Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

KEPERAWATAN DASAR PROFESI ( KDP )


LAPORAN PENDAHULUAN
NYERI

OLEH
SRI DEWINA
NIM : 1907149010250

DOSEN PEMBIMBING
Ns. DONA AMELIA,M.Kep

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PENDIDIKAN PROFESI NERS
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
NYERI

1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,
dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya. (Hidayat, 2009)
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan
jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah suatu keadaan
yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf
dalam tubuh ke otak yang diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional.

2. Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri
yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki
sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya
pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat
memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat
berupa zat kimiawi seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam asam
yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi.
Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.
Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan berupa
impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut yang bermyelin rapat
atau serabut A (delta) dan serabut lamban (serabut C). Impuls-impuls yang ditransmisikan
oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C. Serabut-
serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsa horn.
Dorsal horn terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan. Di antara
lapisan dua dan tiga terbentuk substantia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls.
Kemudian, impuls nyeri menyeberangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan
bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT)
atau jalur spinothalamus dan spinoreticular tract (SRT) yang membawa informasi tentang
sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri,
yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate.
Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal
desendens dari thalamus yang melalui otak tengah dan medula ke tanduk dorsal dari sumsum
tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan
neurotransmiter dalam impuls supresif. Sistem supresif lebih mengaktifkan stimulasi
nociceptor yang ditransmisikan oleh oleh serabut A. Jalur nonopiate merupakan jalur
desenden yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui
mekanismenya (Hidayat, 2009).

3. Nilai-nilai normal dan cara perhitungannya

1. Visual Analog Scale (VAS)


Visual Analog Scale (VAS) adalah cara menghitung skala nyeri yang paling banyak
digunakan oleh praktisi medis. VAS merupakan skala linier yang akan memvisualisasikan
gradasi tingkatan nyeri yang diderita oleh pasien.
Pada metode VAS, visualisasinya berupa rentang garis sepanjang kurang lebih 10 cm,
di mana pada ujung garis kiri tidak mengindikasikan nyeri, sementara ujung satunya lagi
mengindikasikan rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Selain dua indicator tersebut, VAS
bisa diisi dengan indikator redanya rasa nyeri.
VAS adalah prosedur penghitungan yang mudah untuk digunakan. Namun, VAS tidak
disarankan untuk menganalisis efek nyeri pada pasien yang baru mengalami pembedahan. Ini
karena VAS membutuhkan koordinasi visual, motorik, dan konsentrasi.
Berikut adalah visualisasi VAS:

2. Verbal Rating Scale (VRS)


Verbal Scale (VRS) hampir sama dengan VAS, hanya, pernyataan verbal dari rasa nyeri
yang dialami oleh pasien ini jadi lebih spesifik. VRS lebih sesuai jika digunakan pada pasien
pasca operasi bedah karena prosedurnya yang tidak begitu bergantung pada koordinasi
motorik dan visual.
Skala nyeri versi VRS:
 3. Numeric Rating Scale (NRS)
Metode Numeric Rating Scale (NRS) didasari pada skala angka 1-10 untuk
menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan pasien. NRS diklaim lebih mudah dipahami,
lebih sensitif terhadap jenis kelamin, etnis, hingga dosis. NRS juga lebih efektif untuk
mendeteksi penyebab nyeri akut ketimbang VAS dan VRS.
Skala nyeri dengan menggunakan NRS:

 NRS di satu sisi juga memiliki kekurangan, yakni tidak adanya pernyataan spesifik terkait
tingkatan nyeri sehingga seberapa parah nyeri yang dirasakan tidak dapat diidentifikasi
dengan jelas.

4. Wong-Baker Pain Rating Scale


Wong-Baker Pain Rating Scale adalah metode penghitungan skala nyeri yang diciptakan
dan dikembangkan oleh Donna Wong dan Connie Baker. Cara mendeteksi skala nyeri dengan
metode ini yaitu dengan melihat ekspresi wajah yang sudah dikelompokkan ke dalam
beberapa tingkatan rasa nyeri.

Saat menjalankan prosedur ini, dokter akan meminta pasien untuk memilih wajah yang
kiranya paling menggambarkan rasa nyeri yang sedang mereka alami.
Seperti terlihat pada gambar, skala nyeri dibagi menjadi:
 Raut wajah 1, tidak ada nyeri yang dirasakan
 Raut wajah 2, sedikit nyeri
 Raut wajah 3, nyeri
 Raut wajah 4, nyeri lumayan parah
 Raut wajah 5, nyeri parah
 Raut wajah 6, nyeri sangat parah
5. McGill Pain Questinonnaire (MPQ)
Metode penghitungan skala nyeri selanjutnya adalah McGill Pain Questinnaire (MPQ).
MPQ adalah cara mengetahui skala nyeri yang diperkenalkan oleh Torgerson dan Melzack
dari Universitas Mcgill pada tahun 1971. Sesuai dengan namanya, prosedur MPQ berupa
pemberian kuesioner kepada pasien. Kuesioner tersebut berisikan kategori atau kelompok rasa
tidak nyaman yang diderita.
Terdapat 20 kelompok yang masing-masing terdiri dari sejumlah kata sifat (adjektiva). Pasien
diminta untuk memilih kata-kata yang kiranya paling menggambarkan kondisi mereka saat
ini.
Kelompok 1-10
Menggambarkan kualitas sensorik dari nyeri. Gejala yang termasuk dalam kelompok ini
di antaranya:
 Berdenyut
 Menusuk
 Panas
 Kesemutan
 Gatal
 Perih
 Kram
 Koyak
Kelompok 11-15
Kelompok 11-15 menggambarkan efektivitas nyeri, seperti:
 Melelahkan
 Memuakkan
 Menakutkan
 Celaka
 Kejam
 Membunuh
Kelompok 16
Sementara itu, adjektiva pada kelompok 16 lebih ke dimensi evaluasi, terdiri atas:
 Menjengkelkan
 Menyusahkan
 Sengsara
 Tak tertahankan
Kelompok 17-20
Terakhir, kelompok 1-20 berisi kata-kata yang sifatnya spesifik, seperti:
 Menyiksa
 Mengerikan
 Dingin
 Memancarkan
 Menembus
Lazimnya, dokter akan meminta pasien memilih tiga kata dari kelompok 1-10, dua kata
dari kelompok 11-15, satu katan dari kelompok 16, dan satu kata dari kelompok 17-20.
Setelah itu, dokter menjumlahkan kata-kata yang dipilih oleh pasien sehingga menghasilkan
angka total yang digunakan untuk menentukan skala nyeri.

6. Oswetry Disability Index (ODI)


Diperkenalkan pertama kali pada tahun 1980 oleh Jeremy Fairbank, Oswetry
Disability Index (ODI) adalah metode deteksi skala nyeri yang bertujuan untuk mengukut
derajat kecacatan, pun indeks kualitas hidup dari pasien penderita nyeri, khususnya nyeri
pinggang.
Pada penerapannya, pasien akan diminta melakukan serangkaian tes guna
mengidentifikasi intensitas nyeri, kemampuan gerak motorik, kemampuan berjalan, duduk,
fungsi seksual, kualitas tidur, hingga kehidupan pribadinya. Dari sini, dokter dapat
mengetahui skala nyeri dan memastikan apa penyebab utama dari nyeri yang dirasakan
tersebut.

7. Brief Pain Inventory (BPI)


Awalnya, metode ini digunakan untuk menghitung skala nyeri yang dirasakan oleh
penderita kanker. Namun. Saat ini BPI juga digunakan untuk menilai derajat nyeri pada
penderita nyeri kronik.

8. Memorial Pain Assessment Card


Cara mengukur skala nyeri dengan metode Memorial Pain Assessment Card ini dinilai
cukup efektif, terutama untuk pasien penderita nyeri kronik. Dalam penerapannya, MPAC
akan berfokus pada empat indicator, yakni intensitas nyeri, deskripsi nyeri, pengurangan
nyeri, dan mood.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri


Pengalaman nyeri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah :
a. Arti nyeri.
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri
merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan lain-lain. Keadaan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor,seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya,
lingkungan dan pengalaman.
b. Persepsi nyeri.
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat sbjektif tempatnya pada korteks (pada
fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat memicu
stimulasi nociceptor.
c. Toleransi nyeri.
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan
toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan
perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan
toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang,
sakit dan lain-lain.
d. Reaksi terhadap nyeri.
Merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas,
menangis dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons nyeri yang dapat dipengaruhi
oleh beberapa fator, seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai
budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut dan cemas, usia dan lain-lain.

5. Jenis Gangguan
Secara umum, nyeri dibagi menjadi dua,yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut
merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6
bulan dan ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri
yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal,
sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat
dibagi ke dalam beberapa kategori, di antaranya nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.
Selain klasifikasi nyeri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, di antarnya nyeri
somatis, nyeri viseral, nyeri menjalar (referent paint), nyeri psikogenik, nyeri phantom dari
ekstremitas, nyeri neurologis, dan lain-lain.
Nyeri somatis dan nyeri viseral ini umumnya bersumber dari kulit dan jaringan di bawah
kulit (superfisial) pada otot dan tulang. Perbedaan dari kedua jenis nyeri ini dapat dilihat
pada tabel berikut :
Karakteristik Nyeri Somatis Nyeri Viseral
Superfisial Dalam
Kualitas Tajam, menusuk, Tajam, tumpul, Tajam, tumpul,
membakar. nyeri terus. nyeri terus,
kejang.
Menjalar Tidak Tidak Ya
Stimulasi Torehan, abrasi Torehan, panas, Distensi, iskemia,
terlalu panas dan iskemia spasmus, iritasi
dingin. pergeseran kimiawi (tidak
tempat. ada torehan).

Reaksi Tidak Ya Ya
Otonom
Refleks Tidak Ya Ya
Kontraksi Otot

Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi
akibat kerusakan pada cedera organ viseral. Nyeri psikogenik adalah nyeri nyeri yang tidak
diketahui secara fisik yang timbul akibat psikologis. Nyeri phantom adalah nyeri yang
disebabkan karena salah satu ekstremitas diamputasi. Nyeri neurologis adalah bentuk nyeri
yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di beberapa jalur saraf.

6. Asuhan Keperawatan Pada Masalah Nyeri


A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah adanya riwayat nyeri,
keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan waktu serangan. Pengkajian
dapat dilakukan dengan cara PQRST :
1. P (pemacu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri,
2. Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat,
3. R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri,
4. S (severity) adalah keparahan atau itensitas nyeri,
5. T (Time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri
B. Diagnosa Keperawatan
Terdapat beberapa diagosis yang berhubungan dengan masalah nyeri, di antaranya :
1. Nyeri Akut b/d agen pencedera fisiologis, kimiawi, fisik
2. Nyeri kronis b/d kondisi pasca trauma

3. Asuhan Keperawatan Secara Teoritis


NO SDKI SLKI SIKI Intervensi
1. Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan Manajemen Observasi :
agen pencedera intervensi 1x24 jam, Nyeri a) Identifikasi lokasi,
fisiologis, pengalaman sensorik atau karakteristik, durasi
kimiawi, fisik emosional yang berkaitan frekuensi, kualitas,
dengan kerusakan intensitas nyeri
jaringan aktual atau b) Identifikasi skala nyeri
fungsional dengan omset c) Identifikasi faktor yang
mendadak atau lambat memperberat dan
dan berintensitas ringan memperingan nyeri
hingga berat dan konstan Terapeutik :
menurun dengan : a) Berikan teknik
a) Keluhan Nyeri nonfarmakologis untuk
menurun dari mengurangi rasa nyeri
meningkat (1) ke (2) b) Kontrol lingkungan yang
b) Sikap Protektif memperberat rasa nyeri
menurun dari c) Pertimbangkan jenis dan
meningkat (1) ke (2) sumber nyeri dalam
c) Gelisah menurun dari pemilihan strategi
meningkat (1) ke (2). meredakan nyeri
Edukasi :
a) Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
b) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c) Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
2 Nyeri kronis b/d Setelah dilakukan Mengidentifikasi Observasi :
kondisi pasca intervensi 1x24 jam, dan merawat a) Identifikasi gejala yang
trauma tindakan untuk pasien untuk tidak menyenangkan
meredakan pengealaman meningkatkan b) Identifkasi pemahaman
sensorik atas emosional rasa nyaman tentang kondisi, situasi
yang tidak dan perasaannya
menyenangkan akibat c) Identifikasi masalah
kerusakan jaringan emosional dan spiritual
meningkat dengan : Terapeutik :
a) Melaporkan nyeri a) Berikan posisi yang
terkontrol meningkat nyaman
dari menurun (1) ke b) Ciptakan lingkungan
(2). yang nyaman
b) Kemampuan c) Berikan terapi hipnosis
mengenali penyebab d) Diskusikan mengenai
nyeri meningkat dari situasi dan pilihan
menurun (1) Ke ( 2 ) terapi/pengobatan yang
c) Kemampuan diinginkan
menggunakan teknik Edukasi :
nonfarmakologis a) Jelaskan mengenai
meningkat dari kondisi dan pilihan
menurun (1) ke (2) terapi/ pengobatan
b) Ajarkan latihan
pernapasan
c) Ajarkan terapi relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgesic, antipruritus,
antihistamin, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. A. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan, Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.

https://doktersehat.com/skala-nyeri/Diakses Pada, 25 April 2020

http://qittun.blogspot.com/2008/10/konsep-dasar-nyeri.html

Tamsuri A.(2007).Konsep Dan penatalaksanaan nyeri . Jakarta : EGC.

Tim Pokja DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Cetakan ke III. Jakarta

Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Cetakan ke II. Jakarta

Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Cetakan ke II. Jakarta

Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai