Anda di halaman 1dari 6

1.

Definisi

Besi cor merupakan paduan Besi-Karbon dengan kandungan C di atas 2% (pada


umumnya sampai dengan 4%). Paduan ini memiliki sifat mampu cor yang sangat
baik namun memiliki elongasi yang relatif rendah. Oleh karenanya proses
pengerjaan bahan ini tidak dapat dilakukan melalui proses pembentukan,
melainkan melalui proses pemotongan (pemesinan) maupun pengecoran.

Dari warna patahan, dapat dibedakan 3 jenis besi cor yaitu Besi Cor Putih yang
terdiri dari struktur ledeburit (coran keras), struktur campuran antara perlit dengan
ledeburit yang disebut Besi Cor Meliert dan struktur selain perlit dan atau ferit
serta ledeburit masih terdapat sejumlah unsur karbon dalam bentuk koloni grafit
yang disebut Besi Cor Kelabu.

Jenis dari ketiga besi cor tersebut sangat tergantung dari kandungan dan
komposisi antara C dan Si serta laju pendinginannya, dimana laju pendinginan
yang tinggi akan menghasilkan struktur besi cor putih sedangkan laju pendinginan
yang lambat akan menghasilkan pembekuan kelabu.

2. Jenis-jenis Besi Cor


a. Besi cor kelabu
Adalah besi cor dengan kadar silikon yang tinggi (>2% Si) membentuk
grafit dengan mudah sehingga Fe3C tidak terbentuk. Karbon di dalam besi cor
berbentuk lamel-lamel grafit pada waktu membeku. Lamel-lamel itu berbentuk
dedaunan, dan patahan dari suatu besi terlihat lamel-lamel grafit yang kecil
memberi warna patahan kelabu, maka disebut besi cor kelabu. Besi cor kelabu
sangat rendah keuletannya karena adanya serpihan karbon, akan tetapi dengan
adanya serpih-serpih ini besi cor kelabu merupakan peredam getaran yang baik.

Besi cor kelabu merupakan material teknik yang banyak digunakan pada saat ini.
Dalam pemakaiannya material ini seringkali menerima beban yang berfluktuasi.
Meskipun demikian sebagaimana dinyatakan oleh DeLaO et.al (2003) perilaku
besi cor kelabu terhadap beban dinamis tidak banyak diteliti. Informasi yang
terbatas tersebut menyebabkan -sebagaimana dikutip dari ASM Handbook (1990)-
besi cor kelabu lazimnya tidak dikenakan beban dinamis, atau apabila ada maka
besarnya beban yang bekerja tidak boleh lebih dari 25% kekuatan tariknya.

Keberadaan grafit pada besi cor kelabu menyebabkan material ini tidak memiliki
daerah elastis yang linier. Grafit juga menyebabkan terdapatnya bagian yang
mengalami plastis meskipun besi cor tersebut dibebani oleh gaya yang rendah.
Hal ini disebabkan karena pada ujung-ujung grafit terjadi tegangan yang sangat
besar sebagai akibat adanya konsentrasi tegangan. Kenyataan ini sangat
menyulitkan untuk menentukan seberapa besar regangan elastis dan plastisnya.

Menyadari bahwa pada besi cor kelabu sifat tarik dan tekannya berbeda, Downing
menguraikan hal yang sama untuk pembebanan tekannya. Dengan demikian untuk
menggambarkan respon material besi cor terhadap beban tarik dan tekan
dibutuhkan 7 parameter (Eo, mT, KT, nT, mC, KC dan nC). Dimana subscript
“T” dan “C” menunjukkan tarik dan tekan.

besi cor kelabu, besi cor dengan kadar silicon yang tinggi (~2% Si) membentuk
grafit dengan mudah sehingga Fe3C tidak terbentuk. Serpihan grafit terbentuk
dalam logam sewaktu membeku. Bila logam kita tarik, bidang perpatahanterjadi
dari serpihan yang satu keserpihan lainnya karena grapit yang mnyerupai sangat
rapuh, jadi sebagian besar permukaan perpatahan melintasi grapit sehingga
permukaan berwarna kelabu. Oleh karena itu di beri nama besi cor kelabu.

b. Besi cor putih

Dengan kadar silikon yang rendah dan kecepatan pendinginan yang tinggi,
karbon di dalam besi cor pada waktu pembekuan tidak bisa dipisahkan menjadi
karbon bebas sehingga menjadi grafit, dan bersenyawa dengan besi yang disebut
sementit. Permukaan patahannya akan terlihat berwarna putih karena adanya
lamel-lamel grafit. Sifat besi cor putih sangat keras, getas, dan tahan aus.

c. Besi cor nodular

Grafit yang terdapat di dalam logam berbentuk bulatan sehingga disebut besi
cor nodular. Hal ini terjadi bila ditambahkan magnesium pada cairan besi cor.
Dibandingkan dengan grafit yang mempunyai bentuk serpih seperti daun, grafit
berbentuk bulat atau mempunyai derajat konsentrasi tegangan yang sangat kecil,
sehingga kekuatan besi cor menjadi lebih baik. Sifat besi cor nodular mempunyai
keuletan yang baik, ketahanan korosi dan ketahanan panas yang baik.

Unsur yang membuat bentuk fasa grafit dalam besi cor nodular menjadi bulat
selain Mg adalah Ce, Na, K, Li, Ba, dan Sr. Tetapi berdasarkan alasan
pertimbangan harga dipilih unsur magnesium yang lebih menguntungkan.

Besi cor nodular merupakan material yang banyak digunakan pada industri
otomotif dan komponen-komponen mesin pada industri untuk menggantikan
peran baja, karena memiliki sifat mampu cor yang baik, kekuatan dan keuletan
yang tinggi dan sifat ketermesinan yang baik. Walaupun proses pengecoran
menghasilkan produk dengan bentuk dan ukuran yang mendekati sebenarnya,
namun proses permesinan kadang diperlukan pada tahapan akhir pembuatan
produk. Untuk itu perlu dilakukan penelitian sifat ketermesinan besi cor nodular
tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah untuk melihat keterkaitan antara
keberadaan grafit bulat (jumlah, ukuran dan bentuk) dan matriks (ferit dan perlit)
besi cor nodular hasil cor yang menggunakan MCR4 dan MCR8 sebagai nodulan
serta superselect sebanyak 0,48%, 0,5%, 1% dan 1,5% sebagai inokulan dengan
sifat ketermesinannya yaitu berupa besarnya gaya potong dan gaya makan serta
bentuk geram akibat variasi kondisi permesinan (laju potong, gerak makan dan
kedalaman potong), tingkat keausan pahat dan kekasaran permukaan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa spesimen 2 dengan MCR4 sebagai nodulan dan
superselect sebesar 0,5% sebagai inokulan memberikan sifat ketermesinan yang
terbaik.

d. Besi cor mampu tempa

Besi cor mampu tempa digolongkan menjadi besi cor mampu tempa perapian
putih dan besi cor mampu tempa perapian hitam. Besi cor perapian putih
mempunyai kandungan silikon yang rendah dan belerang yang tinggi. Besi cor
perapian hitam mempunyai kandungan silikon yang tinggi dan belerang yang
rendah.

Besi cor perapian putih dibuat dengan proses penghilangan karbon pada besi
cor putih, sehingga kulitnya berubah menjadi ferrit dan struktur dalamnya terdiri
dari matrik perlit dengan karbon yang bulat. Besi cor perapian hitam dibuat
dengan melunakkan besi cor putih tetapi sementit terurai menjadi ferit dan grafit
sehingga patahannya terlihat hitam.

3. Cast iron (besi cor)

Umumnya besi cor akan mengandung unsur Fe dan C [3,5% – 4,3%]. Besi cor,
diklasifikasikan menjadi :

a. Besi cor putih (white cast iron) Besi cor putih mempunyai fasa sementid+perlit
sehingga mempunyai sifat keras dan getas.

b. Besi cor kelabu (grey cast iron) Unsur penyusun dari besi cor kelabu yakni : Fe
+ C + Silikon (Si). Adanya penambahan unsur Si (Silikon) bertujuan untuk
mengurai Sementid menjadi Fe (ferit atau perlit) dan C (grafit). Bentuk grafitnya
berupa serpih sehingga secara sederhana dapat dikatakan bahwa fasa besi cor
kelabu berupa ferit/perlit + grafit serpih dengan sifat : agak getas yang
dikarenakan ujung-ujung grafit berbentuk serpih tajam, akibatnya konsentrasi
tegangan tinggi sehingga mudah patah. Contoh penggunaan besi cor kelabu pada
konstruksi mesin jahit, blok mesin, lampu hias, mesin bubut, pagar, dll.
Keistimawaan besi cor kelabu terhadap baja yakni : mampu meredam getaran.

c. Besi cor bergrafit bulat (ductile cast iron atau noduler cast iron) Unsur
penyusun dari besi cor bergrafit bulat yakni : Fe + C + Si + Mg / Ce. Penambahan
Mg atau Ce bertujuan untuk “melunakan” grafit menjadi bulat sehingga
konsentrasi tegangan sedikit sekali (besi cor bersifat ulet). Contoh penggunaan
besi cor bergrafir bulat pada kontruksi penjepit rel kereta api, batang torak
kompresor, dll.

d. Besi cor mampu tempa (malleable cast iron) Untuk membuat besi cor mampu
tempa dapat dibuat dengan memanaskan besi cor putih hingga mencapai suhu 700
Derajat Celcius selama 30 Jam. Hal ini bertujuan agar sementid terturai menjadi
Fe (ferit) dan C (grafit). Grafit yang dihasilkan berbentuk pipih. Contoh
penggunaan besi cor mampu tempa pada spare part yang berukuran kecil-kecil.

 
Besi cor nodular merupakan material yang banyak digunakan pada industri
otomotif dan komponen-komponen mesin pada industri untuk menggantikan
peran baja, karena memiliki sifat mampu cor yang baik, kekuatan dan keuletan
yang tinggi dan sifat ketermesinan yang baik. Walaupun proses pengecoran
menghasilkan produk dengan bentuk dan ukuran yang mendekati sebenarnya,
namun proses permesinan kadang diperlukan pada tahapan akhir pembuatan
produk. Untuk itu perlu dilakukan penelitian sifat ketermesinan besi cor nodular
tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah untuk melihat keterkaitan antara
keberadaan grafit bulat (jumlah, ukuran dan bentuk) dan matriks (ferit dan perlit)
besi cor nodular hasil cor yang menggunakan MCR4 dan MCR8 sebagai nodulan
serta superselect sebanyak 0,48%, 0,5%, 1% dan 1,5% sebagai inokulan dengan
sifat ketermesinannya yaitu berupa besarnya gaya potong dan gaya makan serta
bentuk geram akibat variasi kondisi permesinan (laju potong, gerak makan dan
kedalaman potong), tingkat keausan pahat dan kekasaran permukaan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa spesimen 2 dengan MCR4 sebagai nodulan dan
superselect sebesar 0,5% sebagai inokulan memberikan sifat ketermesinan yang
terbaik.

Anda mungkin juga menyukai