Anda di halaman 1dari 26

STRATEGI DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN DALAM

PEMBERDAYAAN NELAYAN
(studi kasus pada Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang)

USULAN PENELITIAN

Diajukan Sebagai Syarat Menempuh Seminar Usulan Penelitian


Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Singaperbangsa Karawang

Oleh
TIWI CHANDYA
1610631180205

PROGRAM ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

STRATEGI DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN DALAM


PEMBERDAYAAN NELAYAN
(studi kasus pada Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang)

Telah Diperiksa dan Disetujui Dosen Pembimbing Skripsi Untuk Diajukan Kepada Penguji
Dalam Ujian Proposal Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Singaperbangsa Karawang

Menyetujui,
Karawang, Maret 2020

Pembimbing I Pembimbing II

TTD TTD

Hanny Purnamasari, S.Sos., M.AP Ani Nurdiani Azizah, S.H., M.Si


NIDN: 0018128702 NIDN: 0001125810

Mengetahui,

Wakil Dekan Bidang Koordinator Program Studi


Akademik dan Kemahasiswaan, Ilmu Pemerintahan,

Mayasari, S.S., M.Hum Dadan Kurniansyah, S.IP., M.Si


NIDN: 0426097905 NIDN: 0021097509
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian yang berjudul “STRATEGI DINAS PERIKANAN DAN
KELAUTAN DALAM PEMBERDAYAAN NELAYAN” tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah diajukan


untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Penelitian Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Kabupaten Karawang.
Mengingat keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulisan,
proposal penelitian ini tidak luput dari kekurangan dan belum sempurna,
namun penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya serta bagi semua pihak yang berkenan memanfaatkannya.

Pada proses penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga proposal
penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Hanny Purnamasari, S.Sos., M.AP selaku Pembimbing I, yang telah


meluangkan waktu dan tenaganya guna memberikan arahan dan bimbingan
kepada peneliti.
2. Ani Nurdiani Azizah, S.H., M.Si selaku Pembimbing II, yang telah meluangkan

waktu dan tenaganya guna memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti.

3. Dr. Kusrin M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Singaperbangsa Karawang.

4. Mayasari, S.S., M.Hum selaku Wakil Dekan Fakultas bidang Akademik dan

Kemahasiswaan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Singaperbangsa

Karawang.
5. Dadan Kurniansyah, S.IP., M.Si selaku Koordinator Program Studi Ilmu

Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Singaperbangsa

Karawang.

6. Maulana Rifai, MA selaku Wali Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan

Universitas Singaperbangsa Karawang.

7. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Tata Usaha Program Studi Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Singaperbangsa Karawang.

8. Orang Tua dan Keluarga yang senantiasa memberikan dukungan moral dan

materil juga salah satu motivator terbaik bagi peneliti.

9. Alfian Nurrochman yang senantiasa membantu dan memberikan dukungan dalam

proses pembuatan proposal penelitian ini.

10. Serta semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan proposal

penelitian ini.

Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
atas bantuan, nasehat dan dorongan dalam penyusunan proposal penelitian ini. Semoga
amal ibadah, dan dorongan serta do’a yang diberikan kepada penulis dengan tulus dan
iklas mendapatkan Rahmat dan karunia dari Allah SWT.

Karawang, Maret 2020

Penulis

Tiwi Chandya

1610631180205
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim dimana luas perairan lebih besar ketimbang jumlah

luas daratannya. Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki potensi sumber daya kelautan yang

sangat besar dan melimpah. Pengelolaan secara tepat terhadap potensi sumber daya pesisir, laut

dan pulau-pulau kecil yang dimiliki akan mampu memberikan kesejahteraan sosial pada

masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di Kawasan pesisir.

Kawasan pesisir memiliki potensi sumber daya kemaritiman nasional untuk

mengembangkan beragam aktivitas ekonomi sebagai penunjang keberlanjutan pembangunan

nasional. Untuk mempercepat pencapaian harapan yang demikian, diperlukan adanya

pembangunan yang mengedepankan prinsip-prinsip globalisasi yaitu, efektif, efisien, dan

kompetitif. Maka dari jtu, Negara di dibutuhkan untuk membuat inovasi serta penerapan

teknologi terkini sebagai pendukung program pembangunan dan strategi yang tepat dalam

memberdayakan masyarakat

Menurut Eddy Papilaya, yang dikutip oleh Zubaedi bahwa pemberdayaan adalah upaya

untuk membangun kemampuan masyarakat, dengan mendorong, memotivasi, membangkitkan

kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi

Tindakan nyata.

Abu Huraerah, 2008:87 mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah

proses dalam bingkai usaha memperkuat apa yang lazim disebut community self-reliance atau

kemandirian. Dalam proses ini masyarakat didampingi untuk membuat analisis masalah yang
dihadapi, dibantu untuk menemukan alternative solusi masalah tersebut, serta diperlihatkan

strategi memanfaatkan berbagai kemampuan yang dimiliki.

Pemberdayaan merupakan suatu upaya untuk membangun daya atau potensi yang

dimiliki, dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran terhadap potensi yang

dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya, sehingga orang atau masyarakat menjadi

berdaya, lepas dari ketergantungan, kemiskinan dan keterbelakangan.

Namun realitas yang ada dilapangan tidak berjalan seiringan dengan kehidupan masyakat

nelayan yang mestinya diuntungkan dari potensi sumber daya kelautan yang melimpah dan besar

tersebut. Bahkan selama ini masyarakat nelayan ditempatkan sebagai komunitas yang tertinggal

dan lekat pada kemiskinan. Kehidupan nelayan diidentikkan dengan kelompok masyarakat yang

pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya.

Kusnadi (2009 : 28), jumlah masyarakat pesisir yang hidup dibawah garis kemiskinan

cukup besar dan hal ini harus diatasi dengan program-program intervensi pembangunan, seperti

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat pesisir (PEMP), Departemen kelautan dan

Perikanan.

(para ahli 2)

Menurur Kusnadi, 2006;15-20 seperti juga masyarakat yang lain, masyarakat nelayan

menghadapi sejumlah masalah politik, sosial dan ekonomi yang komplek. Masalah-masalah

tersebut di antaranya adalah sebagai berikut : (1) kemiskinan, kesenjangan sosial, dan tekanan-

tekanan ekonomi yang datang setiap saat, (2) keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar

sehingga mempengaruhi dinamika, usaha (3) kelemahan fungsi kelembangan sosial ekonomi

yang ada, (4) kualitas SDM yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses Pendidikan,
Kesehatan dan pelayanan publik, (5) degragasi sumberdaya dan (6) belum kuatnya kebijakan

yang berorientasi pada kemaritiman sebagai pilar utama pembangunan nasional.

Berbagai polemik yang mendera masyarakat nelayan mendorong pemerintah pada tahun

2000 membuat satu program pemberdayaan yaitu Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Pesisir (PEMP). Program PEMP ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

pesisir melalui pengembangan budaya kewirausahaan, penguatan Lembaga Keuangan Mikro

(LKM), serta penggalangan partisipasi masyarakat dan kegiatan usaha ekonomi produktif

lainnya yang berbasis sumberdaya local dan dilaksanakan berkelanjutan. Inti dari program

tersebut adalah melakukan proses pemberdayaan melalui tiga pendekatan yaitu, (a) kelembagaan,

(b) Pendampingan, (c) dana usaha produktif bergulir. Namun program ini masih belum bisa

meningkatkan tingkat kesejahteraan nelayan.

Namun, Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) ini masih belum

bisa meningkatkan tingkat kesejahteraan nelayan. Hal ini dapat dilihat bahwasanya kemiskinan

yang terjadi di lingkungan masyarakat nelayan tergolong cukup tinggi. Table 1 dibawah ini

merupakan salah satunya yang menunjukan garis kemiskinan penduduk di Kabupaten Karawang.

Tabel 1

Garis Kemiskinan Penduduk di Kabupaten Karawang

Tahun Garis Kemiskinan Jumlah Persentase


2013 335273 238573 10.69
2014 344477 228990 10.15
2015 363105 235030 10.37
2016 386282 230600 10.07
2017 408579 236840 10.25
2018 433972 187960 8.06
Sumber : Data Badan Pusat Statika Kab. Karawang Tahun 2019
Kabupaten Karawang mempunyai potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang

cukup besar. Untuk bidang perikanan tangkap, Kabupaten Karawang memiliki potensi ikan yang

beraneka ragam serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Keadaan ini didukung oleh

panjang pantai yang dimiliki yang terbentang dibagian utara sepanjang 84,23 km.

Tabel 2

Potensi Perikanan tangkap di Kabupaten Karawang

NO. URAIAN POTENSI KET


1. Panjang Pantai 84,23 Km
2. Panjang Sungai 744,00 Km = 1.416,03 Ha
3. Rawa 106,10 Ha
4. Bekas Galian C 294,82 Ha
Sumber : Data Statistik Dinas perikanan dan Kelautan Kab. Karawang Tahun 2018

Di Kabupaten Karawang keberadaan nelayan terdapat hampir di seluruh wilayah pesisir,

baik nelayan tangkap maupun nelayan tambak karena di lokasi ini merupakan daerah yang

memiliki potensi yang cukup besar di bidang perikanan. Terdapat kurang lebih 11 Desa di 7

Kecamatan yang sebagian besar masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan,

baik nelayan lokal maupun pendatang. Yaitu di Desa Tanjung Pakis (Pakis Jaya), Tambaksari

(Batu Jaya), Sedari (Cibuaya), Cemara Jaya (Cibuaya), Sungaibuntu (Pedes), Pusaka Jaya Utara

(Cilebar), Ciparage (Tempuran), Pasir Putih (Cilamaya), Tengkolak (Cilamaya), Satar

(Cilamaya), Muara (Cilamaya). Namun pada penelitian ini hanya berfokus pada kecamatan

cilamaya wetan saja. Dikarenakan Kecamatan Cilamaya Wetan merupakan kecamatan yang

lokasinya berada disepanjang pesisir pantai dan masyarakat yang tinggal di Kecamatan Cilamaya

Wetan didominasi bermata pencaharian nelayan.

Pada tahun 2015, jumlah nelayan sebanyak 2.835 RTP dan jumlah pembudidaya ikan

sebanyak 8.593 RTP, sedangkan pengolah hasil perikanan sebanyak 5.049 RTP. Rincian jumlah

Rumah Tangga Perikanan (RTP) tersebut dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 3

Jumlah Rumah Tangga Produksi (RTP)

No Bidang Usaha Jumlah RTP


1. Nelayan 2.835 RTP
a. Laut 1.545 RTP
b. perairan umum 1.290 RTP
- sungai 710 RTP
- rawa 140 RTP
- galian C 440 RTP
2. Pembudidaya Ikan 8.593 RTP
a. tambak 3.391 RTP
b. kolam 3.937 RTP
c. mina padi 896 RTP
d. KJA 315 RTP
3. Pengolahan Hasil Ikan 5.049 RTP
a. Kering Asin 240 RTP
b. Pindang 4.501 RTP
c. Terasi 264 RTP
d. Kerupuk 44 RTP
4. Petambak Garam 217 RTP
Sumber : Data Rencana Kerja Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Karawang Tahun 2017

Berdasarkan hasil observasi awal dan menganalisis isi dari Perencanaan Strategi Renstra

Dinas Perikanan dan Kelautan tahun 2016-2021 ditemukan beberapa persoalan yangmana seperti

persoalan yang banyak ditemui nelayan di Indonesia, nelayan Kabupaten Karawang juga

mendapati berbagai persoalan-persoalan seperti penggunaan alat tangkap yang masih sederhana

seperti (jaring, pancing, dll.), biaya produksi mahal (solar, es dan garam), masih banyaknya

lahan budidaya yang belum termanfaatkan, teknologi budidaya masih sederhana, masih

rendahnya kualitas produk hasil olahan, serta bentuk kemasan olahan yang masih kurang.
Dari persoalan-persoalan yang ada di atas, ini mempengaruhi hasil tangkapan dari para

nelayan, dan secara langsung turut berpengaruh terhadap pendapatan nelayan itu sendiri,

sehingga hal ini menjadi salah satu penyebab pertumbuhan ekonomi masyarakat nelayan menjadi

lambat apalagi ketika nelayan semata-mata hanya tergantung pada hasil penangkapan ikan dari

laut. Ketika laut semakin sulit memberikan hasil yang maksimal, maka hal ini mejadi ancaman

bagi keberlangsungan kehidupan ekonomi masyarakat nelayan, karena mayoritas dari mereka

tidak memiliki kemampuan lain selain sebagai nelayan.

Oleh karena itu pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Karawang perlu membuat formulasi kebijakan atau strategi pembangunan serta

pemberdayaan masyarakat demi meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya terutama

masyarakat nelayan yang menggantungkan kehidupan ekonominya dari hasil tangkap ikan.

Berangkat dari permasalahan inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

bagaimanakah Strategi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang, dalam melakukan

Pemberdayaan Masyarakat, terutama pada masyarakat pesisir atau nelayan agar dapat terlepas

dari lingkaran kemiskinan, sehingga kedepannya masyarakat nelayan dapat hidup dengan

keadaan ekonomi yang lebih baik dari sebelumnya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan fenomena-fenomena dalam latar belakang yang telah dituliskan di atas maka

dapat terindentifikasi suatu masalah yang muncul dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Tingkat kemiskinan di lingkup nelayan masih cukup tinggi

2. Kurangnya sumber daya manusia dalam pemanfaatan potensi perikanan

1.3 Perumusan Masalah


Dari uraian identifikasi masalah di atas, peneliti menguraikan rumusan masalah sesuai

teori. Permasalahan yang ditemui di lapangan saling berkaitan antara teori yang sudah dijelaskan,

maka rumusan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Strategi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang dalam

Pemberdayaan Nelayan Di Kecamatan Cilamaya Wetan?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

gambaran tentang bagaimana strategi dinas perikanan dan kelautan kabupaten Karawang dalam

pemberdayaan masyakarat nelayan di Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang, maka

secara umum penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui dan menggambarkan strategi pemerintah daerah Dinas Perikanan dan

Kelautan Kabupaten Karawang dalam pemberdayaan masyarakat nelayan di Kecamatan

Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang.

1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan baik secara teoritis maupun secara

praktis. Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan lebih mendalam

tentang strategi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang dalam

pemberdayaan masyakat nelayan di Kecamatan Cilamaya Wetan sebagai upaya untuk

meningkatkan taraf kehidupan masyarakat nelayan.

2. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi baru khusus untuk mahasiswa

program studi Ilmu Pemerintahan tentang strategi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten

Karawang dalam pemberdayaan masyarakat nelayan di Kecamatan Cilamaya Wetan. Serta

menjadi bahan bacaan bagi khalayak umum.

1.6 Kerangka Pemikiran

Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti yaitu siasat

perang, ilmu siasat perang, tempat yang baik menurut siasat perang, atau dapat pula diartikan

sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Istilah strategi

berasal dari kata Yunani yaitu Strategeia yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang

jenderal.

Di era globalisasi saat ini sangat diperlukan strategi yang tepat untuk mengatasi

persoalan-persoalan terutama di bidang perekonomian di Indonesia, strategi yang tepat akan

sangat berpengaruh untuk pemberantasan kemiskinan secara nasional.

Perhatian terhadap masalah kemiskinan dan keterbelakangan sosial khususnya pada

masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di Kawasan pesisir di Indonesia mengharuskan

adanya upaya untuk mengentaskannya. Maka diperlukannya strategi yang tepat sebagai upaya

untuk mengetaskan kemiskinan yaitu pemberdayaan yang dimanfaatkan untuk meningkatkan

kesejahteraan hidup masyarakat dengan melalui peningkatan kemampuan melakukan sesuatu

atau kemampuan bertindak untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sehingga masyarakat

bisa mencapai kearah kehidupan yang lebih baik lagi.

Konsep dasar pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan atau

meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok dalam

memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan
kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari

perangjkat pemerintahan daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan

menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.

Dengan adanya pemberdayaan nelayan diharapkan pada masa mendatang nelayan dapat

menjadi subyek pembangunan di daerahnya dan kawasan pesisis memiliki perkembangan

ekonomi yang dinamis. Sehingga tujuan pemberdayaan membangun kemandirian sebagai sarana

mencapai kesejahteraan sosial secara berkelanjutan.

Melihat alur pemikiran yang penulis uraikan diatas menggunakan konsep pemberdayaan

dari Wrihatnolo (2007: 56), yang sesuai untuk diterapkan pada masyarakat nelayan yang ada di

Kecamatan Cilamaya Wetan dimana strategi pemberdayaan mengharuskan melewati 3 (tiga)

tahapan pemberdayaan yaitu :

1. Tahap Penyadaran

Pada tahap ini masyarakat nelayan yang hendak diberdayakan diberi "pencerahan" dalam

bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai sesuatu. Prinsip

dasarnya adalah membuat masyarakat nelayan mengerti bahwa mereka perlu diberdayakan, dan

proses pemberdayaan itu dimulai dari diri mereka sendiri.

Pada tahap ini nelayan yang menjadi objek dibuat agar mengerti bahwa pemberdayaan itu

berasal dari diri mereka sendiri. Diupayakan pula agar nelayan ini mendapat cukup informasi.

Melalui sosialisasi (pengenalan), maka informasi yang aktual dan akurat terjadi proses

penyadaran secara ilmiah. Proses ini dapat dipercepat dan dirasionalkan hasilnya dengan

hadirnya upaya pendampingan dari pemerintah atau pihak lainnya.

2. Tahap Pengkapasitasan
Tahap ini disebut juga sebagai capacity building atau memampukan. Proses capacity

building terdiri dari tiga jenis, yaitu manusia, organisasi, dan sistem nilai. Tujuan dari tahap ini

adalah memampukan nelayan, sehingga mereka memiliki keterampilan untuk mengelola peluang

yang diberikan. Pada tahap ini dilakukan dengan memberikan pelatihan, lokakarya dan kegiatan

yang sejenis yang bertujuan untuk meningkatkan life skill para nelayan.

3. Tahap Pendayaan

Pada tahap ini, para nelayan diberikan pelatihan, daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang

yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki melalui partisipasi aktif dan berkelanjutan

yang ditempuh dengan memberikan peran yang lebih besar secara bertahap sesuai dengan

kapasitas dan kapabilitasnya, diakomodasi aspirasinya serta dituntun untuk melakukan self

evolution terhadap pilihan dan hasil pelaksanaan atas pilihan. Pemberian pelatihan ini sesuai

dengan kualitas kecakapan yang telah dimiliki. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka

pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1 Alur Pemikiran

STRATEGI DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

DALAM PEMBERDAYAAN NELAYAN


TAHAPAN PEMBERDAYAAN

PENGKAPASITASAN

PENYADARAN PENDAYAAN

Masyarakat nelayan yang berdaya dapat dilihat dari adanya peningkatan kualitas sumber daya

manusia dan peningkatan pendapatan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strategi

Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti yaitu

siasat perang, ilmu siasat perang, tempat yang baik menurut siasat perang, atau dapat

pula diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai

sasaran khusus. Istilah strategi berasal dari kata Yunani yaitu Strategeia yang artinya

seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal.

Pengertian strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia relevan dengan

keadaan yang terjadi pada zaman dahulu dimana kehidupan sosial pada kala itu

banyak diwarnai dengan peperangan mulai dari peperangan kerajaan hingga

peperangan antar negara. Pada saat ini strategi lebih tepat digunakan bukan untuk me

lawan musuh kerajaan atau negara, melainkan melawan persoalan-persoalan

ekonomi, sosial dan agama.

Menurut Chandler dalam rangkuti (2013:3) strategi adalah alat untuk

mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka Panjang,

program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya.

Sedangkan menurut George Steiner dalam Rachmat (2014:2) adalah secara

umum kita mendefinisikan strategi sebagai cara mencapai tujuan. Terdiri atas

aktivitas-aktivitas penting yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan definisi-definisi strategi yang telah dipaparkan, maka peneliti

menyimpulkan bahwa strategi yaitu suatu cara atau upaya untuk mencapai tujuan

tertentu bahkan strategi dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan ada.


Strategi ini terdiri dari aktivitas penting yang diperlukan untuk mencapai tujuan

jangka Panjang selain itu strategi juga membantu dalam pengoptimalan potensi-

potensi sumber daya yang dimiliki suatu organisasi.

2.2 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan menurut arti secara bahasa adalah proses, cara, perbutaan

membuat berdaya, yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan

bertindak yang berupa akal, ikhtiar atau upaya (Depdiknas, 2003). Pemberdayaan

adala proses ketidakberdayaan ke keadaan kontroll relative atas kehidupan seseorang,

takdir, dan lingkungan (Sadan, 1997).

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu

system adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa

identitas Bersama ( Koentjaraningrat, 2009)

Pemberdayaan masyarakat dimaknai sebagai upaya untuk memberikan kontribusi

kepada perencanaan dan keputusan yang mempengarui komunitasnya (Foy, 1994).

Menurut Mubarak (2010) pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya

untuk memulihkan atau meningkatkan kemampuan suatu komunitas untuk mampu

berbuat sesuai dengan harkat dan martabat mereka dalam melaksanakan hak-hak dan

tanggung jawabnya selaku anggota masyarakat.

Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan

sosial (Sipahelut, 2010). Menurut (Suharto, 2005) pemberdayaan merujuk pada

kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka

memiliki kekuatan atau kemampuan dalam :


a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan, dalam arti

bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan.

b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat

meningkatkan pendapatnya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang

mereka perlukan.

c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan yang mempengaruhi

mereka

Dari beberapa definisi-definisi yang disebutkan diatas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa, pemberdayaan masyarakat adalah sebuah upaya untuk

meningkatkan kemampuan individu atau kelompok yang lemah dan rentan untuk

dapat berdaya sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasar.

2.3 Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Wrihatnolo (2007: 56) dalam buku ”Manajemen Pemberdayaan Sebuah

Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat” menjelaskan tentang

istilah pemberdayaan. Keduanya menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah sebuah

proses “menjadi” bukan sebuah proses “instan”. Sebagai suatu proses, menurut

Wrihatnolo strategi pemberdayaan melewati tiga tahapan, yaitu:

a. Tahap Penyadaran

Pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi "pencerahan" dalam bentuk

pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai sesuatu.

Program-program yang dapat dilakukan pada tahap ini misalnya memberikan

pengetahuan yang bersifat kognisi, belief dan healing. Prinsip dasarnya adalah
membuat target mengerti bahwa mereka perlu diberdayakan, dan proses

pemberdayaan itu dimulai dari diri mereka sendiri.

Pada tahap ini nelayan yang menjadi objek dibuat agar mengerti bahwa

pemberdayaan itu berasal dari diri mereka sendiri. Diupayakan pula agar nelayan ini

mendapat cukup informasi. Melalui sosialisasi (pengenalan), maka informasi yang

aktual dan akurat terjadi proses penyadaran secara ilmiah. Proses ini dapat dipercepat

dan dirasionalkan hasilnya dengan hadirnya upaya pendampingan dari pemerintah

atau pihak lainnya.

b. Tahap Pengkapasitasan.

Tahap ini disebut juga sebagai capacity building atau memampukan. Untuk diberikan

daya atau kuasa yang bersangkutan harus mampu terlebih dahulu. Proses capacity

building terdiri dari tiga jenis, yaitu manusia, organisasi, dan sistim nilai. Tujuan dari

tahap ini adalah memampukan nelayan, sehingga mereka memiliki ketrampilan untuk

mengelola peluang yang diberikan. Pada tahap ini dilakukan dengan memberikan

pelatihan, lokakarya dan kegiatan yang sejenis yang bertujuan untuk meningkatkan

life skill para nelayan.

c. Tahap Pendayaan (empowerment).

Pada tahap ini, para nelayan diberikan pelatihan, daya, kekuasaan, otoritas, atau

peluang yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki melalui partisipasi aktif

dan berkelanjutan yang ditempuh dengan memberikan peran yang lebih besar secara

bertahap sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya, diakomodasi aspirasinya serta

dituntun untuk melakukan self evolution terhadap pilihan dan hasil pelaksanaan
atas pilihan. Pemberian pelatihan ini sesuai dengan kualitas kecakapan yang telah

dimiliki.

Menurut Sumodiningrat (1999: 138-139), Indikator keberhasilan yang dapat dipakai

untuk mengukur keberhasilan program pemberdayaan masyarakat mencakup hal-hal

sebagai berikut :

a. Berkurangnya jumlah penduduk miskin

b. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk

miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

c. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya penigkatan kesejahteraan

keluarga miskin di lingkungannya.

d. Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya

usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin

rapinya sistem administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi kelompok

dengan kelompok lain di dalam masyarakat

e. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh

peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok

dan kebutuhan sosial dasarnya.


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan petunjuk arah yang digunakan peneliti dalam

melakukan penelitiannya. Metode penelitian di dalamnya tersusun berbagai cara,

teknik dan strategi dalam melakukan penelitian di lapangan. Sugiyono (2017:2)

menjelaskan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang

digunakan peneliti, dalam penelitian Implementasi Program Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap narkotika (P4GN) di Badan

Narkotika Nasional Kabupaten Karawang adalah menggunakan jenis penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Menurut Sugiyono (2017:9) pengertian tentang metode penelitian kualitatif

diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat pospositivisme

yaitu digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan

data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat indukti/kualitatif,

dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Menurut Creswell, (2013:4) menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan

metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah

individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau

kemanusiaan. Kemudian proses penelitian kualitatif ini, melibatkan upaya-upaya

penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur,


mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan. Siapa pun yang terlibat dalam

bentuk penelitian ini, harus menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya

induktif, berfokus terhadap makna individual dan menterjemahkan kompleksitas

suatu persoalan.

Arikunto, (2013:234) menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai gejala yang

ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.

Metode penelitian mengenai Strategi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten

Karawang dalam pemberdayaan nelayan ini menggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk

memberikan gambaran bagaimana strategi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten

Karawang dalam pemberdayaan nelayan.

3.2 Operasional Konsep

Menurut Sugiyono (2012:31) definisi operasional adalah penentuan konstrak atau sifat

yang akan di pelajari sehingga menjadi variable yang dapat diukur. Definisi operasional

menjelaskan cara tertentu yang di gunakan untuk meneliti dan mengoperasikan konstrak,

sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran

dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran konstrak yang lebih baik.

Sedangkan menurut Nani Darmayanti (Muslihin:2013) definisi Operasional adalah

rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembahasan

dan penenlitian Karya Ilmiah


Berikut adalah tabel Operasional Konsep yang akan diteliti:

Variabel Dimensi Indikator

Strategi Pelaksanaan Program - Angka pengguna

narkoba

Pemberdayaan Nelayan Penilaian -Pengetahuan tentang

P4GN

-Kesadaran akan bahaya

Narkotika

3.3 Sumber Data

Sebuah penelitian maka diperlukan sebuah data yang lengkap. Dilihat dari sumber

datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder yang

peneliti peroleh melalui teknik pengumpulan data dari pihak-pihak yang terlibat dalam

Strategi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang dalam Pemberdayaan Nelayan

yaitu :

1. Data Primer

Menurut Sugiyono, (2017:225) data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan menurut Arikunto, (2013:22) yang

dimaksud data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara

lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal
ini adalah subjek penelitian (informan) yang berkenaan dengan variabel yang diteliti yaitu

mengenai strategi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang dalam pemberdayaan

nelayan.

1. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang tidak dihasilkan langsung oleh peneliti, tetapi

merupakan data yang dilakukan oleh pihak lain. Menurut Arikunto, (2013:22) yang dimaksud

data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan,

notulen, rapat, sms dan lain lain), foto-foto, film, rekaman video, benda-benda dan lain-lain

yang memperkaya data primer. Dengan demikian, data sekunder ini, dapat berupa dokumen-

dokumen pemerintahan, literatur, hasil statistik oleh lembaga resmi, foto, video dan yang

lainnya yang dapat mendukung dan memperkaya data primer yang diperoleh dari sumber-

sumber yang terpercaya yang memuat tentang Strategi Dinas Perikanan dan Kelauatan dalam

pemberdayaan nelayan.

Anda mungkin juga menyukai