi air limbah dengan karakteristik berbeda dari setiap
kegiatan produksi (Lawrence et all. 2005).
28

18.000
16.000
BOD Mass Loading (kg/jam)

14.000
12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
0.000
8-9

0-1
1-2
2-3
3-4
4-5
5-6
6-7
7-8
14-15
15-16
16-17
17-18
10-11
11-12
12-13
13-14

18-19
19-20
20-21
21-24
9-10

Rentang Waktu (jam)


BOD mass loading sebelum ekualisasi BOD mass loading sesudah ekualisasi

Gambar 19 Grafik BOD mass loading sebelum dan sesudah ekualisasi

12.000

10.000
TSS Mass Loading (kg/jam)

8.000

6.000

4.000

2.000

0.000
9-10

0-1

7-8
8-9

1-2
2-3
3-4
4-5
5-6
6-7
13-14

20-21
10-11
11-12
12-13

14-15
15-16
16-17
17-18
18-19
19-20

21-24

Rentang Waktu (jam)


TSS mass loading sebelum ekualisasi TSS mass loading sesudah ekualisasi

Gambar 20 Grafik TSS mass loading sebelum dan sesudah ekualisasi

Gambar 20 menggambarkan perbedaan yang tidak begitu signifikan, antara


TSS mass loading saat sebelum dan sesudah ekualisasi. Hal tersebut terjadi karena
kandungan TSS air limbah ketika pemantauan selama 24 jam, sangat berfluktuasi
dan memiliki kisaran nilai yang cukup besar. Dengan memperhatikan kedua grafik
tersebut, unit ekualisasi telah dapat meminimalkan fluktuasi kandungan BOD,
namun tidak berpengaruh besar pada nilai TSS. Dimensi bak ekualisasi hasil
perhitungan tersaji pada Tabel 10.
29

Tabel 10 Dimensi bak ekualisasi hasil perhitungan


Parameter Hasil Persamaan
Kedalaman bak, m 2 -
1 0.5
𝑑 𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴1 × 𝐴2
Panjang sisi atas bak (A1), m 4.648 3
Panjang sisi bawah bak (A2), m 2.546 0.3 A1
Kemiringan 1.526 35
Tinggi jagaan, m 0.5 -
2
Luas Permukaan inlet, m 0.003 36
Diameter inlet, m 0.062 37
Luas permukaan outlet, m2 0.001 36
Diameter outlet, m 0.038 37
3
Volume bak ekualisasi, m 53.24 -

Bak ekualisasi ini direncanakan terdapat dua unit, dengan volume masing-
masing 53.24 m3 dan berbentuk limas terpancung. Waktu detensi pada unit ini
adalah 4 - 8 jam. Unit ekualisasi dirancang di awal proses pengolahan untuk
mengurangi beban proses unit selanjutnya serta dapat mengantisipasi terjadinya
shock loading pada unit pengolahan biologis. Shock loading merupakan kondisi
saat beban dari air limbah menjadi saat besar secara mendadak sehingga
menyebabkan kematian pada organisme dalam air limbah pada unit pengolah
biologis (Horan, 1990). Unit ini juga berfungsi sebagai penampung air limbah
awal, karena air limbah setiap jam tidak sama dan debitnya kecil. Gambar
rancangan unit ekualisasi dapat dilihat pada Lampiran 2, nomor gambar A 1/2 –
01 dan A 2/2 – 02.

Bak Penampung
Bak penampung merupakan unit tambahan berfungsi menampung air limbah
dari bak ekualisasi. Hal ini dilakukan untuk menanggulangi kecilnya debit air
limbah tertampung selama waktu detensi unit ekualisasi dan menyebabkan sistem
pengolahan air limbah tidak dapat dilakukan secara continuous, melainkan dengan
sistem batch.
Tabel 11 Hasil perhitungan unit bak penampung
Parameter Hasil
Panjang bak, m 6
Lebar bak, m 5
Kedalaman bak, m 4.22
3
Volume bak, m 126.72
Waktu detensi (td), jam 48
Luas permukaan inlet, m2 0.0012
Diameter inlet, m 0.4
Kecepatan inlet, m/det 1
2
Luas permukaan outlet, m 0.2
Diameter outlet, m 0.5
Kecepatan outlet, m/det 0.6
3
Kapasitas pompa, m /det 0.12
30

Bak penampung dirancang berpenampang persegi panjang dengan ukuran 6


× 5 × 4.22 m, bervolume 126.72 m3 disesuaikan dengan data debit maksimum
harian yang diperoleh saat observasi, yaitu 190 m3/hari. Berikut hasil perhitungan
bak penampung disajikan pada Tabel 11. Gambar hasil rancangan dapat dilihat
pada Lampiran 3 nomor gambar B 1/1 – 03.

Bar Screen
Unit bar screen merupakan unit penyaring padatan-padatan
(sampah,daun,kerikil) dalam air limbah. Apabila padatan-padatan tersebut tidak
dipisahkan dapat mengganggu kinerja unit proses selanjutnya dalam IPAL
(Corbitt. 1990). Bar screen dirancang dengan pembersihan manual dengan kriteria
perancangan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Kriteria rancangan unit bar screen
Nilai Kriteria
Parameter
kriteria digunakan
Kecepatan maksimum aliran melalui racks, m/det 0.3-0.6 0.4
Ukuran bar l, mm 4-8 4
h, mm 25-50 25
Spasi antar bar, mm 25-75 25
Kemiringan dari garis horizontal (degrees) 45-60 45
HL diizinkan, clogged screen(mm) 150 150
HL maksimum, clogged screen (mm) 800 800
Sumber : Tchobanoglous 2003

Bar screen dengan pembersihan manual dipilih dalam perancangan unit ini
karena mempertimbangkan volume sampah dalam air limbah PT. W cukup kecil
dan dimensi unit tidak terlalu besar. Perhitungan unit ini menghasilkan dimensi
bar screen dengan lebar 1.5 m dan jumlah bar 51 buah. Menurut Tchobanoglous
(2003), kriteria kecepatan maksimum pada bar adalah antara 0.6 m/det. Hasil
perhitungan bar screen pada Tabel 13 telah menunjukkan kesesuaian dengan
kriteria tersebut.
Menurut Shun (2007), maksimum headloss diijinkan 0.6 – 0.7 m. Hasil
perhitungan unit bar screen telah sesuai dengan kriteria tersebut. Kecepatan air
limbah setelah melewati bar lebih tinggi dibanding saat melalui bar. Hal ini
disebabkan kecepatan air limbah saat melalui bar dipengaruhi oleh padatan atau
sampah yang dibawa air limbah (Nurhayati 2011). Gambar rancangan unit ini
dapat dilihat pada Lampiran 4 nomor C 1/3 – 04, C 2/3 – 05, dan C 3/3 – 06.
Tabel 13 Hasil perhitungan unit bar screen
Parameter Nilai * Persamaan
2 I.1.a)
Luas penampang bar, m 0.52 39
I.1.b)
Luas bersih rack, m 1.31 40
I.1.d)
Total area bersih, m 1.3 41
I.1.c)
Jumlah bukaan bar 52
Jumlah bar 51 42
Diameter bar, mm 4
31

Parameter Nilai * Persamaan


Lebar chamber, m2 1.5 I.1.g) 43
Kedalaman sebelum bar (d1), m 0.4
Kedalaman saat melewati bar (d2), m 0.42 I.3 44
Kecepatan air saat melewati bar (v2), m/det 0.249 I.3 44
Headloss di rack, m 0.006 I.5 46
Kedalaman setelah melewati bar (d3), m 0.37 I.6 47
Kecepatan air setelah melewati bar (v3), m/det 0.28 I.6 47
Kedalaman air saat 50% clogging (d'2), m 0.39 I.7 48
Kecepatan air saat 50% clogging (v'2), m/det 0.268 I.7 48
Headloss saat 50% clogging (H50), m 0.020 I.7 51
Diameter inlet (D inlet), m 0.50
* Nomor pada Lampiran 2 Contoh Perhitungan Unit IPAL

Grit Chamber
Fungsi dari unit grit chamber adalah untuk memisahkan padatan anorganik
seperti pasir dan kerikil yang dapat menyebabkan kerusakan peralatan mekanik
unit selanjutnya (Spellman, 2009). Partikel yang diendapkan merupakan partikel
dengan massa jenis lebih berat dari pada partikel organik. Kriteria rancangan unit
ini dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Kriteria rancangan unit grit chamber
Parameter Kriteria rancangan Kriteria terpilih
Kedalaman, m 2-5 2
Panjang, m 7.5-2.0 7
Lebar, m 2.5-7 2
Lebar/kedalaman 1:1-5:1 1:1
Panjang/lebar 2.5:1-5:1 3.5
Transverse velocity at surface, m/det 0.6-0.8 0.8
Waktu detensi, menit 2-5 4
Suplai udara, l/det m 4.6-12.4 4.6

Perhitungan dilakukan dengan memperhatikan debit maksimum yang masuk


ke dalam konfigurasi unit. Dalam perancangan ini, dua unit grit chamber
dibutuhkan karena pasir diambil secara manual. Tipe grit chamber
digunakandalam rancangan adalah tipe Aerated Grit Chamber. Aliran pada tipe ini
berbentuk spiral akan menyebabkan partikel ringan naik ke permukaan dan partikel
lebih berat akan mengendap di dasar tangki. Keunggulan tipe ini adalah efisiensi
konstan, headloss minimal, kandungan zat organik dapat dikontrol dengan mengatur
laju aliran udara, dan chamber dapat berfungsi juga sebagai tempat pencampuran zat
kimia (Davis, 2010).
Tabel 15 Hasil perhitungan unit grit chamber
Parameter Nilai * Persamaan
Panjang chamber (P), m 7
Lebar chamber (L), m 2
Kedalaman chamber, m 2
32

Parameter Nilai * Persamaan


Tinggi jagaan, m 0.3
Air supply (As), l/det menit 4.6
Debit (Q) chamber, m3/det 0.078 II.1.a) 52
Volume chamber (V), m3 18 II.1.b) 53
Kedalaman total (d), m 2.3 II.1.e) 54
Luas chamber, m2 9 II.1.f) 55
Luas tersedia, m2 14 II.1.j) 56
Waktu detensi aktual (td), menit 3.57 II.1.l) 57
Air supply yang dibutuhkan (Ar), l/det 32.2 II.2.a) 58
Kapasitas difusser, l/det 48.3 II.2.b) 59
Kapasitas blower, m3/det 5.8 II.2.c) 60
Luas chamber, m2 14 61
Overflow rate, m3/m2 hari 462.85 II.3.a) 61
Lebar struktur influen, m 0.5
Kedalaman air di saluran 2.1
Kecepatan aliran saat satu chamber beroperasi
(v1), m 0.14 II.4 63
Kecepatan aliran saat dua chamber beroperasi
(v2), m 0.037 II.4 64
Beda head, m 0.04 II.4 65
Panjang weir efluen, m 1.5
Lebar weir efluen, m 1
Panjang kotak efluen, m 1.3
Lebar kotak efluen, m 1
Head di weir(kedua chamber beroperasi) 0.09 II.5 67
Ketinggian weir crest, m 1.91 II.5 68
Kedalaman air saat debit puncak, m 2.05
Kecepatan di chamber, m/det 0.038 II.5 69
Headloss, m 0.0018 II.5 70
* Nomor pada Lampiran 2 Contoh Perhitungan Unit IPAL

Berdasarkan perhitungan, diperoleh dimensi grit chamber sebesar 7 × 2 ×


2.3 m dengan kecepatan aliran sebesar 0.03 m/det. Menurut Davis (2010),
kecepatan efektif aliran dalam chamber adalah 0.03 m/det. Hasil perhitungan telah
sesuai dengan kriteria tersebut. Letak diffuser direncanakan terdapat pada
sepanjang salah satu sisi chamber berjarak 0.6 m dari dasar saluran untuk
mendukung terbentuknya aliran spiral. Kecepatan aliran dalam chamber
dipengaruhi oleh grit dalam air limbah (Nurhayati 2011). Besarnya aliran air
limbah akan mempengaruhi panjang chamber serta kedalaman saluran (Reynold
1996). Kecepatan aliran dijaga agar tetap konstan sehingga padatan yang telah
mengendap tidak bercampur kembali dengan air limbah, menggunakan alat ukur
pengontrol aliran, yaitu proportional weir dan parshall flume. Hasil perhitungan
selengkapnya tersaji dalam Tabel 15. Gambar rancangan dapat dilihat pada
Lampiran 5 nomor D 1/3–07, D 2/3–08, dan D 3/3–09.
33

Sedimentasi Primer
Unit sedimentasi primer (SP) adalah proses penyisihan partikel organik
pertama dalam suatu rangkaian proses pengolahan air limbah. Unit ini dapat
menghilangkan kandungan TSS sebesar 50-70% dan kandungan BOD sebesar 30-
40% pada air limbah (Davis, 2010). Tingkat efisiensi unit ini dipengaruhi oleh
besarnya specific gravity dari partikel tersuspensi di dalam air limbah. Partikel
dengan specific gravity lebih besar dari cairan akan mengendap, sedangkan yang
lebih rendah akan mengapung. Lumpur endapan selanjutnya diolah di unit sludge
thickener dan supernatan akan dialirkan ke unit pengolahan biologis. Kriteria
rancangan unit sedimentasi primer dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Kriteria rancangan unit sedimentasi primer
Kriteria Kriteria rancangan
Parameter
rancangan digunakan
Limpasan saat aliran rancangan
rata-rata, m3/m2 hari 30-50 30
Panjang, m 10-100 15.92
Rasio panjang terhadap lebar 1-7.5 4
Rasio panjang terhadap kedalaman 4.2-25 5.31
Kedalaman air, m 2.5-5 3
Lebar, m 3-24 4.0
Waktu detensi, jam >>1.5 2.4
3 3
Weir loading rate <<0.044 m /det m /m 248
3 372
>>0.044m /det hari 372

Dua buah unit sedimentasi primer dirancang untuk dioperasikan bergantian


ketika salah satu sedang dalam perawatan. Tangki sedimentasi yang digunakan
berbentuk persegi dengan ukuran 15.92 m × 4 m × 3.5 m dan waktu detensi
selama 2.4 jam. Dengan waktu detensi tersebut, lumpur dihasilkan secara terus
menerus sehingga masalah bau yang dinyatakan dalam Davis (2010) dapat
ditanggulangi dan tidak mempengaruhi tingkat efisiensi unit ini.
Pada unit ini terbentuk lumpur endapan dan partikel yang mengapung di
permukaan disebut scum (Reynold 1996). Scum disedot oleh skimmer dan
dialirkan ke dalam scum-dewatering trap untuk memisahkan antara scum dan air.
Scum selanjutnya dialirkan ke digester, sedangkan air dialirkan keluar unit
sedimentasi primer menuju unit pengolah biologis (BNR). Karakteristik air
limbah masuk dan keluar unit ini tersaji dalam Tabel 17. Gambar hasil rancangan
dapat dilihat pada Lampiran 6 nomor E 1/5–10, E 2/5–11, E 3/5–12, E 4/5–13,
dan E 5/5–14.
34

Tabel 17 Karakteristik air limbah di unit sedimentasi primer


Parameter air limbah awal lumpur primer efluen dari SP
Debit , m3/hari 13564.7 57 13507.87
konsentrasi massa removal massa massa konsentrasi
mg/l kg/hari % kg/hari kg/hari mg/l
BOD 608 8243 37 3050 5193 383
TSS 313 4249 62 2634 1615 120
Org-N 60.5 821 30 246 574 43
NH3-N 62.5 848 0 1 847 63
NO3-N 0.027 0.366 0 0 0 0
TN 123 1668 - 7 1667 123
TP 8.28 112 16 18 94 7
COD 2368.88 32133 37 11889 20244 1494

Tabel 18 Hasil perhitungan unit sedimentasi primer


Parameter Nilai * Persamaan
Panjang, m 15.92 III.1.c)
Lebar, m 4 III.1.b)
Kedalaman, m 3.5 III.1.f)
Luas permukaan (A), m2 63.36 III.1.a) 71
Debit puncak (Q puncak) tiap bak, m3/detik 0.039 III.2.a) 73
Waktu detensi (td), jam 2.4 III.1.j) 74
Kecepatan air (vc), m/det 0.039 III.2.b) 75
Beda Head (∆H), m 0.002 76
Panjang weir (Pw), m 18.12 III.3.b) 77
Jumlah v-notch 94 III.3.e) 78
Debit tiap v-notch (Qnotch), m3/det 0.0002 III.3.f) 79
Head di nocth, m 0.025 III.3.f) 80
Lebar launder, m 0.4
Lebar kotak efluen, m 0.5
Diameter pipa outlet (D outlet), m 0.5
Kedalaman air di kotak eflluen, m 1
Kedalaman air di eflluen launder(y2), m 0.54 81
Kedalaman air di akhir efluen launder(y1), m 0.54 82
Jumlah lumpur, kg/hari 738.33 III.4.b) 83
Kuantitas scum, m3/hari 0.032 III.6 84
* Nomor pada Lampiran 2 Contoh Perhitungan Unit IPAL

Biological Nutrient Removal (BNR)


Biological Nutrient Removal merupakan salah satu metode pengolahan air
limbah secara biologis menggunakan bantuan mikroorganisme. Pada unit ini
terdapat tiga proses dalam tiga bak terpisah, yaitu bak anaerobik, bak anoksik dan
35

bak aerobik. Diagram alir proses perhitungan unit BNR dapat dilihat pada
Lampiran 1, sedangkan kriteria rancangan unit BNR pada Tabel 19.
Tabel 19 Kriteria rancangan unit BNR
Parameter Nilai
Sludge Retention Time (SRT), hari 10-15
Rasio F/M, kg BOD5/kg MLVSS . hari 0.1-0.2
MLSS, mg/l 3000-4000
Hydraulic Retention Time (HRT), jam 5.7-10.2
Y BOD5 0.4-0.8
Kd BOD5 0.025-0.075
Y nitrifikasi 0.1-0.3
Kd nitrifikasi 0.03-0.06

Kelebihan BNR dibandingkan dengan unit pengolahan biologis lain adalah


biaya menghilangkan fosfor dan nitrogen murah, lebih hemat dalam mengurangi
kapasitas aerasi, jumlah lumpur dihasilkan lebih sedikit, terbebas dari biaya
pengolahan kimiawi, meningkatkan efisiensi penurunan konsentrasi TSS dan
BOD, serta meningkatkan stabilitas dan kehandalan proses (Qasim 2000). Jumlah
rangkaian BNR dirancang sejumlah satu rangkaian. Umumnya satu rangkaian
terdiri dari satu bak aerobik, tiga bak anaerobik dan tiga bak anoksik (Barnard
1998). Bak anaerobik dan bak anoksik berpenampang persegi dengan panjang
sisinya 7 m. Kedalaman bak anaerobik 7.7 m dan bak anoksik 11.5 m, sedangkan
dimensi bak aerobik 10 m × 20 m dengan kedalaman 6 m. Hasil perhitungan BNR
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 20. Gambar rancangan dapat dilihat pada
Lampiran 7 nomor F 1/5–15, F 2/5–16, F 3/5–17, F 4/5–18, dan F 5/5–19.
Tabel 20 Hasil perhitungan BNR
Parameter Nilai *
Jumlah rangkaian reaktor 1
Zona anaerobik:
1. Dimensi dan konfigurasi bak:
a. Jumlah bak anaerobik 3
b. Kedalaman bak (m) 7.7
c. Panjang = Lebar (m) 7 IV.2.A.j)
d. Tinggi jagaan (m) 0.2
e. Volume setiap bak (m3) 377.3
f. Volume total bak anaerobik (m3) 1131.9 IV.2.A.l)
2. Struktur influen, dinding baffle, dan weir efluen:
Debit desain rata-rata ke BNR (m3/det) 0.157 IV.2.H.a)
Debit aliran kembali (m3/det) 0.094 IV.2.H.b)
3
Debit pada kondisi aliran rata-rata (m /det) 0.11 IV.2.H.c)
Debit pada kondisi aliran puncak (m3/det) 0.14 IV.2.H.d)
a. Lebar saluran influen (m) 1
b. Kedalaman saluran influen (m) 1.5
c. Jumlah port pada saluran influen 16
d. Ukuran setiap port (cm) 10 × 10
Debit influen melalui setiap port pada kondisi 0.0068 IV.2.H.f)
36

Parameter Nilai *
aliran rata-rata (m3/det)
Debit influen melalui setiap port pada kondisi 0.0088 IV.2.H.g)
aliran puncak (m3/det)
e. Headloss pada saluran influen, ∆ z (m) 0.06 IV.2.H.i)
f. Headloss pada saluran influen saat debit 0.10 IV.2.H.j)
puncak, ∆ zpeak (m)
g. Jumlah dinding baffle 2
h. Jumlah orifice pada setiap dinding baffle 53
i. Diameter tiap orifice (cm) 5
j. Headloss pada dinding baffle saat debit rata- 0.15 IV.2.H.l)
rata, ∆ z average (m)
k. Headloss pada dinding baffle saat debit 0.25 IV.2.H.m)
puncak, ∆ z peak (m)
l. Head over pada effluent weir saat debit rata- 0.042 IV.2.H.n)
rata, H avg (m)
m. Head over pada effluent weir saat debit 0.049 IV.2.H.o)
puncak, H peak (m)
3. Hydraulic Retention Time (HRT) ,𝜃 𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 2
𝑎𝑛𝑎𝑒𝑟𝑜𝑏𝑖𝑘
(jam)
4. Daya pengaduk pada bak anaerobik (kW) 4.1 IV.2.A.m)
Zona anoksik :
1. Dimensi dan konfigurasi bak:
a. Jumlah bak anoksik 3
b. Kedalaman bak (m) 11.5
c. Panjang = Lebar (m) 7 IV.2.B.o)
d. Tinggi jagaan (m) 0.2
e. Volume setiap bak (m3) 563.5
f. Volume total bak anoksik (m3) 1690.5 IV.2.B.q)
2. Struktur influen, dinding baffle, dan weir efluen
Debit saat kondisi aliran rata-rata (m3/det) 0.71 IV.2.I.a)
Debit saat kondisi aliran puncak (m3/det) 1.99 IV.2.I.b)
a. Lebar saluran influen (m) 1
b. Kedalaman saluran influen (m) 3
c. Jumlah port pada saluran influen 16
d. Ukuran setiap port (cm) 20 × 20
e. Headloss pada saluran influen, ∆ z (m) 0.167 IV.2.I.e)
f. Headloss pada saluran influen saat debit 1.325 IV.2.I.f)
puncak, ∆ z peak(m)
g. Jumlah dinding baffle 2
h. Jumlah orifice pada setiap dinding baffle 53
i. Diameter tiap orifice (cm) 20
j. Headloss pada dinding baffle saat debit rata- 0.025 IV.2.I.h)
rata, ∆ z average (m)
k. Headloss pada dinding baffle saat debit 0.196 IV.2.I.i)
puncak, ∆ z peak (m)
l. Head over pada effluent weir saat debit rata- 0.14 IV.2.I.j)
rata, H avg (m)
37

Parameter Nilai *
m. Head over pada effluent weir saat debit 0.29 IV.2.I.k)
puncak, H peak (m)
3. Sludge Retention Time (SRT) untuk denitrifikasi, 3.5 IV.2.B.c)
𝑚𝑖𝑛
𝜃𝑐,𝐷𝑁 (hari)
Sludge Retention Time (SRT) untuk denitrifikasi, 4 IV.2.B.c)
𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛
𝜃𝑐,𝐷𝑁 (hari)
𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 3 IV.2.B.h)&i)
Hydraulic Retention Time (HRT) ,𝜃𝑎𝑛𝑜𝑘𝑠𝑖𝑘 (jam)
4. Daya pengaduk pada bak anoksik (kW) 6.17 IV.2.B.r)
Zona aerobik:
1. Dimensi dan konfigurasi bak:
a. Jumlah bak aerobik dalam satu rangkaian 1
reaktor
b. Kedalaman bak (m) 6
IV.2.C.bb)
c. Panjang bak (m) 20
d. Lebar bak (m) 10 IV.2.C.bb)
e. Tinggi jagaan (m) 0.2
f. Volume bak aerobik (m3) 1200 IV.2.C.dd)
g. Periode aerasi berdasarkan nilai debit (jam) 2.13 IV.2.C.ee)
2. Struktur influen bak aerasi:
a. Lebar saluran influen (m) 1
b. Kedalaman saluran influen (m) 1.5
c. Jumlah port pada saluran 15
d. Ukuran setiap port (cm) 20 × 20
e. Headloss pada saluran influen, ∆ z (m) 0.19 IV.2.J.b)
f. Headloss pada saluran influen saat debit 1.50 IV.2.J.c)
puncak, ∆ z peak (m)
3. Struktur efluen bak aerasi:
a. Lebar saluran launder (m) 1
b. Ukuran efluen boks (m) 1×1
c. Diameter pipa efluen (m) 0.5
d. Jumlah weir pada saluran launder , setiap 6
adjustable weir 0.75 m
Debit rata-rata (m3/det) 0.11
Debit rata-rata tiap weir (m3/det) 0.018 IV.2.J.h)
Debit puncak (m3/det) 0.14
Debit puncak tiap weir (m3/det) 0.023 IV.2.J.j)
e. Panjang adjustable weir setelah diubah, L‘ 0.74 IV.2.J.k)
(m)
f. Head over pada effluent weir saat debit rata- 0.058 IV.2.J.k)
rata, ∆ z (m)
g. Panjang adjustable weir setelah diubah, L‘ 0.73 IV.2.J.l)
(m)
h. Head over pada effluent weir saat debit 0.069 IV.2.J.l)
puncak, ∆ z peak (m)
i. Panjang efluen launder (m) 9 IV.2.J.m)
j. Lebar efluen launder (m) 1
38

Parameter Nilai *
k. Ketinggian air pada efluen boks , Y2(m) 0.44
l. Ketinggian air pada saluran launder, Y1 (m) 0.45 IV.2.J.p)
m. Debit maksimum dari tiap weir (m3/det) 0.1409
n. Kedalaman total di sepanjang saluran efluen 0.67 IV.2.J.q)
(m)
o. Kecepatan aliran pada pipa efluen (m/det) 0.71 IV.2.J.r)
4. Sludge Retention Time (SRT) untuk nitrifikasi, 0.79 IV.2.C.b)
𝑚𝑖𝑛
𝜃𝑐,𝑁 (hari)
Sludge Retention Time (SRT) untuk nitrifikasi, 2.00 IV.2.C.c)
𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛
𝜃𝑐,𝑁 (hari)
𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 2 IV.2.C.w)&x)
Hydraulic Retention Time (HRT) ,𝜃𝑎𝑒𝑟𝑜𝑏𝑖𝑘 (jam)
5. Kebutuhan Oksigen pada zona aerobik :
a. Secara teoritis (mg O2/L) 588.06 IV.2.G.c)
b. Kebutuhan Oksigen standar (kg O2/d) 7943.43 IV.2.G.d)
c. Suplai udara yang dibutuhkan (m3/hari) 576,855.10 IV.2.G.f)
d. Total suplai udara direncanakan (m3/hari) 865,282.7 IV.2.G.g)
e. Suplai udara bak aerasi (m3/menit) 600.89
6. Kapasitas desain dari sistem aerasi secara difusi:
a. Dimensi tabung diffuser (cm) 61 × 7.5
b. Debit standar per tabung difusi (m3 udara) 0.21
c. Jumlah total tabung 2861 IV.2.K.c)
d. Jumlah diffuser aktual 3072
f. Jumlah tabung diffuser per baris 256 IV.2.K.e)
g. Jumlah tabung diffuser per pipa penggantung 64
7. Kapasitas blower :
a. Total Headloss (m) 4.5
b. Tekanan suplai absolute (atm) 1.49 IV.2.K.o)
c. volume udara untuk bak aerasi (m3/menit) 591.36 IV.2.K.q)
d. Direncanakan 5 blower sentrifugal ,kapasitas 230
masing-masing (m3/menit)
e. Daya dibutuhkan (kW) 277.98 IV.2.k.r)
Kuantitas dari Waste Activated Sludge (WAS):
1. Peningkatan kuantitas biomassa total:
a. Peningkatan kuantitas total MLVSS (kg/hari) 1333.84 IV.2.D.a)
b. Peningkatan kuantitas total MLSS (kg/hari) 1667.31 IV.2.D.b)
2. Debit WAS (m3/hari) 442.19 IV.2.D.c)
3. Karakteristik dari WAS:
a. TSS (kg/hari) 1658.22 IV.2.D.e)
b. BOD5 (kg/hari) 1040.77 IV.2.D.g)
c. Org-N (kg/hari) 161.84 IV.2.D.h)
d. NH4+-N (kg/hari) 0.44 IV.2.D.i)
e. NO3—N (kg/hari) 3.54 IV.2.D.j)
f. Total N (kg/hari) 165.82 IV.2.D.k)
g. Total P (kg/hari) 80.99 IV.2.D.l)
h. Persentase konsentrasi P dari TVSS (% ) 6.11 IV.2.D.m)
Stripping Fosfor dari WAS:
39

Parameter Nilai *
1. PO4- -P dilepaskan pada P Stripper (kg/hari) 50.48 IV.2.D.n)
2. Alum liquid dibutuhkan (m3/hari) 2.14 IV.2.D.p)
3. Volume total dari P-stripped WAS (m3/hari) 444.33 IV.2.D.r)
4. Kuantitas total TSS setelah P-Stripping 1892.72 IV.2.D.w)
Debit aliran lumpur kembali , Qr (m3/hari) 8105 IV.2.E.a)
Debit aliran recycle, Qrecycle (m3/hari) 162,518.93 IV.2.E.c)
Rasio F/M , Food per mass ratio (kg BOD5/kg 0.44 IV.2.F.a)
VSS.hari)
Organic loading rate, (kg BOD5/ m3.hari) 1.32 IV.2.F.b)
* Nomor pada Lampiran 2 Contoh Perhitungan Unit IPAL

Penggunaan konfigurasi BNR dewasa ini sangat beragam, tergantung pada


proses yang dipilih untuk menghilangkan nitrogen dan fosfor . Contohnya, proses
Bardenpho, A2/O, UCT, VIP, SBR, PhotoStrip, dan Orbal (Qasim 2000). Proses
A2/O digunakan dalam perancangan ini karena menurut EPA (2007), konfigurasi
memiliki performa yang baik dalam menghilangkan kandungan TN dan TP pada
air limbah sehingga efluen memiliki nilai TN sebesar 3 mg/l dan nilai TP 1 mg/l.
BNR dengan konfigurasi bak anaerobik, bak anoksik, dan bak aerobik dirancang
untuk mengoptimalkan aktivitas metabolisme dari bakteri atau pun
mikroorganisme pengolah carbon, nitrogen dan fosfor. Jenis bakteri Nitrosomonas,
Nitrobacter, Acinetobacter dan Nocardia digunakan dalam penelitian terdahulu
(Grote 2010).
Pada zona anaerobik terjadi penyerapan dan penampungan volatile fatty
acids (VFAs) oleh phosphate-accumulating organisms (PAOs) serta fermentasi
kandungan organik terbiodegradasi oleh bakteri heterotrop (WEF 2005). Proses
denitrifikasi terjadi pada zona anoksik, sedangkan proses nitrifikasi terjadi di zona
aerobik (Barnard 1998). Pada zona anoksik, nitrat dikonversi menjadi gas nitrogen
oleh bakteri denitrifikasi, terjadi pula peningkatan alkalinitas. Selanjutnya,
alkalinitas dikonsumsi pada zona aerobik dalam proses metabolisme substrat
eksogen oleh PAOs sehingga dalam zona aerobik terjadi penurunan konsentrasi
fosfor. Selain itu, terjadi pula konversi amonia menjadi nitrit dan nitrat, serta
pelepasan nitrogen melalui gas stripping. Sirkulasi aliran kembali dari zona
aerobik menuju zona anoksik bertujuan menjaga stabilitas rasio makanan bagi
aktivitas mikroorganisme di dalam BNR (WEF 2005). Agen utama yang berperan
dalam penurunan kandungan BOD dan COD adalah kumpulan organisme
heterotrop (HOs).

Sedimentasi Sekunder atau Clarifier


Fungsi dari unit sedimentasi sekunder ini serupa dengan unit sedimentasi
primer. Namun, letak dan bentuknya berbeda. Unit sedimentasi sekunder terletak
setelah unit pengolahan biologis dengan tujuan mengendapkan kandungan MLSS
dalam air limbah keluaran dari BNR. Bak sedimentasi ini juga dilengkapi dengan
zona penampung lumpur pada bagian bawah dan weir sebagai pemisah antara air
efluen dengan substansi yang mengapung di permukaan. Mekanisme pengendapan
adalah secara gravitasi.
40

Tabel 21 Kriteria rancangan unit sedimentasi sekunder


Parameter Kisaran nilai
Waktu detensi (td), menit 90-150
Overflow rate aliran rata-rata, m3/m2 hari 30-50
Kedalaman, m 3-14.9
Diameter, m 3-60
Kemiringan dasar, % 1/16–1/6

Unit ini dirancang berbentuk penampang lingkaran dengan keuntungan


waktu detensi cukup singkat dan biaya perawatan relatif rendah (WEF 2005).
Kriteria rancangan unit ini sama dengan unit sedimentasi primer. Hasil
perhitungan tersaji dalam Tabel 22.
Tabel 22 Hasil perhitungan unit clarifier
Parameter Nilai * Persamaan
Jumlah bak Sedimentasi Sekunder 2
Kedalaman clarifier, m 3.9 V.2.i)
Diameter bak, m 33 V.1.f) 113
Freeboard, m 0.3
Limpasan saat aliran rancangan rata-rata, m3/m2.hari 12.72 V.1.h)
Limpasan saat aliran rancangan puncak, m3/m2.hari 14.24 V.1.l)
Volume rata-rata bak, m3 3334 V.2.j) 114
V.2.k)
Waktu detensi saat aliran rata-rata, jam 3.68 74
V.2.l)
Waktu detensi saat aliran puncak, jam 6.57 74
Lebar efluen launder, m 0.5
Panjang efluen weir, m 201.0 V.2.a) 77
V.3.b)
Jumlah v-notch 509 78
3 V.3.i)
Weir loading aktual debit rata-rata, m /m hari 33.93 79
3 v.3.j)
Weir loading aktual debit puncak, m /m hari 54.10 79
V.3.f)
H pada notch debit rata-rata, cm 1.5 80
V.3.h)
H pada notch debit puncak, cm 2.0 80
Lebar launder, m 0.5
Efluen boks, m 1×1
Diameter pipa outlet, m 0.5
Kedalaman air di efluen boks, m 0.36 V.3.q) 81
V.3.m)
Kedalaman air pada efluen launder (Y2), m 0.31 82
Kuantitas lumpur, kg/hari 1861.11 83
3
Volume lumpur, m /menit 0.014 115
* Nomor pada Lampiran 2 Contoh Perhitungan Unit IPAL

Berdasarkan hasil perhitungan, unit ini dirancang sebanyak dua buah dengan
kedalaman 3.9 m dan diameter 33 m. Efisiensi penyisihan TSS berbanding lurus
dengan kedalaman unit clarifier. Namun, semakin besar diameter unit semakin
kurang baik karena adanya pengaruh angin (Davis 2010). Lumpur pada unit ini
dialirkan kembali ke bak anaerobik unit BNR. Hal ini untuk menjaga
keseimbangan pertumbuhan mikroba di dalam BNR, karena lumpur hasil clarifier
41

dianggap sebagai lumpur aktif (Lawrence et all. 2005). Gambar rancangan dapat
dilihat pada Lampiran 8 nomor G 1/3–20, G 2/3–21, dan G 3/3–22.

Desinfeksi
Dalam suatu rangkaian IPAL, unit desinfeksi dirancang dengan tujuan
menghilangkan kandungan bakteri pathogen dalam air limbah setelah diolah di
unit BNR dan clarifier. Proses desinfeksi dapat dilakukan dengan proses fisik
maupun secara kimia. Contohnya, Ozonasi, Bromine Chloride, Chlorine Dioxide,
Dechlorination dan radiasi gamma. Proses fisik menggunakan sinar Ultra Violet
(UV) adalah salah satu tipe desinfeksi yang aman. Selain itu, lebih hemat biaya
perawatan jika dibandingkan proses secara kimia (Qasim 2000). Unit desinfeksi
berupa saluran tertutup dengan sensor ketinggian air agar lampu UV tetap
terbenam. Lampu UV dilapisi dengan lapisan kuarsa berfungsi menghindari
kontak langsung dengan air serta menjaga suhu dinding. DNA atau RNA
mikroorganisme akan dirusak oleh UV sehingga mikroorganisme tidak mampu
membelah diri (Davis 2010; Tchobanoglous 2003). Hasil rancangan unit
desinfeksi tersaji pada Tabel 23.
Tabel 23 Hasil perhitungan unit desinfeksi
Parameter Nilai * Persamaan
3
Debit (Q), m /det 0.15
Jumlah lampu, buah 162 VI1.2 85
Jumlah saluran, buah 4
Jumlah bank, buah 2
Jumlah modul, buah 2
Spasi tiap lampu, m 0.06
Volume cairan per lampu (Vv), L 4.7 77
VI.2
Densitas UV, W/L 5.69 78
VI.3
Koefisien absorbansi (γ) 0.35 79
Intensitas UV rata-rata, μW/cm2 9688 VI.5 80
VI.6
UV loading, L/W 0.18 81
VI.7
Waktu paparan (tn), detik 21.08 82
Kedalaman saluran, m 0.73
Freeboard, m 0.4
Lebar saluran, m 0.14
Headloss (HL) di tengah bank, m 0.007 VI.19 86
VI.23
HL di hulu bank, m 0.0249 86
VI.15
Kecepatan air di hilir bank, m/det 0.37
Kecepatan air di tengah bank, m/det 0.36 VI.18
Kecepatan air di hulu bank, m 0.35 VI.22
HL di struktur efluen, m 0.025 87
VI.24
HL total, m 0.052
HL saat Q rata-rata, m 0.28 VI.25
HL saat Q puncak, m 0.32 VI.26
Ketinggian bendung influen, m 0.85 VI.27 88
42

Parameter Nilai * Persamaan


Rancangan Parshall Flume
Penampang saluran Persegi
Dimensi parshall flume di hulu saluran
Lebar saluran, m 0.6
Kedalaman saluran, m 0.8
Kemiringan 0.00018 VI.35
Dimensi parshall flume di hilir saluran
Lebar saluran, m 0.6
Kedalaman saluran, m 1
Kemiringan 0.00011 VI.42
Dimensi parshall flume
Lebar weir, m 1.22
Q parshall flume, m3/det 5.3
* Nomor pada Lampiran 2 Contoh Perhitungan Unit IPAL

Debit aliran pada unit desinfeksi diukur dengan parshall flume di hulu dan
hilir saluran. Unit desinfeksi terdiri dari empat buah saluran, dua bank, dan dua
buah modul dengan jumlah lampu UV sebanyak 162 buah. Dalam Davis (2010),
kriteria rancangan kecepatan aliran pada desinfeksi adalah 0.05 m/det–0.4 m/det
dengan waktu kontak 6-40 detik. Hasil rancangan telah sesuai dengan kriteria,
yaitu berkisar 0.3 m/det. Gambar hasil rancangan dapat dilihat pada Lampiran 9
nomor H 1/2–23 dan H 2/2–24.

Sludge Thickener
Sludge thickener merupakan unit pengumpul serta pengolah lumpur dari unit
sedimentasi primer dan bak aerasi pada BNR. Unit ini bertugas meningkatkan
konsentrasi padatan atau TSS dan menurunkan volume lumpur dengan
menghilangkan kandungan air di dalam lumpur. Tujuan dari penurunan volume
lumpur adalah meningkatkan efisiensi unit serta mengurangi biaya dalam proses
pengolahan lumpur selanjutnya. Unit pengental lumpur yang sering digunakan
dalam suatu IPAL antara lain, secara gravitasi, terapung, sentrifugal, drum
berputar, dan gravity belt (Turovskiy, 2006).
Unit thickening dirancang menggunakan proses gravitasi. Metode ini dipilih
karena biaya operasinya murah dan daya listrik juga relatif rendah. Lumpur yang
dihasilkan di unit ini dipompa ke unit pengolah lumpur selanjutnya, sedangkan
supernatan dari lumpur dikembalikan ke dalam proses biologis di BNR. Kriteria
perancangan unit sludge thickener ini disajikan pada Tabel 24 .Tabel 25
memaparkan karakteristik lumpur dalam unit sludge thickener.

Tabel 24 Kriteria rancangan unit sludge thickener


Parameter Kriteria Rancangan Kriteria rancangan terpilih
Konsentrasi solids influen, % 0.5-2 0.5
Konsentrasi thickened solids, % 4-6 4
2
Solids loading, kg/m hari 25-80 25
Solids caputure, % 85-92 85
43

Parameter Kriteria Rancangan Kriteria rancangan terpilih


Overflow (TSS), mg/l 300-800 300
Clear liquid zone 0.5-1 0.5
Settling zone 1.5-2 1.5

Tabel 25 Karakteristik lumpur yang diolah unit sludge thickener


Jenis lumpur Dry Solids (kg/hari) Solids (%) Debit (m3/hari)
A. Kondisi rata-rata
Lumpur primer 738 15.93
Limbah pengolahan biologis
Lumpur campuran 738 0 15.93
B. Kondisi puncak
Lumpur primer 789.66 17.03
Limbah pengolahan biologis 1834.24 429.92
Lumpur campuran 2623.9 1.09 446.95

Tabel 26 Hasil perhitungan unit sludge thickener


Parameter Nilai * Persamaan
Luas permukaan (A), m2 55.83 VII.1 131
Hydraulic loading, m3/m2 hari 8.01 VII.2 132
Debit total (Q total), m3/hari 547.11 VII.3 133
Debit air (Qair ) pengenceran, m3/hari 100.16 VII.4 134
Konsentrasi solid, % 0.475 VII.5 135
TSS pada air, kg/hari 1 VII.6 136
TSS pada lumpur, kg/hari 2624.9 VII.7 137
Volume lumpur total, m3/hari 547.11 VII.8 138
Konsentrasi TSS di lumpur, % 0.475 VII.9 139
Diameter, m 6 VII.11 113
Solids loading, kg/m2 hari 46.44 VII.12 140
Hydraulic loading, m3/m2 hari 9.68 VII.13 141
Waktu retensi, hari 0.8
Kedalaman (d), m 3.02 VII.30 142
3
Volume (V) tengah thickener, m 4.8 VII.34 142
V tangki pencampuran 39.89 VII.35 144
Tinggi paddle, m 2
Lebar paddle, m 0.23
3
V sludge blanket, m 119.66 VII.56 147
Sludge Volume Ratio (SVR), hari 6.63 VII.57 148
TSS hilang, m3/hari 393.74 VII.59 149
TSS supernatan, mg/l 770.51 VII.60 150
BOD supernatan, mg/l 1235 VII.63 151
* Nomor pada Lampiran 2 Contoh Perhitungan Unit IPAL
44

Sludge thickener dirancang berpenampang lingkaran berdiameter 6 m dan


kedalaman 3.02 m. Zona pencampur lumpur bervolume 39.89 m2 dan dilengkapi
dengan paddle berdimensi 2 × 0.23 m. Konsentrasi solid diperoleh sebesar 0.47 %.
Hal ini terjadi karena kuantitas lumpur rendah sehingga waktu retensi hanya 0.8
hari. Kelemahan dari metode gravitasi adalah dapat muncul masalah kebauan,
apabila waktu retensi melebihi rancangan (Horan 1990). Gambar rancangan dapat
dilihat pada Lampiran 10 nomor I 1/2–25 dan I 2/2–26.

Sludge Digester dan Sludge Drying Bed


Unit sludge digester berfungsi menstabilkan lumpur. Tujuan lumpur
distabilkan untuk menghilangkan bakteri patogen, substansi penyebab munculnya
bau, serta mengendalikan pembusukan zat organik. Tipe sludge digester dirancang
merupakan tipe anaerobik. Anaerobik digestion terdiri dari tiga fase standar
fermentasi, yaitu hidrolisis, pembentukan asam, dan pembentukan metan. Gas
metan yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dalam proses
pemanasan (Qasim, 2000).
Tabel 27 Kriteria rancangan unit sludge digester
Parameter Standard rate High rate
SRT, (hari) 30-60 10-20
Beban lumpur
kg VS/m3.d 0.64-1.60 2.40-6.41
3
lb VS/ft .d 0.04-0.10 0.15-0.40
Kriteria volume,
Lumpur primer
m3/kapita 0.03-0.04 0.02-0.03
3
ft /kapita 2-3 1-2
Lumpur primer + WAS
m3/kapita 0.06-0.08 0.02-0.03
3
ft /kapita 4-5 1-3
Lumpur primer + TF
m3/kapita 0.06-0.14 0.02-0.04
3
ft /kapita 4-5 1-3
Konsentrasi padatan pada lumpur
Primer + WAS 2-4 4-6
Konsentrasi padatan pada aliran bawah rata-rata 4-6 4-6

Tabel 28 Karakteristik lumpur menuju unit sludge digester


Aliran rata- Aliran Aliran
Faktor
rata rendah tinggi
Produksi lumpur yang dikentalkan, kg/hari 2202.2 1871.9 2231.2
Konsentrasi padatan berbasis musim kering, % 6 8 4
Spesific grafity 1 1 1
3
Qharian ,m /hari 36 30.6 54.7
3
Qpompa, m / menit 0.9 0.9 0.9
45

Aliran rata- Aliran Aliran


Faktor
rata rendah tinggi
Suhu influen , ̊C 29.3 30 29.3
Fraksi padatan mudah menguap sebelum digestion 0.8 0.8 0.8

Data awal dalam perancangan unit ini tersaji pada Tabel 28. Karakteristik
aliran lumpur dalam unit sludge thickener tergantung pada karakteristik aliran dari
unit sebelumnya. Jumlah lumpur dapat diprediksi dari kandungan TSS pada aliran
limbah awal (Burton 1991). Menurut Davis (2010), nilai solids loading adalah
1.6-4.8 kg/m3 hari dan nilai rancangan digunakan sebesar 2.39 kg/m3 hari.
Dimensi sludge digester diperoleh dari perhitungan berdiameter 10.6 m dan
kedalaman 4 m. Penampang berbentuk lingkaran memiliki kelebihan antara lain,
mampu menyimpan gas dengan volume besar, akumulasi grit besar, dan biaya
pengoperasian lebih rendah. Fasilitas pemanasan lumpur menghasilkan panas
sebesar 91000 kJ/jam dan gas metan sebesar 119.84 m3/hari. Hasil perhitungan
tersaji pada Tabel 29. Gambar hasil rancangan dilihat pada Lampiran 11 nomor J
1/3–27, J 2/3–28, dan J 3/3–29.
Tabel 29 Hasil perhitungan unit sludge digester
Parameter Nilai * Persamaan
VIII4
Total VS pada digester, kg/hari 1651.635 153
3 VIII5
Kapasitas digester, m 660.65
Kedalaman akumulasi grit, m 0.5
Kedalaman scum blanket, m 0.3
Kedalaman inactive cone, m 0.5
3
Volume lumpur digester, m 350.16 VIII15 154
VIII12
Diameter digester, m 10.6 113
2
Kedalaman vertikal, m 4 155
3
Volume digester aktif, m 691.1 156
Periode digestion, hari 19.5 157
3
Solids loading, kg VS/m hari 2.39 158
VIII24
BOD5 pada lumpur yang dikentalkan, kg/hari 3522
BOD di lumpur, kg/hari 5179.4 VIII25 159
VIII26
Produksi bakteri (Px), kg/hari 130.8 160
3 VIII27
Volume, m /hari 1385.2 161
Produksi gas, kg/hari 2098.3 VIII28 162
VIII30
TVS removal, kg/hari 859.9 163
3
Produksi gas TVS, m /hari 830 164
VIIIA4
Total massa digester, kg/hari 36703 165
3 VIIIA8
Volume lumpur di digester, m /hari 25.25 166
3 VIIIA10
Volume supernatan digester, m /hari 10.7 167
3
Volume penyimpanan gas, m /hari 1660 168
Rate dua buah mesin pemanas, kJ/jam 70000
3
Gas digester dibutuhkan untuk pemanasan, m /hari 119.84
* Nomor pada Lampiran 2 Contoh Perhitungan Unit IPAL
46

Sludge drying bed merupakan unit pengering lumpur yang banyak


digunakan dalam suatu rangkaian IPAL. Kelebihan dari unit ini adalah biaya
pembuatan relatif murah, pengoperasian mudah serta tidak memerlukan perhatian
khusus setiap waktu (Horan 1990). Lumpur dari unit sludge digester dikeringkan
pada media saringan pasir dalam unit ini. Lapisan pasir kasar dengan ketebalan
15-25 cm di dasar dan lapisan batu pecah di atasnya. Bagian dasar dilengkapi
dengan pipa berlubang untuk menangkap kandungan air dalam lumpur. Gambar
rancangan dilihat pada Lampiran 12 nomor K 1/2–30 dan K 2/2–31.

Efektivitas Penggunaan Mikroba dalam Pengolahan Biologis

Tingkat efektivitas penggunaan mikroba atau mikroorganisme dalam


pengolahan biologis suatu IPAL dapat diketahui dengan membandingkan nilai
kandungan pencemar dalam air limbah yang masuk dan keluar dari unit
pengolahan biologis, dalam rancangan ini adalah BNR. BNR merupakan
pengolahan biologis dengan metode suspended growth atau pertumbuhan
mikroorganisme dengan tersuspensi pada air limbah. Seperti halnya metode
lumpur aktif, tingkat pertumbuhan mikroorganisme di dalamnya akan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu (Doraja 2012):
1. Kualitas air limbah, berupa data karakteristik air limbah juga dapat
menggambarkan tingkat pencemaran serta prediksi awal rencana pengolahan
biologis yang akan digunakan
2. Laju aliran air limbah, berpengaruh pada lamanya waktu tinggal dalam unit
biologis. Hal ini berdampak pada hasil pengolahan air limbah
3. Konsentrasi mikroorganisme dalam unit pengolahan biologis. Jika
konsentrasi mikroorganisme dalam unit pengolahan biologis terlalu rendah
atau terlalu tinggi, hasil pengolahan tidak maksimal. Umumnya
perbandingan antara jumlah makanan (F) sebagai nutrien terhadap jumlah
mikroorganisme (F/M) berkisar 0.8–1.0
4. Injeksi udara, besarnya udara yang diinjeksikan dalam air limbah
mempengaruhi kandungan oksigen. Oksigen digunakan mikroorganisme
sumber energi dalam mengolah zat pencemar.
5. Distribusi udara juga mempengaruhi kelangsungan hidup mikroorganisme.
Jika distribusi tidak merata, maka dapat mengganggu proses pengolahan air
limbah.
6. Laju aliran kembali lumpur aktif. Laju aliran kembali harus dikendalikan
agar tidak terjadi ledakan populasi dari mikroorganisme.
Dalam Mehandjiyska (1995), jumlah mikroorganisme dalam air limbah
tidak dipengaruhi oleh perubahan musim. Hal ini dibuktikan dengan jumlah
mikroorganisme yang diamati pada musim salju dan musim panas tidak terlalu
berfluktuasi. Mikroorganisme dalam pengolahan biologis dapat diperoleh dari
berbagai sumber, antara lain kotoran hewan, tangki septik, pengolahan air limbah,
air limbah organik, dan mikroorganisme murni. Pengolahan air limbah dari
beberapa industri menghasilkan mikroorganisme yang dapat dikembangkan
kembali di IPAL industri lain, baik sejenis maupun tidak. Namun, penggunaan
mikroorganisme harus sesuai dengan karakteristik air limbah sehingga pengolahan
maksimal.
47

Untuk menjaga kehidupan mikroorganisme dalam suatu unit pengolahan


biologis, sebaiknya memperhatikan pola pertumbuhannya. Pola pertumbuhan
tersebut adalah lag phase yaitu fase adaptasi, acceleration phase yaitu fase
meningkatnya laju pertumbuhan, exponential phase yaitu fase konversi substrat
maksimum, declining phase yaitu fase menurunnya laju pertumbuhan, stationary
phase yaitu fase mikroorganisme kehabisan nutrisi dan endogenous phase yaitu
fase kematian sel. Hal ini perlu dilakukan agar diketahui fase hidup
mikroorganisme yang optimal dalam mereduksi kandungan pencemar (Doraja
2012).

Gambar 21 Pola hidup mikroorganisme


Sumber: Horan 1990

Berdasarkan hasil kalkulasi rancangan unit pengolahan biologis dalam IPAL


PT. W diketahui bahwa nilai efisiensinya sebesar kurang lebih 80%. Hal ini
diperoleh dari perhitungan antara nilai kandungan pencemar dalam influen dan
efluen dari BNR. Namun, uji dengan reaktor skala laboratorium sebaiknya
dilakukan untuk diketahui secara pasti serta dapat mengamati pola pertumbuhan
mikroorganisme.
Pengolahan biologis dalam suatu IPAL menggunakan peran mikroba atau
jasad renik yang dimanfaatkan untuk menguraikan bahan-bahan organik di dalam
air limbah. Kehidupannya sangat tergantung pada kondisi lingkungan sekitarnya,
dalam hal ini adalah air limbah. Dua tahapan penting dalam proses awal
pengolahan limbah secara biologis, yaitu seeding dan aklimatisasi. Pembenihan
(seeding) merupakan proses untuk mendapatkan suatu populasi mikroorganisme
yang mencukupi serta mampu mengoksidai zat-zat organik pada air limbah.
Pembiakkan dilakukan dengan menyediakan nutrisi yang sesuai seperti glukosa
dan oksigen (mikroba aerob). Setelah diperoleh mikroba dalam jumlah yang
sesuai, tahap aklimatisasi atau penyesuaian dapat dijalankan. Tahap ini dilakukan
dengan mengurangi jumlah pemberian glukosa dan menggantinya dengan air
limbah. Hal ini dilakukan sedikit demi sedikit agar tidak terjadi shock loading
48

yaitu kematian populasi mikroba dalam jumlah besar akibat perubahan nutrisi dan
kondisi lingkungan hidupnya. Mikroorganisme yang sesuai dan efektif dalam
mendegradasi senyawa pencemar air limbah, terbentuk pada tahap ini.
Aklimatisasi dilakukan hingga diperoleh kestabilan nilai VSS (Volatile Suspended
Solids). VSS menggambarkan jumlah mikoorganisme dalam air limbah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah:


1. Karakteristik air limbah dianalisis dari contoh uji air limbah PT. W yang
diambil pada tanggal 28 Maret 2013. Berdasarkan hasil analisis laboratorium
dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 2010 tentang Baku
Mutu Air Limbah bagi Kawasan Industri serta Keputusan Gubernur DKI
Jakarta No. 82 Tahun 2005, diketahui parameter TSS, NH3, S, Minyak dan
Lemak, BOD dan COD melebihi baku mutu sehingga perlu pengolahan
lebih lanjut.
2. Rancangan unit IPAL yang digunakan adalah bak ekualisasi, bak
penampung, bar screen, grit chamber, sedimentasi primer, biological
nutrient removal, clarifier, desinfeksi, sludge thickener, sludge digester
serta sludge drying bed. Unit BNR terdiri dari bak anaerobik, bak anoksik,
dan bak aerobik. Pada unit ekualisasi, bar screen, dan grit chamber
penurunan nilai BOD dan COD tidak begitu signifikan. BOD dan COD
influen sedimentasi primer 608 mg/l dan 2368 mg/l. Keduanya mengalami
penurunan sebesar 37% menjadi 384 mg/l dan 1499 mg/l. Penurunan BOD
dan COD di BNR sebedar 90%. Keluaran BNR memiliki nilai BOD 10 mg/l,
COD 90 mg/l, TSS 10 mg/l, NH3 1 mg/l dan total fosfor 1 mg/l. Unit
clarifier dan desinfeksi juga tidak terlalu signifikan dalam menurunkan nilai
BOD dan COD.
3. Efektivitas mikroorganisme dalam unit pengolahan biologis dilihat dari nilai
penurunan kadar parameter pencemar, diperoleh nilai kurang lebih 80%.
Namun, lebih baik jika dilakukan pengujian skala laboratorium untuk dapat
mengetahui pola pertumbuhan dan jenis mikroorganisme yang sesuai dan
optimal dalam mengolah limbah PT. W.

Saran

Pengujian skala laboratorium perlu dilakukan untuk dapat mengetahui secara


pasti efisiensi dari penggunaan mikroba pada unit pengolahan biologis serta
mengetahui pola pertumbuhan dan jenis mikroorganisme yang sesuai dengan
karakteristik air limbah PT. W. Reaktor skala laboratorium harus dibuat
berdasarkan rancangan unit BNR.
49

DAFTAR PUSTAKA

Barnard JL. 1998. The development of nutrient removal processes. Journal of the
Chartered Institution of Water and Environmental Management. 12(5): 117-
125 October.
Burton FL, Tchobanoglous, G. 1991. Advanced Wastewater Treatment.
Wastewater Engineering, Treatment, Disposal, and Reuse. Singapura (SG):
McGraw-Hill.
Corbitt RA. 1990. The Standard Handbook of Environmental Engineering. New
York (US): McGraw-Hill.
Davis ML. 2010. Water and Wastewater Engineering Design Principles and
Practice. New York (US): McGraw-Hill.
Droste RL. 1997. Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment. New
York (US): J Wiley.
Doraja PH, Maya S, ND Kuswytasari. 2012. Biodegradasi limbah domestik
dengan inokulum alami dari tangki septik. Jurnal Sains dan Seni. 1(1):115-
122.
[EPA] Environmental Protection Agency. 2003. Wastewater Technology Fact
Sheet: Screening and Greet Removal. Washington DC (US): EPA.
[EPA] Environmental Protection Agency. 2007. Biological Nutrient Removal
Processes and Costs. Washington DC (US): EPA.
Grady JR, CP Leslie, Glen TD, Henry CL. 1999. Biological Wastewater
Treatment. New York (US): Marcel Dekker, Inc.
Grote B. 2010. Biological nutrient removal (BNR) technology in new and
upgraded WWTP‘s. 35th Annual Qld Water Industry Operations Workshop
Community Sports Centre; 22 to 24 Juni 2010; CQ University, Rockhampton
(AU): TAFE Australia.
Gubernur DKI. 2005. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 582 tahun 2005
tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air Serta
Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta. Jakarta (ID): Sekretariat
Daerah.
Horan NJ. 1990. Biological Wastewater Treatment System, Treatment and
Operation. New York (US): J Wiley.
Lawrence KW, Hung YT, Shammas NK. 2005. Handbook of Environmental
Engineering , Volume 3: Physicochemical Treatment Processes. New York
(US): The Humana Press.
Mehandjiyska L . 1995. Microbiological analysis of activated sludge in municipal
wastewater treatment plant at ―kremikovtzi‖ holding. Journal of Culture
Collections. 1(95):18-22
Menteri Lingkungan Hidup. 2010. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 03 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan
Industri. Jakarta (ID): Sekretariat Kementerian Lingkungan Hidup.
Muttamara S, Puetpaibon U. 1996. Nitrogen removal in baffled waste stabilization
ponds. Water Science and Technology. 33(7):173–181.
Nurhayati, Lidia K. 2011. Perencanaan fasilitas penyaring sampah unit produksi
instalasi pengolahan air minum PT Tirta Cisadane Serpong. Jurnal Ilmiah
Fakultas Teknik LIMIT’S. 7(1):25-30.
50

Qasim SR. 2000. Wastewater Treatment Plants: Planning, Design, and Operation.
Singapura (US): Technomic Publishing Company.
Reynolds TD, Paul AR. 1996. Unit Operations and Processes in Environmental
Engineering. Boston (US): PWS Publishing Company.
Siregar SA. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Spellman FR. 2009. Handbook of Water and Wastewater Treatment Plant
Operation (Second Edition) New York (US): CRC Press.
Shun DL . 2007. Wastewater Engineering. Illinois (US): Illinois State Water
Survey.
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta (ID): UI Pr.
Sutapa IDA. 1999. Lumpur aktif: alternatif pengolah limbah cair. Jurnal Studi
Pembangunan, Kemasyarakatan dan Lingkungan, No 3, p. 25-38.
Tchobanoglous G, Franklin LB, H David S. 2003. Wastewater Engineering
Treatment and Reuse (Forth Edition). Singapura (SG): McGraw-Hill
Companies Inc.
Turovskiy IS, PK Mathai. 2006. Wastewater Sludge Processing. New Jersey
(US): J Wiley.
[WEF] Water Environment Federation. 2005. BNR Operation in Wastewater
Treatment Plant, Manual Practices No 29. Alexandria (US): McGraw-Hill.
[WEF] Water Environment Federation. 2005. Clarifier Design, Manual Practices
No FD-8. Alexandria (US): McGraw-Hill.
51

LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram alir perhitungan unit BNR
52

Lampiran 2 Contoh perhitungan unit IPAL


I. Contoh perhitungan unit Bar Screen
1. Jarak bar dan dimensi chamber
debit puncak rencana
a) Luas area bersih sepanjang bukaan rack = kecepatan yang melalui rack
0.157 m 3 /det 2
= 0.4 m/det
= 0.52 m
lu as area
b) Lebar area bersih pada bukaan rack = kedalaman aliran
0.52 m 2
= 0.4 m = 1.31 m
c) Asumsi 52 jarak bersih, masing-masing 25 mm
1
d) Total area bersih = 52 × 25 𝑚𝑚 × 1000 𝑚𝑚 /𝑚 = 1.3 m
e) Total bar = 51
f) Lebar bar 4 mm
1
g) Lebar Chamber = 1.3 𝑚 + 4 𝑚𝑚 × 51 × 1000 𝑚𝑚 /𝑚 = 1.5 𝑚
2. Koefisien efisiensi :
𝑏𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖𝑕 52 × 25 𝑚𝑚
= = 0.86
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑐𝑕𝑎𝑚𝑏𝑒𝑟 1500
3. Kedalaman actual dari aliran dan kecepatan di rack chamber pada debit puncak rencana
(Z1=0 cm, Z2=0, Ke=0,3)
𝑣2 𝑣2 𝑣12 𝑣2
𝑍1 + 𝑑1 + 2𝑔1 = 𝑍2 + 𝑑2 + 2𝑔2 + 𝑕𝐿 , 𝑕𝐿 = 𝐾𝑒 − 2𝑔2
2𝑔
0.8 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2
0 𝑚 + 0.4 𝑚 +
2𝑥9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡2
2 2
0.157 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡 0.157 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡
2
1.13 𝑚 .𝑑 2 𝑚 0.8 𝑚/𝑑𝑒𝑡 1.06 𝑚 .𝑑 2 𝑚
= 𝑑2 𝑚 + + 0,3 −
2𝑥9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡2 2𝑥9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 2𝑥9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2

𝑑23 − 0.422𝑑22 + 0.00061 = 0


0.157 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡
Didapat, d2= 0.42 m dan v2= 1.5 𝑚 𝑥 0.5 𝑚 = 0.249 m/det

4. Kecepatan melalui bukaan bersihpada bar rack


0.157 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
𝑣= = 0.288 𝑚/𝑑𝑒𝑡
1.3 𝑚 𝑥 0.5 𝑚

5. Headloss yang melalui bar rack


0.8 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 − 0.209 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 1
𝑕𝐿 = 𝑥 = 0.042 𝑚
2 𝑥 9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 0,7
4/3
51 𝑥 8 𝑚𝑚 0.8 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2
𝑕𝐿 = 2,42 𝑥 𝑥 𝑥 𝑠𝑖𝑛 45° = 0.006 𝑚
52 𝑥 25 𝑚𝑚 2 𝑥 9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2

6. Kedalaman aliran dan kecepatan dalam rack chamber di bawah rack


2
0.157 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡
2
0.249 𝑚/𝑑𝑒𝑡 1.5𝑚 . 𝑑 3 𝑚
0.4 𝑚 + = 𝑑3 𝑚 + + 0.042 𝑚
2 𝑥 9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 2 𝑥 9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2
Didapat, d3= 0.47 m dan v3= 0.282 m/det

7. Headloss yang melalui rack padasaat 50% clogging


2
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑐𝑘 − 𝑣′22 1
𝑕50 = 𝑥
2𝑔 0,7
Kecepatan yang melalui rack bukaan saat 50% clogging
0.157 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡 0.322
= ′
= 𝑚/𝑑𝑒𝑡
0.975 𝑥 0.5 𝑥 𝑑 2 𝑚 𝑑′2
53

0.157 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡 0.138


𝑣′2 = = 𝑚/𝑑𝑒𝑡
1.13 𝑚 𝑥 𝑑′ 2 𝑚 𝑑′2
𝑣′22 𝑣32
𝑑′2 + = 𝑑3 + + 𝑕50
2𝑔 2𝑔
0.138 2
𝑚/𝑑𝑒𝑡
𝑑′ 2
𝑑′2 𝑚 +
2 𝑥 9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2
0.322 2 0.138 2
0.36 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 𝑚/𝑑𝑒𝑡 − 𝑚/𝑑𝑒𝑡
𝑑′ 2 𝑑′ 2
= 0.378 𝑚 + +
2 𝑥 9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 2 𝑥 0,7 𝑥 9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2
2
𝑑′32 − 0.384𝑑′ 2 − 0.00519 = 0

Didapat, d‘2= 0.390 m dan v‘2= 0.268 m/det

h50= 0.39 m – 0.37 m


= 0.02 m
0.322
v‘ = 𝑑′ 2
𝑚/𝑑𝑒𝑡 = 0.619 𝑚/𝑑𝑒𝑡

2 𝑥 0.403 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 − 0.348 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2


𝑕50 = = 0.02 𝑚
2 𝑥 9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 𝑥 0,7

8. Panjang dari weir saat debit puncak rancangan:


𝑄 0.157 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
𝐿= 3/2
= = 0.364 𝑚
4.173 𝐻 4.173 0.378 𝑚 − 0.15 𝑚 3/2
1/2
Factor LH :
1/2
𝐿𝐻 = 0.174 𝑥 0.378 𝑚 − 0.15 𝑚 = 0.171

II. Contoh perhitungan unit grit chamber


1. Dimensi grit chamber
𝑚3
0.157 𝑚3
a) Debit maksimum pada tiap chamber = 2 𝑑𝑒𝑡 = 0.0785 𝑑𝑒𝑡
b) Volume yang tertampung pada tiapchamber, t= 4 menit
𝑚3 𝑑𝑒𝑡
= 0.0785 𝑠 × 4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 × 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 18 𝑚3
c) Kedalaman grit chamber =2m
d) Tinggi jagaan = 0.3 m
e) Total kedalaman grit chamber = 2 m + 0.3 m = 2.3 m
18 𝑚 3
f) Luas permukaan chamber = 2 𝑚 = 9 𝑚2
g) Panjang/lebar = 3.5:1
h) Panjang chamber =7m
i) Lebar chamber =2m
j) Luas permukaan yang tersedia = 7 m × 2 m = 14 m2
k) Waktu detensi aktual saat dua chamber beroperasi
2 𝑚 ×7 𝑚 ×2.3 𝑚
= 𝑚3 𝑑𝑒𝑡
= 7.15 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0.0785 ×60
𝑑𝑒𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
l) Waktu detensi aktual saat hanya satu chamber beroperasi
2 𝑚 ×7 𝑚 ×2.3 𝑚
= 𝑚3 𝑑𝑒𝑡
= 3.57 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0.157 ×60
𝑑𝑒𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2. Rancangan sistem suplai udara
a) Udara yang dibutuhkan tiap chamber = 4.6 l/det m × 7 m = 32.2 l/det
b) Kapasitas total diffuser = 1.5 × 32.2 l/det = 48.3 l/det per chamber
𝐿 𝑑𝑒𝑡 1
c) Kapasitasblower (keduachamber) =48.3 𝑑𝑒𝑡 × 2 × 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 × 𝐿
1000 3
𝑚
𝑚3
= 5.79 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
54

3. Limpasan permukaan
𝑚3 𝑑𝑒𝑡
𝑑𝑒𝑡
0.0785
𝑕 𝑎𝑟𝑖
× 86400 𝑚3
a) Limpasan ketika kedua chamber beroperasi = = 462.85 2
14 𝑚 2 𝑚 𝑕𝑎𝑟𝑖
b) Limpasan ketika hanya satu chamber beroperasi = 2 × 462.85 m3/m2-hari = 925.71
m3/m2-hari
4. Struktur influen
Headloss yang terjadi di influent structure
𝑚3
0.157 𝑑𝑒𝑡 𝑚
𝑣1 = = 0.14
0.5 𝑚 × 2.1 𝑚 𝑑𝑒𝑡
𝑚3
0.157 𝑑𝑒𝑡 𝑚
𝑣2 = = 0.037
2𝑚 ×2𝑚 3
𝑑𝑒𝑡
2𝑚 𝑚3
𝑣2 2
𝑣1 2 0.037 𝑠
0.142 𝑠
−4
− = 𝑚 − 𝑚 = −9.68 × 10 𝑚
2𝑔 2𝑔 2 × 9.81 𝑑𝑒𝑡 2 2 × 9.81 𝑑𝑒𝑡 2
2
𝑚3
0.157
𝑑𝑒𝑡
∆ 𝐻 = −9.68 × 10−4 𝑚 + = 0.048 𝑚
𝑚
0.61 × 0.5 𝑚 × 0.5 𝑚 × 2 × 9.81 𝑑𝑒𝑡 2
5. Struktur efluen
Head di sekat ukur saat kedua chamber beroperasi
L‘ = L = 0.1 n H = 1.5m – 0.1 H
2/3
𝑚3 3
0.0785 𝑑𝑒𝑡 × 2
𝐻= = 0.093 𝑚
𝑚
0.6 1.5 − 0.1 𝐻 × 2 × 9.81 𝑑𝑒𝑡 2
L‘ = 1.5 m – (0.1 × 0.093 m) = 1.49 m
Ketinggian air di atas sekat ukur = 2 m – 0.093 m = 1.91 m
Head di sekat ukur saat hanya satu chamber beroperasi
L‘ = L = 0.1 n H = 1.5 m – 0.1 H
2/3
𝑚3 3
0.157 𝑑𝑒𝑡 × 2
𝐻= = 0.147 𝑚
𝑚
0.6 1.5 − 0.1 𝐻 × 2 × 9.81 𝑑𝑒𝑡 2
L‘ = 1.5 m – (0.1 × 0.147 m) = 1.485 m
Kedalaman air saat debit puncak ketika hanya satu chamber beroperasi
Kedalaman air = Ketinggian air di atas sekat ukur + head di atas sekat ukur
= 1.91 m + 0.147 m = 2.05 m
𝑚3
0.157 𝑑𝑒𝑡 𝑚
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑕𝑎𝑚𝑏𝑒𝑟 = = 0.0375
2 𝑚 × 2 𝑚𝑚 𝑑𝑒𝑡
1.9 × 0.03752 0.5
𝑑𝑒𝑡
𝑕𝐿 = 𝑚 × = 0.0018 𝑚
2 × 9.81 2 1
𝑑𝑒𝑡

III. Contoh perhitungan unit Sedimentasi Primer


1. Dimensi basin
0.022 𝑚 3 / det ×86400 𝑑𝑒𝑡 /𝑕𝑎𝑟𝑖
a) Luas permukaan = 30 𝑚 3 /𝑚 2 𝑕𝑎𝑟𝑖
= 63.36 𝑚2
b) Lebar = 63.36 𝑚2 /4 = 3.98 𝑚
c) Panjang = 4 × 3.98 = 15.92 𝑚
d) Kedalaman air = 3 m
e) Tinggi jagaan = 0.5 m
f) Rata-rata kedalaman basin = 3.5 m
𝑚3
0.022 ×86400 𝑑𝑒𝑡 /𝑕𝑎𝑟𝑖
g) Limpasan saat debit rata-rata = 𝑑𝑒𝑡
= 30 𝑚3 /𝑚2 𝑕𝑎𝑟𝑖
3.98 𝑚 ×15.92 𝑚
55

𝑚3
0.078 ×86400 𝑑𝑒𝑡 /𝑕𝑎𝑟𝑖
h) Limpasan saat debit puncak = 𝑑𝑒𝑡
3.98 𝑚 ×15.92 𝑚
= 106.36 𝑚3 /𝑚2 𝑕𝑎𝑟𝑖
i) Volume rata-rata basin = 3.98 m × 15.92 m × 3 m = 190.08 m3
190.08 𝑚 3
j) Waktu detensi saat debit rata-rata = 0.022 𝑚 3 / det ×3600 𝑑𝑒𝑡 /𝑗𝑎𝑚 = 2.4 𝑗𝑎𝑚
190.08 𝑚 3
k) Waktu detensi saat debit puncak = 0.078 𝑚 3 / det ×3600 𝑑𝑒𝑡 /𝑗𝑎𝑚 = 0.68 𝑗𝑎𝑚
2. Struktur influen
Dimensi saluran influen direncanakan 1 m × 1 m
0.078 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡
a) Debit yang melalui tiap saluran = 2
= 0.039 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
0.039 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡
b) Kecepatan aliran yang melalui saluran saat debit puncak = 1 𝑚 ×1 𝑚
=
0.039 𝑚/𝑑𝑒𝑡
2
0.078 𝑚 3 /8
c) Headloss pada orifice = = 0.0015 𝑚
0.5 𝑚× 0.34 𝑚 2 × 2×9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2
3. Struktur efluen
a) Aliran debit puncak tiap basin = 0.078 m3/det × 86400 det/hari = 6739.2 m3/hari
6739 .2 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
b) Panjang weir = 372 𝑚 3
= 18.12 𝑚
𝑚 𝑕 𝑎𝑟𝑖
c) Panjang weir total = (2*(3.18 m+2.6 m))+(2*(2.38 m+1.80 m))-1 = 18.92 m
6739 .2 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖 𝑚3
d) Weir loading aktual = = 356.26 𝑚.𝑕𝑎𝑟𝑖
18.92 𝑚
e) Jumlah v-notch = 5 × 18.92 m = 95
= (2 × 15 + 2 × 11) + (2 × 13 + 2 × 9) -2 = 94
f) Debit rata-rata per v-notch saat aliran rata-rata
m3
0.022
det 𝑚3
= 94
= 0.000234 det 𝑝𝑒𝑟
𝑛𝑜𝑡𝑐 𝑕
2/5
𝑚3
0.000234
det 𝑝𝑒𝑟 𝑛𝑜𝑡𝑐 𝑕
Head di weir = 8 = 0.0253 𝑚 = 2.5 𝑐𝑚
×0.6× 2×9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 ×tan 45
15
Debit rata-rata per v-notch saat aliran puncak
m3
0.078
det 𝑚3
= = 0.0008299 det 𝑝𝑒𝑟
94 𝑛𝑜𝑡𝑐 𝑕
2/5
𝑚3
0.0008299
det 𝑝𝑒𝑟 𝑛𝑜𝑡𝑐 𝑕
Head di weir = 8 = 0.04199 𝑚 = 4.1 𝑐𝑚
×0.6× 2×9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 ×tan 45
15
4. Kuantitas lumpur
a) Jumlah padatan yang diproduksi per hari
= 313 mg/l × 0.62 × 0.022 m3/det × 86400 det/hari ×(1/1000) = 369.16 kg/hari
b) Jumlah padatan pada kedua basin = 2 × 369.16 kg/hari = 738.33 kg/hari
c) Volume lumpur (specific gravity = 1.03 ; persen padatan = 4.5)
369.16 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖 𝑚3
= 1 = 0.00553 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑛
1.03 × ×0.045 ×100 3 ×1440 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
1000
𝑚3
0.00553
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
×18 𝑚3
d) Kapasitas pompa rencana = 1.5
= 0.06636 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑛
𝑚3
0.06636 ×1.5
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
e) Cycle interval untuk dua basin = 𝑚3
=9 menit per cycle
0.00553 ×2
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
5. Kualitas efluen dari basin Sedimentasi Primer
a) Aliran influen menuju basin = 0.044 m3/det × 86400 det/hari = 3801.6 m3/hari
𝑚𝑔
313 ×3801 .6 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡
𝐿
b) TSS yang sampai basin = 1000
= 1191 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
c) TSS pada lumpur primer = 1191 kg/hari × 0.62 = 738.3 kg/hari
738 .3 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖
d) Volume lumpur primer = 0.045 ×1030 = 15.93 𝑚3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
6. Scum kuantitas
8
×3801 .6𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
= 1000 = 0.032 m3/hari
950
56

IV. Contoh perhitungan unit Biological Nutrient Removal


1. Perhitungan kesetimbangan massa dari kandungan material
A. Persentasi kandungan Org. N dan TP pada aliran lumpur primer
𝑘𝑔
246
𝑕 𝑎𝑟𝑖
a) Org. N = 𝑘𝑔 = 0.13 (45 % dari TVSS)
738 ×0.74
𝑕 𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔
18
𝑕 𝑎𝑟𝑖
b) TP = 𝑘𝑔 = 0.01 = (3 % dari TVSS)
738 ×0.74
𝑕 𝑎𝑟𝑖
3050 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖
c) Fraksi terbiodegradasi = 𝑘𝑔 = 1.20 kg padatan terbiodegradasi / kg
738 ×1.42×0.68
𝑕 𝑎𝑟𝑖
TSS
𝑌𝐵𝑂𝐷 0.4 𝑘𝑔 𝑇𝑉𝑆𝑆 /𝑘𝑔𝐵𝑂𝐷 5 𝑇𝑉𝑆𝑆
B. a) Yobs BOD = = 0.03 = 0.308 𝑘𝑔 𝑘𝑔𝐵𝑂𝐷 5 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑎𝑛𝑔
1+ 𝑘 𝑑 𝐵𝑂𝐷 𝜃𝑐 1+ (10 𝑕𝑎𝑟𝑖 )
𝑕 𝑎𝑟𝑖
0.2 𝑔 𝑇𝑉𝑆𝑆
b) Yobs N nitrifikasi = 1+(0.05 ×10) = 0.133 kg TVSS/ NH4+ terbuang
c) BOD5 terlarut pada influen = 10 − 10 × 0.65 × 1.42 × 0.68 = 3.7 mg/l
𝑚𝑔 𝑚𝑔
d) Peningkatan TVSS selama penurunan BOD = 0.308 𝑘𝑔 × 383 𝐿 − 3.7 𝐿 ×
𝑚3 1
13549 × = 1582.34 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑕𝑎𝑟𝑖 1000
𝑚𝑔 𝑚𝑔
e) Peningkatan TVSS selama nitrifikasi = 0.133 𝑘𝑔 × 63 𝑙
− 1 𝑙
×
𝑚3 1
13549 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 1000 = 110.76 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
f) Total peningkatan TVSS = 1582.31 kg/hari + 111.10 kg/hari = 1693.11 kg/hari
1693 .41 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖
g) Peningkatan TSS = = 2116.39 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
0.8
h) Kehilangan TSS pada efluen = 379 kg/hari
i) TSS pada WAS = 2116.76 kg/hari – 379 kg/hari = 1737.39 kg/hari
3000 𝑚𝑔 /𝐿 𝑚𝑔
j) Konsentrasi TSS pada WAS = 0.8 = 3750 𝐿 = 3.75 kg/m3
1737 .76 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖
k) Volume dari WAS = =463.30 m3/hari
3.75 𝑘𝑔 /𝑚3
𝑘𝑔 𝑚𝑔 463 .40𝑚 3
l) Total BOD5= 1737.76 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 0.65 × 1.42 × 0.68 + 3.7 × ×
𝐿 𝑕𝑎𝑟𝑖
11000=1092.18 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔
m) Org-N = 0.122 × 1737.76 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 0.8 = 169.57 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑚3 1 𝑘𝑔
n) NH4+-N = 1 × 463.40 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 1000 = 0.46 𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑚3 1 𝑘𝑔
o) NO3--N = 8 × 463.40 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 1000 = 3.71 𝑕𝑎𝑟𝑖
p) TN = 169.61 kg/hari + 0.46 kg/hari + 3.71 kg/hari = 173.74 kg/hari
q) Total NO3- -N yang hilang saat denitrifikasi = 1667 kg/hari – 379 kg/hari –
173.78 kg/hari = 1108.26 kg/hari
𝑚𝑔
(3750 ×13507 .87𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟 𝑖
r) Aliran kembali, Qr = 𝐿
6250 𝑚𝑔 /𝐿
= 8105𝑚3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑄𝑟 8105 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
s) 𝑄
= 13507 .87𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖 = 0.6
1
(552 −(8105 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖 ×8× )
t) Q recycle ke zona anoksik = 1
1000
= 130,428 𝑚3 /𝑕𝑎𝑟𝑖

1000
𝑄 𝑟𝑒𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 130 ,428 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
u) 𝑄
= 13507 .87𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖 = 9.7
v) TP pada WAS = 94 kg/hari – 38 kg/hari = 56 kg/hari
𝑘𝑔
56
𝑕 𝑎𝑟𝑖
w) Persentase TP pada TSS = 𝑘𝑔 × 100 = 3.24 %
1737 .76
𝑕 𝑎𝑟𝑖
3.24
x) Persentase TP pada VSS = 0.8 = 4.05 %
C. a) Jumlah P dilepaskan saat stripping
1737 .76𝑘𝑔
= 0.0405 − 0.023 × × 0.8 = 24.33 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑕𝑎𝑟𝑖
27 24.33𝑘𝑔
b) Peningkatan TSS oleh hujan Al3+ sebagai AlPO4 = 31 × 𝑕𝑎𝑟𝑖
= 21.19𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
57

78 𝑘𝑔
c) Peningkatan TSS oleh hujan Al(OH)3 = 31 × 24.33 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 2.5 − 1 =
91.80 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
d) Total peningkatan TSS oleh hujan = 21.19 kg/hari + 91.82 kg/hari = 112.99
kg/hari
e) Total TSS = 1737.76 kg/hari + 113.01 = 1850.37 kg/hari
24.33 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖
f) Jumlah total Al3+ teraplikasi = 31
× 2.5 × 27 = 52.96 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
52.97 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖 ×342
g) Volume cairan alum = 2×27×0.25×1300 = 1.03𝑚3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
h) Volume total WAS setelah hujan = 463.40 m3/hari × 1.03 m3/hari = 464.33
m3/hari
𝑘𝑔
1737 .76 ×0.65×1.42×0.68
𝑕 𝑎𝑟𝑖
i) Fraksi terbiodegradasi = 𝑘𝑔 = 0.61
1850 .77 ×1.42×0.68
𝑕 𝑎𝑟𝑖
1 𝑘𝑔 𝑘𝑔
j) Fraksi organik = 1850 .77 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖 × 0.8 × 1737.76 𝑕𝑎𝑟 𝑖 + 0 × 113.01 𝑕𝑎𝑟𝑖 =
0.75
D. a) TSS pada lumpur tercampur = 1850.37 kg/hari + 2634 kg/hari = 4484.84 kg/hari
b) Total volume lumpur = 57 m3/hari + 464.33 m3/hari = 521.17 m3/hari
4484 .84 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖
c) Area thickener = 46.9
= 95.63 𝑚2
d) Volume air pengencer = (9.8×95.63 m2)-521.17 m3/hari = 415.96 m3/hari
𝑘𝑔 𝑚3
379 ×415 .96
𝑕 𝑎𝑟𝑖 𝑕 𝑎𝑟𝑖
e) BOD5 dan TSS pada air pengencer = 𝑚3
= 11.67 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
13507 .87
𝑕 𝑎𝑟𝑖
f) BOD5 pada aliran menuju Sludge Thickener = 3050 kg/hari + 1092.41 kg/hari +
11.67 kg/hari = 4153.68 kg/hari
g) TSS pada aliran menuju Sludge Thickener = 4484.84 kg/hari + 11.67 kg/hari =
4496.51 kg/hari
4153 .68 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖
h) Fraksi terbiodegradasi pada TSS = 𝑘𝑔 = 0.96
4496 .51 ×1.42×0.68
𝑕 𝑎𝑟𝑖
1 𝑘𝑔 𝑘𝑔
i) Fraksi organik = 𝑘𝑔 × 0.74 × 738 𝑕𝑎𝑟𝑖 + 0.75 × 1850.77 +
2590 .8 𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑕 𝑎𝑟 𝑖
0.8×1.70𝑘𝑔𝑕𝑎𝑟𝑖=0.74
E. a) TSS yang terkandung pada lumpur yang dikentalkan
𝑘𝑔 𝑘𝑔
= 0.85 × 2590.8 𝑕𝑎𝑟𝑖 = 3822.04 𝑕𝑎𝑟𝑖
2202 .18 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖
b) Volume lumpur = = 61.86 𝑚3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
0.06×1030
𝑘𝑔 𝑘𝑔
c) Kandungan BOD5 pada lumpur = 0.85 × 4143.94 𝑕𝑎𝑟𝑖 = 3530.62 𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑘𝑔
d) Org-N = 0.85 × 169.61 + 246 = 353.40 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑕𝑎𝑟𝑖 𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔
e) NPP = 63 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 0.85 = 53.25 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
f) Diasumsikan PP tertangkap 100 %, sehingga PP = 24.33 kg/hari
g) TP = 53.25 kg/hari + 24.33 kg/hari = 77.58 kg/hari
35.63 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑔
h) NH4+-N = 4.3 × 9.8×55.2 𝑚 2 = 0.28 𝑕𝑎𝑟𝑖
i) NO3--N = 0 kg/hari
j) TN = 366 kg/hari + 0.28 kg/hari + 0 kg/hari = 366.3 kg/hari
k) Fraksi terbiodegradasi = 0.96
l) Fraksi organik (TVSS/TSS) = 0.74
F. Kondisi aliran dari Sludge Digester :
Asumsi : stabilisasi BOD5 = 60 %
penghancuran VSS = 52 %
konversi dari Org-N ke NH4+-N = 15 %
konversi dari Org-N ke Org-N terlarut = 10 %
konversi dari NPP ke P terlarut = 30 %
PP tertangkap = 100 %
Konsentrasi padatan pada lumpur = 5 %
specific gravity lumpur = 1.03
58

BOD5 pada supernatan = 3000 mg/l


TSS pada supernatan = 4000 mg/l
𝑘𝑔 𝑘𝑔
a) TVSS = 3822.04 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 0.75 = 2846.44 𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑘𝑔
b) TVSS distabilisasi = 2846.44 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 0.52 = 1480.15 𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑘𝑔 𝑘𝑔
c) TVSS tersisa = 2846.44 𝑕𝑎𝑟𝑖 − 1480.15 𝑕𝑎𝑟𝑖 = 1366.29 𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑘𝑔 𝑘𝑔
d) TSS tersisa = 3822.04 𝑕𝑎𝑟𝑖 − 1480.15 𝑕𝑎𝑟𝑖 = 2341.89 𝑕𝑎𝑟𝑖
Vinfluen = Vlumpur + Vsupernatan Wtersisa = Wlumpur + Wsupernatan
Vinfluen = 61.85 m3/hari
Wtersisa = 2341.89 kg/hari
𝑊𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 𝑊𝑠𝑢𝑝𝑒𝑟𝑛𝑎𝑡𝑎𝑛
Vlumpur = Vsupernatan =
0.05×1030 0.004 ×1000
Vinfluen = Vlumpur + Vsupernatan
𝑊𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 𝑊𝑠𝑢𝑝𝑒𝑟𝑛𝑎𝑡𝑎𝑛
61.85 m3/hari = 0.05×1030 +
0.004 ×1000
Dengan menyelesaikan persamaan di atas diperoleh :
e) Vlumpur = 25.33 m3/hari
f) Wlumpur = 1304.41 kg/hari
g) Vsupernatan = 259.37 m3/hari
h) Wsupernatan = 1037.48 kg/hari
𝑘𝑔 3000 𝑔 𝑚3 1𝑘𝑔
i) BOD5 = 3530.62 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 1 − 0.6 − × 10.30 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 1000 𝑔 = 634.14 𝑘𝑔/
𝑚3
𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑚3
𝑘𝑔 1304 .41 𝑘𝑔 25.33
𝑕 𝑎𝑟𝑖 𝑕 𝑎𝑟𝑖
j) Org-N = 353.44 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 1 − 0.1 − 0.15 × 𝑘𝑔 + 353.44 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 𝑚3
=
1345 .61 35.63
𝑕 𝑎𝑟𝑖 𝑕 𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔
332.45 𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑘𝑔 25.33 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑔
k) NH4+-N = 353.44 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 0.15 + 0.28 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 35.63 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖 = 21.83 𝑕𝑎𝑟𝑖
l) NO3—N = 0 kg/hari
m) TN = 343.07 kg/hari + 37.88 kg/hari + 0 kg/hari = 354.28 kg/hari
n) NPP pada lumpur yang hilang dari digester =
𝑘𝑔 1304.41 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
53.25 × 1 − 0.3 ×
𝑕𝑎𝑟𝑖 1345.61 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 25.33 𝑚3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
+ 53.25 × 0.3 × = 27.31 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑕𝑎𝑟𝑖 35.63 𝑚3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
o) PP yang tertangkap (100 %) = 24.33 kg/hari
p) TP = 27.31 kg/hari + 24.33 kg/hari = 51.63 kg/hari
1378 .03 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖
q) Fraksi terbiodegradasi dari TSS = 𝑘𝑔 = 0.5
1304 .41 ×1.42×0.68
𝑕 𝑎𝑟𝑖
790 .68 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖
r) Fraksi organik (TVSS/TSS) = = 0.58
1345 .61 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖
G. a) Volume dari supernatan pada digester = 259.37 m3/hari
b) TSS pada supernatan = 1037.48 kg/hari
c) BOD5 = 3000 g/m3 × 259.37 m3/hari × 1/1000 = 778.11 kg/hari
𝑘𝑔 41.21 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑔
d) Org-N = 353.44 × 1 − 0.1 − 0.15 × + 353.44 𝑕𝑎𝑟𝑖 ×
𝑕𝑎𝑟𝑖 1345 .61 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖

0.1×10.30 𝑚3/𝑕𝑎𝑟𝑖35.63 𝑚3/𝑕𝑎𝑟𝑖=265.63 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖

𝑘𝑔 10.30 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
e) NH4+-N = 353.44 × 0.15 + 0.28 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖 × =
𝑕𝑎𝑟𝑖 35.63 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔
223.51 𝑕𝑎𝑟𝑖

f) NO3—N = 0 kg/hari
g) TN = 265.63 kg/hari + 223.51 kg/hari + 0 kg/hari = 489.14 kg/hari
59

𝑘𝑔 41.21 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑔
h) NPP = 53.25 𝑕𝑎𝑟 𝑖 × 1 − 0.3 × 1345 .61 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖 + 53.25 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 0.3 ×
10.30𝑚3𝑕𝑎𝑟𝑖35.63𝑚3𝑕𝑎𝑟𝑖=83.52 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖

H. Karakteristik dari lumpur yang dihilangkan airnya :


TSS yang tertangkap = 95 %
Organik polimer yg ditambahkan = 0.5 % dari TSS pada berat kering
Rasio polimer organik tertangkap = 80 %
Total volume dari belt wash water dan air pengencer = 35 L/kg TSS
Padatan dalam sludge cake = 25 %
specific grafity sludge cake = 1.06
specific grafity supernatan = 1
Tidak ada tambahan BOD5 saat pengondisian secara kimia
a) Volume dari pencucian belt dan air pengencer = 1304.41 kg/hari × 35 L/kg ×
1m3/1000L = 45.7 m3/hari
BOD5 = 1.7 kg/hari, TSS = 1.7 kg/hari, Org-N = 0.2 kg/hari, NH4+-N = 0.2
kg/hari,
NO3—N = 1.4 kg/hari, TN = 1.7 kg/hari, TP = 0.2 kg/hari
b) TSS pada sludge cake = 1304.41 kg/hari × 0.95 = 1239.19 kg/hari
c) Polimer organik yang dihilangkan = 1304.41 kg/hari × 0.005 × 0.8= 5.22 kg/hari
d) Total TSS = 1239.19 kg/hari + 5.22 kg/hari = 1244.40 kg/hari
𝑘𝑔
1244 .40
𝑕 𝑎𝑟𝑖 𝑚3
e) Volume sludge cake = 0.25×1060 = 4.70 𝑕𝑎𝑟𝑖
f) BOD5 = 634.14 kg/hari × 0.95 = 602.43 kg.hari
𝑘𝑔 4.7 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑔
g) NH4+-N = 37.88 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 25.33𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖 = 4.05 𝑕𝑎𝑟𝑖
h) NO3+-N = 0 kg/hari
i) Fraksi terbiodegradasi = 0.50
j) TVSS/TSS = 0.59
I. a) Volume filtrat = 25.33 m3/hari + 45.7 m3/hari – 4.7 m3/hari = 66.29 m3/hari
b) TSS filtrat = 1304.41 kg/hari + 1.7 kg/hari + (1304.41 kg/hari × 0.005 × (1-0.8))-
1239.19 kg/hari = 68.22 kg/hari
J. a) Total volume aliran campuran =
𝑚3 𝑚3 𝑚3 𝑚3
55.2 𝑚2 × 9.8 2 − 35.63 + 10.30 + 66.3
𝑚 𝑕𝑎𝑟𝑖 𝑕𝑎𝑟𝑖 𝑕𝑎𝑟𝑖 𝑕𝑎𝑟𝑖
3
= 1200.96 𝑚 /𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑘𝑔
b) TSS tercampur pada aliran campuran = 2590.8 − 2202.18 𝑕𝑎𝑟𝑖 +
𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑘𝑔
41.21 𝑕𝑎𝑟𝑖 + 68.22 𝑕𝑎𝑟𝑖 = 1780.18 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
2. Perhitungan rancangan dimensi reaktor, generasi biomassa, aliran kembali, dan
kebutuhan suplai udara
A. Zona anaerobik :
1499 𝑚𝑔 /𝐿
a) Rasio COD terhadap BOD5 = = 3.9
384 𝑚𝑔 /𝐿
1499 𝑚𝑔 /𝐿
b) Rasio COD terhadap TP = 7 𝑚𝑔 /𝐿
= 215.27
c) Ditentukan TP pada efluen = 0.6 mg/l
d) Dari nilai di atas, digunakan HRT minimum sesuai literature 2 jam
2 𝑗𝑎𝑚 ×13508 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
e) Volume bak anaerobik = 24 𝑗𝑎𝑚 /𝑕𝑎𝑟𝑖
= 1125.65 𝑚3
f) Dirancang sebanyak 3 reaktor atau bak anaerobik, volume masing-masing =
1125.65 𝑚3
= 375.22 𝑚3
3
g) Kedalaman air = 7.7 m
60

375 .22 𝑚 3
h) Luas permukaan = 7.7 𝑚
= 48.73 𝑚2
i) Panjang = lebar = 48.73 𝑚2 = 6.98 𝑚 ≈ 7 m
j) Freeboard = 0.2 m
k) Volume total menjadi = 7 m × 7 m × 7.7 m × 3= 1131.9 m3
3000 0.298
l) Daya pengaduk = 0.00094 × 1.00870.3 × 0.8
× 377.3𝑚3 =
4.13 𝑘𝑊
B. Zona anoksik :
µmax, DN = 0.2 per hari
θT, DN = 1.1
DOmax, DN = 0.1 mg/l
0.2 𝑚𝑔 𝑚𝑔 0.45
a) µ‘max, DN = 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 1.1 29.6−20 × 1 𝐿 − 0.1 𝐿 = 𝑕𝑎𝑟𝑖
Kd DN = 0.02 per hari
1
b) SRT minimal (θc DN min) = 0.29 0.03 = 2.33 𝑕𝑎𝑟𝑖

𝑕 𝑎𝑟𝑖 𝑕 𝑎𝑟𝑖
c) θc DN dibutuhkan = 1.5 × 2.33 𝑕𝑎𝑟𝑖 = 3.49 𝑕𝑎𝑟𝑖 rancangan digunakan =4 hari
Y DN = 0.5 gram VSS per Gram NO3—N
0.5 𝑔
d) Yobs DN = 0.03 = 0.463 g VSS/ g NO3—N
1+ ×6 𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑕 𝑎𝑟𝑖
e) Peningkatan konsentrasi biomassa total selama stabilisasi BOD5= 0.308 × (383-
3.7)= 117.01 mg VSS/ L
f) Nitrogen organik tetap dalam biomassa = 0.122 × 116.7 mg VSS/L = 14.27 mg
Org-N/L
g) Px DN = 0.424 g VSS/g NO3—N × (123 mg/l-14.24 mg Org N/l-8 mg/l-1 mg/l) =
46.17 mg VSS/l
24 𝑗𝑎𝑚 ×6×46.17 𝑚𝑔 /𝑙
h) HRT zona anoksik yang dibutuhkan = 0.5×3000 𝑚𝑔 /𝑙
= 2.95 𝑗𝑎𝑚
i) HRT rancangan = 3 jam
3 𝑗𝑎𝑚 ×13508 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
j) Volume bak anoksik = = 1688.48𝑚3
24 𝑗𝑎𝑚
k) Dirancang sebanyak tiga reaktor atau bak anaerobik, volume masing-masing
1688 .48 𝑚 3
=
3
= 562.83 𝑚3
l) Kedalaman air = 11.5 m
562 .83 𝑚 3
m) Luas permukaan = = 49 𝑚2
11.5 𝑚
n) Panjang = lebar = 49 𝑚2
= 6.99 𝑚 ≈ 7 m
o) Freeboard = 0.2 m
p) Volume total menjadi = 7 m × 7 m × 11.5 m × 3= 1690.5 m3
3000 0.298
q) Daya pengaduk = 0.00094 × 1.00870.3 × 0.8
× 563.5 𝑚3 =
6.17 𝑘𝑊
C. Zona aerobik :
µmax N = 0.47/hari
T = 29.6 C̊
Kdo N = 1 mg/l
DOmin N = 2 mg/l
pH min N = 7.2
0.47 2 𝑚𝑔 /𝑙
a) µ‘ max N = 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 𝑒 0.098 29.6−15
× 𝑚𝑔 𝑚𝑔 × 1 − 0.833 × 7.2 − 7.2 =
1 +2
𝐿 𝐿
1.3/𝑕𝑎𝑟𝑖
Kd N = 0.05/hari
1
b) θc N min = 1.3 0.05 = 0.79 𝑕𝑎𝑟𝑖

𝑕 𝑎𝑟𝑖 𝑕 𝑎𝑟𝑖
F proses N = 1.5
F kinetik N = 2
c) θc N dibutuhkan = 0.79 hari × 1.5 × 2 = 2.38 hari
61

θc N rancangan = 2 hari
YN = 0.2 g VSS/g NH4+-N
1.3
𝑕 𝑎𝑟𝑖 6.6
d) K ‗ = =
0.2 𝑕𝑎𝑟𝑖
1
+0.05/𝑕𝑎𝑟𝑖
2𝑕 𝑎𝑟 𝑖
e) UN = 0.2
= 2.75/𝑕𝑎𝑟𝑖
0.051 ×35 −1.158
f) KN = 10 =4.2
2.75
×4.2 𝑚𝑔
𝑕 𝑎𝑟𝑖
+
g) NH4 -N = 6.6 2.75 = 3.06 𝐿

𝑕 𝑎𝑟𝑖 𝑕 𝑎𝑟𝑖
𝑚𝑔
h) BOD5 untuk denitrifikasi = 0.68 × 3.7 × 123 − 8.4 − 8 − 1 =
𝐿
265.69 𝑚𝑔/𝐿
i) Rasio return flow = 0.6 ; Rasio recycled flow = 12
j) DO max N = 3 mg/l ; DO max DN = 0.1 mg/l
k) BOD5 untuk deoksigenasi = 0.68 × 1.3 × 12 + 0.6 × 3 𝑚𝑔/𝑙 −
1+12+0.6×0.1 𝑚𝑔/𝑙 = 32.21 mg/l
l) Y BOD5 = 0.4 g VSS
m) Kd BOD5 = 0.03/hari
0.4 𝑔 𝑉𝑆𝑆
n) Y obs BOD5 = 0.03 = 0.38 𝑔 𝑉𝑆𝑆/𝑔 𝐵𝑂𝐷5
1+( ×2𝑕𝑎𝑟𝑖 )
𝑕 𝑎𝑟𝑖
𝑚𝑔 𝑚𝑔 𝑚𝑔 𝑚𝑔
o) Px BOD5= 0.38 𝑔 × 383 𝐿 − 0 − 265.69 − 32.21 − 3.7 =
𝐿 𝐿 𝐿
31.08 𝑚𝑔 /𝐿
0.2
p) Y obs N = 0.05 = 0.18 𝑔
1+( ×2𝑕𝑎𝑟𝑖 )
𝑕 𝑎𝑟𝑖
𝑚𝑔 𝑚𝑔
q) Px N = 0.18 𝑔 × 123 𝐿 − 0.122 × 30.71 𝐿 − 1 = 21.5 𝑚𝑔 𝑉𝑆𝑆/𝐿
r) Px TVSS = 42.27 mg VSS/L + 30.71 mg VSS/L + 21.50 mg VSS/L = 98.75 mg
VSS/L
s) Peningkatan TVSS saat heterotrop = 42.27 mg VSS/L + 30.71 mg VSS/L = 77.25
mg VSS/L
72.98 𝑚𝑔 /𝐿
t) Fraksi heterotrop dalam kultur campuran = = 0.78
94.48 𝑚𝑔 /𝐿
21.50 𝑚𝑔 /𝐿
u) Fraksi autotrop dalam kultur campuran = 94.48 𝑚𝑔 /𝐿 = 0.22
24𝑗𝑎𝑚 ×2×30.71 𝑚𝑔 /𝐿
v) θ aerobik dibutuhkan = = 0.64 𝑗𝑎𝑚
0.77×3000 𝑚𝑔 /𝐿
24𝑗𝑎𝑚 ×2×21.5 𝑚𝑔 /𝐿
w) θ anoksik dibutuhkan = = 1.58 𝑗𝑎𝑚
0.77×3000 𝑚𝑔 /𝐿
x) Rancangan θ aerobik = 2 jam
2 𝑗𝑎𝑚 ×13508 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
y) Volume bak aerobik = = 1125.66𝑚3
24 𝑗𝑎𝑚 /𝑕𝑎𝑟𝑖
z) Kedalaman air = 6 m
1125 .66 𝑚 3
aa) Luas permukaan = 6𝑚
= 187.61 𝑚2
187 .61 𝑚 2
bb) Panjang = 2
= 9.7 𝑚 ≈10 m ; Lebar = 20 m
cc) Freeboard = 0.2 m
dd) Volume total bak aerobik menjadi = 10 m × 20 m × 6 m × 1 = 1200 m3
1200 𝑚 3 𝑗𝑎𝑚
ee) Periode aerasi actual sesuai nilai debit = × 24 𝑕𝑎𝑟𝑖 = 2.13 𝑗𝑎𝑚
13508 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
D. Kuantitas Waste Activated Sludge (WAS) :
𝑉𝑆𝑆 13508 𝑚 3
a) Peningkatan kuantitas total MLVSS = 98.75𝑚𝑔 𝐿 × 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 10−3 =
1333.84 𝑘𝑔 𝑇𝑉𝑆𝑆/𝑕𝑎𝑟𝑖
1333 .84 𝑘𝑔 𝑇𝑉𝑆𝑆 /𝑕𝑎𝑟𝑖
b) Peningkatan kuantitas total MLSS = 0.8
= 1667.31 𝑘𝑔 𝑇𝑆𝑆/𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑇𝑆𝑆
1667 .31𝑘𝑔 −(13508 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖 ×10 −3 )
c) Debit WAS = 𝑕 𝑎𝑟𝑖
3.74
= 442.19 𝑚3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
d) Aliran efluen = 13508 m /hari – 442.19 m /hari = 13065 m3/hari
3 3
62

3000 𝑚𝑔
𝑚3
e) TSS total = 442.19 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 𝐿
0.68
× 10−3 = 1658.22 𝑘𝑔𝑇𝑆𝑆/𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑚3 𝑚3
13508 −442 .19 ×10
𝑕 𝑎𝑟𝑖 𝑕 𝑎𝑟𝑖
f) TSS dalam efluen = = 130.66𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
1000
1658 .22𝑘𝑔
g) BOD5 pada WAS = 𝑕𝑎𝑟𝑖
× 0.65 × 1.42 × 0.68 = 1040.77𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔
h) Org-N pada WAS = 1658.22 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 0.8 × 0.122 = 161.84 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑚3
i) NH4+-N pada WAS = 442.19 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 1 × 10−3 = 0.44 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑚3
j) NO3—N pada WAS = 442.19 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 8 × 10−3 = 3.54 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑘𝑔 𝑘𝑔
k) TN pada WAS = 161.84 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 0.44 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 3.54 𝑕𝑎𝑟𝑖 = 165.82 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑚3 𝑚𝑔 𝑚3 𝑚𝑔
l) Org-P pada WAS = 13508 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 7 𝐿
− 13065 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 1 𝐿
× 10−3 =
80.99 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
80.99 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖
m) Konten Org-P pada WAS = 𝑘𝑔 × 100 = 6.11 % dari TVSS
1658 .22 ×0.8
𝑕 𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑘𝑔
n) PO4 –P dilepaskan saat P stripper = 81.22 𝑕𝑎𝑟𝑖 − 0.023 × 1590.83 ×
𝑕𝑎𝑟𝑖
0.8=50.48𝑘𝑔PO4 –P/hari
𝑘𝑔
50.48 ×2.5×27
𝑕 𝑎𝑟𝑖
o) Jumlah Al3+ yang dibutuhkan = = 109.92 𝑘𝑔Al3+/hari
31
𝑘𝑔
113 .12 ×342
𝑕 𝑎𝑟𝑖
p) Volume cairan alum yang dibutuhkan = 2×27×0.25×1300 = 2.14 𝑚3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
q) Kapasitas sistem penambahan alum rancangan = 1.5 × 2.14 𝑚3 /𝑕𝑎𝑟𝑖=3 m3/hari
r) Volume total dari P-stripped WAS = 442.19 m3/hari + 2.14 m3/hari = 444.33
m3/hari
s) Kuantitas PO4-P tetap pada AlPO4= 50.48 kg/hari
27 𝑘𝑔
t) Peningkatan TSS disebabkan oleh hujan AlPO4= 31 × 50.48 𝑕𝑎𝑟𝑖 = 43.97 𝑘𝑔/
𝑕𝑎𝑟𝑖
u) Peningkatan TSS disebabkan oleh hujan Al(OH)3
78 𝑘𝑔
= 31 × 50.48 𝑕𝑎𝑟𝑖 × 2.5 − 1 = 190.53 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑘𝑔
v) Total peningkatan TSS setelah P-stripping = 43.97 𝑕𝑎𝑟𝑖 + 190.53 𝑕𝑎𝑟𝑖 =
𝑘𝑔
234.50 𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑘𝑔
w) Kuantitas total TSS setelah P-stripping = 1658.22 𝑕𝑎𝑟𝑖 + 234.50 𝑕𝑎𝑟𝑖 =
𝑘𝑔
1892.72
𝑕𝑎𝑟𝑖
E. Estimasi return sludge dan internal recycle rates
𝑚3 𝑚3 1 𝑚3
a) Qr = 0.6 × 13508 = 8105 × = 0.094
𝑕𝑎𝑟𝑖 𝑕𝑎𝑟𝑖 86400 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚𝑔 𝑚3
b) NO3-N yang hilang setelah denitrifikasi = 123 × 13508 × 10−3 −
𝐿 𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 𝑚3
159.08 𝑕𝑎𝑟𝑖 − 10 × 13124.78 × 10−3 = 1364.99 kg NO3 terdenitrifikasi
𝑕𝑎𝑟𝑖
per hari
𝑘𝑔 𝑚3
1376 .20 − 8129 .4 ×0.008
𝑕 𝑎𝑟𝑖 𝑕 𝑎𝑟𝑖
c) Q recycle = 0.008
= 162518.93 m3/hari = 1.88 m3/detik
162518 .93 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
d) Q recycle / Q = 13508 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
= 12
e) Qr /Q + Qrecycle/Q = 12.6
F. F/M rasio dan organic loading serta Alkaliniti tersisa
𝑚𝑔
24 ×383 ×1000
𝐿
a) F/M = 1.5 𝑗𝑎𝑚 +5 𝑗𝑎𝑚 +2 𝑗𝑎𝑚 ×3000 ×1000
= 0.44 𝑘𝑔 BOD5/kg VSS.hari
𝑚𝑔
24×383
𝐿
b) Organic loading rate = = 1.32 𝑘𝑔BOD5/m3 hari
1.5 𝑗𝑎𝑚 +5 𝑗𝑎𝑚 +2 𝑗𝑎𝑚 ×1000
63

𝑚𝑔
c) Pemulihan alkalinitas oleh denitrifikasi = 3.57 × 123 𝐿
− 0.122 ×
94.48 𝑚𝑔𝑉𝑆𝑆𝐿−8−1=363.97 𝑚𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3/L
𝑚𝑔
d) Alkalinitas yang dihancurkan oleh nitrifikasi = 7.14 × 123 𝐿
− 0.122 ×
94.48 𝑚𝑔𝑉𝑆𝑆𝐿−1=785.06 𝑚𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3/L
e) Total alkalinitas pada influen = 500 mg/l
f) Alkalinitas tersisa pada efluen = 500 mg/l + 365.83 mg/l – 785.06 mg/l = 78.91
mg/l
G. Kebutuhan Oksigen, suplai udara dan rancangan sistem suplai udara
383 𝑚𝑔 /𝐿 3.7 𝑚𝑔 /𝐿
a) Kebutuhan oksigen untuk menghilangkan CBOD L = 0.68 − 0.68 −
𝑉𝑆𝑆
94.48 𝑚𝑔 265 .69𝑚𝑔 /𝐿 𝑚𝑔
𝐿
0.65 × 0.8
× 1.42 − 0.68
+ 1.3 × 12.6 × 2 𝐿

13.6×0.1𝑚𝑔𝐿=85.57𝑚𝑔 O2/L

𝑚𝑔
b) Kebutuhan oksigen untuk menghilangkan NBOD L = 4.57 × 123 −1−
𝐿
0.122×94.48 𝑚𝑔𝑉𝑆𝑆𝐿=502.5 mg O2/L
𝑚𝑔 𝑚𝑔 𝑚𝑔
c) Total kebutuhan oksigen secara teoritis = 89.03 + 504.9 = 588.06
𝐿 𝐿 𝐿
𝑚𝑔 𝑚3
d) Total kuantitas kebutuhan oksigen secara teoritis = 588.06 𝐿 × 13508 𝑕𝑎𝑟𝑖 ×
0.001 = 7943.43 𝑘𝑔O2/hari
7943 .43 𝑘𝑔 𝑂2 /𝑕𝑎𝑟𝑖
e) SOR = 7.64×0.9×1.17−2 29.5−20
= 12858.42 m3 O2/hari
×0.75×1.024
9.15
12858 .42𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
f) Asupan udara yang dibutuhkan = 1.201 ×0.232 ×0.08 = 576855.10 𝑚3 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎/𝑕𝑎𝑟𝑖
g) Rancangan total udara = 1.5 × 576855.10 m3 udara/hari = 865282.7 m3/hari
h) Untuk 1 bak = 600.89 m3/menit
i) Volume suplai udara per kg BOD5 yang dihilangkan =
865282 .7 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚𝑔 𝑚𝑔 𝑚𝑔 = 559.03 m3 udara/ kg
383 −265 .69 −3.7 ×13549 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖 ×0.001
𝐿 𝐿 𝐿
865282 .7 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
j) Volume suplai udara per m3 limbah yang diolah = = 64.06 m3
13508 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
udara/ m3air limbah yang diolah
865282 .7 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
k) Volume suplai udara per m3 volume zona aerobik = = 721.07 m3
1200 𝑚 3
udara/ hari per m3 zona aerobik
H. Struktur influen, baffle walls, dan efluen weir di bak anaerobik
a) Rata-rata rancangan aliran ke BNR = 13508 m3/hari = 0.1563 m3/detik
b) Rata-rata aliran kembali = 0.6 × 0.1563 m3/detik = 0.093 m3/detik
c) Aliran pada kondisi di bawah rata-rata debit rancangan = 0.11m3/detik
d) Aliran pada kondisi di bawah debit puncak = 0.14
e) Dirancang dimensi saluran influen, lebar 1 m, kedalaman 1.5 m dan terdapat 16
port
0.11 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
f) Debit influen setiap port saat aliran rata-rata = 16
= 0.0068 m3/detik
0.14 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
g) Debit influen setiap port saat aliran puncak = = 0.0088 m3/detik
16
h) Ukuran tiap port = 10 cm × 10 cm ; Cd = 0.61
2
0.0068 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
i) ∆z rata-rata = = 0.065 𝑚
0.61× 10 𝑐𝑚 ×0.01 × 10 𝑐𝑚 ×0.01 × 2×9.81
2
0.0088 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
j) ∆z puncak = = 0.11 𝑚
0.61× 10 𝑐𝑚 ×0.01 × 10 𝑐𝑚 ×0.01 × 2×9.81
k) Terdapat 2 dinding baffle, setiap dinding 53 orifice, diameter orifice = 5 cm
2
0.11 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
l) ∆z rata-rata = 3.14 = 0.15 m
0.61× × 5𝑐𝑚×0.01 2 ×53× 2×9.81
4
64

2
0.14 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
m) ∆z puncak = 3.14 = 0.25 m
0.61× × 5𝑐𝑚 ×0.01 2 ×53× 2×9.81
4
2/3
0.11 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
n) H rata-rata = 2 = 0.042 𝑚
×0.61×5.5 𝑚× 2×9.81
3
2/3
0.14 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
o) H puncak = 2 = 0.049 𝑚
×0.61×5.5 𝑚× 2×9.81
3
I. Struktur influen, baffle walls dan efluen weir di bak anoksik
𝑚3 𝑚3 𝑚3
a) Aliran kondisi rata-rata = 0.047 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 + 0.093 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 + 12𝑥 0.047 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 0.707
m3/detik
𝑚3 𝑚3
b) Aliran debit puncak = 0.11 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 + 12 𝑥 0.1563 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 1.99 m3/detik
c) Dimensi saluran influen, lebar = 1 m , kedalaman = 3 m
d) Terdapat 16 port dengan ukuran 20 cm × 20 cm ; Cd = 0.61
2
𝑚3
0.707 /16
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
e) ∆z rata-rata = = 0.167 𝑚
0.61× 20 𝑐𝑚 ×0.01 × 20 𝑐𝑚 ×0.01 × 2×9.81
2
𝑚3
1.99 /16
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
f) ∆z puncak = = 1.32 𝑚
0.61× 20 𝑐𝑚 ×0.01 × 20 𝑐𝑚 ×0.01 × 2×9.81

g) Terdapat 2 dinding baffle, setiap dinding 53 orifice, diameter orifice = 20 cm


2
0.707 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
h) ∆z rata-rata = 3.14 = 0.025 𝑚
0.61× × 20𝑐𝑚 ×0.01 2 ×53× 2×9.81
4
2
1.99 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
i) ∆z puncak = 3.14 = 0.196 𝑚
0.61× × 20𝑐𝑚 ×0.01 2 ×53× 2×9.81
4
2/3
0.707 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
j) H rata-rata = 2 = 0.14 𝑚
×0.61×5.5 𝑚× 2×9.81
3
2/3
1.99 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
k) H puncak = 2 = 0.29 𝑚
×0.61×5.5 𝑚× 2×9.81
3
J. Struktur influen dan efluen bak aerasi
Saluran influen berbentuk kotak dengan dimensi, lebar 1 m dan kedalaman 1.5 m,
terdapat 15 port, ukuran port 20 × 20 cm
𝑚3 𝑚3 𝑚3
a) Aliran kondisi rata-rata = 0.047 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 + 0.093 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 + 12𝑥 0.047 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 0.707
m3/detik
𝑚3 𝑚3
b) Aliran debit puncak =0.11 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 + 12 𝑥 0.1563 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 1.99 m3/detik
2
𝑚3
0.707 /15
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
c) ∆z rata-rata = 0.61× 20 𝑐𝑚 ×0.01 × 20 𝑐𝑚 ×0.01 × 2×9.81
= 0.190 𝑚
2
𝑚3
1.99 /15
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
d) ∆z puncak =
0.61× 20 𝑐𝑚 ×0.01 × 20 𝑐𝑚 ×0.01 × 2×9.81
= 1.5 𝑚
e) Kotak efluen weir lebar 1 m sepanjang launder, kotak efluen berukuran 1 m × 1
m, diameter pipa 0.5 m
f) Weir dapat diubah-ubah dengan ukuran 0.75 m, terdapat 6 weir
g) Aliran pada kondisi di bawah rata-rata = 0.11 m3/detik
h) Aliran ke setiap weir = 0.11 m3/detik / 6 = 0.0183 m3/detik
i) Aliran di bawah kondisi puncak = 0.14 m3/detik
j) Aliran ke setiap weir = 0.0705 m3/detik / 6 = 0.0235 m3/detik
k) L‘ = 0.74 m  ∆z = 0.058 m ≈ 0.06 m
l) L‘ = 0.73 m  ∆z = 0.069 m ≈ 0.07 m
m) L = 10 – 1 = 9 m
n) Y2 = 0.44 (asumsi)
o) B=1m
2× 0.0705 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
p) Y1 = 0.44 𝑚2 + =0.44 m
9.81×(1 𝑚 )2 ×0.44 𝑚
65

q) Total kedalaman sepanjang efluen = 0.44 m ×1.16 + 0.15 = 0.67 m


0.1409 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
r) Aliran pada pipa keluaran berdiameter 0.5 m = 3.14 = 0.717 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
×(0.5 𝑚 )2
4
K. Kapasitas rancangan sistem aerasi difusi dan ukuran blower
a) Tabung diffuser standar berdimensi = 61 × 7.5 cm
b) Debit standar per tabung = 0.21 m3 udara
600 .89 𝑚 3 /𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
c) Jumlah total tabung = 0.21 𝑚 3 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = 2861 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔
d) Jumlah aktual = 3072
e) Jumlah tabung per baris = 3072/12 = 256
f) Jumlah tabung per pipa penggantung = 64
g) Kehilangan head pada perpipaan = 4.5 mm
h) Kehilangan head pada elbow, tees, valves = 0.45 mm
i) Kehilangan head pada filter udara = 50 mm
j) Kehilangan head pada silencer = 30 mm
k) Kehilangan head pada pipa kompresor = 210 mm
l) Submergence = 4500 mm
m) Diffuser losses = 250 mm
n) Total headloss = 5.04 m
o) Tekanan suplai absolut = (5.04 m + 10.34 m)/10.34 = 1.49 atm
p) Volume udara standar untuk 2 bak = 295.68 m3/menit
q) Volume udara standar untuk 4 bak = 295.68 m3/menit × 2 = 591.36 m3/menit
r) Dirancang lima centrifugal blower dengan kapasitas 230 m3/menit dan daya yang
dibutuhkan = 277.98 kW

V. Contoh perhitungan unit Sedimentasi Sekunder (Clarifier)


1. Luas area permukaan dari clarifier
a) Aliran rancangan menuju bak clarifier = 0.157 m3/det + 0.093 m3/det + (442.19 m3/det
× 86400) = 0.25167 m3/det
b) Aliran ke setiap bak = 0.256 m3/det /2 = 0.126 m3/det
Tabel 30 Perhitungan rasio flux padatan
konsentrasi padatan , Xi (g/m3) 1000 1500 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000
rasio pengendapan inisial ,Vi
(m/jam) 4.4 4.2 2.8 1.3 0.67 0.34 0.2 0.1 0.05 0.03
rasio flux padatan, Xvi
(kg/m2.jam) 4.4 6.3 5.6 3.9 2.7 1.7 1.2 0.7 0.4 0.3

5
solid flux (kg/m2.jam)

0
0 2000 4000 6000 8000 10000
konsetrasi padatan (mg/l)
Gambar 22 Kurva flux padatan terhadap konsentrasi padatan
66

c) Dati tabel dan grafik di atas, diperoleh nilai batas solid loading rate untuk kosentrasi
padatan di bawah 10000 mg/l adalah 2 kg/m2.jam = 48 kg/m2. Hari
d) Aliran ke setiap bak = 0.126 m3/det × 3600 = 453.01 m3/jam
300
453 .01 𝑚 3 /𝑗𝑎𝑚 × ×0.001
e) Luas permukaan = 3
0.8
= 849.38 𝑚2
2 𝑘𝑔 /𝑚 𝑗𝑎𝑚
849.38 𝑚 2 ×4
f) Diameter = 3.14
= 32.89 𝑚 ≈ 33 m
3.14 2
g) Luas aktual = 4
× 33 𝑚 = 855 𝑚2
0.126 m 3 /det ×86400
h) Cek overflow rate pada rancangan rata-rata = 855 𝑚 2
= 12.72 𝑚3 /
𝑚2 . 𝑕𝑎𝑟𝑖
i) Sudah memenuhi kriteria rancangan, nilainya harus di bawah 15 m3/m2 hari
j) Overflow rate = 12.72 m3/m2 hari / 24 = 0.530 m/jam
k) Aliran debit puncak per bak = 0.141 m3/det
0.141 m 3 /det ×86400
l) Overflow rate = = 855 𝑚 2
= 14.24 𝑚3 /𝑚2 . 𝑕𝑎𝑟𝑖
0.127 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡 ×3750 ×86400
m) Batas solid loading = 1000 ×855 𝑚 2
= 47.69 𝑘𝑔/𝑚2 𝑕𝑎𝑟𝑖
0.141 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡 ×3750 ×86400
n) Solid loading pada kondisi puncak = 1000 ×855 𝑚 2
= 53.404 𝑘𝑔/𝑚2 𝑕𝑎𝑟𝑖
2
o) Telah memenuhi kriteria rancangan, di bawah 150 kg/m hari
2. Kedalaman bak clarifier
Zona air bersih = 1 m
Zona pengendapan = 1.5 m
Zona air bersih dan pengendapan = 2.5 m
a) Massa padatan total pada BNR = (3750 × 4022.4 m3)/1000 = 15084 kg
b) Massa padatan pada setiap reaktor = 15084 kg/2 = 7542 kg
c) Massa total pada setiap bak clarifier = 0.3 × 7542 kg = 2262.6 kg
1000 ×2262 .6 𝑘𝑔
d) Kedalaman zona pengental = 7000 ×855 𝑚 2 = 0.378 𝑚 ≈ 0.4 m
e) Total padatan yang dihasilkan dalam 1 hari pada sustained loading = 1658.22 kg/hari
×1.5×2.5 = 6218.33 kg/hari
f) Total padatan yang terdapat dalam 1 bak clarifier = 6218.33 kg/hari / 2= 3109.16 kg
g) Total padatan yang terdapat pada zona penampung dan pengentalan = 2262.6 kg +
3109.16 kg = 5371.76 kg
1000 ×5371 .76 𝑘𝑔
h) Kedalaman zona penampung padatan = 7000 ×855 𝑚 2 = 0.89 𝑚 ≈ 1 m
i) Kedalaman total clarifier = 1 m + 0.4 m + 2.5 m = 3.9 m
3.14
j) Volume rata-rata tangki clarifier = 4 × (33 𝑚)2 × 3.9 𝑚 = 3334 𝑚3
3334 𝑚 3
k) Waktu detensi pada kondisi di bawah aliran rata-rata = 0.127 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×3600 = 3.68 𝑗𝑎𝑚
3334 𝑚 3
l) Waktu detensi pada kondisi aliran puncak = 0.141 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 ×3600 = 6.57 𝑗𝑎𝑚
3. Struktur efluen
Lebar efluen launder = 0.5 m
a) Panjang efluen weir = 3.14 × 2 × (33 m – 1 m) = 201.0 m
201 .0 𝑚
b) Jumlah notch = 39.5 𝑐𝑚 ×0.01 = 509
𝑚3 8105 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
c) Aliran rancangan rata-rata dari clarifier = 0.2516 − = 0.158 𝑚3 /
𝑑𝑒𝑡 86400
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
d) Aliran ke tiap clarifier = 0.158 m3/det /2 = 0.079 m3/det
e) Aliran ke setiap notch = 0.079 m3/det / 509 = 0.000155 m3/det
2/5
5 0.000155 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡
f) Limpasan (H) setiap notch = 8 × 0.6× 2×9.81×𝑡𝑎𝑛 45 = 0.01523 𝑚 = 1.5 𝑐𝑚
g) Aliran pada setiap notch saat debit puncak = 0.157 m /det /(2×382) = 0.000329 m3/det
3

2/5
5 0.000329 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡
h) Limpasan (H) = 8 × 0.6× 2×9.81×𝑡𝑎𝑛 45 = 0.0205 𝑚 = 2 𝑐𝑚
i) Beban aktual pada weir saat aliran rata-rata= (0.079 m3/det × 86400)/201 m = 33.93
m3/m.hari
67

j) Beban aktual weir saat aliran puncak = (0.251 m3/detik × 86400)/(2 × 201 m) = 54.10
m3/m hari
k) Lebar efluen launder = 0.5 m
l) Efluen boks = 1 x 1 m
m) Y2 = 0.61 – 0.3 = 0.31 m
n) B = 0.5 m
o) Aliran yang menuju setiap bagian launder = 0.251 m3/detik /(2×2) = 0.0629 m3/detik
2 2× 0.039 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
p) Y1 = 0.31 𝑚 + = 0.32 𝑚
9.81× 0.5 𝑚 2 ×0.31 𝑚
q) Total kedalaman efluen boks = (0.16×0.32 m)+0.31 m=0.36 m

VI. Contoh perhitungan unit desinfeksi


2 3.14× 2.3𝑐𝑚 2
1. Volume cairan terbuka per lampu = 6 𝑐𝑚 × 147 𝑐𝑚 − 4
× 147 𝑐𝑚 =
3
4681.56 𝑐𝑚 = 4.7 𝐿
1.47 𝑚 ×18.2 𝑊/𝑚
2. Berat jenis UV = 4.7 𝐿
= 5.7 𝑊/𝐿
3. Koefisien absorbansi = 2.3 × 0.155/cm = 0.35/cm
4. Nominal Iavg = 17300 µW/cm2
5. Adjusted Iavg = 17300 µW/cm2×0.8×0.7=9700 µW/cm2
4.7 𝐿/𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢
6. Beban UV = 𝑚 = 0.176 𝐿/𝑊
1.47 ×18.2𝑊/𝑚
𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢
0.176 𝐿/𝑊 60𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
7. tn= 𝐿 × = 21.08 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0.5 .𝑊 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
8. u = 300 cm/21.08 detik = 14.23 cm/detik
9. E= 0.03 × 14.23 cm/detik × 300cm = 128.077 cm2/detik
𝑐𝑚 2.21 1/2
14.2 ×300 𝑐𝑚 4× ×128.077 𝑐𝑚 2
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
10. N‘/No = exp 2×128 .077 𝑐𝑚 2 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
1− 1+ 14.2𝑐𝑚 2
=-26.12

11. Log N‘/No = -11.36


9000 𝑙𝑝𝑚 /2.08
12. Jumlah lampu saat aliran rata-rata = 1.47 𝑚 ×18.2 = 162lampu
9000 𝑙𝑝𝑚 ×1.2/2.08
13. Jumlah lampu saat aliran puncak = 1.47 𝑚×18.2 = 221lampu
14. Debit per saluran = 0.157 m3/detik/4 = 0.0375 m3/detik
0.0375 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
15. V3 = = 0.37 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0.72 𝑚 ×0.14 𝑚
𝑚 2
0.372
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
16. Kedalaman air + headloss titik 2 = 0.72 𝑚 + 2×9.81𝑚 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2 = 0.73 𝑚
17. D2 = 0.747 m
0.0375 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
18. V2 = 0.747 𝑚×0.14 𝑚 = 0.358 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
19. HL = 0.727 m – 0.72 m = 0.007 m
0.358 𝑚 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
20. Kedalaman air +headloss titik 1 = 0.747 𝑚 + 2×9.81𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
= 0.75 𝑚
21. D1 = 0.771 m
0.0375 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
22. V1 = 0.771 𝑚×0.14 𝑚 = 0.347 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
23. HL upstream bank = 0.771 m – 0.747 m = 0.0249 m
24. Total HL = 0.0515 m
2/3
3 0.0375 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
25. H rata-rata = × = 0.28 𝑚
2 0.6×0.14 𝑚 × 2×9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2 0.5
2/3
3 0.045 𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
26. H puncak = 2
× 0.6×0.14 𝑚× 2×9.81 𝑚 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2 0.5 = 0.32 𝑚
27. Ketinggian influen weir = 0.72 m + 0.0515 m + 0.08 m = 0.851 m
28. Rancangan Parshall flume
29. Pada hulu :
30. Lebar saluran = 0.6 m
31. Kedalaman air saat debit puncak = 0.8 m
32. A = 0.6 m × 0.8 m = 0.48 m2
0.48 𝑚 2
33. R = = 0.218 𝑚
0.6 𝑚 +(2×0.8𝑚 )
68

34. n Manning = 0.013


2
𝑚3
(0.157 ×1.2)×0.013
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
35. S = = 0.000181
0.48 𝑚 2 × 0.218 𝑚 2/3

36. Pada hilir :


37. Lebar saluran = 0.6 m
38. Kedalaman air saat debit puncak = 1 m
39. A = 0.6 m × 1 m = 0.6 m2
0.6 𝑚 2
40. R = 0.6 𝑚 +(2×1𝑚 ) = 0.230 𝑚
41. n Manning = 0.013
2
𝑚3
(0.157 ×1.2)×0.013
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
42. S = = 0.000107
0.6 𝑚 2 × 0.230 𝑚 2/3

43. Dimensi Parshall flume :


44. Lebar sekat = 1.22
45. Pangkat Ha = 1.522 × 1.220.026 = 1.53
5.3 1/1.53
46. Ha = 4×1.22 = 1.055 𝑚
47. Hb = 0.7 × 1.055 𝑚 = 0.74 𝑚
48. HL = 0.17 m
49. ∆ = 1 m + 0.17 m – 0.74 m = 0.43 m

VII. Contoh perhitungan unit Sludge Thickener


𝑘𝑔
2623 .9
1. Luas permukaan untuk solid loading 47 kg/m2 hari = 𝑕 𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑔 = 55.83 𝑚2
47 2
𝑚 𝑕 𝑎𝑟𝑖
446 .95 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
2. Hydraulic loading = 55.83 𝑚 2 = 8.006 𝑚3 /𝑚2 𝑕𝑎𝑟𝑖
3. Total aliran menuju thickener = 9.8 m3/m2 hari × 55.83 m2 = 547.11 m3/hari
4. Jumlah air untuk pengencer = 547.11 m3/hari – 446.95 m3/hari = 100.16 m3/hari
𝑘𝑔
2623 .9
𝑕 𝑎𝑟𝑖
5. Total konsentrasi solid saat pencampuran lumpur = 1.01×1000 ×547.11 = 0.0047 =
𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
0.47%
10×100 .16 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
6. TSS pada air pengencer = = 1.0016 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
1000
7. TSS di lumpur campuran = 2623.9 kg/hari + 1.0016 kg/hari = 2624.9016 kg/hari
8. Total volume lumpur campuran = 446.95 m3/hari + 100.16 m3/hari = 547.11 m3/hari
2624 .9016 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖
9. Konsentrasi TSS di lumpur campuran = 547 .11 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖 ×1010 = 0.00475 = 0.48%
55.83 𝑚 2
10. Luas permukaan thickener = 2
= 27.91 𝑚2
0.5
27.91 𝑚 2 ×4
11. Diameter = 3.14
= 5.96 𝑚 ≈ 6 m
2624 .9 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖
12. Solids loading saat kedua unit beroperasi = = 46.44 𝑘𝑔/𝑚2 𝑕𝑎𝑟𝑖
2×28.26 𝑚 2
547 .11 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖 3 2
13. Hydraulic loading = = 9.68 𝑚 /𝑚 𝑕𝑎𝑟𝑖
2×28.26 𝑚 2
738 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖
14. Solids loading saat satu unit beroperasi = 27.9 𝑚 2 = 26.44 𝑘𝑔/𝑚2 𝑕𝑎𝑟𝑖
15. Laju pencampuran proporsional ke thickener dalam kondisi rata-rata
547 .11 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑔
16. 2623 .9 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖 × 738 𝑕𝑎𝑟𝑖 = 153.88 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
153 .88𝑚 3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
17. Hydraulic loading saat satu unit beroperasi = 28.26 𝑚 2 = 5.44 𝑚3 /𝑚2 𝑕𝑎𝑟𝑖
18. Freeboard = 0.4 m
19. Konsentrasi padatan yg diinginkan di dasar = 6 %
20. Konsentrasi padatan rata-rata = (1.09 + 6)/2 = 3.545 %
21. Waktu retensi = 0.8 hari
22. Kedalaman thickening zone diasumsikan = a m
23. Volume sludge blanket = 0.25 × 3.14 × 62 × a = 28.26 a m3
24. Jumlah padatan di thickening zone saat padatan 35 % = 28.26 a m3 × 0.0355 × 1.03 ×
1000 = 1033.33 a m3
69

25. Kuantitas padatan di thickening zone = 2624.9016 kg/hari /2 = 1312.45 kg/hari


𝑘𝑔
1312 .45 ×0.8𝑕𝑎𝑟𝑖
𝑕 𝑎𝑟𝑖
26. Kedalaman thickening zone = a = = 1.02 𝑚
1033 .33 𝑚 3
27. Zona clear liquid = 0.5 m
28. Zona pengendapan = 1.5 m
29. Zona pengentalan = 1.02 m
30. Total kedalaman = 3.02 m
31. Kemiringan di dasar = 17 cm/m
32. Total drop di pusat = 0.51 m
33. Kedalaman thickener di pusat = 3.93 m
34. Volume central cone = 4.80 m3
𝑚3
547 .11 ×1.75𝑗𝑎𝑚
35. Volume blending tank = 𝑕 𝑎𝑟𝑖
= 39.89 𝑚3
24
36. Kedalaman cairan = 2.5 m
37. Freeboard = 0.4 m
39.89 𝑚 3
38. Luas permukaan tangki pencampuran = 2.5 𝑚 = 15.96 𝑚2
39. Diameter = 15.96 𝑚2 × 4/3.14 0.5 = 4.51 𝑚 ≈ 5 𝑚
40. Volume tangki pencampuran = 3.14 × 0.25 × 5 𝑚 2 × 2.5 𝑚 = 49.06 𝑚3
41. Asumsi G = 60/detik
42. Asumsi µ = 2.004×10-3=0.002 N detik/m2
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
43. p = 60/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2 × 0.002 𝑁 𝑚 2 × 49.06𝑚3 = 353.95 𝑊 = 0.354 kW
44. Tenaga motor (efisiensi 75 %) = 0.354 kW/0.75 = 0.472 kW
45. Asumsi kecepatan rotasi paddle (n) = 0.06 putaran /detik
46. p = 1.01×1×106/1000 = 1010 kg/m3
47. Cd = 1.8
353 .96 𝑊
48. p = 0.5×1.8×1010 𝑘𝑔 /𝑚 3 ×2× 0.75×3.14×0.06×2 3 × 3.63+33 +2.4 3 +1.83 +1.23 +0.63 = 0.09 𝑚2
49. Ketinggian paddle = 2 m
50. Lebar paddle = 0.09 m2/2 m = 0.045 m
51. Efisiensi penangkapan padatan = 85 %
52. Kuantitas withdrawn padatan dari kedua thickener = 2624.90 kg/hari×0.85 = 2231.17
kg/hari
53. Kuantitas withdrawn padatan satu thickener = 2231.17 kg/hari /2 = 1115.58 kg/hari
2231 .17 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖
54. Volume pemompaan dari kedua thickener = 0.06×1.03×1000 = 36.10𝑚3 /𝑕𝑎𝑟𝑖
55. Pumping rate tiap tangki = 36.10 m3/hari /2 = 18.05 m3/hari
56. Volume sludge blanket tiap thickener = 3.14 × 6 𝑚 2 × 1.02 𝑚 + 4.8 𝑚3 =
119.66 𝑚3
57. SVR = 119.66 m3/18.05 m3/hari = 6.63 hari
18.05𝑚 3
58. Volume supernatant dari thickener = 547.11𝑚3 /𝑕𝑎𝑟𝑖 − 2 × 𝑕𝑎𝑟𝑖 = 511.008 𝑚3 /
𝑕𝑎𝑟𝑖
59. Jumlah TSS yang hilang saat overflow= 2624.90 kg/hari × 0.15 = 393.74 m3/hari
393.74 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖 ×1000 ×1000
60. Konsentrasi TSS = 𝑚3
= 770.51 𝑚𝑔/𝐿
511 .008 ×1000
𝑕 𝑎𝑟𝑖
61. Biodegradable padatan/TSS = 1.66
62. BOD5 saat overflow = 393.74 m3/hari ×1.66×1.42×0.68=631.12 kg/hari
631 .12 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖 ×1000 ×1000
63. Konsentrasi BOD5 = 511 .008 𝑚 3 /𝑕𝑎𝑟𝑖 ×1000 = 1235.04 𝑚𝑔/𝐿

VIII. Contoh perhitungan unit sludge digester


1. Debit rata-rata menuju digester = 36 m3/hari
2. Volume digester = 36 m3/hari × 15 hari = 540 m3
3. Asumsi VS loading pada aliran rata-rata = 2.5 kg/m3 hari
4. Total volatile solids = 2202.18 kg/hari × 0.75 = 1651.635 kg/hari
5. Kapasitas digester = 1651.635 kg/hari / 2.5 kg/m3hari = 660.654 m3
6. Lumpur yang distablikan = 25 m3/hari
7. Lumpur awal yang masuk ke digester = 36 m3/hari
70

𝑚3 2 𝑚3
8. Volume = 36 𝑕𝑎𝑟𝑖 − 3
× 36 𝑕𝑎𝑟𝑖 − 25𝑚3 /𝑕𝑎𝑟𝑖 × 15 = 430 𝑚3

9. Untuk mencapai hasil yang diharapkan digunakan kapasitas yang lebih besar = 700 m3
10. Volume setiap digester = 700 m3/2 = 350 m3
11. Area permukaan setiap digester = 350 m3/ 4m = 87.5 m2
4
12. Diameter tiap digester = 3.14
× 87.5 𝑚2 = 10.6 𝑚
350 𝑚 3
13. Kedalaman vertikal = 3.14 = 3.97 𝑚 = 4 m
× 10.6 𝑚 2
4
14. Kemiringan = 1/3
3.14 2 1 3.14 2
15. Volume digester aktif = 4
× 10.6 𝑚 × 3.4 𝑚 + 3
× 4
× 10.6 𝑚 × 1.8 −
1 3.14 2 3
3
× 4 × 4.5 × 0.5 = 350.16 𝑚
16. Total aktif dan inaktif volume kedua digester = 700.3 m3 + 111.14 m3 = 811.46 m3
17. Volume rasio aktif = 700.3 m3/811.46 m3=0 .86
18. Periode digestion saat aliran rata-rata = 700.3 m3/36 m3/hari = 19.5 hari
19. Periode digestion aliran extreme high = 700.3 m3/54.69 m3/hari = 12.8 hari
20. Periode digestion aliran extreme low = 700.3 m3/30.6 m3/hari = 22.9 hari
21. Beban padatan saat aliran rata-rata = (2202.18 kg/hari × 0.75) / 700.3 m3= 2.36 kg/m3 hari
22. Beban padatan saat aliran extreme low = (1871.85 kg/hari × 0.75) / 700.3 m3=2 kg/m3hari
23. Beban padatan saat aliran extreme high=(2231/16 kg/hari×0.75)/700.3 m3=2.39 kg/m3hari
24. BOD5 pada lumpur yang dikentalkan = 3522 kg/hari
25. BOD L pada lumpur = 3522 kg/hari × (1/0.68) = 5179.4 kg/hari
0.05×0.8×5179.4 𝑘𝑔 /𝑕𝑎𝑟𝑖
26. P x = = 130.8 𝑘𝑔/𝑕𝑎𝑟𝑖
1+(0.03×19.5 𝑕𝑎𝑟𝑖 )
𝑘𝑔 𝑘𝑔
27. V = 0.35 × 0.8 × 5179.4 𝑕𝑎𝑟𝑖 − 1.42 × 130.8 𝑕𝑎𝑟𝑖 = 1385.2 m3/hari
28. Gas digester yang diproduksi = 1385.2 m3/hari × (1/0.66) = 2098.8 m3/hari
29. Berdasarkan beban TVS, gas yang diproduksi =2202.18 kg/hari × 0.75 × 0.5=825.82
m3/hari
30. Total penurunan TVS = 0.52 × 2202.18 kg/hari × 0.75 = 858.9 kg/hari
31. Berdasarkan penurunan TVS, gas yang diproduksi = 858.9 kg/hari×0.9 m3/kg = 773
m3/hari
32. Gas yang diproduksi = 830 m3/hari
A. Produksi lumpur digested
1. TVS = 2202.18 kg/hari × 0.75 = 1651.6 kg/hari
2. TVS yang dihancurkan = 1651.6 kg/hari × 0.52 = 858.85 kg/hari
𝑘𝑔 𝑘𝑔
3. Total padatan tersisa setelah digester = 2202.18 − 1651.6 + 0.48 ×
𝑕𝑎𝑟𝑖 𝑕𝑎𝑟𝑖
1651.6𝑘𝑔𝑕𝑎𝑟𝑖=1343.3𝑘𝑔𝑕𝑎𝑟𝑖
4. Total massa yang mencapai digester = 2202.18 kg/hari / 0.06 = 36703 kg/hari
5. V influen = 36 m3/hari
6. W tersisa = 1343.3 kg/hari
7. W lumpur = 1300.29 kg/hari
8. V lumpur = 1300.29 kg/hari / 51.5 = 25.25 m3/hari
9. W supernatant= 1343.3 kg/hari – 1300.29 kg/hari = 43.0 kg/hari
10. V supernatan = 43.0 kg/hari / 4 = 10.76 m3/hari
B. Pencampuran gas digester
1. µ= 2 × 0.73 × 10−3 = 0.00146
2. Tenaga (P) = 852 × 0.00146 × 350.2 𝑚3 = 3.69 𝑘𝑊
3. Total tenaga yang dibutuhkan = 3.69 kW ×2 = 7.38 kW
4. Digunakan 2 kompresor dgn kapasitas masing-masing 2.75 kW, total tenaga = 15 kW
5. Aliran gas setiap digester = 0.280 kg/det / (1.162×0.86) = 0.281 m3/det.
71

Lampiran 3 Gambar rancangan unit ekualisasi


72

Lampiran 3 Gambar rancangan unit ekualisasi (lanjutan)


73

Lampiran 4 Gambar rancangan bak penampung


74

Lampiran 5 Gambar rancangan unit bar screen


75

Lampiran 5 Gambar rancangan unit bar screen (lanjutan)


76

Lampiran 5 Gambar rancangan unit bar screen (lanjutan)


77

Lampiran 6 Gambar rancangan unit grit chamber


78

Lampiran 6 Gambar rancangan unit grit chamber (lanjutan)


79

Lampiran 6 Gambar rancangan unit grit chamber (lanjutan)


80

Lampiran 7 Gambar rancangan unit sedimentasi primer


81

Lampiran 7 Gambar rancangan unit sedimentasi primer (lanjutan)


82

Lampiran 7 Gambar rancangan unit sedimentasi primer (lanjutan)


83

Lampiran 7 Gambar rancangan unit sedimentasi primer (lanjutan)


84

Lampiran 7 Gambar rancangan unit sedimentasi primer (lanjutan)


85

Lampiran 8 Gambar rancangan unit biological nutrient removal


86

Lampiran 8 Gambar rancangan unit biological nutrient removal (lanjutan)


87

Lampiran 8 Gambar rancangan unit biological nutrient removal (lanjutan)


88

Lampiran 8 Gambar rancangan unit biological nutrient removal (lanjutan)


89

Lampiran 8 Gambar rancangan unit biological nutrient removal (lanjutan)


90

Lampiran 9 Gambar rancangan unit clarifier


91

Lampiran 9 Gambar rancangan unit clarifier (lanjutan)


92

Lampiran 9 Gambar rancangan unit clarifier (lanjutan)


93

Lampiran 10 Gambar rancangan unit desinfeksi


94

Lampiran 10 Gambar rancangan unit desinfeksi (lanjutan)


95

Lampiran 11 Gambar rancangan unit sludge thickener


96

Lampiran 11 Gambar rancangan unit sludge thickener (lanjutan)


97

Lampiran 12 Gambar rancangan unit sludge digester


98

Lampiran 12 Gambar rancangan unit sludge digester (lanjutan)


99

Lampiran 12 Gambar rancangan unit sludge digester (lanjutan)


100

Lampiran 13 Gambar rancangan unit sludge drying bed


101

Lampiran 13 Gambar rancangan unit sludge drying bed (lanjutan)


102

Lampiran 14 Lay out IPAL PT. W


103

RIWAYAT HIDUP

Ratna Kusuma Dewi lahir di Jambi pada tanggal 22 Januari 1991. Penulis
adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan R. Sony Laksono Yusman
dan V. Fransiska Harlydjati B. Penulis menempuh pendidikan di SMP Strada
Bhakti Wiyata dan melanjutkan ke SMA Negeri 61 Jakarta. Pada tahun 2009,
penulis melanjutkan studi di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri
IPB (UTMI).
Selama masa studinya di SMP dan SMA, penulis aktif sebagai pengurus
OSIS. Pada masa perkuliahan, penulis pernah menjadi anggota divisi eksternal
dalam kepengurusan Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (Kemaki), menjadi panitia
acara Natal CIVA, SIL EXPO 2011 dan ICEF 2012. Selain itu, penulis pernah
mengikuti pelatihan tentang AMDAL. Pada tahun 2012, penulis menjalani
praktek lapangan di Wastewater Treatment Plant (WWTP) PT. Jababeka
Cikarang Bekasi dengan judul laporan ―Karakteristik Limbah Dan Efektivitas
Unit Pengolahan Limbah II PT. Jababeka Infrastruktur, Cikarang, Bekasi‖

Anda mungkin juga menyukai