TIM PENYUSUN
1
TIM PENYUSUN
No.hp : 082331154297
No hp :085335701143
i
Nama : Anjani Aisatul Nabila
TTL : Lumajang, 18 Juni 2001
No hp : 085771923415
No hp : 083854870059
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dan terimakasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan rakhmat, taufiq, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Etika Profesi
Hukum dan Pelayanan Kesehatan
Dalam penulisan makalah ini, tidak luput dari dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan
ini, penulis mengucapkan terimakasih ke berbagai pihak, diantaranya :
1. Kepada ibu Farida Wahyudi M,Si, selaku dosen pengampu mata kuliah Etika Profesi dan
Hukum Pelayanan Kesehatan.
2. Kepada para orangtua yang tak pernah putus mendoakan agar kuliah kami berjalan
dengan baik.
3. Dan seluruh teman-teman yang berkenan membantu hingga makalah ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna baik dari
segi bahasa, penulisan, maupun isi materi yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu, penulis ber-
harap kepada pembaca agar dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun agar dalam menulis makalah ke depannya dapat menjadi lebih baik daripada sebe-
lumnya.
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN i
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
BAB I ETIKA 1
1.1 Pengertian Etika 1
1.2 Ciri – Ciri Etika 1
1.3 Jenis – Jenis Etika 1
BAB II KEPRIBADIAN YANG BAIK 3
BAB III STANDART PROFESI RADIOGRAFER 5
DAFTAR PUSTAKA 12
iv
BAB I
ETIKA
1.1 Pengertian Etika
Etika adalah suatu norma atau aturan yang dipakai sebagai pedoman dalam berperilaku di
masyarakat bagi seseorang terkait dengan sifat baik dan buruk. Selain itu etika juga mempu-
nyai arti suatu ilmu tentang kesusilaan dan perilaku manusia di dalam pergaulannya dengan
sesama yang menyangkut prinsip dan aturan tentang tingkah laku yang benar.
Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “Ethikos” yang
artinya timbul dari suatu kebiasaan. Dalam hal ini etika memiliki sudut pandang normatif di-
mana objeknya adalah manusia dan perbuatannya.
1. Soergarda Poerbakawatja
Menurut Soergarda Poerbakawatja, pengertian etika adalah suatu ilmu yang memberikan
arahan, acuan, serta pijakan kepada suatu tindakan manusia.
2. H. A. Mustafa
Menurut H. A. Mustafa, pengertian etika adalah ilmu yang menyelidiki terhadap suatu per-
ilaku yang baik dan yang buruk dengan memerhatikan perbuatan manusia sejauh apa yang
diketahui oleh akan serta pikiran manusia.
a. Etika tetap berlaku meskipun tidak ada orang lain yang menyaksikan.
b. Etika sifatnya absolut atau mutlak.
c. Dalam etika terdapat cara pandang dari sisi batiniah manusia.
d. Etika sangat berkaitan dengan perbuatan atau perilaku manusia.
Dengan mengetahui ciri-ciri etika ini maka kita dapat membedakannya dengan jenis
norma yang lainnya.
1
a. Etika Filosofis
Pengertian etika filosofis adalah suatu etika yang bersumber dari aktivitas berpikir yang
dilakukan oleh manusia. Dengan kata lain, etika merupakan bagian dari filsafat.
Berbicara tentang filsafat maka kita perlu mengetahui sifat dari etika tersebut, yaitu;
1. Empiris, yaitu cabang filsafat yang membahas sesuatu yang ada atau konkret. Misalnya
filsafat hukum yang mempelajari mengenai hukum.
2. Non Empiris, yaitu filsafat yang berusaha melampaui hal konkret dengan seolah-olah me-
nanyakan sesuatu yang ada di balik semua gejala konkret.
b. Etika Teologis
Pada dasarnya etika teologis terdapat pada setiap agama. Etika teologis ini adalah bagian
dari etika secara umum karena mengandung berbagai unsur etika umum dan dapat dimengerti jika
memahami etika secara umum.
Misalnya dalam agama Kristen, etika teologis merupakan etika yang bersumber dari pre-
suposisi-presuposisi tentang Allah atau Yang Ilahi, serta melihat kesusilaan bersumber dari ke-
percayaan terhadap Allah atau Yang Ilahi.
2
BAB II
Kepribadian merupakan keseluruhan sikap, ekspresi, perasaan, temperamen, ciri, dan per-
ilaku seseorang. Semua ini akan terlihat dari tindakan dan perilaku seseorang dalam menjalani
kesehariannya.
Seseorang dengan kepribadian yang sehat, mau menilai diri sendiri disetiap keadaan. Dia
juga tidak bersikap egois dimana berusaha membela diri untuk terlihat benar dimata semua orang.
Dia akan melihat segala sesuatu dari kacamata yang realistis sehingga menjadikannya pribadi yang
bijak dan dewasa.
Seseorang dengan kepribadian yang sehat mau menerima keadaan diri sendiri apa adanya
dengan legawa tanpa banyak menuntut. Dirinya akan bersikap sewajarnya tanpa menjalani jalan
hidup yang tidak sesuai dengan kehendaknya. Sehingga menjadikannya sosok yang senantiasa
menerima diri sendiri dengan rasa ikhlas dan syukur.
3. Bertanggung jawab
Seseorang dengan kepribadian yang sehat akan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
menjadi tanggung jawabnya. Dirinya akan bersungguh-sungguh dan amanah memegang segala
tanggung jawab yang dilimpahkan padanya serta tidak berusaha untuk lepas tangan atau lari
darinya.
Saat dirinya mendapat kesuksesan, ia akan bersikap sewajarnya dan tidak menyombongkan
diri atas apa yang telah ia wujudkan. Pun sebaliknya, kalaupun gagal tak lantas menjadikannya
merasa terpuruk dan depresi. Namun ia cepat bangkit dan optimis kembali.
Tahu bagaimana cara untuk mengarahkan diri sendiri dalam mengambil langkah terbaik
dalam hidupnya, termasuk dalam mengambil keputusan sekalipun. Dirinya tahu apa yang harus
dan tidak untuk dilakukan. Dan dirinya juga tidak akan mencoba untuk melanggar norma-norma
yang ada.
3
6. Matang dari segi emosional
Mampu mengendalikan diri sendiri disetiap siuasi dan kondisi, meski itu genting sekalipun.
Dan juga dirinya tidak mudah terpancing dalam emosi yang negatif serta mampu menahan diri di
setiap keadaan sehingga menjadikannya memiliki kontrol diri yang baik.
Dirinya adalah perencana yang matang. Punya skala prioritas dan pencapaian yang ingin
diraih dan semua itu sudah terstruktur dengan baik karena telah melalui hasil pertimbangan yang
matang tanpa mudah dipengaruhi atau dihasut oleh orang di sekitarnya karena dirinya yakin dan
percaya akan kemampuannya sendiri.
Dirinya juga mau untuk turut serta merasakan emosi yang sedang dialami oleh orang lain. Tidak
berusaha untuk menjadi egois pada diri sendiri sehingga menjadikannya sosok yang memiliki rasa
simpati dan empati karena sikap pedulinya terhadap sesama.
9. Berjiwa sosial
Ciri lain dari mereka yang memiliki kepribadian sehat adalah mau turut serta berpartisipasi dalam
kegiatan sosial, adanya gerakan hati untuk memberikan yang terbaik bagi lingkungan dan masyara-
kat, dan berusaha selalu menjalin komunikasi yang baik pada siapapun orang yang ditemuinya.
Seseorang dengan kepribadian yang baik dan sehat tentu memiliki pegangan hidup yang ia
percayai dan praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dirinya menjalani kehidupan dengan
mengacu pada filsafat yang ia percayai tersebut.
Karena punya kendali diri yang baik dan mau menerima diri sendiri tanpa banyak protes
dan menuntut, maka menjadikannya pribadi yang senantiasa menjalani kehidupannya dengan rasa
syukur. Sehingga perasaannya selalu stabil untuk menjadi tenang, damai dan bahagia.
4
BAB III
STANDAR PROFESI RADIOGRAFER
Dalam menjalankan tugasnya baik secara mandiri maupun dalam satu tim dengan tenaga
kesehatan lainnya (Dokter, Dokter Spesialis, Dokter Spesialis Radiologi, Dokter Kedokteran
Nuklir, dll ) memberikan pelayanan kesehatan bidang radiasi kepada masyarakat umum maupun
ilmiah sesuai dengan tugas dan fungsinya sebatas kewenangan yang di landasi oleh Etika Profesi.
Untuk mendukung keadaan tersebut, maka Radiografer Indonesia dituntut juga memiliki
kemampuan berbahasa asing khususnya bahasa Inggris dengan baik dan benar serta pengetahuan
/ pemahaman sosio kultural berbagai negara, Selain itu, dalam menjalankan tugas dan fungsinya ra-
diografer Indonesia diwajibkan juga memenuhi hukum dan etika profesi yang berlaku.
5
BAB IV
KODE ETIK RADIOGRAF
4.1 Pengertian
Kode etik adalah suatu sistem norma, nilai & juga aturan profesional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar & baik & apa yang tidak benar & tidak baik bagi profe-
sional. Kode etik menyatakan perbuatan apa saja yang benar / salah, perbuatan apa yang harus
dilakukan & perbuatan apa yang harus dihindari.
Kode Etik Profesi menguraikan peraturan-peraturan dasar perilaku yang dianggap perlu
bagi anggota profesinya untuk melaksanakan fungsinya secara jujur dan menjaga kepercayaan
masyarakat.
4.2 Tujuan
Pada dasarnya, tujuan kode etik radiografer terhadap pasien adalah upaya agar radiografer
dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat
manusia. Tujuan kode etik radiografer tersebut adalah sebagai berikut :
a) Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar radiografer, klien atau pasien, teman
sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi radiografer maupun dengan
profesi lain di luar profesi radiografer.
b) Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh pr radiographer ak-
tisi yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.
c) Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan
secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.
d) Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar dapat
menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional radiografer
e) Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga radiografer
akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas
6
Setiap Ahli radiografi Indonesia didalam melaksanakan pekerjaan profesinya, selalu ber-
pegang teguh pada sumpah jabatan dan kode etik serta standar profesi Ahli Radiografi.
Ahli Radiografi tidak dibenarkan menentukan diagnosa Radiologi dan perencanaan dosis
Radioterapi.
c. Kewajiban Terhadap Pasien
Setiap Ahli Radiografi wajib melaksanakan aturan kebijakan yang telah digariskan oleh
Pemerintah di dalam bidang kesehatan.
Setiap Ahli Radiografi demi kepentingan penderita setiap saat bekerja sama dengan ang-
gota lain yang terkait dan melaksanakan tugas secara cepat, tepat dan terhormat serta
percaya diri akan kemampuan profesinya.
Setiap Ahli Radiografi wajib membangun hubungan kerja yang baik antara profesinya
dengan profesi lainnya demi kepentingan pelayanan terhadap masyarakat
7
dan teknologi, meningkatkan keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi pela-
yanan terhadap masyarakat.
8
BAB V
ORGANISASI PARI
5.1 Sejarah PARI
Perhimpunan Radiografer Indonesia (PARI) merupakan organisasi profesi yang menghim-
pun seluruh radiografer di Indonesia. Perhimpunan ini didirikan pada tanggal 21 Oktober
1956. Organisasi PARI ini tersebar diseluruh wilayah Indonesia dengan organisasi pusat
berkedudukan di ibukota negara republik Indonesia. Perhimpunan radiografer Indonesia ini
terdiri dari organisasi tingkat pusat, tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota.
Sebelum adanya “PARI” ,para lulusan “ASRO” membentuk IKASARI ( Ikatan Asisten
Rontgen Indonesia) pada tahun 1954
Karena semakin majunya perkembangan IPTEK maka pada tahun 1956 dibentuklah
Persatuan Asisten Rontgen Indonesia yang disingkat PARI
Pada tahun 1980 Persatuan Asisten Rontgen mengadakan Kongres yang ke-4 sekaligus
mengganti nama Persatuan Asisten Rontgent Indonesia menjadi Perhimpunan Ahli Radiografi
Indonesia
Pada tahun1985 mulailah diruuskan AD-ART serta program kerja dan disahkan pada
Kongres PARI tahun 1989
Kongres ke XIII di Jogyakarta ditetapkan bahwa anggota Persatuan Ahli Radiografi
Indonesia yang disebut Radiografer adalah
a. Lulusan Asisten Rontgen yaitu lulusan tahun 1950 – 1969.
b. Lulusan Akademi Penata Rontgen yaitu lulusan tahun 1972 – 1989
c. Lulusan PAM Radiodiagnostik dan Radioterapi, yaitu lulusan tahun 1989 -1992.
d. Lulusan Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi yaitu lulusan tahun 1992 –
2001.
e. Lulusan Politeknik Kesehatan yaitu lulusan tahun 2002- sekarang.
f. Radiografer yang telah meningkatkan jenjang pendidikannya baik formal maupun non
formal pada jenjang pendidikan D IV maupu S 1 dibidang disiplin ilmu yang non
vertical maupun yang vertical.
9
d. Membantu pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan melalui
pelayanan radiologi.
Makna lambang :
a. Tulisan Tebal PARI berwarna hitam mengan-
dung makna Anggota PARI selalu siap tampil wa-
laupun penuh resiko sebagai bentuk pengabdian
b. Dua tangan membuka, menyangga dengan
warna biru mengandung warna bahwa PARI ber-
watak sabar, mengayomi dan melayani dengan
penuh dedikasi dan professional
c. Tulisan PERHIMPUNAN RADIOGRAFER
INDONESIA dengan lengkung dengan warna
hitam mengandung makna bahwa anggota PARI dengan gagah berani selalu mendahulukan
persatuan dan kekeluargaan dalam segala perbedaan yang ada
d. Bentuk perisai/kipas dan setengah lingkaran warna biru mengandung makna teknologi Ra-
diologi
10
e. Tiga garis lurus dari suatu titik dengan warna hitam mengandung makna cakupan kemam-
puan bidang ilmu Radiologi yang dimiliki oleh anggota PARI, yaitu Radiodiagnostik, Radi-
oterapi dan Teknologi Imeging (Imejing non Radiasi)
f. Palang empat dengan warna hijau mengandung makna pelayanan Bidang Kesehatan
11
DAFTAR PUSTAKA
Adisusanta. (2016). VISI DAN MISI PARI PERIODE 2015 – 2019. Diakses pada 28 Maret
2020, dari https://putuadisusanta.wordpress.com/2016/06/13/visi-dan-misi-pari-
periode-2015-2019/
Anonim. (t.thn.). Etika, Diakses pada 27 Maret 2020, dari https://b-
pikiran.cekkembali.com/etika/
Ginan, D. (2018). Ini 11 Ciri Kepribadian yang Sehat, Sudahkah Kamu Memilikinya?.
Diakses pada 27 Maret 2020, dari https://www-idntimes-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.idntimes.com/life/inspiration/amp/dewinner93/1
1-ciri-kepribadian-sehat-
c1c2?usqp=mq331AQFKAGwASA%3D&_js_v=0.1#aoh=15853763453217&
referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&
share=h
inotwp3. (2011). Lambang PARI (Perhimpunan Radiografer Indonesia). Diakses pada 27
Maret 2020, dari https://anekalambang.wordpress.com/2011/06/25/lambang-pari-
perhimpunan-radiografer-indonesia/
Menkes RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 375/MENKES/SK/III/2007
tentang Stadar Profesi Radiografer.
N, S. (2015). Pengertain Kode Etik Dan Tujuannya Lengkap. Diakses pada 27 Maret
2020, dari http://www.pengertianku.net/2015/02/pengertian-kode-etik-dan-
tujuannya-lengkap.html
Narotama, I. (2011). SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK Diakses pada 27 Maret 2020,
dari http://etikaprofesinarotama.blogspot.com/2011/10/sanksi-pelanggaran-kode-
etik.html
PARI JAKTIM. (t.thn.). Diakses pada 28 pada 2020, dari
https://parijakartatimur.com/profil/
pari, e. (Sutradara). (2017). SEJARAH PERHIMPUNAN RADIOGRAFER INDONESIA
(PARI) [Gambar Hidup]. Diambil kembali dari
https://www.youtube.com/watch?v=UQZkNuxd6FQ
pengcabparisemarang. (2017). Diakses pada 27 Maret 2020, dari https://www.pari-
semarangkota.org/2017/01/09/104/
Unknown. (2015). ETIKA PROFESI_ETIKA RADIOGRAFER DENGAN PASIEN. Diakses
pada 27 Maret 2020, dari http://erwinbimeea.blogspot.com/2015/06/etika-
profesietika-radiografer-dengan.html
12