Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Strategi

Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti yaitu

siasat perang, ilmu siasat perang, tempat yang baik menurut siasat perang, atau dapat

pula diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai

sasaran khusus. Istilah strategi berasal dari kata Yunani yaitu Strategeia yang artinya

seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal.

Pengertian strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia relevan dengan

keadaan yang terjadi pada zaman dahulu dimana kehidupan sosial pada kala itu

banyak diwarnai dengan peperangan mulai dari peperangan kerajaan hingga

peperangan antar negara. Pada saat ini strategi lebih tepat digunakan bukan untuk me

lawan musuh kerajaan atau negara, melainkan melawan persoalan-persoalan

ekonomi, sosial dan agama.

Menurut Chandler dalam rangkuti (2013:3) strategi adalah alat untuk

mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka Panjang,

program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya.

Sedangkan menurut George Steiner dalam Rachmat (2014:2) adalah secara

umum kita mendefinisikan strategi sebagai cara mencapai tujuan. Terdiri atas

aktivitas-aktivitas penting yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan definisi-definisi strategi yang telah dipaparkan, maka peneliti

menyimpulkan bahwa strategi yaitu suatu cara atau upaya untuk mencapai tujuan

tertentu bahkan strategi dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan ada.

Strategi ini terdiri dari aktivitas penting yang diperlukan untuk mencapai tujuan
jangka Panjang selain itu strategi juga membantu dalam pengoptimalan potensi-

potensi sumber daya yang dimiliki suatu organisasi.

2.2 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan menurut arti secara bahasa adalah proses, cara, perbutaan

membuat berdaya, yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan

bertindak yang berupa akal, ikhtiar atau upaya (Depdiknas, 2003). Pemberdayaan

adala proses ketidakberdayaan ke keadaan kontroll relative atas kehidupan seseorang,

takdir, dan lingkungan (Sadan, 1997).

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu

system adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa

identitas Bersama ( Koentjaraningrat, 2009)

Pemberdayaan masyarakat dimaknai sebagai upaya untuk memberikan kontribusi

kepada perencanaan dan keputusan yang mempengarui komunitasnya (Foy, 1994).

Menurut Mubarak (2010) pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya

untuk memulihkan atau meningkatkan kemampuan suatu komunitas untuk mampu

berbuat sesuai dengan harkat dan martabat mereka dalam melaksanakan hak-hak dan

tanggung jawabnya selaku anggota masyarakat.

Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan

sosial (Sipahelut, 2010). Menurut (Suharto, 2005) pemberdayaan merujuk pada

kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka

memiliki kekuatan atau kemampuan dalam :

a) Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan,

dalam arti bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan.Menjangkau sumber-

sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan


pendapatnya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka

perlukan.

b) Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan yang

mempengaruhi mereka

Dari beberapa definisi-definisi yang disebutkan diatas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa, pemberdayaan masyarakat adalah sebuah upaya untuk

meningkatkan kemampuan individu atau kelompok yang lemah dan rentan untuk

dapat berdaya sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasar.

1.3 Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Wrihatnolo (2007: 56) dalam buku ”Manajemen Pemberdayaan Sebuah

Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat” menjelaskan tentang

istilah pemberdayaan. Keduanya menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah sebuah

proses “menjadi” bukan sebuah proses “instan”. Sebagai suatu proses, menurut

Wrihatnolo strategi pemberdayaan melewati tiga tahapan, yaitu:

a) Tahap Penyadaran

Pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi "pencerahan" dalam

bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk

mempunyai sesuatu. Program-program yang dapat dilakukan pada tahap ini

misalnya memberikan pengetahuan yang bersifat kognisi, belief dan healing.

Prinsip dasarnya adalah membuat target mengerti bahwa mereka perlu

diberdayakan, dan proses pemberdayaan itu dimulai dari diri mereka sendiri.

Pada tahap ini nelayan yang menjadi objek dibuat agar mengerti bahwa

pemberdayaan itu berasal dari diri mereka sendiri. Diupayakan pula agar

nelayan ini mendapat cukup informasi. Melalui sosialisasi (pengenalan),

maka informasi yang aktual dan akurat terjadi proses penyadaran secara
ilmiah. Proses ini dapat dipercepat dan dirasionalkan hasilnya dengan

hadirnya upaya pendampingan dari pemerintah atau pihak lainnya.

b) Tahap Pengkapasitasan

Tahap ini disebut juga sebagai capacity building atau memampukan. Untuk

diberikan daya atau kuasa yang bersangkutan harus mampu terlebih dahulu.

Proses capacity building terdiri dari tiga jenis, yaitu manusia, organisasi, dan

sistim nilai. Tujuan dari tahap ini adalah memampukan nelayan, sehingga

mereka memiliki ketrampilan untuk mengelola peluang yang diberikan. Pada

tahap ini dilakukan dengan memberikan pelatihan, lokakarya dan kegiatan

yang sejenis yang bertujuan untuk meningkatkan life skill para nelayan.

c) Tahap Pendayaan (empowerment).

Pada tahap ini, para nelayan diberikan pelatihan, daya, kekuasaan, otoritas,

atau peluang yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki melalui

partisipasi aktif dan berkelanjutan yang ditempuh dengan memberikan peran

yang lebih besar secara bertahap sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya,

diakomodasi aspirasinya serta dituntun untuk melakukan self evolution

terhadap pilihan dan hasil pelaksanaan atas pilihan. Pemberian pelatihan ini

sesuai dengan kualitas kecakapan yang telah dimiliki.

Menurut Sumodiningrat (1999: 138-139), Indikator keberhasilan yang dapat

dipakai untuk mengukur keberhasilan program pemberdayaan masyarakat

mencakup hal-hal sebagai berikut :

1) Berkurangnya jumlah penduduk miskin


2) Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh

penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

3) Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya penigkatan

kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya.

4) Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin

berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin

kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi

kelompok, serta makin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok

lain di dalam masyarakat

5) Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang

ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu

memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarny

Anda mungkin juga menyukai