Anda di halaman 1dari 50

I PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Perkembangan budidaya ikan hias di Indonesia makin lama makin

menggembirakan dan berkembang sangat pesat. Namun pada prakteknya

banyak sekali faktor-faktor yang dihadapi, salah satu faktor tersebut adalah

masalah penyakit ikan.

Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan

yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain penanganan ikan,

faktor pakan yang diberikan, dan keadaan lingkungan yang kurang

mendukung. Pada padat penebaran ikan yang tinggi jika faktor lingkungan

kurang menguntungkan misalnya kandungan zat asam dalam air rendah,

pakan yang diberikan kurang tepat baik jumlah maupun mutunya, penanganan

ikan kurang sempurna, maka ikan akan menderita stress. Dalam keadaan

demikian ikan akan mudah terserang oleh penyakit (Snieszko, 1973 ; Sarig,

1971).

Wabah penyakit ikan yang pertama di Indonesia terjadi pada tahun 1932

(Sachlan, 1952) yaitu ketika parasit Ichthyophthirius multifiliis menyebabkan

banyak kematian pada ikan tawes (Puntius gonionotus). Kemudian pada tahun

1970 kasus wabah penyakit ikan yang disebabkan oleh Lernaea cyprinacea

yang banyak menimbulkan kerugian pada produksi benih ikan mas. Pada

tahun 1980 sampai 1983 dunia perikanan di Indonesia telah dirugikan dengan

1
adanya wabah penyakit bakterial yang kemudian terkenal dengan penyakit

merah yang banyak menimbulkan kerugian pada budidaya ikan mas dan lele

serta ikan-ikan lainnya. Dan pada tahun-tahun berikutnya penyakit tersebut

menyebar hampir keseluruh Asia, dan kemudian terkenal dengan sebutan

penyakit Epizootic Ulcerative Syndrome (EUS). Namun demikian masalah

penyakit pada ikan hias belum banyak dibahas.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk memperkuat penguasaan tekhnik

identifikasi penyakit dan cara penanggulangannya pada ikan koi.

Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperluas wawasan

kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarya dimasyarakat kelak khusunya

mengenai tekhnik-tekhnik identifikasi penyakit pada ikan koi.

2
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Ikan Koi

2.1.1. Taksonomi Ikan Koi

Ikan Koi termasuk ke dalam golongan ikan carp (karper). Pemuliaan yang

dilakukan bertahun-tahun menghasilkan garis keturunan yang menjadi standar

penilaian koi.

Adapun klasifikasi ikan koi menurut Khairruman (2000), yaitu :

Filum               : Chordata

Sub filum         : Vertebrata

Superkelas      : Pisces

Kelas               : Osteichthyes

Sub kelas        :  Actinopterygii

Ordo                : Cyprinoformes

Sub ordo         : Cyprinoidea

Famili              : Cyprinidae

Sub Famili       : Cyprininae

Genus             : Cyprinus

Spesies           : Cyprinus carpio

3
2.1.2. Morfologi Ikan Koi

            Menurut Susanto (2000), badan koi berbentuk seperti torpedo dengan

perangkat gerak berupa sirip. Sirip – sirip yang melengkapi bentuk morfologinya

adalah sebuah sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sebuah

sirip anus, dan sebuah sirip ekor. Untuk berfungsi sebagai alat gerak, sirip ini

terdiri dari jari – jari keras, jari – jari lunak, dan selaput sirip. Sirip dada dan sirip

ekor hanya mempunyai jari jari lunak. Sirip punggung mempunyai 3 jari – jari

keras dan 20 jari lunak. Sirip perut hanya terdiri dari jari – jari lunak sebanyak 9

buah. Sirip anus mempunyai 3 jari – jari keras dan 5 jari – jari lunak.

            Pada sisi badannya, dari pertengahan kepala hingga batang ekor, terdapat

gurat sisi (linea lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran suara. Garis ini

terbentuk dari urat – urat yang ada di sebelah dalam sisik yang membayang

hingga sebelah luar. Badan koi tertutup selaput yang terdiri dari 2 lapisan. Lapisan

pertama terletak di luar yang disebut dengan epidermis, sedang lapisan dalam

disebut sebagai endodermis. Epidermis terdiri dari sel – sel getah yang

menghasilkan lendir (mucus) pada permukaan badan koi. Lapisan endodermis

terdiri dari serat – serat yang penuh dengan sel. Di lapisan ini juga terdapat sel

warna.

            Sel warna ini mempunyai corak yang sangat kompleks yang dengan cara

kontraksi memproduksi larutan dengan 4 macam sel warna yang berbeda. Adapun

keempat sel tersebut adalah melanophore (hitam), xanthophore (kuning),

4
erythrophore (merah), dan guanophore (putih). Organ perasa dan syaraf

mempunyai hubungan erat dengan penyusutan dan penyerapan sel warna.

Organ – organ ini sangat reaktif sekali dengan cahaya. Tempatnya terletak

di antara lapisan epidermis dan urat syaraf pada jaringan lemak, yang terletak di

bawah sisik.

2.1.3. Habitat Dan Sifat

            Ikan koi menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang tidak

terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, misalnya di pinggiran sungai atau

danau. Ikan ini dapat hidup baik di ketinggian 150 – 600 m di atas permukaan laut

dan pada suhu 25 – 30o C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan koi kadang –

kadang juga ditemukan di perairan payau atau di muara sungai dengan kadar

garam 25 – 30 % (Khairruman, 2000).

            Koi gampang menyesuaikan diri dengan lingkunganbarunya. Ikan ini bisa

menempati hampir semua tempat. Pada saat pemindahan, jangan sampai koi

mengalami perubahan secara mendadak. Masa hidup koi umumnya hingga 70

tahun, namun ada beberapa yang bisa hidup mencapai 200 tahun. Tidak ada bos

dalam kelompok koi, dan tidak ada seekor pejantan kasar yang mengganggu koi

betina. Sebagai pendatang lama, koi tidak akan menyiksa pendatang baru. Koi

sangat lemah lembut (Susanto, 2000).

2.1.4. Makan Dan Kebiasaan Makan

            Ikan koi tergolong jenis omnivora, yaitu ikan yang dapat memangsa

berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik.

5
Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar

dan di tepi perairan (Khairruman, 2000).

            Menurut Susanto (2000), koi mau menerima daging, ikan, sayur – sayuran,

bahkan roti. Namun untuk mendapatkan koi yang sehat dengan warna memikat,

kita perlu memberi koi dengan pakan buatan. Pakan buatan tersebut merupakan

campuran berbagai bahan nabati dan hewani yang ditambah vitamin. Pakan

buatan ini sangat posiitf untuk pertumbuhan warna badan koi. Selain pakan

buatan, koi juga memerlukan pakan alami seperti udang – udangan, cacing tanah,

kepiting, dan siput. Perbandingan bahan nabati dan bahan hewani berkisar 6 : 4.

2.2. Persyaratan Lokasi

Menurut Prihartono (2004), beberapa faktor yang menjadi pertimbangan

dalam memilih lokasi budidaya adalah sebagai berikut :

a)    Faktor teknis

1)  Lahan harus mempunyai sumber air yang terjamin sepanjang tahun, tapi

bukan daera banjir.

2)  Kualitas air terjamin dan terhindar dari polutan yang dapat menyebabkan

air kolam tercemar.

3)  Kesuburan tanahnya cukup.

b)    Faktor sosial

1)  Sumber daya lingkungan sekitar mendukung kegiatan usaha.

2)  Lingkungan hidup dan kelestarian alam tetap terjaga.

6
3)  Kegiatan budidaya harus dapat memberdayakan manusia disekitar lokasi

kegiatan usaha.

4)  Keamanan lokasi budidaya tetap terjaga.

5)  Budidaya harus memberikan dampak positif terhadap lingkungan, terutama

masyarakat sekitar lokasi usaha.

c)    Faktor ekonomi

1)    Lokasi usaha dekat dengan pasar.

2)    Sarana produksi mudah diperoleh dan tersedia.

3)    Sarana Transportasi terjamin dan adanya jalan.

4)    Sarana komunikasi lancar.

2.3. Sarana Dan Prasarana Pembenihan

            Menurut Khairruman (2000), prasarana pokok yang harus ada adalah

kolam pemijahan atau kolam penetasan, kolam pemeliharaan induk, dan kolam

penampungan benih. Prasarana penunjangnya adalah kolam pemberokan, kolam

sedimentasi, kolam penyaringan, kolam pemeliharaan ikan donor, kolam

penampungan hasil, gudang pupuk, gudang pakan, gudang kimia dan obat –

obatan. Prasarana pelengkapnya adalah kantor, perumahan karyawan, toilet, ruang

istirahat, dan rumah jaga. Sementara itu prasarana yang paling mutlak adalah

sumber air. Adapun sarana – sarananya yaitu seperti, seser, ember, jaring.

2.4. Pemeliharaan Induk

Induk ikan koi betina yang berumur lebih dari 2 tahun, dipelihara pada

kolam tanah berukuran 40 m x 20 m dengan tinggi air 60 cm dan kepadatan 42

7
ekor ikan koi. Sedangkan induk jantan yang berumur lebih dari 1 tahun dipelihara

pada kolam beton berukuran 10 m x 8 m dengan ketinggian 60 cm dan

kepadatannya 22 ekor ikan koi. Hal ini sesuai dengan pendapat Khairruman

(2000), bahwa pemeliharaan induk juga dapat dilakukan di dalam bak beton

berukuran 3 x 6 x 1,2 m.  Pakan yang diberikan untuk ikan koi ini adalah pakan

buatan atau pelet yang berdiameter ± 3 mm. Frekuensi pemberian pakannya

adalah 2 kali dalam sehari, yaitu setiap pagi dan sore hari. Adapun dosisnya

diperkirakan berdasarkan pengalaman petani, yaitu 2 gelas takar (1 gelas = 250

gram) atau 0,5 kg setiap 1 kali pemberian pakan.Air yang digunakan untuk

pemeliharaan induk diperoleh dari sumber air irigasi tanpa melalui treatment

terlebih dahulu. Air yang digunakan air yang mengalir atau bersirkulasi dengan

debit 1 L/menit. Hal ini untuk menjaga agar kadar oksigen terlarutnya stabil

dalam pemeliharaan induk. Banyak hama yang mengganggu pada induk koi, yaitu

keong, ular, katak, ikan nila, dan ikan seribu. Sedangkan penyakit yang ditemui

pada pemeliharaan induk adalah jamur yang membuat tubuh ikan koi gatal – gatal,

sehingga menyebabkan ikan koi meloncat – loncat keluar kolam dan mati. Ciri –

ciri ikan koi yang gatal – gatal tubuhnya adalah sering menggesek – gesekkan

badannya ke dinding kolam dan sering meloncat – loncat ke permukaan kolam.

Hal ini dikarenakan air yang masuk ke dalam media pemeliharaan tanpa melalui

treatment terlebih dahulu.

2.4.1. Persyaratan Induk

8
            Induk koi yang matang gonad, biasanya berumur minimal 1,5 tahun. Induk

diletakkan terpisah antara jantan dan betina. Hal ini agar koi tidak melakukan

pemijahan di kolam pemeliharaan induk.

Ciri – ciri induk yang baik adalah :

1.    Umur sekitar 1,5 – 3 tahun. Induk tidak terlalu muda dan tidak terlalu

tua. Jika induk terlalu tua, dikhawatirkan mempengaruhi kualitas telur.

2.    Tidak cacat tubuh. Jika induk cacat, akan mempengaruhi keturunan ikan

tersebut.

3.    Tidak lemas, lincah, dan tubuh ideal.

4.    Lubang urogenitalnya berwarna merah.

Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto (2000), yang mengatakan bahwa

syarat induk yang baik adalah:

1.    Umur induk 1,5 – 3 tahun.

2.    Sisik tersebar teratur dan berukuran agak besar.

3.    Sisik tidak terluka dan tidak cacat.

4.    Bentuk dan ukuran tubuh seimbang, tidak terlalu gemuk atau terlalu

kurus.

5.    Tubuh tidak terlalu keras atau terlalu lembek.

6.    Perut lebar dan datar.

7.    Ukuran tubuh relatif tinggi.

8.    Bentuk ekor normal, cepat terbuka, pangkal ekor relatif lebar, dan tebal.

9
9.    Kepala relatuf kecil dan moncongnya lancip, terutama pada induk

betina. Sebab, jumlah telur ikan koi yang berkepala kecil, biasanya lebih

banyak daripada ikan yang berkepala besar.

10.  Jarak lubang dubur relatif dekat dengan pangkal ekor.

2.4.2. Seleksi Induk Matang Gonad

Induk yang matang gonad sangat mempengaruhi keberhasilan usaha

pembenihan ikan koi. induk – induk koi ini berasal dari peminjaman petani –

petani anggota unit usaha Sumber Rejeki. Adapula yang mendatangkan induk

impor dari Singapura. Pada seleksi induk di Kelompok Tani Sumber Rejeki ini,

tidak dipilih induk yang berwarna paling baik, namun dipilih induk yang sedang –

sedang warnanya (tidak terlalu cerah dan tidak terlalu pucat). Menurut

pembudidaya, induk yang paling baik, belum tentu warna keturunannya juga baik

semua.  Tujuan lainnya adalah untuk semakin banyak mendapatkan  keturunan

yang beraneka ragam dan lebih bervariasi.  Dalam 1 kali seleksi, diambil induk

sebanyak 3 – 4 buah, yaitu 1 induk betina dan 2 atau 3 induk jantan yang telah

matang gonad. Induk yang matang gonad ini kemudian akan diambil dari kolam

pemeliharaan dan dicampur pada kolam pemijahan untuk mendapatkan keturunan.

Adapun ciri – ciri induk matang gonad adalah :

Induk jantan Induk betina


Umurnya lebih dari 1 tahun Umurnya lebih dari 2 tahun
Bobot 0,5 – 1,5 kg Bobot antara 2,0 – 4 kg
Bentuk tubuh pipih, perut tidak Perut lebih besar dari kepala dan

lebih besar dari kepala. punggung.


Jika perut ditekan, akan Jika perut ditekan, akan mengeluarkan

10
mengeluarkan cairan sperma ovum.
Gerakannya lincah. Gerakannya tidak terlalu lincah.
Tutup insangnya kasar Tutup insangnya halus
2.4.3. Proses Pemijahan

            Kolam yang digunakan untuk kegiatan pemijahan adalah kolam beton

yang berada di pekarangan rumah. Kolam berukuran 1,5 m x 6 m ini disikat dan

dibilas sampai bersih. Pencucian bak pemijahan ini tidak menggunakan desinfeksi

apapun. Setelah dibilas hingga bersih, kolam dikeringkan selama 1 – 2 hari. Hal

ini dimaksudkan untuk membunuh bibit – bibit penyakit yang ada di dalam

kolam. Ditambahkan pula oleh Khairruman (2000), pengeringan kolam dilakukan

untuk mempercepat proses pemijahan. Selanjutnya kolam pemijahan ini diisi air

hingga mencapai kedalaman 50 cm. Air ini berasal dari tandon yang ada di sekitar

kolam pemijahan. Air yang digunakan untuk proses pemijahan meskipun

demikian tidakdi treatment sama sekali. Air yang masuk ke dalam kolam ini

adalah air yang relatif bersih dan jernih. Air diisikan pada pagi hari dan induk

dimasukkan pada sore hari. Hal ini bertujan agar sinar matahari bisa masuk ke

kolam pemijahan dan suhu kolam pemijahannya cukup tinggi agar mempercepat

proses pemijahan. Setelah air diisi ke kolam pemijahan, diletakkan enceng gondok

sebagai kakaban. Ini bertujuan agar kakaban tidak merusak sisik koi saat ikan

melakukan pemijahan (dapat dilihat pada Gambar 7). Induk ini dimasukkan ke

dalam kolam pemijahan dengan perbandingan 1 : 2 atau 1 : 3, yaitu 1 induk impor

dari singapura. Hal ini bertujuan untuk semakin banyak mendapatkan  keturunan

yang beraneka ragam dan lebih bervariasi. Induk yang matang gonad ini

kemudian akan diambil dari kolam pemeliharaan dan dicampur pada kolam

pemijahan untuk mendapatkan keturunan.  Jika induk yang dimasukkan ke dalam

11
kolam pemijahan belum matang gonad, maka tidak akan dihasilkan keturunan,

dan proses pembenihan akan gagal. Untuk perbandingan induk 1 : 3, 1 induk

betina dan 3 induk jantan diberikan enceng gondok sebanyak 25 buah. Posisi

enceng gondoknya adalah dengan kondisi akar yang tenggelam di dalam air, agar

telur ikan koi dapat menempel dengan baik pada akar – akar enceng gondok ini.

Induk yang telah dipilih kemudian dimasukkan ke dalam kolam pemijahan pada

sore hari, antara pukul 16.00-17.00, saat kondisi udara sejuk (tidak terlalu panas)

dan biasanya induk akan memijah pada saat maghrib atau menjelang tengah

malam (antara pukul 22 malam) hingga fajar (sekitar pukul 4 sampai 5 pagi).

Sejak induk dimasukkan ke dalam kolam pemijahan, induk jantan akan langsung

mengejar-ngejar dan menempelkan badannya pada induk betina. Induk betina

yang memiliki respons baik, saat pemijahan akan berenang ke arah kakaban

sambil melepaskan telurnya, lalu diikuti induk jantan di belakangnya sembari

mengeluarkan sperma. Telur yang keluar tadi akan menempel pada kakaban.

Kejar-kejaran ini berlangsung terus hingga pemijahan selesai, sekitar pukul 4

sampai 5 pagi. Induk yang selesai memijah akan berhenti berkejar-kejaran dan

berenang ke tepi kolam. Kolam akan berbau amis hasil dari pemijahan. Perut

induk betina juga akan terlihat mengempis.

2.4.4. Persyaratan Kualitas Air

            Untuk media pemijahan dan pemeliharaan larva ikan koi, dibutuhkan air

yang jernih. Karena air sangat mempengaruhi penetasan telur dan warna pada ikan

koi. Adapun kualitas air yang digunakan pada pembenihan ikan koi ini adalah

suhu 25oC – 28oC dan pH 7 – 7,5.

12
Air yang digunakan berasal dari air keran yang bersumber dari PAM

ditampung terlebih dahulu di tandon air dan bisa langsung dipakai untuk budidaya

ikan koi. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Khairruman (2000), air yang

digunakan harus sudah disaring dan diendapkan 24 jam karena air PAM yang

masih baru tidak dapat digunakan langsung dalam proses pemijahan, karena masih

mengandung klorin.  Selain itu, media pemijahan ini dipasang aerasi. Aerasi

sebanyak 4 batu aerasi ini bermanfaat untuk menjaga agar oksigen dalam media

pemijahan dan pemeliharaan larva tetap stabil. Jika air diisikan ke dalam bak pada

pagi hari pada pukul 07.00, induk akan dimasukkan sore hari pada pukul 16.00.

Hal ini dimaksudkan agar suhu air dalam bak hangat dan mempercepat pemijahan

induk ikan koi.

2.4.5. Penetasan Telur

Setelah memijah pada malam harinya, esok harinya induk dipindah dan

dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk. Hal ini agar telur – telur yang telah

dihasilkan tidak dirusak oleh induk koi. Telur yang dihasilkan oleh induk ikan koi

betina dengan berat 1,7 kg ini adalah 40.000. Adapun penghitungan

fekunditasnya, dapat dilihat pada Lampiran 2.Telur menetas pada hari ke – 3

setelah proses pemijahan. Menurut pembudidaya ikan koi, diperlukan suhu yang

stabil pada saat proses penetasan telur. Jika cuacanya tidak mendukung, yaitu

setelah hujan panas atau sebaliknya, telur tidak akan menetas optimal. Hal ini

sesuai dengan pendapat Susanto (2000), yaitu agar menetas dengan baik, telur

harus selalu terendam dan suhu air konstan. Jika suhu terlalu dingin, penetasan

akan berlangsung lama.

13
Selain itu, aerasi harus selalu dipasang untuk menjaga kadar oksigen

terlarut dalam hari. Telur yang dibuahi sempurna adalah telur yang berwarna putih

bening, sedangkan apabila telur itu berwarna putih susu, telur tersebut tidak

dibuahi atau disebut telur bonor. Setelah telur menetas,enceng gondok tidak

dipindahkan, dibiarkan disitu sebagai tanaman air. Adapun daya tetasnya (HR)

adalah 36.000 larva atau 90 %. Cara penghitungannya dapat dilihat pada

Lampiran 2. Hal ini karena pada saat itu kondisi sangat optimal untuk penetasan

telur ikan koi. cuacanya yang tidak berubah – ubah secara ekstrim tidak

menyebabkan fluktuasi suhu yang berlebihan. Adapun larva yang baru menetas

adalah masih bersembunyi dibalik enceng gondok. Panjangnya adalah 0,4 – 0,7

cm. Koi yang baru menetas ini masih berwarna kuning keemasan keseluruhannya,

dan saat berumur waktu tertentu akan berubah warnanya masing – masing.

2.5. Perawatan Larva

            Larva yang baru menetas umumnya tidak diberi pakan hingga 3 hari

sesudahnya. Larva ini dipelihara di kolam penetasan telur selama 14 hari sebelum

dipindah ke kolam sawah atau disebut juga pendederan. Selama masa

pemeliharaan larva tersebut, hendaknya kontrol kualitas air, pakan selalu

diperhatikan, karena larva yang baru berumur 7 hari adalah larva yang masih

rentan.

Kebersihan kolam dan air juga harus dijaga. Aerasi yang diberikan selalu

dikontrol agar suplai oksigen untuk pemeliharaan larva yang masih rentan ini

tetap optimal. Adapun pengukuran kualitas air selama 14 hari dapat dilihat pada

14
Lampiran 1. Suhu media pemeliharaan larva selama 14 hari berkisar antara 25 –

27 oC. Sedangkan pHnya normal dan stabil yaitu 7.

            Fluktuasi suhu pada air media pemeliharaan larva ikan koi, tidak terlalu

mencolok. Hanya pada hari ke – 11, suhunya mencapai 25 oC. Hal ini tidak

mempengaruhi tingkat kehidupan larva koi, karena suhu yang optimal untuk

pemeliharaan larva adalah berkisar adalah 25 – 28 oC.       

umur (hari)

            pH pada air media larva ikan koi tidak mengalami fluktuasi. Air pada

pemeliharaan larva ikan koi ini sangat baik dan optimal untuk pemeliharaan ikan

koi. Pada pemeliharaan larva ini diperlukan pengawasan yang ekstra, karena

apabila tidak dilakukan pengawasan ekstra akan banyak yang mati.

Pada hari ke – 14, larva yang telah tumbuh menjadi benih ini akan

dipindah ke kolam pendederan. Adapun persiapan untuk kolam pendederan adalah

1.    Pengeringan kolam : pengeringan kolam ini dilakukan sekitar 1 – 2 minggu

untuk mencapai pengeringan tanah yang optimal. Hal ini tidak sesuai dengan

pendapat Susanto (2000), bahwa kolam dikeringkan selama dua hari di bawah

terik matahari.

2.    Pembajakan : pembajakan ini dilakukan dengan bajak tradisional, yaitu sapi

yang dijalankan oleh tenaga petani. Pembajakan ini dilakukan untuk membolak –

balik tanah agar unsur hara tanah mencukupi untuk kegiatan budidaya.

3.    Pemupukan : pemupukan dilakukan menggunakan urea, untuk luas kolam 20

x 40 ini, diperlukan 25 kg pupuk. Pupuk ini akan menumbuhkan pakan alami

untuk pakan benih ikan koi.

15
4.    Pengisian air : air diisikan ke kolam mencapai ketinggian 30 cm. Hal ini agar

sinar matahari bisa masuk ke dalam kolam. Koi sangat menyukai habitat yang

hangat.

5.    Memberikan probiotik : adapun probiotik yang diberikan adalah EM – 4.

Dosisnya adalah 250 cc untuk volume air 240.000 liter. Sebenarnya probiotik ini

adalah probiotik untuk tanaman, namun setelah dicoba untuk pemeliharaan benih

ikan koi, ikan koi semakin terlihat lincah dan sehat.

6.    Setelah didiamkan selama 3 hari, ikan koi yang dipanen dari kolam

pemeliharaan larva tadi ditebar pada kolam pendederan.

2.5.1 Pengelolaan Pakan

Pakan adalah komponen yang penting dalam menghasilkan warna koi

yang bagus selain air. Hal ini sesuai dengan pendapat Anton (2009), yang

menyatakan bahwa kualitas pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai

daya tarik ikan koi sendiri.Adapun pakan yang diberikan yaitu, pada umur 4 hari,

koi diberi pakan kuning telur bebek yang telah dilarutkan dalam air. Setiap

pemberian pakan, telur bebek diberikan 4 butir. Pemberian pakan telur bebek ini

diberikan selama 3 hari kedepan, setiap pagi dan sore. Selanjutnya koi diberi

pakan cacing sutra sebanyak 4 kaleng cacing sutra dalam sekali pemberian pakan

(1 kaleng = 240 gram). Pakan cacing ini diberikan selama 7 – 8 hari dan diberikan

pada pagi hari saja. Cacing sutra ini didapatkan dari toko di sekitar wilayah

budidaya. Setelah benih dideder pada kolam pendederan, selama 1 minggu benih

tidak diberi pakan. Hal ini dilakukan untuk penyesuaian benih terhadap

lingkungan sekitar. Namun selama satu minggu tersebut, benih ikan koi

16
mendapatkan pakan dari plankton yang telah ditumbuhkan ketika persiapan kolam

pendederan. Setelah 1 minggu, benih baru diberikan pakan berupa tepung udang.

Adapun pemberiannya yaitu 125 gram per hari. Frekuensi pemberiannya adalah 2

kali sehari.   Sedangkan untuk pakan induk, diberikan pellet berukuran 3 mm.

Pellet yang diberikan khusus ikan koi.induk diberi pakan setiap 2 kali sehari, yaitu

setiap pagi dan sore.

2.5.2 Pengelolaan Kualitas Air

            Kualitas air untuk budidaya ikan koi ini harus benar – benar diperhatikan

karena bisa mempengaruhi warna koi. Adapun caranya adalah membersihkan

kotoran – kotoran di dalam kolam, seperti daun – daun yang berguguran di kolam.

Alatnya berupa seser untuk menyeser daun – daun kering. Selain itu, melakukan

sistem pergantian air, yaitu membuang air sebanyak 30% kemudian

menambahkannya lagi sebanyak itu. Adapun pergantian ini dilakukan setiap 2 hari

sekali. Air yang dimasukkan ke dalam kolam pemeliharaan tidak di treatment

sama sekali. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Susanto (2000), bahwa air yang

masuk ke kolam pemeliharaan sebalumnya harus disaring dan diberi obat untuk

menghilangkan kandungan klorin dengan menggunakan Rid All. Air yang

digunakan sudah cukup untuk persyaratan dalam pemeliharaan larva ikan koi.

digunakan pula sistem aerasi untuk suplai oksigen dalam pemeliharaan ikan koi

ini. Selain menggunakan aerasi, kolam pemeliharaan larva juga diberi tanaman air

berjenis enceng gondok dan kabomba (dapat dilihat pada Gambar 14). Tanaman

air ini dibersihkan apabila banyak lumpur yang menempel pada tanaman ini.

17
2.5.3 Pengendalian Hama Dan Penyakit

            Walaupun terletak pada kolam beton, namun koi tidak terlepas dari hama

dan penyakit. Adapun hama yang menyerang pada larva ikan koi adalah :

a.    Keong

Banyak keong yang menempel pada dinding bak kolam pemeliharaan. Keong ini

dikatakan hama karena timbul persaingan oksigen antara keong dan ikan koi. Cara

menanggulanginya adalah rutin membersihkan kolam dari keong – keong yang

menempel pada dinding kolam ini.

b.    Katak

Katak adalah hewan yang hidup pada 2 alam. Karena kolam pemeliharaan yang

dangkal, maka katak ini suka berenang – renang untuk memakan larva ikan koi

yang masih berukuran kecil ini. Adapun cara penanggulangan, yaitu mengambil

katak di dalam kolam pemeliharaan karena dapat mengurangi tingkat kehidupan

ikan koi ini.

Menurut Susanto (2000), penyakit yang menyerang ikan koi adalah White

spot, kutu ikan, jamur (kapas putih), cacing jangkar, penyakit gelembing renang,

dan penyakit gelembung gas, namun pada kenyataannya dalam lapangan, penyakti

yang menyerang pada benih adalah penyakit parasit, yaitu Mixobolus, sp, penyakit

ini menyerang insang dan akhirnya insang membengkak. Karena insang

membengkak, ikan pun jadi sulit bernafas dan ikan koi mati. Penyakit ini diduga

karena saat persiapan kolam tidak menggunakan desinfeksi.  Cara

penanggulangannya adalah ikan ini dimusnahkan atau ikan yang mati ini dibuang.

18
Namun ada pula petani yang mencoba menggunakan perendaman dengan NaCl

2% selama 30 menit. Namun cara ini juga masih belum ada hasilnya.

2.6. Panen

            Panen dilakukan dari kolam pemeliharaan larva. Panen dilakukan pada koi

yang berumur 2 – 3 minggu setelah perawatan larva. Caranya adalah dengan

mengurangi ketinggian air kolam dan menyeser koi yang ada di dalam kolam. Koi

ini dipanen pada sore hari ketika matahari sudah tidak terlalu menyengat, hal ini

sesuai dengan pendapat Khairruman (2000), yaitu pemanenan dilakukan saat suhu

masih rendah, yakni pada pagi atau sore hari. Hal ini dilakukan agar benih koi

tidak mengalami stress akibat perubahan suhu yang terlalu mencolok . Hasil

panen dari larva ikan koi adalah 77 % sebanyak 27.720 ekor, ukuran 2 – 3 cm.

Sintasan selama masa pemeliharaan larva terdapat pada Gambar 19.

Setelah itu koi ditebar ke kolam sawah. Inilah yang disebut pendederan.

Pendederan dilakukan di kolam beton yang terletak di sawah. Saat berumur 2 – 3

minggu ini, koi belum layak untuk diseleksi. Seleksi pertama dilakukan ketika koi

berumur 1,5 bulan. Cara panen dari kolam pendederan sama seperti pada kolam

pemeliharaan larva, yaitu air disurutkan, dan pada saluran air diberi waring,

kemudian pada kolam diserok. Panen pada kolam pendederan, akan dilanjutkan

dengan seleksi pertama. Ukuran benihnya antara 4 – 6 cm.

19
III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Laporan tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil PKPM yang telah
dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Mei 2016 di BPPBIH Depok ,
Jawa Barat.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan selama proses pembudidayaan ikan koi dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat yang digunakan selama proses budidaya

No Alat Kegunaan
1. Aerator atau Blower. Menyuplai oksigen agar selalu optimal
2. Kolam Pemeliharaan Untuk menampung induk mas koki
Induk 

3. Bak fiber pemijahan  Untuk memijahkan induk yang telah


matang gonad
4. Jaring, serok
Untuk memanen larva

5. Penggaris Mengukur panjang induk dan larva


6. Hapa Untuk menmpung sementara lava yang
baru di panen
7. Ember  Untuk menampung larva
8. Gelas ukur Untuk menakar air
9. Timbangan digital  Untuk menimbang larva
10. Sendok plastik Untuk menghitung telur
11. DO meter Untuk menukur suhu air
12. pH meter mengukur pH air
Selain peralatan maka dibutuhkan beberapa bahan yang digunakan dalam
kegiatan pemeliharaan udang vaname.

20
Bahan yang digunakan selama proses budidaya udang vaname dapat
dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan yang digunakan pada budidaya udang vaname

No Bahan Kegunaan

1. Induk jantan dan Untuk menghasilkan larva mas koki


betina
2. Pakan alami dan Untuk mempercepat kematangan gonad
pelet 
3. Pupuk  Untuk menumbuhkan pakan alami

4. Kapur  Untuk menetralkan pH tanah


5. Ovaprim  Untuk merangsang kematangan gonad
6. NaCl bahan pengencer

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Data Primer

21
Data primer didapatkan dan disusun berdasarkan hasil kegiatan praktik

selama pelaksanaan PKPM di Balai Perikanan dan Pengembangan Budidaya Ikan

Hias (BPPBIH) Depok , Jawa Barat .

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dan disusun berdasarkan berbagai masukan dari

pihak, seperti Pembimbingan Lapangan, dosen pembimbing serta berbagai

literatur pendukung yang berkaitan dengan tugas akhir ini melalui penelusuran

pustaka.

3.4 Metode Pelaksanaan

3.4.1. Sterilisasi Alat Dan Bahan

 Sterilisasi adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan untuk  membebask

an suatu alat atau bahan dari bentuk kehidupan. Sterilisasi alat dan bahan yang dil

akukan di BBKIPM adalah sebagai berikut:

a. Sterilisasi Kering

          Sterilisasi kering yang digunakan yaitu dengan menggunakan oven. Sterilisas

i ini digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang terb`

uat dari kaca atau gelas seperti tabung reaksi, cawan petri, tabung erlenmeyer, pip

et dan sebagainya. Alat yang akan disterilkan terlebih dahulu di masak mengguna

kan kompor dengan suhu tinggi hingga panci yang berisi alat dan bahan bekas bak

teri mendidih, lalu dilakukan kegiatan mencuci alat dan bahan

 menggunakan deterjent kemudian itu dibilas menggunakan larutan alkohol 70% s

etelah itu dikeringkan dan dibungkus menggunakan kertas bersih(kertas kopi) den

22
gan rapi jangan sampai ada cela agar tidak terjadi kerusakan seperti alat dan bahan 

pecah atau hangus lalu dimasukkan kedalam oven disusun dengan rapi. Suhu yang 

digunakan pada oven yaitu 160 0C selama 2 jam, hal ini dimaksudkan untuk meng

oksidasi cairan yang ada pada tubuh bakteri sehingga terjadi suatu dehidrasi dan p

ada akhirnya dapat membunuh mikroorganisme tersebut yang tidak diinginkan.

b.  Sterilisasi basah

Sterilisasi Basah yaitu sterilisasi yang menggunakan suhu panas dan uap air 

secara bersamaan dengan menggunakan autoclave. Umumnya digunakan untuk m

ensterilkan bahan yang akan digunakan seperti bahan uji ataupun bahan media tu

mbuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadioetomo( 1993) yang menyatakan bahw

a sterilisasi dilakukan dalam autoclave dengan suhu 121 0C dalam waktu 15 menit 

dengan tekanan 1 atm. Suhu ini merupakan ketetapan, karena umumnya organism

e tidak dapat bertahan hidup pada suhu dan waktu tersebut. Setelah 15 menit, mak

a autoclave dapat dimatikan. Biarkan autoclave sampai tekanannya menjadi 0 atm 

dan suhu kurang dari 100 0C, setelah itu media dapat dikeluarkan.

3.4.2. Pembuatan Media Tumbuh

Media biakan merupakan suatu zat yang digunakan untuk menumbuhkan jasad re

nik di laboratorium, fungsi dari suatu media biakan adalah memberikan tempat ko

ndisi yang mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan dari mikroorgansme 

yang di tumbuhkan. Oleh sebab itu setiap media harus memenuhi nutrient yang dit

umbuhkan oleh bakteri agar dapat berkembang biak. Mikroorganisme yang dikem

bangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang disebut media. Sejumlah 

besar mikroorganisme memerlukan unsur-unsur yakni unsur lengkap, vitamin-

23
vitamin dan senyawa tambah lain. Umumnya media yang digunakan TSA (Trypti

c Soy Agar) dan BHIA (Brain Heart iron Agar). Median ini dilarutkan dengan aqu

ades dan dihomogen diatas hot plate dan Stirrer lalu di autoclave untuk menghind

ari terjadinya kontaminasi, kemudian dituang kedalam cawan petri sebanyak 20 m

l dan tabung reaksi sebanyak 10 ml. penuangan media tumbuh dilakukan di lamin

ary flow untuk mencegah agar media tumbuh yang dituang tidak terkontaminasi d

engan dunia luar. Setelah itu, dilakukan penuangan di cawan petri  dalam laminari 

flow , media dituang sebanyak 20 ml pada cawan petri dan 10 ml pada tabung rea

ksi dan dilakukan sterilisasi kembali menggunakan ultra violet (UV).

3.5 Parameter yang diamati dan Analisis Data

3.5.1 Paramter yang diamati

Parameter yang diamati adalah pertumbuhan, kualitas air ( DO, pH, Nitrit,

Amoniak, dan Salinitas )

3.5.2 Analisis Data

24
. HR = Jumlah telur yang menetas X 100 %

Jumlah telur yang dibuahi

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

25
4.1 Isolasi Bakteri

Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba

tertentu dari lingkungannya seperti yang terdapat pada organ organisme (ikan),

sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni bakteri. Mengisolasi bakteri

dilakukan di dalam laminary flow secara aseptik dan teliti . Teknik isolasi bakteri

terdiri dari 2 yaitu teknik ulas dan teknik gores, untuk ikan yang masih larva

digunakan teknik ulas yaitu dengan menggerus larva tersebut hingga halus

menambahkan pengencer berupa aquades 2 ml, hasil dari campuran tersebut

diambil menggunakan pipet kemudian dimasukkan ke dalam media tumbuh lalu

diulas secara merata.

Pada ikan koi menggunakan teknik gores. Bakteri diisolasi menggunakan

jarum inokulum (ose) yang terlebih dahulu dipanaskan di api bunsen, hal ini

dilakukan agar tidak terjadi kontaminasi bakteri dari udara. Jarum ose yang telah

dipanaskan lalu ditusukkan ke organ target yang di duga mengandung pathogen

dan selanjutnya digoreskan kepermukaan media BHIA secara zig-zag dan hati-

hati. Setelah proses isolasi bakteri selesai, maka media tumbuh tersebut

dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 27 0C – 30 0C dan diinkubasi selama

24 – 48 jam.

4.2 Pemurnian Bakteri

26
Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari

pembelahan dari satu sel tunggal. Pemurnian dilakukan dari isolasi bakteri yang

telah diinkubasi selama 24 – 28 jam, bakteri yang telah diinkubasi biasanya terdiri

dari bberapa koloni bakteri. Sehingga diperlukan pemurnian bakteri secara aseptik

agar kita hanya memperoleh satu jenis bakteri saja didalam media tumbuh tersebut

Banyak kesulitan yang dihadapi dalam mengidentifikasi bakteri karena

penggunaan sediaan bakteri yang tidak murni sejak awal kegiatan isolasi dan

identifikasi bakteri dilakukan. Sebelum organisme dapat diidentifikasi, bakteri

tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu dalam keadaan murni (kultur murni).

Hal ini berarti bahwa bakteri yang tumbuh berasal dari satu induk. Jika ada 2

organisme atau lebih yang tumbuh pada media kultur, satu dari 4 kemungkinan

dapat terjadi:

1). Setiap organisme tumbuh secara independen.

2). Satu jenis bakteri mungkin memproduksi substansi yang menunjang

pertumbuhan bakteri lainnya (sinergi),

3) Satu jenis bakteri menghasilkan substansi yang menghambat perkembangan

bakteri lainnya,

4) Satu jenis bakteri dapat tumbuh lebih cepat dari lainnya dan menghambat

bakteri lainnya terhadap beberapa elemen penting dalam suplai makanan.

Pemurnian dilakukan dengan 4 goresan, bakteri diambil dari media tumbuh

BHIA secara aseptik dan digoreskan pada media kultur murni BHIA, setelah

goresan pertama selesai, lalu jarum ose dipanaskan dan setelah dingin dilakukan

goresan kedua, dari goresan kedua ke goresan ketiga tidak perlu memanaskan

27
jarum ose, hal ini dimaksudkan jumlah koloni bakteri dari goresan kedua sudah

mulai sedikit, sedangkan goresan keempat terpisah dari goresan 1, 2 dan 3.

Setelah kultur murni selesai, bakteri tersebut diinkubasi dengan suhu 27 0C – 30 0C

selama 24 – 28 jam di inkubator.

Proses pemurnian bakteri ini dilakukan unuk mendapatkan koloni bakteri yang

benar-benar murni. Untuk bakteri Aeromonas hydrophila mempunyai

karakteristik sebagai berikut, cembung dengan pigmen yang agak kecoklatan

(Alifuddin.1993).

Tabel 5. Karasteristik Aeromonas hydrophila

KARAKTERISTIK Aeromonas hydrophila

Acid Production From :


1. Lactose - (+)
2. Maltose +
3. Sucrose (+) -
4. Phenylalanine diaminase -
Oksidase +
Christensen’s urea - (+)
Simmon’s Citrate (+) -
Motility +
Arginine dihydrolase +
4.3 Uji Lanjut/uji biokimia

Uji biokimia dilakukan untuk dapat mengidentifikasi bakteri yang menyerang

ikan, selain dengan melihat bentuk dan warna koloni bakteri.

1) Pewarnaan gram

Tujuan dari pewarnaan bakteri adalah Mengamati bentuk morfologi dan

membedakan struktur yang terdapat dalam sel bakteri. Penentuan gram (+) dan

gram (-) dilakukan berdasarkan pembentukan reaksi warna terhadap pigmen

28
selnya. Warna ungu/violet menunjukkan gram (+) sedangkan warna merah

menunjukkan gram (-).

Salah satu teknik perwarnaan yang paling penting dan paling luas

digunakan untuk bakteri ialah pewarnaan gram (irawan, 2008). Uji pewarnaan

gram dilakukan untuk mengetahui bentuk dari koloni bakteri tersebut dan untuk

menentukan warna bakteri apakah termasuk dalam gram negative atau gram

positif. Dalam proses ini olesan bakteri yang terfiksasi dikenai larutan-larutan

antara lain Kristal violet, larutan yodium, alkohol (bahan pemucat), dan safranin

atau beberapa pewarna tandingan lain yang sesuai.

Beberapa proses pewarnaan gram yaitu mengambil biakan bakteri, lalu

digoreskan diatas objek glass dan diratakan tipis-tipis agar bakteri tersebut tidak

menumpuk sehingga mudah diamati, setelah kering lalu difiksasi diatas api

Bunsen agar bakteri tersebut benar-benar melekat pada objek glass, tetapi perlu

diingat bahwa proses fiksasi jangan terlalu lama dan panas karena dapat

menyebabkan bakteri rusak. Setelah fiksasi dilakukan pewarnaan yaitu gram A

(Kristal violet) yang menberikan warna ungu pada bakteri dan dilakukan selama 1

menit, kemudian dicuci atau dibilas dan dikeringkan. Setelah gram A dilanjutkan

pada gram B (iodine) selama 1 menit, lalu dibilas dengan air mengalir dan

dikeringkan. Setelah kering dilanjutkan pada gram C (ethanol) selama 30 detik,

lalu dibilas dan dikeringkan, dan yang terakhir adalah gram D (safaranin) selama

2 menit lalu dibilas dan dikeringkan. Setelah kering lalu diamati dibawah

mikroskop.

Hasil Pewarnaan Gram A.hydrophila

29
Adapun hasil yang diperoleh pada sampel yang diisolasi dari bakteri ikan

Mas pada target lesi di badan dan ginjal setelah melakukan pengamatan

ditemukan bakteri Aeromonas hydrophilla berwarna merah muda bersifat negatif

(-) dengan bentuk batang (Road) , maka pewarnaan gram adalah (R-) .

2) Media oksidase

Uji oksidase dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya enzim oksidase pada

bakteri tersebut. jika kertas oksidase berwarna biru maka uji oksidase positif,

sedangkan apabila tidak terjadi perubahan warna maka uji oksidase negatif.

3) Media MIO

Uji MIO terdiri terdiri dari motil, indol dan ornithin. dilihat perubahan

yang terjadi apabila biakan bakteri menyebar dari garis tusukan maka motil

positive, sedangkan apabila terjadi perubahan warna menjadi ungu maka

ornithin positive dan apabila terjadi cincin merah setelah pemberian larutan

kovak’s maka indol positive.

4) Media Lysine decarboxilase

Media LIA terdiri dari goresan miring/slant (diaminase) dan tusukan

lurus/butt (decarboxylase), Jika terjadi perubahan warna pada slant dan butt

menjadi ungu tua maka uji LIA ini positif, dan apabila tidak terjadi

perubahan warna maka pembacaannya negative. Media akan berubah warna

menjadi hitam apabila bakteri yang diuji mampu menghasilkan gas (H2S).

5) Media Urease

30
Uji urease ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri

menghasilkan enzim Urease. Jika terjadi perubahan warna dari kuning

menjadi merah muda, maka uji Urase positif dan apabila tidak terjadi

perubahan warna pada media urea maka uji Urease negative.

6) Media Lactose,maltose , dan sukrose, L-phenyle

Uji gula-gula ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri

melakukan fermentasi karbohidrat. Jika terjadi perubahan warna maka

pengujian tersebut positif dan apa bila tidak terjadi perubahan warna maka

pengujian tersebut hasilnya negatif.

7) Media Simons citrate agar (SCA)

Uji SCA Setelah diinkubasi, diamati perubahan warna yang terjadi. Jika

terjadi perubahan warna dari hijau menjadi biru maka uji SCA positif,

sedangkan apabila tidak terjadi perubahan warna maka uji SCA negatif.

8) Media Arginine

Uji Arginine dihydrolisis Jika terjadi perubahan warna dari kuning

menjadi merah muda berarti uji Arginine positive, sedangkan apabila tidak

terjadi perubahan warna maka uji Arginine negative.

4.4 Identifikasi Bakteri

Identifikasi bakteri adalah membandingkan bakteri yang belum diketahui

dengan bakteri yang sudah

31
Identifikasi mikroba berguna untuk mempelajari secara detail karakter fisik,

kimiawi

4.5 Cara Mengenali Gejala Penyakit Pada Koi

Cara yang umum dilakukan untuk mengenal gejala penyakit adalah menangkap

koi yang sakit yang sakit dari dalam kolam lalu memeriksanya dengan teliti. Koi

yang sakit ditandai dengan kelebihan lendir pada tubuhnya. Yang tak kalah

penting, periksa juga bagian insangnya, dan pastikan tidak terdapat benjolan, luka,

atau busuk. Salah satu gejala awal koi yang sedang sakit adalah enggan

menggerakkan sirip-siripnya. Koi tersebut cenderung merapatkan siripnya ke sisi

badan. Bagi hobis pemula, cara identifikasi ini agak sulit dilakukan. Setidaknya,

dibutuhkan pengalaman atau bantuan orang yang mengerti benareseluk-beluk koi.

4.6. Jenis-jenis penyakit dan cara mengobatinya

Koi sakit bisa terjadi karena gangguan parasit dan nonparasit. Jenis-jenis parasit

yang sering menyerang koi antara lain : white spot (bintik putih), kutu ikan (udang

renik), lernaea (cacing jangkar), dan jamur (kapas putih), yang semuanya

merupakan parasit luar. Penyakit nonparasit yang banyak menyerang antara lain

penyakit gelembung renang dan balon gas.

1. White Spote, Berbintik-bintik Putih

32
Penyakit white spot berupa bintik putih yang menyebar pada seluruh permukaan

kulit. Awalnya bintik putih muncul di bagian permukaan tubuh dan meluas ke

bagian lainnya, bisa ke ke insang, sirip, dan lain-lain. Penyakit ini biasanya

menyerang ikan yang dipelihara di akuarium.

Penyebab bintik putih adalah protozoa Ichchyophthirius multifilis. Kuman itu

tidak terlihat mata, tapi karena berkumpul dalam jumlah banyak terlihat seperti

bintik putih. Ukuran seekor protozoa sangat kecil, berbentuk seperti telur dengan

diameter sekitar 0,7 mm.

Koi yang terserang bintik putih seolah-olah tertutup bedak putih. Pada tahap awal

kuman hanya menyerap cairan tubuh. Lama kelamaan bisa membuat badan ikan

kurus, dan akhirnya si penderita mati.

Koi yang terkena bintik putih diobati dengan menaikan suhu air kolam sampai

beberapa derajat dari suhu awal. Air kolam ditambah 0,5 gram Metheline blue per

1 ton air. Cara pengobatan ini efektif untuk menyembuhkan dan membunuh white

spote.

2. Jamur Saprolegnia (Si Kapas Putih)

Penyakit jenis ini akan menyerang koi yang terluka atau akan tumbuh pada air

kolam yang kotor, karena jamur tumbuh baik pada lingkungan berbahan organik

tinggi. Jamur juga tumbuh baik pada jaringan mati seperti pada jaringan tubuh

33
ikan yang luka. Bekas luka parasit seperti luka bekas gigitan kutu ikan.

Koi yang terserang jamur dapat diobati dengan larutan garam dapur (NaCI)

dengan konsentrasi 1,5 - 2,5 % melalui pencelupan. Buang bulu-bulu halus jamur

dengan mengolesnya pakai kapas yang diberi obat merah. Selanjutnya, ikan sakit

dimandikan dalam larutan Monofuracin.

3. Lernaea, Si Cacing Jangkar

Parasit lernaea atau disebut juga dengan cacing jangkar. Cacing jangkar sangat

mudah terlihat. Sobat dapat menemukan biasanya letaknya menempel pada bagian

luar tubuh ikan atau pada insang.

Lernaea mengisap cairan tubuh, sehingga badan koi menjadi lemah dan tubuhnya

kurus, kalau tidak segera diatasi koi akan mati. Cacing parasit ini mudah sekali

berkembangbiak, jika seekor koi yang terserang lernaea tidak segera ditangani,

dalam waktu singkat seluruh koi di kolam akan terjangkit.

Dalam jumlah sedikit, lernaea pada seekor koi dapat dicabut dengan pinset. Bekas

luka yang berdarah diolesi obat merah. Kalau serangan sudah merata, sebaiknya

koi diobati dengan larutan formalin atau Dephterex. Pengobatan dengan larutan

formalin, gunakan larutan dengan konsentrasi 25 ppm. Ikan dimandikan selama

10 menit dengan pengulangan 2-3 kali setiap 2 hari sekali.

4. Luka Tergores

Luka ini terjadi akibat ulah koi itu sendiri, contohnya akibat gesekan dengan

34
ornamen kolam, cakaran kucing, koi berusaha melompat keluar kolam. Untuk

mencegah infeksi, koi yang terluka tersebut segera obati koi dengan cara

direndam ke dalam larutan Monafuracin sekitar 4-5 hari.

5. Penyakit Lumpur

Penyakit ini timbul akibat pemberian pakan yang mengandung protein secara

berlebihan dan suhu air rendah, sehingga mengakibatkan kulit koi mengalami

iritasi dan pembuluh darahnya terinfeksi bakteri. Kondisi ini akan kembali pulih

jika air kolam segera diganti dengan yang baru dan bersih.

Untuk mempercepat penyembuhan, lakukan perendaman dengan garam dapur 10

% setiap hari dan biarkan selama satu jam sampai ikan benar-benar sembuh.

Alternatif lain, gunakan beberapa tetes Merchurochrome dicampur dengan satu

sendok the Aureomycin ke dalam pakan koi. Jika koi sedang menjalani proses

penyembuhan, pakan terbaik yang diberikan adalah selada atau kubis. Kedua

sayuran tersebut dapat berfungsi untuk mengembalikan kondisi kerja lambung.

6. Batang Insang Berjamur

Gejala koi yang terinfeksi penyakit ini adalah nafsu makan berkurang dan malas

menggerakkan insang. Penyebabnya adalah jamur yang tumbuh pada batang

insang. Biasanya jamur cepat menyebar jika kondisi kolam terlalu kotor dan suhu

kolam sangat tinggi. Penyakit bisa menjadi semakin parah jika pakan diberikan

secara berlebihan.Untuk mengatasinya, rendam koi yang sakit ke dalam campuran

0,1 gram Green F dalam 10 liter air atau masukan satu sendok teh Aureomycin ke

dalam 10 liter air bersih. Sesuaikan lama perendaman dengan petunjuk pemakaian

35
pada kemasan obat.

7. Lumpuh

Koi yang menderita lumpuh biasanya akan berenang kaku atau miring. Jika

kondisinya sudah parah, badannya tampak limbung ketika berenang dan ekornya

bengkok ke atas jika sedang terdiam. Biasanya, penyakit ini terjadi akibat

gangguan atau keracunan obat-obatan.

8. Punggung Kurus

Sepanjang punggung ikan tampak sangat kurus. Meskipun makan dan berenang

seperti biasa, penampilan koi menjadi kurang menarik. Penyebab penyakit adalah

terjadinya kerusakan (degenerasi) pada sel-sel lemak. Pemberian wortel, vitamin

E, mineral, dan chlorella (sejenis ganggang) dapat membantu mencegah

terjadinya penyakit itu.

9. Cacar

Penyakit ini disebabkan oleh virus. Gejalanya berupa bercak putih berlendir yang

memancarkan warna putih susu. Lama-kelamaan bercak tersebut akan

mengembang dan menjadi merah keabu-abuan. Sebenarnya, penyakit ini bisa

sembuh dengan sendirinya, tetapi perlu waktu yang lama. Untuk mempercepat

proses penyembuhan, berikan desinfektan pada air kolam.

10. Mulut Jamuran

36
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Fexibactercolumnaris. Jika terinfeksi bakteri

ini, mulut koi tampak putih seperti terkena jamur. Supaya tidak menular,

pindahkan koi ke dalam kolam yang berisi air bersih, lalu taburi garam sebanyak

10 % dari volume air. Berbagai peralatan yang digunakan harus disterilisasi

dengan larutan fenoksietanol atau nifuropirinol.

11. Dropsi

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini menyebabkan sisik mengelupas dan

pembengkakan pada jaringan tubuh koi. Akibatnya, koi menjadi sulit berenang

dan mengalami sesak napas. Cara paling praktis untuk mengatasinya adalah

memberikan larutan anti bakteri atau menaburkan garam dapur. Supaya hasilnya

optimal, tambahkan asam oksilin yang dicampur di dalam pakan.

12. Cacing Kulit

Sebangsa cacing dari jenis Gyrodactyius sp. dapat membuat koi selalu merasa

gatal sehingga menggosok-gosokkan badannya ke benda-benda keras di dalam

kolam. Untuk mengatasinya, rendam koi selama 10 menit yang diberi larutan ke

dalam 10 liter air antiparasit, misalnya Malacite Green 2 %.

13. Sirip dan Ekor Busuk

Penyebab utamanya adalah bakteri Aeromonas hydrophyila. Bakteri ini menempel

pada tubuh ikan yang terluka. selanjutnya infeksi berkembang dengan cepat.

Gejala awal tampak dari sirip koi yang berwarna suram, kemudian membusuk dan

37
meninggalkan bekas luka berdarah. Penyakit ini sering terjadi jika kondisi air

kolam buruk. Lakukan pengobatan dengan Fenoksietanol, Nitrofurazon, atau

Kloramin. Campurkan obat-obatan tersebut sebanyak 1 gr / kg pakan. Memelihara

koi di kolam taman tidak segampang yang dibayangkan. Hal-hal sepele bisa

terjadi apabila tidak diperhatikan dengan baik dan bila tidak ditanggulangi

secepatnya akan berdampak serius, sehingga penanggulangannyapun menjadi

rumit.

Untuk menghindari hal tersebut, dan menjaga agar koi tetap sehat dan prima,

ada 8 kunci perawatan yang perlu diperhatikan oleh para peternak atau hobies koi.

Kedelapan kunci perawatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. oksigen terlarut dalam air;

2. jumlah koi di dalam kolam seimbang;

3. drainase air kolam lancar;

4. penyaringan dan sirkulasi air dilakukan secara teratur agar mutu air tetap

terjaga dengan baik;

5. obati penyakit secepatnya;

6. jangan membuang lumut yang ada pada kolam. Dengan adanya lumut

akan menjaga perut ikan tidak terluka ketika berenang;

38
7. suhu air kolam stabil sepanjang hari;

8. hindarkan kolam dari pengaruh matahari terik

4.7 Persyaratan Kualitas Air

            Untuk media pemijahan dan pemeliharaan larva ikan koi, dibutuhkan air

yang jernih. Karena air sangat mempengaruhi penetasan telur dan warna pada ikan

koi. Adapun kualitas air yang digunakan pada pembenihan ikan koi ini adalah

suhu 25oC – 28oC dan pH 7 – 7,5.

Air yang digunakan berasal dari air keran yang bersumber dari PAM

ditampung terlebih dahulu di tandon air dan bisa langsung dipakai untuk budidaya

ikan koi. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Khairruman (2000), air yang

digunakan harus sudah disaring dan diendapkan 24 jam karena air PAM yang

masih baru tidak dapat digunakan langsung dalam proses pemijahan, karena masih

mengandung klorin.  Selain itu, media pemijahan ini dipasang aerasi. Aerasi

sebanyak 4 batu aerasi ini bermanfaat untuk menjaga agar oksigen dalam media

pemijahan dan pemeliharaan larva tetap stabil.

Jika air diisikan ke dalam bak pada pagi hari pada pukul 07.00, induk akan

dimasukkan sore hari pada pukul 16.00. Hal ini dimaksudkan agar suhu air dalam

bak hangat dan mempercepat pemijahan induk ikan koi.

4.8 Penetasan Telur

Setelah memijah pada malam harinya, esok harinya induk dipindah dan

dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk. Hal ini agar telur – telur yang telah

dihasilkan tidak dirusak oleh induk koi. Telur yang dihasilkan oleh induk ikan koi

betina dengan berat 1,7 kg ini adalah 40.000. Adapun penghitungan

39
fekunditasnya, dapat dilihat pada Lampiran 2.Telur menetas pada hari ke – 3

setelah proses pemijahan. Menurut pembudidaya ikan koi, diper lukan suhu yang

stabil pada saat proses penetasan telur. Jika cuacanya tidak mendukung, yaitu

setelah hujan panas atau sebaliknya, telur tidak akan menetas optimal. Hal ini

sesuai dengan pendapat Susanto (2000), yaitu agar menetas dengan baik, telur

harus selalu terendam dan suhu air konstan. Jika suhu terlalu dingin, penetasan

akan berlangsung lama. Selain itu, aerasi harus selalu dipasang untuk menjaga

kadar oksigen terlarut dalam hari. Telur yang dibuahi sempurna adalah telur yang

berwarna putih bening, sedangkan apabila telur itu berwarna putih susu, telur

tersebut tidak dibuahi atau disebut telur bonor. Setelah telur menetas,enceng

gondok tidak dipindahkan, dibiarkan disitu sebagai tanaman air. Adapun daya

tetasnya (HR) adalah 36.000 larva atau 90 %. Cara penghitungannya dapat dilihat

pada Lampiran 2. Hal ini karena pada saat itu kondisi sangat optimal untuk

penetasan telur ikan koi. cuacanya yang tidak berubah – ubah secara ekstrim tidak

menyebabkan fluktuasi suhu yang berlebihan. Adapun larva yang baru menetas

adalah masih bersembunyi dibalik enceng gondok. Panjangnya adalah 0,4 – 0,7

cm. Koi yang baru menetas ini masih berwarna kuning keemasan keseluruhannya,

dan saat berumur waktu tertentu akan berubah warnanya masing – masing.

4.9 Perawatan Larva

            Larva yang baru menetas umumnya tidak diberi pakan hingga 3 hari

sesudahnya. Larva ini dipelihara di kolam penetasan telur selama 14 hari sebelum

dipindah ke kolam sawah atau disebut juga pendederan. Selama masa

40
pemeliharaan larva tersebut, hendaknya kontrol kualitas air, pakan selalu

diperhatikan, karena larva yang baru berumur 7 hari adalah larva yang masih

rentan.

Kebersihan kolam dan air juga harus dijaga. Aerasi yang diberikan selalu

dikontrol agar suplai oksigen untuk pemeliharaan larva yang masih rentan ini

tetap optimal. Adapun pengukuran kualitas air selama 14 hari dapat dilihat pada

Lampiran 1. Suhu media pemeliharaan larva selama 14 hari berkisar antara 25 –

27 oC. Sedangkan pHnya normal dan stabil yaitu 7.

            Fluktuasi suhu pada air media pemeliharaan larva ikan koi, tidak terlalu

mencolok. Hanya pada hari ke – 11, suhunya mencapai 25 oC. Hal ini tidak

mempengaruhi tingkat kehidupan larva koi, karena suhu yang optimal untuk

pemeliharaan larva adalah berkisar adalah 25 – 28 oC.       

            pH pada air media larva ikan koi tidak mengalami fluktuasi. Air pada

pemeliharaan larva ikan koi ini sangat baik dan optimal untuk pemeliharaan ikan

koi. Pada pemeliharaan larva ini diperlukan pengawasan yang ekstra, karena

apabila tidak dilakukan pengawasan ekstra akan banyak yang mati.

Pada hari ke – 14, larva yang telah tumbuh menjadi benih ini akan

dipindah ke kolam pendederan. Adapun persiapan untuk kolam pendederan adalah

1.    Pengeringan kolam : pengeringan kolam ini dilakukan sekitar 1 – 2 minggu

untuk mencapai pengeringan tanah yang optimal. Hal ini tidak sesuai dengan

pendapat Susanto (2000), bahwa kolam dikeringkan selama dua hari di bawah

terik matahari.

41
2.    Pembajakan : pembajakan ini dilakukan dengan bajak tradisional, yaitu sapi

yang dijalankan oleh tenaga petani. Pembajakan ini dilakukan untuk membolak –

balik tanah agar unsur hara tanah mencukupi untuk kegiatan budidaya.

3.    Pemupukan : pemupukan dilakukan menggunakan urea, untuk luas kolam

20 x 40 ini, diperlukan 25 kg pupuk. Pupuk ini akan menumbuhkan pakan alami

untuk pakan benih ikan koi.

4.    Pengisian air : air diisikan ke kolam mencapai ketinggian 30 cm. Hal ini

agar sinar matahari bisa masuk ke dalam kolam. Koi sangat menyukai habitat

yang hangat.

5.    Memberikan probiotik : adapun probiotik yang diberikan adalah EM – 4.

Dosisnya adalah 250 cc untuk volume air 240.000 liter. Sebenarnya probiotik ini

adalah probiotik untuk tanaman, namun setelah dicoba untuk pemeliharaan benih

ikan koi, ikan koi semakin terlihat lincah dan sehat.

6.    Setelah didiamkan selama 3 hari, ikan koi yang dipanen dari kolam

pemeliharaan larva tadi ditebar pada kolam pendederan.

5.0 Pengelolaan Pakan

Pakan adalah komponen yang penting dalam menghasilkan warna koi

yang bagus selain air. Hal ini sesuai dengan pendapat Anton (2009), yang

menyatakan bahwa kualitas pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai

daya tarik ikan koi sendiri.Adapun pakan yang diberikan yaitu, pada umur 4 hari,

koi diberi pakan kuning telur bebek yang telah dilarutkan dalam air. Setiap

pemberian pakan, telur bebek diberikan 4 butir. Pemberian pakan telur bebek ini

42
diberikan selama 3 hari kedepan, setiap pagi dan sore. Selanjutnya koi diberi

pakan cacing sutra sebanyak 4 kaleng cacing sutra dalam sekali pemberian pakan

(1 kaleng = 240 gram). Pakan cacing ini diberikan selama 7 – 8 hari dan diberikan

pada pagi hari saja. Cacing sutra ini didapatkan dari toko di sekitar wilayah

budidaya. Setelah benih dideder pada kolam pendederan, selama 1 minggu benih

tidak diberi pakan. Hal ini dilakukan untuk penyesuaian benih terhadap

lingkungan sekitar. Namun selama satu minggu tersebut, benih ikan koi

mendapatkan pakan dari plankton yang telah ditumbuhkan ketika persiapan kolam

pendederan. Setelah 1 minggu, benih baru diberikan pakan berupa tepung udang.

Adapun pemberiannya yaitu 125 gram per hari. Frekuensi pemberiannya adalah 2

kali sehari.   Sedangkan untuk pakan induk, diberikan pellet berukuran 3 mm.

Pellet yang diberikan khusus ikan koi.induk diberi pakan setiap 2 kali sehari, yaitu

setiap pagi dan sore.

5.1 Pengelolaan Kualitas Air

            Kualitas air untuk budidaya ikan koi ini harus benar – benar diperhatikan

karena bisa mempengaruhi warna koi. Adapun caranya adalah membersihkan

kotoran – kotoran di dalam kolam, seperti daun – daun yang berguguran di kolam.

Alatnya berupa seser untuk menyeser daun – daun kering. Selain itu, melakukan

sistem pergantian air, yaitu membuang air sebanyak 30% kemudian

menambahkannya lagi sebanyak itu. Adapun pergantian ini dilakukan setiap 2 hari

sekali. Air yang dimasukkan ke dalam kolam pemeliharaan tidak di treatment

sama sekali. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Susanto (2000), bahwa air yang

43
masuk ke kolam pemeliharaan sebalumnya harus disaring dan diberi obat untuk

menghilangkan kandungan klorin dengan menggunakan Rid All. Air yang

digunakan sudah cukup untuk persyaratan dalam pemeliharaan larva ikan koi.

digunakan pula sistem aerasi untuk suplai oksigen dalam pemeliharaan ikan koi

ini. Selain menggunakan aerasi, kolam pemeliharaan larva juga diberi tanaman air

berjenis enceng gondok dan kabomba (dapat dilihat pada Gambar 14). Tanaman

air ini dibersihkan apabila banyak lumpur yang menempel pada tanaman ini.

5.2 Pengendalian Hama Dan Penyakit

            Walaupun terletak pada kolam beton, namun koi tidak terlepas dari hama

dan penyakit. Adapun hama yang menyerang pada larva ikan koi adalah :

a.    Keong

Banyak keong yang menempel pada dinding bak kolam pemeliharaan. Keong ini

dikatakan hama karena timbul persaingan oksigen antara keong dan ikan koi. Cara

menanggulanginya adalah rutin membersihkan kolam dari keong – keong yang

menempel pada dinding kolam ini.

b.    Katak

Katak adalah hewan yang hidup pada 2 alam. Karena kolam pemeliharaan yang

dangkal, maka katak ini suka berenang – renang untuk memakan larva ikan koi

yang masih berukuran kecil ini. Adapun cara penanggulangan, yaitu mengambil

katak di dalam kolam pemeliharaan karena dapat mengurangi tingkat kehidupan

ikan koi ini.

44
Menurut Susanto (2000), penyakit yang menyerang ikan koi adalah White

spot, kutu ikan, jamur (kapas putih), cacing jangkar, penyakit gelembing renang,

dan penyakit gelembung gas, namun pada kenyataannya dalam lapangan, penyakti

yang menyerang pada benih adalah penyakit parasit, yaitu Mixobolus, sp, penyakit

ini menyerang insang dan akhirnya insang membengkak. Karena insang

membengkak, ikan pun jadi sulit bernafas dan ikan koi mati. Penyakit ini diduga

karena saat persiapan kolam tidak menggunakan desinfeksi.  Cara

penanggulangannya adalah ikan ini dimusnahkan atau ikan yang mati ini dibuang.

Namun ada pula petani yang mencoba menggunakan perendaman dengan NaCl

2% selama 30 menit. Namun cara ini juga masih belum ada hasilnya.

5.3 Panen

            Panen dilakukan dari kolam pemeliharaan larva. Panen dilakukan pada koi

yang berumur 2 – 3 minggu setelah perawatan larva. Caranya adalah dengan

mengurangi ketinggian air kolam dan menyeser koi yang ada di dalam kolam. Koi

ini dipanen pada sore hari ketika matahari sudah tidak terlalu menyengat, hal ini

sesuai dengan pendapat Khairruman (2000), yaitu pemanenan dilakukan saat suhu

masih rendah, yakni pada pagi atau sore hari. Hal ini dilakukan agar benih koi

tidak mengalami stress akibat perubahan suhu yang terlalu mencolok . Hasil

panen dari larva ikan koi adalah 77 % sebanyak 27.720 ekor, ukuran 2 – 3 cm.

Sintasan selama masa pemeliharaan larva terdapat pada.

Setelah itu koi ditebar ke kolam sawah. Inilah yang disebut pendederan.

Pendederan dilakukan di kolam beton yang terletak di sawah. Saat berumur 2 – 3

45
minggu ini, koi belum layak untuk diseleksi. Seleksi pertama dilakukan ketika koi

berumur 1,5 bulan. Cara panen dari kolam pendederan sama seperti pada kolam

pemeliharaan larva, yaitu air disurutkan, dan pada saluran air diberi waring,

kemudian pada kolam diserok. Panen pada kolam pendederan, akan dilanjutkan

dengan seleksi pertama. Ukuran benihnya antara 4 – 6 cm.

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.4 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari praktek kerja lapang di Balai

Besar Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan

Makasar adalah sebagai berikut:

a. Seluruh kegiatan Mikrobiologi harus di lakukan dalam keadaan steril dan

alat dan bahan yang akan di gunakan dalam kegiatan Mikrobiologi harus

disterilisasikan terlebih dahulu untuk menghindari kontaminasi dari luar.

b. Kegiatan metode Identifikasi meliputi isolasi bakteri , pemurnian bakteri,

pewarnaan gram, uji lanjut, pembacaan uji lanjut dan identifikasi bakteri.

c. Media yang di gunakan dalam metode Identifikasi bakteri ini yaitu media

tumbuh BHIA dan media-media uji lanjut yang terdiri dari uji pewarnaan Gram,

46
uji Oksidase, Mio, Urease, SCA, Arginin Dihydrolisis, Laktosa, Sukrosa, Maltosa

dan L-phenil.

d. Indikator dari hasil pengujian biokimia bakteri Aeromonas hydrophila

memiliki karasteristik yaitu bentuk sel batang (road), motil , gram (-), oksidase

(+), arginine (+), dan ornithin decarboxylase (-),dan maltosa (+).

5.5 SARAN

a. Dalam setiap kegiatan pemeriksaan sesuai dengan prosedur yang telah

dibuat setiap melakukan kegiatan harus memenuhi prosedur di antar

anya Menggunakan masker, Handscool, dan baju laboratorium, namun terkadang

hal ini di abaikan, setiap melakukan kegiatan di Laboratorium seharusnya

memenuhi segala bentuk prosedur yang ada agar tidak terjadi kontaminasi silang

pada saat pengujian bakteri.

b. Hendaknya selalu menjaga mutu dan kesterilan media uji( baik media

agar maupun media cair ), alat, serta keadaan ruangan dari kontaminasi luar

sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mengidentifikasi bakteri pada waktu

pembacaan hasil pengujian.

c. Sebaiknya pada waktu kegiatan pemeriksaan bakteri, tidak menggunakan

AC untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi silang terhadap manusia, sebab

47
kontaminasi dalam jumlah yang besar akan memberikan efek terhadap kesehatan

manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto dan Liviawathy.1999, identifikasi penyakit.

Alifuddin, 1993,kultur murni,

Anonim, 1992. http://id.wikipedia.org/wiki/Perikanan.

Austin, B. dan Dawn. 1993. 9http://id.wikipedia.com/go).

Buller, N.B., 2004. Bacterial from fish and other aquatic animals : A practical

identification manual. Cabi Pub. Massachusetts, USA

Craig , 2007. Directorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan. Kementrian Kelautan

dan Perikanan. (http://id.wikipedia.com/go),

Fulton, MacDonald. 2003, aeromonas hydrophila.

48
Hadioetomo, Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Pt. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta, diakses 20 maret

Heru dan Agus. 1996 penyakit Aeromonas hydrophila.

Marvin,L.Speck . 1976 , klasifikasi Aeromonas hidrophila.

Taupik dan Bastian. 2003. Aeromonas hidrophila.

Yuasa, Kei, dkk. 2003. Pandungan Diagnosa Penyakit Ikan.

(www.lintasberita.com/go)

RIWAYAT HIDUP

RAHMAYANA REZKI AL’AKBAR dilahirkan


pada tanggal 15 november 1995 di Benteng Selayar ,
dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
dari pasangan Bapak Abdur Rahman dan Ibu
Suriana S,pd. Penulis mengawali pendidikan di
Sekolah Dasar Negeri 1 Benteng dan lulus tahun
2007

Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di


Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Benteng , Kabupaten Selayar, dan lulus
pada tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas
Muhammadiyah Benteng Selayar hingga lulus pada tahun 2013.

49
Selanjutnya pada tahun 2013, penulis memasuki Program diploma III di

Politeknik Pertanian Negeri Pangkep dan mengambil Program Studi Budidaya

Perikanan. Selama kuliah penulis masuk keanggotaan di Himpunan Mahasiswa

Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep (HIMADIKA – PPNP)

dan sempat menjabat sebagai anggota bidang inovasi dan kreasi periode

2013/2014. Penulis juga aktif pada Badan Eksekutif Mahasiswa sebagai Deputi

Pemberdayaan Perempuan kemudian aktif sebagai anggota di UKM LKMI. Pada

tahun 2016 penulis mengikuti Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM)

selama kurang lebih tiga bulan di BPPIH Depok , Jawa Barat dengan Spesifikasi

“identifikasi penyakit pada ikan koi (Cyprinus carpio) .”

50

Anda mungkin juga menyukai