Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI


“THOMAS ROBERT MALTHUS”

Risma Amelia (18081324012)

EKONOMI
ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2020
PEMBAHASAN
THOMAS ROBERT MALTHUS
Riwayat Hidup dan Karya Malthus
Setelah Adam Smith, Thomas Maltus dianggap sebagai pemikir pada zaman klasik yang
sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi. Thomas Maltus menimba
Pendidikan di St, John’s College, dan kemudian melanjutkan ke East India College. Sewaktu Ia
diangkat sebagai dosen pada East India College, untuk pertama kalinya ekonomi politik
(political economy) diakui sebagai disiplin ilmu tersendiri. Pemikiran-pemikirannya tentang
ekonomi politik dapat diikuti dari buku: Principles of Political Ekonomy (1820) dan Definitions
of Political Ekonomy (1827). Selain menulis dua buku tadi, Maltus juga menulis banyak buku,
antara lain: Essay on the Principle of Population as it Affects the Future Improvement of Society
(1798); dan An Inquary into the Nature and Progress of Rent (1815).
Di antara buku-buku yang disebutkan, buku Principle of Population adalah buku yang
dikenal paling luas. Dari buku tersebut terlihat bahwa Robert Malthus termasuk salah seorang
pengikut Adam Smith meskipun tidak semua pemikirannya sejalan dengan pemikiran Adam
Smith. Di lain pihak, Smith optimis bahwa kesejahteraan umat manusia akan selalu meningkat
sebagai dampak positif dari pembagian kerja dan spesialisasi. Sedangkan Malthus justru pesimis
tentang masa depan umat manusia.
 Pemikiran Malthus
 Teori Pertumbuhan
Malthus pesimis disebabkan dari kenyataan bahwa, tanah sebagai salah satu faktor
produksi utama jumlahnya tetap. Di dunia ini jumlah tanah relative tetap (waktu itu belum ada
misi penerbangan ke bulan atau planet-planet lain). Kendati pemakaian tanah untuk produksi
pertanian bisa ditingkatkan peningkatannya tidak akan seberapa. Dalam banyak hal, justru
jumlah tanah untuk pertanian berkuran. Hal ini karena sebagian digunakan untuk membangun
perumahan, pabrik-pabrik, dan bangunan lain serta untuk pembuatan jalan.
Malthus sangat terkenal sejak tahun 1798 berkaitan dengan diterbitkannya essay tentang
pertumbuhan penduduk. Dalam Essay on the Principle of Population T.R Malthus berpendapat
bahwa jumlah manusia tumbuh secara eksponensial atau yang paling penting yaitu: dua kali
lipat pada setiap siklus, sementara produksi makanan tumbuh pada tingkat aritmatika.
Malthus mengamati manusia berkembang jauh lebih cepat di bandingkan dengan
produksi hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai
dengan deret ukur (geometric progression dari 2 ke 4, 8,16,32, dan seterusnya). Sementara itu,
pertumbuhan produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung (arithmetic
progression, dari 2 ke 4,8, dan seterusnya. Karena perkembangan jumlah manusia jauh lebih
cepat dibandingkan dengan pertumbuhan produksi hasil-hasil pertanian, Malthus meramal bahwa
suatu ketika akan terjadi malapetaka yang akan menimpa umat manusia.
Berbagai masalah dalam masyarakat akan timbul sebagai akibat adanya tekanan
penduduk tersebut. Hal tersebut dapat menyebabkan tekanan yang berlanjutan terhadap standar
hidup manusia, baik dalam artian ruang maupun output. Anehnya, dalam mengahadapi masalah,
orang selalu menyalahkan keadaan dan lingkungan. Akan tetapi, tidak pernah menyalahkan
dirinya sendiri.
Apa yang bisa dilakukan agar terhindar dari berbagai persoalan ekonomi dan
masyarakat? Dalam Essay on the Principles of Population (1796) Malthus menguraikan bahwa
satu-satunya cara untuk menghindar dari malapetaka tersebut adalah dengan melakukan control
atau pengawasan atas pertumbuhan penduduk atau Keluarga Berencana (KB) menurut istilah
saat ini. Beberapa jalan keluar yang ia tawarkan adalah menunda usia perkawinan dan
mengurangi jumlah anak. Pandangan Mathus di atas oleh sebagian pakar dipandang terlalu
pesimis. Dalam kenyataan, produktivitas tenaga kerja meningkat dari tahun ke tahun, dimulai
dengan “Revolusi Industri” pada abad ke-18 dan terkahir “Revolusi Hijau” (Penemuan bibit-bibit
baru yang lebih unggul) serta “Revolusi Hijau” (penyediaan sarana irigasi untuk mem back up
revolusi hijau tersebut). Kenyataan menunjukkan bahwa kemakmuran masyarakat meningkat
dari tahun ketahun.
 Teori Sewa
Pada tahun 1820 – an terjadi diskusi intelektual dalam bidang ekonomi politik yang
sering disebut “Malthus Ricardo Debate”, seorang ahli pendukung perdagangan bebas bahkan
keduanya telah menulis buku dengan judul Principle Of Political Economy. Akar masalah
perdebatan adalah karya Malthus The Nature of Rent (1817) sebagai konsep utama dalam
mahzab ekonomi klasik. Menurut Malthus, keuntungan adalah pengembalian kepada kapitalis
karena usahanya memproduksi barang. Di lain sisi, dalam essay tersebut, Malthus
mengembangkan teori sewa diferensial. Biaya sewa eksis karena perbedaan dalam kesuburan
tanah dan karena pemilik tanah membuat perbaikan atas tanah mereka (Brue, 2013).
Selain itu, Malthus juga mengusulkan sewa menjadi semacam surplus ekonomi. Di sisi
lain Ricardo dalam bukunya Principles of Political Economy and Taxation (1817) berpandangan
bahwa sewa adalah nilai lebih dari produksi riil, sesuatu yang disebabkan oleh kepemilikan
bukan karena perdagangan bebas. Sewa menunjukkan “negative money”, dimana tuan tanah
tidak langsung mengolah tanahnya sendiri tetapi cukup dengan menyewakan. Nilai suatu tanah
ditentukan oleh kelangkaannya.
 Pemikiran Ekonomi Lainnya:
Kontribusi pemikiran Malthus melebihi permasalahan konsep ekonomi dari
“Kesejahteraan umum” dan kemungkinan kegagalan “Hukum Say”. Malthus mengangap penting
pembangunan ekonomi dan persistensi disquilibrium (ketidakseimbangan). Beberapa kontribusi
Mathus antara lain tentang efektif demand, dan teori investasi.
Dalam essay Principles of Economy sebagai karya yang lain, ditulis oleh Malthus pada
tahun 1820. Malthus berpendapat bahwa pendapatan kapitalis lebih besar dari pada investasi.
Kaum kapitalis lebih suka menyimpan pendapatannya daripada untuk kegiatan investasi.
Sehingga Malthus mengusulkan negara untuk mengubah distribusi pendapatan, sehingga kaum
kapitalis menerima pendapatan yang lebih kecil dan pemilik tanah menerima banyak pendapatan
(Pressman, 2000).
 Efektif Demand dan Tabungan dan Investasi
Dalam teori efektif demand menyatakan bahwa permintaan yang tinggi mempengaruhi
penawaran jangka Panjang yang berkelanjutan. Efektif demand ini merupakan pencerminan dari
kualitas tenaga kerja dan keuntungan. Jumlah tenaga kerja menentukan harga barang komoditas
yang akan dimasukan kedalam teori biaya produksi dalam mencari bagian dari keuntungan. Nilai
permintaan harus dapat menutupi biaya yang dikeluarkan, modal dan baku tambah keuntungan
yang sesuai dengan nilai yang dibayarkan oleh produsen. Malthus sepakat dengan Smith bahwa
pertukaran yang paling sering adalah pertukaran barang dan tenaga kerja yang dipekerjakan oleh
pemilik modal akan lebih rendah dibandingkan nilai barang yang mereka hasilkan.
Malthus berpendapat bahwa tabungan sangat bermanfaat bagi sebuah negara untuk
menambah investasi. Secara jelas Malthus mengakui bahwa investasi memerlukan tabungan.
Perilaku tabungan sebagai modal memberikan dampak yang lebih besar terhadap kesejahteraan
daripada dibelanjakan untuk memenuhi konsumsi.

Daftar pustaka
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Edisi ke-3, Jakarta:Rajawali Press, 2010.
Mursinto, Djoko dkk. 2014. Sejarah Pemikiran Ekonomi: Dari Pra Klasik Sampai Dengan Pasca
Marx. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Atmanti, Hastarini Dewi. 2017. Kajian Teori Pemikiran Ekonomi Mazhab Klasik dan
Relevansinya pada Perekonomian Indonesia. Jurnal Ekonomi & Bisnis. 2(2):512.
(online). http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/JEB17/article/view/1140/990. Diakses
pada 20 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai