Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim dimana luas perairan lebih besar

ketimbang jumlah luas daratannya. Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki

potensi sumber daya kelautan yang sangat besar dan melimpah. Pengelolaan

secara tepat terhadap potensi sumber daya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang

dimiliki akan mampu memberikan kesejahteraan sosial pada masyarakat

Indonesia, khususnya masyarakat di Kawasan pesisir.

Kawasan pesisir memiliki potensi sumber daya kemaritiman nasional

untuk mengembangkan beragam aktivitas ekonomi sebagai penunjang

keberlanjutan pembangunan nasional. Untuk mempercepat pencapaian harapan

yang demikian, diperlukan adanya pembangunan yang mengedepankan prinsip-

prinsip globalisasi yaitu, efektif, efisien, dan kompetitif. Maka dari jtu, Negara di

dibutuhkan untuk membuat inovasi serta penerapan teknologi terkini sebagai

pendukung program pembangunan dan strategi yang tepat dalam memberdayakan

masyarakat

Menurut Eddy Papilaya, yang dikutip oleh Zubaedi bahwa pemberdayaan

adalah upaya untuk membangun kemampuan masyarakat, dengan mendorong,

memotivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya

untuk mengembangkan potensi itu menjadi Tindakan nyata.


Abu Huraerah, 2008:87 mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat

adalah sebuah proses dalam bingkai usaha memperkuat apa yang lazim disebut

community self-reliance atau kemandirian. Dalam proses ini masyarakat

didampingi untuk membuat analisis masalah yang dihadapi, dibantu untuk

menemukan alternative solusi masalah tersebut, serta diperlihatkan strategi

memanfaatkan berbagai kemampuan yang dimiliki.

Pemberdayaan merupakan suatu upaya untuk membangun daya atau

potensi yang dimiliki, dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan

kesadaran terhadap potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk

mengembangkannya, sehingga orang atau masyarakat menjadi berdaya, lepas dari

ketergantungan, kemiskinan dan keterbelakangan.

Namun realitas yang ada dilapangan tidak berjalan seiringan dengan

kehidupan masyakat nelayan yang mestinya diuntungkan dari potensi sumber

daya kelautan yang melimpah dan besar tersebut. Bahkan selama ini masyarakat

nelayan ditempatkan sebagai komunitas yang tertinggal dan lekat pada

kemiskinan. Kehidupan nelayan diidentikkan dengan kelompok masyarakat yang

pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan dengan kelompok

masyarakat lainnya.

Kusnadi (2009 : 28), jumlah masyarakat pesisir yang hidup dibawah garis

kemiskinan cukup besar dan hal ini harus diatasi dengan program-program

intervensi pembangunan, seperti Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

pesisir (PEMP), Departemen kelautan dan Perikanan.


Menurut Kusnadi, 2006;15-20 seperti juga masyarakat yang lain,

masyarakat nelayan menghadapi sejumlah masalah politik, sosial dan ekonomi

yang komplek. Masalah-masalah tersebut di antaranya adalah sebagai berikut : (1)

kemiskinan, kesenjangan sosial, dan tekanan-tekanan ekonomi yang datang setiap

saat, (2) keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar sehingga mempengaruhi

dinamika, usaha (3) kelemahan fungsi kelembangan sosial ekonomi yang ada, (4)

kualitas SDM yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses Pendidikan,

Kesehatan dan pelayanan publik, (5) degragasi sumberdaya dan (6) belum kuatnya

kebijakan yang berorientasi pada kemaritiman sebagai pilar utama pembangunan

nasional.

Berbagai polemik yang mendera masyarakat nelayan mendorong

pemerintah pada tahun 2000 membuat satu program pemberdayaan yaitu Program

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP). Program PEMP ini

bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan

budaya kewirausahaan, penguatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM), serta

penggalangan partisipasi masyarakat dan kegiatan usaha ekonomi produktif

lainnya yang berbasis sumberdaya local dan dilaksanakan berkelanjutan. Inti dari

program tersebut adalah melakukan proses pemberdayaan melalui tiga pendekatan

yaitu, kelembagaan, Pendampingan, dana usaha produktif bergulir. Namun

program ini masih belum bisa meningkatkan tingkat kesejahteraan nelayan.

Namun, Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) ini

masih belum bisa meningkatkan tingkat kesejahteraan nelayan. Hal ini dapat

dilihat bahwasanya kemiskinan yang terjadi di lingkungan masyarakat nelayan


tergolong cukup tinggi. Table 1 dibawah ini merupakan salah satunya yang

menunjukan garis kemiskinan penduduk di Kabupaten Karawang.

Tabel 1.1. Garis Kemiskinan Penduduk di Kabupaten Karawang


 Tahun Garis Kemiskinan Jumlah Persentase
2013 335273 238573 10.69
2014 344477 228990 10.15
2015 363105 235030 10.37
2016 386282 230600 10.07
2017 408579 236840 10.25
2018 433972 187960 8.06
Sumber : Data Badan Pusat Statika Kab. Karawang Tahun 2019

Kabupaten Karawang mempunyai potensi sumberdaya perikanan dan

kelautan yang cukup besar. Untuk bidang perikanan tangkap, Kabupaten

Karawang memiliki potensi ikan yang beraneka ragam serta mempunyai nilai

ekonomis yang cukup tinggi. Keadaan ini didukung oleh panjang pantai yang

dimiliki yang terbentang dibagian utara sepanjang 84,23 km.

Tabel 1.2. Potensi Perikanan tangkap di Kabupaten Karawang


No. URAIAN POTENSI KET
 1 Panjang Pantai 84,23 Km  
 2 Panjang Sungai 744,00 Km = 1.416,03 Ha
 3 Rawa 106,10 Ha  
 4 Bekas Galian C 294,82 Ha  
Sumber : Data Statistik Dinas perikanan dan Kelautan Kab. Karawang Tahun 2018

Di Kabupaten Karawang keberadaan nelayan terdapat hampir di seluruh

wilayah pesisir, baik nelayan tangkap maupun nelayan tambak karena di lokasi ini

merupakan daerah yang memiliki potensi yang cukup besar di bidang perikanan.

Terdapat kurang lebih 11 Desa di 7 Kecamatan yang sebagian besar


masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, baik nelayan lokal

maupun pendatang. Yaitu di Desa Tanjung Pakis (Pakis Jaya), Tambaksari (Batu

Jaya), Sedari (Cibuaya), Cemara Jaya (Cibuaya), Sungaibuntu (Pedes), Pusaka

Jaya Utara (Cilebar), Ciparage (Tempuran), Pasir Putih (Cilamaya), Tengkolak

(Cilamaya), Satar (Cilamaya), Muara (Cilamaya). Namun pada penelitian ini

hanya berfokus pada kecamatan cilamaya wetan saja. Dikarenakan Kecamatan

Cilamaya Wetan merupakan kecamatan yang lokasinya berada disepanjang pesisir

pantai dan masyarakat yang tinggal di Kecamatan Cilamaya Wetan didominasi

bermata pencaharian nelayan.

Pada tahun 2015, jumlah nelayan sebanyak 2.835 RTP dan jumlah

pembudidaya ikan sebanyak 8.593 RTP, sedangkan pengolah hasil perikanan

sebanyak 5.049 RTP. Rincian jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) tersebut

dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 1.3. Jumlah Rumah Tangga Produksi (RTP)


No Bidang Usaha Jumlah RTP
1 Nelayan 2.835 RTP
  a.       Laut 1.545 RTP
  b.      perairan umum 1.290 RTP
  -          sungai 710 RTP
  -          rawa 140 RTP
  -          galian C 440 RTP
2 Pembudidaya Ikan 8.593 RTP
  a.       tambak 3.391 RTP
  b.      kolam 3.937 RTP
  c.       mina padi 896 RTP
  d.      KJA 315 RTP
3 Pengolahan Hasil Ikan 5.049 RTP
  a. Kering Asin 240 RTP
  b. Pindang 4.501 RTP
  c. Terasi 264 RTP
  d. Kerupuk 44 RTP
4 Petambak Garam 217 RTP
Sumber : Data Rencana Kerja Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Karawang Tahun

2017

Berdasarkan hasil observasi awal dan menganalisis isi dari Perencanaan

Strategi Renstra Dinas Perikanan dan Kelautan tahun 2016-2021 ditemukan

beberapa persoalan yangmana seperti persoalan yang banyak ditemui nelayan di

Indonesia, nelayan Kabupaten Karawang juga mendapati berbagai persoalan-

persoalan seperti penggunaan alat tangkap yang masih sederhana seperti (jaring,

pancing, dll.), biaya produksi mahal (solar, es dan garam), masih banyaknya lahan

budidaya yang belum termanfaatkan, teknologi budidaya masih sederhana, masih

rendahnya kualitas produk hasil olahan, serta bentuk kemasan olahan yang masih

kurang.

Dari persoalan-persoalan yang ada di atas, ini mempengaruhi hasil

tangkapan dari para nelayan, dan secara langsung turut berpengaruh terhadap

pendapatan nelayan itu sendiri, sehingga hal ini menjadi salah satu penyebab

pertumbuhan ekonomi masyarakat nelayan menjadi lambat apalagi ketika nelayan

semata-mata hanya tergantung pada hasil penangkapan ikan dari laut. Ketika laut

semakin sulit memberikan hasil yang maksimal, maka hal ini mejadi ancaman

bagi keberlangsungan kehidupan ekonomi masyarakat nelayan, karena mayoritas

dari mereka tidak memiliki kemampuan lain selain sebagai nelayan.

Oleh karena itu pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Perikanan dan

Kelautan Kabupaten Karawang perlu membuat formulasi kebijakan atau strategi


pembangunan serta pemberdayaan masyarakat demi meningkatkan kesejahteraan

masyarakatnya terutama masyarakat nelayan yang menggantungkan kehidupan

ekonominya dari hasil tangkap ikan.

Berangkat dari permasalahan inilah penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang bagaimanakah Strategi Dinas Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Karawang, dalam melakukan Pemberdayaan Masyarakat, terutama

pada masyarakat pesisir atau nelayan agar dapat terlepas dari lingkaran

kemiskinan, sehingga kedepannya masyarakat nelayan dapat hidup dengan

keadaan ekonomi yang lebih baik dari sebelumnya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan fenomena-fenomena dalam latar belakang yang telah

dituliskan di atas maka dapat terindentifikasi suatu masalah yang muncul dalam

penelitian ini sebagai berikut :

a) Tingkat kemiskinan di lingkup nelayan masih cukup tinggi

b) Kurangnya sumber daya manusia dalam pemanfaatan potensi perikanan

1.3 Perumusan Masalah

Dari uraian identifikasi masalah di atas, peneliti menguraikan rumusan

masalah sesuai teori. Permasalahan yang ditemui di lapangan saling berkaitan

antara teori yang sudah dijelaskan, maka rumusan penelitian dapat dirumuskan

sebagai berikut :

a) Bagaimanakah Strategi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten

Karawang dalam Pemberdayaan Nelayan Di Kecamatan Cilamaya Wetan?

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh gambaran tentang bagaimana strategi dinas perikanan dan kelautan

kabupaten Karawang dalam pemberdayaan masyakarat nelayan di Kecamatan

Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang, maka secara umum penelitian ini

bertujuan untuk :

a) Untuk mengetahui dan menggambarkan strategi pemerintah daerah Dinas

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang dalam pemberdayaan

masyarakat nelayan di Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang.

1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan baik secara teoritis

maupun secara praktis. Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini

sebagai berikut :

a) Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan lebih

mendalam tentang strategi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten

Karawang dalam pemberdayaan masyakat nelayan di Kecamatan

Cilamaya Wetan sebagai upaya untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat nelayan.

b) Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi baru khusus

untuk mahasiswa program studi Ilmu Pemerintahan tentang strategi Dinas

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang dalam pemberdayaan masyarakat


nelayan di Kecamatan Cilamaya Wetan. Serta menjadi bahan bacaan bagi

khalayak umum.

1.6 Kerangka Pemikiran

Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti

yaitu siasat perang, ilmu siasat perang, tempat yang baik menurut siasat perang,

atau dapat pula diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk

mencapai sasaran khusus. Istilah strategi berasal dari kata Yunani yaitu Strategeia

yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal.

Di era globalisasi saat ini sangat diperlukan strategi yang tepat untuk

mengatasi persoalan-persoalan terutama di bidang perekonomian di Indonesia,

strategi yang tepat akan sangat berpengaruh untuk pemberantasan kemiskinan

secara nasional.

Perhatian terhadap masalah kemiskinan dan keterbelakangan sosial

khususnya pada masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di Kawasan

pesisir di Indonesia mengharuskan adanya upaya untuk mengentaskannya. Maka

diperlukannya strategi yang tepat sebagai upaya untuk mengetaskan kemiskinan

yaitu pemberdayaan yang dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

masyarakat dengan melalui peningkatan kemampuan melakukan sesuatu atau

kemampuan bertindak untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sehingga

masyarakat bisa mencapai kearah kehidupan yang lebih baik lagi.


Konsep dasar pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan

atau meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun

berkelompok dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan

kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat

memerlukan keterlibatan yang besar dari perangjkat pemerintahan daerah serta

berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan

berbagai hasil yang dicapai.

Dengan adanya pemberdayaan nelayan diharapkan pada masa mendatang

nelayan dapat menjadi subyek pembangunan di daerahnya dan kawasan pesisis

memiliki perkembangan ekonomi yang dinamis. Sehingga tujuan pemberdayaan

membangun kemandirian sebagai sarana mencapai kesejahteraan sosial secara

berkelanjutan.

Melihat alur pemikiran yang penulis uraikan diatas menggunakan konsep

pemberdayaan dari Wrihatnolo (2007: 56), yang sesuai untuk diterapkan pada

masyarakat nelayan yang ada di Kecamatan Cilamaya Wetan dimana strategi

pemberdayaan mengharuskan melewati 3 (tiga) tahapan pemberdayaan yaitu :

a) Tahap Penyadaran

Pada tahap ini masyarakat nelayan yang hendak diberdayakan diberi

"pencerahan" dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai

hak untuk mempunyai sesuatu. Prinsip dasarnya adalah membuat masyarakat

nelayan mengerti bahwa mereka perlu diberdayakan, dan proses pemberdayaan itu

dimulai dari diri mereka sendiri.


Pada tahap ini nelayan yang menjadi objek dibuat agar mengerti bahwa

pemberdayaan itu berasal dari diri mereka sendiri. Diupayakan pula agar nelayan

ini mendapat cukup informasi. Melalui sosialisasi (pengenalan), maka informasi

yang aktual dan akurat terjadi proses penyadaran secara ilmiah. Proses ini dapat

dipercepat dan dirasionalkan hasilnya dengan hadirnya upaya pendampingan dari

pemerintah atau pihak lainnya.

b) Tahap Pengkapasitasan

Tahap ini disebut juga sebagai capacity building atau memampukan.

Proses capacity building terdiri dari tiga jenis, yaitu manusia, organisasi, dan

sistem nilai. Tujuan dari tahap ini adalah memampukan nelayan, sehingga mereka

memiliki keterampilan untuk mengelola peluang yang diberikan. Pada tahap ini

dilakukan dengan memberikan pelatihan, lokakarya dan kegiatan yang sejenis

yang bertujuan untuk meningkatkan life skill para nelayan.

c) Tahap Pendayaan

Pada tahap ini, para nelayan diberikan pelatihan, daya, kekuasaan, otoritas,

atau peluang yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki melalui

partisipasi aktif dan berkelanjutan yang ditempuh dengan memberikan peran yang

lebih besar secara bertahap sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya,

diakomodasi aspirasinya serta dituntun untuk melakukan self evolution terhadap

pilihan dan hasil pelaksanaan atas pilihan. Pemberian pelatihan ini sesuai dengan

kualitas kecakapan yang telah dimiliki. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka

pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :


Gambar 1.1. Alur Pemikiran

STRATEGI DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

DALAM PEMBERDAYAAN NELAYAN

TAHAPAN PEMBERDAYAAN

PENGKAPASITASAN

PENYADARAN PENDAYAAN

Masyarakat nelayan yang berdaya dapat dilihat dari adanya peningkatan

kualitas sumber daya manusia dan peningkatan pendapatan

Anda mungkin juga menyukai